bab ii membahasan teori aplikasi pembagian harta warisan berdasarkan hukum islam

34
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini membahas teori-teori yang menjadi bahan dalam pembuatan proyek ini. 2.1 Fara’id dan Harta Warisan 2.1.1 Pengertian Fara’id Ilmu yang membahas tentang pembagian harta warisan dari seseorang yang meninggal dunia disebut ilmu marats. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka lepaslah semua hak miliknya dan berpindah kepada ahli waris. Selain itu ada beberapa hal yang berkaitan dengan seseorang yang telah meninggal dunia tadi yaitu melaksanakan beberapa hak dan kewajiban[1]. Adapun hal yang harus didahulukan dalam rangka mengurus harta waris adalah. a. membayar ongkos memelihara mayit, seperti kain kafan, mengubur dan sebagainya yang wajib dalam rangka memelihara mayit. b. melaksanakan wasiatnya, bila ia berwasiat. c. membereskan barang gadaiannya, bila ia menggadaikan atau menerima barang gadaian. d. membayar hutang bila ia berhutang atau membayar denda bila ia didenda. e. membayar kewajiban zakatnya bila ia belum berzakat. II - 1

Upload: gunz-teritory-omz

Post on 06-Aug-2015

267 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahas teori-teori yang menjadi bahan dalam pembuatan

proyek ini.

2.1 Fara’id dan Harta Warisan

2.1.1 Pengertian Fara’id

Ilmu yang membahas tentang pembagian harta warisan dari seseorang yang

meninggal dunia disebut ilmu marats. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka

lepaslah semua hak miliknya dan berpindah kepada ahli waris. Selain itu ada

beberapa hal yang berkaitan dengan seseorang yang telah meninggal dunia tadi yaitu

melaksanakan beberapa hak dan kewajiban[1].

Adapun hal yang harus didahulukan dalam rangka mengurus harta waris

adalah.

a. membayar ongkos memelihara mayit, seperti kain kafan, mengubur dan

sebagainya yang wajib dalam rangka memelihara mayit.

b. melaksanakan wasiatnya, bila ia berwasiat.

c. membereskan barang gadaiannya, bila ia menggadaikan atau menerima

barang gadaian.

d. membayar hutang bila ia berhutang atau membayar denda bila ia didenda.

e. membayar kewajiban zakatnya bila ia belum berzakat.

f. membayar ongkos-ongkos mengerjakan kodo hajinya bila ia belum berhaji,

sudah nisab.

Apabila hal di atas sudah dilaksanakan, maka harta warisan dapat dibagikan

kepada ahli waris yang ada. Pembagian harta warisan menurut hukum islam sesuai

dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadist, bertujuan positif dan konstruktif untuk

menyelamatkan umat Islam (Muslim) dari perbuatan tercela yakni mengambil dan

memakan hak milik orang lain, terutama hak milik orang yatim dengan jalan yang

tidak benar.

II - 1

Page 2: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 2

2.1.2 Harta Warisan

Menurut bahasa, Harta benda / kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang

meninggal dunia setelah diambil berbagai kepentingan atau tindakan perempuan

sebelum dialihkan kepada ahli waris disebut harta warisan. Namun menurut syariat,

harta warisan adalah hak maupun harta benda yang ditinggalkan oleh yang

meninggal dunia. Jadi harta warisan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang

ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia baik berwujud harta benda maupun

yang merupakan hutang piutang. Pengertian harta warisan ini terdapat tiga unsur

pokok.

a. Harta.

b. Harta peninggalan.

c. Tindakan pemurnian. Tindakan pengeluaran harta yang menjadi hak orang

lain dan hak pewaris.

2.1.3 Pembagian Harta Warisan

JUMLAH bagian yang telah ditentukan Al-Qur'an ada enam macam, yaitu

setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga

(1/3), dan seperenam (1/6). Ashhabul furudh dengan bagian yang berhak ia terima.

2.1.3.1 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Setengah

Ashhabul furudh yang berhak mendapatkan separo dari harta waris

peninggalan pewaris ada lima, satu dari golongan laki-laki dan empat lainnya

perempuan. Kelima ashhabul furudh tersebut ialah suami, anak perempuan, cucu

perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara

perempuan seayah. Rinciannya seperti berikut.

1. Seorang suami berhak untuk mendapatkan separo harta warisan, dengan syarat

apabila pewaris tidak mempunyai keturunan, baik anak laki-laki maupun anak

perempuan, baik anak keturunan itu dari suami tersebut ataupun bukan. Dalilnya

adalah firman Allah: "... dan bagi kalian (para suami) mendapat separo dari harta

yang ditinggalkan istri-istri kalian, bila mereka (para istri) tidak mempunyai anak ..."

(an-Nisa': 12).

Page 3: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 3

2. Anak perempuan (kandung) mendapat bagian separo harta peninggalan

pewaris, dengan dua syarat.

a. Pewaris tidak mempunyai anak laki-laki (berarti anak perempuan tersebut

tidak mempunyai saudara laki-laki, penj.).

b. Apabila anak perempuan itu adalah anak tunggal. Dalilnya adalah firman

Allah: "dan apabila ia (anak perempuan) hanya seorang, maka ia

mendapat separo harta warisan yang ada". Bila kedua persyaratan tersebut

tidak ada, maka anak perempuan pewaris tidak mendapat bagian

setengah.

3. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki akan mendapat bagian separo,

dengan tiga syarat.

a. Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki (yakni cucu laki-laki dari

keturunan anak laki-laki).

b. Apabila hanya seorang (yakni cucu perempuan dari keturunan anak laki-

laki tersebut sebagai cucu tunggal).

c. Apabila pewaris tidak mempunyai anak perempuan ataupun anak laki-

laki.

Dalilnya sama saja dengan dalil bagian anak perempuan (sama dengan nomor

2). Sebab cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki sama kedudukannya dengan

anak kandung perempuan bila anak kandung perempuan tidak ada. Maka firman-Nya

"yushikumullahu fi auladikum", mencakup anak dan anak laki-laki dari keturunan

anak, dan hal ini telah menjadi kesepakatan para ulama.

4. Saudara kandung perempuan akan mendapat bagian separo harta warisan,

dengan tiga syarat.

a. Ia tidak mempunyai saudara kandung laki-laki.

b. Ia hanya seorang diri (tidak mempunyai saudara perempuan).

c. Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakek, dan tidak pula mempunyai

keturunan, baik keturunan laki-laki ataupun keturunan perempuan.

Dalilnya adalah firman Allah berikut: "Mereka meminta fatwa kepadamu

(tentang kalalah). Katakanlah: 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah

Page 4: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 4

(yaituj: jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai

saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta

yang ditinggalkannya ...'" (an-Nisa': 176).

5. Saudara perempuan seayah akan mendapat bagian separo dari harta warisan

peninggalan pewaris, dengan empat syarat.

a. Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki.

b. Apabila ia hanya seorang diri.

c. Pewaris tidak mempunyai saudara kandung perempuan.

d. Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakak, dan tidak pula anak, baik anak

laki-laki maupun perempuan.

Dalilnya sama dengan Butir 4 (an-Nisa': 176), dan hal ini telah menjadi

kesepakatan ulama.

2.1.3.2 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperempat

Adapun kerabat pewaris yang berhak mendapat seperempat (1/4) dari harta

peninggalannya hanya ada dua, yaitu suami dan istri. Rinciannya sebagai berikut:

1. Seorang suami berhak mendapat bagian seperempat (1/4) dari harta

peninggalan istrinya dengan satu syarat, yaitu bila sang istri mempunyai anak atau

cucu laki-laki dari keturunan anak laki-lakinya, baik anak atau cucu tersebut dari

darah dagingnya ataupun dari suami lain (sebelumnya). Hal ini berdasarkan firman

Allah berikut: "... Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat

seperempat dari harta yang ditinggalkannya É" (an-Nisa': 12).

2. Seorang istri akan mendapat bagian seperempat (1/4) dari harta peninggalan

suaminya dengan satu syarat, yaitu apabila suami tidak mempunyai anak/cucu, baik

anak tersebut lahir dari rahimnya ataupun dari rahim istri lainnya. Ketentuan ini

berdasarkan firman Allah berikut: "... Para istri memperoleh seperempat harta yang

kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak ..." (an-Nisa': 12).

Ada satu hal yang patut diketahui oleh kita --khususnya para penuntut ilmu--

tentang bagian istri. Yang dimaksud dengan "istri mendapat seperempat" adalah bagi

seluruh istri yang dinikahi seorang suami yang meninggal tersebut. Dengan kata lain,

sekalipun seorang suami meninggalkan istri lebih dari satu, maka mereka tetap

Page 5: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 5

mendapat seperempat harta peninggalan suami mereka. Hal ini berdasarkan firman

Allah di atas, yaitu dengan digunakannya kata lahunna (dalam bentuk jamak) yang

bermakna 'mereka perempuan'. Jadi, baik suami meninggalkan seorang istri ataupun

empat orang istri, bagian mereka tetap seperempat dari harta peninggalan.

2.1.3.3 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperdelapan

Dari sederetan ashhabul furudh yang berhak memperoleh bagian

seperdelapan (1/8) yaitu istri. Istri, baik seorang maupun lebih akan mendapatkan

seperdelapan dari harta peninggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau

cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya atau dari rahim istri yang lain. Dalilnya

adalah firman Allah SWT: "... Jika kamu mempunyai anak, maka para istri

memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuh, wasiat

yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu ..." (an-Nisa': 12).

2.1.3.4 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Dua per Tiga

Ahli waris yang berhak mendapat bagian dua per tiga (2/3) dari harta

peninggalan pewaris ada empat, dan semuanya terdiri dari wanita.

1. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih.

2. Dua orang cucu perempuan keturunan anak laki-laki atau lebih.

3. Dua orang saudara kandung perempuan atau lebih.

4. Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih.

Ketentuan ini terikat oleh syarat-syarat seperti berikut.

1. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih itu tidak mempunyai saudara laki-

laki, yakni anak laki-laki dari pewaris. Dalilnya firman Allah berikut: "... dan jika

anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua per tiga dari

harta yang ditinggalkan ..." (an-Nisa': 11).

Ada satu hal penting yang mesti kita ketahui agar tidak tersesat dalam

memahami hukum yang ada dalam Kitabullah. Makna "fauqa itsnataini" bukanlah

'anak perempuan lebih dari dua', melainkan 'dua anak perempuan atau lebih', hal ini

merupakan kesepakatan para ulama. Mereka bersandar pada hadits Rasulullah saw.

yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang mengisahkan vonis

Page 6: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 6

Rasulullah terhadap pengaduan istri Sa'ad bin ar-Rabi' r.a. --sebagaimana

diungkapkan dalam bab sebelum ini.

Hadits tersebut sangat jelas dan tegas menunjukkan bahwa makna ayat

itsnataini adalah 'dua anak perempuan atau lebih'. Jadi, orang yang berpendapat

bahwa maksud ayat tersebut adalah "anak perempuan lebih dari dua" jelas tidak

benar dan menyalahi ijma' para ulama. Wallahu a'lam.

2. Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki akan mendapatkan

bagian dua per tiga (2/3), dengan persyaratan sebagai berikut.

a. Pewaris tidak mempunyai anak kandung, baik laki-laki atau perempuan.

b. Pewaris tidak mempunyai dua orang anak kandung perempuan.

c. Dua cucu putri tersebut tidak mempunyai saudara laki-laki.

3. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) akan mendapat bagian dua per

tiga dengan persyaratan sebagai berikut.

a. Bila pewaris tidak mempunyai anak (baik laki-laki maupun perempuan),

juga tidak mempunyai ayah atau kakek.

b. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) itu tidak mempunyai

saudara laki-laki sebagai 'ashabah.

c. Pewaris tidak mempunyai anak perempuan, atau cucu perempuan dari

keturunan anak laki-laki. Dalilnya adalah firman Allah: "... tetapi jika

saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua per tiga dari

harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal ..." (an-Nisa': 176).

4. Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) akan mendapat bagian dua per tiga

dengan syarat sebagai berikut.

a. Bila pewaris tidak mempunyai anak, ayah, atau kakek.

b. Kedua saudara perempuan seayah itu tidak mempunyai saudara laki-laki

seayah.

c. Pewaris tidak mempunyai anak perempuan atau cucu perempuan dari

keturunan anak laki-laki, atau saudara kandung (baik laki-laki maupun

perempuan).

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi dua saudara perempuan seayah untuk

mendapatkan bagian dua per tiga hampir sama dengan persyaratan dua saudara

Page 7: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 7

kandung perempuan, hanya di sini (saudara seayah) ditambah dengan keharusan

adanya saudara kandung (baik laki-laki maupun perempuan). Dan dalilnya sama,

yaitu ijma' para ulama bahwa ayat "... tetapi jika saudara perempuan itu dua orang,

maka bagi keduanya dua per tiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang

meninggal ..." (an-Nisa': 176) mencakup saudara kandung perempuan dan saudara

perempuan seayah. Sedangkan saudara perempuan seibu tidaklah termasuk dalam

pengertian ayat tersebut. Wallahu a'lam.

2.1.3.5 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Sepertiga

Adapun ashhabul furudh yang berhak mendapatkan warisan sepertiga bagian

hanya dua, yaitu ibu dan dua saudara (baik laki-laki ataupun perempuan) yang seibu.

Seorang ibu berhak mendapatkan bagian sepertiga dengan syarat sebagai berikut.

1. Pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-

laki.

2. Pewaris tidak mempunyai dua orang saudara atau lebih (laki-laki maupun

perempuan), baik saudara itu sekandung atau seayah ataupun seibu. Dalilnya

adalah firman Allah:

"... dan jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi

oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga..." (an-Nisa': 11)

Juga firman-Nya:

"... jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya

mendapat seperenam..." (an-Nisa': 11).

2.1.3.6 Ashhabul furudh yang Mendapat Bagian Seperenam

Adapun asbhabul furudh yang berhak mendapat bagian seperenam (1/6) ada

tujuh orang. Mereka adalah (1) ayah, (2) kakek asli (bapak dari ayah), (3) ibu, (4)

cucu perempuan keturunan anak laki-laki, (5) saudara perempuan seayah, (6) nenek

asli, (7) saudara laki-laki dan perempuan seibu.

1. Seorang ayah akan mendapat bagian seperenam (1/6) bila pewaris mempunyai

anak, baik anak laki-laki atau anak perempuan. Dalilnya firman Allah (artinya): "...

Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang

ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak ..." (an-Nisa': 11).

Page 8: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 8

2. Seorang kakek (bapak dari ayah) akan mendapat bagian seperenam (1/6) bila

pewaris mempunyai anak laki-laki atau perempuan atau cucu laki-laki dari keturunan

anak --dengan syarat ayah pewaris tidak ada. Jadi, dalam keadaan demikian salah

seorang kakek akan menduduki kedudukan seorang ayah, kecuali dalam tiga keadaan

yang akan saya rinci dalam bab tersendiri.

3. Ibu akan memperoleh seperenam (1/6) bagian dari harta yang ditinggalkan

pewaris, dengan dua syarat yaitu sebagai berikut.

a. Bila pewaris mempunyai anak laki-laki atau perempuan atau cucu laki-

laki keturunan anak laki-laki.

b. Bila pewaris mempunyai dua orang saudara atau lebih, baik saudara laki-

laki ataupun perempuan, baik sekandung, seayah, ataupun seibu. Dalilnya

firman Allah (artinya):

"... jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya

mendapat seperenam ..." (an-Nisa': 11).

4. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki seorang atau lebih akan

mendapat bagian seperenam (1/6), apabila yang meninggal (pewaris) mempunyai

satu anak perempuan. Dalam keadaan demikian, anak perempuan tersebut mendapat

bagian setengah (1/2), dan cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki pewaris

mendapat seperenam (1/6), sebagai pelengkap dua per tiga (2/3). Dalilnya adalah

hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam sahihnya bahwa Abu Musa al-Asy'ari

r.a. ditanya tentang masalah warisan seseorang yang meninggalkan seorang anak

perempuan, cucu perempuan dari keturunan anak laki-lakinya, dan saudara

perempuan. Abu Musa kemudian menjawab: "Bagi anak perempuan mendapat

bagian separo (1/2), dan yang setengah sisanya menjadi bagian saudara perempuan.

"Merasa kurang puas dengan jawaban Abu Musa, sang penanya pergi

mendatangi Ibnu Mas'ud. Maka Ibnu Mas'ud berkata: "Aku akan memutuskan seperti

apa yang pernah diputuskan Rasulullah saw., bagi anak perempuan separo (1/2) harta

peninggalan pewaris, dan bagi cucu perempuan keturunan dari anak laki-laki

mendapat bagian seperenam (1/6) sebagai pelengkap 2/3, dan sisanya menjadi bagian

saudara perempuan pewaris. "Mendengar jawaban Ibnu Mas'ud, sang penanya

kembali menemui Abu Musa al-Asy'ari dan memberi tahu permasalahannya.

Page 9: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 9

Kemudian Abu Musa berkata: "Janganlah sekali-kali kalian menanyaiku selama sang

alim ada di tengah-tengah kalian."

5. Saudara perempuan seayah satu orang atau lebih akan mendapat bagian

seperenam (1/6), apabila pewaris mempunyai seorang saudara kandung perempuan.

Hal ini hukumnya sama denga keadaan jika cucu perempuan keturunan anak

laki-laki bersamaan dengan adanya anak perempuan. Jadi, bila seseorang meninggal

dunia dan meninggalkan saudara perempuan sekandung dan saudara perempuan

seayah atau lebih, maka saudara perempuan seayah mendapat bagian seperenam

(1/6) sebagai penyempurna dari dua per tiga (2/3). Sebab ketika saudara perempuan

kandung memperoleh setengah (1/2) bagian, maka tidak ada sisa kecuali seperenam

(1/6) yang memang merupakan hak saudara perempuan seayah.

6. Saudara laki-laki atau perempuan seibu akan mendapat bagian masing-masing

seperenam (1/6) bila mewarisi sendirian. Dalilnya adalah firman Allah (artinya) "jika

seseorang mati baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan

tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja)

atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua

jenis saudara itu seperenam harta". Dan persyaratannya adalah bila pewaris tidak

mempunyai pokok (yakni kakek) dan tidak pula cabang (yakni anak, baik laki-laki

atau perempuan).

7. Nenek asli mendapatkan bagian seperenam (1/6) ketika pewaris tidak lagi

mempunyai ibu. Ketentuan demikian baik nenek itu hanya satu ataupun lebih (dari

jalur ayah maupun ibu), yang jelas seperenam itu dibagikan secara rata kepada

mereka. Hal ini berlandaskan pada apa yang telah ditetapkan di dalam hadits sahih

dan ijma' seluruh sahabat.

Ashhabus Sunan meriwayatkan bahwa seorang nenek datang kepada Abu Bakar

ash-Shiddiq r.a. untuk menuntut hak warisnya. Abu Bakar menjawab: "Saya tidak

mendapati hakmu dalam Al-Qur'an maka pulanglah dulu, dan tunggulah hingga aku

menanyakannya kepada para sahabat Rasulullah saw." Kemudian al-Mughirah bin

Syu'bah mengatakan kepada Abu Bakar: "Suatu ketika aku pernah menjumpai

Rasulullah saw. memberikan hak seorang nenek seperenam (1/6)." Mendengar

Page 10: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 10

pernyataan al-Mughirah itu Abu Bakar kemudian memanggil nenek tadi dan

memberinya seperenam (1/6).

2.1.4 ASHABAH

Kata 'ashabab dalam bahasa Arab berarti kerabat seseorang dari pihak bapak.

Disebut demikian, dikarenakan mereka (yakni kerabat bapak) menguatkan dan

melindungi. Dalam kalimat bahasa Arab banyak digunakan kata 'ushbah sebagai

ungkapan bagi kelompok yang kuat. Demikian juga di dalam Al-Qur'an, kata ini

sering kali digunakan, di antaranya dalam firman Allah berikut: "Mereka berkata:

'Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat),

sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.'" (Yusuf: 14).

Maka jika dalam faraid kerabat diistilahkan dengan 'ashabah hal ini disebabkan

mereka melindungi dan menguatkan. Inilah pengertian 'ashabah dari segi bahasa.

Sedangkan pengertian 'ashabah menurut istilah para fuqaha ialah ahli waris

yang tidak disebutkan banyaknya bagian di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan

tegas. Sebagai contoh, anak laki-laki, cucu laki-laki keturunan anak laki-laki, saudara

kandung laki-laki dan saudara laki-laki seayah, dan paman (saudara kandung ayah).

Kekerabatan mereka sangat kuat dikarenakan berasal dari pihak ayah.

Pengertian 'ashabah yang sangat masyhur di kalangan ulama faraid ialah orang yang

menguasai harta waris karena ia menjadi ahli waris tunggal. Selain itu, ia juga

menerima seluruh sisa harta warisan setelah ashhabul furudh menerima dan

mengambil bagian masing-masing.

2.1.5 Al-'Aul

Al-'aul dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, di antaranya bermakna

azh-zhulm (aniaya) dan tidak adil, seperti yang difirmankan-Nya: "... Yang demikian

itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (an-Nisa': 3). Al-'aul juga

bermakna 'naik' atau 'meluap'. Dikatakan 'alaa al-ma'u idzaa irtafa'a yang artinya 'air

yang naik meluap'. Al-'aul bisa juga berarti 'bertambah', seperti tampak dalam

kalimat ini: 'alaa al-miizaan yang berarti 'berat timbangannya'.

Sedangkan definisi al-'aul menurut istilah fuqaha yaitu bertambahnya jumlah bagian

fardh dan berkurangnya nashib (bagian) para ahli waris.

Page 11: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 11

Hal ini terjadi ketika makin banyaknya ashhabul furudh sehingga harta yang

dibagikan habis, padahal di antara mereka ada yang belum menerima bagian. Dalam

keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah pokok masalahnya

sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada --

meski bagian mereka menjadi berkurang.

Misalnya bagian seorang suami yang semestinya mendapat setengah (1/2)

dapat berubah menjadi sepertiga (1/3) dalam keadaan tertentu, seperti bila pokok

masalahnya dinaikkan dari semula enam (6) menjadi sembilan (9). Maka dalam hal

ini seorang suami yang semestinya mendapat bagian 3/6 (setengah) hanya

memperoleh 3/9 (sepertiga). Begitu pula halnya dengan ashhabul furudh yang lain,

bagian mereka dapat berkurang manakala pokok masalahnya naik atau bertambah.

2.1.6 Ar-Radd

Ar-radd dalam bahasa Arab berarti 'kembali/kembalikan' atau juga bermakna

'berpaling/palingkan'. Seperti terdapat dalam firman Allah berikut: "Musa berkata:

'Itulah (tempat) yang kita cari.' Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka

semula. " (al-Kahfi: 64). "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang

keadaan mereka penuh kejengkelan ..." (al-Ahzab: 25). Dalam sebuah doa disebutkan

"Allahumma radda kaidahum 'annii" (Ya Allah, palingkanlah/halaulah tipu daya

mereka terhadapku).

Adapun ar-radd menurut istilah ulama ilmu faraid ialah berkurangnya pokok

masalah dan bertambahnya/lebihnya jumlah bagian ashhabul furudh. Ar-radd

merupakan kebalikan dari al-'aul. Sebagai misal, dalam suatu keadaan (dalam

pembagian hak waris) para ashhabul furudh telah menerima haknya masing-masing,

tetapi ternyata harta warisan itu masih tersisa --sementara itu tidak ada sosok kerabat

lain sebagai 'ashabah-- maka sisa harta waris itu diberikan atau dikembalikan lagi

kepada para ashhabul furudh sesuai dengan bagian mereka masing-masing.

2.2 Ahli Waris

Menurut hukum waris islam (fara’id), pada dasarnya ahli waris terdiri dari

dua kelompok besar yaitu ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan.

Page 12: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 12

2.2.1 Ahli Waris Laki-laki

Seorang laki-laki yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang

telah meninggal dunia disebut “al-waarist”. Apabila laki-laki yang berhak menerima

harta warisan dalam jumlah banyak, maka disebut “al-waaristun” atau “al-waritsin”.

Jelasnya, apabila seseorang meninggal dunia maka laki-laki yang boleh menerima

harta warisannya, antara lain sebagai berikut.

a. Anak laki-laki.

b. Cucu laki-laki (dari anak laki-laki).

c. Ayah, bapak.

d. Kakek (dari pihak bapak).

e. Saudara kandung laki-laki.

f. Saudara laki-laki seayah.

g. Saudara laki-laki seibu.

h. Anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki.

i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu.

j. Paman (saudara kandung bapak).

k. Paman (saudara bapak seayah).

l. Anak laki-laki dari paman (saudara kandung ayah).

m. Anak laki-laki paman seayah.

n. Suami.

o. Laki-laki yang memerdekakan budak.

2.2.2 Ahli Waris Perempuan

Seorang perempuan yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang

telah meninggal dunia disebut “al-waaristah”. Apabila perempuan yang berhak

menerima harta warisan dalam jumlah banyak, maka disebut “al-waaritsaat. Jelasnya,

apabila seseorang meninggal dunia maka perempuan-perempuan yang boleh

menerima harta warisannya, antara lain sebagai berikut.

a. Anak perempuan.

b. Ibu.

c. Nenek.

d. Saudara kandung perempuan.

Page 13: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 13

e. Saudara perempuan seayah.

f. Saudara perempuan seibu.

g. Istri.

h. Perempuan yang memerdekakan budak.

2.3 Konsep Dasar Aplikasi

2.3.1 Pengertian Aplikasi

Aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang

memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang

diinginkan pengguna [2].

Biasanya dibandingkan dengan perangkat lunak system yang

mengintegrasikan berbagai kemampuan komputer, tapi tidak secara langsung

menerapkan kemampuan tersebut untuk mengerjakan suatu tugas yang

menguntungkan pengguna.

2.4 Konsep Dasar Basis Data

Basis data sebagai kumpulan dari data yang saling berhubungan yang

diorganisasi sedemikian rupa agar kemudian dapat dimanfaatkan lagi dengan cepat

dan mudah [3].

Definisi basis data (database) sangatlah bervariasi. Basis data dapat dianggap

sebagai kumpulan data yang terkomputerisasi, diatur dan disimpan menurut salah

satu cara yang memudahkan pengambilan kembali. Secara sederhana basis data dapat

diungkapkan sebagai suatu pengorganisasian  data dengan bantuan komputer yang

memungkinkan  data dapat diakses dengan mudah dan cepat. Basis data mempunyai

beberapa kriteria penting, yaitu sebagai berikut.

1. Bersifat data oriented dan bukan program oriented.

2. Dapat digunakan oleh beberapa program aplikasi tanpa perlu mengubah basis

datanya.

3. Dapat dikembangkan dengan mudah, baik volume maupun strukturnya.

4. Dapat memenuhi kebutuhan sistem-sistem baru secara mudah.

5. Dapat digunakan dengan cara-cara yang berbeda.

Page 14: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 14

Prinsip utama basis data adalah pengaturan data dengan tujuan utama

fleksibelitas dan kecepatan dalam pengambilan data kembali. Adapun tujuan basis

data diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Efisien, meliputi speed, space dan accurancy.

2. Menangani data dalam jumlah besar.

3. Kebersamaan pemakaian (sharebility).

4. Meniadakan duplikasi dan inkonsistensi data.

2.5 Analisis dan Perancangan

Perancangan sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan

dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam

satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Alat bantu yang digunakan dalam

perancangan sistem antara lain UML (Unified Modeling Language), use case

diagram, class diagram, sequence diagram, collaboration diagram, activity diagram,

statechart diagram, component diagram dan deployment diagram.

2.5.1 UML (Unified Modeling Language)

UML memberikan model yang siap pakai yang merupakan bahasa pemodelan

visual yang ekspresif untuk mengembangkan dan saling tukar menukar model

dengan mudah dan dimengerti secara umum, memberikan bahasa pemodelan yang

bebas dari berbagai bahasa pemrograman dan proses rekayasa serta menyatukan

praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.

Spesifikasi UML mendefinisikan sekumpulan diagram grafis sebagai

tampilan dari beberapa level abstraksi. Dapat digunakan bersama oleh semua proses

pada keseluruhan tahap siklus-hidup (life-cycle) pengembangan software serta pada

implementasi ke beberapa teknologi yang berbeda[4].

Page 15: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 15

2.5.2 Model Diagram UML

2.5.2.1 Use Case Diagram

Use case adalah gambaran fungsionalitas dari suatu sistem, sehingga

customer atau pengguna sistem paham dan mengerti mengenai kegunaan sistem yang

akan dibangun. Use case digunakan untuk memodelkan dan menyatakan unit

fungsi/layanan yang disediakan oleh sistem ke pengguna[4].

2.5.2.2 Class Diagram

Class diagram adalah suatu diagram yang memperlihatkan atau menampilkan

struktur dari sebuah sistem yang akan menampilkan sistem kelas, atribut dan

hubungan antarkelas ketika suatu sistem telah selesai membuat diagram[4].

2.5.2.3 Sequence Diagram

Sequence diagram adalah diagram yang mengambarkan alur kerja dari fungsi-

fungsi dalam sistem dengan use-case dimana didalamnya terdapat actor[4].

2.5.2.4 Collaboration Diagram

Collaboration diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan antar

objek dan aktor dengan tidak memperhatikan waktu/urutan. Dalam diagram ini

terdapat method yang dijalankan antara objek yang satu dan objek lainnya[4].

2.5.2.5 Activity Diagram

Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang

sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin

terjadi dan bagaimana mereka berakhir[4].

2.5.2.6 Statechart Diagram

Statechart diagram adalah diagram yang memberikan berbagai cara/jalan

kepada model untuk berbagai kejadian yang mungkin terjadi dalam sebuah objek[4].

2.5.2.7 Component Diagram

Component diagram adalah diagram yang menggambarkan model secara fisik

sebagai sebuah software komponen yang ada dalam sebuah system[4].

Page 16: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 16

2.5.2.8 Deployment Diagram

Deployment diagram adalah diagram yang menggambarkan bentuk layout

secara fisik bentuk jaringan dan posisi komponen-komponen dari system[4].

2.5.3 Kegunaan UML

Merepresentasikan elemen suatu sistem atau suatu domain dan relationship-

nya pada suatu static structure menggunakan class dan diagram object.

Memodelkan behavior object dengan state transition diagrams.

Menampilkan Arsitektur Implementasi Fisik (Physical Implementation

Architecture) dengan diagram komponen dan diagram penyebaran

(Deployment).

Menampilkan batas suatu sistem dan fungsi utamanya menggunakan use

cases dan actors.

Mengilustrasikan realisasi use case dengan interaction diagrams.

2.6 Rekayasa Perangat Lunak

2.6.1 Model Proses

Dalam pengumpulan data-data yang dapat digunakan sebagai bahan dalam

pembangunan Aplikasi Manajemen Pengajuan Proposal Proyek 2 Di Politeknik Pos

Indonesia dengan menggunakan metode wawancara. Selain itu, pembuatan aplikasi

ini juga menggunakan metode waterfall, dimana proses-proses dilakukan secara

berurutan. Berbeda dengan pemodelan proses lainya, metode waterfall ini melakukan

pengembangan secara bertahap sehingga pembuat dapat secara jelas melakukan

patokan waktu untuk melaksanakan suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses

tersebut dapat ditunjukan pada gambar berikut :

Page 17: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

Analisis

Design

Implemtasi

Testing

Perawatan

II - 17

Gambar 2.1 Metode Waterfall

Pada tahap analisis yaitu pengumpulan data-data yang dijadikan sebagai

bahan dalam pembangunan aplikasi yang berlanjut pada tahap pendesignan yang

merupakan tahap perancangan pembangunan. Tahap pendesignan dilakukan untuk

membuat modul-modul yang merupakan hasil dari analisis tadi. Setelah tahap design

terlaksana, maka tahap selanjutnya adalah implementasi. Pada tahap ini, dilakukan

pengkodingan pada modul-modul yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya.

Setelah itu dilakukan pengujian terhadap produk yang dibuat. Pengujian

berdasarkan pencapaian tujuan pembangunan sistem, tingkat keamanan, keakuratan,

dan lain sebagainya. Jika sistem informasi yang dibangun telah melewati tahap

pengujian, maka sistem yang dibangun dapat digunakan oleh Jurusan Teknik

Informatika di Politeknik Pos Indonesia. Dalam pengunaanya dibutuhkan perawatan

terhadap sistem dan lingkunganya untuk menjaga produktifitas sistem. Sistem dapat

dikembangkan lagi jika terdapat perubahan-perubahan kebijakan perusahaan yang

berdampak pada perubahan metode pengelolaan barang di gudang.

Adapun metode waterfall ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan

jika dibandingkan dengan metode yang lainya. Hal itu dapat dijelaskan sebagai

berikut. Kelebihan Metode Waterfall :

1. Terdapat alur yang jelas dalam membangun sistem.

2. Terdapat tahapan-tahapan yang pasti telah siap sebelum memasuki tahapan

berikutnya.

3. Kebutuhan sistem dapat dipenuhi secara bertahap.

4. Resiko kegagalan proyek menjadi lebih kecil.

Feedback

Page 18: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 18

Kekurangan Metode Waterfall :

1. Pembagian proyek ke dalam tahap-tahap berurutan yang berbeda

mengakibatkan kesulitan dalam merespon perubahan kebutuhan konsumen.

2. Kekurangan utama model waterfall adalah kesulitan untuk mengakomodasi

perubahan setelah proses tersebut berjalan.

Metode lain yang sering digunakan dalam pengembangan perangkat lunak

adalah seperti metode prototype. Secara ideal, prototype adalah suatu mekanisme

untuk mengidentifikasi kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dihasilkan.

Prototype berlaku sebagai sistem pengenal, bukan sebagai sistem yang benar-benar

dihasilkan untuk dioperasionalkan. Tahapan-tahapan pada model proses prototyping

adalah sebagai berikut :

1. Paradigma prototyping diawali dengan komunikasi. Pengembang dan

pengguna bertemu dan mendefinisikan sasaran-sasaran menyeluruh dari

perangkat lunak yang akan dibangun dan mengidentifikasi kebutuhan apa saja

yang diinginkan.

2. Iterasi prototyping direncanakan secara cepat, demikian juga pemodelan

dalam bentuk rancangan segera dibuat. Perancangan yang cepat berfokus

pada penggambaran aspek-aspek perangkat lunak yang akan dilihat oleh

pengguna, seperti tampilan antarmuka pengguna dengan sistem, atau format

tampilan output.

3. Rancangan yang cepat ini akan membawa ke arah pembuatan program

(konstruksi) dari prototype. Prototype diserahkan dan dievaluasi oleh

pengguna.

Umpan balik dari pengguna digunakan untuk memperbaiki kriteria kebutuhan

perangkat lunak. Hal ini dilakukan berulang-ulang dimana prototype disesuaikan

untuk memenuhi kebutuhan pengguna, sementara pada saat yang sama pengembang

memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang diinginkan pengguna

untuk dipenuhi.

Kelebihan dari model proses prototype adalah mempermudah dalam

pembuatan perangkat lunak karena dapat mengikuti permintaan pelanggan dan

menyesuaikannya dengan perangkat lunak yang akan dibuat. Sedangkan kekurangan

Page 19: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 19

dari model proses prototype adalah terlalu banyaknya versi perangkat lunak yang

dibuat untuk menyesuaikan permintaan pelanggan.

2.7 Software yang Digunakan

2.7.1 Konsep Dasar Visual Basic.Net

Visual Basic.Net merupakan pemrograman terbaru keluaran Microsoft yang

merupakan kelanjutan dari Visual Basic 2010 Seperti halnya pada Visual Basic 2010,

aplikasi yang dapat dikembangkan oleh Visual Basic.Net antara lain adalah aplikasi

database, melakukan koneksi dengan database, dan melakukan berbagai perintah

database. Software database yang digunakan adalah Microsoft SQL Server 2008 R2.

Untuk pembuatan aplikasi database, Visual Basic.NET memiliki komponen

pendukung yaitu ADO.NET. Sedangkan untuk membuat laporan Visual Studio.NET

memiliki alat yaitu Crystal Report. Aplikasi yang dapat didukung oleh Visual

Basic.NET adalah aplikasi mobile, web ASP, dan layanan web XML.

Aplikasi yang dihasilkan oleh Visual Basic.NET akan berjalan di lingkungan

GUI (Grapichal User Interface), dimana beberapa program modern yang telah

berjalan di lingkungan tersebut. Yang dimaksud Interface pada lingkungan tersebut

antara lain sebagai berikut.

1. Button dan menu yang dapat dipilih dan diklik.

2. Text Box yang dapat menulis teks didalamnya.

3. Icon dan gambar grafik lainya yang membantu user dalam menjalankan

sebuah program.

4. Komponen lainnya.

Teknologi .NET merupakan suatu platform baru dalam pemrograman dengan

lingkungan yang terdistribusi luas sehingga .NET mudah dijalankan dimana saja

termasuk apabila memiliki Internet Explorer.

2.7.2 Konsep Dasar SQL Server

SQL Server adalah server basis data yang secara fungsional adalah proses

atau aplikasi yang menyediakan layanan basis data. Client tidak mempunyai akses

langsung kedata tetapi selalu berkomunikasi dengan server basis data.

SQL Server menggunakan tipe dari database yang disebut database relasional.

Database relasional adalah database yang digunakan sebuah data untuk mengatur

Page 20: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 20

atau mengorganisasikan kedalam tabel. SQL Server digunakan untuk

menggambarkan model dan implementasi pada database[5].

Keuntungan menggunakan SQL Server dapat didefinisikan menjadi dua

bagian yaitu satu bagian untuk menjalankan pada server dan bagian lain untuk client.

Keuntungan Client.

1. Mudah digunakan .

2. Mendukung berbagai perangkat keras.

3. Mendukung berbagai aplikasi perangkat lunak.

4. Biasa untuk digunakan.

Keuntungan Server :

1. Dapat diandalkan (Reliable).

2. Toleransi kesalahan (Fault Tolerant).

3. Konkurensi (Concurrent).

4. Performa tinggi dalam perangkat keras (High-performance Hardware).

5. Pengendalian terpusat (Centralized Control).

6. Penguncian yang canggih (Sophisticated Locking).

2.8 Teori Pengujian

2.8.1 Teknik Pengujian Perangkat lunak

Teknik pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas

perangkat lunak dan mempresentasikan kajian dari spesifikasi, desain, dan

pengkodean.

2.8.1.1 Teknik Pengujian White Box

Pengujian white-box adalah metode desain test case yang menggunakan

struktur control design procedural untuk memperoleh test case (Kristanto, 1994: 56).

Dengan menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat

melakukan test case sebagai berikut.

1. Memberikan jaminan bahwa semua jalur independent pada suatu model telah

digunakan paling tidak satu kali.

2. Menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false.

3. Mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas operasional

mereka.

Page 21: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 21

4. Menggunakan struktur data internal untuk menjamin validatasnya.

2.8.1.2 Teknik Pengujian Black Box

Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak

mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua

persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian black-box merupakan

pendekatan komplementer yang memungkinkan besar mampu mengungkap kelas

kesalahan daripada metode white-box. Pengujian black box berusaha menemukan

kesalahan dalam kategori sebagai berikut.

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang.

2. Kesalahan interface.

3. Kesalahan dalam struktur data.

4. Kesalahan kinerja.

5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi.

2.8.2 Strategi Pengujian

Dalam strategi pengujian perangkat lunak sering mengacu pada istilah

validasi dan verifikasi. Verifikasi mengacu pada sekumpulan aktivitas untuk

memastikan apakah pengimplementasian perangkat lunak sudah benar untuk

menjalankan fungsi tertentu. Sedangkan validasi mengacu pada sekumpulan aktivitas

untuk memastikan perangkat lunak yang telah dibangun dapat ditelusuri sesuai

dengan kebutuhan customer[6].

2.8.2.1 Pengujian Unit

Pengujian ini berfokus pada usaha verifikasi pada inti terkecil dari design

perangkat lunak yaitu modul.

2.8.2.2 Pengujian Integrasi

Pengujian integrasi adalah teknik sistematis untuk mengkonstruksi struktur

program sambil melakukan pengujian untuk mengungkap kesalahan sehubungan

dengan interfacing. Pengujian ini dapat menggunakan strategi top down, buttom up,

maupun campuran.

Page 22: BAB II MEMBAHASAN TEORI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM

II - 22

2.8.2.3 Pengujian Validasi

Pengujian validasi terdiri dari pengujian alpha dan pengujian beta. Pengujian

alpha dilakukan pada sisi pengembang oleh seorang pelanggan. Pengujian ini

dilakukan pada lingkungan uang terkontrol. Sedangkan pengujian beta dilakukan

pada satu atau lebih pelanggan oleh pemakai akhir perangkat lunak. Pengembang

biasanya tidak ikut serta dalam pengujian ini.

2.8.2.4 Pengujian Sistem

Pengujian dilakukan secara bersama-sama dengan elemen sistem yang lain,

(misalnya perangkat keras baru, informasi dan data, dan lain-lain) yang meliputi

integrasi dan validasi sistem.