bab ii membahasan teori aplikasi pembagian harta warisan berdasarkan hukum islam
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas teori-teori yang menjadi bahan dalam pembuatan
proyek ini.
2.1 Fara’id dan Harta Warisan
2.1.1 Pengertian Fara’id
Ilmu yang membahas tentang pembagian harta warisan dari seseorang yang
meninggal dunia disebut ilmu marats. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka
lepaslah semua hak miliknya dan berpindah kepada ahli waris. Selain itu ada
beberapa hal yang berkaitan dengan seseorang yang telah meninggal dunia tadi yaitu
melaksanakan beberapa hak dan kewajiban[1].
Adapun hal yang harus didahulukan dalam rangka mengurus harta waris
adalah.
a. membayar ongkos memelihara mayit, seperti kain kafan, mengubur dan
sebagainya yang wajib dalam rangka memelihara mayit.
b. melaksanakan wasiatnya, bila ia berwasiat.
c. membereskan barang gadaiannya, bila ia menggadaikan atau menerima
barang gadaian.
d. membayar hutang bila ia berhutang atau membayar denda bila ia didenda.
e. membayar kewajiban zakatnya bila ia belum berzakat.
f. membayar ongkos-ongkos mengerjakan kodo hajinya bila ia belum berhaji,
sudah nisab.
Apabila hal di atas sudah dilaksanakan, maka harta warisan dapat dibagikan
kepada ahli waris yang ada. Pembagian harta warisan menurut hukum islam sesuai
dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadist, bertujuan positif dan konstruktif untuk
menyelamatkan umat Islam (Muslim) dari perbuatan tercela yakni mengambil dan
memakan hak milik orang lain, terutama hak milik orang yatim dengan jalan yang
tidak benar.
II - 1
II - 2
2.1.2 Harta Warisan
Menurut bahasa, Harta benda / kekayaan yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal dunia setelah diambil berbagai kepentingan atau tindakan perempuan
sebelum dialihkan kepada ahli waris disebut harta warisan. Namun menurut syariat,
harta warisan adalah hak maupun harta benda yang ditinggalkan oleh yang
meninggal dunia. Jadi harta warisan yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia baik berwujud harta benda maupun
yang merupakan hutang piutang. Pengertian harta warisan ini terdapat tiga unsur
pokok.
a. Harta.
b. Harta peninggalan.
c. Tindakan pemurnian. Tindakan pengeluaran harta yang menjadi hak orang
lain dan hak pewaris.
2.1.3 Pembagian Harta Warisan
JUMLAH bagian yang telah ditentukan Al-Qur'an ada enam macam, yaitu
setengah (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua per tiga (2/3), sepertiga
(1/3), dan seperenam (1/6). Ashhabul furudh dengan bagian yang berhak ia terima.
2.1.3.1 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Setengah
Ashhabul furudh yang berhak mendapatkan separo dari harta waris
peninggalan pewaris ada lima, satu dari golongan laki-laki dan empat lainnya
perempuan. Kelima ashhabul furudh tersebut ialah suami, anak perempuan, cucu
perempuan keturunan anak laki-laki, saudara kandung perempuan, dan saudara
perempuan seayah. Rinciannya seperti berikut.
1. Seorang suami berhak untuk mendapatkan separo harta warisan, dengan syarat
apabila pewaris tidak mempunyai keturunan, baik anak laki-laki maupun anak
perempuan, baik anak keturunan itu dari suami tersebut ataupun bukan. Dalilnya
adalah firman Allah: "... dan bagi kalian (para suami) mendapat separo dari harta
yang ditinggalkan istri-istri kalian, bila mereka (para istri) tidak mempunyai anak ..."
(an-Nisa': 12).
II - 3
2. Anak perempuan (kandung) mendapat bagian separo harta peninggalan
pewaris, dengan dua syarat.
a. Pewaris tidak mempunyai anak laki-laki (berarti anak perempuan tersebut
tidak mempunyai saudara laki-laki, penj.).
b. Apabila anak perempuan itu adalah anak tunggal. Dalilnya adalah firman
Allah: "dan apabila ia (anak perempuan) hanya seorang, maka ia
mendapat separo harta warisan yang ada". Bila kedua persyaratan tersebut
tidak ada, maka anak perempuan pewaris tidak mendapat bagian
setengah.
3. Cucu perempuan keturunan anak laki-laki akan mendapat bagian separo,
dengan tiga syarat.
a. Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki (yakni cucu laki-laki dari
keturunan anak laki-laki).
b. Apabila hanya seorang (yakni cucu perempuan dari keturunan anak laki-
laki tersebut sebagai cucu tunggal).
c. Apabila pewaris tidak mempunyai anak perempuan ataupun anak laki-
laki.
Dalilnya sama saja dengan dalil bagian anak perempuan (sama dengan nomor
2). Sebab cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki sama kedudukannya dengan
anak kandung perempuan bila anak kandung perempuan tidak ada. Maka firman-Nya
"yushikumullahu fi auladikum", mencakup anak dan anak laki-laki dari keturunan
anak, dan hal ini telah menjadi kesepakatan para ulama.
4. Saudara kandung perempuan akan mendapat bagian separo harta warisan,
dengan tiga syarat.
a. Ia tidak mempunyai saudara kandung laki-laki.
b. Ia hanya seorang diri (tidak mempunyai saudara perempuan).
c. Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakek, dan tidak pula mempunyai
keturunan, baik keturunan laki-laki ataupun keturunan perempuan.
Dalilnya adalah firman Allah berikut: "Mereka meminta fatwa kepadamu
(tentang kalalah). Katakanlah: 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
II - 4
(yaituj: jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai
saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta
yang ditinggalkannya ...'" (an-Nisa': 176).
5. Saudara perempuan seayah akan mendapat bagian separo dari harta warisan
peninggalan pewaris, dengan empat syarat.
a. Apabila ia tidak mempunyai saudara laki-laki.
b. Apabila ia hanya seorang diri.
c. Pewaris tidak mempunyai saudara kandung perempuan.
d. Pewaris tidak mempunyai ayah atau kakak, dan tidak pula anak, baik anak
laki-laki maupun perempuan.
Dalilnya sama dengan Butir 4 (an-Nisa': 176), dan hal ini telah menjadi
kesepakatan ulama.
2.1.3.2 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperempat
Adapun kerabat pewaris yang berhak mendapat seperempat (1/4) dari harta
peninggalannya hanya ada dua, yaitu suami dan istri. Rinciannya sebagai berikut:
1. Seorang suami berhak mendapat bagian seperempat (1/4) dari harta
peninggalan istrinya dengan satu syarat, yaitu bila sang istri mempunyai anak atau
cucu laki-laki dari keturunan anak laki-lakinya, baik anak atau cucu tersebut dari
darah dagingnya ataupun dari suami lain (sebelumnya). Hal ini berdasarkan firman
Allah berikut: "... Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya É" (an-Nisa': 12).
2. Seorang istri akan mendapat bagian seperempat (1/4) dari harta peninggalan
suaminya dengan satu syarat, yaitu apabila suami tidak mempunyai anak/cucu, baik
anak tersebut lahir dari rahimnya ataupun dari rahim istri lainnya. Ketentuan ini
berdasarkan firman Allah berikut: "... Para istri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak ..." (an-Nisa': 12).
Ada satu hal yang patut diketahui oleh kita --khususnya para penuntut ilmu--
tentang bagian istri. Yang dimaksud dengan "istri mendapat seperempat" adalah bagi
seluruh istri yang dinikahi seorang suami yang meninggal tersebut. Dengan kata lain,
sekalipun seorang suami meninggalkan istri lebih dari satu, maka mereka tetap
II - 5
mendapat seperempat harta peninggalan suami mereka. Hal ini berdasarkan firman
Allah di atas, yaitu dengan digunakannya kata lahunna (dalam bentuk jamak) yang
bermakna 'mereka perempuan'. Jadi, baik suami meninggalkan seorang istri ataupun
empat orang istri, bagian mereka tetap seperempat dari harta peninggalan.
2.1.3.3 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Seperdelapan
Dari sederetan ashhabul furudh yang berhak memperoleh bagian
seperdelapan (1/8) yaitu istri. Istri, baik seorang maupun lebih akan mendapatkan
seperdelapan dari harta peninggalan suaminya, bila suami mempunyai anak atau
cucu, baik anak tersebut lahir dari rahimnya atau dari rahim istri yang lain. Dalilnya
adalah firman Allah SWT: "... Jika kamu mempunyai anak, maka para istri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuh, wasiat
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu ..." (an-Nisa': 12).
2.1.3.4 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Dua per Tiga
Ahli waris yang berhak mendapat bagian dua per tiga (2/3) dari harta
peninggalan pewaris ada empat, dan semuanya terdiri dari wanita.
1. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih.
2. Dua orang cucu perempuan keturunan anak laki-laki atau lebih.
3. Dua orang saudara kandung perempuan atau lebih.
4. Dua orang saudara perempuan seayah atau lebih.
Ketentuan ini terikat oleh syarat-syarat seperti berikut.
1. Dua anak perempuan (kandung) atau lebih itu tidak mempunyai saudara laki-
laki, yakni anak laki-laki dari pewaris. Dalilnya firman Allah berikut: "... dan jika
anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua per tiga dari
harta yang ditinggalkan ..." (an-Nisa': 11).
Ada satu hal penting yang mesti kita ketahui agar tidak tersesat dalam
memahami hukum yang ada dalam Kitabullah. Makna "fauqa itsnataini" bukanlah
'anak perempuan lebih dari dua', melainkan 'dua anak perempuan atau lebih', hal ini
merupakan kesepakatan para ulama. Mereka bersandar pada hadits Rasulullah saw.
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang mengisahkan vonis
II - 6
Rasulullah terhadap pengaduan istri Sa'ad bin ar-Rabi' r.a. --sebagaimana
diungkapkan dalam bab sebelum ini.
Hadits tersebut sangat jelas dan tegas menunjukkan bahwa makna ayat
itsnataini adalah 'dua anak perempuan atau lebih'. Jadi, orang yang berpendapat
bahwa maksud ayat tersebut adalah "anak perempuan lebih dari dua" jelas tidak
benar dan menyalahi ijma' para ulama. Wallahu a'lam.
2. Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki akan mendapatkan
bagian dua per tiga (2/3), dengan persyaratan sebagai berikut.
a. Pewaris tidak mempunyai anak kandung, baik laki-laki atau perempuan.
b. Pewaris tidak mempunyai dua orang anak kandung perempuan.
c. Dua cucu putri tersebut tidak mempunyai saudara laki-laki.
3. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) akan mendapat bagian dua per
tiga dengan persyaratan sebagai berikut.
a. Bila pewaris tidak mempunyai anak (baik laki-laki maupun perempuan),
juga tidak mempunyai ayah atau kakek.
b. Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) itu tidak mempunyai
saudara laki-laki sebagai 'ashabah.
c. Pewaris tidak mempunyai anak perempuan, atau cucu perempuan dari
keturunan anak laki-laki. Dalilnya adalah firman Allah: "... tetapi jika
saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua per tiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal ..." (an-Nisa': 176).
4. Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) akan mendapat bagian dua per tiga
dengan syarat sebagai berikut.
a. Bila pewaris tidak mempunyai anak, ayah, atau kakek.
b. Kedua saudara perempuan seayah itu tidak mempunyai saudara laki-laki
seayah.
c. Pewaris tidak mempunyai anak perempuan atau cucu perempuan dari
keturunan anak laki-laki, atau saudara kandung (baik laki-laki maupun
perempuan).
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi dua saudara perempuan seayah untuk
mendapatkan bagian dua per tiga hampir sama dengan persyaratan dua saudara
II - 7
kandung perempuan, hanya di sini (saudara seayah) ditambah dengan keharusan
adanya saudara kandung (baik laki-laki maupun perempuan). Dan dalilnya sama,
yaitu ijma' para ulama bahwa ayat "... tetapi jika saudara perempuan itu dua orang,
maka bagi keduanya dua per tiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang
meninggal ..." (an-Nisa': 176) mencakup saudara kandung perempuan dan saudara
perempuan seayah. Sedangkan saudara perempuan seibu tidaklah termasuk dalam
pengertian ayat tersebut. Wallahu a'lam.
2.1.3.5 Ashhabul furudh yang Berhak Mendapat Bagian Sepertiga
Adapun ashhabul furudh yang berhak mendapatkan warisan sepertiga bagian
hanya dua, yaitu ibu dan dua saudara (baik laki-laki ataupun perempuan) yang seibu.
Seorang ibu berhak mendapatkan bagian sepertiga dengan syarat sebagai berikut.
1. Pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-laki dari keturunan anak laki-
laki.
2. Pewaris tidak mempunyai dua orang saudara atau lebih (laki-laki maupun
perempuan), baik saudara itu sekandung atau seayah ataupun seibu. Dalilnya
adalah firman Allah:
"... dan jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi
oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga..." (an-Nisa': 11)
Juga firman-Nya:
"... jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam..." (an-Nisa': 11).
2.1.3.6 Ashhabul furudh yang Mendapat Bagian Seperenam
Adapun asbhabul furudh yang berhak mendapat bagian seperenam (1/6) ada
tujuh orang. Mereka adalah (1) ayah, (2) kakek asli (bapak dari ayah), (3) ibu, (4)
cucu perempuan keturunan anak laki-laki, (5) saudara perempuan seayah, (6) nenek
asli, (7) saudara laki-laki dan perempuan seibu.
1. Seorang ayah akan mendapat bagian seperenam (1/6) bila pewaris mempunyai
anak, baik anak laki-laki atau anak perempuan. Dalilnya firman Allah (artinya): "...
Dan untuk dua orang ibu bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak ..." (an-Nisa': 11).
II - 8
2. Seorang kakek (bapak dari ayah) akan mendapat bagian seperenam (1/6) bila
pewaris mempunyai anak laki-laki atau perempuan atau cucu laki-laki dari keturunan
anak --dengan syarat ayah pewaris tidak ada. Jadi, dalam keadaan demikian salah
seorang kakek akan menduduki kedudukan seorang ayah, kecuali dalam tiga keadaan
yang akan saya rinci dalam bab tersendiri.
3. Ibu akan memperoleh seperenam (1/6) bagian dari harta yang ditinggalkan
pewaris, dengan dua syarat yaitu sebagai berikut.
a. Bila pewaris mempunyai anak laki-laki atau perempuan atau cucu laki-
laki keturunan anak laki-laki.
b. Bila pewaris mempunyai dua orang saudara atau lebih, baik saudara laki-
laki ataupun perempuan, baik sekandung, seayah, ataupun seibu. Dalilnya
firman Allah (artinya):
"... jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam ..." (an-Nisa': 11).
4. Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki seorang atau lebih akan
mendapat bagian seperenam (1/6), apabila yang meninggal (pewaris) mempunyai
satu anak perempuan. Dalam keadaan demikian, anak perempuan tersebut mendapat
bagian setengah (1/2), dan cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki pewaris
mendapat seperenam (1/6), sebagai pelengkap dua per tiga (2/3). Dalilnya adalah
hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam sahihnya bahwa Abu Musa al-Asy'ari
r.a. ditanya tentang masalah warisan seseorang yang meninggalkan seorang anak
perempuan, cucu perempuan dari keturunan anak laki-lakinya, dan saudara
perempuan. Abu Musa kemudian menjawab: "Bagi anak perempuan mendapat
bagian separo (1/2), dan yang setengah sisanya menjadi bagian saudara perempuan.
"Merasa kurang puas dengan jawaban Abu Musa, sang penanya pergi
mendatangi Ibnu Mas'ud. Maka Ibnu Mas'ud berkata: "Aku akan memutuskan seperti
apa yang pernah diputuskan Rasulullah saw., bagi anak perempuan separo (1/2) harta
peninggalan pewaris, dan bagi cucu perempuan keturunan dari anak laki-laki
mendapat bagian seperenam (1/6) sebagai pelengkap 2/3, dan sisanya menjadi bagian
saudara perempuan pewaris. "Mendengar jawaban Ibnu Mas'ud, sang penanya
kembali menemui Abu Musa al-Asy'ari dan memberi tahu permasalahannya.
II - 9
Kemudian Abu Musa berkata: "Janganlah sekali-kali kalian menanyaiku selama sang
alim ada di tengah-tengah kalian."
5. Saudara perempuan seayah satu orang atau lebih akan mendapat bagian
seperenam (1/6), apabila pewaris mempunyai seorang saudara kandung perempuan.
Hal ini hukumnya sama denga keadaan jika cucu perempuan keturunan anak
laki-laki bersamaan dengan adanya anak perempuan. Jadi, bila seseorang meninggal
dunia dan meninggalkan saudara perempuan sekandung dan saudara perempuan
seayah atau lebih, maka saudara perempuan seayah mendapat bagian seperenam
(1/6) sebagai penyempurna dari dua per tiga (2/3). Sebab ketika saudara perempuan
kandung memperoleh setengah (1/2) bagian, maka tidak ada sisa kecuali seperenam
(1/6) yang memang merupakan hak saudara perempuan seayah.
6. Saudara laki-laki atau perempuan seibu akan mendapat bagian masing-masing
seperenam (1/6) bila mewarisi sendirian. Dalilnya adalah firman Allah (artinya) "jika
seseorang mati baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan
tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja)
atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua
jenis saudara itu seperenam harta". Dan persyaratannya adalah bila pewaris tidak
mempunyai pokok (yakni kakek) dan tidak pula cabang (yakni anak, baik laki-laki
atau perempuan).
7. Nenek asli mendapatkan bagian seperenam (1/6) ketika pewaris tidak lagi
mempunyai ibu. Ketentuan demikian baik nenek itu hanya satu ataupun lebih (dari
jalur ayah maupun ibu), yang jelas seperenam itu dibagikan secara rata kepada
mereka. Hal ini berlandaskan pada apa yang telah ditetapkan di dalam hadits sahih
dan ijma' seluruh sahabat.
Ashhabus Sunan meriwayatkan bahwa seorang nenek datang kepada Abu Bakar
ash-Shiddiq r.a. untuk menuntut hak warisnya. Abu Bakar menjawab: "Saya tidak
mendapati hakmu dalam Al-Qur'an maka pulanglah dulu, dan tunggulah hingga aku
menanyakannya kepada para sahabat Rasulullah saw." Kemudian al-Mughirah bin
Syu'bah mengatakan kepada Abu Bakar: "Suatu ketika aku pernah menjumpai
Rasulullah saw. memberikan hak seorang nenek seperenam (1/6)." Mendengar
II - 10
pernyataan al-Mughirah itu Abu Bakar kemudian memanggil nenek tadi dan
memberinya seperenam (1/6).
2.1.4 ASHABAH
Kata 'ashabab dalam bahasa Arab berarti kerabat seseorang dari pihak bapak.
Disebut demikian, dikarenakan mereka (yakni kerabat bapak) menguatkan dan
melindungi. Dalam kalimat bahasa Arab banyak digunakan kata 'ushbah sebagai
ungkapan bagi kelompok yang kuat. Demikian juga di dalam Al-Qur'an, kata ini
sering kali digunakan, di antaranya dalam firman Allah berikut: "Mereka berkata:
'Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat),
sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.'" (Yusuf: 14).
Maka jika dalam faraid kerabat diistilahkan dengan 'ashabah hal ini disebabkan
mereka melindungi dan menguatkan. Inilah pengertian 'ashabah dari segi bahasa.
Sedangkan pengertian 'ashabah menurut istilah para fuqaha ialah ahli waris
yang tidak disebutkan banyaknya bagian di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan
tegas. Sebagai contoh, anak laki-laki, cucu laki-laki keturunan anak laki-laki, saudara
kandung laki-laki dan saudara laki-laki seayah, dan paman (saudara kandung ayah).
Kekerabatan mereka sangat kuat dikarenakan berasal dari pihak ayah.
Pengertian 'ashabah yang sangat masyhur di kalangan ulama faraid ialah orang yang
menguasai harta waris karena ia menjadi ahli waris tunggal. Selain itu, ia juga
menerima seluruh sisa harta warisan setelah ashhabul furudh menerima dan
mengambil bagian masing-masing.
2.1.5 Al-'Aul
Al-'aul dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, di antaranya bermakna
azh-zhulm (aniaya) dan tidak adil, seperti yang difirmankan-Nya: "... Yang demikian
itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya." (an-Nisa': 3). Al-'aul juga
bermakna 'naik' atau 'meluap'. Dikatakan 'alaa al-ma'u idzaa irtafa'a yang artinya 'air
yang naik meluap'. Al-'aul bisa juga berarti 'bertambah', seperti tampak dalam
kalimat ini: 'alaa al-miizaan yang berarti 'berat timbangannya'.
Sedangkan definisi al-'aul menurut istilah fuqaha yaitu bertambahnya jumlah bagian
fardh dan berkurangnya nashib (bagian) para ahli waris.
II - 11
Hal ini terjadi ketika makin banyaknya ashhabul furudh sehingga harta yang
dibagikan habis, padahal di antara mereka ada yang belum menerima bagian. Dalam
keadaan seperti ini kita harus menaikkan atau menambah pokok masalahnya
sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada --
meski bagian mereka menjadi berkurang.
Misalnya bagian seorang suami yang semestinya mendapat setengah (1/2)
dapat berubah menjadi sepertiga (1/3) dalam keadaan tertentu, seperti bila pokok
masalahnya dinaikkan dari semula enam (6) menjadi sembilan (9). Maka dalam hal
ini seorang suami yang semestinya mendapat bagian 3/6 (setengah) hanya
memperoleh 3/9 (sepertiga). Begitu pula halnya dengan ashhabul furudh yang lain,
bagian mereka dapat berkurang manakala pokok masalahnya naik atau bertambah.
2.1.6 Ar-Radd
Ar-radd dalam bahasa Arab berarti 'kembali/kembalikan' atau juga bermakna
'berpaling/palingkan'. Seperti terdapat dalam firman Allah berikut: "Musa berkata:
'Itulah (tempat) yang kita cari.' Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka
semula. " (al-Kahfi: 64). "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang
keadaan mereka penuh kejengkelan ..." (al-Ahzab: 25). Dalam sebuah doa disebutkan
"Allahumma radda kaidahum 'annii" (Ya Allah, palingkanlah/halaulah tipu daya
mereka terhadapku).
Adapun ar-radd menurut istilah ulama ilmu faraid ialah berkurangnya pokok
masalah dan bertambahnya/lebihnya jumlah bagian ashhabul furudh. Ar-radd
merupakan kebalikan dari al-'aul. Sebagai misal, dalam suatu keadaan (dalam
pembagian hak waris) para ashhabul furudh telah menerima haknya masing-masing,
tetapi ternyata harta warisan itu masih tersisa --sementara itu tidak ada sosok kerabat
lain sebagai 'ashabah-- maka sisa harta waris itu diberikan atau dikembalikan lagi
kepada para ashhabul furudh sesuai dengan bagian mereka masing-masing.
2.2 Ahli Waris
Menurut hukum waris islam (fara’id), pada dasarnya ahli waris terdiri dari
dua kelompok besar yaitu ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan.
II - 12
2.2.1 Ahli Waris Laki-laki
Seorang laki-laki yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang
telah meninggal dunia disebut “al-waarist”. Apabila laki-laki yang berhak menerima
harta warisan dalam jumlah banyak, maka disebut “al-waaristun” atau “al-waritsin”.
Jelasnya, apabila seseorang meninggal dunia maka laki-laki yang boleh menerima
harta warisannya, antara lain sebagai berikut.
a. Anak laki-laki.
b. Cucu laki-laki (dari anak laki-laki).
c. Ayah, bapak.
d. Kakek (dari pihak bapak).
e. Saudara kandung laki-laki.
f. Saudara laki-laki seayah.
g. Saudara laki-laki seibu.
h. Anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki.
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu.
j. Paman (saudara kandung bapak).
k. Paman (saudara bapak seayah).
l. Anak laki-laki dari paman (saudara kandung ayah).
m. Anak laki-laki paman seayah.
n. Suami.
o. Laki-laki yang memerdekakan budak.
2.2.2 Ahli Waris Perempuan
Seorang perempuan yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang
telah meninggal dunia disebut “al-waaristah”. Apabila perempuan yang berhak
menerima harta warisan dalam jumlah banyak, maka disebut “al-waaritsaat. Jelasnya,
apabila seseorang meninggal dunia maka perempuan-perempuan yang boleh
menerima harta warisannya, antara lain sebagai berikut.
a. Anak perempuan.
b. Ibu.
c. Nenek.
d. Saudara kandung perempuan.
II - 13
e. Saudara perempuan seayah.
f. Saudara perempuan seibu.
g. Istri.
h. Perempuan yang memerdekakan budak.
2.3 Konsep Dasar Aplikasi
2.3.1 Pengertian Aplikasi
Aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang
memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang
diinginkan pengguna [2].
Biasanya dibandingkan dengan perangkat lunak system yang
mengintegrasikan berbagai kemampuan komputer, tapi tidak secara langsung
menerapkan kemampuan tersebut untuk mengerjakan suatu tugas yang
menguntungkan pengguna.
2.4 Konsep Dasar Basis Data
Basis data sebagai kumpulan dari data yang saling berhubungan yang
diorganisasi sedemikian rupa agar kemudian dapat dimanfaatkan lagi dengan cepat
dan mudah [3].
Definisi basis data (database) sangatlah bervariasi. Basis data dapat dianggap
sebagai kumpulan data yang terkomputerisasi, diatur dan disimpan menurut salah
satu cara yang memudahkan pengambilan kembali. Secara sederhana basis data dapat
diungkapkan sebagai suatu pengorganisasian data dengan bantuan komputer yang
memungkinkan data dapat diakses dengan mudah dan cepat. Basis data mempunyai
beberapa kriteria penting, yaitu sebagai berikut.
1. Bersifat data oriented dan bukan program oriented.
2. Dapat digunakan oleh beberapa program aplikasi tanpa perlu mengubah basis
datanya.
3. Dapat dikembangkan dengan mudah, baik volume maupun strukturnya.
4. Dapat memenuhi kebutuhan sistem-sistem baru secara mudah.
5. Dapat digunakan dengan cara-cara yang berbeda.
II - 14
Prinsip utama basis data adalah pengaturan data dengan tujuan utama
fleksibelitas dan kecepatan dalam pengambilan data kembali. Adapun tujuan basis
data diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Efisien, meliputi speed, space dan accurancy.
2. Menangani data dalam jumlah besar.
3. Kebersamaan pemakaian (sharebility).
4. Meniadakan duplikasi dan inkonsistensi data.
2.5 Analisis dan Perancangan
Perancangan sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan
dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam
satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Alat bantu yang digunakan dalam
perancangan sistem antara lain UML (Unified Modeling Language), use case
diagram, class diagram, sequence diagram, collaboration diagram, activity diagram,
statechart diagram, component diagram dan deployment diagram.
2.5.1 UML (Unified Modeling Language)
UML memberikan model yang siap pakai yang merupakan bahasa pemodelan
visual yang ekspresif untuk mengembangkan dan saling tukar menukar model
dengan mudah dan dimengerti secara umum, memberikan bahasa pemodelan yang
bebas dari berbagai bahasa pemrograman dan proses rekayasa serta menyatukan
praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.
Spesifikasi UML mendefinisikan sekumpulan diagram grafis sebagai
tampilan dari beberapa level abstraksi. Dapat digunakan bersama oleh semua proses
pada keseluruhan tahap siklus-hidup (life-cycle) pengembangan software serta pada
implementasi ke beberapa teknologi yang berbeda[4].
II - 15
2.5.2 Model Diagram UML
2.5.2.1 Use Case Diagram
Use case adalah gambaran fungsionalitas dari suatu sistem, sehingga
customer atau pengguna sistem paham dan mengerti mengenai kegunaan sistem yang
akan dibangun. Use case digunakan untuk memodelkan dan menyatakan unit
fungsi/layanan yang disediakan oleh sistem ke pengguna[4].
2.5.2.2 Class Diagram
Class diagram adalah suatu diagram yang memperlihatkan atau menampilkan
struktur dari sebuah sistem yang akan menampilkan sistem kelas, atribut dan
hubungan antarkelas ketika suatu sistem telah selesai membuat diagram[4].
2.5.2.3 Sequence Diagram
Sequence diagram adalah diagram yang mengambarkan alur kerja dari fungsi-
fungsi dalam sistem dengan use-case dimana didalamnya terdapat actor[4].
2.5.2.4 Collaboration Diagram
Collaboration diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan antar
objek dan aktor dengan tidak memperhatikan waktu/urutan. Dalam diagram ini
terdapat method yang dijalankan antara objek yang satu dan objek lainnya[4].
2.5.2.5 Activity Diagram
Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang
sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin
terjadi dan bagaimana mereka berakhir[4].
2.5.2.6 Statechart Diagram
Statechart diagram adalah diagram yang memberikan berbagai cara/jalan
kepada model untuk berbagai kejadian yang mungkin terjadi dalam sebuah objek[4].
2.5.2.7 Component Diagram
Component diagram adalah diagram yang menggambarkan model secara fisik
sebagai sebuah software komponen yang ada dalam sebuah system[4].
II - 16
2.5.2.8 Deployment Diagram
Deployment diagram adalah diagram yang menggambarkan bentuk layout
secara fisik bentuk jaringan dan posisi komponen-komponen dari system[4].
2.5.3 Kegunaan UML
Merepresentasikan elemen suatu sistem atau suatu domain dan relationship-
nya pada suatu static structure menggunakan class dan diagram object.
Memodelkan behavior object dengan state transition diagrams.
Menampilkan Arsitektur Implementasi Fisik (Physical Implementation
Architecture) dengan diagram komponen dan diagram penyebaran
(Deployment).
Menampilkan batas suatu sistem dan fungsi utamanya menggunakan use
cases dan actors.
Mengilustrasikan realisasi use case dengan interaction diagrams.
2.6 Rekayasa Perangat Lunak
2.6.1 Model Proses
Dalam pengumpulan data-data yang dapat digunakan sebagai bahan dalam
pembangunan Aplikasi Manajemen Pengajuan Proposal Proyek 2 Di Politeknik Pos
Indonesia dengan menggunakan metode wawancara. Selain itu, pembuatan aplikasi
ini juga menggunakan metode waterfall, dimana proses-proses dilakukan secara
berurutan. Berbeda dengan pemodelan proses lainya, metode waterfall ini melakukan
pengembangan secara bertahap sehingga pembuat dapat secara jelas melakukan
patokan waktu untuk melaksanakan suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses
tersebut dapat ditunjukan pada gambar berikut :
Analisis
Design
Implemtasi
Testing
Perawatan
II - 17
Gambar 2.1 Metode Waterfall
Pada tahap analisis yaitu pengumpulan data-data yang dijadikan sebagai
bahan dalam pembangunan aplikasi yang berlanjut pada tahap pendesignan yang
merupakan tahap perancangan pembangunan. Tahap pendesignan dilakukan untuk
membuat modul-modul yang merupakan hasil dari analisis tadi. Setelah tahap design
terlaksana, maka tahap selanjutnya adalah implementasi. Pada tahap ini, dilakukan
pengkodingan pada modul-modul yang telah disiapkan pada tahap sebelumnya.
Setelah itu dilakukan pengujian terhadap produk yang dibuat. Pengujian
berdasarkan pencapaian tujuan pembangunan sistem, tingkat keamanan, keakuratan,
dan lain sebagainya. Jika sistem informasi yang dibangun telah melewati tahap
pengujian, maka sistem yang dibangun dapat digunakan oleh Jurusan Teknik
Informatika di Politeknik Pos Indonesia. Dalam pengunaanya dibutuhkan perawatan
terhadap sistem dan lingkunganya untuk menjaga produktifitas sistem. Sistem dapat
dikembangkan lagi jika terdapat perubahan-perubahan kebijakan perusahaan yang
berdampak pada perubahan metode pengelolaan barang di gudang.
Adapun metode waterfall ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
jika dibandingkan dengan metode yang lainya. Hal itu dapat dijelaskan sebagai
berikut. Kelebihan Metode Waterfall :
1. Terdapat alur yang jelas dalam membangun sistem.
2. Terdapat tahapan-tahapan yang pasti telah siap sebelum memasuki tahapan
berikutnya.
3. Kebutuhan sistem dapat dipenuhi secara bertahap.
4. Resiko kegagalan proyek menjadi lebih kecil.
Feedback
II - 18
Kekurangan Metode Waterfall :
1. Pembagian proyek ke dalam tahap-tahap berurutan yang berbeda
mengakibatkan kesulitan dalam merespon perubahan kebutuhan konsumen.
2. Kekurangan utama model waterfall adalah kesulitan untuk mengakomodasi
perubahan setelah proses tersebut berjalan.
Metode lain yang sering digunakan dalam pengembangan perangkat lunak
adalah seperti metode prototype. Secara ideal, prototype adalah suatu mekanisme
untuk mengidentifikasi kebutuhan dari perangkat lunak yang akan dihasilkan.
Prototype berlaku sebagai sistem pengenal, bukan sebagai sistem yang benar-benar
dihasilkan untuk dioperasionalkan. Tahapan-tahapan pada model proses prototyping
adalah sebagai berikut :
1. Paradigma prototyping diawali dengan komunikasi. Pengembang dan
pengguna bertemu dan mendefinisikan sasaran-sasaran menyeluruh dari
perangkat lunak yang akan dibangun dan mengidentifikasi kebutuhan apa saja
yang diinginkan.
2. Iterasi prototyping direncanakan secara cepat, demikian juga pemodelan
dalam bentuk rancangan segera dibuat. Perancangan yang cepat berfokus
pada penggambaran aspek-aspek perangkat lunak yang akan dilihat oleh
pengguna, seperti tampilan antarmuka pengguna dengan sistem, atau format
tampilan output.
3. Rancangan yang cepat ini akan membawa ke arah pembuatan program
(konstruksi) dari prototype. Prototype diserahkan dan dievaluasi oleh
pengguna.
Umpan balik dari pengguna digunakan untuk memperbaiki kriteria kebutuhan
perangkat lunak. Hal ini dilakukan berulang-ulang dimana prototype disesuaikan
untuk memenuhi kebutuhan pengguna, sementara pada saat yang sama pengembang
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang diinginkan pengguna
untuk dipenuhi.
Kelebihan dari model proses prototype adalah mempermudah dalam
pembuatan perangkat lunak karena dapat mengikuti permintaan pelanggan dan
menyesuaikannya dengan perangkat lunak yang akan dibuat. Sedangkan kekurangan
II - 19
dari model proses prototype adalah terlalu banyaknya versi perangkat lunak yang
dibuat untuk menyesuaikan permintaan pelanggan.
2.7 Software yang Digunakan
2.7.1 Konsep Dasar Visual Basic.Net
Visual Basic.Net merupakan pemrograman terbaru keluaran Microsoft yang
merupakan kelanjutan dari Visual Basic 2010 Seperti halnya pada Visual Basic 2010,
aplikasi yang dapat dikembangkan oleh Visual Basic.Net antara lain adalah aplikasi
database, melakukan koneksi dengan database, dan melakukan berbagai perintah
database. Software database yang digunakan adalah Microsoft SQL Server 2008 R2.
Untuk pembuatan aplikasi database, Visual Basic.NET memiliki komponen
pendukung yaitu ADO.NET. Sedangkan untuk membuat laporan Visual Studio.NET
memiliki alat yaitu Crystal Report. Aplikasi yang dapat didukung oleh Visual
Basic.NET adalah aplikasi mobile, web ASP, dan layanan web XML.
Aplikasi yang dihasilkan oleh Visual Basic.NET akan berjalan di lingkungan
GUI (Grapichal User Interface), dimana beberapa program modern yang telah
berjalan di lingkungan tersebut. Yang dimaksud Interface pada lingkungan tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Button dan menu yang dapat dipilih dan diklik.
2. Text Box yang dapat menulis teks didalamnya.
3. Icon dan gambar grafik lainya yang membantu user dalam menjalankan
sebuah program.
4. Komponen lainnya.
Teknologi .NET merupakan suatu platform baru dalam pemrograman dengan
lingkungan yang terdistribusi luas sehingga .NET mudah dijalankan dimana saja
termasuk apabila memiliki Internet Explorer.
2.7.2 Konsep Dasar SQL Server
SQL Server adalah server basis data yang secara fungsional adalah proses
atau aplikasi yang menyediakan layanan basis data. Client tidak mempunyai akses
langsung kedata tetapi selalu berkomunikasi dengan server basis data.
SQL Server menggunakan tipe dari database yang disebut database relasional.
Database relasional adalah database yang digunakan sebuah data untuk mengatur
II - 20
atau mengorganisasikan kedalam tabel. SQL Server digunakan untuk
menggambarkan model dan implementasi pada database[5].
Keuntungan menggunakan SQL Server dapat didefinisikan menjadi dua
bagian yaitu satu bagian untuk menjalankan pada server dan bagian lain untuk client.
Keuntungan Client.
1. Mudah digunakan .
2. Mendukung berbagai perangkat keras.
3. Mendukung berbagai aplikasi perangkat lunak.
4. Biasa untuk digunakan.
Keuntungan Server :
1. Dapat diandalkan (Reliable).
2. Toleransi kesalahan (Fault Tolerant).
3. Konkurensi (Concurrent).
4. Performa tinggi dalam perangkat keras (High-performance Hardware).
5. Pengendalian terpusat (Centralized Control).
6. Penguncian yang canggih (Sophisticated Locking).
2.8 Teori Pengujian
2.8.1 Teknik Pengujian Perangkat lunak
Teknik pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas
perangkat lunak dan mempresentasikan kajian dari spesifikasi, desain, dan
pengkodean.
2.8.1.1 Teknik Pengujian White Box
Pengujian white-box adalah metode desain test case yang menggunakan
struktur control design procedural untuk memperoleh test case (Kristanto, 1994: 56).
Dengan menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat
melakukan test case sebagai berikut.
1. Memberikan jaminan bahwa semua jalur independent pada suatu model telah
digunakan paling tidak satu kali.
2. Menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false.
3. Mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas operasional
mereka.
II - 21
4. Menggunakan struktur data internal untuk menjamin validatasnya.
2.8.1.2 Teknik Pengujian Black Box
Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak
mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua
persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian black-box merupakan
pendekatan komplementer yang memungkinkan besar mampu mengungkap kelas
kesalahan daripada metode white-box. Pengujian black box berusaha menemukan
kesalahan dalam kategori sebagai berikut.
1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang.
2. Kesalahan interface.
3. Kesalahan dalam struktur data.
4. Kesalahan kinerja.
5. Inisialisasi dan kesalahan terminasi.
2.8.2 Strategi Pengujian
Dalam strategi pengujian perangkat lunak sering mengacu pada istilah
validasi dan verifikasi. Verifikasi mengacu pada sekumpulan aktivitas untuk
memastikan apakah pengimplementasian perangkat lunak sudah benar untuk
menjalankan fungsi tertentu. Sedangkan validasi mengacu pada sekumpulan aktivitas
untuk memastikan perangkat lunak yang telah dibangun dapat ditelusuri sesuai
dengan kebutuhan customer[6].
2.8.2.1 Pengujian Unit
Pengujian ini berfokus pada usaha verifikasi pada inti terkecil dari design
perangkat lunak yaitu modul.
2.8.2.2 Pengujian Integrasi
Pengujian integrasi adalah teknik sistematis untuk mengkonstruksi struktur
program sambil melakukan pengujian untuk mengungkap kesalahan sehubungan
dengan interfacing. Pengujian ini dapat menggunakan strategi top down, buttom up,
maupun campuran.
II - 22
2.8.2.3 Pengujian Validasi
Pengujian validasi terdiri dari pengujian alpha dan pengujian beta. Pengujian
alpha dilakukan pada sisi pengembang oleh seorang pelanggan. Pengujian ini
dilakukan pada lingkungan uang terkontrol. Sedangkan pengujian beta dilakukan
pada satu atau lebih pelanggan oleh pemakai akhir perangkat lunak. Pengembang
biasanya tidak ikut serta dalam pengujian ini.
2.8.2.4 Pengujian Sistem
Pengujian dilakukan secara bersama-sama dengan elemen sistem yang lain,
(misalnya perangkat keras baru, informasi dan data, dan lain-lain) yang meliputi
integrasi dan validasi sistem.