bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka · 2019. 8. 1. · bab ii landasan teori a. tinjauan...

21
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air dan di udara (Tarwaka, 2008). Tempat kerja menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja. b. Potensi Bahaya Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses atau sistem kerja (Tarwaka, 2008).

Upload: others

Post on 19-Aug-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian

a. Tempat Kerja

Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan terbuka atau

tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang

sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat

sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di

permukaan air, di dalam air dan di udara (Tarwaka, 2008).

Tempat kerja menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki

tenaga kerja untuk keperluan sesuatu usaha dan dimana terdapat

sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan

lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau

berhubungan dengan tempat kerja.

b. Potensi Bahaya

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan

terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan

dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses atau

sistem kerja (Tarwaka, 2008).

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

6

Di tempat kerja, potensi sebagai sumber risiko khususnya terhadap

keselamatan atau kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara

lain :

1) Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous

Substances).

2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard).

3) Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazard).

4) Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazard).

5) Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazard).

6) Potensi bahaya gravitasi dan akselerasi (Gravitational and

Acceleration Hazard).

7) Potensi bahaya radiasi (Radiation hazard)

8) Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazard).

9) Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise

Hazard)

10) Potensi bahaya ergonomi (Hazard Relating to human factors)

11) Potensi bahaya lingkungan kerja (Enviromental Hazard)

12) Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan

jasa, proses produksi, property, image public, dan lain-lain.

(Tarwaka, 2008)

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

7

c. Radiasi

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) (2008), menyatakan

bahwa Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang

dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya

(foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita

kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu

penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan

lain-lain. Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau

disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai

massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan

juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar matahari,

gelombang microwave, radar dan handphone.

Gambar 1. Radiasi pengion dan non-pengion

Sumber : Ensiklopedi BATAN, 2008

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

8

Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion

dan radiasi non-pengion (BATAN, 2008).

1) Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan

proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila

berinteraksi dengan materi. Jenis radiasi pengion adalah partikel

alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap

jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi

pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma

(γ), sinar-X dan partikel neutron (BATAN, 2008).

2) Radiasi Non-Pengion

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan

menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi.

Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita.

Jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio

(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan

televisi), gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave

oven dan transmisi seluler handphone), sinar inframerah (yang

memberikan energi dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang

bisa kita lihat), dan sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari)

(BATAN, 2008).

Satuan radiasi ada beberapa macam. Satuan radiasi ini tergantung

pada kriteria penggunaannya, yaitu (BATAN, 2008) :

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

9

1) Satuan untuk Paparan Radiasi

Paparan radiasi dinyatakan dengan satuan Rontgen, atau

sering disingkat dengan R, satuan Rontgen adalah suatu satuan

yang menunjukkan besarnya intensitas sinar-X atau sinar gamma

yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu.

Satuan Rontgen penggunaannya terbatas untuk mengetahui

besarnya paparan radiasi sinar-X atau sinar gamma di udara.

Satuan Rontgen belum bisa digunakan untuk mengetahui

besarnya paparan yang diterima oleh suatu medium, khususnya

oleh jaringan kulit manusia.

2) Satuan Dosis Absorbsi Medium

Radiasi pengion yang mengenai medium akan menyerahkan

energinya kepada medium. Dalam hal ini medium menyerap

radiasi. Mengetahui banyaknya radiasi yang terserap oleh suatu

medium digunakan satuan dosis radiasi terserap atau Radiation

Absorbed Dose yang disingkat Rad. Jadi dosis absorbsi

merupakan ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi

pengion kepada medium. Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi

serap disebut dengan Gray yang disingkat Gy. Dalam hal ini 1 Gy

sama dengan energi yang diberikan kepada medium sebesar 1

Joule/kg. Dengan demikian maka, 1 Gy = 100 Rad.

Hubungan antara Rontgen dengan Gray adalah :

1 R = 0,00869 Gy

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

10

3) Satuan Dosis Ekuivalen

Satuan untuk dosis ekuivalen lebih banyak digunakan

berkaitan dengan pengaruh radiasi terhadap tubuh manusia atau

sistem biologis lainnya. Dosis ekuivalen ini semula berasal dari

pengertian Rontgen Equivalen Of Man atau disingkat dengan Rem

yang kemudian menjadi nama satuan untuk dosis ekuivalen.

Hubungan antara dosis ekuivalen dengan dosis absobrsi dan

quality faktor adalah sebagai berikut :

Dosis ekuivalen (Rem) = Dosis serap (Rad) X Q

Dosis ekuivalen dalam satuan SI mempunyai satuan Sievert

yang disingkat dengan Sv. Hubungan antara Sievert dengan Gray

dan Quality adalah sebagai berikut :

Dosis ekuivalen (Sv) = Dosis serap (Gy) X Q

Berdasarkan perhitungan :

1 Gy = 100 Rad, maka 1 Sv = 100 Rem.

United States Nuclear Regulatory Commision (NRC) adalah salah

satu sumber informasi resmi yang dijadikan standar di beberapa negara

untuk penetapan garis pedoman pada proteksi radiasi. NRC telah

menyatakan bahwa dosis individu terpapar radiasi maksimal adalah

0.05 Sv atau 5 rem/tahun. Walaupun NRC adalah badan resmi yang

berkenaan dengan batas pencahayaan ionisasi radiasi, namun ada

kelompok lain yang juga merekomendasikan hal serupa. Salah satu

kelompok tersebut adalah National Council on Radiation Protection

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

11

(NCRP), yang merupakan kelompok ilmuwan pemerintah yang rutin

mengadakan pertemuan untuk membahas riset radiasi terbaru dan

mengupdate rekomendasi mengenai keamanan radiasi. Menurut NCRP

(2009), tujuan dari proteksi radiasi adalah :

1) Mencegah radiasi klinis yang penting, dengan mengikuti batas

dosis minimum yang tidak melebihi 50 mSv (5 rem) per tahun.

2) Membatasi resiko terhadap kanker dan efek kelainan turunan pada

masyarakat.

Maximum Allowable Dose Index (MADI) menyatakan bahwa dosis

maksimum yang diijinkan adalah jumlah maksimum penyerapan radiasi

yang sampai pada seluruh tubuh individu, atau sebagai dosis spesifik

pada organ tertentu yang masih dipertimbangkan aman. Aman dalam

hal ini berarti tidak adanya bukti bahwa individu mendapatkan dosis

maksimal yang telah ditetapkan, dimana cepat atau lambat efek radiasi

tersebut dapat membahayakan tubuh secara keseluruhan atau bagian

tertentu.

d. Efek Radiasi Pengion Terhadap Tubuh Manusia

Radiasi pengion adalah radiasi radiasi yang mampu menimbulkan

ionisasi pada suatu bahan yang dilalui. Ionisasi tersebut diakibatkan

adanya penyerapan tenaga radiasi pengion oleh bahan yang terkena

radiasi. Dengan demikian banyaknya jumlah ionisasi tergantung dari

jumlah tenaga radiasi yang diserap oleh bahan (BATAN, 2008).

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

12

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik.

Sel genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-

laki, sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam

tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas

efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah

efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan

radiasi. Sedangkan, efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan

oleh individu yang terpapar radiasi (BATAN, 2008).

Ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi),

efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek

deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat

paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi

sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan

terjadinya perubahan pada sel (BATAN, 2008).

Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah

sterilitas atau kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan

mengganggu proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan

mempengaruhi jumlah sel sperma yang akan dihasilkan. Dosis radiasi

0,15 Gy merupakan dosis ambang terjadinya sterilitas yang bersifat

sementara karena sudah mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah

sel sperma selama beberapa minggu. Pengaruh radiasi pada sel telur

sangat bergantung pada usia. Semakin tua usia, semakin sensitif

terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur yang masih tersisa

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

13

dalam ovarium. Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan menopuse

dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi

(BATAN, 2008).

Dosis ambang sterilitas menurut International Commission on

Radiological Protection (ICRP) 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang

lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada dosis yang lebih

tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.

e. Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan

yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang

berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau

sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan

yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi. Keselamatan radiasi

adalah bagian dari keselamatan secara keseluruhan. Terminologi

keselamatan radiasi dan proteksi radiasi sering digunakan secara

bersamaan. Proteksi radiasi berhubungan dengan pembatasan dosis

radiasi sedangkan keselamatan radiasi berhubungan dengan mengurangi

potensi kecelakaan radiasi. Menurut PP No. 33 Tahun 2007 tentang

Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif,

keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi

pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi,

sedangkan proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat papaparan radiasi.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

14

Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan

Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif menyatakan bahwa

Petugas Proteksi Radiasi (PPR) adalah petugas yang ditunjuk oleh

Pemegang Izin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan

perkerjaan yang berhubungan dengan Proteksi Radiasi.

Pengelompokan sumber radioaktif berdasarkan sumber radiasi,

pemancar partikel, dan aktivitas yang telah dikategorisasikan tercantum

dalam lampiran 1.

Dari Lampiran 1, maka sebagaimana ditetapkan oleh Peraturan

Kepala BAPETEN No. 6 Tahun 2015 tentang Keamanan Sumber

Radioaktif untuk Kegiatan Well Logging PT. Halliburton Indonesia

disusun berdasarkan :

1) Kelompok Keamanan B

2) Kategorisasi Sumber 3

3) Jenis Pemanfaatan Gauging untuk Well Logging

f. Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) No.

5 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat

Radioaktif untuk Well Logging, menyatakan bahwa Program Proteksi

dan Keselamatan Radiasi tidak perlu disetujui oleh Kepala BAPETEN

sebagaimana salah satu persyaratan izin dalam hal keselamatan radiasi.

Oleh karena itu, Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi sangat

terbuka untuk dikembangkan secara periodik sesuai situasi dan kondisi

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

15

baik atas inisiatif pihak pengguna sendiri maupun berdasarkan masukan

yang disampaikan oleh BAPETEN, antara lain melalui inspektur pada

saat pelaksanaan inspeksi.

Perka BAPETEN No. 1 Tahun 2010 tentang Kesiapsiagaan dan

Penaggulangan Kedaruratan Nuklir menyatakan bahwa, keselamatan

radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien,

pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.

Sedangkan proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

Paparan radiasi merupakan penyinaran radiasi yang diterima oleh

manusia atau materi, baik disengaja atau tidak, yang berasal dari radiasi

interna maupun eksterna.

Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi meliputi:

1) Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif.

2) Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan

dosis radiasi yang diterima organ/jaringan.

3) Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan.

4) Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan

sebagainya untuk mengupayakan keselamatan radiasi baik di

tempat kerja maupun lingkungan.

Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1) Proteksi radiasi kerja yang merupakan perlindungan pekerja.

2) Proteksi radiasi medis yang merupakan perlindungan pasien dan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

16

pekerja radiasi.

3) Proteksi radiasi masyarakat yang merupakan perlindungan

individu, anggota masyarakat dan penduduk secara keseluruhan.

Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan

bahaya radiasi adalah:

1) Meniadakan bahaya radiasi dengan mentaati dan melaksanakan

peraturan proteksi radiasi.

2) Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia dengan merancang

tempat kerja dan menggunakan peralatan proteksi radiasi yang

baik serta penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja

dan lingkungannya aman.

3) Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi yang memerlukan

pemonitoran dan pengawasan secara terus menerus baik pekerja

radiasi maupun lingkungannya.

g. Tujuan Umum Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Tujuan Umum Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi adalah

menunjukkan tanggung jawab manajemen untuk Proteksi dan

Keselamatan Radiasi melalui penerapan struktur manajemen, kebijakan,

prosedur, dan susunan rencana organisasi yang sesuai dengan sifat dan

tingkat risiko (Perka BAPETEN No. 5 Tahun 2009).

Proteksi radiasi dimaksudkan agar seseorang menerima atau

terkena dosis radiasi sekecil mungkin. Falsafah baru tentang proteksi

muncul dengan diterbitkannya Publikasi ICRP No. 26 Tahun 1977.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

17

Adapun tujuan utama dari proteksi radiasi adalah:

1) Mencegah terjadinya efek non stokastik (deterministik) yang

membahayakan.

2) Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang

cukup rendah yang masih dapat diterima oleh individu dan

lingkungan di sekitarnya.

Efek stokastik adalah efek yang kemungkinan terjadinya

merupakan akibat dari dosis radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa

suatu nilai ambang, sedangkan efek deterministik adalah efek yang

tingkat keparahannya tergantung pada dosis radiasi yang diterima dan

memerlukan suatu nilai ambang. Efek negatif ini disebut efek somatik

apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi dan disebut efek

genetik apabila dialami oleh keturunannya.

Tujuan utama program proteksi dan keselamatan radiasi adalah

menunjukkan tanggung jawab Pemegang Izin melalui penerapan

struktur manajemen, kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan sifat

dan tingkat risiko. Ketika inspeksi dilakukan di suatu fasilitas, dokumen

program proteksi dan keselamatan radiasi menjadi salah satu topik

diskusi antara tim inspeksi dengan Pemegang Izin, Petugas Proteksi

Radiasi (PPR) dan petugas terkait radiasi lainnya.

International Atomic Energy Agency (IAEA) tidak menggunakan

terminologi prinsip atau asas proteksi radiasi (Radition Protection

Principle) dalam BSS No. 115 tetapi dengan terminologi persyaratan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

18

Pemahaman ini diuraikan dalam BSS pada bagian ke dua, Persyaratan

untuk Pemanfaatan (Requirement for Practices), salah satu unsurnya

adalah Persyaratan Proteksi Radiasi (Radiation Protection

Requirements) yang harus berurutan, sebagai berikut :

1) Justifikasi Pemanfaatan

Setiap jenis pemanfaatan harus terlebih dahulu dijustifikasi

antara manfaat dan risiko, dalam hal ini manfaat harus lebih besar

dari risiko. Jenis pemanfaatan yang telah dijustifikasi inilah yang

diberi otorisasi oleh Badan Pengawas (BP) tiap negara anggota.

Namun demikian tidak ada yang absolut atau mutlak, artinya

semuanya dinamis, dapat berubah, dalam konteks sains nuklir,

hari kemarin dan pada saat ini adalah justifikasi (justify) tetapi

besok dan lusa dapat menjadi tidak justifikasi atau dilarang (not

justify or unjustified).

2) Limitasi Dosis

Limitasi dosis yang diberlakukan untuk paparan kerja

(occupational exposure) dan paparan masyarakat (public

exposure) melalui penerapan Nilai Batas Dosis (NBD). Harus

diingat bahwa Limitasi Dosis tidak berlaku untuk paparan medik

(medical exposure) dan paparan yang berasal dari alam.

3) Optimalisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi.

Optimalisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi yang harus

diupayakan agar besarnya dosis yang diterima serendah mungkin

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

19

atau disebut As Low As Reasonably Achievable (ALARA) dengan

mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. Namun demikian,

dalam penerapan Optimalisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi

harus juga mempertimbangkan:

a. Pembatas Dosis (Dose Constraint), dan

b. Tingkat Panduan (Guidance Level for Medical Exposure).

2. Organisasi Proteksi dan Keselamatan Radiasi

International Commision Radiological Protection (ICRP) adalah

organisasi ilmiah non pemerintah yang dibentuk tahun 1928 dan yang

kompeten dalam memberikan rekomendasi dan pedoman mengenai proteksi

radiasi. ICRP pertama kali menerbitkan publikasinya tahun 1928 yang

awalnya hanya memberikan perhatian pada penggunaan radiasi dalam

bidang medik dan selanjutnya berkembang mencakup kegiatan nuklir

lainnya. Rekomendasi ICRP membentuk dasar standar proteksi radiasi ke

seluruh dunia, meskipun ICRP bukan suatu badan pengawas maupun bukan

standar nasional dan internasional.

IAEA adalah salah satu badan yang berada di bawah Persatuan Bangsa-

Bangsa-PBB (United Nations-UN), dibentuk tahun 1957 dan memiliki

kewenangan khusus mengenai pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir oleh

negara-negara anggota. Tujuan dibentuk IAEA secara legal adalah

mempercepat dan memperluas penggunaan tenaga atom untuk perdamaian,

kesehatan dan kesejahteraan di seluruh dunia.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

20

IAEA menerbitkan dokumen dalam berbagai jenis sebagai Standar

Keselamatan Nuklir (Nuclear Safety Standards) yang terdiri dari 3 (tiga)

kategori sebagai berikut:

a. Safety Fundamentals dengan warna sampul putih;

b. Safety Requirements dengan warna sampul merah; dan

c. Safety Guides dengan warna sampul hijau.

Publikasi IAEA sebagai dokumen dasar yang menjelaskan secara rinci

mengenai Program P & KR, antara lain:

a. Safety Guide, No. RS-G-1.1, 1999.

b. TECDOC No. 1113, 1999.

c. TECDOC No. XXX, Radiation Safety in Radiotherapy, May 2000.

Selain dokumen tersebut, dokumen lain juga masih ada berupa

dokumen teknis (technical document – TECDOC). Salah satu dokumen

IAEA yang paling tersohor saat ini adalah BSS No. 115 yang diadopsi dari

rekomendasi ICRP No. 60. IAEA merekomendasikan agar tiap negara

anggota IAEA mengikuti BSS No.115 supaya ketentuan keselamatan tiap

negara anggota menjadi standar dan harmonis secara internasional.

Berdasarkan Peraturan kepala BAPETEN No. 5 Tahun 2009 tentang

Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif untuk Well

Logging, menyatakan bahwa pemegang izin wajib melaksanakan

persyaratan manajemen yang meliputi penanggung jawab keselamatan

radiasi, pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi, dan personil yang terkait

dengan penggunaan peralatan well logging.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

21

3. Fasilitas dan Perlengkapan Proteksi Radiasi

Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2014 tentang

Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri,

fasilitas proteksi radiasi terbagi menjadi 2 yaitu, sebagai berikut :

a. Fasilitas terbuka

Adalah tempat kegiatan radiografi industri dengan peralatan

radiografi tidak terpasang secara tetap dimana zat radioaktif dan/atau

pembangkit radiasi pengion dapat dicapai dari berbagai akses

b. Fasilitas tertutup

Adalah kegiatan radiografi industri dengan peralatan radiografi

terpasang tetap di mana zat radioaktif dan/atau pembangkit radiasi

pengion hanya dapat dicapai melalui suatu akses berupa pintu

Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2014 tentang

Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri

menyatakan tempat penyimpanan peralatan radiografi dengan zat radioaktif

harus didesain dengan memenuhi persyaratan berikut :

a. Diberi pembatas yang kuat dan terkunci.

b. Tingkat radiasi di luar tempat penyimpanan tidak boleh melebihi 0,5

µSv/jam (lima per sepuluh mikrosievert per jam).

c. Memperhitungkan jumlah zat radioaktif.

d. Monitoring pemantauan oleh Petugas Proteksi Radiasi.

e. Dilengkapi plakat yang berisi informasi tentang,

1) Nama personil yang harus dihubungi, dan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

22

2) Nomor telepon.

f. Diberi tanda radiasi yang jelas, dan

g. Tidak boleh berada di :

1) Dekat bahan peledak, bahan yang mudah terbakar, dan bahan

yang dapat menyebabkan karat.

2) Daerah rawan banjir atau potensi bahaya lainnya yang dapat

merusak tempat penyimpanan serta isinya, atau

3) Dekat tempat umum atau tempat keramaian masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 5 Tahun 2009 tentang

Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif untuk Well

Logging, menyatakan peralatan well logging adalah peralatan yang

digunakan dalam kegiatan well logging di bidang industri dan peralatan

tersebut harus sessuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar

lain yang diterbitkan oleh pihak pabrikan atau laboratorium yang

terakreditasi.

Berdasarkan Peraturan Kepala BAPETEN No. 5 Tahun 2009 tentang

Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif untuk Well

Logging, menyatakan perlengkapan yang digunakan juga harus berfungsi

dengan baik sesuai dengan jenis sumber dan energi yang digunakan yaitu

meliputi :

a. Peralatan pemantau tingkat radiasi dan/atau kontaminasi radioaktif di

daerah kerja, adapun peralatan pemantauan radiasi (surveymeter)

harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

23

1) Respon energi yang sesuai dengan energi peralatan well logging

yang digunakan

2) Rentang pengukuran yang cukup dengan tingkat radiasi yang

diukur, dan

3) Terkalibrasi

b. Peralatan pemantau dosis perorangan

c. Peralatan pemantau radioaktivittas lingkungan, dan/atau

d. Peralatan protektif radiasi paling kurang meliputi :

1) Kendaraan pengangkutan

2) Tang penjepit bertangkai dengan panjang paling kurang 1 (satu)

meter.

3) Lempeng Pb atau perisai radiasi lain yang setara dengan ukuran

yang memadai.

4) Tanda radiasi.

4. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi

Perka BAPETEN No. 6 Tahun 2009 tentang Keselamatan Radiasi

dalam Penggunaan Zat Radioaktif dan Pesawat Sinar-X untuk Peralatan

Gauging, menyatakan pemegang izin wajib membuat prosedur untuk

memudahkan konsultasi dan kerja sama antar semua pihak yang terkait

dengan keselamatan radiasi, termasuk didalamnya prosedur rencana

penanggulangan keadaan darurat.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

24

5. Rencana Tanggap Darurat

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun

2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko

bencana baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan

pihak yang terancam bencana.

Peraturan Kepala BAPETEN No. 7 Tahun 2009 tentang Keselamatan

Radiasi dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri, menyatakan

prosedur rencana penanggulangan keadaan darurat paling kurang meliputi :

a. Kejadian dan kecelakaan radiasi yang dapat diprediksikan dan tindakan

untuk mengatasinya.

b. Orang yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan kedaruratan.

c. Tanggung jawab tiap personil dalam prosedur kedaruratan.

d. Alat dan perlengkapan untuk melaksanakan penanggulangan

kedaruratan.

e. Pelatihan dan penyegaran secara periodik.

f. Sistem perekaman dan pelaporan, dan

g. Prosedur penanggulangan keadaan darurat atas kejadian.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka · 2019. 8. 1. · BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian a. ... 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure hazard). 3)

25

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Sumber Radioaktif

Radiasi

Halliburton

Management System

HMS

Perka

BAPETEN

Terkendali

PP RI No. 33

Tahun 2007