bab ii landasan teori 1.1. konformitas 2.1.1.pengertian...

13
8 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian Konformitas Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan sesuai dan diterima secara sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006). Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena orang lain juga menampilkan perilaku tersebut, disebut dengan konformitas (Sears, dkk., 1999). Seseorang melakukan konformitas, disebabkan adanya ketakutan untuk tidak diterima oleh kelompok, menghindari celaan, dan ketakutan dianggap menyimpang. Ada dua akibat yang dapat ditimbulkan karena perilaku konformitas yaitu baik dan buruk. Menurut Sears, dkk. (1999) konformitas cenderung berkonotasi negatif. Konformitas bergantung pada adanya orang yang selalu memperingatkan timbulnya keyakinan dan kebiasaan yang bertentangan di antara orang-orang disekitar. Kepatuhan terhadap otoritas akan sangat berhasil apabila pihak otoritas tersebut hampir hadir secara fisik. Ganjaran atau hukuman akan berfungsi dengan sangat baik bila ada orang yang senantiasa hadir untuk memberikan ganjaran.

Upload: ngolien

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

8

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Konformitas

2.1.1.Pengertian Konformitas

Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat

bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan sesuai dan

diterima secara sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial

dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).

Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain.

Apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena orang lain juga

menampilkan perilaku tersebut, disebut dengan konformitas (Sears, dkk., 1999).

Seseorang melakukan konformitas, disebabkan adanya ketakutan untuk tidak

diterima oleh kelompok, menghindari celaan, dan ketakutan dianggap

menyimpang.

Ada dua akibat yang dapat ditimbulkan karena perilaku konformitas yaitu

baik dan buruk. Menurut Sears, dkk. (1999) konformitas cenderung berkonotasi

negatif. Konformitas bergantung pada adanya orang yang selalu memperingatkan

timbulnya keyakinan dan kebiasaan yang bertentangan di antara orang-orang

disekitar. Kepatuhan terhadap otoritas akan sangat berhasil apabila pihak otoritas

tersebut hampir hadir secara fisik. Ganjaran atau hukuman akan berfungsi dengan

sangat baik bila ada orang yang senantiasa hadir untuk memberikan ganjaran.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

9

Dengan adanya ganjaran ataupun ancaman seseorang akan melakukan apa saja

demi diakui oleh orang lain sebagai orang yang tidak menyimpang.

Menurut Sears, dkk. (1999) didalam melakukan tindakan yang sama dengan

orang lain, seseorang akan dinilai bahwa perilakunya sesuai atau tidak sesuai

dengan lingkungan orang tersebut berada. Penilaian perilaku konformitas positif

dapat dilihat dari perilaku yang ditampilkan oleh seseorang karena orang lain juga

menampilkan perilaku tersebut dan dinilai positif dilingkungan orang tersebut

berada. Sedangkan penilaian konformitas negatif dapat dilihat dari perilaku yang

ditampilkan oleh seseorang karena orang lain juga menampilkan perilaku tersebut

dan dinilai negatif dilingkungan orang tersebut berada.

Menurut Wall, dkk. (dalam Santrock, 2002) menyatakan bahwa konformitas

dengan tekanan teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif ataupun

negatif. Bentuk perilaku konformitas negatif yaitu menggunakan bahasa jorok,

mencuri, merusak, dan mengolok-olok orang lain. Sedangkan bentuk konformitas

positif seperti berpakaian seperti teman-teman dan keinginan untuk meluangkan

waktu bersama klik. Konformitas negatif dalam penelitian Leventhal, dkk. (dalam

Santrock, 2002) yaitu remaja cenderung pergi bersama-sama dengan seorang

teman sebaya untuk mencuri dop mobil, menggambar grafitti di dinding, atau

mencuri kosmetik ditoko.

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan konformitas

Pada dasarnya, orang menyesuaikan diri mempunyai alasan yang kuat.

Demikian juga dengan orang melakukan konformitas disebabkan oleh beberapa

alasan dan faktor-faktor. Seseorang yang melakukan konfomitas juga akan

berdampak negatif dan positif. Hal-hal yang mempengaruhi adanya konformitas

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

10

yang berdampak baik (positif) atupun buruk (negatif)menurut Sears, dkk. (1999)

adalah:

1. Kurangnya Informasi. Orang lain merupakan sumber informasi yang penting.

Seringkali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak diketahui seseorang,

dengan melakukan apa yang orang lain lakukan, seseorang akan memperoleh

manfaat dari pengetahuan orang lain.

2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas, individu

mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya

menganut pandangan yang bertentangan. Semakin besar kepercayaan individu

terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula

kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Semakin tinggi

keahlian anggota dalam kelompok tersebut dalam hubungannya dengan

individu, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan penghargaan individu

terhadap kelompok tersebut.

3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang

tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi.

Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin

tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika seseorang merasa yakin akan

kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun

tingkat konformitasnya

4. Rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang

signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

11

cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan kelompok

dalam setiap tindakannya.

2.1.3. Hal-Hal Yang Menyebabkan Konformitas Tinggi Dan Rendah

Konformitas yang dilakukan seseorang dapat meningkat atau justru

menurun. Sears, dkk. (1999) menjelaskan ada beberapa hal yang dapat

meningkatkan konformitas, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1. Kepercayaan terhadap kelompok. Bila individu memiliki kepercayaan terhadap

kelompok maka konformitas akan menjadi tinggi. Kepercayaan ini timbul

ketika individu menyakini bahwa informasi yang diberikan dari kelompok itu

benar, maka orang tersebut akan merasa memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Dalam situasi ini, konformitas akan meningkat.

2. Keahlian kelompok. Tingkat keahlian individu dalam kelompok juga bisa

menyebabkan konformitas menjadi tinggi. Semakin tinggi keahlian kelompok

itu berhubungan dengan individu, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan

penghargaan individu terhadap pendapat kelompok. Oleh karena itu,

kepercayaan individu terhadap pendapat orang lain yang lebih ahli dapat

menyebabkan konformitas yang tinggi.

3. Kepercayaan diri yang lemah dalam diri individu. Semakin sulit individu

memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri, berarti semakin besar individu

untuk mengikuti penilainan dari orang lain. Dengan demikian individu

mengikuti penilaian orang lain dan dapat mengakibatkan konformitas

meningkat.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

12

4. Keterikatan individu terhadap kelompok. Konformitas dapat meningkat ketika

individu melakukan cara untuk memperoleh persetujuan atau menghindari

celaan kelompok. Untuk menghindari celaan, individu berusaha menyesuaikan

diri agar dapat diterima kelompok. Dalam usaha tersebut individu akan dapat

meningkatkan konformitas. Konformitas juga akan semakin meningkat ketika

individu enggan disebut menyimpang menurut kelompok. Ketika individu

memandang bahwa kegiatan yang dilakukan suatu kelompok dapat

memperoleh keuntungan bagi orang tersebut, maka konformitas akan tinggi.

5. Kekompakan. Kekompakan yang tinggi antara anggota kelompok dapat

meningkatkan konformitas.

6. Perhatian terhadap kelompok. Semakin tinggi perhatian seseorang terhadap

kelompok juga dapat meningkatkan konformitas.

7. Ukuran Kelompok. Konformitas akan meningkat apabila ukuran dalam

kelompok juga meningkat. Ukuran kelompok yang optimal adalah tiga atau

empat orang atau lebih.

Konformitas juga dapat menurun atau menjadi rendah. Sears, dkk.(1999)

menjelaskan terdapat hal-hal yang dapat menurunkan konformitas, seperti yang

dijelaskan dibawah ini:

1. Meningkatnya rasa percaya diri individu terhadap pendapat sendiri. Sesuatu

yang dapat meningkatkan kepercayaan individu terhadap penilainannya sendiri

akan menurunkan konformitas. Individu yang percaya diri tentu akan

memberikan pendapat berdasarkan keinginannya bukan mengikuti pendapat

orang lain. Dengan demikian konformitas akan menurun.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

13

2. Individu menguasi persoalan. Konformitas akan menjadi turun ketika individu

dapat menguasai persoalan tanpa mengantungkan dirinya kepada orang lain.

3. Perbedaan pendapat. Bila seseorang dalam situasi kelompok berbeda pendapat

dengan orang lain dalam kelompok maka konformitas akan menurun.

2.1.4. Aspek-Aspek Dalam Konformitas

Salah satu sebab seseorang melakukan konformitas adalah kurangnya rasa

kepercayaan diri terhadap pendapat sendiri dan rasa takut menjadi orang yang

menyimpang, akibatnya seseorang rela melakukan apa saja demi diakui oleh

kelompok. Kekuatan kedua motif tersebut mudah terlihat dengan ciri-ciri yang

khas. Sears, dkk. (1999) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas

remaja ditandai dengan adanya tiga hal yang dapat menyebabkan konformitas

menjadi berdampak baik (positif) ataupun buruk (negatif) adalah sebagai berikut :

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik dan

ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan

kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta

harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka

anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan

untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok, serta semakin besar

kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut dan

konformitas akan menjadi tinggi. Kekompakan dipengaruhi oleh hal-hal

dibawah ini:

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

14

1) Penyesuaian Diri

Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat konformitas yang semakin

tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat dengan anggota

kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi orang lain untuk mengakui

orang tersebut dalam kelompok, dan semakin menyakitkan bila orang lain

mencela. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan semakin besar bila

seseorang mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota sebuah

kelompok tertentu.

2) Perhatian terhadap Kelompok

Peningkatan koformitas terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai

orang yang menyimpang. Penyimpangan menimbulkan resiko ditolak. Orang

yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang penting diperlukan, tidak

menyenangkan, dan bahkan bisa dikeluarkan dari kelompok. Semakin tinggi

perhatian seseorang dalam kelompok semakin serius tingkat rasa takutnya

terhadap penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui

kelompok.

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga

remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

Kesepakatan dipengaruhi hal-hal dibawah ini:

1) Kepercayaan

Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya

kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

15

terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun

orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan

anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang sudah tidak

mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat

mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah

kesepakatan.

2) Persamaan Pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat

dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran

orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan yang

dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi, dengan

persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin

tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain, maka

akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang, baik dalam

pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain. orang yang

menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan yang merupakan

aspek penting dalam melakukan konformitas.

c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela

melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

16

ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga. Ketaatan

dipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini:

1) Tekanan karena Ganjaran, Ancaman, atau Hukuman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan

tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan

melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan

yang semakin besar. Semua itu merupakan insentif pokok untuk mengubah

perilaku seseorang.

2) Harapan Orang Lain

Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang

lain tersebut mengharapkannya. Dan ini akan mudah dilihat bila permintaan

diajukan secara langsung. Harapan-harapan orang lain dapat menimbulkan

ketaatan, bahkan meskipun harapan itu bersifat implisit. Salah satu cara untuk

memaksimalkan ketaatan adalah dengan menempatkan individu dalam situasi

yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga

ketidaktaatan merupakan hal yang hampir tidak mungkin timbul.

2.2. Teknik Sosiodrama

2.2.1. Pengertian Teknik Sosiodrama

Menurut Bennett (dalam Romlah, 2001), sosiodrama adalah permainan

peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam

hubungan antar manusia. Dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu

peranan tertentu dari situasi masalah sosial. Kegiatan sosiodrama dapat

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

17

dilaksanakan bila sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial

yang hampir sama, atau bila ingin melatih atau mengubah sikap-sikap tertentu.

2.2.2. Tujuan Sosiodrama

Tujuan dari sosiodrama atau role play menurut Crosini (dalam Romlah,

2001) adalah :

a. Sebagai media pengajaran, melalui proses “permainan peran” anggota

kelompok dapat belajar dengan lebih efektif keterampilan-keterampilan

hubungan antar pribadi dengan mengamati berbagai macam cara dalam

memecahkan masalah sosial.

b. Sebagai metode latihan untuk bermain peran.Dengan keterlibatan aktif dalam

proses permainan peranan, anggota kelompok dapat mengembangkan

pengertian-pengertian baru dan mempraktekkan keterampilan-keterampilan

baru.

Menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) sosiodrama lebih merupakan

kegiatan yang bertujuan untuk mendidik daripada penyembuhan.

2.2.3. Langkah-langkah Sosiodrama

Menurut Bennett (dalam Romlah, 2001) pelaksanaan sosiodrama secara

umum meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan. Dalam tahap persiapan fasilitator mengemukakan masalah dan tema

yang akan disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya

jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.

b. Menyiapkan skenario sosiodrama.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

18

c. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan

skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu.

Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara sukarela setelah fasilitator

mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu masing-masing peran, usulan dari

anggota lain, atau berdasarkan kedua-duanya.

d. Menentukan kelompok penonton dan memperjelas tugasnya. Tugas kelompok

penonton adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi

kelompok penonton merupakan bahan diskusi setelah permainan selesai.

e. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain diberi

kesempatan untuk bergabung beberapa menit untuk menyiapkan diri

bagaimana sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan.

Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi,

mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan sikap-sikap tertentu

sesuai dengan peranan yang diperankannya. Dalam permainan ini diharapkan

terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara pemain maupun penonton

dengan peran-peran yang dimainkannya.

f. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan, diadakan diskusi yang

diarahkan untuk membicarakan: tanggapan mengenai bagaimana cara pemain

membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara

pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya.

g. Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan

ulangan permainaan atau tidak.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

19

2.2.4. Kelebihan Teknik Sosiodrama

Menurut Muthoharoh (dalam http:wordpress.com) nilai lebih atau kelebihan

dari teknik sosiodrama adalah:

1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.

2. Merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.

3. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kegiatan menjadi dinamis

dan penuh antusias.

4. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta

menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

5. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat

memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan

siswa sendiri.

2.3. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian Nurhayati (2011) yang berjudul “Teknik Sosiodrama Untuk

Mengurangi Konformitas Yang Berlebihan Pada Siswa: Pra-Eksperimen

terhadap Siswa kelas X-8 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cileunyi Tahun

Ajaran 2010/2011”.Dalam perhitungan post-test menggunakan uji-t

menunjukkan skor t-hitung 2,467 sedangkan t-tabel sebesar 1,980. Kesimpulan

dalam penelitian ini bahwa teknik sosiodrama dapat digunakan untuk

mengurangi konformitas yang berlebihan.

2. Penelitian Hendrayani (2010) yang berjudul “Penggunaan Teknik Assertive

Training Dalam Mereduksi Overconformity Terhadap Kelompok Teman

Sebaya Pada Siswa SMA (Penelitian Tindakan terhadap Siswa Kelas XI

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7386/2/T1_132009039_BAB II.pdf · rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah

20

SMAN 7 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Dalam penelitian ini intervensi

dirancang berdasarkan indikator-indikator aspek konformitas dari yang

tertinggi hingga terendah, dengan jumlah siklus sebanyak 3 siklus. Hasil

perhitungan diperoleh skor t-hitungsebesar 7,8 dan t-tabel sebesar 1,740. Ini

menunjukkan bahwa t-hitung sebesar 7,8 lebih besar dari t-tabel 1,740,

sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik assertive training

dapat digunakan untuk mereduksi overconformity terhadap kelompok teman

sebaya pada siswa SMA.

3. Penelitian Gozali (2012) yang berjudul “Efektivitas assertive training dalam

mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang berlebihan pada siswa

kelas XI SMA Paragabaya Bandung”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa

assertive training dapat mengurangi konformitas teman sebaya yang

berlebihan.

4. Penelitian Umroh (2009) yang berjudul” Efektivitas teknik sosiodrama untuk

meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas VII SMPN 1 Krembung Sioarjo”.

Hasil penelitian ini t-hitung sebesar 2,087 dan t-tabel sebesar 1,079. Dapat

disimpulkan bahwa teknik sosiodrama dapat meningkatkan kepercayaan diri

siswa.

2.4. Hipotesis

Teknik sosiodrama dapat mengurangi secara signifikan konformitas negatif

siswa kelas XII Tata Boga 2 SMKN 1 Salatiga.