hubungan antara body image dan konformitas

133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: Jessica Sebayang G0107058 Pembimbing: 1. Drs. Munawir Yusuf, M. Psi. 2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M.Si. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: vuongthuan

Post on 27-Jan-2017

256 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI

KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA

SKRIPSI

Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Oleh:

Jessica Sebayang

G0107058

Pembimbing:

1. Drs. Munawir Yusuf, M. Psi.

2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang

tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat

kesarjanaan saya.

Surakarta, Agustus 2011

Jessica Sebayang

Page 3: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan,

daripada banyak harta dengan disertai kecemasan.

(Amsal 15: 16)

Kelilingi diri anda hanya dengan orang-orang yang akan mengangkat

anda lebih tinggi.

(Oprah Winfrey)

The most beautiful thing in the world is see your parent smiling,

and knowing that you’re the reason behind the smile.

(Anonymous)

Page 6: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini didedikasikan kepada:

Orangtuaku yang selalu mendoakan dan melakukan yang terbaik untukku.

Kakak, adik, dan keluarga besar yang selalu mendukungku.

Seluruh guru dan pembimbing yang telah memberikan ilmunya.

Sahabat-sahabatku yang memberi warna dalam hidupku.

Almamaterku tercinta.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

kasih karunia-Nya kepada penulis, yang selalu memberkati, memberi kekuatan,

dan menyertai penulis dalam menyusun dan menyelesaikan karya ini. Satu hal

yang penulis sadari, bahwa karya ini dapat terselesaikan juga karena bantuan dari

berbagai pihak. Rasa terima kasih sudah sepantasnya penulis sampaikan dengan

hati yang tulus kepada segenap pihak dengan segala partisipasinya dalam

pelaksanaan dan penyelesaian karya ini. Untuk itu dengan kerendahan hati,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

a. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Bapak Drs. Hardjono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan penguji utama yang

telah memberikan saran, masukan, sera dukungan yang berarti kepada

penulis.

c. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi. selaku pembimbing utama atas segala

bimbingan, waktu, masukan, dan bantuannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ini dengan lancar.

d. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si. selaku pembimbing

pendamping dan pembimbing akademik atas segala bimbingan, bantuan,

nasehat, dan kesabaran dalam mengarahkan dan membimbing penulis selama

studi dan penyusunan karya ini.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

e. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi. selaku Koordinator Skripsi Program Studi

Psikologi dan penguji pendamping atas segala bantuan, masukan, dan

kesediaannya untuk menjadi penguji penulis.

f. Seluruh staf pengajar di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala ilmu yang sangat berharga

selama penulis menempuh studi.

g. Staf tata usaha (Mas Dimas dan Mas Rian), staf perpustakaan (Mbak Ana),

dan seluruh pegawai (Bu Jan, Pak No, dll.) di Program Studi Psikologi atas

segala dukungan dan bantuannya selama ini.

h. Drs. Soekardjo, M.A. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta atas

ijin penelitian yang diberikan.

i. Ibu Sri Siswanti, S.Pd. selaku Wakahumas SMA Negeri 7 Surakarta dan

seluruh guru SMA Negeri 7 Surakarta atas segala bantuan, waktu, dan

masukannya sehingga penelitian penulis dapat berjalan secara lancar.

j. Seluruh siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta atas bantuan, kesediaan, dan

kerjasamanya untuk membantu penulis dalam penelitian.

k. Bapak dan Mama (Aleksander Sebayang, S.H., M.H. dan Dumaria, S.H.) atas

segala cinta kasih, doa, dukungan, dan pengorbanan yang tiada habisnya.

Semoga karya ini paling tidak dapat sedikit membanggakan bapak dan mama.

Love you Dad and Mom!

l. Kak Astrid dan Angel tersayang atas segala doa, dukungan, dan semangatnya.

Ayo semangat! Kita banggakan Bapak dan Mama!

Page 9: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

m. Seluruh keluarga besar Sebayang dan keluarga besar Simorangkir atas segala

doa, semangat, dan dukungannya yang sangat berarti.

n. Ayu ‘gembul’ Yulita, Nurwidya ‘jidhen’ Rachmawati, Nurul ‘ijah’

Rahmawati, Noor ‘Nisong’ Fitriana A.P, dan Aan ‘Oneng’ Nurfitriana atas

segala tawa, tangis, canda, bantuan, dukungan, dan semangatnya selama ini.

Semoga persahabatan yang indah ini tidak akan pernah berakhir selamanya.

Tetap semangat untuk mengejar mimpi-mimpi kita!

o. Tumbal Shesa, Dewi Debok, Rifa Pabok, Ali Cantik, Halim, Nana Norak,

Disty, Rarat, Ipeh, Idudh, Apip, Citra, dan seluruh teman-teman angkatan

2007 atas suka, duka, canda, dan warna-warni 4 tahun selama ini. Suatu

kebanggaan dapat mengenal dan bersahabat dengan kalian semua.

p. Kakak tingkat 2004, 2005, dan 2006, serta adik tingkat 2008, 2009, dan 2010

atas bantuan, semangat, dan dukungannya selama ini secara langsung maupun

tidak langsung.

q. Ephik, Tutik, Tante Wulan, Mimi, Mbak Nurul, Mbak Dila, Ciput, dan

seluruh penghuni Kost Huru Hara Hura Hura atas segala bantuan, semangat,

tawa, tangis, dan hal-hal bodoh selama tinggal satu atap dengan kalian.

Penulis berharap semoga segala kebaikan dan bantuan anda dapat dibalas

oleh-Nya. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

yang membacanya.

Surakarta, Agustus 2011

Penulis

Page 10: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI

KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA

Jessica Sebayang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Remaja merupakan salah satu target pemasaran potensial berbagai produk

industri karena karakteristik remaja yang labil, spesifik, dan mudah dipengaruhi sehingga dapat mendorong munculnya perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan tindakan individu untuk membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang bukan prioritas kebutuhannya dan tanpa pertimbangan yang rasional, demi kepuasan fisik dan dorongan untuk memuaskan hasrat kesenangan semata. Individu dengan body image yang negatif dan tingkat konformitas yang tinggi dapat meningkatkan perilaku konsumtif individu tersebut.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta; 2. Hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta; 3. Hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Perilaku Konsumtif dengan koefisien korelasi Pearson sebesar -0,052-0,679 dan Reliabilitas Alpha 0,909; Skala Body Image dengan koefisien korelasi Pearson sebesar -0,052-0,693 dan Reliabilitas Alpha 0,902; serta Skala Konformitas dengan koefisien korelasi Pearson -0,056-0,667 dan Reliabilitas Alpha 0,738. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi ganda, dan selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial.

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,450; p = 0,000 (p<0,05) dan F hitung 9,527 > F tabel 3,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Secara parsial menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,247; serta terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,309.

Kata Kunci: body image, konformitas, perilaku konsumtif

Page 11: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY IMAGE AND CONFORMITY TOWARD CONSUMPTIVE BEHAVIOR OF THE XIth GRADE

FEMALE STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA

Jessica Sebayang

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Adolecent belongs to one of the potential marketing targets for some

industrial products regarding the adolescent characteristics of which labile, specific, and persuadable, so that effecting the appearance of consumptive behavior. Consumptive behavior is an individual action in purchasing or consuming goods or service excessively which is not the priority of need and without any rational consideration, for the sake of physical satisfaction and a drive for obtaining a desire of pleasure only. Individual with negative body image and high degree conformity tends to have high comsumptive behavior.

The purpose of this research is to find out: 1. The relationship between body image and conformity toward consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta; 2. The relationship between body image and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta; 3. The relationship between conformity and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta.

The population in this research is the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta. The instrument for data collection is Consumptive Behavior Scale with the Pearson Correlation Coefficient -0,052-0,679 and Alpha Reliability 0,909; Body Image Scale with the Pearson Correlation Coefficient -0,052-0,693 and Alpha Reliability 0,902; Conformity Scale with Pearson Correlation Coefficient -0,056-0,667 and Alpha Reliability 0,738. Data analysis technique used for examining the first hypothesis is multiple regression analysis while partial correlation analysis is used for examining the second hypothesis and the third one.

The multiple regression analysis showed that correlation coefficient (R) 0,450; p = 0.000 (p<0.05) and F count 9,527 > F table 3,12 meant that there was a significant correlation between body image and conformity toward consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta. The partial result showed that the coefficients correlation (r) -0,247, had meaning that, there was a significant negative correlation between body image and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta with correlation coefficient (r) -0,247; and there was significant positive correlation between conformity and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta, and showed by the coefficient correlation which was (r) 0,309. Kata Kunci: body image, conformity, consumptive behavior

Page 12: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... x

ABSTRACT ................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 12

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Perilaku Konsumtif ................................................................. 14

1. Pengertian Perilaku Konsumtif .......................................... 14

2. Karakteristik-karakteristik Perilaku Konsumtif ................. 16

Page 13: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ... 20

B. Body Image ............................................................................. 31

1. Pengertian Body Image ....................................................... 31

2. Aspek-aspek Body Image ................................................... 34

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image................. 36

C. Konformitas ............................................................................ 38

1. Pengertian Konformitas ....................................................... 38

2. Aspek-aspek Konformitas ................................................... 41

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas ................ 43

D. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan

Perilaku Konsumtif ................................................................. 48

1. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan

Perilaku Konsumtif ............................................................ 48

2. Hubungan antara Body Image dengan Perilaku

Konsumtif .......................................................................... 53

3. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku

Konsumtif ........................................................................... 57

E. Kerangka Pemikiran ................................................................ 60

F. Hipotesis .................................................................................. 61

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian................................................ 62

B. Definisi Operasional ................................................................ 62

1. Perilaku Konsumtif .............................................................. 62

Page 14: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

2. Body Image .......................................................................... 63

3. Konformitas ......................................................................... 64

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 64

1. Populasi .............................................................................. 64

2. Sampel ............................................................................... 65

3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 65

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 66

1. Sumber Data ........................................................................ 66

2. Metode Pengumpulan Data ................................................. 67

E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 73

1. Validitas Instrumen............................................................. 73

2. Reliabilitas ......................................................................... 74

F. Metode Analisis Data .............................................................. 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian ................................................................. 77

1. Orientasi Kancah Penelitian ............................................... 77

2. Persiapan Alat Ukur ........................................................... 79

3. Pelaksanaan Uji Coba ........................................................ 80

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala ................................... 81

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian ............................ 87

B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 90

1. Penentuan Subjek Penelitian ............................................... 90

2. Pengumpulan Data ............................................................... 90

Page 15: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

3. Pelaksanaan Skoring ............................................................ 91

C. Analisis Data ........................................................................... 92

1. Uji Asumsi ........................................................................... 92

2. Uji Hipotesis ........................................................................ 98

3. Analisis Deskriptif ............................................................... 101

4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif ........................ 102

D. Pembahasan ............................................................................. 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan .............................................................................. 108

2. Saran ........................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Sistem Penilaian Aitem Skala ............................................... 68

Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Konsumtif Sebelum Uji-Coba ................... 69

Tabel 3. Blue Print Skala Body Image Sebelum Uji-Coba .............................. 71

Tabel 4. Blue Print Skala Konformitas Sebelum Uji-Coba ............................. 72

Tabel 5. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Perilaku Konsumtif

setelah Uji Coba .............................................................................. 83

Tabel 6. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Perilaku Konsumtif ..................... 84

Tabel 7. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Body Image

setelah Uji Coba .............................................................................. 85

Tabel 8. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Body Image.................................. 85

Tabel 9. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Konformitas

setelah Uji Coba .............................................................................. 86

Tabel 10. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Konformitas ................................ 87

Tabel 11. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Perilaku Konsumtif untuk

Penelitian ........................................................................................ 88

Tabel 12. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Body Image untuk

Penelitian ........................................................................................ 89

Tabel 13. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Konformitas untuk

Penelitian ........................................................................................ 89

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 93

Tabel 15. Hasil Uji Linearitas Body Image dengan Perilaku Konsumtif ....... 94

Page 17: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Tabel 16. Hasil Uji Linearitas Konformitas dengan Perilaku Konsumtif ...... 94

Tabel 17. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 95

Tabel 18. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 96

Tabel 19. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1 ......................... 97

Tabel 20. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX2 .......................... 98

Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Ganda ........................................................ 99

Tabel 22. Hasil Uji F-Test .............................................................................. 99

Tabel 23. Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Body Image dengan

Perilaku Konsumtif ......................................................................... 100

Tabel 24. Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Konformitas dengan

Perilaku Konsumtif ......................................................................... 101

Tabel 25. Statistik Deskriptif ......................................................................... 101

Tabel 26. Kriteria Kategorisasi Subjek Penelitian ......................................... 102

Page 18: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 60

Gambar 2. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran

2011/2012 .................................................................................. 79

Gambar 3. Uji Autokorelasi ......................................................................... 96

Page 19: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Uji Coba .......................................................................... 115

Lampiran B. Distribusi Nilai Uji Coba Skala ................................................ 127

Lampiran C. Validitas dan Reliabilitas Skala ................................................ 135

Lampiran D. Skala Penelitian ........................................................................ 139

Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian ............................................... 149

Lampiran F. Analisis Data ............................................................................. 160

Lampiran G. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ............................. 165

Lampiran H. Surat Penelitian ......................................................................... 172

Lampiran I. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ......................................... 175

Page 20: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks

perekonomian, sebagai salah satu cara konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan. Namun kata yang sama telah berkembang artinya sebagai suatu

cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu.

Menurut Santoso (2006), fenomena komersialisasi belanja yang sangat gencar

dewasa ini, bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak lama. Konsumsi yang

berlebihan pada masyarakat ini baru terjadi pada abad ke-20.

Sebelumnya, konsumsi yang dilakukan masyarakat hanya berdasarkan

kebutuhan (Santoso, 2006). Walaupun masyarakat memiliki keinginan untuk

mengikuti trend, gairah mereka belum didukung dengan promosi produk yang

berlimpah sehingga masyarakat mampu menahan keinginan untuk mengikuti

trend terbaru. Masalah ini kemudian dipecahkan dengan adanya teknologi baru

yang memampukan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.

Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan produsen dapat

memproduksi barang dengan lebih mudah dan cepat. Akibatnya, banyak produsen

yang memproduksi barang secara berlebihan. Kuantitas produk yang berlebihan

terjadi karena kemampuan masyarakat dalam melakukan pembelian. Masyarakat

semakin mudah untuk mengonsumsi produk dan sulit untuk berhenti. Senada

dengan yang pernyataan Elliot (dalam Lury, 1998) bahwa terdapat sindrom

Page 21: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perilaku kehilangan kendali terhadap belanja dan konsumsi yang sangat serupa

dengan bentuk ketagihan yang lain dan sebagian besar konsumen adalah kaum

wanita.

Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang

potensial. Hal ini disebabkan karena remaja yang mudah tertarik dan terbujuk

pada barang atau jasa yang sedang trend atau mengikuti mode. Perkembangan

pusat perbelanjaan dan mall yang pesat juga semakin memudahkan remaja untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Dapat dilihat dalam data yang

dihimpun Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010) bahwa 50%

pengunjung pusat perbelanjaan atau mall adalah remaja. Pada awalnya, alasan

remaja mengunjungi mall hanya sebagai tempat berkumpul dengan teman-teman,

tetapi lambat laun mall justru menjadi tempat untuk remaja menghambur-

hamburkan uang dan berperilaku konsumtif.

Hasil penelitian Susianto (dalam Kotler, 2000) menunjukkan bahwa

remaja merupakan salah satu segmen penting pasar di Indonesia. Alasannya antara

lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Remaja biasanya

mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan

cenderung boros dalam menggunakan uangnya (Tambunan, 2001). Sifat-sifat

remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar

remaja karena belanja juga punya arti tersendiri bagi remaja.

Rank (dalam Sarwono, 2004) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan

masa pembebasan kehendak dalam menuju terbentuknya kepribadian yang

mandiri yang menentukan self-nya sendiri. Perkembangan proses berpikir

Page 22: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berpengaruh pada peningkatan kemandirian pada remaja, termasuk juga posisinya

sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak

dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin dibeli.

Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk

industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik, dan mudah

dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam

perilaku membeli yang tidak wajar (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Membeli

dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang tidak

dibutuhkan, namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekedar

mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh

pengakuan sosial dan sebagainya (Aryani, 2006). Perilaku membeli yang tidak

sesuai kebutuhan semata-mata demi kesenangan sehingga menyebabkan

seseorang menjadi boros disebut sebagai perilaku konsumtif.

Menurut Sembiring (2009), perilaku konsumtif adalah perilaku

berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan

daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan

sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Perilaku konsumtif pada umumnya

terjadi pada remaja, akan tetapi dalam perkembangannya mereka akan menjadi

orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif (Tambunan, 2001).

Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat

usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri (Tambunan, 2001).

Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi

bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan

Page 23: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti

berbagai atribut yang sedang trend.

Perilaku konsumtif dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok

remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa

dengan gaya hidup konsumtif (Tambunan, 2001). Gaya hidup konsumtif ini harus

didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi

apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang

tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara

instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki

dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, bahkan etika.

Remaja berusaha menampilkan jati diri yang terbaik termasuk penampilan

fisik. Perhatian yang besar terhadap diri sendiri merupakan minat yang kuat pada

remaja putri (Hurlock, 2006). Perhatian ini ditunjukkan melalu kekhawatiran dan

perilaku membeli mereka terhadap barang-barang yang dapat merawat dan

meningkatkan penampilan. Media massa baik tayangan iklan di televisi maupun

majalah yang banyak menampilkan figur-figur ideal remaja dan menawarkan

produk-produk remaja akan mempengaruhi remaja untuk membeli produk

tersebut (Anin, dkk., 2007).

Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), perasaan tidak puas terhadap tubuh

dan cara pandang individu terhadap berat badannya berhubungan dengan body

image seseorang. Body image mengacu pada persepsi menyeluruh mengenai

tubuh, termasuk pemikiran, perasaan, dan reaksi seseorang mengenainya (Adi,

2008). Body image adalah gambaran mengenai tubuh seseorang yang terbentuk

Page 24: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dalam pikiran individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu

menurut individu itu sendiri.

Schilder (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) menjelaskan bahwa body

image adalah gambaran tubuh seseorang mengenai tubuhnya sendiri yang

terbentuk dari pikirannya. Bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan

penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuh

atas bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya.

Menurut Smolak (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002), body image memiliki

dua konsep yaitu positif dan negatif. Body image positif dimiliki oleh individu

yang puas dengan keadaan fisiknya, sedangkan body image negatif dimiliki oleh

individu yang tidak puas dengan keadaan fisiknya.

Dalam memperoleh jati diri, remaja berusaha membentuk citra atau image

tentang dirinya dan upaya ini terlihat dalam suatu gambaran tentang bagaimana

setiap remaja mempersepsikan dirinya. Termasuk didalamnya bagaimana ia

mencoba menampilkan diri secara fisik (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Hal

tersebut membuat mereka sensitif terhadap gambaran fisik sehingga mendorong

mereka melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntutan

komunitas sosial mereka.

Kecantikan dan kesempurnaan fisik menjadi ukuran ideal bagi remaja.

Banyak remaja yang berusaha mencapainya dengan bantuan kosmetik, fashion

yang up to date, menata rambut ke salon dengan mode mutakhir, sampai

melakukan koreksi di tiap bagian wajah dan tubuh. Hal tersebut sesuai dengan

Monks (2004) yang mengemukakan bahwa kaum remaja merupakan pembeli

Page 25: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

potensial untuk produk-produk seperti pakaian, sepatu, kosmetik, bahkan sampai

makanan. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja

untuk berperilaku konsumtif.

Sebagian besar remaja putri dari segala umur dan tempat tinggal, tidak

puas dengan penampilan fisiknya dan memiliki keinginan untuk memiliki berat

badan dan bentuk tubuh yang berbeda (Oswalt & Wyatt, 2007). Masa puber yang

menyebabkan perbedaan tubuh menuntut perubahan yang cukup bermakna dalam

konsep diri, dan dapat mengakibatkan krisis identitas terutama pada remaja putri.

Hal tersebut sesuai dengan penjabaran Atkinson, dkk. (2002) bahwa remaja putra

cenderung lebih puas dengan berat badan dibandingkan dengan remaja putri.

Remaja putri biasanya kurang puas dengan berat badan dan penampilan

mereka serta selalu membandingkan penampilan dengan standar daya tarik wanita

yang dipromosikan oleh media menekankan tubuh yang ramping. Remaja putri

akan menjadi lebih boros untuk membelanjakan uang sakunya untuk membeli

barang-barang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan akan kecantikan dan

penampilan dirinya (Djudiyah dan Hadipranata, 2002).

Dari penjabaran tentang body image dapat diketahui bahwa remaja putri

yang memiliki body image positif tidak membutuhkan konsumsi berlebih akan

produk-produk untuk meningkat penampilan dirinya. Sebaliknya, body image

negatif dapat meningkatkan perilaku konsumtif pada remaja putri, dengan harapan

produk-produk yang dibeli dapat meningkatkan penampilan diri secara fisik.

Menurut Mangkunegara (2005), perilaku konsumtif dapat dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu sosial budaya dan psikologis. Faktor sosial budaya terdiri dari

Page 26: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

beberapa faktor salah satunya kelompok anutan, yang sering disebut juga

kelompok acuan atau kelompok referensi. Kelompok anutan didefinisikan sebagai

suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku

konsumen.

Pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku konsumtif antara lain

menentukan produk dan merek yang akan digunakan sesuai dengan aspirasi

kelompok. Penyesuaian dengan kelompok melibatkan perubahan keyakinan

individu sebagai reaksi terhadap tekanan kelompok. Kenyataannya memang

seseorang bisa bergabung dengan suatu kelompok karena dia mempunyai

kecocokan dengan tujuan dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok

tersebut (Prasetijo dan Ihalauw, 2005).

Perilaku konsumtif pada remaja juga terkait dengan karakteristik

psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas terhadap

kelompok sebaya. Masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-

anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam

aspek fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan

jati diri atau identitas diri. Upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan

bagaimana remaja menampilkan dirinya. Mereka ingin kehadirannya diakui

sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari

kelompok sebaya mereka (Aryani, 2006).

Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian

perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau

aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku. Asch (dalam

Page 27: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Indria dan Nindyati, 2007) berpendapat konformitas merupakan proses yang

bersifat relatif rasional, dimana individu membangun norma individu lain sebagai

acuan untuk dapat berperilaku dengan benar dan pantas.

Wiggins dan Zanden seperti yang dikutip Indria dan Nindyati (2007)

mendefinisikan konformitas sebagai tindakan yang mencerminkan adanya

penyesuaian perilaku individu dengan norma atau standar yang telah ditentukan

oleh individu lain. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa melakukan tindakan yang

sesuai dengan norma sosial yang terdapat dalam kelompok disebut sebagai

konformitas.

Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang

lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka

(Santrock, 2003). Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat

pada masa remaja untuk dapat diterima dalam kelompok. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Baron, dkk. (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) yang

menjelaskan bahwa tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat,

sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan

nilai-nilai personal dari individu.

Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang

tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Dalam

kehidupan sosial, remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya. Biasanya

para remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan teman sebayanya

daripada dengan orang tuanya. Peer group menjadi suatu sarana sekaligus tujuan

dalam pencarian jati diri remaja. Remaja terkadang meminta dukungan,

Page 28: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penjelasan, dan mendapatkan opini tentang definisi dirinya sendiri dari teman-

teman sebayanya (Santrock, 2003).

Konformitas teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif dan negatif

(Santrock, 2003). Banyak ditemukan kasus perilaku remaja yang disebabkan

pengaruh buruk dari kelompok teman sebaya seperti menggunakan bahasa yang

asal-asalan, mencuri, mencoret-coret fasilitas umum, dan merokok. Namun,

banyak pula konformitas pada remaja yang tidak negatif dan merupakan

keinginan remaja untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian

seperti temannya, dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota perkumpulan.

Sementara hampir semua remaja mengikuti tekanan teman sebaya dan

ukuran lingkungan sosial, beberapa remaja ada juga yang non-konformis atau

anti-konformitas. Non-konformis muncul ketika individu mengetahui apa yang

diharapkan oleh orang-orang disekitarnya, tapi mereka tidak menggunakan

harapan tersebut untuk mengarahkan tingkah laku mereka. Remaja yang non-

konformis sangat mandiri, sama seperti seorang siswa sekolah menengah atas

yang memilih tidak menjadi anggota suatu organisasi.

Anti-konformitas muncul ketika individu bereaksi menolak terhadap

harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari tindakan atau

kepercayaan yang dianut oleh kelompok. Dua versi anti-konformitas masa kini

antara lain “skinheads” dan “punks” (Santrock, 2003).

Konformitas teman sebaya merupakan sesuatu hal yang umum dalam

kehidupan remaja (Hurlock, 2006). Dapat dilihat pada hampir tiap sisi kehidupan

remaja seperti pilihan atas pakaian yang dipakai, musik yang didengar, bahasa,

Page 29: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

dan nilai-nilai yang ada. Bila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh

pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka akan

menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif.

Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri mereka

pada suatu kelompok karena kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat

dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Brown (dalam Santrock, 2003)

menyatakan bahwa orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya dapat membantu

remaja untuk menghadapi tuntutan dan tekanan teman sebaya. Perubahan

perkembangan yang terjadi pada masa remaja terkadang membawa rasa tidak

aman.

Para remaja sangat mudah terganggu karena rasa tidak aman tersebut dan

banyaknya perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka. Untuk mengatasi

tekanan ini, remaja perlu mengalami kesempatan sukses, baik di dalam maupun di

luar sekolah, yang dapat meningkatkan rasa kepemilikan akan kontrol atas

dirinya. Konformitas tidak selalu berdampak buruk, tetapi untuk perkembangan

pemikiran, untuk menghasilkan hal-hal yang baru dan kreatif, konformitas dapat

merugikan (Hollander, dalam Rakhmat, 2009).

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta karena SMA Negeri 7

merupakan salah satu sekolah menengah atas favorit di Surakarta. Selain itu,

SMA Negeri 7 Surakarta dikenal sebagai “SMA Artis” karena beberapa siswanya

yang menjadi public figure di Indonesia (Kisawa, 2006). Oleh karena itu,

terbentuklah social image SMA Negeri 7 Surakarta sebagai sekolah yang elit bagi

masyarakat Surakarta.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan pihak sekolah, mayoritas

siswa-siswi yang bersekolah di SMA Negeri 7 Surakarta berasal dari keluarga

kelas ekonomi menengah ke atas. Kemampuan finansial orang tua dan uang saku

yang tinggi dapat meningkatkan perilaku konsumtif remaja (Djudiyah dan

Hadipranata, 2002). Peneliti menggunakan siswi kelas XI karena siswi yang

duduk di kelas XI berada dalam batasan usia remaja dan remaja putri cenderung

memiliki tradisi konsumtif yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra (Djudiyah

dan Hadipranata, 2002).

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah dipaparkan di atas,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Body

Image dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada Siswi Kelas XI SMA

Negeri 7 Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku

konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta?

2. Apakah terdapat hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi

kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta?

3. Apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi

kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta?

Page 31: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu:

A. Mengetahui hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku

konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

B. Mengetahui hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi

kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

C. Mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi

kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini ada dua, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada berbagai bidang psikologi, terutama bidang psikologi sosial,

psikologi industri, dan psikologi perkembangan, yakni memberikan sumbangan

tentang pentingnya body image yang positif dan konformitas yang sesuai untuk

mencegah perilaku konsumtif pada remaja putri, terutama siswi sekolah menengah

atas.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi siswi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan

agar dapat mensyukuri pertumbuhan dan penampilan fisiknya serta menyesuaikan

tingkat konformitas yang tepat terhadap lingkungan, agar tidak terjerumus dalam

perilaku konsumtif.

2. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan dalam membentuk pola pikir anak untuk membeli barang-barang yang

Page 32: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dibutuhkan daripada yang diinginkan dalam upaya mencegah perilaku konsumtif

dan tidak membiasakan membelikan barang atau hal yang diinginkan anak.

3. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengontrol dan

memberikan intervensi atau pencegahan peningkatan perilaku konsumtif di

kalangan remaja, khususnya siswi sekolah menengah atas.

4. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

dalam penelitian lain yang relevan dan berkaitan dengan body image,

konformitas, dan/atau perilaku konsumtif pada remaja putri, terutama siswi

sekolah menengah atas.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Konsumtif

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Tambunan (2001) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai keinginan

untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara

berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Menurut Zebua dan

Nurdjayadi (2001), perilaku konsumtif menggambarkan suatu tindakan yang

tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan

pemborosan dan inefisiensi biaya. Individu dengan tindakan tidak rasional dan

kompulsif selalu merasa belum lengkap dan mencari kepuasan dengan

membeli barang-barang yang baru.

Mengacu pada pendapat dari Engel, dkk. (2008) yang menyatakan

bahwa gaya hidup merupakan suatu refleksi dari aktivitas, minat, dan opini

individu, maka perilaku konsumtif sering dikaitkan dengan gaya hidup

individu. Dapat dikatakan individu dengan gaya hidup yang menghabiskan

banyak waktu dan uang untuk hal-hal tidak berguna, berlebihan, atau tidak

sesuai dengan kebutuhan, dapat dikategorikan sebagai perilaku konsumtif.

Fransisca dan Suyasa (2005) memberi pengertian perilaku konsumtif

sebagai tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi

untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga

menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Anggasari (dalam Fransisca

Page 34: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dan Suyasa, 2005) berpendapat perilaku konsumtif adalah tindakan membeli

dan mengkonsumsi barang yang tidak bermanfaat secara berlebihan untuk

memenuhi keinginannya.

Pada umumnya, manusia akan memenuhi kebutuhan primer sebelum

memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginannya. Maslow (dalam Sobur,

2003) menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis

seperti makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Ia akan menahan kebutuhan

dan keinginan lain, sebelum kebutuhan primer terpenuhi. Tetapi, individu

dengan perilaku konsumtif dapat menekan kebutuhannya hanya sekedar untuk

memenuhi hasrat dan keinginannya semata.

Pembelian barang individu tidak lagi dilihat dari nilai pakainya yaitu

untuk mencukupi kebutuhan tetapi digunakan untuk memenuhi keinginannya.

Individu tidak lagi mengenali kebutuhan sesungguhnya, namun justru selalu

tergoda untuk memuaskan keinginan sesaatnya.

Remaja yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-

kanak dengan suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju

masa dewasa yang bebas, mandiri dan matang (Santrock, 2003). Termasuk

bagaimana remaja terutama remaja putri berusaha menampilkan diri secara

fisik, hal ini agar sesuai dengan komunitas mereka. Atau bisa juga dengan

pengaruh iklan, karena akan timbul keinginan untuk berbelanja seperti halnya

iklan yang ditayangkan di televisi. Keinginan ini mendorong remaja untuk

cenderung berperilaku konsumtif.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa perilaku konsumtif merupakan tindakan individu untuk membeli atau

mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang bukan merupakan

prioritas kebutuhannya dan tanpa pertimbangan yang rasional, demi kepuasan

fisik dan dorongan untuk memuaskan hasrat kesenangan.

2. Karakteristik-karakteristik Perilaku Konsumtif

Menurut Sumartono (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005) terdapat

delapan karakteristik perilaku konsumtif. Seperti halnya aspek, karakteristik

dapat dijadikan sebagai dasar perumusan indikator perilaku yang operasional

(Azwar, 2009). Karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif tersebut, yaitu:

a. Membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik.

Pembelian tidak lagi melihat manfaatnya akan tetapi tujuannya hanya

untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan.

b. Membeli karena kemasan produk menarik.

Individu tertarik untuk membeli suatu produk karena kemasannya yang

berbeda dari yang lain. Kemasan produk yang menarik dan unik dapat

membuat individu tertarik untuk membeli produk tersebut.

c. Membeli karena ingin menjaga penampilan diri dan gengsi.

Gengsi membuat individu lebih membeli produk yang dianggap dapat

menjaga penampilan diri, dibandingkan membeli barang lain yang lebih

dibutuhkan.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

d. Membeli karena program potongan harga.

Pembelian suatu produk bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya, akan

tetapi produk dibeli karena harga yang ditawarkan menarik.

e. Membeli produk demi menjaga status sosial.

Individu menganggap produk yang digunakan adalah suatu simbol dari

status sosialnya.

f. Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk.

Individu membeli produk karena tertarik untuk bisa mirip seperti model

iklan tersebut, ataupun karena model yang diiklankan adalah seorang idola

dari pembeli.

g. Penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan

rasa percaya diri yang tinggi.

Individu membeli produk bukan berdasarkan kebutuhan tetapi karena

memiliki harga yang mahal sehingga dapat menambah kepercayaan

dirinya.

h. Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda.

Membeli produk sejenis dengan merek berbeda akan menimbulkan

pemborosan karena sebenarnya individu sudah cukup dengan memiliki

satu produk saja.

Konsumtif menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang

secara berlebihan yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai

kepuasan yang maksimal. Berdasarkan definisi tersebut, maka Tambunan

Page 37: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(2001) mengemukakan bahwa terdapat dua aspek mendasar dalam perilaku

konsumtif, yaitu:

1. Adanya suatu keinginan mengkonsumsi secara berlebihan.

Hal ini akan menimbulkan pemborosan dan bahkan inefisiensi biaya,

apalagi bagi remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri.

a. Pemborosan

Perilaku konsumtif yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai

produknya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan

pokok. Perilaku ini hanya berdasarkan pada keinginan untuk

mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan

secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.

b. Inefisiensi biaya

Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja yang biasanya

mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis,

dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya sehingga

menimbulkan inefisiensi biaya.

2. Perilaku tersebut dilakukan bertujuan untuk mencapai kepuasan semata.

Kebutuhan yang dipenuhi bukan merupakan kebutuhan yang utama

melainkan kebutuhan yang dipenuhi hanya sekedar mengikuti arus mode,

ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial tanpa

memperdulikan apakah memang dibutuhkan atau tidak. Padahal hal ini

justru akan menimbulkan kecemasan. Rasa cemas di sini timbul karena

Page 38: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

merasa harus tetap mengikuti perkembangan dan tidak ingin dibilang

ketinggalan mode.

a. Mengikuti mode

Pada kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi

yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, pusat-pusat

perbelanjaan seperti mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin

menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang

beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja

tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.

b. Memperoleh pengakuan sosial

Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila

melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri.

Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha

menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan

menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja

berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trend.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif yang

dikemukakan Sumartono (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005) yang bersifat

penjelasan terhadap tindakan individu yang melakukan pembelian karena

keinginan dan bukan karena kebutuhan, peneliti menggunakan karakteristik-

karakteristik dari Sumartono untuk pengukuran skala perilaku konsumtif dalam

penelitian ini.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif dari Sumartono (dalam

Fransisca dan Suyasa, 2005) yang digunakan sebagai landasan dalam

penyusunan skala perilaku konsumtif dalam penelitian ini, meliputi: a.

membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik, b. membeli karena

kemasan produk menarik, c. membeli untuk menjaga penampilan diri dan

gengsi, d. membeli karena potongan harga, e. membeli demi menjaga status

sosial, f. memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk,

g. penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan

rasa percaya diri yang tinggi, serta h. membeli lebih dari dua produk sejenis

dengan merek berbeda.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Menurut Kotler (2000), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku membeli yang memiliki andil dalam pembentukan perilaku konsumtif

ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut terdiri

dari beberapa sub-faktor, antara lain:

a. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari dua faktor yaitu faktor pribadi dan faktor

psikologis. Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Faktor pribadi

Keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi, yaitu:

Page 40: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a) Usia

Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang

hidupnya. Remaja yang berada pada usia yang rentan dalam

mencari identitas diri, dapat lebih mudah berperilaku konsumtif.

Remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan

teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan

uangnya (Tambunan, 2001).

b) Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan oleh individu sangat mempengaruhi gaya

hidup dan merupakan basis penting untuk menyampaikan prestise,

kehormatan, dan respek (Engel, dkk., 2008). Individu dengan

pekerjaan yang berbeda akan mempunyai kebutuhan yang berbeda

pula. Hal ini dapat menyebabkan individu berperilaku konsumtif

untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

c) Keadaan ekonomi

Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi.

Penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, dan kemampuan

untuk meminjam dapat mempengaruhi perilaku konsumsi individu

(Kotler dan Keller, 2008). Orang dengan tingkat ekonomi yang

tinggi akan cenderung lebih sering membelanjakan uangnya untuk

membeli barang-barang, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi

rendah akan cenderung lebih hemat.

d) Gaya hidup

Page 41: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Kotler (2000) menyatakan bahwa gaya hidup adalah pola hidup

individu di dunia yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan

pendapat. Robbins (dalam Santoso, 2006) berpendapat bahwa

kebiasaan melakukan pembelian telah bertransformasi dan produksi

barang-barang mewah meningkat sehingga dianggap menjadi

sebuah kebutuhan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat

meningkatkan gaya hidup konsumtif pada masyarakat.

e) Kepribadian

Kepribadian merupakan sesuatu yang unik atau khas pada diri

setiap orang (Sobur, 2003). Kepribadian dapat menentukan pola

hidup individu, demikian pula perilaku konsumtif pada individu

dapat dilihat dari tipe kepribadiannya.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain:

a) Motivasi

Sobur (2003) berpendapat bahwa motivasi berarti membangkitkan

motif, meningkatkan daya gerak, atau menggerakkan individu

untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau

tujuan. Motivasi yang tinggi untuk membeli suatu produk akan

membuat individu cenderung membeli barang tanpa berpikir secara

matang apakah mereka memang membutuhkan barang tersebut

atau hanya menginginkannya untuk kepuasan.

b) Persepsi

Page 42: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Persepsi merupakan proses bagaimana individu menyeleksi,

mengatur, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk

menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti (Kotler, 2000).

Banyaknya stimuli-stimuli fisik dan lingkungan sekitar yang

berkaitan dengan barang, dapat mempengaruhi persepsi individu

untuk membeli barang tersebut.

c) Pengetahuan

Sebagian besar perilaku manusia dipelajari. Pengetahuan

menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal

dari pengalaman (Kotler dan Keller, 2008). Individu akan

cenderung kembali membeli suatu barang, jika sudah pernah

membeli barang yang sama dan merasa puas akan kualitas barang

tersebut. Hal tersebut dapat membuat individu untuk terus membeli

sehingga menjadi konsumtif.

d) Kepercayaan dan sikap pendirian

Melalui bertindak dan belajar, individu akan memperoleh

kepercayaan dan pendirian (Kotler, 2000). Kepercayaan pada

penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil,

dapat mengakibatkan timbulnya perilaku konsumtif.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor budaya dan faktor

sosial. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif,

antara lain:

1) Faktor budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling besar dalam

pembentukan perilaku konsumtif individu. Faktor-faktor tersebut,

antara lain:

a) Kebudayaan

Menurut Santrock (2003), budaya didefinisikan sebagai tingkah

laku, pola-pola, keyakinan, dan semua produk dari kelompok

manusia tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Budaya

merupakan determinan paling fundamental dari keinginan dan

perilaku individu (Kotler, 2000). Jika individu tumbuh pada

kebudayaan dimana sebagian besar masyarakatnya berperilaku

konsumtif, maka dapat terbentuk perilaku konsumtif pada individu

tersebut.

b) Kelas sosial

Menurut Mangkunegara (2005), pada dasarnya kelas sosial

masyarakat dapat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu

golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Dalam

hubungannya dengan perilaku konsumtif, kelas sosial dapat

dikategorikan sebagai berikut:

Page 44: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli

barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang

berkualitas dan lengkap (supermarket atau mall), konservatif

dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung

untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya.

2) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang

untuk menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan

jumlah banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka

berkeinginan membeli barang yang mahal dengan sistem

kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, dan

perabot rumah tangga.

3) Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli dengan

mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya

mereka membeli barang-barang yang diobral atau penjualan

dengan harga promosi.

2) Faktor sosial

Perilaku konsumtif juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial

seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.

a) Kelompok acuan

Solomon (2007) mendefinisikan kelompok acuan sebagai individu

atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang

signifikan pada individu dalam hal mengevaluasi, memberikan

aspirasi, atau dalam berperilaku. Kelompok acuan dapat

Page 45: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

mempengaruhi dan konsep diri individu karena biasanya individu

berhasrat untuk sesuai dengan kelompok tersebut. Individu yang

berada dalam kelompok acuan yang konsumtif, dapat terpengaruh

menjadi berperilaku konsumtif agar dapat diterima oleh kelompok

acuannya.

b) Keluarga

Prasetijo dan Ihalauw (2005) menjelaskan bahwa keluarga sangat

menentukan perilaku, termasuk dalam pemilihan produk dan

aktivitas pembelian individu. Dari keluargalah, individu belajar dan

bersosialisasi untuk menjadi konsumen. Orang tua yang konsumtif,

secara langsung maupun tidak langsung dapat mendidik anaknya

untuk berperilaku konsumtif.

c) Peran dan status

Suatu peran terdiri dari kegiatan-kegiatan yang diharapkan

dilakukan oleh individu, dan kemudian peran tersebut membawa

suatu status (Kotler, 2000). Orang-orang memilih produk yang

mengkomunikasikan peran dan status mereka dalam masyarakat.

Menurut Engel, dkk. (2008), perilaku konsumen merupakan hal yang

tidak dapat dipisahkan dengan perilaku konsumtif. Oleh karena itu, faktor-

faktor perilaku konsumen juga berkaitan dengan faktor-faktor perilaku

konsumen. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori

yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, serta proses

psikologis.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian

konsumtif, antara lain:

1) Budaya

Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain

yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi,

melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat

(Engel, dkk., 2008). Budaya dapat mempengaruhi penggerak yang

memotivasi individu untuk mengambil tindakan lebih jauh termasuk

berperilaku konsumtif.

2) Kelas sosial

Kelas sosial merupakan pembagian di dalam masyarakat yang terdiri

dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang

sama. Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama

dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam

pasar (Engel, dkk., 2008). Pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan yang

menentukan kelas sosial dapat mempengaruhi berapa banyak yang

harus dibelanjakan oleh individu, tidak hanya untuk kebutuhan

melainkan juga untuk mendapatkan kehormatan.

3) Pengaruh pribadi

Sebagai konsumen, perilaku individu kerap dipengaruhi oleh individu

atau kelompok lain yang berhubungan erat dengannya (Engel, dkk.,

2008). Individu berusaha merespons tekanan dari lingkungan untuk

Page 47: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diharapkan.

Pengaruh pribadi merupakan subjek penting dalam menentukan

perilaku konsumtif individu.

4) Keluarga

Menurut Kotler dan Keller (2008), keluarga merupakan organisasi

pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para

anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh. Dapat dibedakan dua jenis keluarga dalam kehidupan

konsumen, yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga

orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Keluarga

prokreasi terdiri dari pasangan dan anak. Perilaku konsumtif individu

kerap disebabkan oleh pengaruh didikan dari keluarga.

5) Situasi

Perilaku berubah ketika situasi berubah. Pengaruh situasi dapat

dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus

untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik

konsumen dan karakteristik objek (Engel, dkk., 2008). Situasi yang

dapat berpengaruh pada perilaku konsumtif dapat dibagi menjadi tiga

jenis utama yaitu situasi komunikasi, situasi pembelian, dan situasi

pemakaian.

1. Situasi komunikasi, didefinisikan sebagai latar dimana individu

dihadapkan pada komunikasi pribadi atau non-pribadi. Komunikasi

pribadi mencakup percakapan yang mungkin dilakukan individu

Page 48: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

saat pembelian, seperti wiraniaga atau sesama konsumen.

Komunikasi non-pribadi mencakup iklan dan program serta

publikasi yang berorientasi konsumen.

2. Situasi pembelian, mengacu pada latar ketika individu melakukan

pembelian produk atau jasa. Pengaruh situasi sangat lazim terjadi

selama pembelian.

3. Situasi pemakaian, mengacu pada latar dimana konsumsi terjadi.

Lingkungan sosial saat produk dipakai atau digunakan dan waktu

dimana pemakaian terjadi dapat pula mempengaruhi perilaku

konsumtif.

b. Faktor Perbedaan Individu

Faktor perbedaan individu dapat dibagi menjadi lima, yaitu:

1. Sumber daya konsumen

Kuantitas sumber daya ekonomi yang dimiliki individu dapat

mempengaruhi perilaku konsumtifnya (Engel, dkk., 2008). Semakin

tinggi sumber daya ekonomi yang dimiliki, dapat semakin

meningkatkan perilaku konsumtif individu.

2. Motivasi dan keterlibatan

Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan.

Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang

memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan.

Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan

atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik

Page 49: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

(Engel, dkk., 2008). Keterlibatan adalah faktor penting dalam mengerti

motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari

dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada

motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi sehingga

kemungkinan untuk timbulnya perilaku konsumtif semakin tinggi.

3. Pengetahuan

Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam

ingatan. Informasi yang dipegang oleh individu mengenai produk akan

sangat mempengaruhi pola pembeliannya (Engel, dkk., 2008).

Semakin banyak dan baik informasi yang didapat individu tentang

suatu produk, maka individu akan semakin percaya pada produk

tersebut dan mempengaruhi perilaku konsumtifnya.

4. Sikap

Engel, dkk. (2008) mengemukakan bahwa sikap pada umumnya

memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam

memutuskan produk apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan

menjadi langganan, individu akan memilih produk dan toko yang

dievaluasi paling menguntungkan baginya.

5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi

Kepribadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap

stimulus lingkungan. Kepribadian merupakan perluasan fokus untuk

mencakupi gaya hidup yaitu pola yang digunakan orang untuk hidup

dan menghabiskan waktu serta uang. Sasaran bidang demografi yang

Page 50: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dapat mempengaruhi perilaku konsumtif antara lain usia, pendapatan,

dan pendidikan (Engel, dkk., 2008).

c. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif

yaitu pengolahan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan

perilaku. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi

perilaku konsumtif. Pengolahan informasi menyampaikan cara-cara

dimana informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan,

didapatkan kembali, dan digunakan. Informasi yang didapatkan tersebut

merupakan proses belajar individu. Kemudian, pembelajaran merupakan

proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan,

sikap, dan perilaku individu (Engel, dkk., 2008). Oleh karena itu, ketiga

faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya perilaku konsumtif.

Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif, yaitu usia,

keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, motivasi, pengetahuan,

kebudayaan, kelas sosial, keluarga, dan kelompok acuan.

B. Body Image

1. Pengertian Body Image

Schilder (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) mendefinisikan body image

sebagai gambaran individu mengenai tubuhnya yang terbentuk dari pikiran

individu itu sendiri. Body image merupakan suatu pengalaman individual

Page 51: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

seseorang tentang tubuhnya. Rosen (dalam Sukamto, 2006) mengemukakan

bahwa body image individu dapat berubah walaupun penampilan fisiknya tidak

berubah.

Menurut Thompson (2000), body image adalah evaluasi terhadap

ukuran tubuh seseorang, berat ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah

pada penampilan fisik. Lebih lanjut, Slade (dalam Sousa, 2008)

mengemukakan bahwa body image merupakan gambaran seluruh tubuh yang

terbentuk dari ilustrasi mental yang berhubungan dengan dimensi emosi

individu mengenai ukuran, citra, dan bentuk tubuhnya.

Rice (dalam Sukamto, 2006) mengemukakan bahwa body image adalah

gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi

pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensasi,

kesadaran dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya. Body image yang sehat

atau positif ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh

dan perasaan, serta relasi dengan tubuh yang positif dan percaya diri.

Body image merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat

subjektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak bergantung pada penampilan

fisik individu. Individu yang telah berhasil menurunkan berat badannya atau

menjadi lebih cantik mungkin saja masih memiliki body image negatif. Hal

tersebut menurut Brehm (dalam Sukamto, 2006) disebabkan oleh adanya

kesenjangan yang besar antara standar kecantikan yang berlaku dengan bentuk

tubuh perempuan yang senyatanya.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Freedman (dalam Sukamto, 2006) menambahkan bahwa tinggi

rendahnya ketidakpuasan terhadap body image ditentukan oleh seberapa

besarnya kesesuaian antara tubuh yang senyatanya dengan norma kecantikan

yang berlaku di lingkungan sosialnya. Jika terdapat kesenjangan yang besar

antara tubuh yang ideal dengan tubuh senyatanya, maka mayoritas perempuan

akan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak dapat

menyesuaikan diri dan merasa dituntut untuk membentuk diri mereka agar

sesuai dengan bentuk tubuh yang ideal (Sukamto, 2006).

Menurut Santrock (2003), salah satu aspek psikologis dari perubahan

fisik di masa pubertas yaitu remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka

dan membangun image-nya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka

tampak. Sesuai dengan pendapat Hamburg dan Wright (dalam Santrock, 2003)

yang menyatakan bahwa perhatian yang berlebihan terhadap body image,

menjadi amat kuat pada masa remaja, terutama amat mencolok selama

pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan

dengan masa akhir remaja.

Lebih lanjut, Gross (dalam Santrock, 2003) berpendapat perbedaan

gender menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Pada umumnya,

remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki tingkat

body image negatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putra. Hal

tersebut diperkuat dengan penelitian Siegel, dkk. (dalam Sukamto, 2006) yang

menemukan bahwa remaja putri lebih depresif terhadap body image daripada

remaja putra.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan

tubuhnya karena massa lemak tubuh yang meningkat, sedangkan remaja putra

menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas karena massa otot yang

meningkat. Menurut Gideon (dalam Suprapto dan Aditomo, 2007), remaja

dengan body image negatif menganggap dirinya tidak menarik. Remaja merasa

tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat, merasa tidak berharga, dan

merasa tidak menerima penerimaan positif dari dirinya serta orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian body image di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa body image merupakan gambaran mental, perasaan, dan

persepsi individu yang berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat

tubuh yang mengarah pada kepuasan penampilan fisiknya.

2. Aspek-aspek Body Image

Cash dan Pruzinsky (2002) mengemukakan bahwa terdapat lima aspek

pada body image, yaitu:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)

Mengukur perasaan individu mengenai penampilannya, apakah merasa

menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan, yang

secara intrinsik terkait pada kebahagiaan atau kenyamanan individu

terhadap evaluasi keseluruhan penampilannya.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)

Merupakan tingkat perhatian individu terhadap penampilan dirinya serta

usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan

dirinya.

c. Body Area Satisfaction (Kepuasan Area Tubuh)

Merupakan cara individu untuk mengukur tingkat kepuasan terhadap

bagian tubuh secara spesifik seperti wajah, rambut, tubuh bagian atas

(bahu, dada, lengan), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian

bawah (pantat, pinggul, paha, betis) dan penampilan tubuh secara

keseluruhan.

d. Overweight Occupation (Kecemasan akan Kegemukan)

Menggambarkan kecemasan individu terhadap kegemukan dan

kewaspadaannya terhadap berat badan yang dapat dilihat melalui perilaku

individu dalam aktivitas sehari-hari seperti kecenderungan melakukan diet

untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

e. Self Classified Weight (Pengkategorian Ukuran Tubuh)

Mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya,

dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

Dalam penelitian ini, aspek-aspek body image menurut Cash dan

Pruzinsky (2002) digunakan dalam penyusunan skala body image. Aspek-

aspek body image tersebut yaitu appearance evaluation (evaluasi penampilan),

appearance orientation (orientasi penampilan), body area satisfaction

Page 55: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

(kepuasan area tubuh), overweight occupation (kecemasan akan kegemukan),

dan self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image

Cash dan Pruzinsky (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor

yang dapat mempengaruhi pembentukan body image, yaitu:

a. Media Massa

Isi tayangan media sangat mempengaruhi perkembangan body image

remaja putri (Cash dan Pruzinsky, 2002). Media sering menggambarkan

standar kecantikan wanita yang memiliki tubuh yang ideal dengan wanita

yang bertubuh kurus dan tinggi. Hal ini membuat banyak remaja putri

semakin tersugesti bahwa tubuh yang kurus adalah tubuh yang ideal dan

sehat. Pada umumnya, remaja putri sangat tertarik pada majalah-majalah

fashion dan iklan yang selalu menyajikan gambar model yang bertubuh

tinggi, kurus, dan berkulit mulus (Levin dan Smolak, dalam Cash dan

Pruzinsky, 2002). Figur model yang ideal tersebut banyak menyebabkan

remaja putri semakin tidak puas dengan penampilan fisiknya, terutama

pada remaja yang telah memiliki body image negatif sebelumnya.

b. Keluarga

Body image remaja putri memiliki hubungan dengan sikap dan perilaku

yang berkaitan dengan body image orang tuanya. Orang tua dengan body

image yang positif dapat membentuk body image yang positif pula pada

anak remajanya. Ejekan atau komentar yang negatif dari anggota keluarga

Page 56: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mengenai tubuh remaja dapat membentuk body image yang negatif pada

remaja (Cash dan Pruzinsky, 2002).

c. Hubungan Interpersonal

Remaja cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Umpan

balik yang diterima dari orang lain, dapat pula mempengaruhi konsep diri

remaja, termasuk bagaimana perasaan diri terhadap penampilan fisiknya.

Hal ini sering membuat remaja cemas terhadap penampilannya dan gugup

ketika orang lain seperti teman sebayanya memberikan komentar tentang

penampilan fisiknya. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang kuat

komentar negatif teman sebaya dengan ketidakpuasan remaja terhadap

tubuhnya dan terbentuk body image negatif (Cash dan Pruzinsky, 2002).

Thompson (2000) mengemukakan pula bahwa terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi body image, yaitu:

a. Jenis Kelamin

Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ketidakpuasan terhadap

tubuh lebih banyak dialami oleh remaja putri daripada remaja putra

(Thompson, 2000). Pada umumnya, remaja putri lebih kurang puas dengan

keadaan fisiknya dan memiliki tingkat body image negatif yang lebih

tinggi dibandingkan remaja putra selama masa pubertas. Hal tersebut

disebabkan oleh peningkatan massa lemak remaja putri yang membuat

tubuhnya semakin jauh dari bentuk ideal, sedangkan remaja putra merasa

puas karena mengalami peningkatan massa otot (Santrock, 2003).

Page 57: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b. Media Massa

Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan body

image individu. Mayoritas media massa menampilkan model yang

berpenampilan menarik, yang secara tidak langsung mempersuasi kaum

perempuan untuk meniru penampilan mereka. Akibatnya, semakin banyak

perempuan yang ingin mengubah penampilan fisiknya agar sesuai dengan

penampilan fisik ideal yang dibentuk media massa (Thompson, 2000).

c. Perbandingan Sosial

Proses perbandingan sosial dapat mempengaruhi kepuasan remaja

terhadap tubuhnya, yang pada akhirnya membentuk body image remaja

(Thompson, 2000). Remaja putri akan cenderung membandingkan

penampilan fisiknya dengan model atau teman sebaya yang penampilan

fisiknya lebih menarik sehingga dianggap memiliki tubuh yang lebih ideal

daripada mereka.

Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi body image individu, yaitu media

massa, keluarga, perbandingan sosial, dan jenis kelamin.

C. Konformitas

1. Pengertian Konformitas

Menurut Sears, dkk. (2006), konformitas merupakan istilah untuk

menggambarkan keadaan dimana individu menampilkan suatu tindakan karena

orang lain juga melakukannya. Konformitas bersifat adaptif karena individu

Page 58: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

perlu menyesuaikan diri terhadap orang lain dan tindakan orang lain bisa

memberikan informasi mengenai cara yang paling baik untuk bertindak dalam

keadaan tertentu.

Sarwono dan Meinarno (2009) mengemukakan bahwa melakukan

tindakan yang sesuai dengan norma sosial dapat disebut sebagai konformitas.

Norma sosial dapat berupa injunctive norms, yaitu hal apa yang seharusnya kita

lakukan dan descriptive norms, yaitu apa yang kebanyakan orang lakukan.

Dengan mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, individu

dapat mengkomunikasikan perasaan dengan jelas dan menghindari

kesalahpahaman yang tidak menyenangkan atau memalukan.

Myers (2002) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku

atau keyakinan individu karena tekanan kelompok baik yang nyata ataupun

yang dibayangkan individu. Pengertian tersebut didukung pula oleh Matsumoto

(2004) yang menjelaskan konformitas mengacu pada sikap mengalah individu

pada tekanan sosial, baik yang nyata maupun yang dibayangkan individu itu

sendiri. Indria dan Nindyati (2007) mengemukakan konformitas sebagai

kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilaku atau

pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau

pandangan kelompoknya.

Kiesler dan Kiesler (dalam Rakhmat, 2009) mendefinisikan

konformitas sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma

kelompok sebagai akibat tekanan kelompok. Tekanan yang ada dalam norma

sosial sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar. Hal tersebut sesuai dengan

Page 59: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

yang dikemukakan Baron, dkk. (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) bahwa

tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat, sehingga usaha

untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai

personal individu.

Hurlock (2006) mengemukakan bahwa pada masa remaja, kelompok

teman sebaya sangat mempengaruhi pola kepribadian remaja karena remaja

lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya

sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi kepribadian

remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari

anggapan kelompok teman sebaya tentang dirinya. Kedua, remaja berada

dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui

kelompok. Pengaruh kelompok terhadap sikap, pembicaraan, minat,

penampilan, dan perilaku lebih besar dari pengaruh keluarga.

Banyak kelompok yang mempengaruhi perilaku remaja. Kelompok

yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pendirian

atau perilaku individu disebut sebagai kelompok acuan (Kotler, 2000).

Kelompok acuan menghubungkan individu dengan perilaku dan gaya hidup

baru. Prasetijo dan Ihalauw (2005) mengemukakan bahwa kelompok acuan

juga berpengaruh sepanjang proses pembelian, yang dimulai dari timbulnya

kebutuhan, mencari informasi tentang produk, menentukan alternatif-alternatif,

mengevaluasi tiap alternatif, menentukan, dan kemudian memutuskan

melakukan kegiatan pembelian, bahkan sesudah pembelian.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa konformitas merupakan perubahan sikap dan perilaku

individu sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan

yang dibentuk kelompok baik nyata ataupun hanya dibayangkan oleh individu

sendiri, agar dapat diterima dalam kelompok dan sebagai bentuk interaksi di

dalam kelompok.

2. Aspek-aspek Konformitas

Menurut Myers (2002), terdapat dua aspek konformitas, yaitu:

a. Pengaruh Normatif

Pengaruh normatif merupakan penyesuaian diri individu berdasarkan

harapan dan keinginan orang lain untuk mendapatkan penerimaan (Myers,

2002). Individu berusaha untuk mengikuti standar norma yang berlaku

untuk memenuhi harapan orang lain. Apabila norma ini dilanggar maka

individu akan mengalami penolakan atau pengucilan oleh kelompok. Hal

tersebut senada dengan pendapat Baron dan Byrne (2005) yaitu individu

melakukan konformitas agar disukai oleh kelompok atau paling tidak

untuk menghindari penolakan dari kelompok.

b. Pengaruh Informasional

Pengaruh informasional merupakan penyesuaian diri individu dengan

menerima petunjuk, opini, atau informasi kelompok sebagai pedoman bagi

perilaku atau pendapat sendiri (Myers, 2002). Individu menerima asumsi

kelompok karena beranggapan bahwa kelompok lebih kaya informasi

Page 61: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dibandingkan dengan dirinya sendiri. Individu ingin merasa benar dan

memiliki persepsi yang tepat tentang norma sosial.

Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan

adanya karakteristik yang khas. Sears (2006) mengemukakan bahwa terdapat

dua aspek pembentuk konformitas, yaitu:

1) Pengaruh Informasi

Orang lain atau kelompok dapat menjadi sumber informasi yang

bermanfaat bagi individu. Oleh karena itu, informasi yang dimiliki

individu dapat mempengaruhi konformitasnya. Menurut Sears (2006),

tingkat konformitas yang didasarkan pada informasi ditentukan oleh dua

aspek, yaitu:

a) Kepercayaan terhadap kelompok

Sears (2006) mengemukakan bahwa semakin besar kepercayaan

individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar,

maka akan semakin besar konformitas individu terhadap kelompok.

Demikian pula, bila kelompok memiliki informasi yang yang tidak

diketahui individu, konformitas akan meningkat.

b) Kepercayaan terhadap penilaian sendiri

Tingkat keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri dapat

mempengaruhi tingkat konformitasnya (Sears, 2006). Semakin

individu percaya terhadap keyakinannya, maka tingkat konformitasnya

akan menurun. Sebaliknya bila individu tidak yakin terhadap

Page 62: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

kemampuannya, maka kecenderungan untuk mengikuti penilaian

kelompok akan semakin tinggi.

2) Rasa Takut terhadap Celaan Sosial

Individu merasa takut terhadap penyimpangan karena takut akan sanksi

celaan sosial dari kelompok (Sears, 2006). Rasa takut akan dianggap

berbeda dalam situasi sosial, membuat individu menyesuaikan diri dengan

kelompoknya. Individu menginginkan agar kelompok menyukainya,

diperlakukan dengan baik, dan diterima. Individu menyesuaikan diri untuk

menghindari selisih paham dan tidak disukai oleh kelompoknya.

Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek konformitas yang dikemukakan

oleh Myers (2002) dapat memrepresentasikan definisi konformitas secara

lengkap. Oleh karena itu, aspek-aspek konformitas dari Myers yaitu pengaruh

normatif dan pengaruh informasional, digunakan sebagai dasar penyusunan

skala konformitas dalam penelitian ini.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Menurut Rakhmat (2009), konformitas adalah produk interaksi antara

faktor-faktor situasional dan faktor-faktor personal. Faktor-faktor yang

mempengaruhi konformitas tersebut, yaitu:

a) Faktor-faktor Situasional

Faktor-faktor situasional yang menentukan konformitas adalah kejelasan

situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik

sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

1) Kejelasan situasi

Penelitian Sheriff (dalam Rakhmat, 2009) menyimpulkan bahwa

semakin tidak jelas dan makin tak berstruktur situasi yang dihadapi,

maka semakin besar kecenderungan individu untuk mengikuti

kelompok.

2) Konteks situasi

Individu akan melakukan konformitas pada kelompok, bila individu

tersebut sadar bahwa kelompok akan semakin menyukainya jika

individu sepakat dengan pendapat dan keyakinan kelompoknya.

3) Cara menyampaikan penilaian

Cara individu menyatakan penilaian dan perilakunya juga berkaitan

dengan konformitas. Umumnya, individu akan melakukan konformitas

bila ia harus menyatakan responsnya secara terbuka dibandingkan

dengan mengungkapkannya secara rahasia.

4) Karakteristik sumber pengaruh

Individu yang menyatakan pendapat atau keyakinan berpengaruh pula

pada konformitas. Bila yang menyatakan pendapat adalah orang yang

dihormati dalam kelompok, maka kecenderungan konformitas akan

semakin tinggi.

5) Ukuran kelompok

Semakin besar ukuran kelompok, berarti semakin banyak orang yang

berperilaku dengan cara-cara tertentu, sehingga semakin banyak orang

yang mengikutinya (Sarwono dan Meinarno, 2009).

Page 64: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

6) Tingkat kesepakatan kelompok

Pengaruh norma kelompok pada konformitas anggota-anggotanya

bergantung pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang

menyatakan penilaian. Semakin besar anggota yang setuju, maka

semakin tinggi tingkat konformitasnya.

b) Faktor-faktor Personal

Faktor-faktor personal yang erat kaitannya dengan konformitas antara lain

usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, kecerdasan, motivasi, dan harga

diri.

1) Usia. Pada umumnya, semakin tinggi usia individu, maka ia akan

semakin mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan semakin

mengurangi kecenderungan konformitasnya,

2) Jenis kelamin. Wanita biasanya lebih cenderung melakukan

konformitas dibanding pria.

3) Stabilitas emosional. Individu yang emosinya kurang stabil, lebih

mudah mengikuti kelompok daripada individu yang emosinya stabil.

4) Kecerdasan. Kecerdasan berkolerasi negatif dengan konformitas

(Rakhmat, 2009). Semakin tinggi kecerdasan individu, maka

kecenderungan melakukan konformitas akan semakin rendah.

5) Motivasi. Menurut Rakhmat (2009), motivasi berprestasi, motivasi

aktualisasi diri, dan konsep diri yang positif dapat menghambat

konformitas. Makin tinggi hasrat berprestasi individu, akan diikuti

Page 65: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dengan meningkatnya kepercayaan diri, dan makin sukar untuk

dipengaruhi tekanan kelompok.

6) Harga diri. Individu dengan harga diri yang tinggi, umumnya memiliki

tingkat konformitas yang rendah.

Sears, dkk. (2007) mengemukakan pula bahwa konformitas dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Kekompakan Kelompok.

Semakin besar rasa suka anggota yang satu dengan anggota yang lain, dan

semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan

kelompok, serta semakin besar kesetiaan mereka, akan makin

meningkatkan kekompakan kelompok. Kekompakan yang tinggi

menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Alasannya karena bila

individu merasa dekat dengan anggota kelompok lain, akan semakin

menyenangkan bagi kelompok untuk mengakui individu, dan semakin

menyakitkan bila anggota lain mencela karena individu tersebut tidak

mengikuti norma kelompok.

b. Kesepakatan Kelompok.

Individu yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat

akan mendapat tekanan yang kuat untuk meyesuaikan pendapatnya.

Namun, bila kelompok tidak bersatu, akan tampak adanya penurunan

tingkat konformitas (Sears, dkk., 2006).

Page 66: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Ukuran Kelompok.

Sears, dkk. (2006) menjelaskan bahwa ukuran besar kelompok dapat

mempengaruhi konformitas. Semakin besar kelompok, maka akan

semakin meningkatkan konformitas pada individu.

Baron dan Byrne (2005) menjelaskan tiga faktor yang mempengaruhi

konformitas sebagai berikut:

a. Kohesivitas Kelompok

Menurut Baron dan Byrne (2005), kohesivitas dapat didefinisikan sebagai

derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu terhadap suatu kelompok

sosial tertentu dan ingin menjadi bagian darinya. Semakin menarik suatu

kelompok bagi individu, maka akan semakin besar kemungkinan individu

untuk melakukan konformitas terhadap norma dan keyakinan kelompok

tersebut.

b. Ukuran Kelompok

Besar ukuran kelompok dapat mempengaruhi konformitas individu.

Semakin besar ukuran suatu kelompok, maka semakin besar pula

kecenderungan individu untuk mengikuti norma kelompok, meskipun

norma tersebut tidak sesuai dengan keyakinan individu (Baron dan Byrne,

2005).

c. Tipe Norma Sosial

Menurut Baron dan Byrne (2005), terdapat dua sifat norma sosial yaitu

norma deskriptif atau himbauan (decriptive norms) dan norma injungtif

atau perintah (injunctive norms). Norma deskriptif adalah norma yang

Page 67: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada

situasi tertentu. Norma injungtif adalah norma yang menetapkan apa yang

harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima dalam

situasi tertentu. Individu akan lebih patuh apabila suatu norma relevan dan

signifikan untuk individu tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi konformitas individu, meliputi usia, jenis

kelamin, kecerdasan, motivasi, harga diri, kejelasan situasi, cara

menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok,

kesepakatan kelompok, kekompakan kelompok, kohesivitas kelompok, dan

tipe norma sosial.

D. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan

Perilaku Konsumtif

1. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan Perilaku

Konsumtif

Masa remaja dipandang sebagai periode perkembangan yang

menentukan, karena di dalamnya terdapat proses transisi dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja memasuki proses pencarian

identitas diri atau jati diri. Dalam rangka memperoleh jati diri, remaja berusaha

membentuk citra atau image tentang dirinya (Santrock, 2006). Keinginan untuk

memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja untuk berperilaku

konsumtif.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Istilah konsumtif biasanya digunakan untuk menjelaskan keinginan

untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara

berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001). Senada

dengan pendapat Anggasari (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005) yang

mengemukakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli dan

mengkonsumsi barang yang tidak bermanfaat secara berlebihan untuk

memenuhi keinginannya.

Menurut Splores (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005), terdapat empat

gaya belanja yang dapat digolongkan sebagai karakteristik perilaku konsumtif

yaitu konsumen menyukai barang bermerek, konsumen menyukai produk baru

dan mengikuti mode, berbelanja dianggap sebagai rekreasi, serta konsumen

suka berbelanja secara impulsif atau mendadak.

Ketertarikan dengan mode serta kenyamanan yang didapatkan ketika

berbelanja, dapat menyebabkan timbulnya kecenderungan membeli sesuatu

yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan (Lamd, dkk., dalam Fransisca

dan Suyasa, 2005). Jika pembelian barang tidak sesuai dengan kebutuhan dan

berlebihan maka dapat membuat seserang menjadi konsumtif.

Perilaku konsumtif mempunyai dampak yang negatif seperti

menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya (Fransisca dan Suyasa, 2005).

Secara psikologis, perilaku konsumtif juga dapat menyebabkan individu

mengalami kecemasan dan rasa tidak aman (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).

Pada umumnya, perilaku konsumtif sering dilakukan oleh kaum muda

terutama remaja putri. Remaja biasanya cenderung melakukan pembelian yang

Page 69: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

terus-menerus pada produk yang ditawarkan karena mereka selalu merasa tidak

puas dengan produk yang telah dimilikinya (Richins, dalam Djudiyah dan

Hadipranata, 2002). Hal tersebut dilakukan remaja untuk meningkatkan

penampilan demi kepuasan pribadi dan untuk menarik perhatian orang lain.

Termasuk di dalamnya bagaimana remaja mencoba menampilkan diri

secara fisik. Hal tersebut membuat remaja lebih sensitif terhadap gambaran dan

penampilan fisik seperti tubuh yang tidak langsing, pendek, jerawat, dan

sebagainya. Ketidakpuasan remaja pada tubuhnya akhirnya mendorong mereka

melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan body image

yang dianggap ideal.

Menurut Krueger (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002), body image

merupakan gambaran, fantasi, serta pengertian individu tentang bentuk, bagian,

dan fungsi tubuh. Body image merupakan bagian dari citra diri (self-image) dan

dasar dari reprentasi diri (self-representation). Remaja yang mengalami

perubahan fisik yang pesat akan memiliki minat yang tinggi terhadap body

image mereka, terutama remaja putri.

Penelitian Levine dan Smolak yang dikutip oleh Cash dan Pruzinsky

(2002) menemukan bahwa remaja putri lebih banyak mengalami kecemasan

akan body image dibandingkan remaja putra. Hal ini dapat disebabkan oleh

pertambahan massa lemak pada tubuh remaja putri saat pubertas sedangkan

remaja putra mengalami pertambahan massa otot. Akibatnya, remaja putra

merasa lebih puas terhadap tubuhnya dibandingkan remaja putri.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Remaja putri mulai mengerti betapa pentingnya penampilan untuk

memperoleh pengakuan sosial, sehingga mereka sering menyalahkan

penampilan sebagai penyebab kurang sesuainya dukungan yang mereka

peroleh dengan apa yang mereka harapkan (Santrock, 2006). Hal ini

disebabkan karena anggapan remaja putri bahwa mereka cenderung dinilai

berdasarkan bagaimana penampilannya bukan siapa dia sebenarnya. Hal ini

membuat remaja putri sangat mementingkan penampilannya dan merasa tidak

puas terhadap tubuhnya bila tubuhnya tidak sesuai dengan standar kecantikan

yang mereka persepsikan (Suprapto dan Aditomo, 2007).

Dalam suatu perbandingan sosial dengan orang lain khususnya teman

sebaya, remaja putri seringkali mempersepsikan dirinya kurang menarik dari

segi fisik (Prakoso, dalam Suprapto dan Aditomo, 2007). Penampilan yang

menarik akan membawa remaja putri pada penilaian yang baik tentang

karakteristik pribadinya dan akan membantu proses penerimaan sosial. Salah

satu cara untuk mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok teman

sebayanya, maka remaja putri akan melakukan konformitas.

Morgan, dkk. (dalam Indria dan Nindyati, 2007) mengemukakan bahwa

konformitas adalah kecenderungan individu untuk mengubah pandangan atau

perilaku agar lebih sesuai dengan norma sosial. Davidoff (dalam Suharsono

dan Haryono, 2009) mendefinisikan pula konformitas sebagai perubahan

perilaku dan atau sikap sebagai akibat dari adanya tekanan baik dalam bentuk

nyata maupun tidak nyata.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Konformitas terjadi karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan sosial.

Pada dasarnya, individu melakukan konformitas karena dua alasan. Pertama,

perilaku orang lain memberikan informasi bermanfaat untuk dirinya. Kedua,

individu ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan (Sears, dkk.,

2006). Konformitas dilakukan oleh individu dari segala umur, namun

konformitas paling banyak dilakukan oleh remaja dan berangsur-angsur

menurun hingga masa remaja akhir (Indria dan Nindyati, 2007).

Konformitas yang dilakukan individu pada masa remaja adalah

konformitas dengan teman sebaya, karena sangat berarti bagi remaja untuk

memiliki teman dan diterima oleh kelompok teman sebayanya. Remaja

melakukan konformitas dengan teman sebaya apabila berkaitan dengan

masalah sosial sehari-hari, seperti gaya berpakaian, selera musik, pilihan

aktivitas yang dilakukan pada waktu luang, dan sebagainya (Britain, dalam

Indria dan Nindyati, 2007).

Richins (dalam Djudiyah dan Hadipranata, 2002) berpendapat bahwa

individu yang materialistis seringkali melakukan pembelian untuk memenuhi

harapan orang lain terutama pada produk yang memiliki makna publik. Hal

tersebut disebabkan karena barang atau jasa tersebut dapat menyampaikan

informasi kepada orang lain tentang posisi sosial, kekayaan, serta statusnya

dengan harapan mendapatkan penghargaan dari orang lain.

Dalam melakukan pembelian, remaja juga sangat terpengaruh dengan

pendapat kelompok teman sebayanya. Pengaruh kelompok pada perilaku

pembelian terjadi sepanjang proses pembelian, dimulai dari timbulnya

Page 72: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

kebutuhan, informasi tentang produk, menentukan alternatif terbaik,

memutuskan pembelian, bahkan sesudah pembelian dan konsumsi (Prasetijo

dan Ihalauw, 2005). Remaja berusaha untuk mengkonsumsi produk sebanyak-

banyaknya agar mendapatkan kesan positif dari orang lain terutama teman

sebayanya. Remaja akan mengkonsumsi barang atau jasa yang biasa digunakan

kelompok acuan untuk menyesuaikan diri agar dapat diterima kelompok dan

tidak memiliki perbedaan dengan kelompok.

Dengan kondisi tersebut, remaja putri dengan konformitas yang tinggi

akan cenderung tergoda untuk membelanjakan uang dengan begitu bebasnya

demi mencapai kepuasan semata. Remaja putri ingin menampilkan diri guna

menyesuaikan diri dalam situasi sosial kelompok dengan mengkonsumsi

barang tanpa memperhitungkan dasar utilitas, fungsi, serta manfaat yang

berkaitan dengan nilai guna suatu barang atau jasa. Remaja putri akan

cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar dibandingkan pemasukan,

sedangkan sebagian besar remaja belum memiliki kemampuan finansial

mandiri untuk menunjang perilaku konsumtifnya.

2. Hubungan antara Body Image dengan Perilaku Konsumtif

Dewasa ini, timbul gejala baru dalam masyarakat modern yaitu

kecenderungan untuk berselera konsumtif (Armawi, 2007). Masyarakat dalam

mengkonsumsi barang atau jasa tidak lagi dilihat dari nilai pakai dan

kebutuhannya, melainkan untuk memenuhi keinginannya. Hal tersebut

Page 73: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

disebabkan karena rasa puas manusia yang tidak pernah berhenti pada satu titik

dan selalu meningkat.

Remaja sebagai salah satu anggota masyarakat, tidak terlepas dari

pengaruh konsumtivisme ini, sehingga remaja juga menjadi sasaran berbagai

produk pemasaran. Hal ini diperkuat oleh Mangkunegara (2005) yang

mengemukakan bahwa remaja merupakan pasar yang potensial karena

karakteristik remaja yang mudah terpengaruh oleh rayuan penjual dan iklan,

tertarik pada kemasan yang menarik, boros, kurang realistis, dan impulsif.

Menurut Fransisca dan Suyasa (2005), keinginan untuk mengkonsumsi

sesuatu secara berlebih dapat membuat individu menjadi konsumtif. Perilaku

konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan

tetapi untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang

dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan dan

inefisiensi biaya.

Kotler dan Keller (2008) mengemukakan bahwa perilaku membeli

individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor budaya, sosial

ekonomi, dan faktor pribadi. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi dalam

mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam membeli sesuatu,

sehingga faktor-faktor tersebut juga berperan dalam pembentukan perilaku

konsumtif individu.

Perilaku konsumtif yang sifatnya overt atau terlihat, tampak begitu jelas

dan nyata pada perilaku yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan (Peter

dan Olsen, dalam Rahardjo dan Silalahi, 2007). Perilaku ini bisa dilihat dari

Page 74: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

bagaimana remaja putri berusaha merawat diri dan mempercantik penampilan

mereka.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja terkadang

menciptakan hal-hal yang tidak menentu sehingga mendorong remaja untuk

menemukan dan memiliki jati diri yang unik sebagai individu yang berarti

(Solomon, dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Menurut Havighurst (dalam

Santrock, 2006), salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima

kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Namun, hanya sedikit

remaja yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga mereka tidak puas

dengan tubuh dan penampilannya.

Ketidakpuasan terhadap keadaan dan penampilan fisik dapat disebut

sebagai body image yang negatif. Menurut Fallon dan Ackard (dalam Cash dan

Pruzinsky, 2002) body image dapat didefinisikan sebagai representasi mental

individu terhadap tubuhnya termasuk persepsi, perasaan, dan pikiran tentang

tubuh, serta fungsi dan kemampuannya. Body image dapat digambarkan pula

sebagai interaksi antara persepsi atau evaluasi kognisi tentang ukuran dan

postur tubuh, sehingga membentuk sikap dan perilaku individu mengenai

tubuhnya (Segal, dkk., dalam Sousa, 2008).

Santrock (2006) berpendapat bahwa remaja putri akan merasa lebih

terganggu akan pertumbuhan fisiknya dibandingkan dengan remaja putra. Hal

tersebut diperkuat dengan penelitian Jones (2004) yang mendapatkan hasil

bahwa remaja putri memiliki tingkat ketidakpuasan terhadap tubuhnya

dibandingkan dengan remaja putra.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Penelitian Suprapto dan Aditomo (2007) juga menemukan bahwa

remaja putri lebih sering mengevaluasi penampilannya dengan

membandingkan penampilannya dengan orang lain. Dari perbandingan sosial,

remaja putri akan menemukan perempuan lain yang lebih menarik bentuk

tubuhnya sehingga sadar bahwa bentuk tubuhnya belum sempurna dan

menyebabkan remaja putri tersebut akan semakin tidak puas akan bentuk

tubuhnya.

Djudiyah dan Hadipranata (2002) menemukan bahwa ketidakpuasan

remaja terhadap dirinya sendiri dapat mempengaruhi perilaku membelinya.

Remaja akan cenderung membeli produk yang dapat meningkatkan penampilan

dirinya. Pada umumnya, remaja putri memiliki standar-standar tertentu tentang

sosok ideal yang didambakan, seperti postur tubuh yang tinggi, langsing, dan

memiliki kulit putih serta mulus. Pembelian produk dilakukan untuk memenuhi

dorongan untuk mencapai diri yang ideal tersebut.

Monks, dkk. (2004) menyatakan bahwa sebagian besar konsumen

remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya

remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut,

tingkah laku, kesenangan musik dalam pertemuan, dan pesta. Remaja selalu

ingin berpenampilan menarik untuk mendapat perhatian orang lain terutama

teman sebaya, sehingga remaja kebanyakan membelanjakan uangnya untuk

keperluan tersebut.

Remaja putri akan menjadi lebih boros untuk membelanjakan uang

sakunya untuk membeli barang-barang yang dianggap dapat memenuhi

Page 76: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

kebutuhan akan kecantikan dan penampilan fisiknya. Oleh karena itu, semakin

negatif body image remaja putri, maka akan semakin meningkatkan perilaku

konsumtifnya akan produk-produk yang dapat menunjang penampilan fisiknya.

3. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

Masa remaja adalah masa krisis identitas diri dimana terjadi

pertentangan antara identitas diri dengan kekaburan peran (Erikson, dalam

Hurlock, 2006). Pada usia ini, remaja akan mengeksplorasi minat-minat baru,

menguji diri sendiri atas kompetensi-kompetensi baru, serta berusaha

mengartikan nilai-nilai yang diyakininya (Monks, dkk., 2002). Salah satu cara

remaja untuk mengekspresikan, memelihara, dan meningkatkan identitasnya

pada orang lain adalah dengan membeli atau menggunakan barang atau jasa

yang mempunyai makna simbolis dan ekspresif (Evans, dkk., dalam Djudiyah

dan Hadipranata, 2002).

Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Dengan

karakteristik remaja yang mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman,

tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya, menjadikan

kelompok usia remaja menjadi salah satu pasar yang potensial (Tambunan,

2001). Karakteristik-karakteristik inilah yang membuat remaja dimanfaatkan

oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja sehingga mereka mudah

terjerat dalam perilaku membeli yang kurang efisien dan berperilaku

konsumtif.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Perilaku konsumtif dapat digambarkan sebagai suatu perilaku yang

tidak rasional dan kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan

pemborosan dan inefisiensi biaya (Neufeldt, dalam Zebua dan Nurdjayadi,

2001). Penelitian Goni (dalam Djudiyah dan Hadipranata, 2002) membuktikan

bahwa remaja terutama yang berada di kota-kota besar di Indonesia terutama

perempuan sangat konsumtif. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya

permintaan terhadap barang-barang bermerek terkenal dan mahal sebagai

wujud simbolisasi diri.

Perilaku konsumtif pada remaja diduga terkait dengan karakteristik

psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas

terhadap kelompok teman sebaya (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Upaya untuk

menemukan jati diri berkaitan dengan bagaimana remaja menampilkan dirinya.

Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja,

khususnya bagian dari kelompok teman sebaya mereka. Demi pengakuan

kelompok, remaja seringkali melakukan berbagai upaya meskipun mungkin hal

itu bukan sesuatu yang diperlukan dan berguna bagi mereka.

Kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilaku atau

pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau

pandangan kelompok dapat disebut sebagai konformitas (Indria dan Nindyati,

2007). Konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja

seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah atau sosial yang akan diikuti,

penampilan, bahasa yang digunakan, sikap dan nilai-nilai yang dianut.

Melakukan konformitas pada remaja umumnya terdiri atas keinginan untuk

Page 78: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dilibatkan di dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian seperti teman-

teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggotanya (Santrock,

2003).

Menurut Hurlock (2006), karena remaja lebih banyak berada di luar

rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat

dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

minat, penampilan, dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh

keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa mereka memakai

model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer,

maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.

Kebanyakan remaja berharap menjadi anggota kelompok acuan dan

menolak menjadi tampak beda. Ketika pendapat remaja berbeda dengan

pendapat kelompok maka kemungkinan ia akan merasa tertekan dan berusaha

mengubah pendapatnya untuk melakukan konformitas dengan pendapat

kelompok tersebut.

Lingkungan dalam kelompok acuan sangatlah berpengaruh dalam

perilaku konsumtif remaja. Oleh karena itu, pada masa remaja penampilan

secara fisik seperti bentuk tubuh, cara berbusana, dan kesenangan erat

kaitannya dengan kesan penilaian orang lain. Dalam membelanjakan uangnya

kadangkala remaja dinilai kurang efisien, karena pembelian barang yang

dilakukan oleh remaja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi

karena keinginan untuk meniru orang lain, mencoba produk baru, atau

memperoleh pengakuan sosial.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Perilaku konsumtif remaja putri juga semakin diperkuat dengan

maraknya majalah remaja, iklan, dan media lain yang langsung maupun tidak

langsung mengeksploitasi gaya hidup mewah dan mencolok. Tanpa disadari

hal tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga

menyebabkan remaja semakin terjerat dalam pola hidup yang konsumtif.

Kail dan Neison (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) menyatakan

bahwa konformitas pada remaja putri lebih mudah terjadi karena mereka lebih

mudah dipengaruhi. Oleh karena itu, tingkat konformitas pada remaja putri

berhubungan positif dengan perilaku konsumtif. Semakin tinggi konformitas

yang dimiliki remaja putri, maka akan semakin meningkatkan perilaku

konsumtifnya.

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 1

Kerangka Pemikiran

Keterangan: 1. Anak panah nomor 1: hipotesis 1 2. Anak panah nomor 2: hipotesis 2 3. Anak panah nomor 3: hipotesis 3

(3)

(2)

(1)

Konformitas

Body Image

Perilaku Konsumtif Siswi Kelas XI

SMA Negeri 7

Surakarta

Page 80: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Gambar di atas merupakan kerangka pikiran penelitian yang dilakukan

oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat

hubungan antara body image dan konformitas yang bersama-sama menjadi

variabel bebas terhadap perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7

Surakarta. Di samping itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui

hubungan body image dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA

Negeri 7 Surakarta dan hubungan konformitas dengan perilaku konsumtif pada

siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian landasan teori di atas, maka hipotesis yang diajukan,

yaitu:

1. Terdapat hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku

konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

2. Terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku konsumtif pada

siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

3. Terdapat hubungan positif antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada

siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dapat didefinisikan sebagai objek penelitian yang menjadi titik

perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

Variabel Kriterium : Perilaku Konsumtif

Variabel Prediktor : 1. Body Image

2. Konformitas

B. Definisi Operasional

1. Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif merupakan tindakan individu untuk membeli atau

mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang bukan merupakan

prioritas kebutuhannya dan tanpa pertimbangan yang rasional, demi kepuasan

fisik dan dorongan untuk memuaskan hasrat kesenangan semata.

Perilaku konsumtif dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif yang dikemukakan Sumartono

(dalam Fransisca dan Suyasa, 2005). Karakteristik-karakteristik perilaku

konsumtif tersebut, yaitu membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik,

membeli karena kemasan produk menarik, membeli karena ingin menjaga

penampilan diri dan gengsi, membeli karena program potongan harga,

Page 82: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

membeli demi menjaga status sosial, memakai produk karena pengaruh

model yang mengiklankan produk, penilaian bahwa membeli produk dengan

harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, membeli lebih

dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda.

Semakin tinggi skor yang didapatkan pada skala perilaku konsumtif,

maka menggambarkan bahwa semakin tinggi perilaku konsumtif individu.

Sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan, maka menggambarkan

semakin rendah perilaku konsumtif individu.

2. Body Image

Body image merupakan gambaran mental, perasaan, dan persepsi

individu yang berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh

yang mengarah pada kepuasan penampilan fisiknya. Body image dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan

oleh Cash dan Pruzinsky (2002), yaitu appearance evaluation (evaluasi

penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), body area

satisfaction (kepuasan area tubuh), overweight occupation (kecemasan akan

kegemukan), dan self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh).

Semakin tinggi skor yang didapatkan pada skala body image, maka

menggambarkan bahwa semakin positif body image individu. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang didapatkan, maka menggambarkan semakin negatif

body image individu.

Page 83: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3. Konformitas

Konformitas merupakan perubahan sikap dan perilaku individu

sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan yang

dibentuk kelompok baik nyata ataupun hanya dibayangkan oleh individu

sendiri, agar dapat diterima dalam kelompok dan sebagai bentuk interaksi di

dalam kelompok. Konformitas dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan aspek-aspek konformitas menurut Myers (2002), yaitu

pengaruh normatif dan pengaruh informasional.

Semakin tinggi skor yang didapatkan pada skala konformitas, maka

menggambarkan bahwa semakin tinggi konformitas individu. Sebaliknya,

semakin rendah skor yang didapatkan, maka semakin rendah konformitas

individu.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang

mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, dalam

Purwanto, 2008). Tujuan diadakannya populasi agar dapat menentukan besar

sampel penelitian yang akan diambil (Usman dan Akbar, 2000). Populasi

pada penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta dengan

jumlah 166 siswi yang terdiri atas 10 kelas.

Page 84: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Kesamaan ciri sampel dengan populasi induknya menyebabkan

sampel merupakan representasi populasi (Purwanto, 2008). Menurut Arikunto

(2006), jika jumlah populasi lebih dari 100, maka dapat diambil sampel

sejumlah 20-25% atau lebih dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah

sebagian dari siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta, yaitu 5 kelas yang

akan digunakan untuk penelitian.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu kegiatan mengambil

sebagian populasi yang akan diteliti dengan cara tertentu yang dapat

dipertanggungjawabkan supaya sebagian sampel yang diambil mewakili ciri

populasinya (Purwanto, 2008). Teknik pengambilan sampel merupakan cara

untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi

(Suryabrata, 2006).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah cluster random sampling. Cluster random sampling merupakan cara

pemilihan sampel penelitian secara acak yang didasarkan atas cluster-cluster

atau kelompok-kelompok yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi

(Hadi, 2004 dan Suryabrata, 2006). Cluster dalam sampel penelitian ini

adalah kelas-kelas XI di SMA Negeri 7 Surakarta. Dalam penelitian ini,

Page 85: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

diambil secara acak 2 kelas untuk uji coba dan 5 kelas untuk sampel

penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk menghasilkan data yang relevan dengan tujuan penelitian serta

memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, maka penelitian ini menggunakan

skala sikap (attitude scales) sebagai alat pengumpul data. Skala sikap berupa

kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons

subjek pada setiap pernyataan tersebut, kemudian dapat disimpulkan mengenai

arah dan intensitas sikap seseorang (Azwar, 2010).

Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa

pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya, akan tetapi dapat pula berupa

pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi

responden. Walaupun responden dapat mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan

mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini biasanya tersamar dan

mempunyai sifat proyektif. Respons individu terhadap stimulus sikap yang berupa

jawaban sesuai atau tidak sesuai itulah yang dapat menjadi indikator sikap

individu (Azwar, 2010).

1. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh

sebuah data. Data penelitian ini diperoleh langsung dari siswi kelas XI SMA

Negeri 7 Surakarta. Data tersebut berupa respons atau tanggapan atas

Page 86: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pernyataan yang diajukan peneliti dalam skala penelitian, baik skala perilaku

konsumtif, skala body image, dan skala konformitas.

Peneliti juga menggunakan data pendukung yang diperoleh dari tempat

penelitian yaitu bagian administrasi SMA Negeri 7 Surakarta berupa informasi

tentang data siswi kelas XI dan profil SMA Negeri 7 Surakarta.

2. Metode Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini

terdiri atas tiga skala yang disusun sendiri oleh peneliti, yaitu skala perilaku

konsumtif, skala body image, dan skala konformitas. Semua skala yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang telah

dimodifikasi, yaitu menghilangkan pilihan ragu-ragu atau netral, sehingga

subjek akan memilih jawaban yang pasti ke arah yang sesuai atau tidak sesuai

dengan dirinya. Skala dibuat sebagai pernyataan favorable dan pernyataan

unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang telah disediakan, yaitu

sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Penilaian aitem favorable bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), skor 3 (sesuai),

skor 2 (tidak sesuai), dan skor 1 (sangat tidak sesuai). Sedangkan penilaian

aitem unfavorable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), skor 2 (sesuai), skor 3

(tidak sesuai), dan skor 4 (sangat tidak sesuai).

Page 87: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 1

Tabel Sistem Penilaian Aitem Skala

Aitem Favorable Skor Aitem Unfavorable Skor

Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1

Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2

Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 4

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian, maka pada penelitian ini

akan digunakan tiga macam skala, yaitu:

a. Skala Perilaku Konsumtif

Skala perilaku konsumtif pada penelitian ini disusun berdasarkan

karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif menurut Sumartono (dalam

Fransisca dan Suyasa, 2005), yaitu a. membeli karena ingin mendapatkan

hadiah menarik, b. membeli karena kemasan produk menarik, c. membeli

karena ingin menjaga penampilan diri dan gengsi, d. membeli karena

program potongan harga, e. membeli demi menjaga status sosial, f.

memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk, g.

penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan

rasa percaya diri yang tinggi, dan h. membeli lebih dari dua produk sejenis

dengan merek yang berbeda.

Skala perilaku konsumtif berjumlah 64 aitem yang terdiri atas dua

kelompok aitem yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable

dengan empat alternatif jawaban. Jawaban sangat sesuai untuk pernyataan

favorable akan diberi skor tertinggi yaitu 4 dan jawaban sangat tidak

Page 88: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

sesuai diberi skor terendah yaitu 1. Sedangkan untuk pernyataan

unfavorable, penilaian akan dilakukan sebaliknya.

Tabel 2

Blue Print Skala Perilaku Konsumtif Sebelum Uji-Coba

Nomor Aitem Aspek

Indikator F UF

Jumlah Aitem

%

Tertarik pada hadiah yang ditawarkan

17, 39 2, 33 4 6,25 % Membeli karena ingin mendapatkan hadiah Menganggap mendapat dua

keuntungan dengan adanya hadiah

53, 60 56, 62 4 6,25 %

Menyukai kemasan produk yang unik

1, 32 24, 50 4 6,25 % Membeli karena kemasan produk menarik Menganggap kemasan produk

yang menarik dapat menunjang penampilan

54, 61 57, 63 4 6,25 %

Pembelian untuk meningkatkan penampilan

18, 52 10, 45 4 6,25 % Membeli karena penampilan dan gengsi Pembelian karena gengsi 27, 48 23, 51 4 6,25 %

Tertarik pada potongan harga 3, 38 26, 47 4 6,25 % Membeli karena program potongan harga

Menganggap pembelian efektif karena harga yang murah

16, 44 9, 31 4 6,25 %

Ingin mengikuti orang dengan status sosial lebih tinggi

4, 29 13, 37 4 6,25 % Membeli demi menjaga status sosial Ingin menjaga status sosial 55, 59 58, 64 4 6,25 %

Menganggap dapat mengikuti atau mirip dengan model iklan dengan memakai produk yang sama

11, 34 22, 40 4 6,25 % Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk Memakai produk karena

model iklan adalah idola 19, 36 5, 28, 4 6,25 %

Memiliki kepercayaan diri yang kurang

12, 43 21, 49 4 6,25 % Penilaian bahwa membeli produk mahal akan menimbulkan rasa percaya diri tinggi

Merasa percaya diri dengan menggunakan barang mahal

6, 25 15, 46 4 6,25 %

Membandingkan barang sejenis dengan merek yang berbeda

20, 41 7, 35 4 6,25 % Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda Menyukai jenis produk

sehingga ingin memiliki produk lebih dari satu

8, 30 14, 42 4 6,25 %

Jumlah Total 32 32 64 100 %

Page 89: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

b. Skala Body Image

Skala body image dalam penelitian ini disusun menggunakan

aspek-aspek yang dikemukakan oleh Cash dan Pruzinsky (2002), yaitu

appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation

(orientasi penampilan), body area satisfaction (kepuasan area tubuh),

overweight occupation (kecemasan akan kegemukan), dan self classified

weight (pengkategorian ukuran tubuh).

Skala body image berjumlah 50 aitem yang terdiri atas dua

kelompok aitem, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable

dengan empat alternatif jawaban. Jawaban sangat sesuai untuk pernyataan

favorable akan diberi skor tertinggi yaitu 4 dan jawaban sangat tidak

sesuai diberi skor terendah yaitu 1. Sedangkan untuk pernyataan

unfavorable, penilaian akan dilakukan sebaliknya.

Page 90: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 3

Blue Print Skala Body Image Sebelum Uji-Coba

Nomor Aitem Aspek Indikator F UF

Jumlah Aitem

%

Merasa penampilan diri menarik

4, 21, 45 15, 39 5 10 % Appearance evaluation (evaluasi penampilan)

Puas dan nyaman dengan penampilan diri

12, 30 2, 25, 46 5 10 %

Memperhatikan penampilan

18, 38 10, 29, 43

5 10 % Appearance orientation (orientasi penampilan)

Berusaha meningkatkan dan memperbaiki penampilan

5, 23 14, 36, 41

5 10 %

Puas dengan tiap bagian tubuh

1, 24 11, 35, 47

5 10 % Body area satisfaction (kepuasan area tubuh)

Puas dengan penampilan keseluruhan

9, 33 20, 40, 49

5 10 %

Puas dengan berat badan 6, 28 17, 31, 42

5 10 % Overweight occupation (kecemasan akan kegemukan)

Melakukan usaha untuk menjaga/ menurunkan berat badan

13, 34 3, 26, 44 5 10 %

Mengkategorikan berat dan tinggi badan seimbang

8, 27 19, 37, 50

5 10 % Self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)

Merasa ukuran tubuh proporsional

16, 32 7, 22, 48 5 10 %

Jumlah Total 21 29 50 100%

c. Skala Konformitas

Skala konformitas dalam penelitian ini disusun dengan

menggunakan aspek-aspek konformitas menurut Myers (2002), yaitu

pengaruh normatif dan pengaruh informasional.

Skala konformitas berjumlah 48 aitem yang terdiri atas dua

kelompok aitem yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable

dengan empat alternatif jawaban. Jawaban sangat sesuai untuk pernyataan

favorable akan diberi skor tertinggi yaitu 4 dan jawaban sangat tidak

Page 91: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

sesuai diberi skor terendah yaitu 1. Sedangkan untuk pernyataan

unfavorable, penilaian akan dilakukan sebaliknya.

Tabel 4

Blue Print Skala Konformitas Sebelum Uji-Coba

Nomor Aitem Aspek Indikator F UF

Jumlah Aitem

%

Mengikuti keinginan orang lain agar dapat diterima

1, 23, 40 7, 19, 38 6 12,5 %

Mengikuti standar norma untuk memenuhi harapan orang lain

8, 27, 35 15, 22, 41

6 12,5 %

Menghindari pengucilan kelompok karena berbeda

12, 17, 39

2, 29, 34 6 12,5 %

Pengaruh normatif

Takut mendapat celaan sosial

11, 31, 47

14, 21, 48

6 12,5 %

Menerima petunjuk orang lain sebagai pedoman perilaku

3, 24, 43 16, 26, 44

6 12,5 %

Menganggap orang lain lebih kaya informasi daripada diri sendiri

13, 30, 46

4, 20, 36 6 12,5 %

Kurangnya informasi 6, 18, 37 9, 32, 45 6 12,5 %

Pengaruh informasional

Tidak percaya diri pada kemampuan pribadi

10, 28, 33

5, 25, 42 6 12,5 %

Jumlah Total 24 24 48 100% Keterangan: F : Favorable UF : Unfavorable

Page 92: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

E. Validitas dan Reliabilitas

Dalam pengukuran suatu variabel, instrumen atau alat ukur yang

digunakan harus mampu memberikan data hasil ukur yang sesuai dan tidak

menyesatkan. Tingkat instrumen atau alat ukur yang baik dapat diihat dari ukuran

validitas dan reliabilitas hasil ukur suatu skala. Aitem-aitem alat ukur skala yang

memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi setelah diujicobakan dapat

digunakan sebagai instrumen pengumpulan data (Azwar, 1997).

1. Validitas Skala

Validitas skala dapat didefinisikan sebagai sejauh mana skala dapat

mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur, atau ketepatan dan kecermatan

suatu skala dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid atau tidaknya suatu skala

bergantung pada mampu atau tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Pengujian validitas isi skala perilaku konsumtif, body image, dan

konformitas dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement.

Validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pernyataan,

berdasarkan pendapat profesional (professional judgement) para penelaaah

(Suryabrata, 2006). Pendapat profesional dalam penelitian ini dilakukan oleh

dosen pembimbing peneliti melalui bimbingan konsultasi.

Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari

Pearson dalam menentukan daya diskriminasi. Peneliti menetapkan taraf

signifikansi sebesar 5% sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem dengan

probabilitas di bawah 0,05 akan dianggap gugur dan tidak digunakan dalam

Page 93: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

penelitian. Untuk mempermudah perhitungan, maka peneliti menggunakan

teknik komputasi dengan program Statistical Product and Service Solution

(SPSS) versi 16.0.

2. Reliabilitas

Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Skala yang reliabel, akan

menghasilkan hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Hasil pengukuran yang

dapat dipercaya akan diketahui apabila skala yang sama digunakan dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran, dan didapatkan hasil pengukuran yang

relatif sama pula (Suryabrata, 2006).

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha

Cronbach. Skala yang perhitungan reliabilitasnya akan dibelah menjadi dua

atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem-aitem dengan jumlah

yang sama banyak (Azwar, 2009). Untuk mempermudah perhitungan, maka

peneliti menggunakan teknik komputasi dengan program Statistical Product

and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

F. Metode Analisis Data

Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang berguna

untuk menarik kesimpulan. Dalam metode analisis data, dilakukan pengolahan

data yaitu kegiatan meringkas data menggunakan metode statistik, sehingga

memungkinkan untuk dapat menjawab masalah penelitian (Purwanto, 2008).

Page 94: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi ganda. Analisis regresi ganda memungkinkan dua variabel prediktor secara

bersama-sama diujikan dengan satu variabel kriterium (Arikunto, 2006). Syarat-

syarat yang harus dipenuhi dalam analisis regresi ganda adalah uji asumsi yang

meliputi uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik (Priyatno, 2008), yaitu:

1. Uji asumsi dasar

a. Uji normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak.

b. Uji linearitas, bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan

variabel terantung mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara

signifikan.

2. Uji asumsi klasik

a. Uji autokorelasi, digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model

regresi.

b. Uji multikolinearitas, digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan

linear antar variabel bebas dalam model regresi.

c. Uji heteroskedastisitas, digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya

ketidaksamaan varians dari residual untuk semua pengamatan pada model

regresi.

Page 95: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Apabila asumsi dasar telah terpenuhi dan terbebas dari asumsi klasik,

maka penelitian ini dapat menggunakan analisis regresi ganda. Untuk

mempermudah perhitungan, maka peneliti menggunakan teknik komputasi

dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.

Page 96: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian hubungan antara body image dan konformitas dengan

perilaku konsumtif pada siswi kelas XI dilaksanakan di SMA Negeri 7

Surakarta. SMA Negeri 7 Surakarta berdiri pada tahun 1984 berdasarkan

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor :

0558/1984 tertanggal 20 November 1984.

1) Sejarah SMA Negeri 7 Surakarta

Pada awal berdirinya, SMA Negeri 7 Surakarta menempati Gedung

SMA Negeri 3 Surakarta, dan jabatan kepala sekolah diampu oleh Drs.

Soeyono selaku Kepala SMA Negeri 3 Surakarta. Pada tahun 1985,

dibangun gedung sekolah baru di Jl. Mr. Muhammad Yamin no. 79

Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Pada tanggal 21

Februari 1986, SMA Negeri 7 Surakarta pindah ke gedung baru yang diberi

nama “Boyong Mandiri”, dari SMA Negeri 3 Surakarta Kerkop menuju

Gedung Baru SMA Negeri 7 Surakarta di jalan Mr. Muhammad Yamin No.

79 Surakarta.

Sejak berdirinya pada tahun 1984, SMA Negeri 7 sudah mengalami

beberapa kali pergantian kepala sekolah. Berdasarkan SK Walikota

Surakarta No. 821.2/008/2011 tanggal 13 Januari 2011, Drs. Sukardjo, MA.

Page 97: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

mengampu jabatan kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta mulai tanggal

13 Januari 2011 sampai sekarang.

2) Visi dan Misi SMA Negeri 7 Surakarta

1. Visi

Visi SMA Negeri 7 Surakarta adalah Unggul dalam meraih Pendidikan

Tinggi.

Unggul mengandung pengertian lebih tinggi, lebih pandai, lebih

cakap, dan lebih terampil melebihi dari yang lain dalam segala hal

termasuk sikap.

Dengan visi tersebut, SMA Negeri 7 Surakarta akan membawa

siswa dan warga sekolah yang lain untuk menjadi insan yang lebih dari

yang lain baik dalam prestasi akademik maupun dalam hal prestasi non

akademik, terlebih dalam menyiapkan siswa tamatan untuk dapat

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Demikian akan menjadi sosok yang patut diteladani oleh

masyarakat sekitar. Keunggulan ini akan dapat dicapai dengan dukungan

sikap, disiplin dan sarana yang cukup memadai.

2. Misi

Disiplin dan berbudi luhur menuju prestasi.

a. Dengan menumbuhkan semangat disiplin tinggi pada seluruh warga

sekolah.

Page 98: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

b. Terwujudnya siswa memiliki keimanan, ketaqwaan, sehat jasmani, dan

rohani.

c. Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan budaya daerah.

d. Menyiapkan SDM yang berdaya saing tinggi.

3) Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Surakarta

Gambar 2

Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012

2. Persiapan Alat Ukur

Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan

sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara

Page 99: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

lain yang berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan

dalam penelitian. Penelitian ini memerlukan tiga alat ukur primer, yaitu skala

perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas. Skala perilaku

konsumtif digunakan untuk mengukur tingkat perilaku konsumtif pada subjek

penelitian, skala body image digunakan untuk mengukur tingkat body image

subjek penelitian, dan skala konformitas digunakan untuk mengukur tingkat

konformitas subjek penelitian.

Diperlukan persiapan yang matang agar ketiga alat ukur tersebut layak

dan siap digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini telah

melalui prosedur validitas alat ukur melalui pengujian validitas isi. Validitas isi

dilakukan dengan melihat kesesuaian antara butir-butir aitem dalam alat ukur

dengan blue print aitem skala yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping

itu, validitas isi juga melihat kesesuaian aitem-aitem dengan indikator perilaku

yang hendak diungkap. Validitas isi ini dilakukan secara rasional oleh

professional judgement, yaitu Pembimbing I dan Pembimbing II.

3. Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba penelitian dilakukan pada 34 siswi yang terbagi menjadi 2

kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPS 4 di SMA Negeri 7 Surakarta. Sampel

diperoleh dengan cluster random sampling, sehingga didapatkan dua kelas XI

dengan jumlah siswi 34 orang, dengan rincian 17 siswi kelas XI IPA 5 dan 17

siswi kelas XI IPS 4.

Page 100: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Uji coba penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Juli 2011.

Pada saat uji coba, siswi kelas XI IPA 5 dan siswi kelas XI IPS 4 digabung

menjadi 1 ruangan untuk memudahkan peneliti dalam penyebaran skala.

Sebelum skala disebar, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud kedatangan serta tujuan kegiatan yang akan dilakukan.

Setelah subjek menyatakan kesediaan untuk membantu, peneliti menjelaskan

tentang tata cara pengerjaan skala dan mulai membagikan skala penelitian.

Selama pengisian skala oleh subjek, peneliti selalu berada di lokasi penelitian

hingga subjek selesai mengerjakan dan skala terkumpul kembali. Setelah skala

penelitian terkumpul dilakukan skoring, kemudian dilakukan uji validitas dan

reliabilitas skala.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala

Setelah melaksanakan uji coba skala, data yang diperoleh ditabulasikan

dan dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Validitas

aitem skala perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi dari Pearson, sedangkan

perhitungan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbrach. Guna mempermudah

perhitungan validitas dan reliabilitas skala, maka peneliti menggunakan

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 untuk

menentukan aitem yang sahih dan gugur. Hasil uji validitas aitem dan

reliabilitas tiap-tiap skala tersebut adalah sebagai berikut:

Page 101: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

A. Skala Perilaku Konsumtif

Skala perilaku konsumtif berjumlah 64 aitem dan telah diujicobakan pada

34 subjek. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, skala perilaku

konsumtif yang telah diujicobakan mempunyai nilai korelasi Pearson

sebesar -0,052 sampai dengan 0,679. Peneliti menetapkan taraf

signifikansi sebesar 5% sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem

dengan probabilitas di atas 0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak

digunakan dalam penelitian, sehingga dari 64 aitem ditemukan 45 aitem

yang dapat memenuhi syarat untuk dianalisis. Aitem dengan nomor 5, 7,

10, 12, 15, 16, 17, 21, 26, 28, 32, 35, 39, 43, 52, 53, 58, 60, dan 61

dinyatakan gugur. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 102: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel 5

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Perilaku Konsumtif Setelah Uji-Coba

Aitem Sahih Aitem Gugur No Aspek F/UF No.

Aitem Jumlah Aitem

No. Aitem

Jumlah Aitem

Total

F - - 17, 39, 53, 60

4 4 1 Membeli karena ingin mendapatkan hadiah UF 2, 33,

56, 62 4 - - 4

F 1, 54 2 32, 61 2 4 2 Membeli karena kemasan produk menarik

UF 24, 50, 57, 63

4 - - 4

F 18, 27, 48

3 52 1 4 3 Membeli karena penampilan dan gengsi UF 23, 45,

51 3 10 1 4

F 3, 38, 44 3 16 1 4 4 Membeli karena program potongan harga

UF 9, 31, 47 3 26 1 4

F 4, 29, 55, 59

4 - - 4 5 Membeli demi menjaga status sosial UF 13, 37,

64 3 58 1 4

F 11, 19, 34, 36

4 - - 4 6 Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk

UF 22, 40 - 5, 28 2 4

F 6, 25 2 12, 43 2 4 7 Penilaian bahwa membeli produk mahal akan menimbulkan rasa percaya diri tinggi

UF 46, 49 2 15, 21 2 4

F 8, 20, 30, 41

4 - - 4 8 Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda

UF 14, 42 2 7, 35 2 4

Total 45 19 64

Page 103: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Analisis reliabilitas skala menunjukkan bahwa skala perilaku konsumtif

mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,909. Dengan demikian, skala perilaku

konsumtif dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Rincian selengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6

Hasil Analisis Reliabilitas Skala Perilaku Konsumtif Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.909 64

B. Skala Body Image

Skala body image berjumlah 50 aitem dan telah diujicobakan pada 34

subjek. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, skala body image yang

telah diujicobakan mempunyai nilai korelasi Pearson sebesar -0,052

sampai dengan 0,693. Peneliti menetapkan taraf signifikansi sebesar 5%

sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem dengan probabilitas di atas

0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian,

sehingga dari 50 aitem ditemukan 40 aitem yang dapat memenuhi syarat

untuk dianalisis. Aitem dengan nomor 1, 4, 10, 14, 18, 21, 24, 36, 38, dan

42 dinyatakan gugur. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 104: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 7

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Body Image Setelah Uji-Coba

Aitem Sahih Aitem Gugur No. Aspek F/UF No.

Aitem Jumlah Aitem

No. Aitem

Jumlah Aitem

Total

F 12, 30, 45

3 4, 21 2 5 1 Appearance evaluation (evaluasi penampilan)

UF 2, 15, 25, 39,

46

5 - - 5

F 5, 23 2 18, 38 2 4 2 Appearance orientation (orientasi penampilan)

UF 29, 41, 43

3 10, 14, 36

3 6

F 9, 33 2 1, 24 2 4 3 Body area satisfaction (kepuasan area tubuh)

UF 11, 20, 35, 40, 47, 49

6 - - 6

F 6, 13, 28, 34

4 - - 4 4 Overweight occupation (kecemasan akan kegemukan)

UF 3, 17, 26, 31,

44

5 42 1 6

F 8, 16, 27, 32

4 - - 4 5 Self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)

UF 7, 19, 22, 37, 48, 50

6 - - 6

Total 40 10 50

Analisis reliabilitas skala menunjukkan bahwa skala body image

mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,902. Dengan demikian, skala body image

dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Rincian selengkapnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 8

Hasil Analisis Reliabilitas Skala Body Image Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

Page 105: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

.902 50

C. Skala Konformitas

Skala konformitas berjumlah 48 aitem dan telah diujicobakan pada 34

subjek. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, skala konformitas

yang telah diujicobakan mempunyai nilai korelasi Pearson sebesar -0,056

sampai dengan 0,667. Peneliti menetapkan taraf signifikansi sebesar 5%

sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem dengan probabilitas di atas

0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian,

sehingga dari 48 aitem ditemukan 26 aitem yang dapat memenuhi syarat

untuk dianalisis. Aitem dengan nomor 3, 5,7,9,10, 13, 16, 17, 20, 23, 25,

27, 28, 29, 31, 35, 36, 38, 39, 41, 43, dan 46 dinyatakan gugur. Rincian

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9

Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Konformitas Setelah Uji-Coba

Aitem Sahih Aitem Gugur No. Aspek F/UF No. Aitem Jumlah

Aitem No. Aitem Jumlah

Aitem

Total

F 1, 8, 11, 12, 40, 47

6 17, 23, 27, 31, 35, 39

6 12 1 Pengaruh Normatif

UF 2, 14, 15, 19, 21, 22, 34,

48

8 7, 29, 38, 41

4 12

F 6, 18, 24, 30, 33, 37

6 3, 10, 13, 28, 43, 46,

6 12 2 Pengaruh Informasional

UF 4, 26, 32, 42, 44, 45,

6 5, 9, 16, 20, 25 36

6 12

Total 26 22 48

Page 106: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Analisis reliabilitas skala menunjukkan bahwa skala konformitas

mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,738. Dengan demikian, skala konformitas

dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Rincian selengkapnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 10

Hasil Analisis Reliabilitas Skala Konformitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.738 48

5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian

Setelah dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas pada skala

perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas, maka langkah

selanjutnya adalah menyusun kembali skala-skala tersebut sebagai alat ukur.

Aitem yang gugur tidak diikutsertakan dan aitem yang valid disusun dengan

urutan yang baru untuk digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.

Susunan aitem setelah uji coba pada skala perilaku konsumtif, skala body

image, dan skala konformitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 107: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 11

Distribusi Penyusunan Aitem Skala Perilaku Konsumtif untuk Penelitian

Nomor Aitem No. Aspek F UF

Jumlah Aitem

1 Membeli karena ingin mendapatkan hadiah

17, 39, 53, 60 2 (2), 33 (22), 56 (40), 62 (43)

4

2 Membeli karena kemasan produk menarik

1 (1), 32, 54 (38), 61

24 (16), 50 (36), 57 (41), 63 (44)

6

3 Membeli karena penampilan dan gengsi

18 (11), 27 (18), 48 (34), 52

10, 45 (31), 23 (15), 51 (37)

6

4 Membeli karena program potongan harga

3 (3), 16, 38 (26), 44 (30)

9 (7), 26, 31 (21), 47 (33)

6

5 Membeli demi menjaga status sosial

4 (4), 29 (19), 55 (39), 59 (42)

13 (9), 37 (25), 58, 64 (45)

7

6 Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk

11 (8), 19 (12), 34 (23), 36 (24)

5, 22 (14), 28, 40 (27)

6

7 Penilaian bahwa membeli produk mahal akan menimbulkan rasa percaya diri tinggi

6 (5), 12, 25 (17), 43

15, 21, 46 (32), 49 (35)

4

8 Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda

8 (6), 20 (13), 30 (20), 41 (28)

7, 14 (10), 35, 42 (29)

6

Total 45 Keterangan: Nomor aitem yang dicetak tebal dan berada di dalam kurung (...) merupakan aitem yang sahih dan diberi nomor urut baru.

Page 108: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tabel 12

Distribusi Penyusunan Aitem Skala Body Image untuk Penelitian

Nomor Aitem Aspek F UF

Jumlah Aitem

Appearance evaluation (evaluasi penampilan)

4, 12 (9), 21, 30 (23), 45 (35)

2 (1), 15 (11), 25 (18), 39 (30), 46 (36)

8

Appearance orientation (orientasi penampilan)

5 (3), 18, 23 (17), 38

10, 14, 29 (22), 36, 41 (32), 43 (33)

5

Body area satisfaction (kepuasan area tubuh)

1, 9 (7), 24, 33 (26)

11 (8), 20 (15), 35 (28), 40 (31), 47

(37), 49 (39)

8

Overweight occupation (kecemasan akan kegemukan)

6 (4), 13 (10), 28 (21), 34 (27)

3 (2), 17 (13), 26 (19), 31 (24), 42, 44

(34)

9

Self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)

8 (6), 16 (12), 27 (20), 32 (25)

7 (5), 19 (14), 22 (16), 37 (29), 48 (38), 50 (40)

10

Total 40 Keterangan: Nomor aitem yang dicetak tebal dan berada di dalam kurung (...) merupakan aitem yang sahih dan diberi nomor urut baru.

Tabel 13

Distribusi Penyusunan Aitem Skala Konformitas untuk Penelitian

Nomor Aitem Aspek F UF

Jumlah Aitem

Pengaruh normatif

1 (1), 8 (5), 11 (6), 12 (7), 17, 23, 27, 31, 35, 39,

40 (21), 47 (25)

2 (2), 7, 14 (8), 15 (9), 19 (11), 21 (12),

22 (13), 29, 34 (19), 38, 41, 48 (26)

14

Pengaruh informasional

3, 6 (4), 10, 13, 18 (10), 24 (14), 28, 30 (16),

33 (18), 37 (20), 43, 46

4 (3), 5, 9, 16, 20, 25, 26 (15), 32 (17), 36,

42 (22), 44 (23), 45 (24)

12

Total 26 Keterangan: Nomor aitem yang dicetak tebal dan berada di dalam kurung (...) merupakan aitem yang sahih dan diberi nomor urut baru.

Page 109: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Negeri 7

Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah total populasi 166 orang.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan cluster random sampling,

sehingga didapatkan lima kelas dengan jumlah siswi 78 orang, dengan rincian

sebagai berikut:

a. Siswi kelas XI IPA 1 : 15 orang

b. Siswi kelas XI IPA 3 : 13 orang

c. Siswi kelas XI IPS 1 : 17 orang

d. Siswi kelas XI IPS 2 : 16 orang

e. Siswi kelas XI IPS 3 : 17 orang

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19

Juli 2011. Pengumpulan data menggunakan skala perilaku konsumtif yang

terdiri atas 45 aitem, skala body image yang terdiri atas 40 aitem, dan skala

konformitas yang terdiri atas 26 aitem. Pembagian dan pengisian skala

dilakukan lima kali dengan menyesuaikan waktu jam mata pelajaran pada

masing-masing kelas.

Sebelum skala penelitian disebar, peneliti terlebih dahulu

memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan serta tujuan

kegiatan yang akan dilakukan. Setelah subjek menyatakan kesediaan untuk

Page 110: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

membantu, peneliti menjelaskan tentang tata cara pengerjaan skala dan mulai

membagikan skala penelitian. Selama pengisian skala oleh subjek, peneliti

selalu berada di lokasi penelitian hingga subjek selesai mengerjakan dan skala

terkumpul kembali. Data penelitian yang diperoleh berjumlah 78 eksemplar.

3. Pelaksanaan Skoring

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan

skor pada hasil pengisian skala perilaku konsumtif, skala body image, dan

skala konformitas untuk keperluan analisis data. Pemberian skor pada skala

perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas dilakukan dengan

menjumlahkan skor aitem yang didapat dari hasil pengisian skala. Skor untuk

masing-masing aitem bergerak dari 1 - 4 dengan memperhatikan sifat aitem

favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).

Skor dari aitem favorable adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai

(SS), 3 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS),

dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan skor pada aitem

unfavorable (tidak mendukung) adalah 1 untuk pilihan jawaban sangat sesuai

(SS), 2 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS),

dan 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Total skor setiap skala yang

diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analisis data.

Page 111: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

C. Analisis Data

A. Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisis data untuk melakukan uji hipotesis, maka

data penelitian harus dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang meliputi uji

normalitas, uji linearitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji

heteroskedastisitas. Perhitungan analisis dalam perhitungan ini menggunakan

program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Berikut

adalah hasil uji asumsi data penelitian:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian

berdistribusi normal atau tidak. Data yang mempunyai distribusi normal

berarti mempunyai sebaran yang normal pula, yang berarti data dianggap

dapat mewakili populasi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan teknik

Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test. Apabila signifikansi untuk

seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

pada variabel berdistribusi normal (Priyatno, 2008). Hasil uji normalitas

ketiga variabel dapat diihat pada tabel berikut:

Page 112: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tabel 14

Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Body Image .098 78 .064 .972 78 .088

Konformitas .084 78 .200* .975 78 .132

Perilaku

Konsumtif

.057 78 .200* .982 78 .361

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Tabel pada kolom Kolmogorof-Smirnov di atas menunjukkan bahwa

nilai signifikansi untuk perilaku konsumtif sebesar 0,200; untuk body image

sebesar 0,064; dan untuk konformitas sebesar 0,200. Karena signifikansi

untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

data pada variabel perilaku konsumtif, body image, dan konformitas

berdistribusi normal. Angka statistik menunjukkan semakin kecil nilainya,

maka distribusi data semakin normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini

biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi

linear. Pengujian pada taraf signifikansi 0,05 mempunyai arti bahwa dua

variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi

(linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).

Page 113: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Tabel 15

Hasil Uji Linearitas Body Image dengan Perilaku Konsumtif

ANOVA Table Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

(Combined) 7573.081 37 204.678 2.301 .005

Linearity 1318.297 1 1318.297 14.818 .000

Between

Groups

Deviation from

Linearity

6254.783 36 173.744 1.953 .020

Within Groups 3558.714 40 88.968

Perilaku

Konsumtif

* Body

Image

Total 11131.795 77

Tabel 16

Hasil Uji Linearitas Konformitas dengan Perilaku Konsumtif

ANOVA Table Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

(Combined) 5869.767 25 234.791 2.320 .005

Linearity 1680.024 1 1680.024 16.602 .000

Between

Groups

Deviation from

Linearity

4189.744 24 174.573 1.725 .051

Within Groups 5262.027 52 101.193

Perilaku

Konsumtif *

Konformitas

Total 11131.795 77

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada

Linearity sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa antara variabel body image, konformitas, dan perilaku

konsumtif terdapat hubungan yang linear.

Page 114: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

c. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi suatu model bertujuan untuk mengetahui

adakah korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan

variabel pengganggu periode sebelumnya. Cara untuk menguji autokorelasi

ini menggunakan teknik uji Durbin Watson. Apabila nilai DW lebih besar

dari dL dan tidak melebihi dari 4-dL, maka tidak terdapat autokorelasi.

Selain itu, apabila nilai DW terletak antara dU dan 4-dU, maka hipotesis nol

diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi (Priyatno, 2008). Hasil uji

autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1 .450a .203 .181 10.879 1.744

a. Predictors: (Constant), Konformitas, Body Image b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji Durbin-Watson sebesar

1,744, sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data

(n) = 78, k (jumlah variabel independen) = 2, diperoleh nilai dL sebesar

1,5801 dan dU sebesar 1,5535. Nilai DW lebih besar dari dL dan tidak

melebihi dari 4-dL, selain itu, nilai DW juga terletak antara dU dan 4-dU,

maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Page 115: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

negatif no autocorrelation positif

autocorrelation autocorrelation

0 dL dU 4-dU 4-dL 1,744

(nilai hitung Durbin Watson)

Gambar 3

Uji Autokorelasi

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi antar variabel prediktor pada model regresi. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel prediktor. Jika nilai

Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance

tidak kurang dari 0,10, maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinearitas (Priyatno, 2008). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 18

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Collinearity

Statistics

Model

B Std. Error Beta

t Sig.

Tolerance VIF

(Constant) 81.905 22.071 3.711 .000

Body Image -.234 .106 -.241 -2.204 .031 .888 1.126

1

Konformitas .636 .226 .308 2.813 .006 .888 1.126 a. Dependent Variable: Perilaku

Konsumtif

Page 116: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Dari hasil di atas dapat diketahui nilai Variance Inflation Factor

(VIF) kedua variabel prediktor, yaitu body image dan konformitas adalah

1,126 lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,10,

sehingga dapat diketahui bahwa tidak terjadi persoalan multikolinearitas

antarvariabel independen.

e. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model

regresi (Priyatno, 2008). Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 19

Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Collinearity

Statistics

Model

B Std. Error Beta

t Sig.

Tolerance VIF

(Constant) -1.253 72.969 -.017 .986 1

LnX1 15.188 15.903 .109 .955 .343 1.000 1.000

a. Dependent Variable:

Lnei2

Page 117: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Tabel 20

Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX2

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Collinearity

Statistics

Model

B Std. Error Beta

t Sig.

Tolerance VIF

(Constant) 16.631 112.137 .148 .882 1

Lnx2 12.134 26.275 .053 .462 .646 1.000 1.000

a. Dependent Variable:

Lnei2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai T hitung adalah 0,955 dan

0,462, sedangkan nilai T Tabel adalah 1,99167. Karena nilai T Hitung

(0,955 dan 0,462) berada pada –T Tabel ≤ T Hitung ≤ T tabel, maka Ho

diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 dan Lnei2 dengan

LnX2 tidak ada gejala heterokedastisitas.

B. Uji Hipotesis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi ganda. Analisis regresi ganda memungkinkan dua variabel

prediktor secara bersama-sama diujikan dengan satu variabel kriterium

(Arikunto, 2006). Analisis regresi ganda juga dapat digunakan untuk

mengetahui apakah ada korelasi antara masing-masing variabel prediktor

dengan variabel kriterium. Hasil analisis regresi linear antara variabel prediktor

body image dan konformitas dengan variabel kriterium perilaku konsumtif

tampak pada tabel berikut:

Page 118: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Tabel 21

Hasil Analisis Regresi Ganda

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .450a .203 .181 10.879

a. Predictors: (Constant), Konformitas, Body Image

b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil korelasi antara body image dan

konformitas dengan perilaku konsumtif didapatkan nilai R sebesar 0,450. Hal

ini menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang signifikan yang sedang antara

body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif.

Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa body image dan konformitas

menentukan perilaku konsumtif sebesar 20,3%, sehingga masih terdapat 79,7%

variabel lain yang lebih menentukan perilaku konsumtif.

Tabel 22

Hasil Uji F-Test ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2255.090 2 1127.545 9.527 .000a

Residual 8876.705 75 118.356 1

Total 11131.795 77

a. Predictors: (Constant), Konformitas, Body Image b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif

Berdasarkan tabel hasil uji F di atas, hasil uji simultan p=0,000 yang

berarti signifikan (p<0,05), dan F Hitung 9,527> F Tabel 3,12 pada tingkat

Page 119: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

signifikansi 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel body image dan

konformitas memiliki hubungan terhadap variabel perilaku konsumtif.

Kemudian untuk mengetahui korelasi antara masing-masing variabel

prediktor, yakni body image dan konformitas, dengan variabel kriterium, yakni

perilaku konsumtif, dilakukan uji korelasi parsial. Hasilnya tampak pada tabel

berikut:

Tabel 23

Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Body Image dan Perilaku Konsumtif

Correlations

Control Variables Perilaku Konsumtif Body Image

Correlation 1.000 -.247

Significance (2-tailed) . .031

Perilaku

Konsumtif

df 0 75

Correlation -.247 1.000

Significance (2-tailed) .031 .

Konformitas

Body Image

df 75 0

Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel body image

dengan variabel perilaku konsumtif diperoleh hasil R sebesar -0,247. Hasil ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif rendah yang signifikan dan dapat

diartikan bahwa semakin rendah tingkat body image akan menyebabkan

semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif.

Page 120: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Tabel 24

Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif

Correlations

Control Variables PerilakuKonsumtif Konformitas

Correlation 1.000 .309

Significance (2-tailed) . .006

Perilaku

Konsumtif

df 0 75

Correlation .309 1.000

Significance (2-tailed) .006 .

Body

Image

Konformitas

df 75 0

Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi variabel konformitas

dengan variabel perilaku konsumtif diperoleh hasil R sebesar 0,309. Hasil ini

menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif rendah yang signifikan dan dapat

diartikan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas akan menyebabkan

semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif.

C. Analisis Deskriptif

Tujuan analisis deskriptif adalah untuk memberi gambaran umum

mengenai kondisi responden yang diteliti mengenai body image, konformitas,

dan perilaku konsumtif individu. Gambaran umum tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 25

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N

Perilaku Konsumtif 104.28 12.024 78

Body Image 98.97 12.402 78

Konformitas 71.54 5.817 78

Page 121: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata perilaku konsumtif

adalah 104,28; nilai rata-rata body image adalah 98,97; dan nilai rata-rata

konformitas adalah 71,54. Standar deviasi atau simpangan baku untuk perilaku

konsumtif 12,024; untuk body image 12,402; untuk konformitas 5,817. Ini

mengandung pengertian bahwa nilai sebaran data body image lebih luas

dibandingkan perilaku konsumtif dan konformitas.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, subjek penelitian pada tiap-tiap

variabel dapat dikategorisasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.

Kategorisasi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 26

Kriteria Kategorisasi Subjek Penelitian

Variabel Kategorisasi Norma Jumlah Subjek %

Rendah X < 92,3 10 12,82%

Sedang 92,3 ≤ X ≤ 116,3 57 73,07%

Perilaku Konsumtif

Tinggi 116,3 < X 11 14,1%

Rendah X < 86,6 11 14,1%

Sedang 86,6 ≤ X ≤ 111,4 55 70,51%

Body Image

Tinggi 111,4 < X 12 15,38%

Rendah X < 65,7 7 8,97%

Sedang 65,7 ≤ X ≤ 77,4 61 78,2%

Konformitas

Tinggi 77,4 < X 10 12,82%

D. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif

Sumbangan relatif dan efektif memberikan informasi tentang besarnya

sumbangan pengaruh tiap variabel prediktor terhadap variabel kriterium dalam

model regresi. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memiliki perbedaan,

Page 122: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

yakni sumbangan relatif menunjukkan besarnya sumbangan variabel prediktor

terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar

prediksi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan ukuran besarnya

sumbangan dari variabel prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi.

Berdasarkan perhitungan manual, didapatkan hasil sumbangan relatif

body image terhadap perilaku konsumtif sebesar 40,97% dan sumbangan relatif

konformitas terhadap perilaku konsumtif sebesar 59,03%. Sedangkan

sumbangan efektif body image terhadap perilaku konsumtif sebesar 8,299%,

sedangkan sumbangan efektif konformitas terhadap perilaku konsumtif sebesar

11,958%.

D. Pembahasan

Analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif.

Analisis data penelitian menghasilkan nilai korelasi (R) sebesar 0,450, yang

berarti terdapat korelasi yang sedang dan signifikan antara body image dan

konformitas dengan perilaku konsumtif. Hasil ini menunjukkan bahwa body

image dan konformitas dapat dijadikan prediktor untuk memprediksi perilaku

konsumtif.

Body image dan tingkat konformitas bersama-sama dapat mempengaruhi

perilaku konsumtif individu. Individu dengan body image yang negatif yang

berarti tidak puas terhadap tubuh dan penampilan fisiknya, didukung dengan

tingkat konformitas yang tinggi yaitu kecenderungan individu untuk melakukan

Page 123: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

perubahan perilaku atau pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan diri

dengan perilaku atau pandangan kelompok teman sebayanya, maka dapat

meningkatkan perilaku konsumtif individu.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa persentase

sumbangan pengaruh body image dan konformitas secara bersama-sama mampu

mendukung perilaku konsumtif pada remaja putri, khususnya siswi sekolah

menengah atas sebesar 20,3%, sedangkan sisanya sebanyak 79,7% dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian ini. Variabel

lain yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain tipe kepribadian,

budaya, keluarga, dan pekerjaan (Kotler, 2000).

Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001), perilaku konsumtif

menggambarkan suatu tindakan yang tidak rasional dan bersifat kompulsif

sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya.

Individu dengan tindakan tidak rasional dan kompulsif selalu merasa belum

lengkap dan mencari kepuasan dengan membeli barang-barang yang baru.

Pada umumnya, manusia akan memenuhi kebutuhan primer sebelum

memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginannya. Maslow (dalam Sobur, 2003)

menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis seperti

makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Ia akan menahan kebutuhan dan

keinginan lain, sebelum kebutuhan primer terpenuhi. Tetapi, individu dengan

perilaku konsumtif dapat menekan kebutuhannya hanya sekedar untuk memenuhi

hasrat dan keinginannya semata.

Page 124: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Remaja yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak

dengan suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju masa dewasa

yang bebas, mandiri dan matang (Santrock, 2003). Remaja berusaha menampilkan

jati diri yang terbaik termasuk penampilan fisik. Perhatian yang besar terhadap

diri sendiri merupakan minat yang kuat pada remaja putri (Hurlock, 2006).

Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), perasaan tidak puas terhadap tubuh

dan cara pandang individu terhadap berat badannya berhubungan dengan body

image seseorang. Body image mengacu pada persepsi menyeluruh mengenai

tubuh, termasuk pemikiran, perasaan, dan reaksi seseorang mengenainya (Adi,

2008). Perhatian terhadap penampilan fisik ditunjukkan melalu kekhawatiran dan

perilaku membeli mereka terhadap barang-barang yang dapat merawat dan

meningkatkan penampilan. Media massa baik tayangan iklan di televisi maupun

majalah yang banyak menampilkan figur-figur ideal remaja dan menawarkan

produk-produk remaja akan mempengaruhi remaja untuk membeli produk

tersebut (Anin, dkk., 2007).

Hubungan negatif yang signifikan dan rendah antara body image dan

perilaku konsumtif dapat ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0,247.

Berdasarkan pada hasil tersebut, maka jelaslah bahwa body image dapat

mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja putri, khususnya siswi sekolah

menengah atas. Individu yang memiliki body image positif akan cenderung

memiliki tingkat perilaku konsumtif yang rendah.

Perilaku konsumtif pada remaja juga terkait dengan karakteristik

psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas terhadap

Page 125: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

kelompok sebaya. Masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-

anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam

aspek fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan

jati diri atau identitas diri. Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari

komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari kelompok sebaya

mereka (Aryani, 2006).

Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian

perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau

aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku. Konformitas

teman sebaya merupakan sesuatu hal yang umum dalam kehidupan remaja

(Hurlock, 2006). Dapat dilihat pada hampir tiap sisi kehidupan remaja seperti

pilihan atas pakaian yang dipakai, musik yang didengar, bahasa, dan nilai-nilai

yang ada. Bila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan dari

orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka dapat menyebabkan remaja

semakin terjerat dalam perilaku konsumtif.

Hubungan positif yang signifikan yang rendah antara body image dan

perilaku konsumtif dapat ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,309.

Berdasarkan pada hasil tersebut, maka jelaslah bahwa konformitas dapat

mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja putri, khususnya siswi sekolah

menengah atas. Individu dengan konformitas yang tinggi akan cenderung

memiliki tingkat perilaku konsumtif yang tinggi pula.

Berdasarkan hasil sumbangan efektif body image terhadap perilaku

konsumtif sebesar 8,299% dan hasil sumbangan efektif konformitas terhadap

Page 126: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

perilaku konsumtif sebesar 11,958%, dapat diketahui bahwa konformitas

memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku konsumtif daripada

body image pada remaja putri.

Hal tersebut menjelaskan bahwa perilaku konsumtif remaja putri,

khususnya siswi kelas menengah atas, lebih terpengaruh pada lingkungan

sosialnya, dalam hal ini kelompok teman sebaya, daripada gambaran atau persepsi

remaja terhadap dirinya sendiri. Penyesuaian diri remaja putri, khususnya siswi

menengah atas, agar dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya dapat lebih

meningkatkan perilaku konsumtifnya, daripada body image remaja putri terhadap

tubuhnya sendiri.

Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif,

namun hasil penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan di antaranya

jumlah subjek masih berada dalam lingkup yang kecil, perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan ruang lingkup yang

lebih luas, juga dapat dilakukan dengan menggunakan atau menambah variabel-

variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.

Page 127: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Terdapat hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku

konsumtif. Hal ini menunjukkan bahwa body image dan konformitas dapat

menjadi prediktor bagi perilaku konsumtif.

2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan perilaku

konsumtif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin negatif tingkat body

image individu, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif

individu tersebut.

3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan

perilaku konsumtif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

konformitas individu, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif

individu tersebut.

B. Saran

1. Bagi siswi sekolah menengah atas

Para siswi sekolah menengah atas yang sedang berada pada masa

remaja, di mana terjadi pertumbuhan fisik yang pesat perlu mengetahui dan

mensyukuri fase-fase perkembangan tubuhnya, sehingga dapat terbentuk body

image yang positif. Siswi sekolah menengah atas juga perlu untuk memilih

Page 128: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

kelompok pergaulan dan melakukan konformitas yang tepat terhadap teman

bergaul dalam upaya mencegah perilaku konsumtif pada remaja putri.

2. Bagi orang tua

Orang tua perlu lebih meningkatkan hubungan interpersonal dengan

anak remajanya untuk dapat mengajarkan kepada anak cara mengontrol

perilakunya sendiri, membentuk body image yang positif, dan melakukan

konformitas yang sesuai terhadap lingkungannya. Orang tua juga perlu

membentuk pola pikir anak dalam mengkonsumsi barang atau jasa, dengan

membeli barang atau jasa berdasarkan kebutuhan dan bukan karena keinginan

semata.

3. Bagi guru

Para guru perlu lebih memperhatikan dan mengajarkan siswa-siswi

cara-cara untuk dapat mengontrol perilakunya sendiri, membentuk body image

positif, dan konformitas yang sesuai dengan kelompok teman sebayanya. guna

mencegah terjadinya perilaku konsumtif di kalangan remaja, terutama siswi

sekolah menengah atas.

4. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain khususnya ilmuwan psikologi yang tertarik meneliti

topik yang sama, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi

dan bahan acuan dalam penelitian. Mengingat hasil sumbangan variabel body

Page 129: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

image dan konformitas yang sebesar 20,3% dan masih banyak faktor lain yang

mempengaruhi perilaku konsumtif, maka peneliti selanjutnya yang akan

mengadakan penelitian serupa disarankan untuk meneliti faktor-faktor perilaku

konsumtif yang lain yang seperti budaya, keluarga, tipe kepribadian, dan lokus

kontrol.

Peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya dapat memperluas ruang

lingkup penelitian lebih lanjut sehingga diharapkan dapat meningkatkan

kualitas penelitian. Misalnya dengan memperluas populasi atau melakukan

studi banding antara kelompok remaja putri dengan kelompok remaja putra.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan

seperti observasi dan wawancara sebagai tambahan acuan dalam menganalisis

data, agar hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak

semua hal dapat diungkap dengan skala.

Page 130: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

111

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Pradana S. 2008. Membentuk Body Image Positif. Majalah Psikologi Plus. Vol. II No. 12, Juni 2008, 61-66.

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Remaja:

Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara. Anin, Anastasia., Rasimin., dan Atamimi, Nuryati. 2007. Hubungan Self

Monitoring dengan Impulsive Buying terhadap Produk Fashion pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 35 No. 2, 181-193.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Armawi, Armaidy. 2007. Dari Konsumerisme ke Konsumtivisme: Dalam

Perspektif Sejarah Filsafat Barat. Jurnal Filsafat Wisdom. Vol. 17 No. 3, 309-318.

Aryani, Gunita. 2006. Hubungan antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif

pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang.

Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E., dan Bem, Darly J.

2002. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara.

Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. ______________. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. ______________. 2010. Sikap Manusia. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Baron, A. Robert dan Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial. Jilid 1. Alih Bahasa

Ratna Djuwita, dkk. Jakarta: Erlangga. ______________. 2005. Psikologi Sosial. Jilid 2. Alih Bahasa Ratna Djuwita,

dkk. Jakarta: Erlangga. Cash, Thomas F. dan Pruzinsky, Thomas. 2002. Body Image: A Handbook of

Theory, Research, and Clinical Practice. New York: The Guilford Press. Djudiyah dan Hadipranata, Asip F. 2002. Hubungan antara Pemantauan Diri,

Harga Diri, Materialisme, dan Uang Saku dengan Pembelian Impulsif pada Remaja. Jurnal Psikodinamik. Vol. 4 No. 2, 59-72.

Page 131: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

112

Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W. 2008. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Alih Bahasa F.X. Budiyanto. Tangerang: Binarupa Aksara.

Fransisca dan Suyasa, P. Tommy. 2005. Perbandingan Perilaku Konsumtif

Berdasarkan Metode Pembayaran. Jurnal Phronesis. Vol. 7 No. 2, 172-198. Hadi, Sutrisno. 2004. Statistika. Jilid 2. Jogjakarta: Andi. Hurlock, Elizabeth B. 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Indria, Karina dan Nindyati, Ayu D. 2007. Kajian Konformitas dan Kreativitas

Affective Remaja. Jurnal Provitae. Vol. 3 No.1, 85-104. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Mengejar Remaja Sampai ke Mall.

Internet. http://www.paudni.kemdiknas.go.id/dikmas/index.php/. Diakses 22 Mei 2011.

Kisawa, Wisnu. 2006. SMA Hollywood di Atas Kuburan. Internet.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/18/slo10.htm. Diakses 11 Juni 2011.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin L. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Alih

Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: P.T. Indeks. Kotler, Philip dan Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jilid 1.

Alih Bahasa Ancella A. Hermawan. Jakarta: Salemba Empat. Lury, Celia. 1998. Budaya Konsumen. Alih Bahasa Hasti T. Champion. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. Mangkunegara, Anwar P. 2005. Perilaku Konsumen. Bandung: P.T. Refika

Aditama. Matsumoto, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Alih Bahasa

Anindito Aditomo. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Monks, F.J., Knoers, A.M., dan Haditono, Siti R. 2004. Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Myers, David G. 2002. Social Psychology. Seventh Edition. New York: McGraw-

Hill.

Page 132: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

113

Oswalt, Sara B. dan Wyatt, Tammy J. 2007. Mirror, Mirror, Help Me Like My Body: Examining a Body Image Media Campaign. Californian Journal of Health Promotion. Vol. 5, Issue 2, 135-147.

Prasetijo, Ristiayanti dan Ihalauw, John. 2005. Perilaku Konsumen. Jogjakarta:

Andi. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS: Untuk Analisis Data dan Uji

Statistik. Jogjakarta: MediaKom. Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan

Pendidikan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Rahardjo, Wahyu dan Silalahi, Betty Y. 2007. Perilaku Konsumtif pada Pria

Metroseksual serta Pendekatan dan Strategi yang Digunakan untuk Mempengaruhinya. Jurnal PESAT. Vol. 2, ISSN: 1858-2559, 33-37.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: P.T. Remaja

Rosdakarya. Santoso, Benny. 2006. Bebas dari Konsumerisme. Jogjakarta: Andi. Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa

Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito W. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada. Sarwono, Sarlito W. dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika. Sears, David O., Freedman, Jonathan L., Peplau., dan Letitia, Anne. 2006.

Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kelima. Alih Bahasa Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.

Sembiring, Amstrong. 2009. Budaya Konsumerisme. Internet.

http://indowarta.com/index.php?option=com_content&view=article&id=310:budaya-konsumerisme&catid=102:opini&Itemid=374. Diakses 30 April 2011.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: C.V. Pustaka Setia. Solomon, Michael R. 2007. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. 7th

Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Page 133: HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

114

Sousa, Pedro M.. 2008. Body Image and Obesity in Adolescence: A Comparative Study of Social Demographic, Psychological, and Behavioral Aspect. The Spanish Journal of Psychology. Vol. 11 No. 2, 551-563.

Suharsono, M. dan Haryono, Andriana W. 2009. Sikap terhadap Demonstrasi

Ditinjau dari Konformitas pada Kelompok Teman Sebaya. Jurnal Psikodimensia. Vol. 8 No. 1, 59-67.

Sukamto, Monique E. 2006. Citra Tubuh Perempuan di Media Massa. Anima:

Indonesian Psychological Journal. Vol. 21 No. 3, 299-305. Suprapto, Maria H. dan Aditomo, Anindito. 2007. Aku dan Dia, Cantik Mana?

Perbandingan Sosial, Body Dissatisfaction dan Objektivikasi Diri. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol. 22 No. 2, 188-193.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: P.T. RajaGrafindo

Persada. Tambunan, Raymond. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Internet. http://e-

psikologi.com. Diakses 17 Maret 2011. Thompson, J. Kevin. 2000. Body Image, Eating Disorders, and Obesity: An

Integrative Guide for Assesment and Treatment. Washington DC: American Psychological Association.

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo S. 2000. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: P.T. Bumi Aksara. Zebua, Albertina S. dan Nurdjayadi, Rostiana D. 2001. Hubungan antara

Konformitas dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal Phronesis. Vol. 3 No. 6, 72-82.