hubungan antara body image dan konformitas
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS
DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI
KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA
SKRIPSI
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh:
Jessica Sebayang
G0107058
Pembimbing:
1. Drs. Munawir Yusuf, M. Psi.
2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M.Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang
tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia untuk dicabut derajat
kesarjanaan saya.
Surakarta, Agustus 2011
Jessica Sebayang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan Tuhan,
daripada banyak harta dengan disertai kecemasan.
(Amsal 15: 16)
Kelilingi diri anda hanya dengan orang-orang yang akan mengangkat
anda lebih tinggi.
(Oprah Winfrey)
The most beautiful thing in the world is see your parent smiling,
and knowing that you’re the reason behind the smile.
(Anonymous)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini didedikasikan kepada:
Orangtuaku yang selalu mendoakan dan melakukan yang terbaik untukku.
Kakak, adik, dan keluarga besar yang selalu mendukungku.
Seluruh guru dan pembimbing yang telah memberikan ilmunya.
Sahabat-sahabatku yang memberi warna dalam hidupku.
Almamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih karunia-Nya kepada penulis, yang selalu memberkati, memberi kekuatan,
dan menyertai penulis dalam menyusun dan menyelesaikan karya ini. Satu hal
yang penulis sadari, bahwa karya ini dapat terselesaikan juga karena bantuan dari
berbagai pihak. Rasa terima kasih sudah sepantasnya penulis sampaikan dengan
hati yang tulus kepada segenap pihak dengan segala partisipasinya dalam
pelaksanaan dan penyelesaian karya ini. Untuk itu dengan kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
a. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Bapak Drs. Hardjono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan penguji utama yang
telah memberikan saran, masukan, sera dukungan yang berarti kepada
penulis.
c. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M.Psi. selaku pembimbing utama atas segala
bimbingan, waktu, masukan, dan bantuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ini dengan lancar.
d. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si. selaku pembimbing
pendamping dan pembimbing akademik atas segala bimbingan, bantuan,
nasehat, dan kesabaran dalam mengarahkan dan membimbing penulis selama
studi dan penyusunan karya ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
e. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi. selaku Koordinator Skripsi Program Studi
Psikologi dan penguji pendamping atas segala bantuan, masukan, dan
kesediaannya untuk menjadi penguji penulis.
f. Seluruh staf pengajar di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala ilmu yang sangat berharga
selama penulis menempuh studi.
g. Staf tata usaha (Mas Dimas dan Mas Rian), staf perpustakaan (Mbak Ana),
dan seluruh pegawai (Bu Jan, Pak No, dll.) di Program Studi Psikologi atas
segala dukungan dan bantuannya selama ini.
h. Drs. Soekardjo, M.A. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Surakarta atas
ijin penelitian yang diberikan.
i. Ibu Sri Siswanti, S.Pd. selaku Wakahumas SMA Negeri 7 Surakarta dan
seluruh guru SMA Negeri 7 Surakarta atas segala bantuan, waktu, dan
masukannya sehingga penelitian penulis dapat berjalan secara lancar.
j. Seluruh siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta atas bantuan, kesediaan, dan
kerjasamanya untuk membantu penulis dalam penelitian.
k. Bapak dan Mama (Aleksander Sebayang, S.H., M.H. dan Dumaria, S.H.) atas
segala cinta kasih, doa, dukungan, dan pengorbanan yang tiada habisnya.
Semoga karya ini paling tidak dapat sedikit membanggakan bapak dan mama.
Love you Dad and Mom!
l. Kak Astrid dan Angel tersayang atas segala doa, dukungan, dan semangatnya.
Ayo semangat! Kita banggakan Bapak dan Mama!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
m. Seluruh keluarga besar Sebayang dan keluarga besar Simorangkir atas segala
doa, semangat, dan dukungannya yang sangat berarti.
n. Ayu ‘gembul’ Yulita, Nurwidya ‘jidhen’ Rachmawati, Nurul ‘ijah’
Rahmawati, Noor ‘Nisong’ Fitriana A.P, dan Aan ‘Oneng’ Nurfitriana atas
segala tawa, tangis, canda, bantuan, dukungan, dan semangatnya selama ini.
Semoga persahabatan yang indah ini tidak akan pernah berakhir selamanya.
Tetap semangat untuk mengejar mimpi-mimpi kita!
o. Tumbal Shesa, Dewi Debok, Rifa Pabok, Ali Cantik, Halim, Nana Norak,
Disty, Rarat, Ipeh, Idudh, Apip, Citra, dan seluruh teman-teman angkatan
2007 atas suka, duka, canda, dan warna-warni 4 tahun selama ini. Suatu
kebanggaan dapat mengenal dan bersahabat dengan kalian semua.
p. Kakak tingkat 2004, 2005, dan 2006, serta adik tingkat 2008, 2009, dan 2010
atas bantuan, semangat, dan dukungannya selama ini secara langsung maupun
tidak langsung.
q. Ephik, Tutik, Tante Wulan, Mimi, Mbak Nurul, Mbak Dila, Ciput, dan
seluruh penghuni Kost Huru Hara Hura Hura atas segala bantuan, semangat,
tawa, tangis, dan hal-hal bodoh selama tinggal satu atap dengan kalian.
Penulis berharap semoga segala kebaikan dan bantuan anda dapat dibalas
oleh-Nya. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA SISWI
KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA
Jessica Sebayang
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Remaja merupakan salah satu target pemasaran potensial berbagai produk
industri karena karakteristik remaja yang labil, spesifik, dan mudah dipengaruhi sehingga dapat mendorong munculnya perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan tindakan individu untuk membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang bukan prioritas kebutuhannya dan tanpa pertimbangan yang rasional, demi kepuasan fisik dan dorongan untuk memuaskan hasrat kesenangan semata. Individu dengan body image yang negatif dan tingkat konformitas yang tinggi dapat meningkatkan perilaku konsumtif individu tersebut.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1. Hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta; 2. Hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta; 3. Hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Perilaku Konsumtif dengan koefisien korelasi Pearson sebesar -0,052-0,679 dan Reliabilitas Alpha 0,909; Skala Body Image dengan koefisien korelasi Pearson sebesar -0,052-0,693 dan Reliabilitas Alpha 0,902; serta Skala Konformitas dengan koefisien korelasi Pearson -0,056-0,667 dan Reliabilitas Alpha 0,738. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah analisis regresi ganda, dan selanjutnya untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan analisis korelasi parsial.
Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,450; p = 0,000 (p<0,05) dan F hitung 9,527 > F tabel 3,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta. Secara parsial menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,247; serta terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,309.
Kata Kunci: body image, konformitas, perilaku konsumtif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY IMAGE AND CONFORMITY TOWARD CONSUMPTIVE BEHAVIOR OF THE XIth GRADE
FEMALE STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA
Jessica Sebayang
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Adolecent belongs to one of the potential marketing targets for some
industrial products regarding the adolescent characteristics of which labile, specific, and persuadable, so that effecting the appearance of consumptive behavior. Consumptive behavior is an individual action in purchasing or consuming goods or service excessively which is not the priority of need and without any rational consideration, for the sake of physical satisfaction and a drive for obtaining a desire of pleasure only. Individual with negative body image and high degree conformity tends to have high comsumptive behavior.
The purpose of this research is to find out: 1. The relationship between body image and conformity toward consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta; 2. The relationship between body image and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta; 3. The relationship between conformity and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta.
The population in this research is the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta. The instrument for data collection is Consumptive Behavior Scale with the Pearson Correlation Coefficient -0,052-0,679 and Alpha Reliability 0,909; Body Image Scale with the Pearson Correlation Coefficient -0,052-0,693 and Alpha Reliability 0,902; Conformity Scale with Pearson Correlation Coefficient -0,056-0,667 and Alpha Reliability 0,738. Data analysis technique used for examining the first hypothesis is multiple regression analysis while partial correlation analysis is used for examining the second hypothesis and the third one.
The multiple regression analysis showed that correlation coefficient (R) 0,450; p = 0.000 (p<0.05) and F count 9,527 > F table 3,12 meant that there was a significant correlation between body image and conformity toward consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta. The partial result showed that the coefficients correlation (r) -0,247, had meaning that, there was a significant negative correlation between body image and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta with correlation coefficient (r) -0,247; and there was significant positive correlation between conformity and consumptive behavior of the XIth grade female students of SMA Negeri 7 Surakarta, and showed by the coefficient correlation which was (r) 0,309. Kata Kunci: body image, conformity, consumptive behavior
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perilaku Konsumtif ................................................................. 14
1. Pengertian Perilaku Konsumtif .......................................... 14
2. Karakteristik-karakteristik Perilaku Konsumtif ................. 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ... 20
B. Body Image ............................................................................. 31
1. Pengertian Body Image ....................................................... 31
2. Aspek-aspek Body Image ................................................... 34
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image................. 36
C. Konformitas ............................................................................ 38
1. Pengertian Konformitas ....................................................... 38
2. Aspek-aspek Konformitas ................................................... 41
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas ................ 43
D. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan
Perilaku Konsumtif ................................................................. 48
1. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan
Perilaku Konsumtif ............................................................ 48
2. Hubungan antara Body Image dengan Perilaku
Konsumtif .......................................................................... 53
3. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku
Konsumtif ........................................................................... 57
E. Kerangka Pemikiran ................................................................ 60
F. Hipotesis .................................................................................. 61
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian................................................ 62
B. Definisi Operasional ................................................................ 62
1. Perilaku Konsumtif .............................................................. 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
2. Body Image .......................................................................... 63
3. Konformitas ......................................................................... 64
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............. 64
1. Populasi .............................................................................. 64
2. Sampel ............................................................................... 65
3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 65
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 66
1. Sumber Data ........................................................................ 66
2. Metode Pengumpulan Data ................................................. 67
E. Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 73
1. Validitas Instrumen............................................................. 73
2. Reliabilitas ......................................................................... 74
F. Metode Analisis Data .............................................................. 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian ................................................................. 77
1. Orientasi Kancah Penelitian ............................................... 77
2. Persiapan Alat Ukur ........................................................... 79
3. Pelaksanaan Uji Coba ........................................................ 80
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala ................................... 81
5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian ............................ 87
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 90
1. Penentuan Subjek Penelitian ............................................... 90
2. Pengumpulan Data ............................................................... 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
3. Pelaksanaan Skoring ............................................................ 91
C. Analisis Data ........................................................................... 92
1. Uji Asumsi ........................................................................... 92
2. Uji Hipotesis ........................................................................ 98
3. Analisis Deskriptif ............................................................... 101
4. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif ........................ 102
D. Pembahasan ............................................................................. 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan .............................................................................. 108
2. Saran ........................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Sistem Penilaian Aitem Skala ............................................... 68
Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Konsumtif Sebelum Uji-Coba ................... 69
Tabel 3. Blue Print Skala Body Image Sebelum Uji-Coba .............................. 71
Tabel 4. Blue Print Skala Konformitas Sebelum Uji-Coba ............................. 72
Tabel 5. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Perilaku Konsumtif
setelah Uji Coba .............................................................................. 83
Tabel 6. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Perilaku Konsumtif ..................... 84
Tabel 7. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Body Image
setelah Uji Coba .............................................................................. 85
Tabel 8. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Body Image.................................. 85
Tabel 9. Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Konformitas
setelah Uji Coba .............................................................................. 86
Tabel 10. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Konformitas ................................ 87
Tabel 11. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Perilaku Konsumtif untuk
Penelitian ........................................................................................ 88
Tabel 12. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Body Image untuk
Penelitian ........................................................................................ 89
Tabel 13. Distribusi Penyusunan Aitem Skala Konformitas untuk
Penelitian ........................................................................................ 89
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 93
Tabel 15. Hasil Uji Linearitas Body Image dengan Perilaku Konsumtif ....... 94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 16. Hasil Uji Linearitas Konformitas dengan Perilaku Konsumtif ...... 94
Tabel 17. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 95
Tabel 18. Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................ 96
Tabel 19. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1 ......................... 97
Tabel 20. Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX2 .......................... 98
Tabel 21. Hasil Analisis Regresi Ganda ........................................................ 99
Tabel 22. Hasil Uji F-Test .............................................................................. 99
Tabel 23. Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Body Image dengan
Perilaku Konsumtif ......................................................................... 100
Tabel 24. Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Konformitas dengan
Perilaku Konsumtif ......................................................................... 101
Tabel 25. Statistik Deskriptif ......................................................................... 101
Tabel 26. Kriteria Kategorisasi Subjek Penelitian ......................................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................................................... 60
Gambar 2. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012 .................................................................................. 79
Gambar 3. Uji Autokorelasi ......................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Uji Coba .......................................................................... 115
Lampiran B. Distribusi Nilai Uji Coba Skala ................................................ 127
Lampiran C. Validitas dan Reliabilitas Skala ................................................ 135
Lampiran D. Skala Penelitian ........................................................................ 139
Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian ............................................... 149
Lampiran F. Analisis Data ............................................................................. 160
Lampiran G. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ............................. 165
Lampiran H. Surat Penelitian ......................................................................... 172
Lampiran I. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ......................................... 175
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belanja adalah kata yang sering digunakan sehari-hari dalam konteks
perekonomian, sebagai salah satu cara konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan. Namun kata yang sama telah berkembang artinya sebagai suatu
cerminan gaya hidup dan rekreasi pada masyarakat kelas ekonomi tertentu.
Menurut Santoso (2006), fenomena komersialisasi belanja yang sangat gencar
dewasa ini, bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak lama. Konsumsi yang
berlebihan pada masyarakat ini baru terjadi pada abad ke-20.
Sebelumnya, konsumsi yang dilakukan masyarakat hanya berdasarkan
kebutuhan (Santoso, 2006). Walaupun masyarakat memiliki keinginan untuk
mengikuti trend, gairah mereka belum didukung dengan promosi produk yang
berlimpah sehingga masyarakat mampu menahan keinginan untuk mengikuti
trend terbaru. Masalah ini kemudian dipecahkan dengan adanya teknologi baru
yang memampukan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang ada.
Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan produsen dapat
memproduksi barang dengan lebih mudah dan cepat. Akibatnya, banyak produsen
yang memproduksi barang secara berlebihan. Kuantitas produk yang berlebihan
terjadi karena kemampuan masyarakat dalam melakukan pembelian. Masyarakat
semakin mudah untuk mengonsumsi produk dan sulit untuk berhenti. Senada
dengan yang pernyataan Elliot (dalam Lury, 1998) bahwa terdapat sindrom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perilaku kehilangan kendali terhadap belanja dan konsumsi yang sangat serupa
dengan bentuk ketagihan yang lain dan sebagian besar konsumen adalah kaum
wanita.
Bagi produsen, kelompok usia remaja adalah salah satu pasar yang
potensial. Hal ini disebabkan karena remaja yang mudah tertarik dan terbujuk
pada barang atau jasa yang sedang trend atau mengikuti mode. Perkembangan
pusat perbelanjaan dan mall yang pesat juga semakin memudahkan remaja untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Dapat dilihat dalam data yang
dihimpun Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas, 2010) bahwa 50%
pengunjung pusat perbelanjaan atau mall adalah remaja. Pada awalnya, alasan
remaja mengunjungi mall hanya sebagai tempat berkumpul dengan teman-teman,
tetapi lambat laun mall justru menjadi tempat untuk remaja menghambur-
hamburkan uang dan berperilaku konsumtif.
Hasil penelitian Susianto (dalam Kotler, 2000) menunjukkan bahwa
remaja merupakan salah satu segmen penting pasar di Indonesia. Alasannya antara
lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Remaja biasanya
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan
cenderung boros dalam menggunakan uangnya (Tambunan, 2001). Sifat-sifat
remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar
remaja karena belanja juga punya arti tersendiri bagi remaja.
Rank (dalam Sarwono, 2004) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan
masa pembebasan kehendak dalam menuju terbentuknya kepribadian yang
mandiri yang menentukan self-nya sendiri. Perkembangan proses berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
berpengaruh pada peningkatan kemandirian pada remaja, termasuk juga posisinya
sebagai konsumen. Remaja memiliki pilihan mandiri mengenai apa yang hendak
dilakukan dengan uangnya dan menentukan sendiri produk apa yang ingin dibeli.
Remaja memang sering dijadikan target pemasaran berbagai produk
industri, antara lain karena karakteristik mereka yang labil, spesifik, dan mudah
dipengaruhi sehingga akhirnya mendorong munculnya berbagai gejala dalam
perilaku membeli yang tidak wajar (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Membeli
dalam hal ini tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang tidak
dibutuhkan, namun membeli dilakukan karena alasan-alasan lain seperti sekedar
mengikuti arus mode, hanya ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh
pengakuan sosial dan sebagainya (Aryani, 2006). Perilaku membeli yang tidak
sesuai kebutuhan semata-mata demi kesenangan sehingga menyebabkan
seseorang menjadi boros disebut sebagai perilaku konsumtif.
Menurut Sembiring (2009), perilaku konsumtif adalah perilaku
berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan
daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan
sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah. Perilaku konsumtif pada umumnya
terjadi pada remaja, akan tetapi dalam perkembangannya mereka akan menjadi
orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif (Tambunan, 2001).
Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila melihat
usia remaja sebaga usia peralihan dalam mencari identitas diri (Tambunan, 2001).
Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi
bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti
berbagai atribut yang sedang trend.
Perilaku konsumtif dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok
remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa
dengan gaya hidup konsumtif (Tambunan, 2001). Gaya hidup konsumtif ini harus
didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar terjadi
apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang
tidak sehat. Mulai dari pola bekerja yang berlebihan sampai menggunakan cara
instan seperti korupsi. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki
dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, bahkan etika.
Remaja berusaha menampilkan jati diri yang terbaik termasuk penampilan
fisik. Perhatian yang besar terhadap diri sendiri merupakan minat yang kuat pada
remaja putri (Hurlock, 2006). Perhatian ini ditunjukkan melalu kekhawatiran dan
perilaku membeli mereka terhadap barang-barang yang dapat merawat dan
meningkatkan penampilan. Media massa baik tayangan iklan di televisi maupun
majalah yang banyak menampilkan figur-figur ideal remaja dan menawarkan
produk-produk remaja akan mempengaruhi remaja untuk membeli produk
tersebut (Anin, dkk., 2007).
Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), perasaan tidak puas terhadap tubuh
dan cara pandang individu terhadap berat badannya berhubungan dengan body
image seseorang. Body image mengacu pada persepsi menyeluruh mengenai
tubuh, termasuk pemikiran, perasaan, dan reaksi seseorang mengenainya (Adi,
2008). Body image adalah gambaran mengenai tubuh seseorang yang terbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dalam pikiran individu itu sendiri, atau dengan kata lain gambaran tubuh individu
menurut individu itu sendiri.
Schilder (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) menjelaskan bahwa body
image adalah gambaran tubuh seseorang mengenai tubuhnya sendiri yang
terbentuk dari pikirannya. Bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan
penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuh
atas bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya.
Menurut Smolak (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002), body image memiliki
dua konsep yaitu positif dan negatif. Body image positif dimiliki oleh individu
yang puas dengan keadaan fisiknya, sedangkan body image negatif dimiliki oleh
individu yang tidak puas dengan keadaan fisiknya.
Dalam memperoleh jati diri, remaja berusaha membentuk citra atau image
tentang dirinya dan upaya ini terlihat dalam suatu gambaran tentang bagaimana
setiap remaja mempersepsikan dirinya. Termasuk didalamnya bagaimana ia
mencoba menampilkan diri secara fisik (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Hal
tersebut membuat mereka sensitif terhadap gambaran fisik sehingga mendorong
mereka melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan tuntutan
komunitas sosial mereka.
Kecantikan dan kesempurnaan fisik menjadi ukuran ideal bagi remaja.
Banyak remaja yang berusaha mencapainya dengan bantuan kosmetik, fashion
yang up to date, menata rambut ke salon dengan mode mutakhir, sampai
melakukan koreksi di tiap bagian wajah dan tubuh. Hal tersebut sesuai dengan
Monks (2004) yang mengemukakan bahwa kaum remaja merupakan pembeli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
potensial untuk produk-produk seperti pakaian, sepatu, kosmetik, bahkan sampai
makanan. Keinginan untuk memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja
untuk berperilaku konsumtif.
Sebagian besar remaja putri dari segala umur dan tempat tinggal, tidak
puas dengan penampilan fisiknya dan memiliki keinginan untuk memiliki berat
badan dan bentuk tubuh yang berbeda (Oswalt & Wyatt, 2007). Masa puber yang
menyebabkan perbedaan tubuh menuntut perubahan yang cukup bermakna dalam
konsep diri, dan dapat mengakibatkan krisis identitas terutama pada remaja putri.
Hal tersebut sesuai dengan penjabaran Atkinson, dkk. (2002) bahwa remaja putra
cenderung lebih puas dengan berat badan dibandingkan dengan remaja putri.
Remaja putri biasanya kurang puas dengan berat badan dan penampilan
mereka serta selalu membandingkan penampilan dengan standar daya tarik wanita
yang dipromosikan oleh media menekankan tubuh yang ramping. Remaja putri
akan menjadi lebih boros untuk membelanjakan uang sakunya untuk membeli
barang-barang yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan akan kecantikan dan
penampilan dirinya (Djudiyah dan Hadipranata, 2002).
Dari penjabaran tentang body image dapat diketahui bahwa remaja putri
yang memiliki body image positif tidak membutuhkan konsumsi berlebih akan
produk-produk untuk meningkat penampilan dirinya. Sebaliknya, body image
negatif dapat meningkatkan perilaku konsumtif pada remaja putri, dengan harapan
produk-produk yang dibeli dapat meningkatkan penampilan diri secara fisik.
Menurut Mangkunegara (2005), perilaku konsumtif dapat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu sosial budaya dan psikologis. Faktor sosial budaya terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
beberapa faktor salah satunya kelompok anutan, yang sering disebut juga
kelompok acuan atau kelompok referensi. Kelompok anutan didefinisikan sebagai
suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku
konsumen.
Pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku konsumtif antara lain
menentukan produk dan merek yang akan digunakan sesuai dengan aspirasi
kelompok. Penyesuaian dengan kelompok melibatkan perubahan keyakinan
individu sebagai reaksi terhadap tekanan kelompok. Kenyataannya memang
seseorang bisa bergabung dengan suatu kelompok karena dia mempunyai
kecocokan dengan tujuan dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok
tersebut (Prasetijo dan Ihalauw, 2005).
Perilaku konsumtif pada remaja juga terkait dengan karakteristik
psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas terhadap
kelompok sebaya. Masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-
anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam
aspek fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan
jati diri atau identitas diri. Upaya untuk menemukan jati diri berkaitan dengan
bagaimana remaja menampilkan dirinya. Mereka ingin kehadirannya diakui
sebagai bagian dari komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari
kelompok sebaya mereka (Aryani, 2006).
Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian
perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau
aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku. Asch (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Indria dan Nindyati, 2007) berpendapat konformitas merupakan proses yang
bersifat relatif rasional, dimana individu membangun norma individu lain sebagai
acuan untuk dapat berperilaku dengan benar dan pantas.
Wiggins dan Zanden seperti yang dikutip Indria dan Nindyati (2007)
mendefinisikan konformitas sebagai tindakan yang mencerminkan adanya
penyesuaian perilaku individu dengan norma atau standar yang telah ditentukan
oleh individu lain. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa melakukan tindakan yang
sesuai dengan norma sosial yang terdapat dalam kelompok disebut sebagai
konformitas.
Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang
lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka
(Santrock, 2003). Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat
pada masa remaja untuk dapat diterima dalam kelompok. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Baron, dkk. (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) yang
menjelaskan bahwa tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat,
sehingga usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan
nilai-nilai personal dari individu.
Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang
tua membuat remaja mencari dukungan sosial melalui teman sebaya. Dalam
kehidupan sosial, remaja banyak sekali dipengaruhi oleh teman sebaya. Biasanya
para remaja menghabiskan waktu dua kali lebih banyak dengan teman sebayanya
daripada dengan orang tuanya. Peer group menjadi suatu sarana sekaligus tujuan
dalam pencarian jati diri remaja. Remaja terkadang meminta dukungan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
penjelasan, dan mendapatkan opini tentang definisi dirinya sendiri dari teman-
teman sebayanya (Santrock, 2003).
Konformitas teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif dan negatif
(Santrock, 2003). Banyak ditemukan kasus perilaku remaja yang disebabkan
pengaruh buruk dari kelompok teman sebaya seperti menggunakan bahasa yang
asal-asalan, mencuri, mencoret-coret fasilitas umum, dan merokok. Namun,
banyak pula konformitas pada remaja yang tidak negatif dan merupakan
keinginan remaja untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian
seperti temannya, dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota perkumpulan.
Sementara hampir semua remaja mengikuti tekanan teman sebaya dan
ukuran lingkungan sosial, beberapa remaja ada juga yang non-konformis atau
anti-konformitas. Non-konformis muncul ketika individu mengetahui apa yang
diharapkan oleh orang-orang disekitarnya, tapi mereka tidak menggunakan
harapan tersebut untuk mengarahkan tingkah laku mereka. Remaja yang non-
konformis sangat mandiri, sama seperti seorang siswa sekolah menengah atas
yang memilih tidak menjadi anggota suatu organisasi.
Anti-konformitas muncul ketika individu bereaksi menolak terhadap
harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari tindakan atau
kepercayaan yang dianut oleh kelompok. Dua versi anti-konformitas masa kini
antara lain “skinheads” dan “punks” (Santrock, 2003).
Konformitas teman sebaya merupakan sesuatu hal yang umum dalam
kehidupan remaja (Hurlock, 2006). Dapat dilihat pada hampir tiap sisi kehidupan
remaja seperti pilihan atas pakaian yang dipakai, musik yang didengar, bahasa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dan nilai-nilai yang ada. Bila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh
pengakuan dari orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka akan
menyebabkan remaja semakin terjerat dalam perilaku konsumtif.
Pada dasarnya tidaklah mudah bagi remaja untuk mengikatkan diri mereka
pada suatu kelompok karena kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat
dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Brown (dalam Santrock, 2003)
menyatakan bahwa orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya dapat membantu
remaja untuk menghadapi tuntutan dan tekanan teman sebaya. Perubahan
perkembangan yang terjadi pada masa remaja terkadang membawa rasa tidak
aman.
Para remaja sangat mudah terganggu karena rasa tidak aman tersebut dan
banyaknya perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka. Untuk mengatasi
tekanan ini, remaja perlu mengalami kesempatan sukses, baik di dalam maupun di
luar sekolah, yang dapat meningkatkan rasa kepemilikan akan kontrol atas
dirinya. Konformitas tidak selalu berdampak buruk, tetapi untuk perkembangan
pemikiran, untuk menghasilkan hal-hal yang baru dan kreatif, konformitas dapat
merugikan (Hollander, dalam Rakhmat, 2009).
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta karena SMA Negeri 7
merupakan salah satu sekolah menengah atas favorit di Surakarta. Selain itu,
SMA Negeri 7 Surakarta dikenal sebagai “SMA Artis” karena beberapa siswanya
yang menjadi public figure di Indonesia (Kisawa, 2006). Oleh karena itu,
terbentuklah social image SMA Negeri 7 Surakarta sebagai sekolah yang elit bagi
masyarakat Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan pihak sekolah, mayoritas
siswa-siswi yang bersekolah di SMA Negeri 7 Surakarta berasal dari keluarga
kelas ekonomi menengah ke atas. Kemampuan finansial orang tua dan uang saku
yang tinggi dapat meningkatkan perilaku konsumtif remaja (Djudiyah dan
Hadipranata, 2002). Peneliti menggunakan siswi kelas XI karena siswi yang
duduk di kelas XI berada dalam batasan usia remaja dan remaja putri cenderung
memiliki tradisi konsumtif yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra (Djudiyah
dan Hadipranata, 2002).
Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah dipaparkan di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Body
Image dan Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada Siswi Kelas XI SMA
Negeri 7 Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku
konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta?
2. Apakah terdapat hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi
kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta?
3. Apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi
kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
A. Mengetahui hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku
konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
B. Mengetahui hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif pada siswi
kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
C. Mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi
kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada berbagai bidang psikologi, terutama bidang psikologi sosial,
psikologi industri, dan psikologi perkembangan, yakni memberikan sumbangan
tentang pentingnya body image yang positif dan konformitas yang sesuai untuk
mencegah perilaku konsumtif pada remaja putri, terutama siswi sekolah menengah
atas.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi siswi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
agar dapat mensyukuri pertumbuhan dan penampilan fisiknya serta menyesuaikan
tingkat konformitas yang tepat terhadap lingkungan, agar tidak terjerumus dalam
perilaku konsumtif.
2. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan dalam membentuk pola pikir anak untuk membeli barang-barang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dibutuhkan daripada yang diinginkan dalam upaya mencegah perilaku konsumtif
dan tidak membiasakan membelikan barang atau hal yang diinginkan anak.
3. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengontrol dan
memberikan intervensi atau pencegahan peningkatan perilaku konsumtif di
kalangan remaja, khususnya siswi sekolah menengah atas.
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
dalam penelitian lain yang relevan dan berkaitan dengan body image,
konformitas, dan/atau perilaku konsumtif pada remaja putri, terutama siswi
sekolah menengah atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perilaku Konsumtif
1. Pengertian Perilaku Konsumtif
Tambunan (2001) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai keinginan
untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara
berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Menurut Zebua dan
Nurdjayadi (2001), perilaku konsumtif menggambarkan suatu tindakan yang
tidak rasional dan bersifat kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan
pemborosan dan inefisiensi biaya. Individu dengan tindakan tidak rasional dan
kompulsif selalu merasa belum lengkap dan mencari kepuasan dengan
membeli barang-barang yang baru.
Mengacu pada pendapat dari Engel, dkk. (2008) yang menyatakan
bahwa gaya hidup merupakan suatu refleksi dari aktivitas, minat, dan opini
individu, maka perilaku konsumtif sering dikaitkan dengan gaya hidup
individu. Dapat dikatakan individu dengan gaya hidup yang menghabiskan
banyak waktu dan uang untuk hal-hal tidak berguna, berlebihan, atau tidak
sesuai dengan kebutuhan, dapat dikategorikan sebagai perilaku konsumtif.
Fransisca dan Suyasa (2005) memberi pengertian perilaku konsumtif
sebagai tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi
untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga
menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Anggasari (dalam Fransisca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dan Suyasa, 2005) berpendapat perilaku konsumtif adalah tindakan membeli
dan mengkonsumsi barang yang tidak bermanfaat secara berlebihan untuk
memenuhi keinginannya.
Pada umumnya, manusia akan memenuhi kebutuhan primer sebelum
memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginannya. Maslow (dalam Sobur,
2003) menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis
seperti makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Ia akan menahan kebutuhan
dan keinginan lain, sebelum kebutuhan primer terpenuhi. Tetapi, individu
dengan perilaku konsumtif dapat menekan kebutuhannya hanya sekedar untuk
memenuhi hasrat dan keinginannya semata.
Pembelian barang individu tidak lagi dilihat dari nilai pakainya yaitu
untuk mencukupi kebutuhan tetapi digunakan untuk memenuhi keinginannya.
Individu tidak lagi mengenali kebutuhan sesungguhnya, namun justru selalu
tergoda untuk memuaskan keinginan sesaatnya.
Remaja yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-
kanak dengan suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju
masa dewasa yang bebas, mandiri dan matang (Santrock, 2003). Termasuk
bagaimana remaja terutama remaja putri berusaha menampilkan diri secara
fisik, hal ini agar sesuai dengan komunitas mereka. Atau bisa juga dengan
pengaruh iklan, karena akan timbul keinginan untuk berbelanja seperti halnya
iklan yang ditayangkan di televisi. Keinginan ini mendorong remaja untuk
cenderung berperilaku konsumtif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa perilaku konsumtif merupakan tindakan individu untuk membeli atau
mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang bukan merupakan
prioritas kebutuhannya dan tanpa pertimbangan yang rasional, demi kepuasan
fisik dan dorongan untuk memuaskan hasrat kesenangan.
2. Karakteristik-karakteristik Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005) terdapat
delapan karakteristik perilaku konsumtif. Seperti halnya aspek, karakteristik
dapat dijadikan sebagai dasar perumusan indikator perilaku yang operasional
(Azwar, 2009). Karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif tersebut, yaitu:
a. Membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik.
Pembelian tidak lagi melihat manfaatnya akan tetapi tujuannya hanya
untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan.
b. Membeli karena kemasan produk menarik.
Individu tertarik untuk membeli suatu produk karena kemasannya yang
berbeda dari yang lain. Kemasan produk yang menarik dan unik dapat
membuat individu tertarik untuk membeli produk tersebut.
c. Membeli karena ingin menjaga penampilan diri dan gengsi.
Gengsi membuat individu lebih membeli produk yang dianggap dapat
menjaga penampilan diri, dibandingkan membeli barang lain yang lebih
dibutuhkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d. Membeli karena program potongan harga.
Pembelian suatu produk bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya, akan
tetapi produk dibeli karena harga yang ditawarkan menarik.
e. Membeli produk demi menjaga status sosial.
Individu menganggap produk yang digunakan adalah suatu simbol dari
status sosialnya.
f. Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk.
Individu membeli produk karena tertarik untuk bisa mirip seperti model
iklan tersebut, ataupun karena model yang diiklankan adalah seorang idola
dari pembeli.
g. Penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan
rasa percaya diri yang tinggi.
Individu membeli produk bukan berdasarkan kebutuhan tetapi karena
memiliki harga yang mahal sehingga dapat menambah kepercayaan
dirinya.
h. Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda.
Membeli produk sejenis dengan merek berbeda akan menimbulkan
pemborosan karena sebenarnya individu sudah cukup dengan memiliki
satu produk saja.
Konsumtif menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang
secara berlebihan yang sebenarnya kurang diperlukan untuk mencapai
kepuasan yang maksimal. Berdasarkan definisi tersebut, maka Tambunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(2001) mengemukakan bahwa terdapat dua aspek mendasar dalam perilaku
konsumtif, yaitu:
1. Adanya suatu keinginan mengkonsumsi secara berlebihan.
Hal ini akan menimbulkan pemborosan dan bahkan inefisiensi biaya,
apalagi bagi remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri.
a. Pemborosan
Perilaku konsumtif yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai
produknya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan
pokok. Perilaku ini hanya berdasarkan pada keinginan untuk
mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan
secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
b. Inefisiensi biaya
Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja yang biasanya
mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis,
dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya sehingga
menimbulkan inefisiensi biaya.
2. Perilaku tersebut dilakukan bertujuan untuk mencapai kepuasan semata.
Kebutuhan yang dipenuhi bukan merupakan kebutuhan yang utama
melainkan kebutuhan yang dipenuhi hanya sekedar mengikuti arus mode,
ingin mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial tanpa
memperdulikan apakah memang dibutuhkan atau tidak. Padahal hal ini
justru akan menimbulkan kecemasan. Rasa cemas di sini timbul karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
merasa harus tetap mengikuti perkembangan dan tidak ingin dibilang
ketinggalan mode.
a. Mengikuti mode
Pada kalangan remaja yang memiliki orang tua dengan kelas ekonomi
yang cukup berada, terutama di kota-kota besar, pusat-pusat
perbelanjaan seperti mall sudah menjadi rumah kedua. Mereka ingin
menunjukkan bahwa mereka juga dapat mengikuti mode yang sedang
beredar. Padahal mode itu sendiri selalu berubah sehingga para remaja
tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
b. Memperoleh pengakuan sosial
Perilaku konsumtif pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila
melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri.
Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha
menjadi bagian dari lingkungan itu. Kebutuhan untuk diterima dan
menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu menyebabkan remaja
berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trend.
Berdasarkan karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif yang
dikemukakan Sumartono (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005) yang bersifat
penjelasan terhadap tindakan individu yang melakukan pembelian karena
keinginan dan bukan karena kebutuhan, peneliti menggunakan karakteristik-
karakteristik dari Sumartono untuk pengukuran skala perilaku konsumtif dalam
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif dari Sumartono (dalam
Fransisca dan Suyasa, 2005) yang digunakan sebagai landasan dalam
penyusunan skala perilaku konsumtif dalam penelitian ini, meliputi: a.
membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik, b. membeli karena
kemasan produk menarik, c. membeli untuk menjaga penampilan diri dan
gengsi, d. membeli karena potongan harga, e. membeli demi menjaga status
sosial, f. memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk,
g. penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan
rasa percaya diri yang tinggi, serta h. membeli lebih dari dua produk sejenis
dengan merek berbeda.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Menurut Kotler (2000), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku membeli yang memiliki andil dalam pembentukan perilaku konsumtif
ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut terdiri
dari beberapa sub-faktor, antara lain:
a. Faktor Internal
Faktor internal terdiri dari dua faktor yaitu faktor pribadi dan faktor
psikologis. Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Faktor pribadi
Keputusan untuk membeli sangat dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a) Usia
Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang
hidupnya. Remaja yang berada pada usia yang rentan dalam
mencari identitas diri, dapat lebih mudah berperilaku konsumtif.
Remaja biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan
teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan
uangnya (Tambunan, 2001).
b) Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan oleh individu sangat mempengaruhi gaya
hidup dan merupakan basis penting untuk menyampaikan prestise,
kehormatan, dan respek (Engel, dkk., 2008). Individu dengan
pekerjaan yang berbeda akan mempunyai kebutuhan yang berbeda
pula. Hal ini dapat menyebabkan individu berperilaku konsumtif
untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
c) Keadaan ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi.
Penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, dan kemampuan
untuk meminjam dapat mempengaruhi perilaku konsumsi individu
(Kotler dan Keller, 2008). Orang dengan tingkat ekonomi yang
tinggi akan cenderung lebih sering membelanjakan uangnya untuk
membeli barang-barang, sedangkan orang dengan tingkat ekonomi
rendah akan cenderung lebih hemat.
d) Gaya hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kotler (2000) menyatakan bahwa gaya hidup adalah pola hidup
individu di dunia yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan
pendapat. Robbins (dalam Santoso, 2006) berpendapat bahwa
kebiasaan melakukan pembelian telah bertransformasi dan produksi
barang-barang mewah meningkat sehingga dianggap menjadi
sebuah kebutuhan oleh masyarakat. Hal tersebut dapat
meningkatkan gaya hidup konsumtif pada masyarakat.
e) Kepribadian
Kepribadian merupakan sesuatu yang unik atau khas pada diri
setiap orang (Sobur, 2003). Kepribadian dapat menentukan pola
hidup individu, demikian pula perilaku konsumtif pada individu
dapat dilihat dari tipe kepribadiannya.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain:
a) Motivasi
Sobur (2003) berpendapat bahwa motivasi berarti membangkitkan
motif, meningkatkan daya gerak, atau menggerakkan individu
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau
tujuan. Motivasi yang tinggi untuk membeli suatu produk akan
membuat individu cenderung membeli barang tanpa berpikir secara
matang apakah mereka memang membutuhkan barang tersebut
atau hanya menginginkannya untuk kepuasan.
b) Persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Persepsi merupakan proses bagaimana individu menyeleksi,
mengatur, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti (Kotler, 2000).
Banyaknya stimuli-stimuli fisik dan lingkungan sekitar yang
berkaitan dengan barang, dapat mempengaruhi persepsi individu
untuk membeli barang tersebut.
c) Pengetahuan
Sebagian besar perilaku manusia dipelajari. Pengetahuan
menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal
dari pengalaman (Kotler dan Keller, 2008). Individu akan
cenderung kembali membeli suatu barang, jika sudah pernah
membeli barang yang sama dan merasa puas akan kualitas barang
tersebut. Hal tersebut dapat membuat individu untuk terus membeli
sehingga menjadi konsumtif.
d) Kepercayaan dan sikap pendirian
Melalui bertindak dan belajar, individu akan memperoleh
kepercayaan dan pendirian (Kotler, 2000). Kepercayaan pada
penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil,
dapat mengakibatkan timbulnya perilaku konsumtif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor budaya dan faktor
sosial. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumtif,
antara lain:
1) Faktor budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling besar dalam
pembentukan perilaku konsumtif individu. Faktor-faktor tersebut,
antara lain:
a) Kebudayaan
Menurut Santrock (2003), budaya didefinisikan sebagai tingkah
laku, pola-pola, keyakinan, dan semua produk dari kelompok
manusia tertentu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Budaya
merupakan determinan paling fundamental dari keinginan dan
perilaku individu (Kotler, 2000). Jika individu tumbuh pada
kebudayaan dimana sebagian besar masyarakatnya berperilaku
konsumtif, maka dapat terbentuk perilaku konsumtif pada individu
tersebut.
b) Kelas sosial
Menurut Mangkunegara (2005), pada dasarnya kelas sosial
masyarakat dapat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu
golongan atas, golongan menengah, dan golongan bawah. Dalam
hubungannya dengan perilaku konsumtif, kelas sosial dapat
dikategorikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli
barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang
berkualitas dan lengkap (supermarket atau mall), konservatif
dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung
untuk dapat menjadi warisan bagi keluarganya.
2) Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang
untuk menampakkan kekayaannya, membeli barang dengan
jumlah banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka
berkeinginan membeli barang yang mahal dengan sistem
kredit, misalnya membeli kendaraan, rumah mewah, dan
perabot rumah tangga.
3) Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli dengan
mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya
mereka membeli barang-barang yang diobral atau penjualan
dengan harga promosi.
2) Faktor sosial
Perilaku konsumtif juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
a) Kelompok acuan
Solomon (2007) mendefinisikan kelompok acuan sebagai individu
atau sekelompok orang yang dianggap memiliki relevansi yang
signifikan pada individu dalam hal mengevaluasi, memberikan
aspirasi, atau dalam berperilaku. Kelompok acuan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
mempengaruhi dan konsep diri individu karena biasanya individu
berhasrat untuk sesuai dengan kelompok tersebut. Individu yang
berada dalam kelompok acuan yang konsumtif, dapat terpengaruh
menjadi berperilaku konsumtif agar dapat diterima oleh kelompok
acuannya.
b) Keluarga
Prasetijo dan Ihalauw (2005) menjelaskan bahwa keluarga sangat
menentukan perilaku, termasuk dalam pemilihan produk dan
aktivitas pembelian individu. Dari keluargalah, individu belajar dan
bersosialisasi untuk menjadi konsumen. Orang tua yang konsumtif,
secara langsung maupun tidak langsung dapat mendidik anaknya
untuk berperilaku konsumtif.
c) Peran dan status
Suatu peran terdiri dari kegiatan-kegiatan yang diharapkan
dilakukan oleh individu, dan kemudian peran tersebut membawa
suatu status (Kotler, 2000). Orang-orang memilih produk yang
mengkomunikasikan peran dan status mereka dalam masyarakat.
Menurut Engel, dkk. (2008), perilaku konsumen merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dengan perilaku konsumtif. Oleh karena itu, faktor-
faktor perilaku konsumen juga berkaitan dengan faktor-faktor perilaku
konsumen. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, serta proses
psikologis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian
konsumtif, antara lain:
1) Budaya
Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain
yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi,
melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat
(Engel, dkk., 2008). Budaya dapat mempengaruhi penggerak yang
memotivasi individu untuk mengambil tindakan lebih jauh termasuk
berperilaku konsumtif.
2) Kelas sosial
Kelas sosial merupakan pembagian di dalam masyarakat yang terdiri
dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang
sama. Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama
dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam
pasar (Engel, dkk., 2008). Pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan yang
menentukan kelas sosial dapat mempengaruhi berapa banyak yang
harus dibelanjakan oleh individu, tidak hanya untuk kebutuhan
melainkan juga untuk mendapatkan kehormatan.
3) Pengaruh pribadi
Sebagai konsumen, perilaku individu kerap dipengaruhi oleh individu
atau kelompok lain yang berhubungan erat dengannya (Engel, dkk.,
2008). Individu berusaha merespons tekanan dari lingkungan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diharapkan.
Pengaruh pribadi merupakan subjek penting dalam menentukan
perilaku konsumtif individu.
4) Keluarga
Menurut Kotler dan Keller (2008), keluarga merupakan organisasi
pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para
anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling
berpengaruh. Dapat dibedakan dua jenis keluarga dalam kehidupan
konsumen, yaitu keluarga orientasi dan keluarga prokreasi. Keluarga
orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Keluarga
prokreasi terdiri dari pasangan dan anak. Perilaku konsumtif individu
kerap disebabkan oleh pengaruh didikan dari keluarga.
5) Situasi
Perilaku berubah ketika situasi berubah. Pengaruh situasi dapat
dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus
untuk waktu dan tempat yang spesifik yang lepas dari karakteristik
konsumen dan karakteristik objek (Engel, dkk., 2008). Situasi yang
dapat berpengaruh pada perilaku konsumtif dapat dibagi menjadi tiga
jenis utama yaitu situasi komunikasi, situasi pembelian, dan situasi
pemakaian.
1. Situasi komunikasi, didefinisikan sebagai latar dimana individu
dihadapkan pada komunikasi pribadi atau non-pribadi. Komunikasi
pribadi mencakup percakapan yang mungkin dilakukan individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
saat pembelian, seperti wiraniaga atau sesama konsumen.
Komunikasi non-pribadi mencakup iklan dan program serta
publikasi yang berorientasi konsumen.
2. Situasi pembelian, mengacu pada latar ketika individu melakukan
pembelian produk atau jasa. Pengaruh situasi sangat lazim terjadi
selama pembelian.
3. Situasi pemakaian, mengacu pada latar dimana konsumsi terjadi.
Lingkungan sosial saat produk dipakai atau digunakan dan waktu
dimana pemakaian terjadi dapat pula mempengaruhi perilaku
konsumtif.
b. Faktor Perbedaan Individu
Faktor perbedaan individu dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Sumber daya konsumen
Kuantitas sumber daya ekonomi yang dimiliki individu dapat
mempengaruhi perilaku konsumtifnya (Engel, dkk., 2008). Semakin
tinggi sumber daya ekonomi yang dimiliki, dapat semakin
meningkatkan perilaku konsumtif individu.
2. Motivasi dan keterlibatan
Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan.
Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang
memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan.
Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan
atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi spesifik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
(Engel, dkk., 2008). Keterlibatan adalah faktor penting dalam mengerti
motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari
dalam tindakan pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada
motivasi untuk memperoleh dan mengolah informasi sehingga
kemungkinan untuk timbulnya perilaku konsumtif semakin tinggi.
3. Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam
ingatan. Informasi yang dipegang oleh individu mengenai produk akan
sangat mempengaruhi pola pembeliannya (Engel, dkk., 2008).
Semakin banyak dan baik informasi yang didapat individu tentang
suatu produk, maka individu akan semakin percaya pada produk
tersebut dan mempengaruhi perilaku konsumtifnya.
4. Sikap
Engel, dkk. (2008) mengemukakan bahwa sikap pada umumnya
memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Dalam
memutuskan produk apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan
menjadi langganan, individu akan memilih produk dan toko yang
dievaluasi paling menguntungkan baginya.
5. Kepribadian, gaya hidup, dan demografi
Kepribadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap
stimulus lingkungan. Kepribadian merupakan perluasan fokus untuk
mencakupi gaya hidup yaitu pola yang digunakan orang untuk hidup
dan menghabiskan waktu serta uang. Sasaran bidang demografi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dapat mempengaruhi perilaku konsumtif antara lain usia, pendapatan,
dan pendidikan (Engel, dkk., 2008).
c. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif
yaitu pengolahan informasi, pembelajaran, serta perubahan sikap dan
perilaku. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi
perilaku konsumtif. Pengolahan informasi menyampaikan cara-cara
dimana informasi ditransformasikan, dikurangi, dirinci, disimpan,
didapatkan kembali, dan digunakan. Informasi yang didapatkan tersebut
merupakan proses belajar individu. Kemudian, pembelajaran merupakan
proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan,
sikap, dan perilaku individu (Engel, dkk., 2008). Oleh karena itu, ketiga
faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya perilaku konsumtif.
Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif, yaitu usia,
keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, motivasi, pengetahuan,
kebudayaan, kelas sosial, keluarga, dan kelompok acuan.
B. Body Image
1. Pengertian Body Image
Schilder (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002) mendefinisikan body image
sebagai gambaran individu mengenai tubuhnya yang terbentuk dari pikiran
individu itu sendiri. Body image merupakan suatu pengalaman individual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
seseorang tentang tubuhnya. Rosen (dalam Sukamto, 2006) mengemukakan
bahwa body image individu dapat berubah walaupun penampilan fisiknya tidak
berubah.
Menurut Thompson (2000), body image adalah evaluasi terhadap
ukuran tubuh seseorang, berat ataupun aspek tubuh lainnya yang mengarah
pada penampilan fisik. Lebih lanjut, Slade (dalam Sousa, 2008)
mengemukakan bahwa body image merupakan gambaran seluruh tubuh yang
terbentuk dari ilustrasi mental yang berhubungan dengan dimensi emosi
individu mengenai ukuran, citra, dan bentuk tubuhnya.
Rice (dalam Sukamto, 2006) mengemukakan bahwa body image adalah
gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensasi,
kesadaran dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya. Body image yang sehat
atau positif ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh
dan perasaan, serta relasi dengan tubuh yang positif dan percaya diri.
Body image merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat
subjektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak bergantung pada penampilan
fisik individu. Individu yang telah berhasil menurunkan berat badannya atau
menjadi lebih cantik mungkin saja masih memiliki body image negatif. Hal
tersebut menurut Brehm (dalam Sukamto, 2006) disebabkan oleh adanya
kesenjangan yang besar antara standar kecantikan yang berlaku dengan bentuk
tubuh perempuan yang senyatanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Freedman (dalam Sukamto, 2006) menambahkan bahwa tinggi
rendahnya ketidakpuasan terhadap body image ditentukan oleh seberapa
besarnya kesesuaian antara tubuh yang senyatanya dengan norma kecantikan
yang berlaku di lingkungan sosialnya. Jika terdapat kesenjangan yang besar
antara tubuh yang ideal dengan tubuh senyatanya, maka mayoritas perempuan
akan memandang diri mereka sendiri sebagai orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri dan merasa dituntut untuk membentuk diri mereka agar
sesuai dengan bentuk tubuh yang ideal (Sukamto, 2006).
Menurut Santrock (2003), salah satu aspek psikologis dari perubahan
fisik di masa pubertas yaitu remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka
dan membangun image-nya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka
tampak. Sesuai dengan pendapat Hamburg dan Wright (dalam Santrock, 2003)
yang menyatakan bahwa perhatian yang berlebihan terhadap body image,
menjadi amat kuat pada masa remaja, terutama amat mencolok selama
pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan
dengan masa akhir remaja.
Lebih lanjut, Gross (dalam Santrock, 2003) berpendapat perbedaan
gender menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Pada umumnya,
remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki tingkat
body image negatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putra. Hal
tersebut diperkuat dengan penelitian Siegel, dkk. (dalam Sukamto, 2006) yang
menemukan bahwa remaja putri lebih depresif terhadap body image daripada
remaja putra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan
tubuhnya karena massa lemak tubuh yang meningkat, sedangkan remaja putra
menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas karena massa otot yang
meningkat. Menurut Gideon (dalam Suprapto dan Aditomo, 2007), remaja
dengan body image negatif menganggap dirinya tidak menarik. Remaja merasa
tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat, merasa tidak berharga, dan
merasa tidak menerima penerimaan positif dari dirinya serta orang lain.
Berdasarkan beberapa pengertian body image di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa body image merupakan gambaran mental, perasaan, dan
persepsi individu yang berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat
tubuh yang mengarah pada kepuasan penampilan fisiknya.
2. Aspek-aspek Body Image
Cash dan Pruzinsky (2002) mengemukakan bahwa terdapat lima aspek
pada body image, yaitu:
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)
Mengukur perasaan individu mengenai penampilannya, apakah merasa
menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan, yang
secara intrinsik terkait pada kebahagiaan atau kenyamanan individu
terhadap evaluasi keseluruhan penampilannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)
Merupakan tingkat perhatian individu terhadap penampilan dirinya serta
usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan
dirinya.
c. Body Area Satisfaction (Kepuasan Area Tubuh)
Merupakan cara individu untuk mengukur tingkat kepuasan terhadap
bagian tubuh secara spesifik seperti wajah, rambut, tubuh bagian atas
(bahu, dada, lengan), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian
bawah (pantat, pinggul, paha, betis) dan penampilan tubuh secara
keseluruhan.
d. Overweight Occupation (Kecemasan akan Kegemukan)
Menggambarkan kecemasan individu terhadap kegemukan dan
kewaspadaannya terhadap berat badan yang dapat dilihat melalui perilaku
individu dalam aktivitas sehari-hari seperti kecenderungan melakukan diet
untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
e. Self Classified Weight (Pengkategorian Ukuran Tubuh)
Mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya,
dari sangat kurus sampai sangat gemuk.
Dalam penelitian ini, aspek-aspek body image menurut Cash dan
Pruzinsky (2002) digunakan dalam penyusunan skala body image. Aspek-
aspek body image tersebut yaitu appearance evaluation (evaluasi penampilan),
appearance orientation (orientasi penampilan), body area satisfaction
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
(kepuasan area tubuh), overweight occupation (kecemasan akan kegemukan),
dan self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Body Image
Cash dan Pruzinsky (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor
yang dapat mempengaruhi pembentukan body image, yaitu:
a. Media Massa
Isi tayangan media sangat mempengaruhi perkembangan body image
remaja putri (Cash dan Pruzinsky, 2002). Media sering menggambarkan
standar kecantikan wanita yang memiliki tubuh yang ideal dengan wanita
yang bertubuh kurus dan tinggi. Hal ini membuat banyak remaja putri
semakin tersugesti bahwa tubuh yang kurus adalah tubuh yang ideal dan
sehat. Pada umumnya, remaja putri sangat tertarik pada majalah-majalah
fashion dan iklan yang selalu menyajikan gambar model yang bertubuh
tinggi, kurus, dan berkulit mulus (Levin dan Smolak, dalam Cash dan
Pruzinsky, 2002). Figur model yang ideal tersebut banyak menyebabkan
remaja putri semakin tidak puas dengan penampilan fisiknya, terutama
pada remaja yang telah memiliki body image negatif sebelumnya.
b. Keluarga
Body image remaja putri memiliki hubungan dengan sikap dan perilaku
yang berkaitan dengan body image orang tuanya. Orang tua dengan body
image yang positif dapat membentuk body image yang positif pula pada
anak remajanya. Ejekan atau komentar yang negatif dari anggota keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengenai tubuh remaja dapat membentuk body image yang negatif pada
remaja (Cash dan Pruzinsky, 2002).
c. Hubungan Interpersonal
Remaja cenderung membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Umpan
balik yang diterima dari orang lain, dapat pula mempengaruhi konsep diri
remaja, termasuk bagaimana perasaan diri terhadap penampilan fisiknya.
Hal ini sering membuat remaja cemas terhadap penampilannya dan gugup
ketika orang lain seperti teman sebayanya memberikan komentar tentang
penampilan fisiknya. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang kuat
komentar negatif teman sebaya dengan ketidakpuasan remaja terhadap
tubuhnya dan terbentuk body image negatif (Cash dan Pruzinsky, 2002).
Thompson (2000) mengemukakan pula bahwa terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi body image, yaitu:
a. Jenis Kelamin
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa ketidakpuasan terhadap
tubuh lebih banyak dialami oleh remaja putri daripada remaja putra
(Thompson, 2000). Pada umumnya, remaja putri lebih kurang puas dengan
keadaan fisiknya dan memiliki tingkat body image negatif yang lebih
tinggi dibandingkan remaja putra selama masa pubertas. Hal tersebut
disebabkan oleh peningkatan massa lemak remaja putri yang membuat
tubuhnya semakin jauh dari bentuk ideal, sedangkan remaja putra merasa
puas karena mengalami peningkatan massa otot (Santrock, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
b. Media Massa
Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan body
image individu. Mayoritas media massa menampilkan model yang
berpenampilan menarik, yang secara tidak langsung mempersuasi kaum
perempuan untuk meniru penampilan mereka. Akibatnya, semakin banyak
perempuan yang ingin mengubah penampilan fisiknya agar sesuai dengan
penampilan fisik ideal yang dibentuk media massa (Thompson, 2000).
c. Perbandingan Sosial
Proses perbandingan sosial dapat mempengaruhi kepuasan remaja
terhadap tubuhnya, yang pada akhirnya membentuk body image remaja
(Thompson, 2000). Remaja putri akan cenderung membandingkan
penampilan fisiknya dengan model atau teman sebaya yang penampilan
fisiknya lebih menarik sehingga dianggap memiliki tubuh yang lebih ideal
daripada mereka.
Berdasarkan uraian para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi body image individu, yaitu media
massa, keluarga, perbandingan sosial, dan jenis kelamin.
C. Konformitas
1. Pengertian Konformitas
Menurut Sears, dkk. (2006), konformitas merupakan istilah untuk
menggambarkan keadaan dimana individu menampilkan suatu tindakan karena
orang lain juga melakukannya. Konformitas bersifat adaptif karena individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perlu menyesuaikan diri terhadap orang lain dan tindakan orang lain bisa
memberikan informasi mengenai cara yang paling baik untuk bertindak dalam
keadaan tertentu.
Sarwono dan Meinarno (2009) mengemukakan bahwa melakukan
tindakan yang sesuai dengan norma sosial dapat disebut sebagai konformitas.
Norma sosial dapat berupa injunctive norms, yaitu hal apa yang seharusnya kita
lakukan dan descriptive norms, yaitu apa yang kebanyakan orang lakukan.
Dengan mengikuti norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, individu
dapat mengkomunikasikan perasaan dengan jelas dan menghindari
kesalahpahaman yang tidak menyenangkan atau memalukan.
Myers (2002) mendefinisikan konformitas sebagai perubahan perilaku
atau keyakinan individu karena tekanan kelompok baik yang nyata ataupun
yang dibayangkan individu. Pengertian tersebut didukung pula oleh Matsumoto
(2004) yang menjelaskan konformitas mengacu pada sikap mengalah individu
pada tekanan sosial, baik yang nyata maupun yang dibayangkan individu itu
sendiri. Indria dan Nindyati (2007) mengemukakan konformitas sebagai
kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilaku atau
pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau
pandangan kelompoknya.
Kiesler dan Kiesler (dalam Rakhmat, 2009) mendefinisikan
konformitas sebagai perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok. Tekanan yang ada dalam norma
sosial sesungguhnya memiliki pengaruh yang besar. Hal tersebut sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yang dikemukakan Baron, dkk. (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) bahwa
tekanan-tekanan untuk melakukan konformitas sangat kuat, sehingga usaha
untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai
personal individu.
Hurlock (2006) mengemukakan bahwa pada masa remaja, kelompok
teman sebaya sangat mempengaruhi pola kepribadian remaja karena remaja
lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya
sebagai kelompok. Kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi kepribadian
remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari
anggapan kelompok teman sebaya tentang dirinya. Kedua, remaja berada
dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui
kelompok. Pengaruh kelompok terhadap sikap, pembicaraan, minat,
penampilan, dan perilaku lebih besar dari pengaruh keluarga.
Banyak kelompok yang mempengaruhi perilaku remaja. Kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pendirian
atau perilaku individu disebut sebagai kelompok acuan (Kotler, 2000).
Kelompok acuan menghubungkan individu dengan perilaku dan gaya hidup
baru. Prasetijo dan Ihalauw (2005) mengemukakan bahwa kelompok acuan
juga berpengaruh sepanjang proses pembelian, yang dimulai dari timbulnya
kebutuhan, mencari informasi tentang produk, menentukan alternatif-alternatif,
mengevaluasi tiap alternatif, menentukan, dan kemudian memutuskan
melakukan kegiatan pembelian, bahkan sesudah pembelian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa konformitas merupakan perubahan sikap dan perilaku
individu sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan
yang dibentuk kelompok baik nyata ataupun hanya dibayangkan oleh individu
sendiri, agar dapat diterima dalam kelompok dan sebagai bentuk interaksi di
dalam kelompok.
2. Aspek-aspek Konformitas
Menurut Myers (2002), terdapat dua aspek konformitas, yaitu:
a. Pengaruh Normatif
Pengaruh normatif merupakan penyesuaian diri individu berdasarkan
harapan dan keinginan orang lain untuk mendapatkan penerimaan (Myers,
2002). Individu berusaha untuk mengikuti standar norma yang berlaku
untuk memenuhi harapan orang lain. Apabila norma ini dilanggar maka
individu akan mengalami penolakan atau pengucilan oleh kelompok. Hal
tersebut senada dengan pendapat Baron dan Byrne (2005) yaitu individu
melakukan konformitas agar disukai oleh kelompok atau paling tidak
untuk menghindari penolakan dari kelompok.
b. Pengaruh Informasional
Pengaruh informasional merupakan penyesuaian diri individu dengan
menerima petunjuk, opini, atau informasi kelompok sebagai pedoman bagi
perilaku atau pendapat sendiri (Myers, 2002). Individu menerima asumsi
kelompok karena beranggapan bahwa kelompok lebih kaya informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dibandingkan dengan dirinya sendiri. Individu ingin merasa benar dan
memiliki persepsi yang tepat tentang norma sosial.
Konformitas sebuah kelompok acuan dapat mudah terlihat dengan
adanya karakteristik yang khas. Sears (2006) mengemukakan bahwa terdapat
dua aspek pembentuk konformitas, yaitu:
1) Pengaruh Informasi
Orang lain atau kelompok dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat bagi individu. Oleh karena itu, informasi yang dimiliki
individu dapat mempengaruhi konformitasnya. Menurut Sears (2006),
tingkat konformitas yang didasarkan pada informasi ditentukan oleh dua
aspek, yaitu:
a) Kepercayaan terhadap kelompok
Sears (2006) mengemukakan bahwa semakin besar kepercayaan
individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar,
maka akan semakin besar konformitas individu terhadap kelompok.
Demikian pula, bila kelompok memiliki informasi yang yang tidak
diketahui individu, konformitas akan meningkat.
b) Kepercayaan terhadap penilaian sendiri
Tingkat keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri dapat
mempengaruhi tingkat konformitasnya (Sears, 2006). Semakin
individu percaya terhadap keyakinannya, maka tingkat konformitasnya
akan menurun. Sebaliknya bila individu tidak yakin terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kemampuannya, maka kecenderungan untuk mengikuti penilaian
kelompok akan semakin tinggi.
2) Rasa Takut terhadap Celaan Sosial
Individu merasa takut terhadap penyimpangan karena takut akan sanksi
celaan sosial dari kelompok (Sears, 2006). Rasa takut akan dianggap
berbeda dalam situasi sosial, membuat individu menyesuaikan diri dengan
kelompoknya. Individu menginginkan agar kelompok menyukainya,
diperlakukan dengan baik, dan diterima. Individu menyesuaikan diri untuk
menghindari selisih paham dan tidak disukai oleh kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, aspek-aspek konformitas yang dikemukakan
oleh Myers (2002) dapat memrepresentasikan definisi konformitas secara
lengkap. Oleh karena itu, aspek-aspek konformitas dari Myers yaitu pengaruh
normatif dan pengaruh informasional, digunakan sebagai dasar penyusunan
skala konformitas dalam penelitian ini.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas
Menurut Rakhmat (2009), konformitas adalah produk interaksi antara
faktor-faktor situasional dan faktor-faktor personal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konformitas tersebut, yaitu:
a) Faktor-faktor Situasional
Faktor-faktor situasional yang menentukan konformitas adalah kejelasan
situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik
sumber pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Kejelasan situasi
Penelitian Sheriff (dalam Rakhmat, 2009) menyimpulkan bahwa
semakin tidak jelas dan makin tak berstruktur situasi yang dihadapi,
maka semakin besar kecenderungan individu untuk mengikuti
kelompok.
2) Konteks situasi
Individu akan melakukan konformitas pada kelompok, bila individu
tersebut sadar bahwa kelompok akan semakin menyukainya jika
individu sepakat dengan pendapat dan keyakinan kelompoknya.
3) Cara menyampaikan penilaian
Cara individu menyatakan penilaian dan perilakunya juga berkaitan
dengan konformitas. Umumnya, individu akan melakukan konformitas
bila ia harus menyatakan responsnya secara terbuka dibandingkan
dengan mengungkapkannya secara rahasia.
4) Karakteristik sumber pengaruh
Individu yang menyatakan pendapat atau keyakinan berpengaruh pula
pada konformitas. Bila yang menyatakan pendapat adalah orang yang
dihormati dalam kelompok, maka kecenderungan konformitas akan
semakin tinggi.
5) Ukuran kelompok
Semakin besar ukuran kelompok, berarti semakin banyak orang yang
berperilaku dengan cara-cara tertentu, sehingga semakin banyak orang
yang mengikutinya (Sarwono dan Meinarno, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
6) Tingkat kesepakatan kelompok
Pengaruh norma kelompok pada konformitas anggota-anggotanya
bergantung pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang
menyatakan penilaian. Semakin besar anggota yang setuju, maka
semakin tinggi tingkat konformitasnya.
b) Faktor-faktor Personal
Faktor-faktor personal yang erat kaitannya dengan konformitas antara lain
usia, jenis kelamin, stabilitas emosional, kecerdasan, motivasi, dan harga
diri.
1) Usia. Pada umumnya, semakin tinggi usia individu, maka ia akan
semakin mandiri, tidak bergantung pada orang lain, dan semakin
mengurangi kecenderungan konformitasnya,
2) Jenis kelamin. Wanita biasanya lebih cenderung melakukan
konformitas dibanding pria.
3) Stabilitas emosional. Individu yang emosinya kurang stabil, lebih
mudah mengikuti kelompok daripada individu yang emosinya stabil.
4) Kecerdasan. Kecerdasan berkolerasi negatif dengan konformitas
(Rakhmat, 2009). Semakin tinggi kecerdasan individu, maka
kecenderungan melakukan konformitas akan semakin rendah.
5) Motivasi. Menurut Rakhmat (2009), motivasi berprestasi, motivasi
aktualisasi diri, dan konsep diri yang positif dapat menghambat
konformitas. Makin tinggi hasrat berprestasi individu, akan diikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dengan meningkatnya kepercayaan diri, dan makin sukar untuk
dipengaruhi tekanan kelompok.
6) Harga diri. Individu dengan harga diri yang tinggi, umumnya memiliki
tingkat konformitas yang rendah.
Sears, dkk. (2007) mengemukakan pula bahwa konformitas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Kekompakan Kelompok.
Semakin besar rasa suka anggota yang satu dengan anggota yang lain, dan
semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan
kelompok, serta semakin besar kesetiaan mereka, akan makin
meningkatkan kekompakan kelompok. Kekompakan yang tinggi
menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Alasannya karena bila
individu merasa dekat dengan anggota kelompok lain, akan semakin
menyenangkan bagi kelompok untuk mengakui individu, dan semakin
menyakitkan bila anggota lain mencela karena individu tersebut tidak
mengikuti norma kelompok.
b. Kesepakatan Kelompok.
Individu yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulat
akan mendapat tekanan yang kuat untuk meyesuaikan pendapatnya.
Namun, bila kelompok tidak bersatu, akan tampak adanya penurunan
tingkat konformitas (Sears, dkk., 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c. Ukuran Kelompok.
Sears, dkk. (2006) menjelaskan bahwa ukuran besar kelompok dapat
mempengaruhi konformitas. Semakin besar kelompok, maka akan
semakin meningkatkan konformitas pada individu.
Baron dan Byrne (2005) menjelaskan tiga faktor yang mempengaruhi
konformitas sebagai berikut:
a. Kohesivitas Kelompok
Menurut Baron dan Byrne (2005), kohesivitas dapat didefinisikan sebagai
derajat ketertarikan yang dirasakan oleh individu terhadap suatu kelompok
sosial tertentu dan ingin menjadi bagian darinya. Semakin menarik suatu
kelompok bagi individu, maka akan semakin besar kemungkinan individu
untuk melakukan konformitas terhadap norma dan keyakinan kelompok
tersebut.
b. Ukuran Kelompok
Besar ukuran kelompok dapat mempengaruhi konformitas individu.
Semakin besar ukuran suatu kelompok, maka semakin besar pula
kecenderungan individu untuk mengikuti norma kelompok, meskipun
norma tersebut tidak sesuai dengan keyakinan individu (Baron dan Byrne,
2005).
c. Tipe Norma Sosial
Menurut Baron dan Byrne (2005), terdapat dua sifat norma sosial yaitu
norma deskriptif atau himbauan (decriptive norms) dan norma injungtif
atau perintah (injunctive norms). Norma deskriptif adalah norma yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
hanya mendeskripsikan apa yang sebagian besar orang lakukan pada
situasi tertentu. Norma injungtif adalah norma yang menetapkan apa yang
harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima dan tidak diterima dalam
situasi tertentu. Individu akan lebih patuh apabila suatu norma relevan dan
signifikan untuk individu tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi konformitas individu, meliputi usia, jenis
kelamin, kecerdasan, motivasi, harga diri, kejelasan situasi, cara
menyampaikan penilaian, karakteristik sumber pengaruh, ukuran kelompok,
kesepakatan kelompok, kekompakan kelompok, kohesivitas kelompok, dan
tipe norma sosial.
D. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan
Perilaku Konsumtif
1. Hubungan antara Body Image dan Konformitas dengan Perilaku
Konsumtif
Masa remaja dipandang sebagai periode perkembangan yang
menentukan, karena di dalamnya terdapat proses transisi dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja memasuki proses pencarian
identitas diri atau jati diri. Dalam rangka memperoleh jati diri, remaja berusaha
membentuk citra atau image tentang dirinya (Santrock, 2006). Keinginan untuk
memenuhi tuntutan tersebut diduga mendorong remaja untuk berperilaku
konsumtif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Istilah konsumtif biasanya digunakan untuk menjelaskan keinginan
untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara
berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal (Tambunan, 2001). Senada
dengan pendapat Anggasari (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005) yang
mengemukakan bahwa perilaku konsumtif adalah tindakan membeli dan
mengkonsumsi barang yang tidak bermanfaat secara berlebihan untuk
memenuhi keinginannya.
Menurut Splores (dalam Fransisca dan Suyasa, 2005), terdapat empat
gaya belanja yang dapat digolongkan sebagai karakteristik perilaku konsumtif
yaitu konsumen menyukai barang bermerek, konsumen menyukai produk baru
dan mengikuti mode, berbelanja dianggap sebagai rekreasi, serta konsumen
suka berbelanja secara impulsif atau mendadak.
Ketertarikan dengan mode serta kenyamanan yang didapatkan ketika
berbelanja, dapat menyebabkan timbulnya kecenderungan membeli sesuatu
yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan (Lamd, dkk., dalam Fransisca
dan Suyasa, 2005). Jika pembelian barang tidak sesuai dengan kebutuhan dan
berlebihan maka dapat membuat seserang menjadi konsumtif.
Perilaku konsumtif mempunyai dampak yang negatif seperti
menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya (Fransisca dan Suyasa, 2005).
Secara psikologis, perilaku konsumtif juga dapat menyebabkan individu
mengalami kecemasan dan rasa tidak aman (Zebua dan Nurdjayadi, 2001).
Pada umumnya, perilaku konsumtif sering dilakukan oleh kaum muda
terutama remaja putri. Remaja biasanya cenderung melakukan pembelian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
terus-menerus pada produk yang ditawarkan karena mereka selalu merasa tidak
puas dengan produk yang telah dimilikinya (Richins, dalam Djudiyah dan
Hadipranata, 2002). Hal tersebut dilakukan remaja untuk meningkatkan
penampilan demi kepuasan pribadi dan untuk menarik perhatian orang lain.
Termasuk di dalamnya bagaimana remaja mencoba menampilkan diri
secara fisik. Hal tersebut membuat remaja lebih sensitif terhadap gambaran dan
penampilan fisik seperti tubuh yang tidak langsing, pendek, jerawat, dan
sebagainya. Ketidakpuasan remaja pada tubuhnya akhirnya mendorong mereka
melakukan berbagai upaya agar tampilan fisiknya sesuai dengan body image
yang dianggap ideal.
Menurut Krueger (dalam Cash dan Pruzinsky, 2002), body image
merupakan gambaran, fantasi, serta pengertian individu tentang bentuk, bagian,
dan fungsi tubuh. Body image merupakan bagian dari citra diri (self-image) dan
dasar dari reprentasi diri (self-representation). Remaja yang mengalami
perubahan fisik yang pesat akan memiliki minat yang tinggi terhadap body
image mereka, terutama remaja putri.
Penelitian Levine dan Smolak yang dikutip oleh Cash dan Pruzinsky
(2002) menemukan bahwa remaja putri lebih banyak mengalami kecemasan
akan body image dibandingkan remaja putra. Hal ini dapat disebabkan oleh
pertambahan massa lemak pada tubuh remaja putri saat pubertas sedangkan
remaja putra mengalami pertambahan massa otot. Akibatnya, remaja putra
merasa lebih puas terhadap tubuhnya dibandingkan remaja putri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Remaja putri mulai mengerti betapa pentingnya penampilan untuk
memperoleh pengakuan sosial, sehingga mereka sering menyalahkan
penampilan sebagai penyebab kurang sesuainya dukungan yang mereka
peroleh dengan apa yang mereka harapkan (Santrock, 2006). Hal ini
disebabkan karena anggapan remaja putri bahwa mereka cenderung dinilai
berdasarkan bagaimana penampilannya bukan siapa dia sebenarnya. Hal ini
membuat remaja putri sangat mementingkan penampilannya dan merasa tidak
puas terhadap tubuhnya bila tubuhnya tidak sesuai dengan standar kecantikan
yang mereka persepsikan (Suprapto dan Aditomo, 2007).
Dalam suatu perbandingan sosial dengan orang lain khususnya teman
sebaya, remaja putri seringkali mempersepsikan dirinya kurang menarik dari
segi fisik (Prakoso, dalam Suprapto dan Aditomo, 2007). Penampilan yang
menarik akan membawa remaja putri pada penilaian yang baik tentang
karakteristik pribadinya dan akan membantu proses penerimaan sosial. Salah
satu cara untuk mendapatkan penerimaan sosial dari kelompok teman
sebayanya, maka remaja putri akan melakukan konformitas.
Morgan, dkk. (dalam Indria dan Nindyati, 2007) mengemukakan bahwa
konformitas adalah kecenderungan individu untuk mengubah pandangan atau
perilaku agar lebih sesuai dengan norma sosial. Davidoff (dalam Suharsono
dan Haryono, 2009) mendefinisikan pula konformitas sebagai perubahan
perilaku dan atau sikap sebagai akibat dari adanya tekanan baik dalam bentuk
nyata maupun tidak nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Konformitas terjadi karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan sosial.
Pada dasarnya, individu melakukan konformitas karena dua alasan. Pertama,
perilaku orang lain memberikan informasi bermanfaat untuk dirinya. Kedua,
individu ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan (Sears, dkk.,
2006). Konformitas dilakukan oleh individu dari segala umur, namun
konformitas paling banyak dilakukan oleh remaja dan berangsur-angsur
menurun hingga masa remaja akhir (Indria dan Nindyati, 2007).
Konformitas yang dilakukan individu pada masa remaja adalah
konformitas dengan teman sebaya, karena sangat berarti bagi remaja untuk
memiliki teman dan diterima oleh kelompok teman sebayanya. Remaja
melakukan konformitas dengan teman sebaya apabila berkaitan dengan
masalah sosial sehari-hari, seperti gaya berpakaian, selera musik, pilihan
aktivitas yang dilakukan pada waktu luang, dan sebagainya (Britain, dalam
Indria dan Nindyati, 2007).
Richins (dalam Djudiyah dan Hadipranata, 2002) berpendapat bahwa
individu yang materialistis seringkali melakukan pembelian untuk memenuhi
harapan orang lain terutama pada produk yang memiliki makna publik. Hal
tersebut disebabkan karena barang atau jasa tersebut dapat menyampaikan
informasi kepada orang lain tentang posisi sosial, kekayaan, serta statusnya
dengan harapan mendapatkan penghargaan dari orang lain.
Dalam melakukan pembelian, remaja juga sangat terpengaruh dengan
pendapat kelompok teman sebayanya. Pengaruh kelompok pada perilaku
pembelian terjadi sepanjang proses pembelian, dimulai dari timbulnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kebutuhan, informasi tentang produk, menentukan alternatif terbaik,
memutuskan pembelian, bahkan sesudah pembelian dan konsumsi (Prasetijo
dan Ihalauw, 2005). Remaja berusaha untuk mengkonsumsi produk sebanyak-
banyaknya agar mendapatkan kesan positif dari orang lain terutama teman
sebayanya. Remaja akan mengkonsumsi barang atau jasa yang biasa digunakan
kelompok acuan untuk menyesuaikan diri agar dapat diterima kelompok dan
tidak memiliki perbedaan dengan kelompok.
Dengan kondisi tersebut, remaja putri dengan konformitas yang tinggi
akan cenderung tergoda untuk membelanjakan uang dengan begitu bebasnya
demi mencapai kepuasan semata. Remaja putri ingin menampilkan diri guna
menyesuaikan diri dalam situasi sosial kelompok dengan mengkonsumsi
barang tanpa memperhitungkan dasar utilitas, fungsi, serta manfaat yang
berkaitan dengan nilai guna suatu barang atau jasa. Remaja putri akan
cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar dibandingkan pemasukan,
sedangkan sebagian besar remaja belum memiliki kemampuan finansial
mandiri untuk menunjang perilaku konsumtifnya.
2. Hubungan antara Body Image dengan Perilaku Konsumtif
Dewasa ini, timbul gejala baru dalam masyarakat modern yaitu
kecenderungan untuk berselera konsumtif (Armawi, 2007). Masyarakat dalam
mengkonsumsi barang atau jasa tidak lagi dilihat dari nilai pakai dan
kebutuhannya, melainkan untuk memenuhi keinginannya. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
disebabkan karena rasa puas manusia yang tidak pernah berhenti pada satu titik
dan selalu meningkat.
Remaja sebagai salah satu anggota masyarakat, tidak terlepas dari
pengaruh konsumtivisme ini, sehingga remaja juga menjadi sasaran berbagai
produk pemasaran. Hal ini diperkuat oleh Mangkunegara (2005) yang
mengemukakan bahwa remaja merupakan pasar yang potensial karena
karakteristik remaja yang mudah terpengaruh oleh rayuan penjual dan iklan,
tertarik pada kemasan yang menarik, boros, kurang realistis, dan impulsif.
Menurut Fransisca dan Suyasa (2005), keinginan untuk mengkonsumsi
sesuatu secara berlebih dapat membuat individu menjadi konsumtif. Perilaku
konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan
tetapi untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang
dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan dan
inefisiensi biaya.
Kotler dan Keller (2008) mengemukakan bahwa perilaku membeli
individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor budaya, sosial
ekonomi, dan faktor pribadi. Ketiga faktor tersebut saling berinteraksi dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam membeli sesuatu,
sehingga faktor-faktor tersebut juga berperan dalam pembentukan perilaku
konsumtif individu.
Perilaku konsumtif yang sifatnya overt atau terlihat, tampak begitu jelas
dan nyata pada perilaku yang dilakukan oleh individu yang bersangkutan (Peter
dan Olsen, dalam Rahardjo dan Silalahi, 2007). Perilaku ini bisa dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
bagaimana remaja putri berusaha merawat diri dan mempercantik penampilan
mereka.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja terkadang
menciptakan hal-hal yang tidak menentu sehingga mendorong remaja untuk
menemukan dan memiliki jati diri yang unik sebagai individu yang berarti
(Solomon, dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Menurut Havighurst (dalam
Santrock, 2006), salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima
kenyataan bahwa tubuhnya mengalami perubahan. Namun, hanya sedikit
remaja yang mampu menerima kenyataan ini, sehingga mereka tidak puas
dengan tubuh dan penampilannya.
Ketidakpuasan terhadap keadaan dan penampilan fisik dapat disebut
sebagai body image yang negatif. Menurut Fallon dan Ackard (dalam Cash dan
Pruzinsky, 2002) body image dapat didefinisikan sebagai representasi mental
individu terhadap tubuhnya termasuk persepsi, perasaan, dan pikiran tentang
tubuh, serta fungsi dan kemampuannya. Body image dapat digambarkan pula
sebagai interaksi antara persepsi atau evaluasi kognisi tentang ukuran dan
postur tubuh, sehingga membentuk sikap dan perilaku individu mengenai
tubuhnya (Segal, dkk., dalam Sousa, 2008).
Santrock (2006) berpendapat bahwa remaja putri akan merasa lebih
terganggu akan pertumbuhan fisiknya dibandingkan dengan remaja putra. Hal
tersebut diperkuat dengan penelitian Jones (2004) yang mendapatkan hasil
bahwa remaja putri memiliki tingkat ketidakpuasan terhadap tubuhnya
dibandingkan dengan remaja putra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Penelitian Suprapto dan Aditomo (2007) juga menemukan bahwa
remaja putri lebih sering mengevaluasi penampilannya dengan
membandingkan penampilannya dengan orang lain. Dari perbandingan sosial,
remaja putri akan menemukan perempuan lain yang lebih menarik bentuk
tubuhnya sehingga sadar bahwa bentuk tubuhnya belum sempurna dan
menyebabkan remaja putri tersebut akan semakin tidak puas akan bentuk
tubuhnya.
Djudiyah dan Hadipranata (2002) menemukan bahwa ketidakpuasan
remaja terhadap dirinya sendiri dapat mempengaruhi perilaku membelinya.
Remaja akan cenderung membeli produk yang dapat meningkatkan penampilan
dirinya. Pada umumnya, remaja putri memiliki standar-standar tertentu tentang
sosok ideal yang didambakan, seperti postur tubuh yang tinggi, langsing, dan
memiliki kulit putih serta mulus. Pembelian produk dilakukan untuk memenuhi
dorongan untuk mencapai diri yang ideal tersebut.
Monks, dkk. (2004) menyatakan bahwa sebagian besar konsumen
remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya
remaja mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut,
tingkah laku, kesenangan musik dalam pertemuan, dan pesta. Remaja selalu
ingin berpenampilan menarik untuk mendapat perhatian orang lain terutama
teman sebaya, sehingga remaja kebanyakan membelanjakan uangnya untuk
keperluan tersebut.
Remaja putri akan menjadi lebih boros untuk membelanjakan uang
sakunya untuk membeli barang-barang yang dianggap dapat memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kebutuhan akan kecantikan dan penampilan fisiknya. Oleh karena itu, semakin
negatif body image remaja putri, maka akan semakin meningkatkan perilaku
konsumtifnya akan produk-produk yang dapat menunjang penampilan fisiknya.
3. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Konsumtif
Masa remaja adalah masa krisis identitas diri dimana terjadi
pertentangan antara identitas diri dengan kekaburan peran (Erikson, dalam
Hurlock, 2006). Pada usia ini, remaja akan mengeksplorasi minat-minat baru,
menguji diri sendiri atas kompetensi-kompetensi baru, serta berusaha
mengartikan nilai-nilai yang diyakininya (Monks, dkk., 2002). Salah satu cara
remaja untuk mengekspresikan, memelihara, dan meningkatkan identitasnya
pada orang lain adalah dengan membeli atau menggunakan barang atau jasa
yang mempunyai makna simbolis dan ekspresif (Evans, dkk., dalam Djudiyah
dan Hadipranata, 2002).
Pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Dengan
karakteristik remaja yang mudah terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman,
tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya, menjadikan
kelompok usia remaja menjadi salah satu pasar yang potensial (Tambunan,
2001). Karakteristik-karakteristik inilah yang membuat remaja dimanfaatkan
oleh sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja sehingga mereka mudah
terjerat dalam perilaku membeli yang kurang efisien dan berperilaku
konsumtif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Perilaku konsumtif dapat digambarkan sebagai suatu perilaku yang
tidak rasional dan kompulsif sehingga secara ekonomis menimbulkan
pemborosan dan inefisiensi biaya (Neufeldt, dalam Zebua dan Nurdjayadi,
2001). Penelitian Goni (dalam Djudiyah dan Hadipranata, 2002) membuktikan
bahwa remaja terutama yang berada di kota-kota besar di Indonesia terutama
perempuan sangat konsumtif. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya
permintaan terhadap barang-barang bermerek terkenal dan mahal sebagai
wujud simbolisasi diri.
Perilaku konsumtif pada remaja diduga terkait dengan karakteristik
psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas
terhadap kelompok teman sebaya (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Upaya untuk
menemukan jati diri berkaitan dengan bagaimana remaja menampilkan dirinya.
Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas remaja,
khususnya bagian dari kelompok teman sebaya mereka. Demi pengakuan
kelompok, remaja seringkali melakukan berbagai upaya meskipun mungkin hal
itu bukan sesuatu yang diperlukan dan berguna bagi mereka.
Kecenderungan individu untuk melakukan perubahan perilaku atau
pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan dengan perilaku atau
pandangan kelompok dapat disebut sebagai konformitas (Indria dan Nindyati,
2007). Konformitas mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan remaja
seperti pilihan terhadap aktivitas sekolah atau sosial yang akan diikuti,
penampilan, bahasa yang digunakan, sikap dan nilai-nilai yang dianut.
Melakukan konformitas pada remaja umumnya terdiri atas keinginan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
dilibatkan di dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian seperti teman-
teman dan keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggotanya (Santrock,
2003).
Menurut Hurlock (2006), karena remaja lebih banyak berada di luar
rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat
dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan, dan perilaku terkadang lebih besar daripada pengaruh
keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa mereka memakai
model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer,
maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
Kebanyakan remaja berharap menjadi anggota kelompok acuan dan
menolak menjadi tampak beda. Ketika pendapat remaja berbeda dengan
pendapat kelompok maka kemungkinan ia akan merasa tertekan dan berusaha
mengubah pendapatnya untuk melakukan konformitas dengan pendapat
kelompok tersebut.
Lingkungan dalam kelompok acuan sangatlah berpengaruh dalam
perilaku konsumtif remaja. Oleh karena itu, pada masa remaja penampilan
secara fisik seperti bentuk tubuh, cara berbusana, dan kesenangan erat
kaitannya dengan kesan penilaian orang lain. Dalam membelanjakan uangnya
kadangkala remaja dinilai kurang efisien, karena pembelian barang yang
dilakukan oleh remaja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan semata, tetapi
karena keinginan untuk meniru orang lain, mencoba produk baru, atau
memperoleh pengakuan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Perilaku konsumtif remaja putri juga semakin diperkuat dengan
maraknya majalah remaja, iklan, dan media lain yang langsung maupun tidak
langsung mengeksploitasi gaya hidup mewah dan mencolok. Tanpa disadari
hal tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga
menyebabkan remaja semakin terjerat dalam pola hidup yang konsumtif.
Kail dan Neison (dalam Zebua dan Nurdjayadi, 2001) menyatakan
bahwa konformitas pada remaja putri lebih mudah terjadi karena mereka lebih
mudah dipengaruhi. Oleh karena itu, tingkat konformitas pada remaja putri
berhubungan positif dengan perilaku konsumtif. Semakin tinggi konformitas
yang dimiliki remaja putri, maka akan semakin meningkatkan perilaku
konsumtifnya.
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Keterangan: 1. Anak panah nomor 1: hipotesis 1 2. Anak panah nomor 2: hipotesis 2 3. Anak panah nomor 3: hipotesis 3
(3)
(2)
(1)
Konformitas
Body Image
Perilaku Konsumtif Siswi Kelas XI
SMA Negeri 7
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar di atas merupakan kerangka pikiran penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat
hubungan antara body image dan konformitas yang bersama-sama menjadi
variabel bebas terhadap perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7
Surakarta. Di samping itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui
hubungan body image dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI SMA
Negeri 7 Surakarta dan hubungan konformitas dengan perilaku konsumtif pada
siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian landasan teori di atas, maka hipotesis yang diajukan,
yaitu:
1. Terdapat hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku
konsumtif pada siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
2. Terdapat hubungan negatif antara body image dengan perilaku konsumtif pada
siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
3. Terdapat hubungan positif antara konformitas dengan perilaku konsumtif pada
siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dapat didefinisikan sebagai objek penelitian yang menjadi titik
perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
Variabel Kriterium : Perilaku Konsumtif
Variabel Prediktor : 1. Body Image
2. Konformitas
B. Definisi Operasional
1. Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif merupakan tindakan individu untuk membeli atau
mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan yang bukan merupakan
prioritas kebutuhannya dan tanpa pertimbangan yang rasional, demi kepuasan
fisik dan dorongan untuk memuaskan hasrat kesenangan semata.
Perilaku konsumtif dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif yang dikemukakan Sumartono
(dalam Fransisca dan Suyasa, 2005). Karakteristik-karakteristik perilaku
konsumtif tersebut, yaitu membeli karena ingin mendapatkan hadiah menarik,
membeli karena kemasan produk menarik, membeli karena ingin menjaga
penampilan diri dan gengsi, membeli karena program potongan harga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
membeli demi menjaga status sosial, memakai produk karena pengaruh
model yang mengiklankan produk, penilaian bahwa membeli produk dengan
harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, membeli lebih
dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda.
Semakin tinggi skor yang didapatkan pada skala perilaku konsumtif,
maka menggambarkan bahwa semakin tinggi perilaku konsumtif individu.
Sebaliknya, semakin rendah skor yang didapatkan, maka menggambarkan
semakin rendah perilaku konsumtif individu.
2. Body Image
Body image merupakan gambaran mental, perasaan, dan persepsi
individu yang berkaitan dengan ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat tubuh
yang mengarah pada kepuasan penampilan fisiknya. Body image dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan
oleh Cash dan Pruzinsky (2002), yaitu appearance evaluation (evaluasi
penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), body area
satisfaction (kepuasan area tubuh), overweight occupation (kecemasan akan
kegemukan), dan self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh).
Semakin tinggi skor yang didapatkan pada skala body image, maka
menggambarkan bahwa semakin positif body image individu. Sebaliknya,
semakin rendah skor yang didapatkan, maka menggambarkan semakin negatif
body image individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3. Konformitas
Konformitas merupakan perubahan sikap dan perilaku individu
sebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma atau harapan yang
dibentuk kelompok baik nyata ataupun hanya dibayangkan oleh individu
sendiri, agar dapat diterima dalam kelompok dan sebagai bentuk interaksi di
dalam kelompok. Konformitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan aspek-aspek konformitas menurut Myers (2002), yaitu
pengaruh normatif dan pengaruh informasional.
Semakin tinggi skor yang didapatkan pada skala konformitas, maka
menggambarkan bahwa semakin tinggi konformitas individu. Sebaliknya,
semakin rendah skor yang didapatkan, maka semakin rendah konformitas
individu.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang
mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, dalam
Purwanto, 2008). Tujuan diadakannya populasi agar dapat menentukan besar
sampel penelitian yang akan diambil (Usman dan Akbar, 2000). Populasi
pada penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta dengan
jumlah 166 siswi yang terdiri atas 10 kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Kesamaan ciri sampel dengan populasi induknya menyebabkan
sampel merupakan representasi populasi (Purwanto, 2008). Menurut Arikunto
(2006), jika jumlah populasi lebih dari 100, maka dapat diambil sampel
sejumlah 20-25% atau lebih dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian dari siswi kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta, yaitu 5 kelas yang
akan digunakan untuk penelitian.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu kegiatan mengambil
sebagian populasi yang akan diteliti dengan cara tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan supaya sebagian sampel yang diambil mewakili ciri
populasinya (Purwanto, 2008). Teknik pengambilan sampel merupakan cara
untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi
(Suryabrata, 2006).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah cluster random sampling. Cluster random sampling merupakan cara
pemilihan sampel penelitian secara acak yang didasarkan atas cluster-cluster
atau kelompok-kelompok yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi
(Hadi, 2004 dan Suryabrata, 2006). Cluster dalam sampel penelitian ini
adalah kelas-kelas XI di SMA Negeri 7 Surakarta. Dalam penelitian ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
diambil secara acak 2 kelas untuk uji coba dan 5 kelas untuk sampel
penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk menghasilkan data yang relevan dengan tujuan penelitian serta
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi, maka penelitian ini menggunakan
skala sikap (attitude scales) sebagai alat pengumpul data. Skala sikap berupa
kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons
subjek pada setiap pernyataan tersebut, kemudian dapat disimpulkan mengenai
arah dan intensitas sikap seseorang (Azwar, 2010).
Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa
pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya, akan tetapi dapat pula berupa
pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi
responden. Walaupun responden dapat mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan
mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini biasanya tersamar dan
mempunyai sifat proyektif. Respons individu terhadap stimulus sikap yang berupa
jawaban sesuai atau tidak sesuai itulah yang dapat menjadi indikator sikap
individu (Azwar, 2010).
1. Sumber Data
Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh
sebuah data. Data penelitian ini diperoleh langsung dari siswi kelas XI SMA
Negeri 7 Surakarta. Data tersebut berupa respons atau tanggapan atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pernyataan yang diajukan peneliti dalam skala penelitian, baik skala perilaku
konsumtif, skala body image, dan skala konformitas.
Peneliti juga menggunakan data pendukung yang diperoleh dari tempat
penelitian yaitu bagian administrasi SMA Negeri 7 Surakarta berupa informasi
tentang data siswi kelas XI dan profil SMA Negeri 7 Surakarta.
2. Metode Pengumpulan Data
Alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini
terdiri atas tiga skala yang disusun sendiri oleh peneliti, yaitu skala perilaku
konsumtif, skala body image, dan skala konformitas. Semua skala yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert yang telah
dimodifikasi, yaitu menghilangkan pilihan ragu-ragu atau netral, sehingga
subjek akan memilih jawaban yang pasti ke arah yang sesuai atau tidak sesuai
dengan dirinya. Skala dibuat sebagai pernyataan favorable dan pernyataan
unfavorable dengan empat alternatif jawaban yang telah disediakan, yaitu
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
Penilaian aitem favorable bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), skor 3 (sesuai),
skor 2 (tidak sesuai), dan skor 1 (sangat tidak sesuai). Sedangkan penilaian
aitem unfavorable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), skor 2 (sesuai), skor 3
(tidak sesuai), dan skor 4 (sangat tidak sesuai).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 1
Tabel Sistem Penilaian Aitem Skala
Aitem Favorable Skor Aitem Unfavorable Skor
Sangat Sesuai (SS) 4 Sangat Sesuai (SS) 1
Sesuai (S) 3 Sesuai (S) 2
Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 4
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian, maka pada penelitian ini
akan digunakan tiga macam skala, yaitu:
a. Skala Perilaku Konsumtif
Skala perilaku konsumtif pada penelitian ini disusun berdasarkan
karakteristik-karakteristik perilaku konsumtif menurut Sumartono (dalam
Fransisca dan Suyasa, 2005), yaitu a. membeli karena ingin mendapatkan
hadiah menarik, b. membeli karena kemasan produk menarik, c. membeli
karena ingin menjaga penampilan diri dan gengsi, d. membeli karena
program potongan harga, e. membeli demi menjaga status sosial, f.
memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk, g.
penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan
rasa percaya diri yang tinggi, dan h. membeli lebih dari dua produk sejenis
dengan merek yang berbeda.
Skala perilaku konsumtif berjumlah 64 aitem yang terdiri atas dua
kelompok aitem yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable
dengan empat alternatif jawaban. Jawaban sangat sesuai untuk pernyataan
favorable akan diberi skor tertinggi yaitu 4 dan jawaban sangat tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sesuai diberi skor terendah yaitu 1. Sedangkan untuk pernyataan
unfavorable, penilaian akan dilakukan sebaliknya.
Tabel 2
Blue Print Skala Perilaku Konsumtif Sebelum Uji-Coba
Nomor Aitem Aspek
Indikator F UF
Jumlah Aitem
%
Tertarik pada hadiah yang ditawarkan
17, 39 2, 33 4 6,25 % Membeli karena ingin mendapatkan hadiah Menganggap mendapat dua
keuntungan dengan adanya hadiah
53, 60 56, 62 4 6,25 %
Menyukai kemasan produk yang unik
1, 32 24, 50 4 6,25 % Membeli karena kemasan produk menarik Menganggap kemasan produk
yang menarik dapat menunjang penampilan
54, 61 57, 63 4 6,25 %
Pembelian untuk meningkatkan penampilan
18, 52 10, 45 4 6,25 % Membeli karena penampilan dan gengsi Pembelian karena gengsi 27, 48 23, 51 4 6,25 %
Tertarik pada potongan harga 3, 38 26, 47 4 6,25 % Membeli karena program potongan harga
Menganggap pembelian efektif karena harga yang murah
16, 44 9, 31 4 6,25 %
Ingin mengikuti orang dengan status sosial lebih tinggi
4, 29 13, 37 4 6,25 % Membeli demi menjaga status sosial Ingin menjaga status sosial 55, 59 58, 64 4 6,25 %
Menganggap dapat mengikuti atau mirip dengan model iklan dengan memakai produk yang sama
11, 34 22, 40 4 6,25 % Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk Memakai produk karena
model iklan adalah idola 19, 36 5, 28, 4 6,25 %
Memiliki kepercayaan diri yang kurang
12, 43 21, 49 4 6,25 % Penilaian bahwa membeli produk mahal akan menimbulkan rasa percaya diri tinggi
Merasa percaya diri dengan menggunakan barang mahal
6, 25 15, 46 4 6,25 %
Membandingkan barang sejenis dengan merek yang berbeda
20, 41 7, 35 4 6,25 % Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda Menyukai jenis produk
sehingga ingin memiliki produk lebih dari satu
8, 30 14, 42 4 6,25 %
Jumlah Total 32 32 64 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Skala Body Image
Skala body image dalam penelitian ini disusun menggunakan
aspek-aspek yang dikemukakan oleh Cash dan Pruzinsky (2002), yaitu
appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation
(orientasi penampilan), body area satisfaction (kepuasan area tubuh),
overweight occupation (kecemasan akan kegemukan), dan self classified
weight (pengkategorian ukuran tubuh).
Skala body image berjumlah 50 aitem yang terdiri atas dua
kelompok aitem, yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable
dengan empat alternatif jawaban. Jawaban sangat sesuai untuk pernyataan
favorable akan diberi skor tertinggi yaitu 4 dan jawaban sangat tidak
sesuai diberi skor terendah yaitu 1. Sedangkan untuk pernyataan
unfavorable, penilaian akan dilakukan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 3
Blue Print Skala Body Image Sebelum Uji-Coba
Nomor Aitem Aspek Indikator F UF
Jumlah Aitem
%
Merasa penampilan diri menarik
4, 21, 45 15, 39 5 10 % Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
Puas dan nyaman dengan penampilan diri
12, 30 2, 25, 46 5 10 %
Memperhatikan penampilan
18, 38 10, 29, 43
5 10 % Appearance orientation (orientasi penampilan)
Berusaha meningkatkan dan memperbaiki penampilan
5, 23 14, 36, 41
5 10 %
Puas dengan tiap bagian tubuh
1, 24 11, 35, 47
5 10 % Body area satisfaction (kepuasan area tubuh)
Puas dengan penampilan keseluruhan
9, 33 20, 40, 49
5 10 %
Puas dengan berat badan 6, 28 17, 31, 42
5 10 % Overweight occupation (kecemasan akan kegemukan)
Melakukan usaha untuk menjaga/ menurunkan berat badan
13, 34 3, 26, 44 5 10 %
Mengkategorikan berat dan tinggi badan seimbang
8, 27 19, 37, 50
5 10 % Self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)
Merasa ukuran tubuh proporsional
16, 32 7, 22, 48 5 10 %
Jumlah Total 21 29 50 100%
c. Skala Konformitas
Skala konformitas dalam penelitian ini disusun dengan
menggunakan aspek-aspek konformitas menurut Myers (2002), yaitu
pengaruh normatif dan pengaruh informasional.
Skala konformitas berjumlah 48 aitem yang terdiri atas dua
kelompok aitem yaitu pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable
dengan empat alternatif jawaban. Jawaban sangat sesuai untuk pernyataan
favorable akan diberi skor tertinggi yaitu 4 dan jawaban sangat tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sesuai diberi skor terendah yaitu 1. Sedangkan untuk pernyataan
unfavorable, penilaian akan dilakukan sebaliknya.
Tabel 4
Blue Print Skala Konformitas Sebelum Uji-Coba
Nomor Aitem Aspek Indikator F UF
Jumlah Aitem
%
Mengikuti keinginan orang lain agar dapat diterima
1, 23, 40 7, 19, 38 6 12,5 %
Mengikuti standar norma untuk memenuhi harapan orang lain
8, 27, 35 15, 22, 41
6 12,5 %
Menghindari pengucilan kelompok karena berbeda
12, 17, 39
2, 29, 34 6 12,5 %
Pengaruh normatif
Takut mendapat celaan sosial
11, 31, 47
14, 21, 48
6 12,5 %
Menerima petunjuk orang lain sebagai pedoman perilaku
3, 24, 43 16, 26, 44
6 12,5 %
Menganggap orang lain lebih kaya informasi daripada diri sendiri
13, 30, 46
4, 20, 36 6 12,5 %
Kurangnya informasi 6, 18, 37 9, 32, 45 6 12,5 %
Pengaruh informasional
Tidak percaya diri pada kemampuan pribadi
10, 28, 33
5, 25, 42 6 12,5 %
Jumlah Total 24 24 48 100% Keterangan: F : Favorable UF : Unfavorable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
E. Validitas dan Reliabilitas
Dalam pengukuran suatu variabel, instrumen atau alat ukur yang
digunakan harus mampu memberikan data hasil ukur yang sesuai dan tidak
menyesatkan. Tingkat instrumen atau alat ukur yang baik dapat diihat dari ukuran
validitas dan reliabilitas hasil ukur suatu skala. Aitem-aitem alat ukur skala yang
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi setelah diujicobakan dapat
digunakan sebagai instrumen pengumpulan data (Azwar, 1997).
1. Validitas Skala
Validitas skala dapat didefinisikan sebagai sejauh mana skala dapat
mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur, atau ketepatan dan kecermatan
suatu skala dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid atau tidaknya suatu skala
bergantung pada mampu atau tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Pengujian validitas isi skala perilaku konsumtif, body image, dan
konformitas dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement.
Validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pernyataan,
berdasarkan pendapat profesional (professional judgement) para penelaaah
(Suryabrata, 2006). Pendapat profesional dalam penelitian ini dilakukan oleh
dosen pembimbing peneliti melalui bimbingan konsultasi.
Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari
Pearson dalam menentukan daya diskriminasi. Peneliti menetapkan taraf
signifikansi sebesar 5% sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem dengan
probabilitas di bawah 0,05 akan dianggap gugur dan tidak digunakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
penelitian. Untuk mempermudah perhitungan, maka peneliti menggunakan
teknik komputasi dengan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) versi 16.0.
2. Reliabilitas
Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Skala yang reliabel, akan
menghasilkan hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Hasil pengukuran yang
dapat dipercaya akan diketahui apabila skala yang sama digunakan dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran, dan didapatkan hasil pengukuran yang
relatif sama pula (Suryabrata, 2006).
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha
Cronbach. Skala yang perhitungan reliabilitasnya akan dibelah menjadi dua
atau tiga bagian, sehingga setiap belahan berisi aitem-aitem dengan jumlah
yang sama banyak (Azwar, 2009). Untuk mempermudah perhitungan, maka
peneliti menggunakan teknik komputasi dengan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 16.0.
F. Metode Analisis Data
Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang berguna
untuk menarik kesimpulan. Dalam metode analisis data, dilakukan pengolahan
data yaitu kegiatan meringkas data menggunakan metode statistik, sehingga
memungkinkan untuk dapat menjawab masalah penelitian (Purwanto, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi ganda. Analisis regresi ganda memungkinkan dua variabel prediktor secara
bersama-sama diujikan dengan satu variabel kriterium (Arikunto, 2006). Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam analisis regresi ganda adalah uji asumsi yang
meliputi uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik (Priyatno, 2008), yaitu:
1. Uji asumsi dasar
a. Uji normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak.
b. Uji linearitas, bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan
variabel terantung mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara
signifikan.
2. Uji asumsi klasik
a. Uji autokorelasi, digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model
regresi.
b. Uji multikolinearitas, digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan
linear antar variabel bebas dalam model regresi.
c. Uji heteroskedastisitas, digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya
ketidaksamaan varians dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Apabila asumsi dasar telah terpenuhi dan terbebas dari asumsi klasik,
maka penelitian ini dapat menggunakan analisis regresi ganda. Untuk
mempermudah perhitungan, maka peneliti menggunakan teknik komputasi
dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian hubungan antara body image dan konformitas dengan
perilaku konsumtif pada siswi kelas XI dilaksanakan di SMA Negeri 7
Surakarta. SMA Negeri 7 Surakarta berdiri pada tahun 1984 berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor :
0558/1984 tertanggal 20 November 1984.
1) Sejarah SMA Negeri 7 Surakarta
Pada awal berdirinya, SMA Negeri 7 Surakarta menempati Gedung
SMA Negeri 3 Surakarta, dan jabatan kepala sekolah diampu oleh Drs.
Soeyono selaku Kepala SMA Negeri 3 Surakarta. Pada tahun 1985,
dibangun gedung sekolah baru di Jl. Mr. Muhammad Yamin no. 79
Kelurahan Tipes Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Pada tanggal 21
Februari 1986, SMA Negeri 7 Surakarta pindah ke gedung baru yang diberi
nama “Boyong Mandiri”, dari SMA Negeri 3 Surakarta Kerkop menuju
Gedung Baru SMA Negeri 7 Surakarta di jalan Mr. Muhammad Yamin No.
79 Surakarta.
Sejak berdirinya pada tahun 1984, SMA Negeri 7 sudah mengalami
beberapa kali pergantian kepala sekolah. Berdasarkan SK Walikota
Surakarta No. 821.2/008/2011 tanggal 13 Januari 2011, Drs. Sukardjo, MA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
mengampu jabatan kepala sekolah SMA Negeri 7 Surakarta mulai tanggal
13 Januari 2011 sampai sekarang.
2) Visi dan Misi SMA Negeri 7 Surakarta
1. Visi
Visi SMA Negeri 7 Surakarta adalah Unggul dalam meraih Pendidikan
Tinggi.
Unggul mengandung pengertian lebih tinggi, lebih pandai, lebih
cakap, dan lebih terampil melebihi dari yang lain dalam segala hal
termasuk sikap.
Dengan visi tersebut, SMA Negeri 7 Surakarta akan membawa
siswa dan warga sekolah yang lain untuk menjadi insan yang lebih dari
yang lain baik dalam prestasi akademik maupun dalam hal prestasi non
akademik, terlebih dalam menyiapkan siswa tamatan untuk dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Demikian akan menjadi sosok yang patut diteladani oleh
masyarakat sekitar. Keunggulan ini akan dapat dicapai dengan dukungan
sikap, disiplin dan sarana yang cukup memadai.
2. Misi
Disiplin dan berbudi luhur menuju prestasi.
a. Dengan menumbuhkan semangat disiplin tinggi pada seluruh warga
sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b. Terwujudnya siswa memiliki keimanan, ketaqwaan, sehat jasmani, dan
rohani.
c. Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan budaya daerah.
d. Menyiapkan SDM yang berdaya saing tinggi.
3) Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Surakarta
Gambar 2
Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012
2. Persiapan Alat Ukur
Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
lain yang berkaitan dengan perijinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian. Penelitian ini memerlukan tiga alat ukur primer, yaitu skala
perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas. Skala perilaku
konsumtif digunakan untuk mengukur tingkat perilaku konsumtif pada subjek
penelitian, skala body image digunakan untuk mengukur tingkat body image
subjek penelitian, dan skala konformitas digunakan untuk mengukur tingkat
konformitas subjek penelitian.
Diperlukan persiapan yang matang agar ketiga alat ukur tersebut layak
dan siap digunakan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini telah
melalui prosedur validitas alat ukur melalui pengujian validitas isi. Validitas isi
dilakukan dengan melihat kesesuaian antara butir-butir aitem dalam alat ukur
dengan blue print aitem skala yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping
itu, validitas isi juga melihat kesesuaian aitem-aitem dengan indikator perilaku
yang hendak diungkap. Validitas isi ini dilakukan secara rasional oleh
professional judgement, yaitu Pembimbing I dan Pembimbing II.
3. Pelaksanaan Uji Coba
Uji coba penelitian dilakukan pada 34 siswi yang terbagi menjadi 2
kelas yaitu kelas XI IPA 5 dan XI IPS 4 di SMA Negeri 7 Surakarta. Sampel
diperoleh dengan cluster random sampling, sehingga didapatkan dua kelas XI
dengan jumlah siswi 34 orang, dengan rincian 17 siswi kelas XI IPA 5 dan 17
siswi kelas XI IPS 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Uji coba penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Juli 2011.
Pada saat uji coba, siswi kelas XI IPA 5 dan siswi kelas XI IPS 4 digabung
menjadi 1 ruangan untuk memudahkan peneliti dalam penyebaran skala.
Sebelum skala disebar, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud kedatangan serta tujuan kegiatan yang akan dilakukan.
Setelah subjek menyatakan kesediaan untuk membantu, peneliti menjelaskan
tentang tata cara pengerjaan skala dan mulai membagikan skala penelitian.
Selama pengisian skala oleh subjek, peneliti selalu berada di lokasi penelitian
hingga subjek selesai mengerjakan dan skala terkumpul kembali. Setelah skala
penelitian terkumpul dilakukan skoring, kemudian dilakukan uji validitas dan
reliabilitas skala.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala
Setelah melaksanakan uji coba skala, data yang diperoleh ditabulasikan
dan dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Validitas
aitem skala perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas
dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi dari Pearson, sedangkan
perhitungan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbrach. Guna mempermudah
perhitungan validitas dan reliabilitas skala, maka peneliti menggunakan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 untuk
menentukan aitem yang sahih dan gugur. Hasil uji validitas aitem dan
reliabilitas tiap-tiap skala tersebut adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
A. Skala Perilaku Konsumtif
Skala perilaku konsumtif berjumlah 64 aitem dan telah diujicobakan pada
34 subjek. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, skala perilaku
konsumtif yang telah diujicobakan mempunyai nilai korelasi Pearson
sebesar -0,052 sampai dengan 0,679. Peneliti menetapkan taraf
signifikansi sebesar 5% sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem
dengan probabilitas di atas 0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak
digunakan dalam penelitian, sehingga dari 64 aitem ditemukan 45 aitem
yang dapat memenuhi syarat untuk dianalisis. Aitem dengan nomor 5, 7,
10, 12, 15, 16, 17, 21, 26, 28, 32, 35, 39, 43, 52, 53, 58, 60, dan 61
dinyatakan gugur. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 5
Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Perilaku Konsumtif Setelah Uji-Coba
Aitem Sahih Aitem Gugur No Aspek F/UF No.
Aitem Jumlah Aitem
No. Aitem
Jumlah Aitem
Total
F - - 17, 39, 53, 60
4 4 1 Membeli karena ingin mendapatkan hadiah UF 2, 33,
56, 62 4 - - 4
F 1, 54 2 32, 61 2 4 2 Membeli karena kemasan produk menarik
UF 24, 50, 57, 63
4 - - 4
F 18, 27, 48
3 52 1 4 3 Membeli karena penampilan dan gengsi UF 23, 45,
51 3 10 1 4
F 3, 38, 44 3 16 1 4 4 Membeli karena program potongan harga
UF 9, 31, 47 3 26 1 4
F 4, 29, 55, 59
4 - - 4 5 Membeli demi menjaga status sosial UF 13, 37,
64 3 58 1 4
F 11, 19, 34, 36
4 - - 4 6 Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk
UF 22, 40 - 5, 28 2 4
F 6, 25 2 12, 43 2 4 7 Penilaian bahwa membeli produk mahal akan menimbulkan rasa percaya diri tinggi
UF 46, 49 2 15, 21 2 4
F 8, 20, 30, 41
4 - - 4 8 Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda
UF 14, 42 2 7, 35 2 4
Total 45 19 64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Analisis reliabilitas skala menunjukkan bahwa skala perilaku konsumtif
mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,909. Dengan demikian, skala perilaku
konsumtif dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Hasil Analisis Reliabilitas Skala Perilaku Konsumtif Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.909 64
B. Skala Body Image
Skala body image berjumlah 50 aitem dan telah diujicobakan pada 34
subjek. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, skala body image yang
telah diujicobakan mempunyai nilai korelasi Pearson sebesar -0,052
sampai dengan 0,693. Peneliti menetapkan taraf signifikansi sebesar 5%
sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem dengan probabilitas di atas
0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian,
sehingga dari 50 aitem ditemukan 40 aitem yang dapat memenuhi syarat
untuk dianalisis. Aitem dengan nomor 1, 4, 10, 14, 18, 21, 24, 36, 38, dan
42 dinyatakan gugur. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 7
Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Body Image Setelah Uji-Coba
Aitem Sahih Aitem Gugur No. Aspek F/UF No.
Aitem Jumlah Aitem
No. Aitem
Jumlah Aitem
Total
F 12, 30, 45
3 4, 21 2 5 1 Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
UF 2, 15, 25, 39,
46
5 - - 5
F 5, 23 2 18, 38 2 4 2 Appearance orientation (orientasi penampilan)
UF 29, 41, 43
3 10, 14, 36
3 6
F 9, 33 2 1, 24 2 4 3 Body area satisfaction (kepuasan area tubuh)
UF 11, 20, 35, 40, 47, 49
6 - - 6
F 6, 13, 28, 34
4 - - 4 4 Overweight occupation (kecemasan akan kegemukan)
UF 3, 17, 26, 31,
44
5 42 1 6
F 8, 16, 27, 32
4 - - 4 5 Self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)
UF 7, 19, 22, 37, 48, 50
6 - - 6
Total 40 10 50
Analisis reliabilitas skala menunjukkan bahwa skala body image
mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,902. Dengan demikian, skala body image
dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Rincian selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 8
Hasil Analisis Reliabilitas Skala Body Image Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
.902 50
C. Skala Konformitas
Skala konformitas berjumlah 48 aitem dan telah diujicobakan pada 34
subjek. Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, skala konformitas
yang telah diujicobakan mempunyai nilai korelasi Pearson sebesar -0,056
sampai dengan 0,667. Peneliti menetapkan taraf signifikansi sebesar 5%
sebagai pedoman untuk memilih aitem. Aitem dengan probabilitas di atas
0,05 dianggap gugur dan selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian,
sehingga dari 48 aitem ditemukan 26 aitem yang dapat memenuhi syarat
untuk dianalisis. Aitem dengan nomor 3, 5,7,9,10, 13, 16, 17, 20, 23, 25,
27, 28, 29, 31, 35, 36, 38, 39, 41, 43, dan 46 dinyatakan gugur. Rincian
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Distribusi Aitem Sahih dan Gugur Skala Konformitas Setelah Uji-Coba
Aitem Sahih Aitem Gugur No. Aspek F/UF No. Aitem Jumlah
Aitem No. Aitem Jumlah
Aitem
Total
F 1, 8, 11, 12, 40, 47
6 17, 23, 27, 31, 35, 39
6 12 1 Pengaruh Normatif
UF 2, 14, 15, 19, 21, 22, 34,
48
8 7, 29, 38, 41
4 12
F 6, 18, 24, 30, 33, 37
6 3, 10, 13, 28, 43, 46,
6 12 2 Pengaruh Informasional
UF 4, 26, 32, 42, 44, 45,
6 5, 9, 16, 20, 25 36
6 12
Total 26 22 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Analisis reliabilitas skala menunjukkan bahwa skala konformitas
mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,738. Dengan demikian, skala konformitas
dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Rincian selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 10
Hasil Analisis Reliabilitas Skala Konformitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.738 48
5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian
Setelah dilakukan perhitungan validitas dan reliabilitas pada skala
perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas, maka langkah
selanjutnya adalah menyusun kembali skala-skala tersebut sebagai alat ukur.
Aitem yang gugur tidak diikutsertakan dan aitem yang valid disusun dengan
urutan yang baru untuk digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Susunan aitem setelah uji coba pada skala perilaku konsumtif, skala body
image, dan skala konformitas dapat dilihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 11
Distribusi Penyusunan Aitem Skala Perilaku Konsumtif untuk Penelitian
Nomor Aitem No. Aspek F UF
Jumlah Aitem
1 Membeli karena ingin mendapatkan hadiah
17, 39, 53, 60 2 (2), 33 (22), 56 (40), 62 (43)
4
2 Membeli karena kemasan produk menarik
1 (1), 32, 54 (38), 61
24 (16), 50 (36), 57 (41), 63 (44)
6
3 Membeli karena penampilan dan gengsi
18 (11), 27 (18), 48 (34), 52
10, 45 (31), 23 (15), 51 (37)
6
4 Membeli karena program potongan harga
3 (3), 16, 38 (26), 44 (30)
9 (7), 26, 31 (21), 47 (33)
6
5 Membeli demi menjaga status sosial
4 (4), 29 (19), 55 (39), 59 (42)
13 (9), 37 (25), 58, 64 (45)
7
6 Memakai produk karena pengaruh model yang mengiklankan produk
11 (8), 19 (12), 34 (23), 36 (24)
5, 22 (14), 28, 40 (27)
6
7 Penilaian bahwa membeli produk mahal akan menimbulkan rasa percaya diri tinggi
6 (5), 12, 25 (17), 43
15, 21, 46 (32), 49 (35)
4
8 Membeli lebih dari dua produk sejenis dengan merek yang berbeda
8 (6), 20 (13), 30 (20), 41 (28)
7, 14 (10), 35, 42 (29)
6
Total 45 Keterangan: Nomor aitem yang dicetak tebal dan berada di dalam kurung (...) merupakan aitem yang sahih dan diberi nomor urut baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 12
Distribusi Penyusunan Aitem Skala Body Image untuk Penelitian
Nomor Aitem Aspek F UF
Jumlah Aitem
Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
4, 12 (9), 21, 30 (23), 45 (35)
2 (1), 15 (11), 25 (18), 39 (30), 46 (36)
8
Appearance orientation (orientasi penampilan)
5 (3), 18, 23 (17), 38
10, 14, 29 (22), 36, 41 (32), 43 (33)
5
Body area satisfaction (kepuasan area tubuh)
1, 9 (7), 24, 33 (26)
11 (8), 20 (15), 35 (28), 40 (31), 47
(37), 49 (39)
8
Overweight occupation (kecemasan akan kegemukan)
6 (4), 13 (10), 28 (21), 34 (27)
3 (2), 17 (13), 26 (19), 31 (24), 42, 44
(34)
9
Self classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)
8 (6), 16 (12), 27 (20), 32 (25)
7 (5), 19 (14), 22 (16), 37 (29), 48 (38), 50 (40)
10
Total 40 Keterangan: Nomor aitem yang dicetak tebal dan berada di dalam kurung (...) merupakan aitem yang sahih dan diberi nomor urut baru.
Tabel 13
Distribusi Penyusunan Aitem Skala Konformitas untuk Penelitian
Nomor Aitem Aspek F UF
Jumlah Aitem
Pengaruh normatif
1 (1), 8 (5), 11 (6), 12 (7), 17, 23, 27, 31, 35, 39,
40 (21), 47 (25)
2 (2), 7, 14 (8), 15 (9), 19 (11), 21 (12),
22 (13), 29, 34 (19), 38, 41, 48 (26)
14
Pengaruh informasional
3, 6 (4), 10, 13, 18 (10), 24 (14), 28, 30 (16),
33 (18), 37 (20), 43, 46
4 (3), 5, 9, 16, 20, 25, 26 (15), 32 (17), 36,
42 (22), 44 (23), 45 (24)
12
Total 26 Keterangan: Nomor aitem yang dicetak tebal dan berada di dalam kurung (...) merupakan aitem yang sahih dan diberi nomor urut baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA Negeri 7
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah total populasi 166 orang.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan cluster random sampling,
sehingga didapatkan lima kelas dengan jumlah siswi 78 orang, dengan rincian
sebagai berikut:
a. Siswi kelas XI IPA 1 : 15 orang
b. Siswi kelas XI IPA 3 : 13 orang
c. Siswi kelas XI IPS 1 : 17 orang
d. Siswi kelas XI IPS 2 : 16 orang
e. Siswi kelas XI IPS 3 : 17 orang
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19
Juli 2011. Pengumpulan data menggunakan skala perilaku konsumtif yang
terdiri atas 45 aitem, skala body image yang terdiri atas 40 aitem, dan skala
konformitas yang terdiri atas 26 aitem. Pembagian dan pengisian skala
dilakukan lima kali dengan menyesuaikan waktu jam mata pelajaran pada
masing-masing kelas.
Sebelum skala penelitian disebar, peneliti terlebih dahulu
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan serta tujuan
kegiatan yang akan dilakukan. Setelah subjek menyatakan kesediaan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
membantu, peneliti menjelaskan tentang tata cara pengerjaan skala dan mulai
membagikan skala penelitian. Selama pengisian skala oleh subjek, peneliti
selalu berada di lokasi penelitian hingga subjek selesai mengerjakan dan skala
terkumpul kembali. Data penelitian yang diperoleh berjumlah 78 eksemplar.
3. Pelaksanaan Skoring
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan
skor pada hasil pengisian skala perilaku konsumtif, skala body image, dan
skala konformitas untuk keperluan analisis data. Pemberian skor pada skala
perilaku konsumtif, skala body image, dan skala konformitas dilakukan dengan
menjumlahkan skor aitem yang didapat dari hasil pengisian skala. Skor untuk
masing-masing aitem bergerak dari 1 - 4 dengan memperhatikan sifat aitem
favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung).
Skor dari aitem favorable adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai
(SS), 3 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS),
dan 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Sedangkan skor pada aitem
unfavorable (tidak mendukung) adalah 1 untuk pilihan jawaban sangat sesuai
(SS), 2 untuk pilihan jawaban sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS),
dan 4 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Total skor setiap skala yang
diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analisis data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
C. Analisis Data
A. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan analisis data untuk melakukan uji hipotesis, maka
data penelitian harus dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yang meliputi uji
normalitas, uji linearitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas. Perhitungan analisis dalam perhitungan ini menggunakan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0. Berikut
adalah hasil uji asumsi data penelitian:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Data yang mempunyai distribusi normal
berarti mempunyai sebaran yang normal pula, yang berarti data dianggap
dapat mewakili populasi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan teknik
Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit Test. Apabila signifikansi untuk
seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data
pada variabel berdistribusi normal (Priyatno, 2008). Hasil uji normalitas
ketiga variabel dapat diihat pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Tabel 14
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Body Image .098 78 .064 .972 78 .088
Konformitas .084 78 .200* .975 78 .132
Perilaku
Konsumtif
.057 78 .200* .982 78 .361
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tabel pada kolom Kolmogorof-Smirnov di atas menunjukkan bahwa
nilai signifikansi untuk perilaku konsumtif sebesar 0,200; untuk body image
sebesar 0,064; dan untuk konformitas sebesar 0,200. Karena signifikansi
untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
data pada variabel perilaku konsumtif, body image, dan konformitas
berdistribusi normal. Angka statistik menunjukkan semakin kecil nilainya,
maka distribusi data semakin normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi
linear. Pengujian pada taraf signifikansi 0,05 mempunyai arti bahwa dua
variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi
(linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 15
Hasil Uji Linearitas Body Image dengan Perilaku Konsumtif
ANOVA Table Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
(Combined) 7573.081 37 204.678 2.301 .005
Linearity 1318.297 1 1318.297 14.818 .000
Between
Groups
Deviation from
Linearity
6254.783 36 173.744 1.953 .020
Within Groups 3558.714 40 88.968
Perilaku
Konsumtif
* Body
Image
Total 11131.795 77
Tabel 16
Hasil Uji Linearitas Konformitas dengan Perilaku Konsumtif
ANOVA Table Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
(Combined) 5869.767 25 234.791 2.320 .005
Linearity 1680.024 1 1680.024 16.602 .000
Between
Groups
Deviation from
Linearity
4189.744 24 174.573 1.725 .051
Within Groups 5262.027 52 101.193
Perilaku
Konsumtif *
Konformitas
Total 11131.795 77
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada
Linearity sebesar 0,000. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa antara variabel body image, konformitas, dan perilaku
konsumtif terdapat hubungan yang linear.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
c. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi suatu model bertujuan untuk mengetahui
adakah korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel pengganggu periode sebelumnya. Cara untuk menguji autokorelasi
ini menggunakan teknik uji Durbin Watson. Apabila nilai DW lebih besar
dari dL dan tidak melebihi dari 4-dL, maka tidak terdapat autokorelasi.
Selain itu, apabila nilai DW terletak antara dU dan 4-dU, maka hipotesis nol
diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi (Priyatno, 2008). Hasil uji
autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 .450a .203 .181 10.879 1.744
a. Predictors: (Constant), Konformitas, Body Image b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji Durbin-Watson sebesar
1,744, sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data
(n) = 78, k (jumlah variabel independen) = 2, diperoleh nilai dL sebesar
1,5801 dan dU sebesar 1,5535. Nilai DW lebih besar dari dL dan tidak
melebihi dari 4-dL, selain itu, nilai DW juga terletak antara dU dan 4-dU,
maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
negatif no autocorrelation positif
autocorrelation autocorrelation
0 dL dU 4-dU 4-dL 1,744
(nilai hitung Durbin Watson)
Gambar 3
Uji Autokorelasi
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi antar variabel prediktor pada model regresi. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel prediktor. Jika nilai
Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance
tidak kurang dari 0,10, maka model dapat dikatakan terbebas dari
multikolinearitas (Priyatno, 2008). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 18
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model
B Std. Error Beta
t Sig.
Tolerance VIF
(Constant) 81.905 22.071 3.711 .000
Body Image -.234 .106 -.241 -2.204 .031 .888 1.126
1
Konformitas .636 .226 .308 2.813 .006 .888 1.126 a. Dependent Variable: Perilaku
Konsumtif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai Variance Inflation Factor
(VIF) kedua variabel prediktor, yaitu body image dan konformitas adalah
1,126 lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,10,
sehingga dapat diketahui bahwa tidak terjadi persoalan multikolinearitas
antarvariabel independen.
e. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi (Priyatno, 2008). Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 19
Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX1
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model
B Std. Error Beta
t Sig.
Tolerance VIF
(Constant) -1.253 72.969 -.017 .986 1
LnX1 15.188 15.903 .109 .955 .343 1.000 1.000
a. Dependent Variable:
Lnei2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 20
Hasil Uji Heteroskedastisitas Lnei2 dengan LnX2
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model
B Std. Error Beta
t Sig.
Tolerance VIF
(Constant) 16.631 112.137 .148 .882 1
Lnx2 12.134 26.275 .053 .462 .646 1.000 1.000
a. Dependent Variable:
Lnei2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai T hitung adalah 0,955 dan
0,462, sedangkan nilai T Tabel adalah 1,99167. Karena nilai T Hitung
(0,955 dan 0,462) berada pada –T Tabel ≤ T Hitung ≤ T tabel, maka Ho
diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 dan Lnei2 dengan
LnX2 tidak ada gejala heterokedastisitas.
B. Uji Hipotesis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi ganda. Analisis regresi ganda memungkinkan dua variabel
prediktor secara bersama-sama diujikan dengan satu variabel kriterium
(Arikunto, 2006). Analisis regresi ganda juga dapat digunakan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara masing-masing variabel prediktor
dengan variabel kriterium. Hasil analisis regresi linear antara variabel prediktor
body image dan konformitas dengan variabel kriterium perilaku konsumtif
tampak pada tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 21
Hasil Analisis Regresi Ganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .450a .203 .181 10.879
a. Predictors: (Constant), Konformitas, Body Image
b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil korelasi antara body image dan
konformitas dengan perilaku konsumtif didapatkan nilai R sebesar 0,450. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadi korelasi yang signifikan yang sedang antara
body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa body image dan konformitas
menentukan perilaku konsumtif sebesar 20,3%, sehingga masih terdapat 79,7%
variabel lain yang lebih menentukan perilaku konsumtif.
Tabel 22
Hasil Uji F-Test ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2255.090 2 1127.545 9.527 .000a
Residual 8876.705 75 118.356 1
Total 11131.795 77
a. Predictors: (Constant), Konformitas, Body Image b. Dependent Variable: Perilaku Konsumtif
Berdasarkan tabel hasil uji F di atas, hasil uji simultan p=0,000 yang
berarti signifikan (p<0,05), dan F Hitung 9,527> F Tabel 3,12 pada tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
signifikansi 5%, sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel body image dan
konformitas memiliki hubungan terhadap variabel perilaku konsumtif.
Kemudian untuk mengetahui korelasi antara masing-masing variabel
prediktor, yakni body image dan konformitas, dengan variabel kriterium, yakni
perilaku konsumtif, dilakukan uji korelasi parsial. Hasilnya tampak pada tabel
berikut:
Tabel 23
Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Body Image dan Perilaku Konsumtif
Correlations
Control Variables Perilaku Konsumtif Body Image
Correlation 1.000 -.247
Significance (2-tailed) . .031
Perilaku
Konsumtif
df 0 75
Correlation -.247 1.000
Significance (2-tailed) .031 .
Konformitas
Body Image
df 75 0
Tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel body image
dengan variabel perilaku konsumtif diperoleh hasil R sebesar -0,247. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif rendah yang signifikan dan dapat
diartikan bahwa semakin rendah tingkat body image akan menyebabkan
semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 24
Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif
Correlations
Control Variables PerilakuKonsumtif Konformitas
Correlation 1.000 .309
Significance (2-tailed) . .006
Perilaku
Konsumtif
df 0 75
Correlation .309 1.000
Significance (2-tailed) .006 .
Body
Image
Konformitas
df 75 0
Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi variabel konformitas
dengan variabel perilaku konsumtif diperoleh hasil R sebesar 0,309. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif rendah yang signifikan dan dapat
diartikan bahwa semakin tinggi tingkat konformitas akan menyebabkan
semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif.
C. Analisis Deskriptif
Tujuan analisis deskriptif adalah untuk memberi gambaran umum
mengenai kondisi responden yang diteliti mengenai body image, konformitas,
dan perilaku konsumtif individu. Gambaran umum tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 25
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N
Perilaku Konsumtif 104.28 12.024 78
Body Image 98.97 12.402 78
Konformitas 71.54 5.817 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata perilaku konsumtif
adalah 104,28; nilai rata-rata body image adalah 98,97; dan nilai rata-rata
konformitas adalah 71,54. Standar deviasi atau simpangan baku untuk perilaku
konsumtif 12,024; untuk body image 12,402; untuk konformitas 5,817. Ini
mengandung pengertian bahwa nilai sebaran data body image lebih luas
dibandingkan perilaku konsumtif dan konformitas.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, subjek penelitian pada tiap-tiap
variabel dapat dikategorisasikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi.
Kategorisasi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 26
Kriteria Kategorisasi Subjek Penelitian
Variabel Kategorisasi Norma Jumlah Subjek %
Rendah X < 92,3 10 12,82%
Sedang 92,3 ≤ X ≤ 116,3 57 73,07%
Perilaku Konsumtif
Tinggi 116,3 < X 11 14,1%
Rendah X < 86,6 11 14,1%
Sedang 86,6 ≤ X ≤ 111,4 55 70,51%
Body Image
Tinggi 111,4 < X 12 15,38%
Rendah X < 65,7 7 8,97%
Sedang 65,7 ≤ X ≤ 77,4 61 78,2%
Konformitas
Tinggi 77,4 < X 10 12,82%
D. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif dan efektif memberikan informasi tentang besarnya
sumbangan pengaruh tiap variabel prediktor terhadap variabel kriterium dalam
model regresi. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memiliki perbedaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
yakni sumbangan relatif menunjukkan besarnya sumbangan variabel prediktor
terhadap keseluruhan efektifitas garis regresi yang digunakan sebagai dasar
prediksi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan ukuran besarnya
sumbangan dari variabel prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi.
Berdasarkan perhitungan manual, didapatkan hasil sumbangan relatif
body image terhadap perilaku konsumtif sebesar 40,97% dan sumbangan relatif
konformitas terhadap perilaku konsumtif sebesar 59,03%. Sedangkan
sumbangan efektif body image terhadap perilaku konsumtif sebesar 8,299%,
sedangkan sumbangan efektif konformitas terhadap perilaku konsumtif sebesar
11,958%.
D. Pembahasan
Analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif.
Analisis data penelitian menghasilkan nilai korelasi (R) sebesar 0,450, yang
berarti terdapat korelasi yang sedang dan signifikan antara body image dan
konformitas dengan perilaku konsumtif. Hasil ini menunjukkan bahwa body
image dan konformitas dapat dijadikan prediktor untuk memprediksi perilaku
konsumtif.
Body image dan tingkat konformitas bersama-sama dapat mempengaruhi
perilaku konsumtif individu. Individu dengan body image yang negatif yang
berarti tidak puas terhadap tubuh dan penampilan fisiknya, didukung dengan
tingkat konformitas yang tinggi yaitu kecenderungan individu untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
perubahan perilaku atau pandangannya dengan tujuan untuk menyesuaikan diri
dengan perilaku atau pandangan kelompok teman sebayanya, maka dapat
meningkatkan perilaku konsumtif individu.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,203. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
sumbangan pengaruh body image dan konformitas secara bersama-sama mampu
mendukung perilaku konsumtif pada remaja putri, khususnya siswi sekolah
menengah atas sebesar 20,3%, sedangkan sisanya sebanyak 79,7% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diuji secara empiris dalam penelitian ini. Variabel
lain yang dapat mempengaruhi perilaku konsumtif, antara lain tipe kepribadian,
budaya, keluarga, dan pekerjaan (Kotler, 2000).
Menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001), perilaku konsumtif
menggambarkan suatu tindakan yang tidak rasional dan bersifat kompulsif
sehingga secara ekonomis menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya.
Individu dengan tindakan tidak rasional dan kompulsif selalu merasa belum
lengkap dan mencari kepuasan dengan membeli barang-barang yang baru.
Pada umumnya, manusia akan memenuhi kebutuhan primer sebelum
memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginannya. Maslow (dalam Sobur, 2003)
menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan fisiologis seperti
makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Ia akan menahan kebutuhan dan
keinginan lain, sebelum kebutuhan primer terpenuhi. Tetapi, individu dengan
perilaku konsumtif dapat menekan kebutuhannya hanya sekedar untuk memenuhi
hasrat dan keinginannya semata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Remaja yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak
dengan suasana hidup penuh ketergantungan pada orang tua menuju masa dewasa
yang bebas, mandiri dan matang (Santrock, 2003). Remaja berusaha menampilkan
jati diri yang terbaik termasuk penampilan fisik. Perhatian yang besar terhadap
diri sendiri merupakan minat yang kuat pada remaja putri (Hurlock, 2006).
Menurut Cash dan Pruzinsky (2002), perasaan tidak puas terhadap tubuh
dan cara pandang individu terhadap berat badannya berhubungan dengan body
image seseorang. Body image mengacu pada persepsi menyeluruh mengenai
tubuh, termasuk pemikiran, perasaan, dan reaksi seseorang mengenainya (Adi,
2008). Perhatian terhadap penampilan fisik ditunjukkan melalu kekhawatiran dan
perilaku membeli mereka terhadap barang-barang yang dapat merawat dan
meningkatkan penampilan. Media massa baik tayangan iklan di televisi maupun
majalah yang banyak menampilkan figur-figur ideal remaja dan menawarkan
produk-produk remaja akan mempengaruhi remaja untuk membeli produk
tersebut (Anin, dkk., 2007).
Hubungan negatif yang signifikan dan rendah antara body image dan
perilaku konsumtif dapat ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0,247.
Berdasarkan pada hasil tersebut, maka jelaslah bahwa body image dapat
mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja putri, khususnya siswi sekolah
menengah atas. Individu yang memiliki body image positif akan cenderung
memiliki tingkat perilaku konsumtif yang rendah.
Perilaku konsumtif pada remaja juga terkait dengan karakteristik
psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu tingkat konformitas terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
kelompok sebaya. Masa remaja merupakan tahapan peralihan antara masa anak-
anak dengan masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan baik dalam
aspek fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan tersebut sebagai upaya menemukan
jati diri atau identitas diri. Mereka ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari
komunitas remaja secara umum dan secara khusus bagian dari kelompok sebaya
mereka (Aryani, 2006).
Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah penyesuaian
perilaku remaja untuk menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide, atau
aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku. Konformitas
teman sebaya merupakan sesuatu hal yang umum dalam kehidupan remaja
(Hurlock, 2006). Dapat dilihat pada hampir tiap sisi kehidupan remaja seperti
pilihan atas pakaian yang dipakai, musik yang didengar, bahasa, dan nilai-nilai
yang ada. Bila remaja membeli barang hanya untuk memperoleh pengakuan dari
orang lain tanpa pertimbangan yang rasional, maka dapat menyebabkan remaja
semakin terjerat dalam perilaku konsumtif.
Hubungan positif yang signifikan yang rendah antara body image dan
perilaku konsumtif dapat ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,309.
Berdasarkan pada hasil tersebut, maka jelaslah bahwa konformitas dapat
mempengaruhi perilaku konsumtif pada remaja putri, khususnya siswi sekolah
menengah atas. Individu dengan konformitas yang tinggi akan cenderung
memiliki tingkat perilaku konsumtif yang tinggi pula.
Berdasarkan hasil sumbangan efektif body image terhadap perilaku
konsumtif sebesar 8,299% dan hasil sumbangan efektif konformitas terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
perilaku konsumtif sebesar 11,958%, dapat diketahui bahwa konformitas
memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku konsumtif daripada
body image pada remaja putri.
Hal tersebut menjelaskan bahwa perilaku konsumtif remaja putri,
khususnya siswi kelas menengah atas, lebih terpengaruh pada lingkungan
sosialnya, dalam hal ini kelompok teman sebaya, daripada gambaran atau persepsi
remaja terhadap dirinya sendiri. Penyesuaian diri remaja putri, khususnya siswi
menengah atas, agar dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya dapat lebih
meningkatkan perilaku konsumtifnya, daripada body image remaja putri terhadap
tubuhnya sendiri.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara body image dan konformitas dengan perilaku konsumtif,
namun hasil penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan di antaranya
jumlah subjek masih berada dalam lingkup yang kecil, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan ruang lingkup yang
lebih luas, juga dapat dilakukan dengan menggunakan atau menambah variabel-
variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Terdapat hubungan antara body image dan konformitas dengan perilaku
konsumtif. Hal ini menunjukkan bahwa body image dan konformitas dapat
menjadi prediktor bagi perilaku konsumtif.
2. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan perilaku
konsumtif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin negatif tingkat body
image individu, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif
individu tersebut.
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan
perilaku konsumtif. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
konformitas individu, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku konsumtif
individu tersebut.
B. Saran
1. Bagi siswi sekolah menengah atas
Para siswi sekolah menengah atas yang sedang berada pada masa
remaja, di mana terjadi pertumbuhan fisik yang pesat perlu mengetahui dan
mensyukuri fase-fase perkembangan tubuhnya, sehingga dapat terbentuk body
image yang positif. Siswi sekolah menengah atas juga perlu untuk memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
kelompok pergaulan dan melakukan konformitas yang tepat terhadap teman
bergaul dalam upaya mencegah perilaku konsumtif pada remaja putri.
2. Bagi orang tua
Orang tua perlu lebih meningkatkan hubungan interpersonal dengan
anak remajanya untuk dapat mengajarkan kepada anak cara mengontrol
perilakunya sendiri, membentuk body image yang positif, dan melakukan
konformitas yang sesuai terhadap lingkungannya. Orang tua juga perlu
membentuk pola pikir anak dalam mengkonsumsi barang atau jasa, dengan
membeli barang atau jasa berdasarkan kebutuhan dan bukan karena keinginan
semata.
3. Bagi guru
Para guru perlu lebih memperhatikan dan mengajarkan siswa-siswi
cara-cara untuk dapat mengontrol perilakunya sendiri, membentuk body image
positif, dan konformitas yang sesuai dengan kelompok teman sebayanya. guna
mencegah terjadinya perilaku konsumtif di kalangan remaja, terutama siswi
sekolah menengah atas.
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain khususnya ilmuwan psikologi yang tertarik meneliti
topik yang sama, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
dan bahan acuan dalam penelitian. Mengingat hasil sumbangan variabel body
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
image dan konformitas yang sebesar 20,3% dan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi perilaku konsumtif, maka peneliti selanjutnya yang akan
mengadakan penelitian serupa disarankan untuk meneliti faktor-faktor perilaku
konsumtif yang lain yang seperti budaya, keluarga, tipe kepribadian, dan lokus
kontrol.
Peneliti juga menyarankan peneliti selanjutnya dapat memperluas ruang
lingkup penelitian lebih lanjut sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kualitas penelitian. Misalnya dengan memperluas populasi atau melakukan
studi banding antara kelompok remaja putri dengan kelompok remaja putra.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan
seperti observasi dan wawancara sebagai tambahan acuan dalam menganalisis
data, agar hasil yang didapat lebih mendalam dan sempurna, karena tidak
semua hal dapat diungkap dengan skala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
111
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Pradana S. 2008. Membentuk Body Image Positif. Majalah Psikologi Plus. Vol. II No. 12, Juni 2008, 61-66.
Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2008. Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P.T. Bumi Aksara. Anin, Anastasia., Rasimin., dan Atamimi, Nuryati. 2007. Hubungan Self
Monitoring dengan Impulsive Buying terhadap Produk Fashion pada Remaja. Jurnal Psikologi. Vol. 35 No. 2, 181-193.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Armawi, Armaidy. 2007. Dari Konsumerisme ke Konsumtivisme: Dalam
Perspektif Sejarah Filsafat Barat. Jurnal Filsafat Wisdom. Vol. 17 No. 3, 309-318.
Aryani, Gunita. 2006. Hubungan antara Konformitas dan Perilaku Konsumtif
pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Negeri Semarang.
Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Smith, Edward E., dan Bem, Darly J.
2002. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Edisi Kesebelas. Alih Bahasa Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara.
Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. ______________. 2009. Penyusunan Skala Psikologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. ______________. 2010. Sikap Manusia. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Baron, A. Robert dan Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial. Jilid 1. Alih Bahasa
Ratna Djuwita, dkk. Jakarta: Erlangga. ______________. 2005. Psikologi Sosial. Jilid 2. Alih Bahasa Ratna Djuwita,
dkk. Jakarta: Erlangga. Cash, Thomas F. dan Pruzinsky, Thomas. 2002. Body Image: A Handbook of
Theory, Research, and Clinical Practice. New York: The Guilford Press. Djudiyah dan Hadipranata, Asip F. 2002. Hubungan antara Pemantauan Diri,
Harga Diri, Materialisme, dan Uang Saku dengan Pembelian Impulsif pada Remaja. Jurnal Psikodinamik. Vol. 4 No. 2, 59-72.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
112
Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W. 2008. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Alih Bahasa F.X. Budiyanto. Tangerang: Binarupa Aksara.
Fransisca dan Suyasa, P. Tommy. 2005. Perbandingan Perilaku Konsumtif
Berdasarkan Metode Pembayaran. Jurnal Phronesis. Vol. 7 No. 2, 172-198. Hadi, Sutrisno. 2004. Statistika. Jilid 2. Jogjakarta: Andi. Hurlock, Elizabeth B. 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Indria, Karina dan Nindyati, Ayu D. 2007. Kajian Konformitas dan Kreativitas
Affective Remaja. Jurnal Provitae. Vol. 3 No.1, 85-104. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Mengejar Remaja Sampai ke Mall.
Internet. http://www.paudni.kemdiknas.go.id/dikmas/index.php/. Diakses 22 Mei 2011.
Kisawa, Wisnu. 2006. SMA Hollywood di Atas Kuburan. Internet.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0602/18/slo10.htm. Diakses 11 Juni 2011.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin L. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Alih
Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: P.T. Indeks. Kotler, Philip dan Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jilid 1.
Alih Bahasa Ancella A. Hermawan. Jakarta: Salemba Empat. Lury, Celia. 1998. Budaya Konsumen. Alih Bahasa Hasti T. Champion. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Mangkunegara, Anwar P. 2005. Perilaku Konsumen. Bandung: P.T. Refika
Aditama. Matsumoto, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Alih Bahasa
Anindito Aditomo. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Monks, F.J., Knoers, A.M., dan Haditono, Siti R. 2004. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Myers, David G. 2002. Social Psychology. Seventh Edition. New York: McGraw-
Hill.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
113
Oswalt, Sara B. dan Wyatt, Tammy J. 2007. Mirror, Mirror, Help Me Like My Body: Examining a Body Image Media Campaign. Californian Journal of Health Promotion. Vol. 5, Issue 2, 135-147.
Prasetijo, Ristiayanti dan Ihalauw, John. 2005. Perilaku Konsumen. Jogjakarta:
Andi. Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS: Untuk Analisis Data dan Uji
Statistik. Jogjakarta: MediaKom. Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Untuk Psikologi dan
Pendidikan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Rahardjo, Wahyu dan Silalahi, Betty Y. 2007. Perilaku Konsumtif pada Pria
Metroseksual serta Pendekatan dan Strategi yang Digunakan untuk Mempengaruhinya. Jurnal PESAT. Vol. 2, ISSN: 1858-2559, 33-37.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: P.T. Remaja
Rosdakarya. Santoso, Benny. 2006. Bebas dari Konsumerisme. Jogjakarta: Andi. Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa
Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito W. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: P.T. RajaGrafindo Persada. Sarwono, Sarlito W. dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika. Sears, David O., Freedman, Jonathan L., Peplau., dan Letitia, Anne. 2006.
Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kelima. Alih Bahasa Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga.
Sembiring, Amstrong. 2009. Budaya Konsumerisme. Internet.
http://indowarta.com/index.php?option=com_content&view=article&id=310:budaya-konsumerisme&catid=102:opini&Itemid=374. Diakses 30 April 2011.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: C.V. Pustaka Setia. Solomon, Michael R. 2007. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. 7th
Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
114
Sousa, Pedro M.. 2008. Body Image and Obesity in Adolescence: A Comparative Study of Social Demographic, Psychological, and Behavioral Aspect. The Spanish Journal of Psychology. Vol. 11 No. 2, 551-563.
Suharsono, M. dan Haryono, Andriana W. 2009. Sikap terhadap Demonstrasi
Ditinjau dari Konformitas pada Kelompok Teman Sebaya. Jurnal Psikodimensia. Vol. 8 No. 1, 59-67.
Sukamto, Monique E. 2006. Citra Tubuh Perempuan di Media Massa. Anima:
Indonesian Psychological Journal. Vol. 21 No. 3, 299-305. Suprapto, Maria H. dan Aditomo, Anindito. 2007. Aku dan Dia, Cantik Mana?
Perbandingan Sosial, Body Dissatisfaction dan Objektivikasi Diri. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol. 22 No. 2, 188-193.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: P.T. RajaGrafindo
Persada. Tambunan, Raymond. 2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Internet. http://e-
psikologi.com. Diakses 17 Maret 2011. Thompson, J. Kevin. 2000. Body Image, Eating Disorders, and Obesity: An
Integrative Guide for Assesment and Treatment. Washington DC: American Psychological Association.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo S. 2000. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: P.T. Bumi Aksara. Zebua, Albertina S. dan Nurdjayadi, Rostiana D. 2001. Hubungan antara
Konformitas dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal Phronesis. Vol. 3 No. 6, 72-82.