bab ii kajian teori a. minat membacarepository.ump.ac.id/7137/3/suwarno bab ii.pdf · faktor...
TRANSCRIPT
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Minat Membaca
1. Pengertian Minat Membaca
Menurut Djamarah (2008: 166) minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Sedangkan menurut Winkel (Prasetyono, 2008: 50) minat adalah
kecenderungan yang agak menetap dan subjek merasa tertarik pada
bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecipung dalam bidang
itu. Jika dalam hati ada perasaan senang, maka biasanya akan
menimbulkan minat. Bimo Walgito menambahkan bahwa minat adalah
suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu objek, disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarai, dan akhirnya dibuktikan lebih lanjut dengan objek tertentu. Dapat dikatakan bahwa timbulnya minat itu dikarenakan adanya perasaan senang atau adanya rasa ketertarikan terhadap objek yang dilihatnya (Prasetyono, 2008: 52).
Crow dan Crow menjelaskan bahwa minat merupakan kekuatan
pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian pada orang
lain atau objek lain (Prasetyono, 2008: 54).
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
15
Sedangkan menurut Doyles Fryer minat atau intrest adalah gejala psikis
yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan
senang pada individu (Nurkancana, dkk, 1986: 229).
Menurut Bloom, minat menempati tingkat yang paling dasar dari tingkatan afektif yang lain. Adapun urutannya adalah minat, apresiasi, sikap, nilai, dan yang tertinggi adalah kebiasaan. Unsur psikis yang terdapat dalam minat meliputi aspek kesadaran, kemauan, penyeleksian, persetujuan, pengambilan keputusan, penerimaan, dan pemilihan (Prasetyono, 2008: 54). Minat erat hubungannya dengan kebutuhan. Minat merupakan
faktor pendorong bagi anak untuk melaksanakan usahanya.
Tampubolon menjelaskan bahwa minat membaca adalah kemauan dan keinginan seseorang untuk mengenali huruf dan dapat menangkap makna dari tulisan tersebut. Lilawati (Sandjaja, 2005) mengartikan minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Sinambela (Sandjaja, 2005) mengartikan minat membaca sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan (Lintas Berita. 20 Oktober 2009).
Sedangkan membaca adalah aktivitas audiovisual untuk memperoleh
makna dari simbol berupa huruf atau kata. Aktivitas ini meliputi dua proses,
yaitu proses decoding yang di kenal dengan istilah membaca teknis dan proses
pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antara
huruf (grafem) dan bunyi (fonem) atau menerjemahkan kata-kata tercetak
menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Sedangkan membaca pemahaman
adalah proses menangkap makna (Yusuf, dkk., 2003: 69).
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
16
Menurut Hodgson dalam Tarigan (2008: 7) bahwa membaca ialah
suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Minat baca berhubungan dengan tinggi rendahnya frekuensi dan
jumlah bacaan yang dibacanya. Namun perlu ditegaskan bahwa bacaan
itu bukan merupakan bacaan wajib. Misalnya bagi pelajar, bukan buku
pelajaran sekolah. Jadi seharusnya diukur dari frekuensi dan jumlah
bacaan yang dibaca dari jenis bacaan tambahan untuk berbagai
keperluan misalnya menambah pengetahuan umum (lintasberita.com).
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat baca
merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat
sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan
yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki
minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan
membaca.
2. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca adalah menginterprestasikan jalan pikiran
sang penulis. Membaca adalah kegiatan yang dilakukan berupa
penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat yang
memiliki makna bagi seseorang (Darmono, 2007: 215).
Tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Dalam kenyataannya terdapat tujuan yang lebih khusus dari kegiatan membaca, yaitu: a. membaca untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori
ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik. Menurut David Eskey tujuan membaca semacam ini adalah
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
17
reading for pleasure. Bacaan yang dijadikan obyek kesenangan menurut David adalah sebagai “bacaan ringan”;
b. membaca untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran buku ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca untuk meningkatkan pengetahuan disebut juga dengan reading for intelectual profit;
c. membaca untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku petunjuk, ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan, membaca prosedur kerja dari pekerjaan tertentu. Kegiatan membaca semacam ini dinamakan dengan reading for work (Darmono, 2007: 215).
Agar tujuan membaca dapat berhasil dengan baik, ada beberapa
metode utama dalam proses membaca sebagai berikut:
a. Model dari bawah ke atas Model ini pertama kali dikemukakan oleh Goodman
(1967). Proses ini merupakan suatu proses yang melibatkan suatu persepsi yang tepat, terinci dan berurutan serta identifikasi huruf, kata, pola dan unit-unit bahasa yang lebih luas.
b. Model dari atas ke bawah Goodman menyebut model ini sebagai model terka
(guessing game). Pada tahun 1971 Frank Smith menyempurnakan model ini, walaupun masih menggunakan nama yang sama. Inti metode ini menyatakan bahwa “membaca” merupakan suatu permainan menerka yang bersifat psiklinguistik, melibatkan interaksi antara pikiran dan bahasa. Membaca efisien tidak terjadi melalui persepsi yang tepat dan ketrampilan menyeleksi penanda-penanda yang sangat sedikit jumlahnya, namun sangat produktif yang diperlukan untuk menerka isi bacaan.
c. Model interaktif Disebut interaktif karena terjadi interaksi dari
gabungan berbagai pengetahuan pembaca, serta interaksi antara pembaca dan teks (Darmono, 2007: 216).
Sedangkan menurut Anderson dalam Sakdiyah dkk. (2010: 5-6).
Tujuan membaca itu adalah: 1) menemukan detail atau fakta; 2)
menemukan gagasan utama; 3) menemukan urutan atau organisasi
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
18
bacaan; 4) menyimpulkan; 5) mengklasifikasikan; 6) menilai; 7)
membandingkan atau mempertentangkan.
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
membaca adalah menginterprestasikan atau memaknai suatu bacaan
untuk tujuan menemukan fakta, menyimpulkan, demi kesenangan,
menambah pengetahuan, atau untuk melakukan pekerjaan.
3. Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (2008: 11–13), jenis-jenis membaca ada dua
macam, yaitu: (1) membaca nyaring; dan (2) membaca dalam hati.
Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi
lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca
dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari membaca telaah isi
dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari membaca
teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa
terdiri dari membaca bahasa dan membaca sastra.
4. Strategi Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca
Langkah untuk pengembangan dapat dinamakan dengan strategi
pengembangan. Untuk mewujudkan strategi pengembangan minat dan
kegemaran membaca perlu mengacu pada dimensi-dimensi sebagai
berikut.
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
19
Tabel 2.1 Dimensi Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca
Dimensi Strategi Pengembangan Motivator
1) Edukatif Pedagogik
Perlu dilatih metode dan teknik membaca yang efisien dan efektif Program tugas membaca disertai membuat laporan Program membaca wajib bersifat ekstra kurikuler Lomba penulisan karangan siswa,penggalakan majalah siswa , dan majalah dinding
Guru Bahasa Guru Bidang Studi Kepala Sekolah Kepala Sekolah/Dikbud
2) Sosio Kultural Memotivasi orang tua siswa memberi contoh kegiatan membaca dan menyediakan fasilitas yang menunjang Dibentuk kelompok baca berdasarkan minat siswa
Guru/Pembim bing Kepala Sekolah/OSIS
3) Psikologis Perlu diadakan bahan bacaaan yang selaras sesuai dengan kebutuhan melalui perpustakaan
Kepala Sekolah/Pustaka wan
(Darmono, 2007: 219).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses
pemahaman. Faktor-faktor tersebut adalah: 1) faktor kognitif, 2)
faktor afektif, 3) faktor teks bacaan, dan 4) faktor penguasaan
bahasa. Faktor yang pertama berkaitan dengan pengetahuan,
pengalaman, dan tingkat kecerdasan (kemampuan berpikir)
seseorang. Faktor kedua berkaitan dengan kondisi emosional,
sikap, dan situasi. Faktor ketiga berkaitan dengan tingkat kesukaran
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
20
dan keterbacaan suatu bacaan yang dipengaruhi oleh pilihan kata,
struktur, isi bacaan, dan penggunaabahasanya. Selanjutnya faktor
terakhir berkaitan dengan tingkat kemampuan berbahasa yang
berkaitan dengan penguasaan perbendaharaan kata, struktur, dan
unsur-unsur kewacanaan (Sakdiyah, dkk., 2010: 15).
B. Kemampuan Membaca
1. Pengertian Kemampuan Membaca
Kompetensi membaca siswa SD dibagi menjadi dua
tahapan: 1) membaca permulaan dan 2) membaca lanjut.
Membaca permulaan untuk siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3.
Membaca lanjut untuk siswa kelas 4 sampai dengan kelas 6
(Putra, 2008: 4-5). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
kemampuan membaca adalah kemampuan membaca lanjut.
Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan
pemahaman isi secara keseluruhan. Kemampuan membaca dapat
ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efisien
dan efektif (Tampubolon, 1990: 7).
Pada tingkatan membaca lanjut masih terdapat berbagai
masalah yang menyebabkan pembaca tidak dapat mencapai
kemampuan membaca maksimal dikarenakan adanya kebiasaan-
kebiasaan tertentu, gerakan-gerakan mata, motivasi dan minat
membaca yang merugikan pembaca (Tampubolon, 1990: 8).
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
21
Menurut Tarigan dilihat dari kemampuan membacanya,
ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: 1)
kemampuan membaca literal adalah kemampuan pembaca untuk
mengenal dan menangkap isi bacaan yang tertera secara tersurat
(eksplisit). 2) kemampuan membaca kritis merupakan
kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis
dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan baik makna
tersurat maupun makna tersirat. 3) kemampuan membaca kreatif
merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca
seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna
tersurat (reading the lines), makna antarbaris (reading between
the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines),
tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya
untuk kepentingan sehari-hari.
Selain ketiga kemampuan membaca pemahaman tersebut
di atas, yang termasuk membaca pemahaman antara lain juga
membaca cepat. Jenis membaca ini bertujuan agar pembaca
dalam waktu yang singkat dapat memahami isi bacaan secara
tepat dan cermat. Jenis membaca ini dilaksanakan tanpa suara
(membaca dalam hati). Bahan bacaan yang diberikan untuk
kegiatan ini harus baru (belum pernah diberikan kepada siswa)
dan tidak boleh terdapat banyak kata-kata sukar, ungkapan-
ungkapan yang baru, atau kalimat yang kompleks. Kalau ternyata
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
22
ada, guru harus memberikan penjelasan terlebih dahulu, agar
siswa terbebas dari kesulitan memahami isi bacaan karena
terganggu oleh masalah kebahasaan (Tarigan, 2008: 37-38).
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Minat dan Kemampuan
Membaca
Tingkat minat baca masyarakat Indonesia tergolong
rendah dibandingkan dengan tingkat minat baca masyarakat
bangsa lain. Pernyataan negatif atau pesimistis ini sering muncul
dan diulang-ulang dalam berbagai laporan hasil penelitian dan
pendapat para pakar yang dituangkan dalam berbagai tulisan atau
pun disampaikan dalam beragam pertemuan ilmiah.
Chauhan (1978) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat: Perkembangan fisik, merupakan hal yang sangat penting dalam memutuskan perkembangan minat. Seseorang yang secara fisik mengalami kebutaan atau kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada ketertarikannya pada aktivitas membaca. Perbedaan sex (identitas kelamin). Ada perbedaan besar antara minat membaca pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan fisiologis dan pengaruh budaya, level pendidikan dan kondisi lingkungan. Lingkungan, menentukan aturan penting dalam memutuskan minat membaca seseorang, misalnya saja lingkungan rumah yang kondusif dan memberikan banyak contoh dan stimulus sehingga seseorang akan memiliki kebiasaan membaca (Lintas Berita. 20 Oktober 2009).
. Studi yang dilakukan IEA mengungkapkan beberapa
aspek yang mempengaruhi literasi membaca, yaitu:
a. literasi dan investasi dalam pendidikan;
b. literasi dan latar belakang siswa;
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
23
1) karakteristik siswa dan keluarga siswa;
2) tempat lahir dan bahasa yang digunakan;
3) pendidikan orang tua;
4) status pekerjaan orang tua;
5) status kepemilikan dalam keluarga;
6) kekayaan keluarga;
7) latar belakang sosial-ekonomi keluarga;
8) latar belakang sosial-budaya;
9) kegiatan seni dan budaya;
10) perbandingan gender;
11) pekerjaan masa depan yang diinginkan siswa;
12) pekerjaan rumah;
13) penggunaan komputer;
14) pelajaran tambahan;
c. kebiasaan membaca;
d. motivasi belajar siswa;
e. minat dan konsep diri siswa;
f. stratgi belajar;
g. tingkat kehadiran di kelas dan rasa memiliki;
h. lingkungan sekolah dan pencapaian prestasi;
i. infrastruktur fisik sekolah;
j. sumber daya manusia sekolah;
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
24
k. Organisasi dan manajemen sekolah; (Hayat, dkk., 2010: 143-
193).
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata
unsur minat baca yang akan peneliti teliti merupakan salah satu
unsur yang akan mampu meningkatkan kemampuan membaca.
3. Mengukur Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan
pemahaman isi bacaan. Cara mengukur kemampuan membaca
diperhitungkan dari jumlah kata yang dapat dibaca per menit
dikalikan dengan persentase pemahaman isi bacaan.
Langkah-langkah untuk mengetahui kemampuan membaca
adalah sebagai berikut.
a. Bacalah teks dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang
disediakan.
b. Catatlah waktu yang dipergunakan untuk membaca teks itu
(tidak termasuk menjawab pertanyaan). Agar lebih tepat catatlah
waktu permulaan dan akhir membaca pada selembar kertas dan
hitunglah jumlah waktu dengan sekon kemudian dibagi 60.
c. Jawablah pertanyaan-pertanyaan yang disediakan.
d. Hitunglah kemampuan membaca dengan rumus sebagai berikut.
(Tampubolon, 1990: 11-12).
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
25
Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
membaca ialah kecepatan membaca anak dan kemampuan
pemahaman anak terhadap isi bacaan secara keseluruhan. Kemampuan
membaca anak dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
C. Status Ekonomi Orang Tua
1. Klasifikasi / Penahapan Keluarga
Dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat
kesejahteraannya, keluarga dikelompokkan menjadi lima tahapan
yaitu Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga
Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus,
dengan penjelasan masing-masing tahapan sebagai berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan
b. Keluarga Sejahtera Tahap I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan ibadah, makan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, dalam tulis latin dan keluarga berencana
c. Keluarga Sejahtera Tahap II yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk peningkatan agama, menabung, berinteraksi dalam keluarga, ikut melaksanakan kegiatan dalam masyarakat dan mampu memperoleh informasi.
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
26
d. Keluarga Sejahtera Tahap III yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperanserta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah-raga, pendidikan dan sebagainya
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat (Tim BKKBN, 2010: 14-15).
2. Indikator Masing-masing Tahapan Keluarga
a. Tahapan Keluarga Sejahtera 1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau
lebih; 2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di
rumah bekerja/sekolah dan berpergian; 3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan
dinding yang baik; 4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan; 5) Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana
pelayanan kontrasepsi; 6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah;
b. Tahapan Keluarga Sejahtera II 7) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing; 8) Paling kurang seklai seminggu seluruh anggota keluarga
makan daging/ikan/telur; 9) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru dalam setahun; 10) Luas lantai rumah rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah; 11) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga
dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing; 12) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk
memperoleh penghasilan; 13) Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan
latin; 14) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi;
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
27
c. Tahapan Keluarga Sejahtera III 15) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama; 16) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang
atau barang; 17) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu
sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi; 18) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan
tempat tinggal; 19) Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/tv; d. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
20) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial;
21) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/institusi masyarakat (Tim BKKBN, 2010: 5-6).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa status ekonomi
keluarga adalah suatu keadaan atau kondisi tingkat keluarga berdasar
indikator-indikator tahapan keluarga. Tingkatan keluarga ini
dipengaruhi pendapatan yang diperoleh keluarga dari suatu
pekerjaan atau usaha yang dilakukan setiap harinya untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dalam rumah tangga.
D. Pendidikan Orang Tua
1. Jenjang pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Penyusun, 2010: 10-
11).
a. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
28
lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah ( MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pewndidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pereguruan tinggi dapat
berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas.
2. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus (Penyusun,
2010: 10).
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan status pendidikan orang tua adalah jenjang
pendidikan atau tingkatan pendidikan terakhir yang diperoleh orang
tua siswa sampai lulus dan berijazah.
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011
29
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian kebiasaan baca khususnya di lingkungan siswa telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, misalnya penelitian kebiasaan baca
murid SD yang dilakukan di Jakarta oleh Yatiman tahun 1981 yang
memusatkan perhatian pada:
1. bahan bacaan yang sesuai untuk murid SD;
2. ciri pembeda antara bahan bacaan SD dan orang dewasa;
3. nilai-nilai sosial budaya dalam bahan-bahan bacaan murid SD.
Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian minat dan
kebiasaan membaca masyarakat Jawa Timur oleh Syaifuddin,dkk.
tahun 2004 dengan tujuan penelitian:
1. untuk memperoleh gambaran bagaimanakah minat dan kebiasaan membaca masyarakat di Jawa Timur;
2. untuk mengetahuai perbedaan minat dan kebiasaan membaca masyarakat berdasarkan jenis kelamin pembaca, tingkat usia, jenis pekerjaan, jenjang pendidikan, dan tingkat penghasilan mereka;
3. untuk memperoleh gambaran hubungan antara minat dan kebiasaan membaca masyarakat berdasarkan jenis kelamin pembaca, tingkat usia, jenis pekerjaan, jenjang pendidikan, dan tingkat penghasilan mereka;
4. untuk memperoleh gambaran pengaruh antara minat dan kebiasaan membaca masyarakat berdasarkan jenis kelamin pembaca, tingkat usia, jenis pekerjaan, jenjang pendidikan, dan tingkat penghasilan mereka (Darmono, 2010).
Minat dan Kemampuan Membaca..., Suwarno, Pascasarjana UMP 2011