bab ii kajian pustaka a. perkembangan kognitif anak usia ...repository.ump.ac.id/6273/3/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Desmita,(2010:103), perkembangan kognitif adalah
salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam
Dictionary of Psychology karya Chaplin(2000,dalam Desmita, 2010 : 97),
dijelaskan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan, termasuk di dalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai.
Menurut Patmonodewo (2008:27), perkembangan kognitif sering
diartikan sebagai kecerdasan atau berfikir. Kognitif adalah pengertian yang
luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang
mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan
untuk menggunakan pengetahuan.
Menurut Haditono (2006: 216) perkembangan kognitif
mengandung arti proses berpikir dan proses mengamati yang
menghasilkan, memperoleh, menyimpan dan memproduksi yang membuat
setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri-sendiri.
6
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
7
Menurut Piaget (dalam John W. Santrock 2009:44), bahwa anak-
anak membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri; informasi
tidak sekedar dituangkan kedalam pikiran mereka dari lingkungan. Piaget
yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pikiran mereka untuk mencakup
gagasan baru, karena informasi tambahan memajukan pemahaman.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan kognitif adalah suatu proses dalam
berfikir setiap individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu peristiwa yang terjadi dalam lingkungan
mereka.
2. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Dalam Yudha, Saputra.Dkk(2005: 11) prinsip perkembangan
adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan
masa pertumbuhannya.Perkembangan sangat dipengaruhi oleh faktor
internal (biologis, status kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan,
makanan, dan aktivitas gerak) yang sesuai dengan masa
perkembangannya.
Menurut Bredekamp (dalam Hartati, 2005: 12) Untuk mencapai
pembelajaran yang efektif, maka pada pelaksanaannya harus
memperhatikan beberapa prinsip-prinsip perkembangan yaitu:
a. Aspek-aspek perkembangan anak seperti fisik, sosial, emosional dan
kognitif satu sama lain saling terkait secara erat. Perkembangan dalam
satu ranah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perkembangan dalam
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
8
ranah-ranah yang lain. Perkembangan dalam satu ranah dapat
membatasi atau mendukung perkembangan yang lain,
b. Perkembangan terjadi dalam suatu urutan. Kemampuan, keterampilan,
dan pengetahuan dibangun berdasarkan pada apa yang telah diperoleh
terdahulu. Urutan pertumbuhan dan perkembangan yang relatif stabil
terjadi pada anak selama masa usia dini.
c. Perkembangan berlangsung dengan rentang bervariasi antar anak dan
juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi. Variasi
individual sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi, yakni (1) variasi
dari rata-rata perkembangan dan (2) keunikan masing-masing anak
sebagai individu. Setiap anak merupakan pribadi yang unik dengan
pola dan waktu pertumbuhan individual yang berbeda-beda.
d. Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap
perkembangan anak. Pengalaman-pengalaman awal anak bersifat
kumulatif dalam arti bahwa jika suatu pengalaman jarang terjadi, maka
pengalaman itu bisa memiliki sedikit pengaruh. Pengalaman awal juga
dapat memiliki pengaruh yang tertunda terhadap perkembangan
berikutnya. Misalnya, suatu upaya pembentukan perilaku yang
bersandar pada ganjaran-ganjaran ekstrinsik (seperti permen atau
uang), suatu atrategi yang bisa sangat efektif untuk jangka pendek,
dalam kondisi tertentu dapat mengurangi motivasi instrinsik anak
dalam jangka waktu yang lama.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
9
e. Perkembangan berlangsung ke arah kompleksitas, organisasi dan
internalisasi yang lebih meningkat. Belajar selama usia dini
berlangsung dari pengetahuan nyata ke pengetahuan simbolik.
f. Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks
sosial dan kultural yang majemuk. Menurut model ekologis,
perkembangan anak sangat baik dipahami dalam konteks sosiokultural
keluarga, setting pendidikan, dan masyarakat yang lebih luas. Konteks
yang bervariasi tersebut saling beriteralasi dan semuanya memiliki
pengaruh terhadap perkembangan anak.
g. Anak adalah pembelajar aktif, mengambil pengalaman fisik dan sosial
serta juga pengetahuan yang ditransmisikan secara kultur untuk
membangun pemahaman mereka sendiri tentang lingkungan sekitar
mereka. Anak berkontribusi terhadap perkembangan dan belajarnya
sendiri disaat mereka berupaya memakai pengalaman sehari-harinya di
rumah, sekolah dan di masyarakat. Sejak lahir, anak secara aktif
terlibat dalam membangun pemahaman mereka sendiri yang berasal
dari pengalaman mereka, dan pemahaman ini diperantarai oleh dan
secara jelas terkait dengan konteks sosiokultur.
h. Perkembangan dan belajar merupakan hasil dari interaksi kematangan
biologis dan lingkungan, yang mencakup baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial tempat anak tinggal. Manusia merupakan
produk dari keturunan dan lingkungan, dan kekuatan-kekuatan ini
saling berinteraksi.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
10
i. Perkembangan mengalami percepatan, bila anak memiliki kesempatan
untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh
dan juga ketika mereka mengalami tantangan di atas level
penguasaannya pada saat itu.
j. Bermain merupakan suatu sarana penting bagi perkembangan anak
seperti sosial, emosional, kognitif, dan juga merefleksikan
perkembangan anak. Aktivitas bermain anak merupakan konteks yang
sangat mendukung proses perkembangan.
k. Anak mendemonstrasikan mode-mode untuk mengetahui dan belajar
yang berbeda, serta cara yang berbeda pula dalam merepresentasikan
apa yang mereka tahu.
l. Anak berkembang dan belajar terbaik dalam suatu konteks komunitas
yang merasa aman dan menghargai, memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisiknya, dan dirasa aman secara psikologisnya.
Sedangkan dalam (Yusuf, Syamsu.dkk 2011: 4) prinsip-prinsip
perkembangan adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never
Ending Process). Individu secara terus-menerus berkembang atau
berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang
hidupnya.
b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek
perkembangan individu baik fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun
moral satu sama lainnya saling mempengaruhi. Pada umumnya
terdapat hubungan yang positif antara aspek-aspek tersebut.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
11
c. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu. Perkembangan
terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap sebelumnya, dan
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik
dan psikis mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo
yang berbeda ( ada yang cepat dan ada yang lambat)
e. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas. Prinsip ini dapat
dijelaskan dengan contoh: a. sampai usia 2 tahun, anak memusatkan
perhatiannya untuk menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara;
dan b. pada usia 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi
manusia sosial ( belajar bergaul dengan orang lain).
f. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan perkembangan.
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani kehidupannya yang normal
dan berusia panjang individu akan mengalami masa atau fase
perkembangan: masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, anak, remaja dan
dewasa.
3. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001: 27) mengelompokkan
tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap:
tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, dan tahap
operasi formal. Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak
berdasarkan tindakan inderawinya. Tahap praoperasi diwarnai dengan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
12
anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda
atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasi konkret
ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas. Tahap operasi formal
dicirikan dengan pemikiran abstrak.
a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu
bayi lahir sampai sekitar berumur 2 tahun. Pada tahap ini, intelegensi
anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap
lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar dan
lain-lain. Pada tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa.
Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya
suatu benda yang tidak berada di dekatnya.
Intelegensi sensorimotor, meskipun didasarkan pada tindakan
anak, hal ini sangat membantu perkembangan anak dalam
memecahkan suatu persoalan yang sedang di hadapinya. Misalnya,
seoranga anak hendak menggapai suatu benda yang terletak jauh dari
dirinya dengan menggerak-gerakkan tangannya. Anak ini mencoba
meraih benda tersebut, tetapi tidak berhasil. Akhirnya dalam
perkembangan waktu, ia mencoba menggerak-gerakkan tongkat yang
ada di dekatnya kearah benda tersebut dan berhasil mengambil benda
tersebut.
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini
menggunakan proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
13
perkembangan kognitif anak dikembangkan dengan perlahan-lahan
melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema-skema anak
karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman
dan situasi yang baru.
b. Tahap Praoperasi (umur 2-7 tahun)
Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi
semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau
menjelaskan suatu objek yang saat itu berada bersama subjek. Cara
berpikir simbolik ini diungkapkan dengan penggunaan bahasa pada
masa anak mulai berumur 2 tahun. Selain itu, tahap ini juga dicirikan
dengan pemikiran intuitif pada anak. Dengan adanya penggunaan
simbol, seorang anak dapat mengungkapkan dan membicarakan suatu
hal yang sudah terjadi. Ia juga dapat membicarakan macam-macam
benda dalam waktu yang bersamaan. Dengan penggunaan bahasa,
seorang anak dapat mengungkapkan suatu hal yang tidak sedang
dilihat.Ia juga dapat membicarakan sesuatu hal tanpa terikat ruang dan
waktu dimana hal tersebut terjadi. Dengan perkembangan ini, sudah
jelas bahwa intelegensi anak makin berkembang.
c. Tahap Operasi Konkret (umur 7-11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem
pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis.
Anak sudah memperkembangkan operasi-operasi logis. Operasi itu
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
14
bersifat reversibel, artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu
suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada awalnya lagi.
Selain itu, tahap operasi konkret tetap ditandai dengan adanya
sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata atau konkret.
Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang
konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis. Anak masih kesulitan
untuk memecahkan persoalan yang mempunyai banyak variabel. Maka
itu, meskipun inteligensi pada tahap ini sudah sangat maju, cara
berpikir seorang anak tetap masih terbatas karena masih berdasarkan
sesuatu yang konkret.
d. Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun ke atas)
Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam
perkembangan kognitifmenurut Piaget. Ini terjadi pada umur sekitar 11
atau 12 tahun ke atas.Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat
berpikir logis dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya. Asimilasi dan akomodasi terus berperan dalam
membentuk skema yang lebih menyeluruh pada pemikiran remaja.
Menurut Piaget (dalam Hartati, 2005: 68) menyebutkan bahwa
proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui anak. Dalam hal ini Piaget membagi perkembangan
kognitiftersebut menjadi empat tahap, yaitu:
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
15
a. Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun)
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori-
motor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah
mencapai tahap yang lebih tinggi (operasional kongkret dan
operasional formal). Pada tahap sensorimotor anak-anak sangat
tergantung pada informasi yang didapat dari panca indera, dan
gerakan-gerakan tubuhnya. Perkembangan yang paling penting pada
tahap ini adalah perkembangan kesadaran akan keberadaan suatu
objek yaitu anak akan menyadari keberadaansuatu objek sekalipun
objek tersebut sudah tidak terlihat lagi (tersembunyi).
b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun)
Anak dapat memanipulasi sejumlah simbol, dan mampu
memahami segala sesuatu dalam satu arah. Anak belum dapat
membalikkan urutan tindakan dari yang paling belakang ke depan.
Misalnya anak mampu menyebutkan urutan angka 1 sampai dengan
10 secara lancar dengan disertai benda atau lambang bilangan, tetapi
ketika anak diperintahkan untuk mengulangi ucapan konsep bilangan
tersebut tanpa adanya benda atau lambang bilangan, dan urutan angka
tersebut dibalik dari 10 sampai dengan 1, anak terlihat bingung dan
membutuhkan proses yang lama untuk mengingatnya, maka menurut
Piaget kondisi tersebut sebagai proses kematangan yang belum
terinternalisasi dalam kemampuan mental anak. Anak masih sulit
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
16
memahami konsep permasalahan, artinya segala sesuatu tetap sama
walaupun bentuknya berubah.
c. Tahap OperasionalKonkret (7-11 tahun)
Pada tahap operasional konkret, anak mampu memahami
operasi yang dibutuhkan untuk aktivitas mental termasuk konservasi.
Anak mampu menyimpulkan operasi di dalam otaknya, misalnya
berhitung tanpa menggunakan jari. Anak masih terikat kuat pada
pengalaman praktis (hands on experience). Anak mampu mengingat,
mengolah, dan menyimpulkan sesuatu tanpa harus menggunakan
benda. Ia akan mengulangi ingatannya sesuai dengan pengalamannya
ketika menghitung dengan jari atau simbol-simbol berupa angka.
d. Tahap Operasional Formal (11-18 tahun)
Pada tahap operasional formal, anak sudah mampu berpikir
abstrak. Mereka lebih banyak menggunakan logika ilmiah dalam
puncak perkembangannya. Anak remaja mampu membuat, dan
menguji hipotesa untuk menganalisis, dan mengevaluasi logika.
Menurut Piaget (dalam Mutiah, 2010: 53) dan (dalam Ernawulan,
2005: 36) semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama
melalui empat tahapan meliputi:
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih banyak menggunakan gerak refleks
dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman
berinteraksi dengan lingkungan ini amat penting, untuk proses berfikir
ketahap selanjutnya.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
17
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan proses berfikir yang
lebih jelas. Anak mulai mengenal beberapa simbol dan tanda termasuk
bahasa dan gambar. Anak mulai menunjukkan kemampuan melakukan
permainan simbolis. Pada tahap ini anak memperoleh pengalaman
tentang matematika melalui berbagai kontak fisik dan eksplorasi
terhadap lingkungannya. Anak mampu mengelompokkan benda-benda
menurut ciri tertentu.
c. Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat memecahkan persoalan-
persoalan sederhana yang bersifat konkret. Ia dapat berfikir reversibel
(berkebalikan), anak mampu memahami suatu pertanyaan.
d. Operasional Formal (11 tahun ke atas)
Menurut Piaget tahap ini di capai anak usia 11-15 tahun.
Pemikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian
yang terjadi di depan matanya karena anak sudah mulai remaja yang
tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret. Pemikirannya telah
terbebas dari kejadian langsung.
B. Bermain Eksplorasi Alam Sekitar
1. Pengertian bermain
Bermain merupakan kebutuhan manusia sepanjang rentang
kehidupan, dalam kultur manapun. Bagi anak-anak menurut para ahli,
bermain memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting. Bagi mereka,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
18
bermain bukan hanya menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan
yang mau tidak mau harus terpenuhi.
Menurut Hurlock, 1997 ( dalam Musfiroh; 2005: 3 ) bermain dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka
rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar. Bermain merupakan
kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri, melalui bermain
anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan.
Menurut Gallahue, 1989 ( dalam Hartati; 2005: 85) bermain adalah
suatu aktivitas yang langsung dan spontan dilakukan oleh seorang anak
dengan orang lain atau teman sebayanya dengan menggunakan benda-
benda disekitarnya dengan senang, sukarela, dan imajinatif, serta dengan
menggunakan perasaannya, tangannya atau seluruh anggota tubuhnya.
Dalam bermain, anak melakukan berbagai kegiatan yang berguna
untuk mengembangkan dirinya. Anak mengamati, mengukur,
membandingkan, bereksplorasi, meneliti dan masih banyak lagi yang
dapat dilakukan anak. Situasi seperti ini sering dilakukan tanpa di sadari
bahwa ia telah melatih dirinya dalam beberapa kemampuan tertentu
sehingga ia memiliki kemampuan baru.
Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperolehkesenangan
dan sebagai salah satu cara untuk berinteraksi dengan lingkungan serta
sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman anak
menggunakan seluruh anggota tubuh demi memperoleh kesenangan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
19
2. Ciri-ciri Bermain
Bermain memiliki ciri- ciri yang khas, yang membedakannya
dengan kegiatan yang lain. Kegiatan bermain menurut beberapa ahli
(dalamMusfiroh, 2005: 7) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bermain selalu menyenangkan (pleasurable) dan menikmatkan atau
menggembirakan (enjoyable). Bahkan ketika tidak disertai oleh tanda-
tanda keriangan, bermain tetaplah bernilai positifbagi para pemainnya
(Garvey, 1990). Ini berarti, suatu kegiatan dapat dikategorikan bermain
apabila anak-anak merasa senang melakukan aktivitas tersebut.
b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi bermain adalah motivasi
intrinsik. Ini berarti, anak bermain bukan karena mereka melaksanakan
tugas yang diberikan oleh orang lain, tetapi semata-mata karena anak
memang ingin melakukannya. Karena memiliki motivasi intrinsik,
anak dapat memulai dan mengakhiri kegiatan bermain kapanpun
mereka inginkan.
c. Bermain bersifat spontan dan sukarela. Kegiatan bermain dilakukan
bukan karena terpaksa, bermain tidak bersifat wajib melainkan dipilih
sendiri oleh anak. Sehingga saat bermain ditentukan seketika anak
menginginkan dan dilakukan dengan suka hati tanpa ada rasa terpaksa.
Anak sendirilah yang menentukan suatu kegiatan yang akan dilakukan,
apabila ada unsur keterpaksaan atau ditentukan oleh orang lain maka
kegiatan tersebut cenderung menjadi bekarja.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
20
d. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta. Kegiatan bermain
terjadi karena adanya keterlibatan semua anak sesuai peran dan giliran
masing-masing, sehingga semua ikut merasakan kegiatan yang sedang
dilakukan melalui bermain tersebut.
e. Barmain bersifat aktif. Dalam kegiatan bermain menuntut keaktifan
anak yang bermain, anak-anak yang sedang bermain bersama-sama
memikirkan, mengorganisasikan, merencanakan serta berinteraksi
dengan lingkungan.
f. Bermain bersifat fleksibel. Dalam bermain anak dapat dengan bebas
memilih dan beralih ke kegiatan bermainapa saja yang mereka
inginkan. Namun, adakalanya anak bebas berpindah-pindah dari satu
kegiatan bermain ke kegiatan bermain yang lain dalam waktu yang
tidak terlalu lama( Solehuddin, 2000;Tedjasaputra, 2001).
Selain ciri-ciri diatas, (dalam Hartati, 2005: 91) bagi anak-anak
bermain adalah sarana untuk mengubah kekuatan potensial di dalam
dirinya menjadi berbagai kemampuan dan kecakapan. Selain itu, bermain
juga dapat menjadi sarana penyaluran energi yang sangat baik bagi anak.
Oleh karena itu, kegiatan bermain pada anak memiliki karakteristik atau
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bermain dilakukan karena kesukarelaan, bukan paksaan,
b. Bermain merupakan kegiatan untuk dinikmati, selalu menyenangkan,
mengasikan dan menggairahkan,
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
21
c. Bermain dilakukan tanpa iming-iming apapun, kegiatan bermain itu
sendiri sudah menyenangkan,
d. Bermain lebih mengutamakan aktivitas dari pada tujuan, tujuan dari
bermain adalah aktivitas itu sendiri,
e. Bermain menuntut partisipan aktif, baik secara fisik maupun psikis,
f. Bermain itu bebas, bahkan tidak harus selaras dengan kenyataan.
Anak bebas membuat aturan sendiri dan mengoperasikan fantasinya,
g. Bermain itu sifatnya spontan, sesuai dengan yang diinginkannya saat
itu,
h. Makna dan kesenangan bermain sepenuhnya ditentukan si pelaku,
yaitu anak itu sendiri yang sedang bermain ( Seri Ayah Bunda:
Bermain Dunia Anak, 1994).
3. Pengertian Eksplorasi
Ide kreatif sering kali muncul dari eksplorasi atau penjelajahan
individu terhadap sesuatu. Eksplorasi dapat memberikan kesempatan bagi
anak untukmelihat, memahami, merasakan, dan pada akhirnya membuat
sesuatu yang menarik perhatian mereka dengan menggunakan ide
kreatifmereka. Kegiatan seperti ini dapat dilakukan dengan cara
mengamati dunia sekitar sesuai dengan kenyataan yang ada secara
langsung. Pengamatan tersebut bisa berupa lingkungan, diantaranya hutan,
bukit, pasir, laut, kolam dan lingkungan alam lainnya.
Menurut KBBI: 254 dalam (Rachmawati dkk, 2010: 55) Kegiatan
eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
22
pengetahuan lebih banyak, terutama sumber alam yang terdapat ditempat
itu. Eksplorasi dapat pula dikatakan sebagai kegiatan
untukmemperolehpengalaman baru dan situasi yang baru. Eksplorasi
merupakan suatu jenis kegiatan permainan yang dilakukan dengan cara
menjelajahi atau mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal tertentu
sambil mencari kesenangan atau sebagai hiburan dan permainan.
Nichols(dalamYudha,2005: 28) menguraikan bahwa pembelajaran
eksplorasi merupakan strategi mengajar yang lebih memfokuskan pada
siswa (child centered). Dalam strategi mengajar eksplorasi ini tugas gerak
dirancang untuk memungkinkan anak bergerak bebas seperti yang mereka
inginkan, dalam batas keamanan yang selalu terjaga. Strategi mengajar ini
mampu mengeksplorasi gerak dengan cara yang lebih umum dengan
sedikit sekali arahan dari guru. Strategi ini dapat digunakan untuk
memperkenalkan konsep, ide-ide dan respon dari anak mengenai materi
yang guru berikan selama proses pembelajaran.
Bermain Eksplorasi (dalam Hartati, 2005: 115) adalah nama lain
yang juga digunakan untuk menggambarkan bermain fungsional. Bermain
digunakan oleh anak untuk mengeksplorasi lingkungannya. Melalui indera
dan aktivitas motorik dalam bermain anak mempelajari dunianya. Anak
menggali kemampuan fisiknya dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Anak menyebabkan suatu kejadian, ia memiliki kekuatan
atas dirinya sendiri dan melakukan sendiri dalam dunianya, bahkan
kekuatan yang berasal dari luar dunianya dan kejadian yang akan terjadi.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
23
Ia membangun konsep tentang benda alam, perubahannya dan sebab
akibat yang ditimbulkannya. Anak melibatkan indera tubuhnya dalam
dunianya, mengembangkan koordinasi tangan dan mata, mengenali
kekekalan benda dan mengeksplorasi konsep ruang dan waktu.
Hubungan antara bermain eksplorasi dengan kemampuan kognitif
ini adalah melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan
kognitifnya. Melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitar, anak dapat
menilai tentang benda-benda yang ada.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa melalui
kegiatan eksplorasi anak dapat menambah wawasan dan informasi yang
lebih luas dan nyata, menumbuhkan rasa ingin tahu yang mendalam,
mengenal lingkungan anak dapat mengenal berbagai macam-macam dan
jenis-jenis, warna, bentuk, ukuran, rasa dan bunyi.
4. Langkah Bermain Eksplorasi Alam Sekitar
Dengan Belajar pada Alam Sekitar atau BALS (Rachmawati :2010:
55), anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa,
bunyi dan ukuran melalui alam.
Permainan sebagai suatu media yang meningkatkan semua aspek
perkembangan anak, khususnya perkembangan kognitif anak. Permainan
memungkinkan anak mempraktikkan kompetensi-kompetensi dan
keterampilan-keterampilanyang diperlukan dengan cara yang santai dan
menyenangkan.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
24
Langkah bermain eksplorasi alam sekitar menurut peneliti, ini
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Guru menjelaskan cara bermainnya,
b. Guru memberikan arahan pada anak apa yang harus dilakukan dan
tidak dilakukan serta memperingatkan pada anak tentang alat dan
bahan yang akan digunakan
c. Guru menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan,botol
bekas, biji-bijian( kacang hijau, kedelai, jagung dll), dan
mencontohkan cara bermainnya.
d. Setiap anak diberikan tugas untuk melakukan eksplorasi secara
bersama-sama seperti yang di contohkan untuk mencari benda yang
diminta oleh guru, misalkan biji-bijian. Anak mencari biji-bijian yang
sudah disediakan sebanyak mungkin, kemudian anak
mengelompokkan sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
e. Setelah terkumpul, anak-anak dapat mengamati, mengevaluasi, dan
memanfaatkan biji-bijian tersebut dengan cara membedakan
bentuknya, membilang jumlahnya, mengisi botol dengan biji-bijian
untuk mengetahui konsep penuh-kosong, berat-ringan dll.
5. Manfaat bermain eksplorasi alam sekitar bagi perkembangan kognitif
anak yaitu:
Dalam Rachmawati (2010: 56) kegiatan eksplorasi akan
memberikan kesempatan pada anak untuk memahami dan memanfaatkan
olah jajahannya berupa:
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
25
a. Wawasan informasi yang lebih luas dan lebih nyata,
b. Menumbuhkan rasa keingintahuan anak tentang sesuatu yang telah
ataupun baru diketahuinya,
c. Memperjelas konsep keterampilan yang telah dimilikinya,
d. Memperoleh pemahaman penuh tentang kehidupan manusia dengan
berbagai situasi dan kondisi yang ada,
e. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana memahami lingkungan
yang ada disekitar, serta bagaimana memanfaatkannya.
Menurut Moeslichatoen (dalam Rachmawati, 2010: 56)
menyatakan bahwa semakin banyak perbendaharaan pengetahuan anak
tentang dunia nyata semakin cepat perkembangan kognisi mereka terutama
dalam kemampuan berpikir dan kemampuan membuat penilaian. Dengan
Belajar pada Alam Sekitar atau BALS, anak dapat mengenal berbagai
makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi dan ukuran melalui alam.
Dalam Yudha (2005:28) manfaat eksplorasi yaitu memungkinkan
anak untuk memperoleh peluang kerja mandiri dan menggali
kemampuannya sendiri. Selain itu dapat menghasilkan sikap percaya diri
yang lebih besar pada diri anak.
Menurut Mayke (2005: 59) manfaat yang bisa diperoleh dari
kegiatan eksplorasi adalah menambah pengetahuan anak dan mendorong
untuk mencari tahu hal-hal yang baru. Manfaat kedua adalah mendukung
kepribadian yang positif, misalnya saja inisiatif untuk bertindak, bersikap
sportif, bersikap tenang menghadapi masalah yang tidak diharapkan dan
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
26
percaya diri. Manfaat ketiga adalah sebagai alat bantu bagi anak untuk
bersosialisasi atau menyesuaikan diri dengan teman-teman.
C. Kriteria Keberhasilan
1. Pedoman Penilaian atau Evaluasi
Depdiknas (2004: 3) penilaianadalah suatu usaha mengumpulkan
dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala,
berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan
serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan
pembelajaran.
Menurut Yus Anita(2005: 111) pencatatan penilaian dapat
menggunakan skala penilaian berupa memuaskan, berhasil, dan belum
berhasil atau dengan lambang (○) artinya berhasil melakukan beberapa
kriteria yang ditentukan, lambang (√) bisa melakukan separuh dari
kriteria yang telah ditentukan dan tanda (x) untuk siswa yang belum
dapat memenuhi kriteria yang ditentukan.
Menurut Kemendiknas (2010: 5) penilaian di Taman Kanak-
kanak merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak dan pengambilan
keputusan, pengakuan, atau ketetapan dengan kondisi ( kemampuan
anak). Pedoman penilaian Kemendiknas Dirjen Mandas dan Menengah
Direktorat Pembina TK (2010: 11) catatan hasil penilaian harian
perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian Rencana
Kegiatan Harian (RKH) sebagai berikut :
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
27
a. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti
dalam RKH atau dalam melaksanakn tugas selalu dibantu guru, maka
dalam kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu
bintang ().
b. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator seperti
yang diharapkan di RKH mendapatkan tanda dua bintang ().
c. Anak yang berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator
dalam RKH mendapat tiga bintang ().
d. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti
yang diharapkan dalam RKH mendapat tanda empat
bintang().
2. Indikator Hasil Belajar
Kompetensi Dasar merupakan pengembangan potensi-potensi
perkembangan pada anak yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak sesuai dengan usianya berupa pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar
dan indikator yang dapat diukur dan diamati.
Hasil belajar merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai
dari suatu tahapan pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Indikator merupakan hasil belajar yang lebih spesifik dan terukur dalam
satu kompetensi dasar. Apabila serangkaian indikator dalam suatu
kompetensi dasar tercapai, berarti target kompetensi dasar sudah
terpenuhi.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
28
Dalam Kurikulum TK ( Matrik Kelompok B) tahun 2004 terdapat
indikator pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar anak
dalam aktivitas pembelajaran di sekolah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Aspek Perkembangan Kognitif
No Indikator Aspek Perkembangan Kognitif
1 Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui
anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, dan ukuran
menggunakan biji-bijian.
2 Membilang / menyebut urutan bilangan 1-20 menggunakan biji
kacang tanah
3 Mengenalberat-ringan, banyak-sedikit, sama-tidak sama
menggunakan biji-bijian
Sumber. Kurikulum TK 2004
D. Kerangka Pikir
Sebagai suatu proses berfikir, mengatasi pengalaman atau masalah
baru terhadap situasi yang dihadapi. Tingkah laku kognitif ini merupakan
produk atau hasil dari penerapan strategi berfikir, mengatasi masalah-masalah
baru secara cepat dan kreatif. Dengan demikian pendidikan seharusnya
membantu anak untuk menemukan bakat dan kreativitas yang tersembunyi
dalam diri anak.
Dari hal tersebut, peneliti melakukan observasi sebelum melakukan
penelitian pada kondisi awal pembelajaran di TK tersebut masih monoton dan
membosankan bagi anak. Sehingga kemampuan kognitif anak kurang
berkembang sesuai tahap perkembangannya, kurangnya pendekatan atau
interaksi antara guru dan anak menjadikan pembelajaran kurang
menyenangkan. Anak terlihat kurang memperhatikan dan merespon guru saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
29
Dengan Belajar pada Alam Sekitar atau BALS (Rachmawati :2010:
55), anak dapat mengenal berbagai makhluk, warna, bentuk, bau, rasa, bunyi
dan ukuran melalui alam. Anak juga dapat meniru dan membuat duplikasi
alam sesuai imajinasi dan kemampuannya. Melalui bermain eksplorasi alam
sekitar anak dapat berinteraksi langsung dengan benda – benda yang dapat
menarik rasa ingintahunya dan mencari tahu sendiri tentang benda tersebut,
dan pembelajaran yang diberikan tidak monoton dan tidak membosankan
anak, kegiatan ini akan menuntut siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga anak merasa senang dan tertarik dengan alam.
Bagan Alur Kerangka Pikir
Kondisi Awal
Kemampuan Kognitif
Belum Optimal
PERENCANAAN
perbaikan dengan
kegiatan bermain
eksplorasi
Observasi
Perkembangan kognitif
melalui bermain
eksplorasi alam sekitar
mulai berkembang
Refleksi
Guru mengajak anak
menceritakan kembali
apa yang telah
dilakukan
Observasi
Perkembangan kognitif
melalui bermain
eksplorasi hsilnya
berkembang
Refleksi
Terjadi
peningkatan
terhadap
kemampuan
kognitif pada
kemampuan
anak
Perkembangan kognitif
siswa melalui kegiatan
eksplorasi alam sekitar
Siklus I
Mengajak anak
bereksplorasi
atau bermain
menggunakan
biji-bijian
Siklus II
Mengajak anak
bermain eksplorasi
menggunakan benda-
benda yang sudah
disediakan guru
yaitu biji-bijian
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014
30
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian tindakan kelas yang diajukan yaitu penerapan
metode bermain eksplorasi alam sekitar dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak kelompok B1 RA Al Khairiyah Banjarsari Kidul Kecamatan
Sokaraja Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2013-2014.
Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Dwi Erniati, FKIP, UMP, 2014