bab i pendahuluan informasi mengenai penggunaan lahan...

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi mengenai penggunaan lahan dan perubahnnya mempunyai peran penting untuk mengetahui dinamika perubahan penggunaan lahan itu sendiri. Perubahan penggunaan lahan tersebut sangat perlu dipelajari, untuk itu diperlukan data yang dapat memberi informasi mengenai luasan perubahan lahan secara cepat dan up to date. Penggunaan data satelit merupakan cara yang efektif untuk pemetaan penggunaan lahan, karena data satelit memiliki rentang waktu yang dapat diatur untuk pengambilan data citra untuk lokasi yang sama. Perkembangan teknologi penginderaan jauh saat ini mengarah pada peningkatan resolusi spasial dan temporal untuk perolehan informasi dan keperluan monitoring. Mengingat sangat terkaitnya permasalahan perubahan lahan ini dengan aspek keruangan, pendekatan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) juga diperlukan untuk menambah informasi yang akan didapat, seperti sistem input data peta yang baik. Kota Bogor menjadi salah satu wilayah dengan penduduk tertinggi di wilayah Jawa Barat, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk Kota Bogor dari tahun ke tahun ditiap kecamatan. Kota Bogor yang dibagi menjadi enam kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamtana Bogor Utara, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat,Kecamatan Tanah Sareal. Data sensus penduduk tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk antara tahun 1990-2010 meningkat menjadi 3 kali lipat yaitu dari 271.771 jiwa pada tahun 2000 menjadi 950.334 jiwa pada tahun 2010. Data Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 1.1.

Upload: trankhuong

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Informasi mengenai penggunaan lahan dan perubahnnya mempunyai

peran penting untuk mengetahui dinamika perubahan penggunaan lahan itu

sendiri. Perubahan penggunaan lahan tersebut sangat perlu dipelajari, untuk

itu diperlukan data yang dapat memberi informasi mengenai luasan

perubahan lahan secara cepat dan up to date. Penggunaan data satelit

merupakan cara yang efektif untuk pemetaan penggunaan lahan, karena data

satelit memiliki rentang waktu yang dapat diatur untuk pengambilan data

citra untuk lokasi yang sama. Perkembangan teknologi penginderaan jauh

saat ini mengarah pada peningkatan resolusi spasial dan temporal untuk

perolehan informasi dan keperluan monitoring. Mengingat sangat terkaitnya

permasalahan perubahan lahan ini dengan aspek keruangan, pendekatan

menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) juga diperlukan untuk

menambah informasi yang akan didapat, seperti sistem input data peta yang

baik. Kota Bogor menjadi salah satu wilayah dengan penduduk tertinggi di

wilayah Jawa Barat, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan

jumlah penduduk Kota Bogor dari tahun ke tahun ditiap kecamatan. Kota

Bogor yang dibagi menjadi enam kecamatan yaitu Kecamatan Bogor

Selatan, Kecamatan Bogor Timur, Kecamtana Bogor Utara, Kecamatan

Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat,Kecamatan Tanah Sareal. Data

sensus penduduk tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk antara

tahun 1990-2010 meningkat menjadi 3 kali lipat yaitu dari 271.771 jiwa

pada tahun 2000 menjadi 950.334 jiwa pada tahun 2010. Data Peningkatan

jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 1.1.

2

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk di Kota Bogor Tahun 1990, 2000 dan Tahun 2010

Kecamatan Jumlah Penduduk (Orang)

1990 2000 2010

Bogor Selatan 52.061 147.507 181.392

Bogor Timur 62.403 77.000 95.098

Bogor Utara 81.046 132.113 170.443

Bogor Tengah 35.393 91.230 101.398

Bogor Barat 40.808 166.427 211.084

Tanah Sareal - 136.542 190.919

Jumlah 271.771 750.819 950.334

Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010

Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk

terbanyak ditahun 1990-2000 sedangkan tahun 2000-2010 Kecamatan Tanah Sareal

merupakan kecamatan paling padat penduduknya, dengan adanya penambahan

wilayah adminitrasi Kota Bogor yaitu Kecamatan Tanah Sareal maka konsentrasi

jumlah penduduk menjadi bertambah. Pertambahan jumlah penduduk yang

bertambah pesat menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian yaitu sawah,

ladang, kebun maupun lahan non pertanian seperti tanah kosong menjadi lahan

terbangun yang digunakan untuk permukiman, perumahan, perdagangan dan jasa

yang dikarenakan konsentrasi jumlah penduduk yang besar disertai dengan

peningkatan kebutuhan lahan permukiman. Banyaknya penduduk Kota Bogor

sebesar 950.334 jiwa pada tahun 2010 akibat pertumbuhan alami maupun migrasi

berimplikasi pada makin besarnya tekanan penduduk atas lahan, karena kebutuhan

lahan untuk tempat tinggal mereka dan lahan untuk fasilitas-fasilitas kota seperti

transportasi, kesehatan sebagai pendukungnya yang semakin meningkat, hal ini

menjadi persoalan besar bagi perencana, pengelola lahan maupun penduduk sendiri.

Bagi para perencana dan pengelola lahan dinamika pertumbuhan penduduk yang

3

cepat dan tuntutan pengaturan penggunaan lahan yang terbatas dan selalu berubah

mendatangkan pekerjaan tersendiri.

Mengetahui besarnya perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor adalah

dengan cara monitoring perubahan penggunaan lahan. Monitoring dapat dilakukan

dengan memanfaatkan citra satelit Ikonos tahun perekaman 2000 dan citra satelit

Wordview-2 tahun 2011, untuk mengetahui pola penggunaan lahan serta perubahan

penggunaan lahannya.

1.2 Rumusan Masalah

Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat pada suatu wilayah

akan mengakibatkan peningkatan perkembangan pembangunan. Pertumbuhan

jumlah penduduk merupakan akibat dari pertumbuhan penduduk dan juga akibat

migrasi yang tidak terkendali. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus mengalami

peningkatan secara kebutuhan akan lahan untuk memenuhi kebutuhan penduduk

semakin tinggi sementara jumlah potensi sumberdaya lahan tersedia dalam jumlah

tetap.

Kasus yang terjadi di daerah perkotaan salah satunya adalah perkembangan

penggunaan lahan perkotaan maupun disekitar kota, baik yang sudah, sedang dan

masih akan terus terjadi. Seiring dengan pertumbuhan serta perkembangan kota yang

mempunyai karateristik yang beragam. Wilayah perkotaan merupakan salah satu

sasaran dimana perubahan penggunaan lahan itu terjadi yang akan berpengaruh pada

pola perubahan pemanfaatan lahan seperti pengurangan lahan pertanian seperti

sawah dan kebun, penambahan lahan permukiman, penambahan lahan non

permukiman yang proses perubahannya dilakukan oleh individu, institusi. Dampak

dari perubahan seperti pengurangan lahan pertanian, sebaran penghasilan serta

orientasi pemanfaatan bangunan rumah. Pertambahan penduduk menyebabkan

peningkatan penyediaan fasilitas perumahan, pendidikan, kesehatan maupun fasilitas

sosial lainnya. Peralihan sektor pertanian ke sektor industri maupun perumahan

menjadi salah satu yang menyebabkan lahan yang sebelumnya sebagai lahan

4

pertanian digunakan sebagai lokasi industri maupun permukiman. Akibatnya, lahan

pertanian yang dimanfaatkan semakin menyempit luasannya. kenyataan ini

merupakan salah satu contoh perubahan penggunaan lahan yang semakin lama

semakin mengkhawatirkan keberadaannya. manusia sendiri akan rugi apabila tidak

adanya kontrol terhadap sumberdaya yang semakin terdegradasi ini.

Perkembangannya perubahan penggunaan lahan baik pada lahan pertanian

maupun non pertanian berpengaruh pada dinamika Kota Bogor yang merupakan

perubahan pemanfaatan lahan itu sendiri dengan berkurangnya lahan pertanian .

Monitoring penggunaan lahan dengan menggunakan citra digunakan untuk melihat

perubahan penggunaan lahan Kota Bogor dengan citra yang bersakala spasial tinggi

yaitu data citra satelit Ikonos dan Worldview-2 yang digunakan dalam penilitian ini.

Pola penggunaan lahan yang dilihat identik dengan struktur penggunaan

lahan Bogor dimana luas Wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 ha (Sumber: Badan

Pusat Statistik 2008). Luas wilayah tersebut terdistribusi kedalam lahan permukiman

yang pada umumnya berkembang mengikuti jaringan jalan Kota Bogor. Penggunaan

lahan pertanaian, baik sawah maupun ladang dan kebun campuaran yang mempunyai

cakupan luasan yang luas serta sisanya untuk kegiatan seperti fasilitas soasial,

perdagangan dan jasa, pendidikan, TPU, taman serta lapangan olahraga. Hasil

intrepretasi citra penggunaan lahan ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan

terutama terhadap penurunan luasan lahan pertanian yang beralih menjadi

penggunaan lahan terbangun. Kebutuhan lahan yang semakin meningkat untuk

keperluan masyarakat seiring berkembang pesatnya pembangunan dan pembangunan

kota maka perlu diadakan rencana strategi penataan. Salah satu kendala adalah

ketersediaan informasi lahan secara akurat, maka dapat diadakan dengan me-

monitoring perubahan penggunaan lahan untuk menyediakan informasi yang

dibutuhkan. Sistem monitoring peruahan penggunaan lahan yang dilakuan dengan

memnfaatkan citra satelit Ikonos tahun 2000 dan citra satelit Worldview-2 untuk

mengetahui penggunaan lahan tahun 2000 dan tahun 2011, sehingga dapat di overlay

5

dan menghasilkan peta perubahan penggunaan lahan. Penelitian tersebut diadakan

dengan judul “Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor

Menggunakan Citra Ikonos dan Worldview-2 Periode 2000 - 2011”

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membuat peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2000

2. Membuat peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2011

3. Membuat peta perubahan penggunaan lahan Kota Bogor

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2000

2. Mengetahui penggunaan lahan Kota Bogot tahun 2011

3. Mengetahui kedetailan citra Worldview-2

4. Me-monitoring perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kota

Bogor selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2011

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Lahan

Lahan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

manusia karena semua aktivitas baik secara langsung maupun tidak langsung

berkaitan dengan lahan. Lahan dibutuhkan untuk menunjang ketersediaan

kebutuhan manusia seperti halnya pangan, sandang dan papan.

Pengertian lahan (land) mempunyai konsep yang dinamis, dimana

terkandung unsur ekosistem, tetapi lahan itu sendiri adalah bagian dari

ekosistem (Rustadi, 1996). Lahan secara geografis Vink (1975) sebagai

suatu wilayah tertentu diatas permukaan bumi, khususnya meliputi semua

benda penyususn biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau

6

berpindah berada di atas wilayah meliputi atsmosfer, dan di bawah wilayah

tersebut mencakup tanah, batuan induk, topografi, air, tumbuh-tumbuhan dan

binatang dan berbagai akibat kegiatan manusia pada masalalu maupun

sekarang yang semuanya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan

lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang penting bagi

keberlangsungan hidup manusia, mengingat kebutuhan masyarakat akan

lahan semakin meningkat jika proses serta pengolahannya dapat dilakukan

dengan tepat maka lahan menjadi sumberdaya lahan yang mempunyai nilai

atau ekstitensi yang berharga.

Lahan mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan

dengan tanah. Tanah (soil) adalah benda alam yang heterogen dan dinamis

yang terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim dan jasad hidup

terhadap suatu bahan induk yang diengaruhi oleh relief dan waktu

(Arsyad,1989).

1.5.2 Penggunaan Lahan

Menurut Sandy (1995) penggunaan lahan merupakan wujud dari

kegiatan manusia pada suatu ruang atau tanah. Menurut Su Ritohardoyo

(1989) batasan mengenai penggunaan lahan yang paling sederhana dan paling

tepat secara umum, adalah penggunaan lingkungan alam oleh manusia untuk

mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang tertentu. dengan demikian

penggunaan lahan dapat dikatakan sebagai bentuk aktifitas manusia di

permukaan bumi sebagai suatu aspek kehidupan untuk memenuhi kebutuhan

hidup.

Penggunaan lahan dapat dipandang dari suatu persil. Gabungan dari

jenis penggunaan lahan pada suatu wilayah disebut pola penggunaan lahan.

Ada pola penggunaan lahan pedesaan, dan ada pola penggunaan lahan

7

perkotaan. Pola penggunaan lahan dapat menjadi dasar penjelas struktur dan

fungsi ruang (Sandy, 1995).

1.5.2.1 Klasifikasi Penggunaan Lahan

Klasifikasi adalah menetapkan objek-objek, kenampakan atau

unit-unit menjadi kumpulan-kumpulan, didalam suatu sistem

pengelompokan yang dibeda-bedakan berdasarkan sifat-sifat yang

khusus atau berdasarkan kandungan isinya (Malingreu,1981). Sistem

klasifikasi penggunaan lahan yang digunakan ikut menentukan

ketelitian dalam identifikasi penggunaan lahan.

Klasifikasi diperlukan untuk mengatur atau membagi suatu

kenyataan atau fenomena menjadi unit-unit tertentu yang homogen.

Klasifikasi penggunaan lahan ini bermanfaat untuk memperoleh suatu

bahasa dan satu pengertian didalam memperoleh informasi dan untuk

berkomunikasi mengenai tata guna lahan. Di Indonesia sendiri banyak

pakar yang membuat klasifikasi penggunaan lahan. Namun para pakar

tersebut cenderung mengembangkan klasifikasi buatannya sendiri.

Sehingga sulit ditentukan klasifikasi penggunaan lahan yang baku.

Berbagai macam klasifikasi penggunaan lahan dalam buku

Penggunaan dan Tata Guna Lahan yang dikompikasikan oleh Su

Ritohardoyo, dapat ditunjukan kepada contoh sistem klasifikasi

seperti Woro Suprojo (1997) mengemukakan klasifikasi lahan

menurut beberapa aspek yaitu dari segi geografis, kualitas lahan,

potensi land use, land use yang direkomendasikan dan implementasi

perencanaan. Sistem klasifikasi menurut Darmoyuwono (1964)

menekankan pada aspek penggunaan lahan yang terdiri dari empat

aspek yaitu metode dari penggunaan lahan, orientasi penggunaan

lahan, bentuk penggunaan lahan, dan produktifitas penggunaan lahan.

8

Untuk melakukan pemetaan penggunaan lahan di daerah

perkotaan diperlukan sistem klasifikasi bentuk penggunaan lahan agar

dapat dibedakan lahan kekotaan untuk permukiman, lahan kekotaan

non permukiman, dan lahan pertanian. Klasifikasi yang digunakan

adalah klasifikasi berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

(Permen PU) 20 PRT M 2011

Tabel 1.2 Klasifikasi Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Definisi 1 Permukiman Peruntukan ruang difungsikan untuk

tempat tinggal dengan perbandingan yang besar anatar jumlah bangunan rumah dengan luas lahan

2 Perumahan

Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal

4 Perdagangan dan Jasa Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya

5 Perkantoran Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan dan tempat bekerja/berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya

6

Industri Kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaaan industri

7 Pendidikan Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk sarana pendidikan

9

No Penggunaan Lahan Definisi dasar sampai dengan pendidikan tinggi

8 Transportasi (Terminal, Stasiun)

Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi

9 Kesehatan Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangna sarana kesehatan dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaiakan dengan jumlah penduduk

10 Olahraga Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk menampung sarana olahraga baik dalam bentuk terbuka maupun tertutup

11 Peribadatan Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk menampung sarana ibadah dengan hierarki dan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah jumlah penduduk

12 Pertanian (Ladang,Sawah,kebun)

Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk menmapung kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan, mengusahakan tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau komersial

13 Rekreasi Peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam, buatan maupun budaya

14 Militer Peruntukan tanah difungsikan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan da keamanan

15 TPU Peruntukan tanah yang difungsikan untuk tempat pemakaman umum

Sumber :Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) 20 PRT M 2011

10

1.5.3 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh (Remote Sensing) merupakan ilmu dan seni untuk

memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan cara

menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak

langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan

Kiefer, 1979).

Alat yang digunakan dalam penginderaan jauh adalah berupa sensor.

Sensor adalah alat penginderaan antara lain kamera penyiam, dan radiometer

yang masing-masing dilengkapi detektor didalamnya. Detektor adalah alat

atau bahan yang mampu menerima, mengubah, dan merekam secara langsung

tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek. Dalam hal ini Sensor

dipasang pada pada wahana yang berupa pesawat terbang. Komponen yang

ada pada sistem penginderaan jauh diantaranya yaitu sumber tenaga (aktif

dan pasif), panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, interaksi

panjang gelombang dengan obyek, obyek itu sendiri, atmosfer dan sensor

satelit.

Data penginderaan jauh dapat berupa data digital atau data numerik

yang dianalisis menggunakan komputer. Dapat juga berupa data visual yang

dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi data citra dan data

non citra. Citra adalah gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor

lainnya. Citra dibedakan menjadi citra foto atau foto udara dan citra non foto

(Soetanto, 1986).

Gambar 1.1 Sistem Penginderaan Jauh

11

Ciri utama dari pengideraan jauh adalah kemampuannya menghasikan

data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya

dengan cepat dan dalam jumlah yang besar Pemanfaatan jumlah data spasial

yang besar tersebut akan tergantung pada cara penanganan dan pengolahan

data yang akan mengubahnya menjadi informasi yang berguna.

Perkembangan penginderaan jauh sekarang ini adalah penggunaan satelit

yang mengorbit bumi seara terus-menerus sehingga mampu merekan data

sesaat secara berulang-uang dalam luasan yang sangat besar (Synoptic).

1.5.3.1 Citra Satelit Ikonos

Satelit Ikonos pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 September

1999 di Vanderberg Air Force Base, California, USA.Satelit ini merupakan

salah satu satu satelit berteknologi dengan resolusi spasial yang sangat

tinggi.Satelit ini dibuat dengan masa operasi kurang lebih selama 7 tahun.

Satelit ini mengorbit secara sunsynchronous dengan sudut inklinasi 98,10 dan

ketinggian 681 km dari permukaan bumi. Kecepatan orbitnya 7,5 km per

detik sehingga memerlukan 98 menit untuk melakukan satu kali orbit. Pada

orbit ini, satelit Ikonos akan memotret daerah yang dilewatinya secara tetap,

yaitu sekitar pukul 10.30 pagi. Resolusi spasial satelit ini sangat tinggi

sehingga kenampakan daerah yang direkam akan sangat jelas. Satelit ini

memiliki resolusi radiometrik 11 bit per piksel (2048 tingkat warna)

sedangkan resolusi temporalnya kurang dari tiga hari. Meskipun satelit ini

memiliki banyak keunggulan namun juga memiliki kelemahan yaitu cakupan

daerahnya kecil akibat tingginya resolusi spasialnya.Selain itu juga harganya

masih terlalu mahal sehingga hanya digunakan untuk pemetaan dengan

cakupan daerah yang tidak terlalu besar tapi memerlukan tingkat kedetailan

yang tinggi.

12

Tabel 1.3 Jumlah Saluran, Panjang Gelombang dan Resolusi Spasial Satelit Ikonos

Saluran Lebar saluran / panjang gelombang (um) Resolusi spasial

Pankromatik 0.45-0.90 1 meter

Band 1 0.45-0.53 (biru) 4 meter

Band 2 0.53-0.61 (hijau) 4 meter

Band 3 0.61-0.72 (merah) 4 meter

Band 4 0.72-0.88 (infrared dekat) 4 meter

Sumber : Space Imaging 2006

Spektrum tampak atau pankromatik pada citra Ikonos dengan panjang

gelombang 0,45-0,90 um dan inframerah dekat dengan panjang gelombang

0,72 – 0,88 um mempunyai keunggulan dalam penyajian warna, sehingga

obyek satu dengan yang lain dapat di bedakan dengan mudah pada pandangan

mata. Ikonos mempunyai saluran multispektral dengan band yang diberi

warna biru, hijau, merah untuk membentuk citra tunggal yang berwarna.

Tabel 1.4 Sistem Sensor Ikonos

Diluncurkan pada 24 September 1999 Vanderberg Air Force Base, California, USA

Waktu operasional >7 tahun

Orbit 98,10, sunsynchronous

Kecepatan orbit 7,5 km per detik

Banyaknya resolusi bumi

14.7 setiap 24 jam

Ketinggian satelit 681 kilometer

13

Resolusi nadir 260 off-nadir

0.82 meter pankromatik 3.2 meter multispektral

1.0 meter pankromatik 4.0 meter multispektral

Lebar citra 11.3 kilometer saat nadir

13.8 kilometer saat 26° off-nadir

Waktu rekam di ekuator

10:30 pada pagi hari

Resolusi temporal Approximately 3 days at 40° latitude

Resolusi radiometrik

11 bit per piksel

Band citra Pankromatik, biru, hijau, merah, dan inframerah dekat

Waktu satu kali orbit

98 menit

Sumber : Space Imaging 2006

1.5.3.2 Citra Satelit WorldView-2

Worldview-2 adalah salah satu satelit penginderaan jauh yang

diluncurkan oleh Amerika Serikta pada tanggal 8 Oktober 2009,

menggunakan 8 band multispektral resolusi tinggi untuk komersil.

Ketinggian operasi satelit 770 km yang mempunyai resolusi temporal 1.1 hari

yang mampu meliput 785.000 km2 dalam sehari. Worldview-2 menyediakan

resolusi spasial 46 cm Pankromatik dan 1.85 m pada band multispektral.

Worldview-2

Menawarkan kecepatan, akuras, yang lebih tinggi dari citra

Worldview-1 maupun citra Quickird. Citra Worldview-2 dapat dimanfaatkan

untuk analisis tata ruang, analisis vegetasi, analisis penggunaan lahan dengan

14

sangat baik. Citra Worldview-2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah

produk citra yang telah dikoreksi geometrik.

Gabungan 4 band multispekral dengan 1 band pankromatik yang

menghasilkan citra multispektral dengan resolusi spasial sangat tinggi yaitu

0.5 m. Pada tabel 2.3 dengan jumlah band dan ketelitian citra WorldView-2

Tabel 1.5 Jumlah Band dan Ketelitian Citra WorldView-2

Band Panjang Gelombang (µm) Resolusi Spasial Pankromatik 0.45 - 0.80 (pan) 0.5 meter Band 1 0.40 – 0.45 (coastal) 1.85 meters at nadir Band 2 0.45- 0.51 (blue) 1.85 meters at nadir Band 3 0.51 – 0.58 (green) 1.85 meters at nadir Band 4 0.58 – 0.62 (yellow) 1.85 meters at nadir Band 5 0.45 - 0.80 (pan) 1.85 meters at nadir Band 6 0.70 – 0.74 (red edge) 1.85 meters at nadir Band 7 0.75 – 0.89 (near-infrared1) 1.85 meters at nadir Band 8 0.86 – 1.04 (near-infrared2) 1.85 meters at nadir

Sumber : Digital Globe Constellation 2009

Tabel 1.6 Spesifikasi Sensor WorldView-2

Diluncurkan pada

8 Oktober 2009 , Vandenberg Air Force Base, California, USA

Lama Operasional

> 7.25 Tahun

Orbit 98.1 degree, sun synchronous Kecepatan Orbit 20 km/second Waktu 1 Kali Orbit

14.7 setiap 24 Jam

Ketinggian Satelit 700 km Resolusi Nadir

0.46 m pankromatik 1.85 m multispektral 0.52 m multispektral 2.07 m multispectral

Lebar Citra Mono : 138 x 112 km (8 strips) Stereo : 63 x 112 km (4 strips)

Waktu Rekam di Equator

10.30 am

Resolusi Temporal

±1.1 hari pada 400 latitude 3.7 days at 200 off nadir or less (0.52 meter GDS)

15

Resolusi Radiometrik

11 bits per pixel

Band Citra Pankromatik, coastal, blue, green, yellow, red, red edge, near IR 1, near IR 2

Sumber : Digital Globe Constellation 2009

Tabel 1.7 Produk Citra Digital Globe WorldView-2

Product Type Pixel Resolution Image Bands Pan only 50 cm, 60 cm Panchromatic Multispectral (4 Band) 2.0 m, 0.24 m Blue, Green, Red, NIR1 Multispectral (8 Band) 2.0 m Coastal, Blue, Green,

Yellow, Red, Red Edge, NIR 1, NIR 2

Bundle (pan + 4 band) 50 cm, 60 cm 2.0 m, 2.4 m

Panchromatic Blue, Green, Red, NIR1

Bundle (pan + 8 band) 50 cm 2.0 m

Panchromatic Coastal, Blue, Green, Yellow, Red, Red Edge, NIR 1, NIR 2

Natural Color 30 cm, 50 cm, 60 cm Blue, Green, Red Color Infrared 50 cm, 60 cm Green, Red, NIR 1 Pan – Sharpened (4-band) 50 cm, 60 cm Blue, Green, Red, NIR 1

Sumber : Digital Globe Constellation 2009

Produk citra DigitalGlobe Worldview-2 yang tertera pada gambar,

terdapat 8 tipe produk band pilihan yaitu pan only, multispectral 4 band,

multispectral 8 band, Bundle (pan + 4 band), Bundle (pan + 8 band), Natural

Colour, Colour Infrared, dan Pan-Sharpened (4 band). Pan only adalah

produk yang menawarkan citra hitam putih pankromatik dengan resolusi 50

cm dan 60 cm band pankromatik. Multispectral 4 band dan 8 band hanya

berbeda pada jumlah band yang disediakan, jika resolusi spasial multispectral

4 band tersedia dalam 2 dan 2.4 m, pada multispectral 8 band hanya tersedia

resolusi spasial 2 m. Bundle adalah produk image dengan gabuangan 4 band

dan 8 band yang ditambahi 1 band pankromatik. Natural Colour adalah

produk image yang menyediakan 3 band multispectral visible yaitu Blue,

Green, Red. Colour Infrared adalah pilihan image dengan 3 band yaitu

Green, Red, NIR 1. Pan-Sharpened adalah fusi citra 4 band multispectral

16

dengan 1 band pankromatik, yang menghasilkan citra multispectral resolusi

tinggi dengan resolusi spasial 50 cm

1.5.3.3 Interpretasi Citra

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau

citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti

pentingnya obyek tersebut (Estet dan Simonett 1975 dalam Susanto 1992). Di

dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, terdapat tiga rangkaian

kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis.

Deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu objek. Identifikasi adalah

upaya mencirikan objek yang telah diteksi dengan menggunakan keterangan

yang cukup. Sedangkan pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih

lanjut sehingga dapat diambil suatu kesimpulan mengenai objek yang

tergambar pada citra tersebut.

Teknik interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi

manual/visual dan interpretasi secara digital.

1. Interpretasi Secara Manual/Visual

Interpretasi citra secara manual adalah interpretasi data

penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri

(karakteristik) objek secara keruangan (spasial).

Interpretasi secara manual secara umum merupakan

pengenalan objek dipermukaan bumi berdasarkan

karakterisktik visual objek keruangan. Karakteristik objek

tersebut dapat dikenali dengan menggunakan unsur-unsur

interpretasi citra.

2. Interpretasi Digital

Intrepretsi secara digital merupakan evaluasi

kuantitatif tentang informasi spectral yang disajikan pada

17

citra. Analsis digital dapat dilakuakna melalui pengenalan

pola spectral dengan bantuan komputer. (Lillesand dan

Kiefer 1990)

Dalam penelitian ini teknik interpretasi yang diguankan adalah

interpretasi secara manual atau visual. Interpretasi secara manual mampu

didapatkan penafsiran objek yang sesuai dengan yang diharapkan abik itu

jenis maupun letak objek secara relative. Pada interpretasi secara manual

sangat kcil kemungkinan terhadi kesalahan penafsiran yang perbedaannya

terlalu jauh. Meskipun demikian interpretasi secara manual memakan waktu

yang lama jika dibandingkan dengan interpretasi secara digital yang secara

otomatis dilakukan oleh komputer.

Untuk dapat melakukan interpretasi, terdapat unsur-unsur pengenal pada

obyek atau gejala yang terekan pada citra. Unsur interpretasi tersebut

meliputi 8 unsur berikut 1) Rona, mengacu ke kecerahan relatif obyek pada

citra. Rona dinyatakan dalam derajat keabuan (gray scale). Apabila citra

yang digunakan berwarna, maka unsur interpretasi yang digunakan adalah

warna (color). 2) Bentuk (shape), mengacu ke bentuk secara umum,

konfigurasi, atau garis besar wujud obyek secara indifidual. Ukuran (size)

obyek dalam foto harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada. 3)

Pola (pattern) terkait dengan susunan keruangan obyek. Pola biasanya terkait

juga dengan adanya pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok obyek

dalam ruang. 4) Bayangan (shadows) sangat penting bagi penafsir, karena

dapat memberikan dua macam efek yang berlawanan. 5) Tekstur (texture)

merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar obyek. Tekstur

dapat dihasilkan oleh agregasi / pengelompokan satuan kenampakan yang

terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual. 6) Situs (site) atau letak

merupakan penjelasan tentang obyek relative terhadap obyek atau

kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali, dan dipandang dapat

18

dijadikan dasar untuk identifikasi obyek yang dikaji. 7) Asosiasi

(association) merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antara suatu

obyek atau fenomena dengan obyek atau fenomena lain, yang digunakan

sebagai dasar untuk mengenali obyek yang dikaji. 8) Ukuran, ialah atribut

obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume (Projo

Danoedoro, 1999) dalam buku Pedoman Praktikum Penginderaan Jauh

Dasar.

Unsur interpretasi tersebut dikelompokan kedalam tiga jenjang

piramida unsur interpretasi. Jenjang piramida tersebut menggambarkan

tingkat kemudahan pengenalan unsur interpretasi. Jenjang terbawah

merupakan unsur-unsur yang mudah dikenali (warna/rona, bentuk, dan

bayangan). Jenjang berikutnya terdapat unsur-unsur yang dalam

pengenalannya dibutuhkan pemahaman lebih dalam tentang konfigurasi

objek ruang. Jenjang paling atas terdapat unsur interpretasi situs dan asosiasi

yang merupakan faktor kunci dalam interpretasi.

Gambar 1.2 Piramida unsur-unsur interpretasi

1.5.4 Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah satu poduk ilmu

computer yang paling mutakhir saat ini. Pengertian tentang SIG sangat

beragam. Hal ini sejalan dengan perkembangan SIG itu sendiri sejak pertama

19

kali SIG dikembangkan oleh Tomlison tahun 1967. SIG adalah suatu system

berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data

yang bereferensi geografi yang mencakup (a) pemasukan, (b) manajemen

data (penyimpanan data dan pemanggilan lagi), (c) manipulasi dan analisis,

(d) pengembangan produk dan pencetakan (Aronof 1989 diacu dalam Barus

dan Wiradisastra 2000). Definisi lain mengatakan, SIG adalah sistem

komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,memeriksa,

mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang berhubungan

dengan permukaan bumi (Demers 1997).

1.5.4.1 Komponen SIG

SIG di dalam prosesnya memiliki beberapa komponen utama

(Prahasta 2002), yakni:

a. Data Input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan

mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber.

Subsistem ini yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau

mentransformasikan format-format data-data aslinya ke dalam

format yang dapat digunakan oleh SIG.

b. Data Output

Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran

seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy

maupun bentuk hardcopy seperti: tabel, grafik, peta, dan lain lain.

c. Data Management

Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun

atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah

dipanggil, di-update, dan di-edit.

20

d. Data Manipulation dan Analysis

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat

dihasilkan oleh SIG.Selain itu, subsistem ini juga melakukan

manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi

yang diharapkan

1.5.4.3 Fungsi Analisis

Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi

analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum, terdapat dua jenis

fungsi analisis, yakni: fungsi analisis spasial dan fungsi analisis

atribut (Prahasta 2002).

1.5.4.2.1 Fungsi Analisis Spasial

a. Klasifikasi dan Reklasifikasi (classify and reclassify)

Fungsi mengklasifikasikan kembali suatu data spasial

(atau atribut) menjadi data spasial yang baru dengan

menggunakan kriteria tertentu. Misalnya, dengan

menggunakan data spasial ketinggian permukaan bumi

(topografi), dapat diturunkan data spasial kemiringan atau

gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam persentase

nilai-nilai kemiringan. Nilai-nilai persentase kemiringan ini

dapat diklasifikasikan hingga menjadi data spasial baru yang

dapat digunakan untuk merancang perencanaan

pengembangan suatu wilayah. Manfaat analisis spasial ini

adalah untuk mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari

data spasial kadar air atau kedalaman air tanah, kedalaman

efektif, dan sebagainya.

21

b. Network

Fungsi ini merujuk data spasial titik-titik (point) atau

garis-garis (lines) sebagai suatu jaringan yang tidak

terpisahkan.Fungsi ini sering digunakan dalam bidang bidang

transportasi dan utility (misalnya aplikasi jaringan kabel

listrik, komunikasi, pipa minyak dan gas, air minum, saluran

pembuangan). Sebagai contoh, dengan fungsi analisis spasial

network, untuk menghitung jarak terdekat antara dua titik

tidak menggunakan selisih absis dan ordinal titik awal dan

titik akhirnya, tetapi menggunakan cara lain yang terdapat

di dalam lingkup network, yakni cari seluruh kombinasi

jalan-jalan (segmen-segmen) yang menghubungkan titik awal

dan titik akhir yang dimaksud. Pada setiap kombinasi, hitung

jarak titik awal dan akhir dengan mengakumulasikan jarak-

jarak segmen-segmen yang membentuknya. Pilih jarak

terpendek (terkecil) dari kombinasi-kombinasi yang ada

(Prahasta 2002).

c. Overlay (Tumpang susun)

Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari

minimal dua data spasial yang menjadi masukkannya.

Sebagai contoh, bila untuk menghasilkan wilayah-wilayah

yang sesuai untuk budidaya tanaman tertentu (misalnya

padi) diperlukan data ketinggian permukaan bumi, kadar air

tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay

akan dikenakan terhadap ketiga data spasial (dan atribut)

tersebut.

22

d. Buffering

Fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang

berbentuk poligon atau zone dengan jarak tertentu dari data

spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan

menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-

lingkaran yang mengelilingi titik-titik pusatnya. Untuk data

spasial garis akan menghasilkan data spasial baru yang

berupa poligon-poligon yang melingkupi garis-garis.

Demikian pula untuk data spasial poligon, akan

menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon-poligon

yang lebih besar dan konsentris.

e. 3D analysis

Fungsi ini terdiri dari sub-sub fungsi yang

berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3

dimensi. Fungsi analisis spasial ini banyak menggunakan

fungsi interpolasi. Sebagai contoh, untuk menampilkan data

spasial ketinggian, tataguna tanah, jaringan jalan dan utility

dalam bentuk model 3 dimensi, fungsi analisis ini banyak

digunakan.

f. Fungsi Pengolahan Citra Digital (Digital Image

Processing)

Fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang

berbasiskan raster. Karena data spasial permukaan bumi (citra

digital) banyak didapat dari perekaman data satelit yang

berformat raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi

dengan fungsi analisis ini. Fungsi analisis spasial ini terdiri

dari banyak sub-sub fungsi analisis pengolahan citra digital.

Sebagai contoh adalah sub fungsi untuk koreksi radiometrik,

23

geometrik, filtering, clustering dan sebagainya. Dan masih

banyak fungsi-fungsi analisis spasial lainnya yang umum dan

secara rutin digunakan di dalam SIG.

1.5.4.2.2 Fungsi Analisis Atribut

a. Operasi dasar basis data mencakup:

§ Membuat basisdata baru (create database).

§ Menghapus basisdata (drop database).

§ Membuat tabel basisdata (create table).

§ Menghapus tabel basisdata (drop table).

§ Mengisi dan menyisipkan data (record) ke dalam tabel

(insert).

§ Membaca dan mencari data (field atau record)

dari tabel basisdata (seek, find, search,retrieve).

§ Mengubah dan meng-edit data yang terdapat di dalam

tabel basisdata (update)

§ Menghapus data dari tabel basisdata (delete, zap, pack).

§ Membuat indeks untuk setiap tabel basisdata.

b. Perluasan operasi basisdata mencakup:

§ Membaca dan menulis basisdata dalam sistem

basisdata yang lain (export dan import).

§ Dapat berkomunikasi dengan sistem basisdata yang lain.

§ Dapat menggunakan bahasa basisdata

standard SQL (structured query language).

§ Operasi-operasi atau fungsi analisis lain yang sudah

rutin digunakan di dalam sistem basisdata.

24

Berdasarkan beberapa definisi dan fungsi analisis SIG

di atas, maka dapat dikatakan bahwa SIG merupakan

teknologi informasi berbasis komputer yang bukan hanya

semata-mata sebagai alat bantu pemetaan saja, tetapi memiliki

kemampuan dalam melakukan analisis, prediksi, pemodelan

dan pengolahan data atribut

1.5.4.3 Software ArcMap 10

ArcMap merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI

yang digunakan dalam SIG. ArcMap merupakan software pengolah

data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan

dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang

mempunyai kemampuan komplit dalam geoprocessing, modelling dan

scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai type data.

Dekstop ArcMap terdiri dari 4 modul yaitu Arc Map, Arc Catalog,

Arc Globe, dan Arc Toolbox dan model bolder.

ArcMap merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI

yang digunakan dalam SIG. ArcMap merupakan software pengolah

data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan

dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang

mempunyai kemampuan komplit dalam geoprocessing, modelling dan

scripting serta mudah diaplikasikan dalam berbagai type data.

Dekstop ArcMap terdiri dari 4 modul yaitu Arc Map, Arc Catalog,

Arc Globe, dan Arc Toolbox dan model bolder.

1. Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk

proses, analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat

digunakan untuk mendesain secara kartografis.

25

2. Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur

managemen file – file, jika dalam Windows fungsinya sama

dengan explore.

3. Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan

data yang universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat

digunakan untuk menampilkan geogle earth.

4. Model Boolder digunakan untuk membuat model boolder /

diagram alur.

5. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools – tools

tambahan.

ArcMap adalah paket perangkat lunak yang terdiri dari produk

perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) yang diproduksi

oleh ESRI. ArcMap meliputi perangkat lunak berbasis Windows

sebagai berikut:

• ArcReader, yang memungkinkan pengguna menampilkan peta

yang dibuat menggunakan produk ArcGIS lainnya

• ArcGIS Desktop, memiliki tiga tingkat lisensi:

o ArcView, yang memungkinkan pengguna

menampilkan data spasial, membuat peta berlapis,

serta melakukan analisis spasial dasar;

o ArcEditor, memiliki kemampuan sebagaimana

ArcView dengan tambahan peralatan untuk

memanipulasi berkas shapefile dab geodatabase;

Tabel 1.8 Spesifikasi Software ArcMap 10 No Spesifikasi Uraian Keterangan 1 Nama Software ArcMap Merupakan paket software yang

digunakan oleh masyarakat geographic imaging (pencitraan mengenai ilmu bumi), dirancang untuk image processing dan

26

No Spesifikasi Uraian Keterangan GIS.

2 Versi/Release 10 Merupakan versi yang terbaru dari seri ArcMap 10

3 Diluncurkan tahun 2010 Software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna mulai tahun 2010

4 Vendor/Pembuat Environment System Research Institute (ESRI)

Perusahaan pembuat software Sistem Informasi Geografi yang berasal dari USA. Produk terkenal lainnya adalah Arc/Info dan ArcView GIS

5

Minimum Hardware - Processor - RAM - VGA Card - Free space

Pentium X 800 MHz minimum 512 MB 800 X 600 @256 color resolution 207 MB harddisk

Menggunakan spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah merupakan data yang kompleks baik data raster maupun vektor. Semakin tinggi kapasitas hardware yang ada maka akan lebih mempercepat proses pada saat analisis data.

6 Operating System Windows server 2003, NT 4.0, 2000, XP, Linux

Dapat beroperasi di berbagai macam sistem windows minimal windows 2000.

7 Kategori Software GIS - Profesional IP - Viewer

Software GIS Profesional, karena memiliki berbagai fasilitas input data hingga output data yang lengkap. Image processing software ini termasuk hanya viewer saja karena kurang memiliki fasilitas format data yang lengkap.

8 Struktur Data/File Raster dan vector Mampu menampilkan data baik dari format raster maupun vektor. Sangat banyak mendukung format data raster seperti *.tiff dll. Format data vektor yang didukung antara lain format data ErMapper yaitu *.ers.

9 Format Data/File *.shp *.shx *.dbf *.sbn *.sbx

*.shp format file yang menjelaskan feature geometri *.shx format file yang menjelaskan index pada feature geometri

27

No Spesifikasi Uraian Keterangan *.prj *.dbf format dBase yang

menjelaskan tentang atribut feature *.prj format file hasil output

10 Fasilitas pada Software Inti (core)

• Input + editing

• Processing

• Output (layout)

On screen digitizing dan register and transform tools Editing : edit theme dan atributnya. Overlay, buffering, 3D scene dan manipulasi analisis data lainnya. Peta data grafis dan atribut

Input (Digitasi on screen), yaitu proses pengubahan data grafis menjadi data grafis digital, dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk point, garis dan area dengan mengguna kan mouse langsung pada komputer. Kesalahan hasil input dapat dikoreksi atau diedit dengan menggunakan fasilitas yang ada. Processing merupakan fasilitas untuk menganalisis data yang ada seperti overlay peta, buffering. Fasilitas layout merupakan fungsi untuk membuat komposisi peta untuk dicetak dalam bentuk hardcopy.

11 Fasilitas paket program yang terintegrasi dengan software inti

Database Manager dan Avenue

Database manager meng gunakan query bulder dan fasilitas table (dbf) sedangkan avenue merupa kan fasilitas paket program yang berupa bahasa pemrograman untuk costumize data.

Sumber : Modul Tutorial ArcGIS. 2010

1.5.5 Kartografi

Kartografi dari sudut pandang konveksional merupakan seni, ilmu,

dan teknologi pembuatan peta bersama studinya sebagai dokumen ilmiah dan

hasil karya seni. Bumi digambarkan dengan bidang datar dengan sistem

proyeksi tertentu dan disajikan pada skala tertentu. Dengan perkembangan

28

ilmu kartografi dan berkembangnya peralatan komputer maka ruang lingkup

kartografi selain membuat peta juga mempelajari peta sebagai alat analisis

dan mengembangkan proes pemetaan yang efektif (Krakk & Omerling,

1999). Kartografi merupakan sistem komunikasi yang menyajikan dan

mentransmisikan informasi. Dengan demikian, ada dua pokok hal yang

dipelajari yaitu Memanfatakan peta sebagai alat analisis data sapasial

sekaligus alat visualisasi serta efektivitas visualisasi data dalam bentuk peta.

Peta pada saat ini dianggap sebagai bentuk visualisasi ilmiah dan peta

tersebut telah ada sebelum visualisai dikembangkan ke dalam suatu ilmu

yang berbeda. Tujuannya yaitu menganalisisa informasi tentang hubungan

secara grafis sedangkan kartografi bertujuan dalam penyajian geospasial.

Penekanan pada visualisasi ilmiah adalah lebih ditekankan pada kekuatan

analitis dibanding pada aspek komuatif yaitu hanya bersifat grafis, yaitu

mrmbandingkan data satu dengan data lainya atau mengesampingkan adanya

symbol tetapi hanya untuk kepentingan diri sendiri dan bukan untuk orang

lain. Sedangkan pada kartografi penekanan yang sama terletak pada analisis

dan komunikasi. Sehingga dapat diketahui dengan jelas bahwa ilmu

kartografi selain berfungsi sebagai alat analisis data spasial, juga berfungsi

sebagai alat visualisasi agar dapat dikomukasikan dengan penggunannya

1.6 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya dilampirkan pada tabel berikut

29

Tabel 1.9 Perbandingan Dengan Pelitian Sebelumnya

No. Peneliti Tahun Judul Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian 1 Tatag

Wibiseno 2002 Kajian Perubahan Penggunaan

Lahan Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Sebagai Kawasan Pinggiran Kota Semarang

Mengkaji kondisi atau proses perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Mranggen yang dipengaruhi oleh perkembangan Kota Semarang

Survey lapangan untuk mendapatkan data primer dan sekunder, interpretasi penggunaan lahan citra Ikonos

Tabel kontribusi perubahan penggunaan lahan per desa, peta perubahan penggunaan lahan

2 Rosnila 2004 Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruh Terhadap Keberadaan Situ Kota Depok Jawa Barat

Mempelajari dinamika perubahan pengggunaan lahan

Interpretasi citra landsat tahun 1997 dan 2001, teknik penetapan lokasi (purposive sampling), uji lapangan,overlay

Peta perubahan penggunaan lahan, tabel laju pengurangan dan perubahan luas penggunaan lahan, tabel dinamika perubahan penggunaan lahan di daerah tangkapan air situ

3 Bambang Puji Sepriyanto

2011 Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan dengan Interpretasi Citra Quickbird

Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di kota Surabaya

Interpretasi citra, digitasi, uji akurasi dengan cek lapangan, re interpretasi

Peta perubahan penggunaan lahan Kota Surabaya, tabel uji akurasi kenampakan di laboratorium dengan kenampakan dilapangan.

4

Poppy Haryani 2012 Perubahan Penggunaan Lahan dan Perubahan Garis Pantai Jawa Barat

Menganalisis perubahan penggunaan lahan dan menganalisis faktor fisik yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan

Interpretasi citra landsat, cek lapangan, dan tumpang susun peta

Peta perubahan penggunaan lahan tahun 1972 – 2008 serta tabel perubahan pengunaan lahan

30

No. Peneliti Tahun Judul Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian 5 Yulita 2011 Perubahan Penggunaan Lahan

di Kabupaten Bangka Tengah Menganalisis perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka Tengah periode tahun 2000-2010

Interpretasi citra Landsat tahun 2000 dan tahun 2010, tumpang susun (overlay), analisis dinamaika perubahan penggunaan lahan

Tabel penggunaan lahan kenampakan citra dan keadaan dilapangan,tabel luas presentase penggunaan lahan tahun 2000 – 2010,peta penggunaan lahan tahun 2000 dan 2010,diagram batang presentase luas penggunaan lahan, tabel laju perubahan penggunaan lahan.

6 Dian Putri Rahmawati

2014 Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor Menggunakan Citra Ikonos dan Worldview-2 periode 2000 – 2011

Mengidentifikasi penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2000 dan tahun 2011 serta menganalisis perubahan penggunaan lahannya periode tahun 2000 sampai dengan 2011

Interpretasi citra Ikonos tahun 2000 serta interpretasi citra Worldview-2 tahun 2011, cek lapangan dari hasil interpretasi tahun 2011, overlay dari hasil penggunaan lahan 2000 serta re interpretasi peta tahun 2011

Peta penggunaan lahan Kota Bogor Tahun 2000 dan tahun 2011, peta perubahan penggunaan lahan Kota Bogor, Tabel cek lapangan.