bab i pendahuluan a. latar belakang tingkah laku …digilib.uinsby.ac.id/18913/4/bab 1.pdfdalam...
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak macamnya
pengalaman yang diterima oleh situasi hidupnya (keluarga, teman sebaya
dan masyarakat).1
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia sejak
lahir hingga delapan tahun. Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat
dari Allah SWT yang diberikan kepada orang tuanya. Sebagai amanat,
anak sudah seharusnya mempunyai hak untuk mendapatkan pemeliharaan,
bimbingan, dan pendidikan. Dengan memberikan hak- hak dasar kepada
anak, diharapkan anak akan berkembang dengan baik sehingga menjadi
anak yang berguna bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan bangsa
secara keseluruhan.2
Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama maka kewajiban
orang tua adalah mengarahkan anak-anaknya agar sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat termasuk memberikan contoh berperilaku
yang baik terhadap anak, dan dari situ akan terjadi proses peniruan bagi
anak.
1 FJ. Monks , dkk, Psikologi Perkembangan (Yogykarta: UGM Press, 2006), hal. 176-222.
2 Ibnu Amshori, Pelindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI, 2007) hal.1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Setiap tindakan dan perkataan orang tua akan tertanam dalam
pikiran anak, dan anak akan mengikuti semua yang pernah dialaminya.
Banyak terjadi sekarang orang tua yang mendidik anak secara tidak sehat,
tidak dapat memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya termasuk
terjadinya kekerasan seksual pada anak, yang menjurus pada pelecehan
seksual.
Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat
seksualitas yang tidak diinginkan, tidak dikehendaki dan berakibat
mengganggu diri penerima pelecehan Banyak anak-anak (usia dibawah 18
tahun) yang mengalami kasus pelecehan seksual dengan berbagai alasan,
salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya pelecehan seksual ialah
lingkungan keluarga itu sendiri, di beberapa tempat di Indonesia ada
kebiasaan tidur bersama anak-anak. Banyak rumah yang tidak mempunyai
kamar-kamar, sehingga orang tua tidur bersama-sama dengan anak
remajanya.3
Kebanyakan anak mengalami peristiwa-peristiwa yang
mengakibatkan ketakutan, namun sebagian anak mengalami peristiwa-
peristiwa traumatis yang tak lazim, tiba-tiba dan menakutkan. Contoh
seperti peristiwa-peristiwa seperti penyiksaan anak, kekerasan masyarakat.
Peristiwa-peristiwa itu bisa mengakibatkan cedera serius atau kematian
3 Wilson Nadeak, Memahami Anak Remaja (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal 77.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
sesungguhnya atau ancaman kepada anak-anak sendiri atau seseorang
yang mereka kenal.4
Penelitian ini berawal dari LPA Jatim (Lrmbaga Perlindungan
Anak Jawa Timur). Salah seorang Staff LPA Jatim menjelaskan kasus
kekerasan seksual. Masalah dimulai saat Mawar (nama samaran) yang
masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar mendapat perlakuan yang
tidak senonoh dari ayah tiri, mawar bersikap diam tidak brbicara dengar
orang lain terutama ibu atas perlakuan tersebut karena mendapat ancaman
dan iming-iming dari ayah tirinya. Secara psikologis kejadian tersebut
Mawar menjadi trauma, selalu mengingat kejadian tersebut yang sampai
sekarang masih terbayang-bayang di benak Mawar, korban sering linglung
dan pendiam.
Dalam undang-undang perlindungan anak sudah ditetapkan bahwa
anak adalah tunas, potensi dan generasai muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, mempunyai peran strategis, mempunyai ciri dan sifat
khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada
masa depan. Anak kelak akan memikul tanggung jawab tersebut, maka ia
perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan
brakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap
pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Anak
4 Anne Marie Albano, Medampingi Anak Pasca Trauma, (Jakarta: Prestasi PustakaPublisher, 2006), hal. 73
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
adalah seseorang yang belum berusia delapan belas tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandugan. Perlindungan anak dilakukan kepada semua
anak tanpa terkecuali, baik anak tiri, anak kandung, anak angkat maupun
anak asuh sekalipun. Karena tujuan perlindungan anak adalah untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi, demi terwujudnya anak indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera.
Menurut peneliti kasus ini sangat menarik Karena kasus tersebut
merupakan bentuk tragedi yang terjadi pada anak yang notabena generasi
penerus bangsa. Kasus seperti ini sangat berkaitan dalam konteks
konseling baik secara teori maupun realitas, bahwasannya kejadian yang
dialami oleh anak korban pelecehan seksual di bawah umur itu hanya
dapat terselesaikan dengan penanganan secara serius (konseling).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahn dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam dalam mengatasi trauma
korban incest di Lembaga Perlindungan Anak Jatim?
2. Bagaimana hasil akhir dari Bimbingan dan Konseling Islam dalam
mengatasi trauma korban incest di Lembaga Perlindungan Anak Jatim?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengetahui bagaimana Bimbingan dan Konseling Islam dengan
pendekatan Psikoanalisis dalam mengatasi trauma korban incest di
Lembaga Perlindungan Anak Jatim.
2. Mengetahui hasil akhir dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan
pendekatan Psikoanalisis dalam mengatasi trauma korban incest di
Lembaga Perlindungan Anak Jatim.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Harapan dari adanya penelitian ini adalah dapat menambah
wawasan, pengetahuan, dan masukan tentang treatment yang
dilakukan melalui pendekatan Psikoanalisis dalam mengatsi trauma
korban incest di Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur, serta dapat
memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Bimbingan
dan Konseling guna meningkatkan pelayanan Bimbingan dan
Konseling di lapangan serta mewarnai khazanah keilmuan di bidang
pendidikan. Sehingga hasil dari penelitian dapat dijadikan sumber
bacaan bagi siapa saja yang peduli terhadap pendidikan, selain itu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
untuk membantu peneliti lainnya dalam melakukan penelitian yang
relevan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memiliki manfaat terhadap penyempurnaan
pemberian treatment yang dilakukan untuk membantu anak trauma
korban incest di Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur sebagai
berikut:
a. Membuat peneliti mengetahui tratment yang dilakukan melalui
Psikoanalisis dalam mengatasi tauma korban incest.
b. Penelitian dapat digunakan masukan pada berbagai
Mahasiswa/mahasiswi untuk mengetahui pendekatan Psikoanalisis
serta Bimbingan dan Konseling Islam dalam mengatasi trauma
korban incest di Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur.
c. Berbagai gambaran bagi setiap mahasiswa dalam upaya untuk
mengetahui pendekatan Psikoanalisis serta Bimbingan dan
Konseling Islam dalam mengtasi trauma korban incest di Lembaga
Perlindungan Anak Jawa Timur.
E. Definisi Konsep
1. Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan
dna Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.5
Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M. Pd dalam bukunya Drs.
Syamsul Munir Amin, M. A menyatakan bahwa Bimbingan konseling
Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan
sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi
atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur'an
dan Hadits Rasulullah Saw kedalam dirinya, sehingga dapat hidup
selaras dan sesuai dengan ketentuan Al-Qur'an dan Al-Hadits.6
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau pemberian
bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat
mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta
dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar
secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, sehingga
dalam hidupnya dapat bahagia di dunia maupun di akhirat dan
mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Tujuan penulis bermaksud untuk menggunakan bimbingan
konseling Islam dengan treatment Psikoanalisis yaitu untuk
5 Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam (Yogyakarta:UII Press, 2004), hal. 04.
6 Syamsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal.23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
mengetahui sikap, tingkahlaku, kejiwaan serta kepribadian klien,
sehingga dapat merubah atau menilai sebab akibat dari permasalahan
tersebut.
2. Incest
Incest yaitu salah satu bentuk kekerasan seksual yang
dilakukan oleh anggota keluarga. Incest (Familial Abuse) adalah
kekerasan seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam
hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti. Dalam hal ini
termasuk seseorang yang menjadi pengganti orang tua, misalnya ayah
tiri, atau kekasih, pengasuh atau orang yang dipercaya merawat anak.7
Berbicara incest yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
mengenai seorang anak yang mengalami kasus yang serupa,
mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tiri dengan
anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Perilaku ayah yang
seperti inilah yang membuat pemikiran, tingkah laku, serta psikis anak
mengalami tekanan dan membekas sampai remaja bahkan dewasa
nanti, tanpa sepengetahuan ibu yang sedang bekerja diluar, ayah yang
pengangguran memanfaatkan kesempatan tersebut. Anak yang
seharusnya masih dapat bermain dengan wajar, tetapi diperlakukan
dengan hal yang tidak wajar. Dengan ini peneliti ingin bekerja sama
dengan pihak Lembaga Perlindungan Anak Jatim dalam memberikan
pendekatan Psikoanalisis dalam membantu permasalahan incest agar
7 Yurika Fauzia Wardani "The Analysis of Lifestyle With Mental Health and Disability".Penelitian Psikologi. 1 (April, 2013), hal. 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
dapat mengendalikan dirinya dan meminimalisir ingatan akan
kejadian tersebut.
3. Psikoanalisis
Pendekatan psikoanalisis diciptakan oleh Sigmund Freud pada
tahun 1986 merupakan teori yang pertama muncul dalam psikologi
khususnya yang berhubungan gangguan kepribadian dan perilaku
neurotik.
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri
dari tiga sistem: id, ego, superego
Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, merupakan tempat
bersemayam naluri-naluri, kurang terorganisasi, buta, menuntut,
mendesak. Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada
pengurangan tegangan, penghindari kesakitan, dan peroleh
kesenangan, id bersifat tidak logis, amoral, hanya menuruti
kesenangan.
Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah,
mengendalikan, dan mengatur. Tugas utama ego adalah mengantarai
naluri-naluri dengan lingkungan sekitar, ego berlaku realistis dan
berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi
pemuas kebutuhan-kebutuhan.
Superego adalah cabang moral atau hukuman kepribadian.
Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah
apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
berfungsi menghambat implus-implus id. Kemudian sebagai
internalisasi standar-standar orangtua dan masyarakat, superego
berkaitan dengan imbalan dan hukuman, imbalan adalah perasaan
bangga dan mencintai diri sendiri, hukumannya adalah perasaan
berdosa dan rendah diri.
4. Trauma
Sebelum penulis membahas lebih lanjut faktor penyebab trauma
maka di sini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian
trauma.
Menurut kamus psikologi yang diterbitkan tim widyatamma,
trauma adalah luka berat pengalaman yang menyebabkan organisme
menderita kerusakan fisika maupun psikologi.8
Menurut kartini kartono dan jenny anny andari dalam bukunya
“hyglene mental dan kesehatan mental dalam islam” bahwa trauma
atau kejadian traumatis adalah laku jiwa yang dialami seseorang
disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedikan atau
melukai jiwanya.9
Menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah psikologi
memberikan pengertian trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba
8 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia2000). Hal 228
9 Kartini kartono dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam,(bandung. mandar maju, 1989) hal. 44
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
mengejutkan, meningalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang
bersangkutan.10
Trauma adalah menghadapi atau merasakan sebuah kejadian
atau serangkaian kejadian yang berbahaya, baik bagi fisik maupun bagi
psikologis seseorang, yang membuatnya tidak lagi merasa aman,
menjadikannya merasa takberdaya dan peka dalam mengadapi
bahaya.11
Menurut kamus psikologi yang diterbitkan tim widyatamma,
trauma adalah luka berat pengalaman yang menyebabkan organisme
menderita kerusakan fisik maupun psikologis.12
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Anny Andari dalam
bukunya “ Hyglene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam”
bahwa trauma atau kejadian traumatis adalah luka jiwa yang dialami
seseorang disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat
menyedihkan atau melukai jiwanya.13
Menurut Sudarsono dalam bukunya “kamus konseling”: trauma
adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan
kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga merusak fisik
atau psikologis, pengalaman traumatis dapat juga membentuk sikap
pribadi seseorang. Menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah
10 M. Noor H.s. Himpunan Istilah Psikologi, (Surabaya: pedoman ilmu jaya. 1997). Hal.164
11 Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 1612 Tim widyatamma, kamus psikologi (Jakarta, widyatamma 2010), hal. 39213 Kartini kartono dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam,
(bandung. mandar maju, 1989) hal. 44
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
psikologi memberikan pengertian trauma adalah pengalaman yang
tiba-tiba mengejutkan, meningalkan kesan mendalam pada jiwa orang
yang bersangkutan.14
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa trauma
adalah suatu penekanan objek lain yang dapat menghasilkan tekanan
pada anggota tubuh atau mental setelah suatu peristiwa traumatik
terjadi yang mengejutkan dan meninggalkan kesan dalam jiwa
seseorang hingga merusak fisik dan psikologis atau jiwanya dan
terhadap bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian trauma
tersebut secara berulang-ulang.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah
pendekatan kualitatif deskriptif. Karena penelitian ini,
permasalahan belum jelas, obyek yang di teliti bersifat dinamis,
penuh makna, dan pola pikir induktif atau kuliatatif dan terkadang
hasil penelitian lebih menekankan makna dari generalisasi (proses
penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum).15 Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metode kualitatif sebagai proses prosedur penelitian yang
14 Kartini kartono dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam,(bandung. mandar maju, 1989) hal. 44
15 Sugiyono, DR, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung, Alfabeta, 1012) hal 1, 14, 482.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.16
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena
mempunyai tiga alasan yaitu: pertama mengadakan penyesuaian
dengan kenyataan yang berdimensi ganda. Kedua, lebih mudah
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
subyek penelitian. Ketiga, memiliki kepekaan dan gaya
penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-
pola nilai yang dihadapi.17 Sedangkan menggunakan pendekatan
deskriptif, karena dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi
hanya menggambarkan suatu gejala keadaan yang diteliti secara
apa adanya, sehingga diarahkan untuk memaparkan fakta-fakta,
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat.18 Jadi, dengan
melalui pnelitian deskriptif ini peneliti dapat mendeskripsikan
bimbingan dan konseling Islam dalam mengatasi permasalahan
incest di lembaga perlindungan anak jatim.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualtatif. Menurut
Lexy J Moleong yang mengutip Bagdan dan Taylor bahwa
penelitian kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data
16 Azimatul, Ulya, Strategi Kepala Sekolah Dalam peningkatan Mutu Tenaga PendidikDi SRI Hidayatullah Semarang. (Semarang, Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam FakultasTarbiyah IAIN Walisongo, 2010) hal, 33-34.
17 Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal. 4118 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Studi Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), hal. 309
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan-tulisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kurt
dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam penelitian ilmu sosial yang secara
fundamental bergantung pada penelitian manusia dan wawasannya
sendiri serta hubungan denagn orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan istilahnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
penelitian jenis deskriptif adalah pendekatan penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau jenis fenomena.
Dalam pendekatan ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal
yang berhungan dengan suatu penelitian deskriptif sehingga dalam
penelitian ini tidak perlu merumuskan hipotesis.19 Penelitian ini
bersifat memaparkan sistuasi dan peristiwa, datanya dinyatakan
dalam keadaan sewajarnya atau bagaimana adanya, dengan
memaparkan kerja secara sistematis, terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatatif karena
ingin mengetahui dan mengenali secara lebih detail berdasarkan
hasil bimbingan dan konseling Islam dalam mengatasi
permasalahan insect di lembaga perlindungan anak jatim.
19 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001), hal. 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
2. Subjek Penelitian
Lokasi penelitian yang menjadi pilihan peneliti dalam penelitian
ini adalah di Lembaga Perlindungan Anak Jatim yaitu salah satu
lembaga yang menjadi tempat pengaduan bagi anak (usia dibawah 18
tahun) yang mengalami masalah baik kekerasan fisik, mental, psikis,
maupun seksual. Maka dari itu peneliti akan melakukan beberapa kali
pertemuan dan kunjungan dengan salah satu klien yang berada di
Lembaga Perlindungan Anak Jatim. Kunjungan dan pertemuan akan di
lakukan dalam dua minggu dua kali pertemuan pada jam kerja sesuai
dengan waktu yang diberikan oleh pihak lembaga.
Peneliti memilih lokasi ini, karena dinilai cocok untuk diteliti
karena didukung oleh kondisi lembaga dalam mengaplikasikan
Bimbingan dan Konseling Islam untuk mengatasi trauma korban
kekerasan yaitu incest.
3. Tahap-tahap Penelitian
Dalam buku Lexy J Moleong dijelaskan bahwa "pelaksanaan
penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum lapangan (pra
lapangan), tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap
penulisan laporan"20 adapun tahap-tahap penelitian ini adalah:
a. Tahap Pra lapangan, kegiatan dan pertimbangan tersebut yaitu:
Menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan
20 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991),hal 127
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian,
persoalan etika penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan uraian tentang tahap pekerjaan
lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu: memahami latar penelitian
dan persiapan diri, memasuki lapangan, dan berperanserta sambil
mengumpulkan data. Tahap ini meliputi mengumpulkan bahan-
bahan yang berkaitan dengan Bimbingan dan konseling Islam
dalam mengatasi permasalahan incest di Lembaga Perlindungan
Anak Jatim.
c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan
keluarga korban. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai
dengan konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutnya melakukan
pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek data yang
didapat dan metode perolehan data sehingga benar-benar valid
sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang
merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian
yang sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan penyusunan hasil
penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai
pemberian makna data yang kemudian dilanjutkan dengan
penulisan laporan penelitian yang sempurna yang tentunya sudah
disetujui oleh dosen pembimbing.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis data
Data adalah pernyataan atau keterangan bahan dasar yang
dipergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang
diteliti. Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini
adalah subyek darimana data dapat diperoleh, berdasarkan
sumbernya, jenis data dibagi menjadi dua yaitu jenis data primer
dan sekunder:21
1) Data Primer
Sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, atau data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati, dicatat untuk pertama kalinya.22 Data
primer ini diperoleh dari klien, orang terdekat klien salah
satunya ibu klien, dari lembaga. Dalam hal ini, data yang
diambil yaitu identitas klien, pendidikan, tingkah laku klien,
gejal-gejala yang tampak, kondisi fisik maupun psikis yang
stabil maupun tidak, langkah-langkah serta teknik Bimbingan
dan Konseling Islam dengan treatment Psikoalnalisis.
2) Data Sekunder
Data yang diperoleh dari sumber kedua atau berbagai
sumber yang mendukung perolehan data guna melengkapi data
21 Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktek, (Jakarta: RinekaCipta, 1996), hal. 114
22 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE, 2002), hal. 55
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
primer.23 Data sekunder merupakan data pendukung dari data
primer seperti data dari orang lain ataupun dokumen-dokumen.
b. Sumber Data
Adapun klasifikasi sumber data sebagai berikut:
1) Informan
Peneliti membuat beberapa pertayaan yang akan diajukan
untuk responden (Ibu klien) sesuai dengan apa yang akan
diteliti, pertanyaan dilakukan dengan tatap muka supaya
penulis lebih mengetahui intonasi dan cara biacara responden.
Data yang peneliti tanyakan yaitu tentang mulai awal terjadinya
kejadian tesebut, sikap setelah kejadian, dan sikap yang sampai
sekarang berlangsung.
Untuk mendukung sumber data, peneliti menggali data kepada
informan yaitu:
a. Lembaga Perlindungan Anak Jatim selaku lemabaga yang
menaungi klien dan tempat konsultasi klien.
2) Aktifitas atau Peristiwa
Informasi juga dapat diperoleh dari pengamatan dari sikap
ataupun peristiwa yang berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat oleh peneliti. Dari pengamatan tersebut peneliti dapat
mengetahui bagaimana sikap dan tingkah laku klien.
23 Burhan Bugin, Metode Penelitian Sosial: Formay-format Kualitatif, (Surabaya: Unair,2012), hal. 128
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
3) Dokumen atau Arsip
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang
berkaitan dengan foto, audio dan vidio. Baik berupa rekaman
atau data base, surat-surat yang dapat menghasilkan informasi
terkait dengan judul yang diteliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data
yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur atau
kepustakaan maupun data yang dihasilkan dari lapangan.
Pengumpulan sumber data dapat dilakukan dalam berbagai
setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural
setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah
dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan
lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber
primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen, maka teknik pengumpul data dapat
dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.24
24 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 62
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
a. Observasi
Menurut Sukardi, observasi adalah cara pengambilan data
dengan menggunakan salah satu panca indera yaitu indera
penglihatan sebagai alat bantu utamanya untuk melakukan
pengamatan langsung, selain panca indera biasanya peneliti
menggunakan alat bantu lain sesuai dengan kondisi lapangan
antara lain buku catatan, kamera, serta check list yang berisi obyek
yang diteliti dan lain sebagainya.25
Macam-macam observasi yaitu observasi partisipasif, terus terang
dan transparan, tidak terstruktur, yang dapat memahami konteks
data dalam situasi sosial dll. Adapun data-data yang diambil dari
metode observasi adalah:
1) Bagaimana kondisi fisik dan psikis pada klien sebelum dan
sesudah kejadian.
2) Apasaja aktifitas yang dilakukan saat ini.
3) Bagaimana support keluarga terutama ibu untuk keadaan saat
ini.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan
secara sepihak baik langsung maupun tidak langsung (media),
berhadapan muka dengan tujuan yang telah ditentukan. Peneliti
25 Sukardi, Metodologi Penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya (Jakarta: BumiAksara, 2003), hlm 78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
mengadakan wawancara dengan responden yang mempunyai
hubungan dengan obyek yang diteliti. Merupakan pertemuan dua
orang atau lebuh untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
Dalam metode ini penulis wawancara langsung dengan
sumber data, yaitu dengan Lembaga Perlndungan Anak sebagai
data sekunder guna mendapatkan data yang berkaitan dengan
pasikoanalisis dalam mengatasi permasalahan incest. Adapun data-
data yang diambil dari metode wawancara adalah sebagai berikut:
1) Lembaga Perindungan Anak terkait dengan data-data ataupun
dokumen, serta konseling yang lakukan pihak lembaga
terutama treatment yang digunakan yaitu psikoanalisis dalam
mengatasi permasalahan incest.
2) Ibu klien terkait nama, usia, tingakah laku dan sikap selama
sebelum kejadian dengan setelah kejadian berlangsung.
3) Klien terkait nama, usia, dan hasil dari proses konseling yang
menggunakan treatment psikoanalisis.
4) Informan terkait dengan obyek yang diteliti.
a. Dokumentasi
Metode ini adalah dengan cara mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah
dan lain-lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Metode ini tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan
sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode ini
yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.26
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam pola. Kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan dan dapat sirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data.27 Metode ini yang digunakan adalah
metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah metode analisis data yang berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka.28 Metode ini bertujuan untuk
menyajikan deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki.
Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada dilapangan
dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu
dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat, dan akurat.
Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan
dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan.
Kemudian agar data yang diperoleh sesuai dengan fokus masalah, akan
ditempuh tiga langkah dalam penelitian, yaitu:
26 Suharsini, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT.Rhineka Cipta), cet 12, hlm 231.
27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdkarya,2004), hlm 280.
28 Ibid, hlm 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
a. Reduksi data dimaksudkan untuk meninggalkan data ulang sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti. Mengadakan reduksi data
yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu usaha membuat
rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu.
Data mengenai Bimbingan konseling Islam dalam mengatasi
trauma korban incest di Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur,
baik dari hasil penelitian lapangan atau kepustakaan kemudian
dibuat rangkuman.
b. Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan
kebutuhan peneliti tentang Bimbingan konseling Islam dalam
mengatasi trauma korban incest di Lembaga Perlindungan Anak
Jawa Timur. Artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian
dipilih, sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan
laporan penelitian.
c. Verifikasi atau menyimpulkan data yaitu penjelasan tentang
makna. Data yang dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari
seluruh proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan
permasalahan mengenai bagaimana trauma korban incest di
Lembaga Perlindungan Anak Jatim. Sehingga dapat dijawab sesuai
dengan kategori data dan permasalahannya, pada bagian akhir ini
akan muncul kesimpulan-kesimpulan yang mendalam secara
komperhensif dari data hasil penelitian. Jadi langkah terakhir ini
digunakan untuk membuat kesimpulan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
7. Teknik Keabsahan Data
Ada beberapa teknik leabsahan data, namun peneliti
menggunakan teknik keabsahan data melalui triangulasi.
a. Triangulasi
Suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Pada penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan triangulasi
sumber. Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Data dari sumber tersebut, tidak bisa diratakan seperti dalam
penelitian kuantitatif, tetapi di deskrisikan, dikategorisasikan,
mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik
dari kedua sumber data tersebut. Data yang telah di analisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya akan
dimintakan kesepakatan (member chek) dengan kedua sumber data
tersebut.
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai
kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
peneliti mengecek ulang (re-chek) temuannya dengan jalan
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.29
G. Sistematika Pembehasan
Dalam pembahasan suatu oenelitian diperlukan sistemtika
pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-
langkah pembahasan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar
belakang masalah, rumusan masalah, Tujuan penelitian,
Manfaat penelitian, Definisi konsep, Metode penelitian,
Sistematika pembahasan, Jadwal penelitian, Pedoman
wawancara.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik
(beberapa referensi yang digunakan utnuk menelaah objek
kajian), dan Penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III PENYAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Deskripsi umum
Objek Penelitian, Deskripsi Hasil Penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini berisi pemaparan tentang analisis data.
29 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hal.330-332.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Saran, yang
menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan
saran bisa berupa rekomendasi untuk penelitian lanjutan
yang terkait dengan hasil penelitian, atau disarankan bagi
lembaga-lembaga lain untuk dijadikan sebagai percontohan.