bab i pendahuluan a. ”, keingintahuan masyarakat...

18
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam kesehatan dengan semboyan “back to nature”, keingintahuan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tanaman obatpun semakin berkembang. Saat ini masyarakat mulai menyadari bahwa pemakaian bahan kimia sering menimbulkan efek samping sehingga lebih memilih menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Hal tersebut berdampak pada perkembangan teknologi produksi obat tradisional. Sebagian besar perusahaan obat tradisional tidak lagi memproduksi obat dalam bentuk-bentuk sediaan tradisional tetapi sudah mulai dalam bentuk sediaan obat modern yang menggunakan ekstrak sebagai bahan dasarnya. Salah satu kriteria ekstrak yang baik adalah mengandung senyawa aktif yang diharapkan, dalam kuantitas dan kualitas yang baik sehingga diharapkan memiliki aktivitas biologis paling tinggi (Anonim, 2000 a ). Pelarut yang optimal dapat menyari senyawa aktif dengan baik dan selektif, optimalnya suatu pelarut dalam menyari ekstrak dapat dilihat dengan melakukan pengujian terhadap aktivitas biologisnya. Untuk mendapatkan komposisi pelarut yang optimal perlu dilakukan suatu proses optimasi. Simplex Lattice Design (SLD) adalah salah satu metode yang umum digunakan dalam proses optimasi di berbagai bidang. Salah satu contoh pemanfaatan

Upload: vunhu

Post on 12-May-2018

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam kesehatan

dengan semboyan “back to nature”, keingintahuan masyarakat terhadap khasiat dan

manfaat tanaman obatpun semakin berkembang. Saat ini masyarakat mulai menyadari

bahwa pemakaian bahan kimia sering menimbulkan efek samping sehingga lebih

memilih menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Hal tersebut

berdampak pada perkembangan teknologi produksi obat tradisional. Sebagian besar

perusahaan obat tradisional tidak lagi memproduksi obat dalam bentuk-bentuk

sediaan tradisional tetapi sudah mulai dalam bentuk sediaan obat modern yang

menggunakan ekstrak sebagai bahan dasarnya.

Salah satu kriteria ekstrak yang baik adalah mengandung senyawa aktif yang

diharapkan, dalam kuantitas dan kualitas yang baik sehingga diharapkan memiliki

aktivitas biologis paling tinggi (Anonim, 2000a). Pelarut yang optimal dapat menyari

senyawa aktif dengan baik dan selektif, optimalnya suatu pelarut dalam menyari

ekstrak dapat dilihat dengan melakukan pengujian terhadap aktivitas biologisnya.

Untuk mendapatkan komposisi pelarut yang optimal perlu dilakukan suatu proses

optimasi. Simplex Lattice Design (SLD) adalah salah satu metode yang umum

digunakan dalam proses optimasi di berbagai bidang. Salah satu contoh pemanfaatan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

2

SLD dalam bidang farmasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aeni (2011)

tentang optimasi komposisi pelarut pada ekstraksi herba sambiloto (Andrographis

paniculata (Burm. f.)Ness) dengan metode simplex lattice design berdasarkan respon

penghambatan peroksidasi lipid.

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina Aedes

aegypti. Pengendalian nyamuk secara kimiawi merupakan cara yang paling banyak

digunakan saat ini karena dapat mengendalikan nyamuk dalam waktu yang relatif

singkat. Dikarenakan efek samping yang ditimbulkannya cukup besar maka

pemakaiannya juga harus berhati-hati. Banyaknya masalah yang dapat ditimbulkan

oleh insektisida menjadi dasar pemikiran tentang cara apa yang lebih aman untuk

membasmi nyamuk dalam hal ini bentuk larvanya.

Sirih (Piper betle Linn) merupakan tanaman yang dikenal luas oleh

masyarakat Indonesia. Row dan Ho (2009) menyebutkan bahwa minyak atsiri,

ekstrak metanol dan ekstrak air daun sirih menunjukkan adanya aktivitas sebagai

larvasida, anti mikroba, dan antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian Tennyson dkk.

(2012) diketahui bahwa ekstrak metanol daun sirih memiliki aktivitas terhadap larva

Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar 313,58 ppm. Dari hasil penelitian tersebut

ekstrak daun sirih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai larvasida

alami. Daun sirih dipilih karena keberadaannya yang mudah ditemukan di Indonesia

sehingga diharapkan pemanfaatannya menjadi lebih mudah dan lebih ekonomis.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

3

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah komposisi pelarut etanol-air yang digunakan dalam menyari daun

sirih, sehingga dapat dihasilkan ekstrak dengan aktivitas larvasida terhadap Aedes

aegypti paling tinggi dengan menggunakan metode SLD?

2. Bagaimanakah profil senyawa yang tersari dalam tiap perbandingan cairan

penyari?

C. Tujuan penelitian

1. Menentukan komposisi pelarut etanol-air yang digunakan dalam menyari daun

sirih sehingga dapat dihasilkan ekstrak yang memiliki aktivitas larvasida paling

tinggi terhadap Aedes aegypti.

2. Mengetahui profil metabolit sekunder yang tersari dalam tiap perbandingan cairan

penyari dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat diperoleh suatu metode ekstraksi dengan

pelarut yang optimal dalam penyarian daun sirih. Ekstrak daun sirih dari komposisi

pelarut yang terbaik mampu menghasilkan aktivitas larvasida terhadap nyamuk Aedes

aegypti dengan mempertimbangkan faktor keekonomian sehingga dapat diaplikasikan

untuk membuat ekstrak dau sirih sebagai larvasida alami yang ramah lingkungan

serta lebih ekonomi.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

4

E. Tinjauan pustaka

1. DAUN SIRIH (Piper betle L)

Sirih (Piper betle) termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada

batang pohon lain. Menurut Anonim (2000b), tanaman sirih diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Piperales

Suku : Piperaceae

Marga : Piper

Jenis : Piper betle L.

Deskripsi

Tanaman sirih ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk

daunnya pipih menyerupai jantung dan tangkainya agak panjang. Permukaan daun

berwarna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek (hijau

agak kecoklatan) dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut. Daun sirih

disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih sering digunakan oleh

ibu-ibu generasi tua untuk kelengkapan ‘nginang’ (Haryanto, 2009).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

5

Ciri fisik

Tanaman sirih tumbuh merambat, mirip tanaman lada. Tingginya mencapai 5-

15 m, tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Batangnya berwarna hijau

kecoklatan. Daun sirih berbentuk jantung dan berwarna kekuningan, hijau tua, atau

hitam. Sirih kuning banyak dipakai untuk makan sirih karena rasanya yang kurang

pedas. Rasa sirih hijau tua pedas sehingga banyak dipakai untuk obat karena

kandungan minyak atsirinya lebih tinggi. Sirih berdaun hitam biasanya digunakan

sebagai obat. Permukaan daun agak kasar jika diraba. Bunganya tersusun dalam bulir,

merunduk, dan panjangnya 5-15 cm. Buahnya merupakan buah buni, berbentuk bulat,

berdaging, dan berwarna kuning. Tanaman sirih menyukai tempat yang terbuka atau

sedikit terlindung, yang penting ada rambatan (Fauziah, 2007)

Nama lokal

Betel (Prancis), Betel, Betelhe, Vitele, (Poertugal), Ju jiang (China), Sirih

(Indonesia) (Haryanto, 2009). Ranub (Aceh), Sereh (Gayo), Belo (Batak), Burangir

(Mandailing), Afo (Nias), Cabai (Mentawai), Siho (Kerinci), Sirih (Palembang),

Sirieh (Minangkabau), Cambai (Lampung), Furukuwe (Enggano), Seureuh (Sunda),

Suruh (Jawa tengah), Base (Bali), Leko (Sasak), Nahi (Bima), Kowak (Sumba),

Mengi (Ende), Malu (Solor), Malo (Alor), Dontile (Gorontalo), Parigi ((Toli-toli),

Gamnjeng (Makasar), Gies (Halmahera), Bido (Ternate) (Anonim, 2000b).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

6

Kandungan kimia

Minyak atsiri 1 % - 4,2 %, di dalamnya mengandung: golongan monoterpen

(inocole 2,4-4,8% dan p. cymael 1,2-2,5%), seskueterpen (caryophyllene 3,0–9,8%

dan cadinene 2,4–5,8%), phenylpropane (chavibetol 2,7–6,2%, eugenol 26,8–42,5%,

eugenol metil eter 4,2–13,8%, kavikol 7,2-16,7% dan hidroksikavikol), fenol

(karvakol 2,2-5,6%) (Moeljanto dan Mulyono, 2003). Pada penelitian yang dilakukan

oleh Periyanayagam dkk (2012), menunjukkan senyawa yaitu saponin, karbohidrat,

protein dan asam amino juga terkandung dalam daun sirih.

Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlefenol, kavikol,

seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakrol. Beberapa

penelitian ilmiah menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung gula dan tanin.

Biasanya daun sirih muda mengandung gula dan minyak atsiri lebih banyak

dibandingkan dengan daun sirih tua. Sementara itu, kandungan taninnya relatif sama.

Selain itu sirih juga mengandung terpena, flavonoid dan saponin (Moeljanto dan

Mulyono, 2003).

Kegunaan Tanaman

Daun sirih hijau telah lama dikenal oleh nenek moyang sebagai daun multi

khasiat. Sirih selain untuk ramuan tradisional paling banyak dipakai untuk nyirih atau

nginang (Jawa). Beberapa literatur menyebutkan bahwa daun sirih selain sebagai

bahan utama untuk menginang, juga mempunyai kemampuan stypic (menahan

pendarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit), stomachic (obat saluran

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

7

pencernaan), menguatkan gigi dan membersihkan tenggorokan. Karvakol dan kavikol

dalam minyak atsiri menimbulkan aroma yang harum. Dua bahan ini bisa bermanfaat

sebagai antiseptis alami. Menurut Sastrohamidjojo (1988) derivat fenol (eugenol dan

kavikol) yang terkandung dalam daun sirih berkhasiat sebagai antiseptik dan

khususnya kavikol diketahui mempunyai daya pembunuh bakteri lima kali fenol.

Kandungan minyak atsiri daun sirih hijau memiliki daya bunuh kuman (bakteriosidal)

dan jamur (fungisidal) (Moeljanto dan Mulyono, 2003). Selain itu pada penelitian

yang dilakukan oleh Prakash dkk (2010) menunjukkan bahwa kandungan eugenol

dalam minyak atsiri dapat memberikan efek anti fungal terhadap A. flavus, aflatoksin

suppressor dan memberikan efek antioksida. Dalam penelitiannya, Row dan Ho

(2009) menyebutkan bahwa ekstrak metanol, minyak atsiri dan ekstrak air daun sirih

dapat memberikan aktivitas sebagai larvasida, antimikroba dan antioksida. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Row dan Ho (2009) ekstrak metanol daun sirih

menunjukkan efek sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti pada 125 ppm

sedangkan pada minyak atsirinya menunjukkan aktivitas sebagai larvasida terhadap

larva Aedes aegypti pada 48 ppm. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Tennyson dkk (2012) yang menyebutkan bahwa ekstrak metanol dari

daun sirih memiliki aktivitas terhadap larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar

313,58 ppm

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

8

2. Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor penyebab penyakit demam

berdarah. Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut (Sudarto, 1990)

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Bangsa : Dipthera

Suku : Culicidae

Marga : Aedes

Jenis : Aedes aegypti

Siklus hidup

Nyamuk Aedes aegypti termasuk ordo Diptera dengan metamorfosis

sempurna. Stadium-stadium terdiri dari telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Setiap

harinya nyamuk Aedes aegypti betina bertelur rata-rata 100 butir. Telur menetas

dalam satu sampai dua hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam

perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan sampai mencapai instar

keempat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar keempat larva

berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama

dua hari sebelum akhirnya menjadi nyamuk. Nyamuk betina dewasa sebagai

penghisap darah manusia dan hewan untuk sarana pematangan telur-telur yang

dihasilkannya karena kebutuhan protein yang ada dalam darah. Telur yang telah

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

9

matang diletakkan satu persatu di tepi permukaan air pada lubang pohon dan

tempat/wadah yang tergenang air (Ginanjar, 2007).

Ciri-ciri dan morfologi

1) Telur

Telur Aedes aegypti berwarna hitam, tampak bulat memanjang dan berbentuk

jorong (oval) berukuran 0,5-0,8 mm, permukaan poligonal, tidak memiliki alat

pelampung. Telur Aedes aegypti seperti sarang tawon, telur dapat bertahan sampai

berbulan-bulan pada suhu -2° C sampai 42° C (Sumarmo,1983).

Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada dinding

wadah/tempat perindukan terlihat sedikit diatas permukaan air. Waktu penetasan 1-2

hari atau dapat lebih lama bergantung pada keadaan air di wadah/tempat perindukan.

Telur Aedes aegypti dapat bertahan 1 bulan dalam kondisi kering dan jika terendam

air telur kering dapat menjadi larva (Ginanjar, 2008).

2) Larva

Setelah telur menetas tumbuh menjadi larva stadium (instar) I, larva instar 1

melakukan 3 kali pengelupasan kulit (moulting), berturut-turut menjadi larva instar

2, 3 dan instar 4. Pada larva 4 (akhir) akan melakukan pengelupasan kulit dan

berubah bentuk menjadi stadium pupa (Henda, 2006).

Larva instar I sangat kecil, berwarna transparan, duri-duri pada thoraks belum

jelas, dan corong pernafasan (siphon) belum menghitam. Larva instar II bertambah

besar dan corong pernafasannya sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

10

struktur anatominya dan tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada

(thorax), dan perut (abdomen) (Sumarmo, 1983).

Gambar 1. Penampang segmen utama pada larva nyamuk Aedes aegypti (WHO, 1995)

Larva Aedes aegypti biasa bergerak lincah dan aktif, dengan memperlihatkan

gerakan naik ke permukaan air dan turun ke dasar wadah secara berulang. Larva

mengambil makanan di dasar wadah, oleh karena itu disebut pemakan makanan di

dasar (bottom feeder). Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva

menempatkan corong udara pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada

posisi membentuk sudut dengan permukaan air (Kusnindar, 1990).

3) Pupa

Stadium pupa merupakan stadium akhir dalam air. Stadium pupa berbentuk

bengkok dengan kepala-dada (cephalothorax) lebih besar dibandingkan bagian

perutnya dan bernafas dengan sepasang organ berbentuk terompet (Peters, 2007)

Stadium ini merupakan fase puasa (tanpa makan) dan sangat sensitif terhadap

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

11

pergerakan air. Jika terjadi pergerakan air maka pupa akan bergerak cepat menyelam

ke dalam air kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya

menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air (Cahyati dan Sunaryo, 2006).

4) Dewasa

Stadium dewasa nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun atas 3 bagian, yaitu

kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan

antena yang berbulu. Aedes aegypti dewasa tumbuhnya berwarna hitam mempunyai

bercak putih keperakan atau putih kekuningan. Pada toraks bagian dorsal terdapat

bercak putih yang khas bentuknya berupa 2 garis sejajar di bagian tengah toraks dan 2

garis lengkung di tepi toraks (Soedorto, 2011).

Perbedaan nyamuk betina dan jantan adalah pada bagian mulut dan antena.

Nyamuk betina memiliki antena tipe-pilosse dan mulut tipe penusuk-penghisap

(piercing-sucking) sehingga mampu menghisap darah manusia. Nyamuk dewasa

betina mencari makan dengan menghisap darah manusia atau hewan pada siang hari.

Pada malam hari nyamuk beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung

seperti pakaian. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan mengigit berulang, yaitu mengigit

beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini karena nyamuk Aedes

aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini akan beresiko dalam

memindahkan virus dengue ke beberapa orang sehingga ada laporan penderita

demam dengue dalam satu rumah. Nyamuk jantan mencari makan dengan menghisap

sari buah atau bunga. Nyamuk jantan biasanya tidak pergi jauh dari tempat

perindukan, menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi (Sumarmo, 1983).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

12

Gambar 2. Bentuk thorax pada nyamuk Aedes aegypti betina dewasa (WHO,1995)

Nyamuk betina sebagai vektor menyimpan virus tersebut pada telurnya.

Nyamuk jantan akan menyimpan virus pada nyamuk betina saat melakukan kontak

seksual. Selanjutnya nyamuk betina tersebut akan menularkan virus ke manusia

melalui gigitan. Selain itu nyamuk dapat mengambil virus dengue dari manusia yang

mempunyai virus (viremia) tersebut (Satari dan Meiliasari, 2008).

3. PENYARIAN

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari

jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-

bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan

tertentu (Harborne, 1987). Beberapa parameter yang mempengaruhi ekstraksi

menurut Agoes (2007) adalah

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

13

1. Pengembangan/pemelaran bahan tanaman

2. Difusi, pH, ukuran partikel dan temperatur

3. Pilihan pelarut ekstraksi

Untuk melakukan ekstraksi zat aktif tertentu dari bahan tanaman secara

sempurna, pelarut yang ideal adalah pelarut yang menunjukkan selektivitas maksimal,

mempunyai kapasitas terbaik ditinjau dari koefisien saturasi produk dalam medium,

dan kompatibel dengan sifat-sifat bahan yang diekstraksi (Agoes, 2007). Faktor yang

mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui

lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat

tersebut. Kecepatan melintasi lapisan batas dipengaruhi oleh faktor yang

mempengaruhi pemindahan massa yaitu: derajat perbedaan konsentrasi, tebal lapisan

batas, serta koefisien difusi. Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi: pembuatan

serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatan.

Penyarian dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi yang terdapat mulai dari

pusat butir serbuk simplisia sampai ke permukaannya, maupun pada perbedaan

konsentrasi yang terdapat di lapisan batas, sehingga suatu titik akan dicapai oleh zat-

zat yang tersari jika ada daya dorong yang cukup untuk melanjutkan pemindahan

massa. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar daya dorong tersebut hingga

makin cepat penyarian (Anonim, 1986).

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi

yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

14

yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi (Anonim, 2000 a).

Maserasi dilakukan dengan cara meredam serbuk simplisia dalam cairan

penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel

yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan

yang pekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan kerugian cara

maserasi adalah pengerjaannya yang lama dan penyariannya kurang sempurna

(Anonim, 1986).

SIMPLEX LATTICE DESIGN

Salah satu metode optimasi formula adalah simplex lattice design. Prosedur

ini dapat digunakan untuk menentukan proporsi bahan-bahan yang menghasilkan

formulasi dengan variabel atau hasil yang ditentukan paling baik. Respon permukaan

dan daerah optimum dapat diperoleh dengan penerapan metode simplex lattice

design. Misalnya akan diteliti pengaruh 2 macam pelarut, yaitu A dan B terhadap

kelarutan zat aktif X. Tiga macam percobaan dibuat untuk melihat pengaruh pelarut

tersebut, yaitu 100 % A, 100 % B, dan 50 % - 50 % campuran A dan B ( Bolton,

1987 ).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

15

Prinsip dasar SLD adalah untuk mengetahui profil efek campuran terhadap

suatu parameter. Dasar dari metode ini adalah adanya dua variabel bebas A dan B.

Rancangan ini dibuat dengan memilih tiga kombinasi dari campuran dua variabel

tersebut dan dari setiap kombinasi diamati respon yang didapat. Respon yang

diharapkan haruslah yang paling mendekati tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

baik maksimum atau minimum. Hubungan antara respon dan komponen dapat

digambarkan dengan rumus :

Y = a [ A] + b [ B ] + ab [A] [B]

Keterangan :

Y : respon yang diharapkan

a, b, ab = koefisien yang didapat dari percobaan

[ A] [ B] = fraksi ( bagian ) komponen dengan persyaratan :

0 ≤ [ A] ≤ 1, 0 ≤ [ B] 0 ≤ 1

Nilai respon yang didapat dari hasil percobaan disubstitusikan ke dalam

persamaan di atas, maka dapat dihitung nilai koefisien a, b dan ab. Jika nilai-nilai

koefisien ini telah diketahui, dapat pula dihitung nilai Y (respon) pada setiap variasi

campuran A dan B sehingga didapatkan gambaran profilnya.

4. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan bentuk kromatografi planar, selain

kromatografi kertas dan kromatografi elektroforesis. KLT merupakan metode

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

16

pemisahan campuran analit dengan mengelusi analit melalui suatu lempeng

kromatografi lalu melihat komponen/analit yang terpisah dengan penyemprotan atau

pengecatan. Dalam bentuknya yang paling sederhana, lempeng-lempeng KLT dapat

disiapkan di laboratorium, lempeng diletakkan dalam wadah dengan ukuran yang

sesuai, lempeng diletakkan dalam wadah dengan ukuran yang sesuai, lalu

kromatogram hasil dapat di-scanning secara visual. Berbeda dengan kromatografi

kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada

kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada

permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, lempeng aluminium, atau

lempeng plastik.

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang

fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending),

atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending)

(Gandjar dan Rohman, 2012).

Sampel senyawa uji diaplikasikan pada fase diam dalam bentuk totolan kecil

atau pita. Fase gerak akan melewati fase diam dengan gaya kapilaritas. Komponen-

komponen suatu senyawa akan bergerak karena adanya fase gerak dengan jarak

tempuh yang berbeda pada fase diam, biasanya disebut pengembangan kromatogram.

Perbedaan jarak tempuh setiap komponen senyawa disebabkan karena afinitas yang

berbeda dari masing-masing komponen dengan fase diam atau fase gerak. Interaksi

yang mungkin terjadi pada pemisahan senyawa dengan metode kromatografi

diantaranya ikatan hidrogen, transfer muatan atau ikatan Van der Waals.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

17

Evaluasi dilakukan dengan pengamatan secara visual dan membandingkan

jarak bercak dari awal pengembangan senyawa yang dipisahkan. Jarak tersebut

umumnya dikonversikan dalam nilai Rf (Retardation factor) yang merupakan hasil

bagi antara jarak yang ditempuh senyawa terlarut dengan jarak yang ditempuh

pelarut. Perhitungan nilai Rf seperti rumus seperti di bawah ini :

Rf = jarak yang ditempuh senyawa terlarut

jarak yang ditempuh pelarut

Angka Rf berjangka antara 0,00 sampai 1,00 dan ditentukan dalam dua

desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0

sampai 100 (Sherma, 1996).

Selain dengan pengamatan di bawah sinar UV, deteksi juga dilakukan dengan

pereaksi semprot. Yang harus diperhatikan pereaksi warna harus mencapai pelat KLT

dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol, dan bukan sebagai

semprotan kasar. Pembentukan warna yang optimum sering kali memerlukan

peningkatan suhu dan waktu tertentu. Pemanasan yang baik apabila penyebaran

suhunya seragam. Pereaksi semprot yang digunakan dalam uji kromatografi ini

adalah AlCl3, anisaldehid asam sulfat dan FeCl3. Pembanding yang digunakan dalam

uji kromatografi yakni asam galat, rutin dan stigmasterol.

F. LANDASAN TEORI

Ekstrak metanol daun sirih telah terbukti memiliki aktivitas larvasida terhadap

larva Aedes aegypti dengan nilai LC50 sebesar 313,58 ppm (Tennyson, 2012). Row

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. ”, keingintahuan masyarakat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/67642/potongan/S1-2014... · Di alam bebas telur diletakkan satu persatu menempel pada

18

dan Ho (2009) menyebutkan bahwa ekstrak metanol daun sirih memberikan aktivitas

larvasida pada 125 ppm dan minyak atsiri pada 48 ppm. Senyawa-senyawa aktif

dalam daun sirih seperti saponin, fenol, dan flavonoid dapat disari dengan baik bila

digunakan pelarut yang optimal. Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan

campuran antara etanol dan air. Kandungan senyawa yang terdapat pada daun sirih

dapat larut dalam komposisi pelarut etanol:air. Perbandingan jumlah etanol dan air

tergantung pada bahan yang akan disari (Anonim, 1986).

Percobaan optimasi pelarut ini dapat menggunakan metode SLD yang memiliki

rumusan perhitungan yang akan menghasilkan perbandingan pelarut yang optimal

(Bondari, 2005). Metode ini terbukti dapat digunakan untuk memperkirakan

campuran pelarut etanol:air yang digunakan sehingga menyempurnakan penyarian

kandungan kimia yang terdapat pada daun dan didapatkan ekstrak dengan respon

larvasidal paling tinggi.

G. HIPOTESIS

1. Campuran pelarut etanol-air yang digunakan dalam penyarian daun sirih dapat

menyari senyawa aktif yang terkandung dalam daun sirih sehingga menghasilkan

ekstrak yang memiliki aktivitas larvasidal terhadap larva Aedes aegypti.

2. Perbedaan komposisi pelarut etanol dan air pada ekstraksi daun sirih akan

menyari senyawa kimia yang berbeda pada eksrak daun sirih