bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41257/2/bab i.pdf · bab...

8
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al, 2013). Gangguan kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013). Gangguan kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013). Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014). Secara umum wanita setelah melahirkan akan mengalami gangguan emosional, bentuk gangguan emosional yang umum adalah depresi, mudah marah dan mudah frustasi. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara (Saleha, 2009). Kecemasan yang terjadi pada ibu

Upload: duongcong

Post on 15-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum

dengan prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al, 2013).

Gangguan kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar

18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan,

seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres

pasca trauma, gangguan kecemasan umum dan fobia (Duckworth,

2013). Gangguan kecemasan terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa

prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada wanita sebesar 60%

lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013).

Di Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa

sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta penduduk

di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan

dengan gejala-gejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014).

Secara umum wanita setelah melahirkan akan mengalami gangguan

emosional, bentuk gangguan emosional yang umum adalah depresi, mudah

marah dan mudah frustasi. Gangguan mood selama periode postpartum

merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik

primipara maupun multipara (Saleha, 2009). Kecemasan yang terjadi pada ibu

2

menyusui disebabkan karena adanya proses transisi wanita dalam proses

menjadi orang tua, terjadi penyesuaian diri yang besar diantara hubungan

dengan orang lain (Febriana, 2011). Selain hal tersebut faktor yang

menyebabkan terjadinya kecemasan pada ibu menyusui yaitu adanya

perubahan hormone, payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit

atau jahitan yang belum sembuh.

Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan

emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jaitan, rasa mulas,

ketidamampuan beradaptasi terhadap perubahan fisk emosional yang

kompleks, faktor umum dan paritas, pengalaman dalam proses persalinan dan

kehamilan (Rukiyah, 2010). Perasaan tidak nyaman (perasaan takut, marah,

gelisah, sedih, kesal, cemas, malu atau nyeri) pada ibu menyusui, akan

menghambat laktasi sehingga dapat berpengaruh pada produksi ASI. Hal ini

di karenakan kecemasan dapat menghambat pengeluaran ASI (Kodrat, 2010).

Semakin tinggi tingkat gangguan emosional, semakin sedikit rangsangan

hormon prolaktin yang diberikan untuk memproduksi ASI (Prasetyono,

2009).

Menurut Mittra Jalal (2017) kecemasan dan stress dapat menurunkan

hormone prolaktin dan sekresi oksitosin, sehingga aliran susu berkurang

ketika ibu menyusui. Pada penelitian Vitoria Fallon (2016) kecemasan dapat

mengganggu pelepasan reflex oksitosin yaitu refleks yang merangsang

keluarnya air susu, penghambatan refleks ini menurunkan volume air susu

ketika ibu menyusui. Kecemasan adalah gangguan yang menyebabkan gugup,

takut, cemas dan khawatir. Ibu menyusui sering mengalami keadaan umum

3

seperti khawatir atau takut sebelum menghadapi sesuatu seperti menyusui

bayinya.

Hasil Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Posyandu Balita

Kelurahan Merjosari pada tanggal 15 februari sampai 18 februari terhadap 10

ibu menyusui yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan dengan menggunakan

metode wawancara, dari wawancara yang peneliti lakukan ibu mengatakan

merasa cemas, takut,dan banyak pikiran pada saat menyusui bayinya ketika

ASI tidak lancar atau jumlah ASInya sedikit.

Menurut Fereshteh Jahdi (2016) terapi non farmakologi yang

menggunakan metode sederhana dan efektif untuk mengurangi kecemasan

adalah terapi pijat, dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terapi pijat

secara signifikan dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu primipara selama

hari postpartum pertama. Menurut penelitian Wei-Ling Chen (2013)

dikatakan bahwa manfaat terapi pijat secara signifikan mengurangi kecemasan

yang ditandai dengan penurunan tekanan darah sistol, diastolik, denyut

jantung, dan tingkat pernapasan. Selain itu manfaat pijat menurut penelitian

Krista Dicks (2010) dapat menurunkan stres, menurunkan ketegangan otot,

peningkatan kualitas tidur dan dapat meningkatkan relaksasi pada seseorang

setelah pijat. Pada Goral Kimberly (2011) dalam penelitiannya mengatakan

bahwa terapi pijat secara signifikan menurunkan kecemasan yang ditandai

dengan penurunan aktifitas sistem saraf (SNS) dan penurunan denyut

jantung. Dapat disimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa terapi

pijat secara signifikan dapat menurunkan kecemasan.

4

Seorang ibu yang mengalami kecemasan dapat mengganggu hormon

prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Pijat ASI yang sering

dilakukan dalam rangka meningkatkan ketidaklancaran produksi ASI adalah

pijat oksitosin, pijat oksitosin bisa dibantu oleh ayah atau nenek bayi (Rahayu,

2016). Pijat atau rangsangan pada tulang belakang neuro transmitter akan

merangsang medula oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus di

hypofisis anterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga dapat

mengeluarkan air susu. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan

merileksasi ketegangan, menghilangkan stres dan cemas sehingga hormon

oksitosin akan keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu (Johan,

2016). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau

refleks let down. Manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada

ibu, mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan

hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit.

Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan pada ibu menyusui berupa back

massage pada punggung ibu untuk pengeluaran hormon oksitosin (Rahayu,

2016).

Berdasarkan uraian di atas, Peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan tingkat

kecemasan pada ibu menyusui.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah adalah “Adakah

pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan kecemasan pada ibu menyusui di

Kelurahan Merjosari ?”

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin

terhadap perubahan kecemasan pada ibu menyusui di Kelurahan Merjosari.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kecemasan ibu menyusui sebelum dilakukan pijat oksitosin.

b. Mengidentifikasi kecemasan ibu menyusui sesudah dilakukan pijat oksitosin.

c. Mengidentifikasi pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan tingkat

kecemasan pada ibu menyusui di Kelurahan Merjosari.

1.4 Manfaat Penilitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi

perkembangan ilmu keperawatan maternitas khususnya, yaitu tentang pengaruh pijat

oksitosin terhadap perubahan tingkat kecemasan pada ibu menyusui di Kelurahan

Merjosari.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan data baru yang

relevan dan dapat meningkatkan pengetahuan terkait dengan pijat oksitosin

terhadap perubahan kecemasan pada ibu.

6

2. Bagi Profesi Keperawatan

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan perawat mengenai pengaruh teknik pijat oksitosin terhadap

perubahan kecemasan pada ibu menyusui.

3. Bagi Masyarakat (Ibu)

Peneliti berharap penelitian pijat oksitosin ini dapat di terapkan Ibu

disaat ibu mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi perubahan

kecemasan setelah dilakukan pijat oksitosin.

4. Bagi Profesi Kesehatan Lain

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu intervensi

mandiri tenaga medis dalam penatalaksanaan untuk perubahan psikologis ibu

(kecemasan) dengan menggunakan teknik pijat oksitosin. Selain itu, bisa jadi

tambahan informasi dalam metode pengobatan non farmakologi yang bisa

diterapkan baik di Rumah Sakit, dan Puskesmas.

1.5 Keaslian Penelitian

Sebelumnya ada beberapa penelitian yang telah dilakukan namun penelitian

tersebut tidak sama persis dengan topik yang di ambil peneliti, penelitian tersebut

antara lain adalah:

1. Penelitian yang dilakukan Nurdiana et al (2016) dengan judul “Oxytocin

Massage as an Alternative in Increasing Prolactin Hormone Level and Lactation

Process on Post-section Caesarrea Women (Case Study In Semarang City

Hospital)”. Metode penelitian menggunakan desain quasi-eksperimental.

Populasi wanita post section caessarea di Rumah Sakit Kabupaten

Semarang yang terdaftar pada November 2013-Januari 2014 dengan

7

sampel 20 orang. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pijat oksitosin

dapat meningkatkan kadar hormon laktogen dan produksi ASI untuk

perempuan post sectio caesarea (berat badan bayi). Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya adalah populasi penelitian, jumlah

sampel, variabel dependen (variabel terikat), tempat, dan waktu penelitian.

Dalam penelitian ini populasi yang peneliti gunakan adalah ibu menyusui,

jumlah sampel yang diteliti adalah 15 orang, variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pijat oksitosin sebagai variabel independen

dan perubahan kecemasan sebagai variabel dependen. Tempat dan waktu

penelitian di Kelurahan Merjosari Malang, tahun 2017.

2. Penelitian yang dilakukan Kaina Zhou et al (2014) dengan judul “A clinical

randomized controlled trial of music therapy and progressive muscle relaxation training

in female breast cancer patients after radical mastectomy: Results on depression,

anxiety and length of hospital stay”. Tujuan penelitian ini untuk menguji efek

dari terapi musik dan latihan relaksasi otot progresif pada depresi,

kecemasan dan lama tinggal di rumah sakit pada pasien kanker payudara

wanita di Cina setelah mastektomi radikal. Metode penelitian

menggunakan desain Randomize Controlled Trial (RCT). Sampel

sebanyak 170 pasien secara acak di bagi dalam dua yaitu kelompok

intervensi (n 85) menerima Terapi musik dan latihan relaksasi otot

progresif ditambah perawatan rutin dan kelompok kontrol kelompok (n

= 85) menerima perawatan rutin. Hasil secara signifikan menunjukan

bahwa pasien dengan kelompok intervesi memiliki penurunan dalam

depresi, kecemasan, dan memiliki waktu lebih pendek tinggal di rumah

sakit daripada kelompok kontrol. Perbedaan penelitian ini dengan

8

penelitian sebelumnya adalah desain penelitian, variabel yang digunakan,

populasi, sampel yang di teliti, tempat dan waktu. Dalam penelitian ini

desain yang peneliti gunakan adalah quasi-eksperimen, populasi yang

diteliti adalah ibu menyusui dengan jumlah sampel 40 orang dengan

sampel 15 orang, variabel yang di gunakan adalah pijat oksitosin sebagai

variabel independen, perubahan kecemasan sebagai variabel dependen.

Tempat dan waktu penelitian di Kelurahan Merjosari Malang, tahun 2017.

3. Penelitian yang dilakukan Dr. Sawane Manish (2013) dengan judul

“Efficacy of Yoga and Swimming in Reducing Anxiety: A Comparative Study”.

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan penurunan tingkat

kecemasan dengan yoga dan latihan pernapasan dengan berenang.

Metode penelitian ini menggunakan Desain prospektif acak studi banding

dengan sampel 100 dengan usia 18-40 tahun di bagi menjadi dua

kelompok; kelompok kesatu menggunakan latihan yoga asanas dan

latihan pernapasan yoga dan kelompok kedua berlatih berenang selama

12 minggu. Hasil penelitian ini secara signifikan menurunkan kecemasan

pada kelompok kesatu latihan yoga dalam waktu 12 minggu. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah desain penelitian,

variabel yang digunakan, populasi, sampel yang di teliti, tempat dan

waktu. Dalam penelitian ini desain yang peneliti gunakan adalah Pre

eksperimen, populasi yang diteliti adalah ibu menyusui dengan jumlah

sampel 40 orang dengan sampel 15 orang, variabel yang di gunakan

adalah pijat oksitosin sebagai variabel independen, perubahan kecemasan

sebagai variabel dependen. Tempat dan waktu penelitian di Kelurahan

Merjosari Malang, tahun 2017.