bab 2 landasan teori - library & knowledge...

Download BAB 2 LANDASAN TEORI - Library & Knowledge Centerlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2009-1-00488-TISI Bab 2.pdf · Beberapa contoh yang termasuk ... mengurangi rata-rata persediaan

If you can't read please download the document

Upload: doandat

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1 Peta Proses Operasi

    Menurut Sritomo (2003,p100) Peta Proses Operasi atau dikenal dengan

    Operation Chart akan menunjukkan langkah-langkah secara kronologis dari

    semua operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku yang digunakan di dalam

    suatu proses manufacturing yaitu mulai datangnya bahan baku sampai ke proses

    pembungkusan (packaging) dari produk jadi yang dihasilkan. Peta ini akan

    melukiskan peta operasi dari seluruh komponen-komponen dan sub assemblies

    sampai menuju main assembly. Dalam peta operasi yang dicatat hanyalah

    kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan/inspeksi saja. Kadang-kadang pada

    akhir proses bisa ditambahkan tentang penyimpanan (storage).

    Sritomo (2003,p101) juga mengatakan bahwa manfaat dari peta operasi

    antara lain:

    Data kebutuhan jenis proses operasi/inspeksi macam dan spesifikasi

    mesin atau fasilitas bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi

    pada setiap elemen operasi kerja atau inspeksi.

    Pola tata letak fasilitas dan aliran pemindahan bahannya.

    Alternatif-alternatif perbaikan prosedur dan data kerja yang sedang

    dipakai.

  • 11

    Berdasarkan Sritomo (2003,p101), untuk bisa menggambarkan peta proses

    dengan baik dan lengkap ada beberapa aturan dasar yang perlu dipahami dan

    diikuti sebagai berikut:

    Pertama pada baris paling atas perlu dituliskan PETA PROSES

    OPERASI (yang bisa disingkat dengan PETA OPERASI) dan

    seterusnya tulis semua identifikasi kerja lainnya seperti: nama objek,

    nomor gambar kerja, dan lain-lain

    Nama dan spesifikasi material yang akan diproses diletakkan diatas

    garis horizontal yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk

    dalam proses operasi kerja.

    Lambang ditetapkan dalam arah vertikal secara berurutan yang

    menunjukkan terjadinya perubahan proses untuk setiap simbolnya.

    Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan

    sesuai dengan urutan operasi yang dilakukan untuk pembuatan

    produk tersebut atau sesauai dengan proses yang terjadi. Penomoran

    terhadap kegiatan inspeksi diberikan tersendiri.

    Agar diperoleh gambar petaproses operasi yang baik, maka produk

    yang paling banyak memerlukan langkah-langkah proses operasi

    harus dipetakan terlebih dahulu dan digambarkan pada garis vertikal

    paling kanan sendiri.

    Menurut Sritomo (2003,p102), peta proses operasi pada dasaarnya

    dirancang untuk memberikan pemahaman yang cepat dari kegiatan-kegiatan

    operasi yang harus diselenggarakan untuk membuat suatu produk lengkap.

  • 12

    Demikian pula peta perasi tersebut memungkinkan untuk mempelajari semua

    operasi dan inspeksi yang diperlukan sehingga langkah-langakh urutan kerja bisa

    disusun secara logis. Peta ini memungkinkan untuk melihat hubungan antara

    proses/operasi tanpa harus memperhatikan aktivitas handling yang diperlukan.

    Dengan alasan ini, maka peta proses operasi merupakan alat fektif untuk

    menggambarkan suatu proses ke operator yang kurang begitu familiar dengan

    urutan proses atau inspeksi.

    2.2 Pengukuran Waktu

    Menurut Sutalaksana (1979,p131) pengukuran waktu adalah pekerjaan

    mengamati dan mencatat waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan

    menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Pada garis besarnya teknik

    pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian, yaitu secara langsung dan tidak

    langsung. Cara pertama disebut demikian karena pengukuran dilaksanakan secara

    langsung yaitu di tempat di mana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan.

    Sutalaksana (1979,p117) dua cara yang termasuk pengukuran secara

    langsung, yaitu dengan metode cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sedangkan

    cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat

    pekerjaan yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui

    jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau gerakan. Yang termasuk

    kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.Pengukuran waktu

    ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu

    yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja yang normal untuk

    menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

  • 13

    Pengukuran pendahuluan merupakan hal pertama yang harus dilakukan.

    Tujuan melakukan pengukuran waktu adalah untuk mengetahui berapa kali

    pengukuran harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang

    diinginkan.

    Langkah-langkah pemrosesan hasil pengukuran pendahuluan adalah:

    1. Kelompokkan hasil pengukuran ke dalam beberapa subgrup dan hitung rata-

    rata dari tiap subgrup:

    nXikX =

    dimana : n = banyaknya data dalam satu subgrup

    k = jumlah subgrup yang terbentuk

    Xi = data pengamatan

    2. Hitung rata-rata dari rata-rata subgrup:

    kkX

    X =

    3. Hitung standar deviasi dari waktu penyelesaian:

    1N

    XXi

    2

    =

    dimana : N = jumlah pengamatan pendahuluan yang dilakukan

    4. Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgrup:

    n

    x =

  • 14

    2.2.1 Pengujian Keseragaman Data

    Sebelum data dapat digunakan maka perlu dilakukan pengujian

    keseragaman data untuk dapat menetapkan waktu standar, dengan tujuan untuk

    mengetahui apakah hasil pengukuran waktu cukup seragam untuk digunakan.

    Suatu data dikatakan seragam, yaitu data yang berasal dari sistem sebab yang

    sama, bila berada di antara kedua batas kendali. Perumusan batas kendali sebagai

    berikut:

    x Z X BKA += | x Z X BKB = | 211 =Z

    dimana : BKA = Batas Kendali Atas

    BKB = Batas Kendali Bawah

    Z = Nilai dari tabel distribusi normal sesuai dengan

    tingkat keyakinan

    2.2.2 Pengujian Kecukupan Data

    Menurut Sutalaksana (1979, p.134), uji kecukupan data dilakukan untuk

    mendapatkan apakah jumlah data hasil pengamatan cukup untuk melakukan

    penelitian. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk

    tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% sebagai berikut:

    222 )(40

    '

    =

    xjxjxjN

    N

    dimana : N = jumlah data yang seharusnya dilakukan pengamatan

    N = jumlah data yang aktual

  • 15

    Analisa kecukupan data :

    Apabila N N , maka jumlah data sudah cukup

    Apabila N > N, maka jumlah data belum cukup

    Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil

    pengukuran dari data pengukuran sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam

    persen, sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur

    bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Tingkat ketelitian

    dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan

    pengukur,setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran telalu banyak.

    2.2.3 Perhitungan Waktu Baku

    Setelah semua data yang diperoleh memiliki keseragaman yang

    dikehendaki dan jumlahnya telah memnuhi tingkat ketelitian dan tingkat

    keyakinan yang diinginkan maka kegiatan pengukuran waktu dapat dikatakan

    telah selesai. Langkah berikutnya adalah mengolah data untuk menghitung waktu

    baku yang diperoleh melalui langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:

    1. Hitung waktu siklus rata-rata

    NXi

    Wr =

    dimana : Xi = data yang termasuk dalam batas kendali

    2. Hitung waktu normal

    pWrWn =

    dimana : p = faktor penyesuaian

  • 16

    3. Hitung waktu baku

    a)(1WnWb +=

    Di mana: a= kelonggaran yang diberikan pekerja untuk menyelesaikan

    pekerjaannya disamping waktu normal.

    2.2.4 Penyesuaian

    Penyesuaian ditentukan berdasarkan ketidakwajaran yang dapat saja

    terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu

    waktu atau karena menjumpai kesulitam-kesulitan seperti karena kondisi ruangan

    yang buruk. Penyesuian bertujuan untuk menormalkan waktu hasil pengukuran

    jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan tidak wajar, agar

    waktu penyelesaian proses operasi tidak terlalu singkat atau tidak terlalu panjang.

    Menurut Sutalaksana (1979, p138) besarnya harga faktor penyesuaian (p)

    memiliki tiga batasan, yaitu

    p > 1 ; bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas

    normal (terlalu cepat)

    p < 1 ; bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di bawah

    normal (terlalu lambat)

    p = 1 ; bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar

    Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan faktor

    penyesuaian adalah metode Westinghouse (Sutalaksana, 1979, p140-146). Cara

    Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan

    kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha,

  • 17

    Kondisi Kerja dan Konsistensi. Setiap faktor terbagi ke dalam kelas-kelas dengan

    nilainya masing-masing.

    Tabel 2.1 Penyesuaian Menurut Westinghouse

    Faktor Kelas Lambang PenyesuaianA1 + 0,15A2 + 0,13B1 + 0,11B2 + 0,08C1 + 0,06C2 + 0,03

    Average D 0,00E1 - 0,05E2 - 0,10F1 - 0,16F2 - 0,22A1 + 0,13A2 + 0,12B1 + 0,10B2 + 0,08C1 + 0,05C2 + 0,02

    Average D 0,00E1 - 0,04E2 - 0,08F1 - 0,12F2 - 0,17

    Ideal A + 0,06Excellent B + 0,04

    Good C + 0,02Average D 0,00

    Fair E - 0,03Poor F - 0,07

    Perfect A + 0,04Excellent B + 0,03

    Good C + 0,01Average D 0,00

    Fair E - 0,02Poor F - 0,04

    Keterampilan

    Usaha Good

    Fair

    Poor

    Kondisi Kerja

    Konsistensi

    Super

    Excellent

    Good

    Fair

    Poor

    Excessive

    Excellent

  • 18

    2.2.5 Kelonggaran

    Menurut Sutalaksana (1979, pp149-154), kelonggaran adalah waktu yang

    dibutuhkan pekerja terlatih, agar dapat mencapai performance kerja

    sesungguhnya, jika bekerja secara normal. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal

    yaitu :

    a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi

    Yang termasuk dalam kebutuhan pribadi di sini adalah hal-hal seperti minum

    untuk menghilangkan dahaga, ke kamar kecil, bercakap-cakap untuk

    menghilangkan ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja.

    b. Kelonggaran untuk rasa fatique

    Rasa fatique tercermin dari menurunnya hasil produksi dari segi kualitas

    maupun kuantitas. Cara menentukan kelonggaran ini adalah dengan

    melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat di

    mana hasil produksi menurun.

    c. Kelonggaran untuk hambatan yang tidak terhindarkan

    Dalam melaksanakan pekerjaan, pekerja tidak akan lepas dari berbagai

    hambatan. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tidak

    terhindarkan adalah:

    Menerima atau menerima petunjuk kepada pengawas.

    Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.

    Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat

    potong yang patah, memasang ban lepas dan sebagainya.

  • 19

    Mengasah peralatan potong.

    Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang.

    Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan

    mengaplikasikan rumus berikut:

    Standard Time = Normal Time + (Normal Time x %Allowance)

    2.3 Penjadwalan Produksi

    2.3.1 Definisi Penjadwalan

    Menurut Ginting (2007,p255), penjadwalan adalah pengurutan

    pembuatan/pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa

    buah mesin. Dengan demikian masalah sequencing senantiasa melibatkan

    pengerjaan sejumlah komponen yang sering disebut sebagai job. Job sendiri

    masih merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut

    aktivitas atau operasi, Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi

    sumber daya tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan

    waktu proses.

    2.3.2 Tujuan Penjadwalan

    Menurut Ginting (2007,p256), tujuan dari aktivitas penjadwalan sebagai

    berikut:

    Meningkatkan penggunaan sumberdaya atau mengurangi waktu

    tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang, dan

    produktivitas meningkat.

  • 20

    Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah

    pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya masih

    mengerjakan tugas lain. Teori Baker mengatakan, aliran kerja suatu

    jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan

    mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi.

    Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas

    waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya

    kelambatan).

    Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas

    pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya

    mahal dapat dihindarkan.

    2.3.3 Model Penjadwalan

    Menurut Ginting (2007,p256),proses penjadwalan timbul jika terdapat

    keterbatasan sumber daya yang dimiliki sehingga diperlukan adanya pengaturan

    sumber-sumber daya tersebut secara efisien. Berbagai model penjadwalan telah

    dikembangkan untuk mengatasi persoalan penjadwalan tersebut.

    Model penjadwalan dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu:

    Mesin yang digunakan dapat berupa proses dengan mesin tunggal atau

    proses dengan mesin majemuk.

    Pola aliran proses dapat berupa aliran identik atau sembarang.

    Pola kedatangan pekerjaan statis atau dinamis.

    Sifat informasi yang diterima dapat bersifat deterministik atau stokastik.

  • 21

    Pada keadaan pertama, sejumlah mesin dapat dibedakan atas mesin

    tunggal dan mesin majemuk. Model mesin tunggal adalah mesin dasar dan

    biasanya dapat diterapkan pada kasus mesin majemuk.

    Pada keadaan kedia, pola aliran dapat dibedakan atas flow shop dan job

    shop. Pada flow shop dijumpai pola aliran proses dari urutan tertentu yang sama.

    Flow Shop terbagi lagi menjadi pure flow shop dan general flow shop. Pada pure

    flow shop berbagai pekerjaan akan mengalir pada lini produksi yang sama dan

    tidak dimungkinkan adanya variasi.

    Pada general flow shop dimungkinkan adanya variasi antara pekerjaan

    atau pekerjaan yang datang tidak harus dikerjakan di semua mesin. Sedangkan

    pada job shop, setiap pekerjaan memiliki pola aliran kerja yang berbeda. Aliran

    proses tidak searah mengakibatkan pekerjaan yang dikerjakan di suatu mesin

    dapat berupa pekerjaan baru atau pekerjaan yang sedang dikerjakan (work in

    process) atau pekerjaan yang akan menjadi produk jadi (finished goods) telah

    diproses di mesin tersebut.

    Pada keadaan ketiga, pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas

    pola kedatangan statis atau dinamis. Pada pola statis, pekerjaan datang

    bersamaan pada waktu nol dan siap dikerjakan atau kedatangan pekerjaan bisa

    tidak bersamaan tetapi saat kedatangan telah diketahui sejak waktu nol. Pada

    pola dinamis mempunyai sifat kedatangan pekerjaan tidak menentu, artinya

    terdapat variabel waktu sebagai faktor yang berpengaruh.

    Pada keadaan keempat, perilaku elemen-elemen penjadwalan daapat

    dibedakan atas deterministik dan stokastik. Model deterministik memiliki

  • 22

    kepastian informasi tentang parameter dalam model, sedangkan model stokastik

    mengandung unsur ketidakpastian.

    Parameter yang dimaksud adalah:

    Saat datang, saat siap, jumlah pekerjaan, batas waktu penyelesaian (due

    date), dan bobot kepentingan masing-masing pekerjaan.

    Jumlah operasi, susunan mesin (routing), waktu proses, dan waktu setup.

    Jumlah dan kapasitas mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin

    terhadap pekerjaan yang akan dikerjakan.

    Pada proses penjadwalan produksi deterministik dibutuhkan tiga parameter dasar,

    yaitu:

    Processing Time (ti) atau waktu porses, yaitu waktu yang dibutuhkan

    untuk memberikan nilai tambah pada order i.

    Ready Time (ri) atau saat siap, yaitu saat paling awal order i dapat

    diproses oleh mesin.

    Due Date (di) atau saat kirim, yaitu saat kirim order i kepada konsumen.

    Ketiga parameter dasar tersebut digunakan pula dalam mengevaluasi hasil

    penjadwalan.

    2.3.4 Output Penjadwalan

    Menurut Ginting (2007, p260),untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja

    yang lancar akan melalui tahapan produksi, maka sistem penjadwalan harus

    membentuk aktivitas aktivitas output sebagai berikut:

  • 23

    1. Loading (pembebanan)

    Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order

    order yang diterima/diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia.

    Pembebanan dilakukan dengan menugaskan orderorder pada fasilitas

    fasilitas, operatoroperator dan peralatan tertentu.

    2. Sequencing (pengurutan)

    Pengurutan ini merupakan penugasan tentang orderorder mana yang

    diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses

    banyak job.

    3. Dispatching (Prioritas Job)

    Dispatching merupakan prioritas kerja tentang jobjob mana yang

    diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.

    4. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan :

    a. Meninjau kembali status orderorder pada saat melalui sistem

    tertentu

    b. Mengatur kembali uruturutan, misalnya: expiditing orderorder

    yang jauh di belakang atau mempunyai prioritas utama

    5. Up-dating jadwal, dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi

    dengan merevisi prioritasprioritas.

    2.3.5 Aturan Prioritas

    Aturan Prioritas memberikan panduan untuk urut-urutan pekerjaan yang

    harus dilaksanakan. Aturannya secara khusus bisa diterapkan untuk fasilitas yang

    berfokus pada proses seperti klinik, percetakan, dan perusahaan manufaktur.

  • 24

    Aturan prioritas mencoba untuk mengurangi waktu penyelesaian, jumlah

    pekerjaan dalam sistem, dan keterlambatan kerja sementara penggunaan fasilitas

    bisa maksimum (Render dan Heizer, 2001, p473).

    Pertama datang, pertama kali dilayani (First Come First Serve/FCFS): Pekerjaan

    yang datang terlebih dahulu di pusat kerja, maka akan diproses lebih dulu.

    Waktu pemrosesan paling cepat (Shortest Processing Time/SPT): Pekerjaan yang

    membutuhan waktu paling singkat dilaksanakan dulu, selanjutnya diselesaikan.

    Pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek (Earliest Due Date/EDD):

    Pekerjaan yang jatuh temponya paling pendek akan dipilih lebih dulu.

    Waktu pemrosesan paling panjang (Long Processing Time/LPT): Semakin

    panjang, semakin besar pekerjaan sering kali sangat penting dan kemudian

    dipilih lebih dahulu

    2.4 Standard Operating Procedure

    Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah kesatuan perintah

    tertulis yang mendokumentasikan sebuah rutinitas atau aktivitas berulang

    didalam sebuah organisasi. Pengembangan dan kegunaan dari SOP adalah

    sebuah bagian integral dari sistem pengendalian kualitas yang sukses karena

    memberikan informasi bagi individual untuk melaksanakan pekerjaannya dengan

    baik. (wikipedia.com/Standard_Operating_Procedure)

  • 25

    2.5 Pengertian Sistem Informasi

    Menurut McLeod (2001, p4), Sistem Informasi(SI) adalah suatu

    kombinasi yang terorganisasi dari manusia, piranti lunak, perangkat keras,

    jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan,

    mentransformasikan, serta menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

    Menurut OBrien (2003, p7), sebuah SI dapat berupa kombinasi teratur

    dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data yang

    mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu

    organisasi.

    Jadi SI adalah elemen-elemen yang saling berkaitan dengan

    menggunakan sumber daya untuk mengolah masukan berupa data menjadi

    keluaran berupa informasi, sehingga berguna bagi pihak yang membutuhkannya.

    2.6 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

    Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah metode untuk

    menganalisis dan merancang sistem dengan pendekatan berorientasi object

    (Mathiassen, 2000, p135). Object diartikan sebagai suatu entitas yang memiliki

    identitas, state dan behavior (Mathiassen, 2000, p4).

    Pada analisa, identitas sebuah object menjelaskan bagaimana seorang

    user membedakannya dari object lain, dan behavior object digambarkan melalui

    event yang dilakukannya. Sedangkan pada perancangan, identitas sebuah object

    digambarkan dengan cara bagaimana object lain mengenalinya sehingga dapat

    diakses, dan behavior object digambarkan dengan operation yang dapat

    dilakukan object tersebut yang dapat mempengaruhi object lain dalam sistem.

  • 26

    2.7 Konsep OOAD

    Objek Oriented Analysis and Design (OOAD) memiliki tiga konsep dasar yaitu:

    Encapsulation

    Yaitu pembungkusan beberapa item menjadi sebuah unit (Whitten, 2004,

    p432). Maksudnya adalah menjadikan atribut dan perilaku dari objek

    menjadi satu kesatuan. Sehingga cara untuk mengakses informasi dari

    objek tersebut yaitu melalui perilakunya.

    Inheritance

    Yaitu merupakan konsep dimana methods atau atribut dari sebuah class

    objek dapat diturunkan atau digunakan kembali oleh class objek lain

    (Whitten, 2004, p434). Dengan demikian sebuah class baru dapat

    terbentuk dengan memiliki sifat yang sama dengan kelas induknya

    sekaligus sifat individu dari class itu sendiri.

    Polymorphism

    Yaitu konsep di mana sebuah objek dapat memiliki berbagai bentuk,

    artinya objek yang berbeda dapat menanggapi sebuah pesan dengan

    berbagai cara yang berbeda (Whitten, 2004, p438).

    2.8 Objek dan Class

    Menurut Mathiassen (2000,p4), objek adalah dasar dari seluruh

    rancangan pada OOA&D. Objek adalah sebuah entitas yang memiliki identitas,

    status, dan perilaku. Contoh dari objek misalnya pelanggan merupakan entitas

    dengan identitas yang spesifik, dan memiliki status dan perilaku tertentu yang

  • 27

    berbeda satu sama lain. Class merupakan deskripsi dari kumpulan objek yang

    memiliki struktur, pola perilaku, dan atribut sama.

    2.9 Keuntungan dan Kelemahan OOAD

    Menurut Mathiassen (2000, p5-6) menyatakan bahwa keuntungan menggunakan

    OOAD antara lain :

    1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

    2. OOAD berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

    berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman

    berorientasi objek.

    3. OOAD dapat mendukung dalam menangani data dalam jumlah besar dan

    mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi

    Kelemahan OOAD menurut Raymond McLeod, Jr (2001, p615) yaitu:

    1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman pengembangan.

    2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

    Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan untuk

    sistem bisnis

    2.10 Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

    Mathiassen(2000, p14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama dalam

    analisis dan perancangan berorientasi objek seperti yang digambarkan berikut ini.

  • 28

    Sumber: Mathiassen (2000, p15)

    Gambar 2.1 Aktivitas Utama dalam OOAD

    Dalam membuat system definiton harus memperhatikan pendekatan

    kriteria FACTOR untuk melengkapi informasi terkandung dalam definisi sistem

    yang dibuat. Masing-masing huruf dari kriteria FACTOR memiliki kepanjangan.

    Sehingga setiap system definition harus mengandung informasi tentang

    (Mathiassen, 2000, p39-40) :

    Functionality: Fungsi dari sistem yang mendukung kegiatan dalam

    application domain.

    Application domain: Bagian dari organisasi yang mengatur, mengawasi dan

    mengontrol problem domain.

    Conditions: Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.

    Technology: Teknologi yang digunakan baik untuk mengembangkan sistem

    dan juga teknologi yang memungkinkan dan mendukung jalannya sistem.

    Objects: Objek utama dalam problem domain.

    Responsibility: Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam

    hubungannya dengan konteksnya.

  • 29

    2.11 Problem-domain Analysis

    Menurut Mathiassen (2000, p46), Problem domain merupakan bagian

    dari konteks yang diatur, diawasi dan dikendalikan oleh sistem. Dengan kata lain

    analisis problem domain berkaitan dengan mengekspresikan kebutuhan yang

    harus dipenuhi oleh sistem. Tujuannya yaitu mengidentifikasi dan memodelkan

    problem domain sehingga didapatkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh

    sistem.

    Analisis problem domain memiliki aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

    Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46).

    Gambar 2.2 Aktivitas Problem Domain Analysis

    2.11.1 Classes

    Aktivitas dalam mendefinisikan classes ini bertujuan untuk mencari

    bagian-bagian yang terdapat dalam problem domain, yaitu objects, classes dan

    events.

    Menurut Mathiassen (2000, p51), object adalah suatu entity yang

    mempunyai identitas, state dan behavior. Identity dari object adalah property

    yang memisahkannya dari object-object lainnya, di mana semua object memiliki

  • 30

    identitas supaya dapat dibedakan antara satu object dengan object lainnya. State

    dari object terdiri dari atribut yang bersifat statis dan dinamis. Behavior dari

    object merupakan rangkaian dari event baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh

    object selama masa hidupnya.

    Menurut Lars Mathiassen (2000, p53), class deskripsi dari kumpulan

    object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama.

    Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih

    object.

    2.11.2 Structure

    Menurut Lars Mathiassen (2000, p70), Aktivitas ini bertujuan untuk

    membuat model dengan didasarkan pada hubungan struktural antara class dan

    object. Setelah mengetahui class dan object yang ada, event table dapat dibuat

    untuk menggambarkan hubungan struktural antara class dan object tersebut. Lalu,

    struktur antara class dan object dapat digambarkan lewat Class Diagram.

    Class Diagram menggambarkan sekumpulan class, interface,

    collaboration dan relasi-relasinya. Class Diagram juga menunjukkan atribut dan

    operasi dari sebuah object class. Class Diagram dapat dikatakan sebagai diagram

    dari problem domain yang menggambarkan seluruh hubungan struktural antara

    class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang telah ditetapkan.

    Terdapat tiga jenis hubungan struktural yang dapat menggambarkan

    hubungan antar object, yaitu aggregation dan association. Berikut adalah

    penjelasannya:

  • 31

    a. Aggregation.

    Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang

    menyatakan bahwa salah satu object adalah dasarnya dan

    mendefinisikan bagian yang lainnya.

    Gambar 2.3 Aggregation Structure

    b. Association.

    Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object tetapi

    berbeda dengan aggregation di mana object yang tergabung tidak

    didefinisikan sebagai property dari sebuah object.

    Umumnya association digambarkan dengan sebuah garis di antara

    class yang relevan.

    Gambar 2.4 Assocation Structure

    Untuk class dapat digambarkan dua jenis hubungan, yaitu

    generalization dan cluster. Berikut adalah penjelasannya:

    a. Generalization.

    Merupakan hubungan antara 2 atau lebih subclass dengan sebuah

    super class.

  • 32

    Gambar 2.5 Generalization Structure

    b. Cluster.

    Cluster menggambarkan hubungan sebuah kumpulan dari class yang

    saling berhubungan.

    Gambar 2.6 Cluster Structure

    2.11.3 Behavior

  • 33

    Mathiassen (2000, p90) mengatakan bahwa, behavior merupakan

    sekumpulan dari event dalam urutan yang tidak teratur yang melibatkan sebuah

    object. Behavior perlu dibuat untuk semua class dan dapat dibuat dengan

    membuat event trace sebelumnya. Event Trace adalah urut-urutan event yang

    meliputi suatu object tertentu. Sedangkan Behavioral Pattern adalah penjelasan

    dari event trace untuk seluruh object dalam sebuah class, yang ditampilkan

    dalam bentuk State Chart Diagram.

    Statechart diagram menunjukkan state-state yang mungkin dijalankan

    oleh sebuah object dan bagaimana state object tersebut menjalankannya berubah

    sebagai hasil dari event-event yang mencapai object tersebut.

    Statechart diagram dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut

    (Whitten , 2004, p700):

    1. Mengidentifikasi initial dan final state.

    2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.

    3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.

    4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

  • 34

    Sumber: Mathiassen et al. (2000, p425)

    Gambar 2.7 Contoh Statechart Diagram

    2.12 Application Domain Analysis

    Mathiassen (2000, p116) mengatakan bahwa, Application domain analysis

    bertujuan untuk mendefinisikan fungsi dan interface dari sistem. Aktivitas yang

    dilakukan dalam application domain analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan

    usage, function dan interface.

    Sumber: Mathiassen (2000, p117)

    Gambar 2.8 Aktivitas Analisis Application Domain

  • 35

    2.12.1 Usage

    Mathiassen (2000, p119), mendefinisikan usage adalah untuk

    menentukan bagiamana aktor berinteraksi dengan sistem. Hasil dari usage adalah

    use case. Use case adalah suatu gambaran umum dari pola interaksi antara sistem

    dan actor. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi

    dengan target sistem.

    Penggambaran hubungan antara actor dan use case dapat digambarkan

    lewat use case diagram ataupun dalam bentuk actor table.

    Sumber: Whitten (2004, p282)

    Gambar 2.9 Contoh Use Case Diagram

  • 36

    2.12.2 Function

    Mathiassen (2000, p138) berpendapat bahwa, Function didefinisikan

    untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan sistem untuk membantu actor.

    Hasilnya adalah function list. Sebuah fungsi akan diaktifkan, dieksekusi dan

    akhirnya memberikan hasil, di mana eksekusi yang dilakukan terhadap fungsi

    dapat merubah perubahan di application domain dan application domain.

    Tipe tipe functions adalah :

    1. Update

    Fungsi update diaktifkan oleh event problem domain dan menghasilkan

    perubahan status model.

    2. Signal

    Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan status model dan menghasilkan

    reaksi di dalam context.

    3. Read

    Fungsi read diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

    menghasilkan tampilan model sistem yang relevan.

    4. Compute

    Fungsi compute diaktifkan oleh kebutuhan actor akan informasi dan

    berisi perhitungan yang dilakukan baik oleh actor maupun oleh model.

    Hasilnya adalah tampilan dari hasil perhitungan yang dilakukan.

  • 37

    2.12.3 Interface

    Interface digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sistem.

    Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function dapat

    berinteraksi dengan actor. Interface terdiri dari user interface dan system

    interface. Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan tampilan (form), navigation

    diagram dan lainnya.

    2.12.4 Sequence Diagram

    Bennet (2006, p253) mengemukakan bahwa sequence diagram

    menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu.

    Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail berbeda

    untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda dalam daur hidup pengembangan

    sistem. Aplikasi sequence diagram paling umum adalah untuk menggambarkan

    interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.

    Bennet (2006, pp253-254) menyatakan bahwa setiap sequence diagram

    harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd

    yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Bennet (2006, p270) juga

    menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan heading pada setiap frame

    yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain:

    a. alt

    Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan

    bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

  • 38

    b. opt

    Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang

    memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika

    syarat tertentu dipenuhi.

    c. loop

    Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame

    tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.

    d. break

    Notasi break mengindikasikan bahwa semua operation yang berada setelah

    frame tersebut tidak dijalankan.

    e. par

    Merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa

    operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

    f. seq

    Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti

    operation berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan

    manapun.

    g. strict

    Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang

    menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

    h. neg

    Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan

    operasi tidak valid.

  • 39

    i. critical

    Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa operasi-operasi

    yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela kosong.

    j. ignore

    Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang

    dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.

    k. consider

    Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam

    interaksi.

    l. assert

    Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan valid.

    m. ref

    Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa

    frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah

    sequence diagram tertentu.

    2.13 Architectural Design

    Mathiassen (2000, p173) berkata bahwa, Architectural Design bertujuan

    untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi. Architectural Design

    terdiri dari 2 bagian yaitu Component Architecture dan Process Architecture.

    Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen-

    komponen yang saling berhubungan.

  • 40

    Process architecture adalah struktur sistem eksekusi yang terdiri dari

    proses yang interdependen. Aktivitas yang dilakukan dalam Architectural design

    adalah mendefinisikan criteria, components dan processes.

    Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)

    Gambar 2.10 Aktivitas Architectural Design

    2.13.1 Criteria

    Criteria adalah property yang diinginkan dari sebuah arsitektur

    (Mathiassem, 2000, p178). Ada 12 kriteria untuk desain yang baik, yakni kriteria

    klasik untuk kualitas software:

    Usable: Kemampuan beradaptasi sistem dalam organisasi, hubungan kerja

    dan secara teknik.

    Secure: Kemampuan untuk menanggulangi bahaya dari akses tak berwenang

    terhadap data dan fasilitas.

    Efficient: Eksploitasi secara ekonomi dari fasilitas teknik platform.

    Correct: Sistem dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.

    Reliable: Sistem dapat memenuhi kebutuhan eksekusi fungsi-fungsi program.

  • 41

    Maintainable: Biaya yang digunakan untuk mengalokasikan dan

    memperbaiki kerusakan sistem.

    Testable: Biaya yang digunakan untuk meyakinkan bahwa sistem yang

    dikembangkan melakukan fungsi sesuai dengan yang diharapkan.

    Flexible: Biaya yang digunakan untuk memodifikasi sistem yang telah

    dikembangkan.

    Comprehensible: Usaha yang dibutuhkan agar user dapat memahami sistem

    dengan mudah.

    Reusable: Menggunakan bagian suatu sistem pada sistem lain yang

    berhubungan.

    Portable: Biaya untuk memudahkan sistem pada platform teknikal lainnya.

    Interoperatable: Biaya untuk merangkaikan sistem pada sistem lain.

    2.13.2 Component Diagram

    Component diagram adalah diagram dengan tipe implementasi yang

    digunakan untuk secara grafis menggambarkan arsitektur fisik dari perangkat

    lunak sistem (Whitten, 2004, p667). Diagram komponen juga dapat juga

    digunakan untuk menggambarkan bagaimana kode pemrograman dibagi ke

    dalam komponen komponen dan untuk menggambarkan hubungan di antara

    komponen tersebut.

  • 42

    Sumber: Mathiassen et al. (2000, p201)

    Gambar 2.11 Contoh Component Diagram

    2.13.3 Deployment Diagram

    Deployment Diagram merupakan diagram dengan tipe implementasi yang

    menggambarkan arsitektur fisik dari perangkat keras dan piranti lunak pada suatu

    system (Whitten, 2004, p668). Diagram ini menggambarkan komponen

    perangkat lunak, prosesor, dan peralatan yang membentuk arsitektur sistem.

  • 43

    :Client

    UserInterface

    SystemInterface

    Function

    Model

    :Server

    SystemInterface

    more clients

    Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)

    Gambar 2.12 Contoh Deployment Diagram