bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari...

13
1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan suatu pergumulan bersama yang dirasakan oleh semua orang di seluruh belahan dunia. Persoalan ini belum pernah selesai, malahan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Secara global permasalahan lingkungan sebenarnya bukanlah masalah yang sama sekali baru, meskipun ia baru mendapat perhatian serius di hampir semua negara mulai sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakan United Nation Conference on the Human Environment di Stockholm, Swedia, pada tahun 1972. 1 Di era tahun 1950-an banyak kota besar di dunia, seperti Los Angeles mengalami masalah lingkungan berupa asap-kabut (smoke-fog) yang berasal dari gas buangan kendaraan dan pabrik. Asap dan kabut yang menyelubungi kota ini dapat berlangsung berhari-hari, sehingga mengganggu kesehatan, terutama saluran pernapasan dan merusak tanaman. Di Jepang juga terjadi penyakit mengerikan pada 1953 di Teluk Menamata akibat keracunan metilmerkuri dan cadmium, yang selanjutnya dikenal dengan “penyakit minamata”. Penyakit ini disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar dengan metilmerkuri yang bersumber dari limbah yang mengandung raksa (Hg) dari beberapa pabrik kimia yang dibuang ke Teluk Minamata. Penyakit ini masih terus menyerang pada tahun 1964-1965 di daerah yang berbeda. 2 Selain masalah-masalah di atas, antara 1984-1987 juga terjadi krisis atau kasus lingkungan yang melanda dunia. Contohnya, terjadi kekeringan di Afrika, India, dan 1 Joy A. Palmer, Environmental Education in the 21 st Century. The Taylor & Francis e-Library. (2003:New York), 7. 2 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. (1991:Jakarta), 10.

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masalah lingkungan hidup merupakan suatu pergumulan bersama yang dirasakan

oleh semua orang di seluruh belahan dunia. Persoalan ini belum pernah selesai, malahan dari

waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Secara global permasalahan lingkungan

sebenarnya bukanlah masalah yang sama sekali baru, meskipun ia baru mendapat perhatian

serius di hampir semua negara mulai sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakan United

Nation Conference on the Human Environment di Stockholm, Swedia, pada tahun 1972.1 Di

era tahun 1950-an banyak kota besar di dunia, seperti Los Angeles mengalami masalah

lingkungan berupa asap-kabut (smoke-fog) yang berasal dari gas buangan kendaraan dan

pabrik. Asap dan kabut yang menyelubungi kota ini dapat berlangsung berhari-hari, sehingga

mengganggu kesehatan, terutama saluran pernapasan dan merusak tanaman. Di Jepang juga

terjadi penyakit mengerikan pada 1953 di Teluk Menamata akibat keracunan metilmerkuri

dan cadmium, yang selanjutnya dikenal dengan “penyakit minamata”. Penyakit ini

disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar dengan metilmerkuri yang bersumber dari

limbah yang mengandung raksa (Hg) dari beberapa pabrik kimia yang dibuang ke Teluk

Minamata. Penyakit ini masih terus menyerang pada tahun 1964-1965 di daerah yang

berbeda.2

Selain masalah-masalah di atas, antara 1984-1987 juga terjadi krisis atau kasus

lingkungan yang melanda dunia. Contohnya, terjadi kekeringan di Afrika, India, dan

1 Joy A. Palmer, Environmental Education in the 21

st Century. The Taylor & Francis e-Library. (2003:New

York), 7. 2 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. (1991:Jakarta), 10.

Page 2: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

2

Amerika Latin, serta banjir yang melanda Asia, sebagian Afrika, dan daerah Andes di

Amerika Latin yang mengakibatkan banyak orang menderita. Selain itu, kebocoran pabrik

pestisida di Bhopal, India telah membunuh lebih dari 2.000 orang dan mencederai serta

mengakibatkan kebutaan pada lebih dari 200.000 orang lainnya.3

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Talukder tentang hubungan

antara alam dan kebudayaan di Asia secara etis menunjukkan bahwa hubungan antara alam

dan kebudayaan orang Asia sangatlah berkaitan. Karena alam bagi orang-orang Asia bukan

semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci

pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup mereka.4

Lebih lanjut kesadaran tentang pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia

juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran berpikir dilihat dari jenjang pendidikannya. Hal ini

ditunjukkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Simone Branchini, Marta Meschini, dan

kawan-kawan tentang Participating in a Citizen Science Monitoring Program: Implications

for Environmental Education, yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi

warga masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.5

Oleh karena itu kelestarian lingkungan sangat penting untuk diperhatikan

berdasarkan kerusakan lingkungan yang saat ini semakin meningkat dari tahun-ketahun.

Kerusakan yang dijelaskan tersebut juga terjadi di Indonesia, permasalahan lingkungan juga

bukan merupakan hal baru. Berbagai masalah lingungan yang terjadi dalam beberapa tahun

3 Muhammad Akib,. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. PT Rajagrafindo Persada

(2014:Jakarta), 5. 4 Hossain Talukder and MD Munir. "Companionship With Nature In Asian Traditions: A Resource For

Environmental Education." Journal of Academic Emergency Medicine Case Reports/Akademik Acil Tip Olgu

Sunumlari Dergisi (Acil Tip Uzmanlari Dernegi) 5, no. 10 (2014). 5 Simone Branchini, Marta Meschini, Claudia Covi, Corrado Piccinetti, Francesco Zaccanti, and Stefano

Goffredo. "Participating in a Citizen Science Monitoring Program: Implications for Environmental Education." PloS

one 10, no. 7 (2015).

Page 3: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

3

terakhir ini, antara lain: Meluapnya lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur sejak

tahun 2006, Banjir Bandang Wasior di Papua tahun 2010, dan tanah longsor yang terjadi di

beberapa daerah seperti Sumatera Barat Maret 2010, di Ambon Juli 2011 dan di Padang

September 2012.6 Permasalahan lingkungan nasional yang berupa pencemaran dan perusakan

lingkungan tersebut dalam perkembangannya terus terjadi, bahkan cenderung parah. Hal ini

menimbulkan keprihatinan yang sangat besar bagi penulis.

Penelitian ini kemudian berfokus pada persoalan lingkungan hidup yang terjadi di

Sumba. Di Sumba ada bermacam-macam permasalahan lingkungan yang terjadi. Mulai dari

masalah kecil sampai masalah lingkungan yang besar. Secara geografis pulau Sumba

berbatasan dengan Sumbawa di sebelah Barat Laut, Flores di sebelah Timur Laut, Timor di

sebelah Timur, dan Australia di sebelah Selatan dan Tenggara. Selat Sumba terletak di

sebelah Utara pulau ini. Sedangkan di bagian Timur terdapat Laut Sawu serta Samudera

Hindia di sebelah Selatan dan Barat. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk

dalam wilayah Nusa Tenggara Timur yang terbagi dalam 4 kabupaten yakni Sumba Timur,

Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Dari ke-4 kabupaten ini, kabupaten

yang paling besar adalah Sumba Timur dengan luas 7000,5 KM².

Secara demokrafis pulau Sumba adalah pulau yang berbukit-bukit, dataran dan

pantai.7 Keadaan ini berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat. Dengan potensi

lingkungan yang ada, masyarakat Sumba memiliki sumber mata pencaharian yang berbeda-

beda. Rata-rata mata pencaharian masyarakat Sumba adalah bertani, berkebun, berternak, dan

juga nelayan. Tetapi di dalam melakukan kegiatan perekonomian atau pun kehidupannya

6 Muhammad Akib,. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. PT Rajagrafindo Persada

(2014:Jakarta), 6. 7 F. D. Wellem. Injil dan Marapu. BPK Gunung Mulia (2004:Jakarta), 234.

Page 4: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

4

setiap hari, masyarakat Sumba kurang menaruh perhatian pada masalah lingkungan. Masalah

kebersihan lingkungan misalnya masih menjadi persoalan sampai saat ini, seperti membuang

sampah sembarangan, tidak memiliki WC/kamar mandi, dan kebiasaan masyarakat melepas

hewan piaraan seperti kuda, sapi, kerbau di sawah atau pun kebun-kebun sehingga hal itu juga

membuat tanah menjadi gersang dan susah untuk diolah kembali.8

Persoalan lain yang juga dihadapi adalah kerusakan lingkungan akibat terbatasnya

curah hujan di Sumba. Hal ini menimbulkan dampak yang terjadi secara langsung melalui

terjadinya kekeringan yang berakibat pada gagal panen karena tumbuhan yang ditanam

kekurangan air sehingga keadaan masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan makanan.

Hal ini secara otomatis menghasilkan angka kemiskinan yang semakin tinggi. Di samping

itu, ada oknum-oknum tertentu yang membakar padang dengan berbagai alasan.

Salah satu alasannya adalah untuk mempersiapkan padang sebelum musim hujan

tiba. Suatu alasan yang cukup masuk akal tetapi kurang bijaksana karena tidak

memperhitungkan kondisi hujan di Sumba. Apalagi curah hujan yang tidak menentu kapan

turunnya, sehingga kebiasaan membakar padang bukan membantu malah semakin

memperparah keadaan. Selain membuat padang menjadi gundul, akibat lainnya adalah

membuat pernapasan terganggu karena asap tebal dan masyarakat kesulitan mencari

makanan untuk hewan piaraan. Sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi

juga saat hewan piaraan banyak yang mati karena tidak ada makanan.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, masalah yang paling krusial adalah

kenyataan bahwa Sumba sebagai salah satu daerah potensial penyimpan hasil bumi seperti

emas, mangan, dan biji besi menjadi salah satu target para penambang, yaitu di daerah

8 Wawancara via telopon genggam dengan ibu Pendeta Yantina, Pendeta GKS Lai Ronja, pada hari senin, 1

Juni 2015. Pukul 15.41 PM.

Page 5: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

5

Wanggameti (Sumba Timur), Manupeu-Tana Daro (Sumba Timur dan Sumba Tengah), serta

di wilayah Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Eksplorasi sebagai tahap awal sudah

dilaksanakan sesuai perijinan yang diberikan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sesuai

rekomendasi tiga Bupati di pulau Sumba tempat tambang akan dilaksanakan (Kompas, 15

Agustus 2011). Apalagi masalah pertambangan saat ini merupakan salah satu masalah

lingkungan serius yang sedang dihadapi masyarakat Sumba yang di dalamnya GKS juga ikut

bertanggung jawab.

Oleh karena itu berdasarkan penjelasan masalah-masalah lingkungan yang terjadi,

maka sebagai salah satu peran dan tanggung jawab GKS dalam mengatasi permasalahan

lingkungan di Sumba adalah dengan memberikan pengetahuan tentang pendidikan

lingkungan sebagai upaya melestarikan lingkungan. Sebab pendidikan lingkungan yang

membudaya selama ini kurang tereksplor dengan baik guna membangun kesadaran tentang

pentingnya melestarikan lingkungan.9 Akibatnya terjadi kerusakan lingkungan baik secara

sengaja maupun tidak disengaja seperti penjelasan yang telah dikemukakan diatas.

Namun pada kenyataannya GKS kurang memberikan perhatian terhadap masalah-

masalah lingkungan hidup yang terjadi. Sehingga GKS seolah-olah lepas tangan karena

merasa bahwa masalah lingkungan hidup hanyalah urusan dan tanggung jawab pemerintah.10

Gereja hanya memfokuskan diri pada hal-hal seperti iman, harapan, cinta (Agape), kristologi,

pneumatologi, sakramentologi, ekaristi, kebersamaan dengan sesama manusia dan

9 Radhakrishna, Sindhu, V. V. Binoy, and Anitha Kurup. "The culture of environmental education: insights

from a citizen science experiment in India." Current Science 107, no. 2 (2014): 176-178. 10

Hasil Pra penelitian awal berdasarkan pengalaman penulis pada masa Vikariat Januari 2012-2013.

Page 6: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

6

seterusnya.11

Padahal di Sumba masalah lingkungan hidup sebenarnya merupakan salah satu

masalah yang sangat krusial untuk segera mendapat penanganan.

Lebih lanjut hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi penulis: Apakah GKS

sadar dengan sikapnya yang seperti tidak peduli dengan lingkungan hidup? Apakah GKS

beranggapan bahwa lingkungan hidup hanya urusan pemerintah?

Padahal permasalahan lingkungan hidup telah diputuskan dalam persidangan

sinode. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaannya adalah apakah masalah lingkungan hidup

hanya sebatas wacana yang dibicarakan dalam persidangan Sinode atau Klasis, seperti

keputusan yang dihasilkan dalam Persidangan Sinode yang ke-40 di Parewatana?

Keputusannya adalah bahwa Sinode GKS dengan tegas menolak semua bentuk eksplorasi dan

eksploitasi lingkungan. Secara substansial sikap ini adalah bentuk keprihatianan dan

kepedulian terhadap upaya pelestarian lingkungan dalam kerangka keutuhan ciptaan Tuhan.12

Namun, bagaimana bentuk kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup? Apakah pembahasan

Sidang Sinode sudah dijalankan di tingkat Klasis dan Jemaat-jemaat? Oleh karena itu,

penelitian ini kemudian akan dilakukan guna mengkaji tentang: Kepedulian GKS terhadap

Lingkungan Hidup: Suatu Tinjauan Teoritis Dari Perspektif Pendidikan Lingkungan.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Adapun yang menjadi pertanyaan sentral yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimana bentuk kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup?

11

Amatus Woi. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi: Manusia dan Lingkungan dalam Persekutuan

Ciptaan. Kanisius. (2008:Yogyakarta), 13. 12

Badan Pelaksana Majelis Sinode. Laporan Sidang Sinode ke-41 GKS. di Ramuk-Sumba Timur, 15-22

Juli 2014. Hal. 5

Page 7: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan dan menganalisa bentuk kepedulian GKS

terhadap lingkungan hidup.

1.4 Manfaat Penelitian

Terdapat empat manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini:

1. Memberikan sumbangan kepada GKS mengenai pentingnya kepeduliaan terhadap

lingkungan hidup untuk diwujudkan dalam komisi-komisi yang ada di Sinode, Klasis

bahkan Jemaat.

2. Menolong GKS untuk menyusun program-program pelayanan yang memberikan

perhatian yang serius mengenai lingkungan hidup dan mengontrol pelaksanaannya

dalam jemaat.

3. Memberikan manfaat bagi pemerintah untuk dapat bekerja sama dengan lembaga-

lembaga keagamaan yang ada di Sumba salah satunya GKS untuk lebih

memperhatikan lingkungan dan melestarikannya.

4. Menyadarkan masyarakat untuk memahami arti lingkungan hidup dan memberikan

perhatian yang serius untuk menjaga dan melestarikannya.

1.5 Kajian Pustaka

Berdasarkan beberapa tulisan yang penulis temukan, tulisan mengenai lingkungan

memang masih sangat terbatas. Namun ada beberapa meski pun tidak secara khusus menulis

tentang pendidikan lingkungan atau pun lingkungan, yakni tesis Jimmy Marcos Immanuel

dengan judul “Marapu dalam Bencana Alam: Pemaknaan dan Respon Masyarakat Wunga

Page 8: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

8

Sumba Timur Indonesia”13

dan disertasi dari Dharmaputra T. Palakahelu dengan judul

disertasi “Marapu: Kekuatan di balik Kekeringan”.

Kedua tulisan ini mengangkat masalah bagaimana masyarakat Sumba Timur

khususnya dalam hal ini masyarakat Wunga tetap bertahan berada di wilayah Sumba Timur

yang sangat kering dengan segala kesulitan yang mereka alami. Sekalipun terjadi berbagai

bencana alam yang terus mengancam kehidupan mereka. Pembahasan dari pengalaman

masyarakat ini dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat Sumba yakni Marapu. Suatu ikatan

yang sangat kuat yang dirasakan masyarakat Wunga sehingga lebih memilih untuk tetap

berada di wilayah ini dengan segala resiko yang harus ditanggung. Karena mereka meyakini

bahwa Marapulah yang menyuruh mereka bertahan di situ. Mereka percaya Marapu pasti

memberikan jalan keluar terhadap masalah-masalah itu.14

Dengan spesifikasi penelitian yang lakukan oleh kedua tokoh di atas penulis ingin

mengkaji Kepedulian GKS Terhadap Lingkungan Hidup: Suatu Tinjauan Teoritis dari

Perspektif Pendidikan Lingkungan. Berdasarkan judul ini penulis ingin berfokus pada

bagaimana kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup dan bagaimana hal itu dilakukan

dalam komisi-komisi yang ada di sinode? Jika orang-orang Marapu di Wunga saja begitu

memaknai arti lingkungan hidup mereka dengan tetap bertahan di tanah yang sangat gersang

dan hampir tidak ada pengharapan, bagaimana dengan gereja dalam hal ini GKS memaknai

perintah Tuhan dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup?

13

Jimmy Marcos Immanuel. Marapu dalam Bencana Alam: Pemaknaan dan Respon Masyarakat Wunga

Sumba Timur Indonesia. Universitas Gajah Mada.(2010:Yogyakarta), 56. 14

Dharmaputra T. Palakahelu. Marapu: Kekuatan di Balik Kekeringan. Fakultas Teknologi Informatika.

(2010:Salatiga), 113.

Page 9: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

9

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Pendekatan ini merupakan ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang

mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam

mempelajari aturan-aturan suatu metode. Jadi, metode penelitian adalah suatu pengkajian

dalam mempelajari aturan-aturan yang terdapat dalam penelitian.15

Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

deskriptif.

1. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk

mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala tersebut

peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan

pertanyaan yang umum dan agak luas.16

Pendekatan ini tidak menggunakan pertanyaan yang rinci seperti halnya

pendekatan kuantitatif. Pertanyaan biasa dimulai dengan yang umum, tetapi

kemudian meruncing dan mendetail. Bersifat umum karena peneliti memberikan

peluang yang seluas-luasnya kepada partisipan mengungkapkan pikiran dan

pendapatnya tanpa pembatasan oleh peneliti. Informasi partisipan tersebut kemudian

diperuncing oleh peneliti sehingga terpusat. Hal ini disebabkan oleh penekanan pada

pentingnya informasi dari partisipan yang adalah sumber.17

15

Husaini Usman & Purnomo S. Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara.(2008:Jakarta), 78. 16

J. R. Raco via John W. Creswell, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, karakteristik, dan keunggulannya.

PT. Widya sari Indonesia. (2010: Jakarta), 9. 17

J. R. Raco. Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, karakteristik, dan keunggulannya. PT. Widya sari

Indonesia. (2010: Jakarta), 10.

Page 10: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

10

Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.18

2. Unit amatan dan unit analisa

a. Unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data

dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang suatu analisis.19

Dalam penelitian ini yang menjadi unit amatan adalah perangkat sinode GKS,

laporan-laporan sidang sinode, daftar keputusan sidang sinode dan program-

program yang dilakukan

b. Unit Analisa adalah unit yang diteliti atau yang dianalisa. Yang menjadi unit

analisa dalam penelitian ini adalah bentuk kepedulian GKS terhadap

lingkungan hidup.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

wawancara dan dokumentasi:

a. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang

diwawancara disebut interviewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan

data dari tangan pertama (primer) sebagai pelengkap teknik pengumpulan

lainnya untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya. Wawancara terdiri

dari dua jenis, yakni tidak terpimpin yakni wawancara yang tidak terarah dan

wawancara terpimpin ialah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan

18

.Nurul Zuriah. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi Aksara. (2007: Jakarta), 47. 19 L. J. Moleong,. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda. (2010:Bandung ), 35.

Page 11: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

11

data-data yang relevan saja.20

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan

wawancara mendalam dengan jenis terarah terhadap beberapa informan kunci

yang ada di kantor sinode GKS. Karena dalam proses wawancara tersebut

penulis akan menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

topik yang dibahas.

b. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen. Keuntungan menggunakan teknik dokumentasi ialah biaya relatif

murah, waktu dan tenaga relatif efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data

yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama dan kalau ada yang salah

cetak maka peneliti ikut salah pula dalam mengambil data.21

Penulis melihat

beberapa dokumen-dokumen persidangan sinode, apakah dalam setiap

persidangan sinode perhatian terhadap lingkungan sudah diperhatikan. Lalu

bagaimana GKS menindak lanjuti hal itu. Khususnya mengenai dokumen

dalam proses penelitian ini, ternyata ada beberapa masalah khususnya

dokumen yang terkait dengan sejarah kepedulian gereja terhadap lingkungan

tidak diberikan oleh pihak yang terkait sehingga, pada proses ini hanya,

sebatas data-data Garis-garis Besar Kebijakan Umum GKS, tata gereja dan

daftar keputusan sidang sinode yang terbaru, dan beberapa artikel terkait

dengan lingkungan di Sumba.

20

Husaini Usman & Purnomo S. Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara.(2008:Jakarta), 55-56. 21

Ibid., 69.

Page 12: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

12

4. Informan

Dalam penelitian ini, informan yang akan penulis wawancarai adalah Ketua

Umum Sinode, Sekretaris Umum Sinode, Majelis Sinode dibidang bimbingan dan

latihan dan juga beberapa Koordinator yang bertanggung jawab atas komisi-komisi.

5. Waktu Penelitian

Alokasi waktu penelitian ini adalah dua bulan Oktober-November, 2015.

Pada saat melakukan penelitian, permasalahan pengaturan waktu untuk bertemu, para

informan sering mengundur dengan alasan memiliki banyak kesibukan dan tamu yang

datang dari luar negeri, dan dari instansi pemerintahan.

6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di kantor Sinode Gereja Kristen Sumba.

1.7 Teori

Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan teori Pendidikan Linkungan yang

ditulis oleh Joy A. Palmer dan Arnab Kumar De dan Anil Kumar De, Teologi Sosial yang

ditulis oleh Eka Darmaputra, etika lingkungan hidup oleh Paul W. Taylor, dan lingkungan

hidup dilihat dari perspektif Kristen yang ditulis oleh Fred Van Dyke dan Amatus Woi.

1.8 Kerangka Penulisan

Bab 1

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang, pertanyaan penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, teori dan

rancangan penulisan.

Page 13: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang€¦ · semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup

13

Bab 2

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai defenisi konsep-konsep kunci, teologi

sosial, fungsi sosial gereja, etika lingkungan, teologi lingkungan, dan pendidikan lingkung

Bab 3

Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian yang penulis sudah lakukan yakni mengenai

bagaimana tanggung jawab GKS terhadap pendidikan lingkungan, dan apa saja hambatan

dan peluang yang dialami dalam melaksanakan pendidikan lingkungan.

Bab 4

Dalam bab ini merupakan analisa yang penulis lakukan terhadap hasil penelitian yang sudah

dilakukan berdasarkan teori yang penulis pakai dalam penulisan ini.

Bab 5

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil dan analisa yang sudah dilakukan disertai

saran yang akan diberikan.