1
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masalah lingkungan hidup merupakan suatu pergumulan bersama yang dirasakan
oleh semua orang di seluruh belahan dunia. Persoalan ini belum pernah selesai, malahan dari
waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Secara global permasalahan lingkungan
sebenarnya bukanlah masalah yang sama sekali baru, meskipun ia baru mendapat perhatian
serius di hampir semua negara mulai sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakan United
Nation Conference on the Human Environment di Stockholm, Swedia, pada tahun 1972.1 Di
era tahun 1950-an banyak kota besar di dunia, seperti Los Angeles mengalami masalah
lingkungan berupa asap-kabut (smoke-fog) yang berasal dari gas buangan kendaraan dan
pabrik. Asap dan kabut yang menyelubungi kota ini dapat berlangsung berhari-hari, sehingga
mengganggu kesehatan, terutama saluran pernapasan dan merusak tanaman. Di Jepang juga
terjadi penyakit mengerikan pada 1953 di Teluk Menamata akibat keracunan metilmerkuri
dan cadmium, yang selanjutnya dikenal dengan “penyakit minamata”. Penyakit ini
disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar dengan metilmerkuri yang bersumber dari
limbah yang mengandung raksa (Hg) dari beberapa pabrik kimia yang dibuang ke Teluk
Minamata. Penyakit ini masih terus menyerang pada tahun 1964-1965 di daerah yang
berbeda.2
Selain masalah-masalah di atas, antara 1984-1987 juga terjadi krisis atau kasus
lingkungan yang melanda dunia. Contohnya, terjadi kekeringan di Afrika, India, dan
1 Joy A. Palmer, Environmental Education in the 21
st Century. The Taylor & Francis e-Library. (2003:New
York), 7. 2 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. (1991:Jakarta), 10.
2
Amerika Latin, serta banjir yang melanda Asia, sebagian Afrika, dan daerah Andes di
Amerika Latin yang mengakibatkan banyak orang menderita. Selain itu, kebocoran pabrik
pestisida di Bhopal, India telah membunuh lebih dari 2.000 orang dan mencederai serta
mengakibatkan kebutaan pada lebih dari 200.000 orang lainnya.3
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Talukder tentang hubungan
antara alam dan kebudayaan di Asia secara etis menunjukkan bahwa hubungan antara alam
dan kebudayaan orang Asia sangatlah berkaitan. Karena alam bagi orang-orang Asia bukan
semata-mata dipahami sebagai tempat untuk mencari hidup, tetapi merupakan faktor kunci
pembentuk keharmonisan, spiritual dan gaya hidup mereka.4
Lebih lanjut kesadaran tentang pentingnya lingkungan bagi kehidupan manusia
juga dipengaruhi oleh tingkat kesadaran berpikir dilihat dari jenjang pendidikannya. Hal ini
ditunjukkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Simone Branchini, Marta Meschini, dan
kawan-kawan tentang Participating in a Citizen Science Monitoring Program: Implications
for Environmental Education, yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi
warga masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.5
Oleh karena itu kelestarian lingkungan sangat penting untuk diperhatikan
berdasarkan kerusakan lingkungan yang saat ini semakin meningkat dari tahun-ketahun.
Kerusakan yang dijelaskan tersebut juga terjadi di Indonesia, permasalahan lingkungan juga
bukan merupakan hal baru. Berbagai masalah lingungan yang terjadi dalam beberapa tahun
3 Muhammad Akib,. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. PT Rajagrafindo Persada
(2014:Jakarta), 5. 4 Hossain Talukder and MD Munir. "Companionship With Nature In Asian Traditions: A Resource For
Environmental Education." Journal of Academic Emergency Medicine Case Reports/Akademik Acil Tip Olgu
Sunumlari Dergisi (Acil Tip Uzmanlari Dernegi) 5, no. 10 (2014). 5 Simone Branchini, Marta Meschini, Claudia Covi, Corrado Piccinetti, Francesco Zaccanti, and Stefano
Goffredo. "Participating in a Citizen Science Monitoring Program: Implications for Environmental Education." PloS
one 10, no. 7 (2015).
3
terakhir ini, antara lain: Meluapnya lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur sejak
tahun 2006, Banjir Bandang Wasior di Papua tahun 2010, dan tanah longsor yang terjadi di
beberapa daerah seperti Sumatera Barat Maret 2010, di Ambon Juli 2011 dan di Padang
September 2012.6 Permasalahan lingkungan nasional yang berupa pencemaran dan perusakan
lingkungan tersebut dalam perkembangannya terus terjadi, bahkan cenderung parah. Hal ini
menimbulkan keprihatinan yang sangat besar bagi penulis.
Penelitian ini kemudian berfokus pada persoalan lingkungan hidup yang terjadi di
Sumba. Di Sumba ada bermacam-macam permasalahan lingkungan yang terjadi. Mulai dari
masalah kecil sampai masalah lingkungan yang besar. Secara geografis pulau Sumba
berbatasan dengan Sumbawa di sebelah Barat Laut, Flores di sebelah Timur Laut, Timor di
sebelah Timur, dan Australia di sebelah Selatan dan Tenggara. Selat Sumba terletak di
sebelah Utara pulau ini. Sedangkan di bagian Timur terdapat Laut Sawu serta Samudera
Hindia di sebelah Selatan dan Barat. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk
dalam wilayah Nusa Tenggara Timur yang terbagi dalam 4 kabupaten yakni Sumba Timur,
Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Dari ke-4 kabupaten ini, kabupaten
yang paling besar adalah Sumba Timur dengan luas 7000,5 KM².
Secara demokrafis pulau Sumba adalah pulau yang berbukit-bukit, dataran dan
pantai.7 Keadaan ini berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat. Dengan potensi
lingkungan yang ada, masyarakat Sumba memiliki sumber mata pencaharian yang berbeda-
beda. Rata-rata mata pencaharian masyarakat Sumba adalah bertani, berkebun, berternak, dan
juga nelayan. Tetapi di dalam melakukan kegiatan perekonomian atau pun kehidupannya
6 Muhammad Akib,. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. PT Rajagrafindo Persada
(2014:Jakarta), 6. 7 F. D. Wellem. Injil dan Marapu. BPK Gunung Mulia (2004:Jakarta), 234.
4
setiap hari, masyarakat Sumba kurang menaruh perhatian pada masalah lingkungan. Masalah
kebersihan lingkungan misalnya masih menjadi persoalan sampai saat ini, seperti membuang
sampah sembarangan, tidak memiliki WC/kamar mandi, dan kebiasaan masyarakat melepas
hewan piaraan seperti kuda, sapi, kerbau di sawah atau pun kebun-kebun sehingga hal itu juga
membuat tanah menjadi gersang dan susah untuk diolah kembali.8
Persoalan lain yang juga dihadapi adalah kerusakan lingkungan akibat terbatasnya
curah hujan di Sumba. Hal ini menimbulkan dampak yang terjadi secara langsung melalui
terjadinya kekeringan yang berakibat pada gagal panen karena tumbuhan yang ditanam
kekurangan air sehingga keadaan masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan makanan.
Hal ini secara otomatis menghasilkan angka kemiskinan yang semakin tinggi. Di samping
itu, ada oknum-oknum tertentu yang membakar padang dengan berbagai alasan.
Salah satu alasannya adalah untuk mempersiapkan padang sebelum musim hujan
tiba. Suatu alasan yang cukup masuk akal tetapi kurang bijaksana karena tidak
memperhitungkan kondisi hujan di Sumba. Apalagi curah hujan yang tidak menentu kapan
turunnya, sehingga kebiasaan membakar padang bukan membantu malah semakin
memperparah keadaan. Selain membuat padang menjadi gundul, akibat lainnya adalah
membuat pernapasan terganggu karena asap tebal dan masyarakat kesulitan mencari
makanan untuk hewan piaraan. Sehingga menimbulkan banyak kerugian secara ekonomi
juga saat hewan piaraan banyak yang mati karena tidak ada makanan.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, masalah yang paling krusial adalah
kenyataan bahwa Sumba sebagai salah satu daerah potensial penyimpan hasil bumi seperti
emas, mangan, dan biji besi menjadi salah satu target para penambang, yaitu di daerah
8 Wawancara via telopon genggam dengan ibu Pendeta Yantina, Pendeta GKS Lai Ronja, pada hari senin, 1
Juni 2015. Pukul 15.41 PM.
5
Wanggameti (Sumba Timur), Manupeu-Tana Daro (Sumba Timur dan Sumba Tengah), serta
di wilayah Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Eksplorasi sebagai tahap awal sudah
dilaksanakan sesuai perijinan yang diberikan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sesuai
rekomendasi tiga Bupati di pulau Sumba tempat tambang akan dilaksanakan (Kompas, 15
Agustus 2011). Apalagi masalah pertambangan saat ini merupakan salah satu masalah
lingkungan serius yang sedang dihadapi masyarakat Sumba yang di dalamnya GKS juga ikut
bertanggung jawab.
Oleh karena itu berdasarkan penjelasan masalah-masalah lingkungan yang terjadi,
maka sebagai salah satu peran dan tanggung jawab GKS dalam mengatasi permasalahan
lingkungan di Sumba adalah dengan memberikan pengetahuan tentang pendidikan
lingkungan sebagai upaya melestarikan lingkungan. Sebab pendidikan lingkungan yang
membudaya selama ini kurang tereksplor dengan baik guna membangun kesadaran tentang
pentingnya melestarikan lingkungan.9 Akibatnya terjadi kerusakan lingkungan baik secara
sengaja maupun tidak disengaja seperti penjelasan yang telah dikemukakan diatas.
Namun pada kenyataannya GKS kurang memberikan perhatian terhadap masalah-
masalah lingkungan hidup yang terjadi. Sehingga GKS seolah-olah lepas tangan karena
merasa bahwa masalah lingkungan hidup hanyalah urusan dan tanggung jawab pemerintah.10
Gereja hanya memfokuskan diri pada hal-hal seperti iman, harapan, cinta (Agape), kristologi,
pneumatologi, sakramentologi, ekaristi, kebersamaan dengan sesama manusia dan
9 Radhakrishna, Sindhu, V. V. Binoy, and Anitha Kurup. "The culture of environmental education: insights
from a citizen science experiment in India." Current Science 107, no. 2 (2014): 176-178. 10
Hasil Pra penelitian awal berdasarkan pengalaman penulis pada masa Vikariat Januari 2012-2013.
6
seterusnya.11
Padahal di Sumba masalah lingkungan hidup sebenarnya merupakan salah satu
masalah yang sangat krusial untuk segera mendapat penanganan.
Lebih lanjut hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi penulis: Apakah GKS
sadar dengan sikapnya yang seperti tidak peduli dengan lingkungan hidup? Apakah GKS
beranggapan bahwa lingkungan hidup hanya urusan pemerintah?
Padahal permasalahan lingkungan hidup telah diputuskan dalam persidangan
sinode. Oleh karena itu yang menjadi pertanyaannya adalah apakah masalah lingkungan hidup
hanya sebatas wacana yang dibicarakan dalam persidangan Sinode atau Klasis, seperti
keputusan yang dihasilkan dalam Persidangan Sinode yang ke-40 di Parewatana?
Keputusannya adalah bahwa Sinode GKS dengan tegas menolak semua bentuk eksplorasi dan
eksploitasi lingkungan. Secara substansial sikap ini adalah bentuk keprihatianan dan
kepedulian terhadap upaya pelestarian lingkungan dalam kerangka keutuhan ciptaan Tuhan.12
Namun, bagaimana bentuk kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup? Apakah pembahasan
Sidang Sinode sudah dijalankan di tingkat Klasis dan Jemaat-jemaat? Oleh karena itu,
penelitian ini kemudian akan dilakukan guna mengkaji tentang: Kepedulian GKS terhadap
Lingkungan Hidup: Suatu Tinjauan Teoritis Dari Perspektif Pendidikan Lingkungan.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Adapun yang menjadi pertanyaan sentral yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana bentuk kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup?
11
Amatus Woi. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi: Manusia dan Lingkungan dalam Persekutuan
Ciptaan. Kanisius. (2008:Yogyakarta), 13. 12
Badan Pelaksana Majelis Sinode. Laporan Sidang Sinode ke-41 GKS. di Ramuk-Sumba Timur, 15-22
Juli 2014. Hal. 5
7
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: Mendeskripsikan dan menganalisa bentuk kepedulian GKS
terhadap lingkungan hidup.
1.4 Manfaat Penelitian
Terdapat empat manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini:
1. Memberikan sumbangan kepada GKS mengenai pentingnya kepeduliaan terhadap
lingkungan hidup untuk diwujudkan dalam komisi-komisi yang ada di Sinode, Klasis
bahkan Jemaat.
2. Menolong GKS untuk menyusun program-program pelayanan yang memberikan
perhatian yang serius mengenai lingkungan hidup dan mengontrol pelaksanaannya
dalam jemaat.
3. Memberikan manfaat bagi pemerintah untuk dapat bekerja sama dengan lembaga-
lembaga keagamaan yang ada di Sumba salah satunya GKS untuk lebih
memperhatikan lingkungan dan melestarikannya.
4. Menyadarkan masyarakat untuk memahami arti lingkungan hidup dan memberikan
perhatian yang serius untuk menjaga dan melestarikannya.
1.5 Kajian Pustaka
Berdasarkan beberapa tulisan yang penulis temukan, tulisan mengenai lingkungan
memang masih sangat terbatas. Namun ada beberapa meski pun tidak secara khusus menulis
tentang pendidikan lingkungan atau pun lingkungan, yakni tesis Jimmy Marcos Immanuel
dengan judul “Marapu dalam Bencana Alam: Pemaknaan dan Respon Masyarakat Wunga
8
Sumba Timur Indonesia”13
dan disertasi dari Dharmaputra T. Palakahelu dengan judul
disertasi “Marapu: Kekuatan di balik Kekeringan”.
Kedua tulisan ini mengangkat masalah bagaimana masyarakat Sumba Timur
khususnya dalam hal ini masyarakat Wunga tetap bertahan berada di wilayah Sumba Timur
yang sangat kering dengan segala kesulitan yang mereka alami. Sekalipun terjadi berbagai
bencana alam yang terus mengancam kehidupan mereka. Pembahasan dari pengalaman
masyarakat ini dikaitkan dengan kepercayaan masyarakat Sumba yakni Marapu. Suatu ikatan
yang sangat kuat yang dirasakan masyarakat Wunga sehingga lebih memilih untuk tetap
berada di wilayah ini dengan segala resiko yang harus ditanggung. Karena mereka meyakini
bahwa Marapulah yang menyuruh mereka bertahan di situ. Mereka percaya Marapu pasti
memberikan jalan keluar terhadap masalah-masalah itu.14
Dengan spesifikasi penelitian yang lakukan oleh kedua tokoh di atas penulis ingin
mengkaji Kepedulian GKS Terhadap Lingkungan Hidup: Suatu Tinjauan Teoritis dari
Perspektif Pendidikan Lingkungan. Berdasarkan judul ini penulis ingin berfokus pada
bagaimana kepedulian GKS terhadap lingkungan hidup dan bagaimana hal itu dilakukan
dalam komisi-komisi yang ada di sinode? Jika orang-orang Marapu di Wunga saja begitu
memaknai arti lingkungan hidup mereka dengan tetap bertahan di tanah yang sangat gersang
dan hampir tidak ada pengharapan, bagaimana dengan gereja dalam hal ini GKS memaknai
perintah Tuhan dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup?
13
Jimmy Marcos Immanuel. Marapu dalam Bencana Alam: Pemaknaan dan Respon Masyarakat Wunga
Sumba Timur Indonesia. Universitas Gajah Mada.(2010:Yogyakarta), 56. 14
Dharmaputra T. Palakahelu. Marapu: Kekuatan di Balik Kekeringan. Fakultas Teknologi Informatika.
(2010:Salatiga), 113.
9
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pendekatan ini merupakan ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam
mempelajari aturan-aturan suatu metode. Jadi, metode penelitian adalah suatu pengkajian
dalam mempelajari aturan-aturan yang terdapat dalam penelitian.15
Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
deskriptif.
1. Pendekatan Kualitatif
Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala tersebut
peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan
pertanyaan yang umum dan agak luas.16
Pendekatan ini tidak menggunakan pertanyaan yang rinci seperti halnya
pendekatan kuantitatif. Pertanyaan biasa dimulai dengan yang umum, tetapi
kemudian meruncing dan mendetail. Bersifat umum karena peneliti memberikan
peluang yang seluas-luasnya kepada partisipan mengungkapkan pikiran dan
pendapatnya tanpa pembatasan oleh peneliti. Informasi partisipan tersebut kemudian
diperuncing oleh peneliti sehingga terpusat. Hal ini disebabkan oleh penekanan pada
pentingnya informasi dari partisipan yang adalah sumber.17
15
Husaini Usman & Purnomo S. Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara.(2008:Jakarta), 78. 16
J. R. Raco via John W. Creswell, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, karakteristik, dan keunggulannya.
PT. Widya sari Indonesia. (2010: Jakarta), 9. 17
J. R. Raco. Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, karakteristik, dan keunggulannya. PT. Widya sari
Indonesia. (2010: Jakarta), 10.
10
Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan
akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.18
2. Unit amatan dan unit analisa
a. Unit amatan adalah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data
dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan tentang suatu analisis.19
Dalam penelitian ini yang menjadi unit amatan adalah perangkat sinode GKS,
laporan-laporan sidang sinode, daftar keputusan sidang sinode dan program-
program yang dilakukan
b. Unit Analisa adalah unit yang diteliti atau yang dianalisa. Yang menjadi unit
analisa dalam penelitian ini adalah bentuk kepedulian GKS terhadap
lingkungan hidup.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
wawancara dan dokumentasi:
a. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang
diwawancara disebut interviewee. Wawancara berguna untuk mendapatkan
data dari tangan pertama (primer) sebagai pelengkap teknik pengumpulan
lainnya untuk menguji hasil pengumpulan data lainnya. Wawancara terdiri
dari dua jenis, yakni tidak terpimpin yakni wawancara yang tidak terarah dan
wawancara terpimpin ialah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan
18
.Nurul Zuriah. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bumi Aksara. (2007: Jakarta), 47. 19 L. J. Moleong,. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda. (2010:Bandung ), 35.
11
data-data yang relevan saja.20
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan
wawancara mendalam dengan jenis terarah terhadap beberapa informan kunci
yang ada di kantor sinode GKS. Karena dalam proses wawancara tersebut
penulis akan menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
topik yang dibahas.
b. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-
dokumen. Keuntungan menggunakan teknik dokumentasi ialah biaya relatif
murah, waktu dan tenaga relatif efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data
yang diambil dari dokumen cenderung sudah lama dan kalau ada yang salah
cetak maka peneliti ikut salah pula dalam mengambil data.21
Penulis melihat
beberapa dokumen-dokumen persidangan sinode, apakah dalam setiap
persidangan sinode perhatian terhadap lingkungan sudah diperhatikan. Lalu
bagaimana GKS menindak lanjuti hal itu. Khususnya mengenai dokumen
dalam proses penelitian ini, ternyata ada beberapa masalah khususnya
dokumen yang terkait dengan sejarah kepedulian gereja terhadap lingkungan
tidak diberikan oleh pihak yang terkait sehingga, pada proses ini hanya,
sebatas data-data Garis-garis Besar Kebijakan Umum GKS, tata gereja dan
daftar keputusan sidang sinode yang terbaru, dan beberapa artikel terkait
dengan lingkungan di Sumba.
20
Husaini Usman & Purnomo S. Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara.(2008:Jakarta), 55-56. 21
Ibid., 69.
12
4. Informan
Dalam penelitian ini, informan yang akan penulis wawancarai adalah Ketua
Umum Sinode, Sekretaris Umum Sinode, Majelis Sinode dibidang bimbingan dan
latihan dan juga beberapa Koordinator yang bertanggung jawab atas komisi-komisi.
5. Waktu Penelitian
Alokasi waktu penelitian ini adalah dua bulan Oktober-November, 2015.
Pada saat melakukan penelitian, permasalahan pengaturan waktu untuk bertemu, para
informan sering mengundur dengan alasan memiliki banyak kesibukan dan tamu yang
datang dari luar negeri, dan dari instansi pemerintahan.
6. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kantor Sinode Gereja Kristen Sumba.
1.7 Teori
Dalam penulisan ini penulis akan menggunakan teori Pendidikan Linkungan yang
ditulis oleh Joy A. Palmer dan Arnab Kumar De dan Anil Kumar De, Teologi Sosial yang
ditulis oleh Eka Darmaputra, etika lingkungan hidup oleh Paul W. Taylor, dan lingkungan
hidup dilihat dari perspektif Kristen yang ditulis oleh Fred Van Dyke dan Amatus Woi.
1.8 Kerangka Penulisan
Bab 1
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai latar belakang, pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, teori dan
rancangan penulisan.
13
Bab 2
Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai defenisi konsep-konsep kunci, teologi
sosial, fungsi sosial gereja, etika lingkungan, teologi lingkungan, dan pendidikan lingkung
Bab 3
Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian yang penulis sudah lakukan yakni mengenai
bagaimana tanggung jawab GKS terhadap pendidikan lingkungan, dan apa saja hambatan
dan peluang yang dialami dalam melaksanakan pendidikan lingkungan.
Bab 4
Dalam bab ini merupakan analisa yang penulis lakukan terhadap hasil penelitian yang sudah
dilakukan berdasarkan teori yang penulis pakai dalam penulisan ini.
Bab 5
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil dan analisa yang sudah dilakukan disertai
saran yang akan diberikan.