aya sofia 4311413083
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
1/19
BIODEGRADASI TANAH TERCEMAR HIDROKARBON DARI MINYAK
MENTAH PERTAMBANGAN MENGGUNAKAN ISOLAT BAKTERI
Acinetobacter sp
Aya Sofia
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan IPA
Universitas Negeri Semarang
Abstrak
Pencemaran tanah oleh minyak mentah hasil pertambangan atau kilang minyak yang
tumpah atau mengalami kebocoran pada pipa dapat menyebabkan perubahan
struktur dan susunan tanah, matinya faktor biologis yang terdapat dalam tanah,
perubahan fungsi tanah dan perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul
dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah
sekalipun. Alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak yang ramah
lingkungan, efektif dan ekonomis adalah dengan teknik bioremediasi. PenelitianNana Mulyana ,dkk ini bertujuan menguji dan mengetahui potensi 5 isolat bakteri
dari pertambangan minyak dalam mendegradasi minyak mentah. Analisa yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu perubahan pH, Total Plate Count (TPC),
Optical Density (OD), dan analisa Totol Petroleum Hydrocarbon (TPH) dengan
metode gravimetri.
Keywords : Minyak mentah, biodegradasi hidrokarbon, isolat bakteri.
Pendahuluan
Peningkatan polutan logam berat pada tanah, air, dan udara yang disebabkan
oleh pertambangan dan bahan bakar minyak menjadi problem utama lingkungan
karena keberadaan logam-logam berat dapat menyebabkan keracunan pada sel-sel
hidup (Qian et al., 1999). Pencemar logam berat tidak dapat didegradasi secara kimia
maupun secara biologi. Oleh karena itu polutan logam berat di dalam tanah, air
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
2/19
maupun udara harus dikurangi atau dihilangkan untuk menghindari terjadinya
dampak negatif terhadap proses kehidupan.
Di dalam negeri, kasus pencemaran lahan akibat limbah minyak mentah dan
minyak olahan tidak sedikit jumlahnya. Pertambangan minyak juga menyebabkan
kerusakan lahan yang cukup mengkhawatirkan. Sehingga perlu dilakukan tindakan
yang lebih efektif dan efisien dalam mengatasi limbah yang ditimbulkan oleh produk
minyak mentah.
Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak adalah
dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan
ekonomis dengan memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri. Melalui teknologi
ini diharapkan dapat mereduksi minyak buangan yang ada dan mendapatkan produk
samping yang tidak bersifat toksik lagi (Udiharto et al.,1995). Metode dan prinsip
bioremediasi adalah biodegradasi yang dilakukan secara aerob (Eweis,et al.,1998).
Mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri yang memiliki kemampuan
untuk mendegradasi minyak mentah. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan
tersebut, dikenal sebagai mikroorganisme hidrokarbonoklastik, yaitu mikrooganisme
yang mampu memanfaatkan minyak mentah sebagai sumber karbon untuk
pertumbuhannya. Bakteri sering digunakan dalam proses bioremediasi karena
memilki kemampuan adaptasi dan reproduksi yang tinggi. Bakteri ini dapat diperoleh
dengan cara mengisolasi bakteri secara langsung dari limbah minyak mentah (Atlas,
1992).
Penelitian-penelitian bioremediasi sebelumnya menghasilkan banyak
informasi tentang mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon, namun penelitian
tentang pengembangan mikroorganisme yang berasal dari Indonesia masih minin
jumlahnya. Bosser dan Bartha (1984), menemukan beberapa genus bakteri yang dapat
hidup pada lingkungan minyak mentah yaitu genus Alcaligenes, Arthrobacter,
Acinetobacter, Nocardia, Achrornobacter, Bacillus, Flavobucterium, dan
Pseudomonas sedangkan Okoh (2003), mengisolasi bakteri pendegradasi minyak
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
3/19
mentah jenis Pseudomonas aeruginosa di stasiun penyimpanan minyak mentah di
Nigeria.
Penelitian Nana Mulyana dkk. ini diharapkan bisa memberikan informasi
tentang potensi bakteri pendegradasi minyak mentah yang langsung diisolasi dari
pertambangan minyak di Indonesia. Dasar dari penelitiannya adalah menguji
kemampuan degradasi hidrokarbon bakteri hasil isolasi dari minyak mentah yang
berasal dari lokasi pertambangan. Variasi isolat bakteri yang digunakan dalam
penelitiannya berjumlah 5 (lima) dan keseluruhannya merupakan isolat yang belum
teridentifikasi (unidentified). Penggunaan isolat yang belum teridentifikasi
disebabkan oleh masih minimnya informasi tentang kemampuan masing-masing
bakteri dalam mendegradasi hidrokarbon.
Proses Biodegradasi Tanah Tercemar Minyak Mentah
Preparasi Kultur Isolat Bakteri
Disuspensikan Isolat bakteri ke dalam media NB (Nutrient Broth) kemudian
digoyang dengan kecepatan 125 rpm dan diinkubasi selama 24 jam. Sebanyak 1 mL
suspensi bakteri di masukkan kedalam microtube (tabung sentrifuge) kemudian
disentrifuse dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Selanjutnya supernatan
dan endapan sel bakteri dipisahkan dengan cara dekantasi menggunakan mikropipet.
Sel bakteri dicuci kembali dengan air fisologis (Larutan NaCl 0,85%) dan dilakukan
penyetaraan kekeruhan suspensi bakteri dengan larutan standar Mc Farland (0,6 mL
BaCl2 1% + 9,4 mL H2SO4 1%) yang setara dengan 109 sel/mL. Subkultur isolat
bakteri dilakukan untuk semua isolat.
Pembuatan Media Cair (Mineral Salt Medium)
Dicampurkan 1,8 g K2HPO4, 1,2 g KH2PO4, 4,0 g NH4Cl, 0,2 g
MgSO4.7H2O, 0,1 g NaCl, 0,01 g FeSO4.7H2O dan dilarutkan dalam 1 L aquades.
Sebelum ditera, pH medium di-adjust menjadi 6,8 menggunakan larutan KOH 1 N
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
4/19
(5,6 g KOH dalam 1 L). Setelah itu media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121
derajat celcius dan tekanan 1,5 atm selama 120 menit.
Pembuatan Sampel
Disiapkan 60 botol steril dan diberi label kontrol, isolat 1, isolat 2, isolat 3,
isolat 4, dan isolat 5 yang masing-masing berjumlah 10. Dimasukkan 10 mLMineral
Salt Medium kedalam seluruh botol steril. Setelah itu diinokulasikan 5 isolat bakteri
(kecuali kontrol yang tidak menggunakan isolat bakteri) masingmasing ke dalam 10
botol yang telah dipisahkan dan diberi label berdasarkan jenis isolatnya. Inokulasi
isolat bakteri dilakukan di dalam laminar air flow. Selanjutnya dimasukkan 500 L
minyak mentah (crude oil) pada permukaan media sehingga terdapat 2 lapisan,
lapisan atas merupakan minyak mentah sedangkan lapisan bawah merupakan kultur
isolat bakteri (Media MSM + isolate bakteri). Kemudian botol ditutup menggunakan
tutup karet yang dilapisi dengan alumunim foil. Selama masa inkubasi, botol di
goyang dengan kecepatan 125 rpm yang bertujuan menyuplai oksigen untuk
kebutuhan bakteri. Pada waktu pengamatan (7, 14, 21, 28, dan 35 hari), diambil
masingmasing 2 botol untuk dianalisa pH, Optical Density (OD). Total Plate Count
(TPC), Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), dan pengamatan visual.
Pengukuran pH
Kultur isolat diambil dengan hati-hati menggunakan pipet mikro lalu
diteteskan pada indikator universal Merck. Setelah itu dibiarkan kurang lebih 1 menit
hingga tidak terjadi perubahan warna dan nilai pH dibaca berdasarkan warna yg
terbentuk dan dicocokkan dengan skala warna acuan pada kemasan indikator. 1 botol
di analisa sebanyak 2 kali (duplo).
Pengukuran Optical Density (OD)
Sebanyak 1 mL kultur isolat diambil dan diencerkan ke dalam 1 - 4 mL MSS
steril (2 hingga 5 kali pengenceran, tergantung kekeruhan media). Diambil 2 mL dari
masing-masing sampel dan dimasukkan ke dalam kuvet. Tiap sampel diukur
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
5/19
absorbansinya menggunakan spektrofotometer Hitachi Model 100-50 pada panjang
gelombang 660 nm dengan MSM (Mineral Salt Medium) steril sebagai blanko.
Metode pengukuran optical density ini merujuk pada penelitian U. J. J. Ijah dan L. I.
Ukpe (1992).
Analisa Total Plate Count (TPC)
Sebanyak 100L kultur isolat diambil dan dimasukkan ke dalam microtube
yang berisi 900L larutan NaCl 0,85% (pengenceran 10-1) yang sudah disiapkan
sebelumnya. Kemudian diambil kembali 100L kultur dari pengenceran 10-1dan
ditambahkan ke dalam 900L larutan NaCl 0,85% (pengenceran 10-2) dilanjutkan
hingga seri pengenceran 10-9. Sebanyak 100L kultur isolat pada seri pengenceran
10-9 diinokulasikan pada media NA (Nutrient Agar) dalam cawan petri dengan
metode sebar (spread plate) dan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Setelah
24 jam, dilakukan perhitungan secara langsung untuk mengetahui jumlah isolat
bakteri dalam sampel yang dinyatakan dalam coloni forming unitdalam 10-9. Analisa
TPC dilakukan duplo untuk masing-masing sampel.
Analisa TPH dengan metode Gravimetri (weight loss crude oil)
Penentuan weight loss crude oil dilakukan dengan modifikasi metode yang
dikembangkan oleh U. J. J. Ijah dan L. I. Ukpe, (1992). Dimasukkan 20 mL toluene
GR kedalam botol untuk mengekstrak sisa minyak mentah. Kemudian campuran
tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah dan dilakukan pengocokan selama 15
menit agar ekstraksi minyak berjalan sempurna. Kemudian campuran didiamkan
hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah merupakan suspense bakteri dan media
MSS sedangkan lapisan atas merupakan ekstrak minyak mentah dalam toluene.
Pengaruh Biodegradasi Tanah Tercemar Minyak Mentah dengan 5 Isolat
Bakteri
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
6/19
pH dan Pertumbuhan Isolat
pH merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
sel bakteri (Fardiaz, 1992). Fermentasi tidak akan berlangsung baik apabila pH bukan
berada pada daerah hidup mikroba. Isolat bakteri yang digunakan dalam bioremediasi
minyak mentah dapat hidup dengan baik pada pH 6-8 (Nghia,2007).
Berikut merupakan grafik perubahan pH yang terjadi selama biodegradasi
minyak mentah menggunakan isolat bakteri dari pertambangan .
Gambar 1 . Grafik Perubahan pH Biodegradasi Minyak Mentah (Nana Mulyana,
2014)
Berdasarkan hasil diatas, seluruh isolat menunjukkan penurunan nilai pH kecuali
isolat 4 yang menunjukkan kenaikan diatas H-21. Penurunan nilai pH medium
menunjukkan aktivitas isolat bakteri dalam membentuk metabolitmetabolit asam.
Sugoro (2002) yang menyebutkan bahwa biodegradasi minyak mentahmenyebabkan perubahan senyawa hidrokarbon kedalam bentuk senyawa lain yang
bersifat asam (asam lemak dan alkohol). Selain itu Ifeanyiuchukwu (2008) juga
menjelaskan bahwa degradasi senyawa hidrokarbon akan menghasilkan senyawa-
senyawa berupa senyawa intermediate atau produk akhir yang akan bercampur
dengan medium dan menyebabkan penurunan pH campuran.
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
7/19
Gambar 2. Oksidasi n-alkana melalui jalur sub terminal (Atlas and Bartha, 1992
dalam Nugroho, 2009)
Pertumbuhan mikroba ditandai dengan peningkatan jumlah dan massa sel
sedangkan kecepatan pertumbuhan tergantung pada lingkungan fisik dan kimianya.
Pada penelitian ini, pertumbuhan sel isolat bakteri dihitung menggunakan metode
Total Plate Count (angka lempeng total) .Plate count / viable count didasarkan pada
asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi
satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang
sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan
perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Pelczar,
1986)
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
8/19
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Isolat Bakteri Pendegradasi Minyak Mentah
(colony forming unit(cfu) dalam 10-9) (Nana Mulyana, 2014)
Berdasarkan data pertumbuhan bakteri diatas, tiap isolat mengalami pola
pertumbuhan yang berbeda-beda. Isolat 1 mengalami puncak pertumbuhan pada H-
14, isolat 2 mengalami pertumbuhan tertinggi justru pada H-7, sedangkan isolate 3,4,
dan 5 menunjukkan populasi tertinggi pada H-21. Setelah mengalami puncak
pertumbuhan selanjutnya seluruh isolat mengalami penurunan jumlah populasi secara
signifikan. Perbedaan pola pertumbuhan masing masing mikroba disebabkan oleh
perbedaan jenis mikroba itu sendiri.
Semakin baik kemampuan bakteri dalam mendegradasi minyak mentah, maka
ketahanan bakteri akan semakin baik walaupun pola pertumbuhan bakteri akan
berjalan lebih lambat. Ferguson (2003) menjelaskan bahwa hidrokarbon alkana
adalah jenis hidrokarbon yang paling mudah didegradasi oleh mikroorganisme
melalui jalur metabolisme aerob. Oleh karena kelarutan hidrokarbon dalam fase cair
yang sangat rendah menyebabkan ketersediaan senyawa tersebut menjadi factor
pembatas apabila digunakan sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme.
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
9/19
Substrat yang memiliki sifat yang demikian apabila digunakan sebagai media
pertumbuhan dapat berpengaruh pada aktivitas metabolisme mikroorganisme,
pengaruh tersebut antara lain dapat berupa waktu generasi yang lebih panjang.
Kemungkinan lain, hal ini dapat disebabkan karena bakteri menggunakan minyak
mentah, fosfor dan nitrogen yang terkandung dalam media sebagai nutrisi untuk
pertumbuhan selnya, dan juga menggunakan minyak mentah sebagai sumber
energinya dengan cara memotong rantai hidrokarbon minyak mentah menjadi
komponen organik untuk kelangsungan hidup mikroba dibawah kondisi stabil
(Ferguson, 2003 dalam Nababan, 2008).
Menurut Nababan (2008), bakteri memiliki peran yang sangat penting dalam
biodegradasi limbah minyak, sehingga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bakteri juga berdampak pada keberhasilan proses biodegradasi. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi proses biodegradasi antara lain suhu, pH, keadaan nutrisi, dan
ketersediaan O2. Dalam penelitian ini, faktor nutrisi tidak dijadikan parameter yang
penting karena dalam penelitian ini media tumbuh bakteri tidak ditambahkan sumber
nutrisi lain selain minyak mentah. Ketersediaan O2 menjadi salah satu penyebab
penurunan populasi selain hal-hal yang dijelaskan diatas.
Berdasarkan kedua grafik diatas, penurunan pH yang dihasilkan kelima isolat
menunjukkan hasil yang berbeda-beda bergantung pada persentase degradasi dan
jenis bakteri yang mendegradasinya. Semakin meningkat aktivitas bakteri
pendegradasi hidrokarbon, semakin meningkat pula jumlah asam-asam organik yang
dihasilkan dan semakin besar pula penurunan pH.
Peningkatan jumlah asam-asam organik hasil degradasi minyak mentah
menyebabkan penurunan jumlah bakteri. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa senyawa-senyawa hasil degradasi dapat menyebabkan kematian isolat bakteri.
Presentasi biodegradasi yang sama pada bakteri yang berbeda, dapat menyebabkan
penurunan pH yang berbeda, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan setiap
bakteri akan menghasilkan jenis asam-asam organik yang berbeda jenis dan
jumlahnya (Styani, Erna, 2008).
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
10/19
Analisa Optical Density
Selain menggunakan metode TPC, pengukuran jumlah sel dilakukan dengan
metode kerapatan optik (optical density). Pengukuran biomassa bertujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan dari isolat bakteri pendegradasi minyak mentah yang
diperoleh. Banyaknya biomassa isolat bakteri di dalam larutan sebanding dengan
besarnya absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran spektrofotometer pada
panjang gelombang 660 nm. Semakin besar absorbansi larutan yang diperoleh, maka
jumlah biomassa isolat di dalam larutan semakin banyak. Hasil pengukuran biomassa
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 4. Grafik Perubahan Optical Density (Nana Mulyana, 2014)
Pada awal pengukuran, seluruh isolat mengalami kenaikan absorbansi seiring
dengan pertambahan waktu inkubasi, namun kenaikan biomassa masingmasing isolat
menunjukkan nilai yang berbeda. Pertambahan sel isolat 3, 4, dan 5 terjadi pada H-7
sampai H-21 kemudian mengalami penurunan biomassa yang signifikan hingga H-35.
Isolat 1 menunjukan pertumbuhan bakteri pada H-14 setelah itu mengalami
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
11/19
penurunan yang signifikan di H-28. Sementara itu isolat 2 menunjukkan peningkatan
jumlah sel yang tinggi pada awal inkubasi lalu mengalami penurunan jumlah
biomassa seiring bertambahnya waktu inkubasi. Sama halnya dengan perhitungan
jumlah sel bakteri dengan metode TPC, perbedaan pola pertumbuhan masing-masing
isolat disebabkan oleh perbedaan ketahanan bakteri terhadap polutan minyak mentah
dan kemampuan masingmasing isolat dalam mendegradasi minyak mentah. Selain
karena faktor lingkungan yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya,
pertumbuhan bakteri di pengaruhi oleh aspek yang terkait dengan metabolisme
bakteri itu sendiri antara lain pH, penggunaan karbon dan sumber energi, efisiensi
degradasi substrat, sintesis protein dan berbagai materi penyimpan, dan pelepasan
produk metabolisme dari dalam sel (Baily & Ollis, 1986).
Hasil degradasi PAH melalui jalur enzim dioksigenase yang menghasilkan
intermediate berupa senyawa fenolik diduga merupakan salah satu penyebab
penurunan populasi isolat bakteri pada waktu pengamatan diatas H-21 karena
senyawa ini bersifat toksik bagi bakteri. Menurut Komar & Irianto (2000), fenol
merupakan salah satu senyawa intermediate (hasil samping) degradasi minyak berupa
senyawa aromatik yang dalam konsentrasi kecil sudah berbahaya dan mempunyai
toksikositas yang tinggi bagi lingkungan.
Pada konsentrasi diatas 2 ppm senyawa ini dapat mengakibatkan perubahan rasa
dan warna pada air, kematian ikan dan organisme lain (termasuk bakteri). Apabila
dibandingkan antara kesesuaian data perhitungan jumlah sel metode TPC dan metode
turbidimetri, pada waktu pengamatan awal (H-7, H-14, dan H-21) hasil yang
ditunjukkan oleh metode TPC maupun Optical densitymenunjukkan kesesuaian data,
namun terjadi ketidaksesuaian data pada jumlah sel diatas H-21. Beberapa isolat
menunjukkan penurunan jumlah sel namun justru disertai dengan kenaikan nilai
absorbansi. Menurut Pelczar (1986), perhitungan dengan metode tidak langsung
seperti ini memiliki kekurangan.
Pada perhitungan jumlah bakteri menggunakan metode turbidimetri, sel atau
biomassa bakteri yang mati dapat mempengaruhi suspensi dalam larutan sehingga
mempengaruhi nilai absorbansi. Selain hal tersebut, secara teknis pengukuran nilai
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
12/19
optical density memiliki tingkat kesulitan yang agak tinggi. Dalam biodegradasi
minyak dengan model bioreaktor seperti penelitian ini, perbedaan sifat kepolaran
antara medium (Mineral Salt Medium) dengan minyak mentah menyebabkan posisi
bakteri akan cenderung berada diantara fase minyak dan medium. Posisi tersebut
akan menyebabkan suspense bakteri dalam larutan medium menjadi kurang homogen
sehingga mempengaruhi hasil pengukuran absorbansi.
TPH (Total Petroleum Hidrocarbon)
Gambar 5. Grafik Persen Degradasi TPH Sampel.(Nana Mulyana, dkk. 2014)
TPH (Total Petroleum Hidrocarbon) merupakan istilah umum yang digunakan
untuk menyatakan jumlah senyawa hidrokarbon berbasis minyak bumi yang terdapat
dilingkungan. Sampai saat ini belum ada metode baku/standar untuk menghitung nilai
TPH, walaupun beberapa metode telah biasa dilakukan. Metode yang dilakukan padaanalisa ini didasarkan pada perbedaan bobot kering control dan sampel yang diekstrak
dengan toluena, karena toluena memiliki kemampuan untuk mengekstrak hidrokarbon
parafinik maupun aromatik.
Selisih perbedaan bobot kering tersebut disimpulkan sebagai total senyawa
hidrokarbon yang terdapat dalam sampel. Berdasarkan hasil analisa TPH diatas,
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
13/19
penurunan TPH terbesar terjadi pada isolat 5 dengan nilai penurunan 41,53%, diikuti
oleh isolat 1 dengan 41,15%, kemudian isolat 2 dan 3 yang masing-masing nilai
penurunannya 32,42% dan 29,77%, dan yang terakhir adalah isolat 4 dengan
penurunan terendah yaitu 22,51%. Semua isolat menunjukkan kenaikan persentasi
degradasi dari H-7 hingga H-35 kecuali isolat 3 yang mengalami penurunan
persentase degradasi TPH pada H-35.
Fenomena penurunan persentase degradasi pada isolat 3 pada H-35 merupakan
hal yang tidak wajar. Peningkatan jumlah populasi isolat 3 seharusnya diiringi oleh
peningkatan persentase degradasi TPH. Proses ekstraksi yang kurang tepat bisa
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut. Proses pemisahan sisa
minyak mentah, media, dan suspensi bakteri ketika masa inkubasi H-35 menjadi hal
yang memicu terjadinya human error karena populasi mikroba yang tinggi
menyebabkan proses pemisahan menjadi sulit. Namun kecenderungan yang
ditunjukkan seluruh isolat masih menunjukkan kemampuan degradasi yang baik.
Penurunan persentasi minyak mentah oleh semua isolat bakteri dari
pertambangan minyak menandakan degradasi dari cemaran minyak mentah berjalan
baik dan hal tersebut juga menjelaskan bahwa seluruh isolat bakteri memiliki
kemampuan dalam mendegradasi limbah minyak mentah. Kemampuan isolat-isolat
dalam mendegradasi minyak mentah disebabkan oleh enzim oksigenase yang
dihasilkan oleh bakteri mampu memecah senyawa hidrokarbon dalam minyak dan
mengubahnya menjadi senyawa-senyawa yang bisa dimanfaatkan oleh bakteri seperti
asam asetat dan asam lemak (Sugoro, 2002).
Produksi biosurfaktan juga menentukan besar kecilnya kemampuan degradasi
minyak oleh isolat. Biosurfaktan berpengaruh pada interaksi sel dengan hidrokarbon
yang teremulsi atau tersolubilisasi oleh bakteri sehingga mempermudah kontak antara
subtrat dengan enzim (Wulandari et al, 2010).
Produksi surfaktan oleh bakteri berfungsi untuk meningkatkan hasil biodegradasi
cemaran minyak mentah karena surfaktan mampu memperluas permukaan minyak
dengan air melalui pembentukan mikroemulsi dan ketersediaan biologis untuk
keperluan metabolisme mikroorganisme. Adanya peningkatan kontak antara minyak
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
14/19
dan air akan mempermudah masuknya suplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan
mikroorganisme pada permukaan senyawa hidrokarbon dimana kondisi ini sangat
membantu mikroorganisme untuk lebih cepat dapat mendegradasikan limbah minyak
tersebut. Menurut Swisher (1987) dalam Azhar (2010) menyatakan bahwa pengaruh
fisiologis dan fisika kimia surfaktan memainkan peran penting didalam proses
kehidupan mikroorganisme karena dapat membentuk senyawa kompleks dengan
protein membran sel di sekitar membran sel.
Menurut Putu Suardana dkk (2002) dalam Azhar (2010) menyatakan bahwa
membran protein ini memegang peranan yang sangat penting didalam transportasi
material melewati dinding sel. Dari interaksi surfaktan dengan mikroorganisme ini,
surfaktan selanjutnya membentuk kompleks protein surfaktan yang dapat
meningkatkan mekanisme transportasi material tersebut. Selain itu, pengaruh
penurunan tegangan permukaan kontaminan senyawa organic hidrokarbon menjadi
mikroemulsi akibat kerja surfaktan akan sangat membantu kerja enzim untuk
memecah substrat agar mikroorganisme lebih mudah menyerap substrat tersebut
untuk keperluan metabolism tubuhnya.
Fungsi surfaktan ini pada akhirnya dapat meningkatkan terjadinya degradasi
senyawa hidrokarbon oleh mikroorganisme didalam proses bioremediasi. Mekanisme
biodegradasi hidrokarbon alifatik biasanya terjadi pada kondisi aerob.
Mikroorganisme aerob cepat dan paling efisien dalam mendegradasi karena reaksi
aerob memerlukan lebih sedikit energi bebas untuk inisiasi dan menghasilkan lebih
banyak energi.
Hidrokarbon akan didegradasi secara beruntun oleh sejumlah enzim, dimana
oksigen akan bertindak sebagai akseptor eksternal. Adapun tahap degradasi alkana
melibatkan pembentukan alkohol, aldehid dan asam lemak. Asam lemak dipecah,
CO2 dilepaskan dan membentuk asam lemak baru yang merupakan 2 unit karbon
yang lebih pendek dari molekul induk, proses ini dikenal sebagai beta oksidasi
(Hamme et al., 2003 dalam Nababan, 2008). Melalui jalur -oksidasi asam lemak
akan diubah menjadi asetil ko-A dan masuk ke dalam siklus asam sitrat, diubah
menjadi CO2 dan energi. Berikut ini merupakan mekanisme reaksi degradasi aerob
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
15/19
alkana oleh bakteriAcinetobacter menggunakan enzim alkana monooksigenase untuk
merubah hidrokarbon menjadi alkohol.
Gambar 6 . Degradasi alkane oleh Acinetobacter sp. (Hamme et al.,2003 dalam
Nababan,2008)
Selain produksi enzim, produksi biosurfaktan juga mempunyai hubungan dengan
kemampuan yang tinggi dalam menguraikan senyawa hidrokarbon. Penambahan
jumlah inokulum bakteri penghasil biosurfaktan diketahui dapat menaikkan tingkat
degradasi dan menyebabkan terdegradasinya senyawa alifatik, senyawa aromatik dan
sikloalkana yang diketahui sulit terdegradasi. Hal lain mungkin disebabkan karena
enzim yang dihasilkan lebih bervariasi dalam jenis dan tingkat penguraian serta
jumlah enzim yang lebih banyak dibanding dengan biakan tunggal sehingga
penguraian lebih cepat (Nababan, 2008).
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
16/19
Selain 2 hal diatas, kondisi lingkungan fisik seperti temperatur dan aerasiserta
faktor mekanik seperti pengadukan juga sangat mempengaruhi besarnyapersentase
degradasi. Menurut Nugroho (2006) senyawa hidrokarbon yang tertumpah di alam
akan mengalami degradasi secara alamiah karena faktor-faktorlingkungan, meskipun
laju degradasinya berlangsung lambat. Proses degradasitersebut meliputi penguapan,
teremulsi dalam air, teradsorpsi pada partikel padat,tenggelam dalam perairan serta
mengalami biodegradasi oleh mikroba pengguna hidrokarbon.
Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa seluruh isolat bakteri memiliki kemampuan dalam mendegradasi cemaran
minyak mentah. Potensi penurunan cemaran minyak mentah terbesar didapat dari
isolat 5 dengan persen degradasi 41,53%, diikuti isolat 1 dengan 41,15%, kemudian
isolat 2 dan 3 dengan 32,42% dan 29,77%, dan isolat 4 dengan penurunan 22,51%.
Isolat terbaik dari kelima isolat adalah isolat 5, karena memiliki penurunan TPH
terbesar dan pertumbuhan tertinggi disbanding isolat lainnya.
Saran
1. Penelitian lanjutan menggunakan isolate isolat hasil penelitian ini dengan analisis
instrumentasi seperti Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau Gas
Chromatograpy Mass Spectrometer (GC-MS) untuk mengetahui pola degradasi dan
jenis hidrokarbon apa yang memiliki penurunan terbesar .
2. Analisa lanjutan berupa identifikasi jenis spesies dan morfologi dari isolat 1, 2, 3,
4, dan 5.
3. Analisa lanjutan berupa penentuan jumlah sel isolat dan substrat minyak mentah
yang harus ditambahkan untuk mendapatkan kecepatan degradasi yang optimum.
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
17/19
4. Menguji faktor-faktor eksternal (Suhu inkubasi, pH, dan mineral) terhadap laju
biodegradasi cemaran minyak mentah.
Daftar Pustaka
Alidadi, H., A.R. Parvaresh, and M.R. Shanmansouri. 2007. Combine Compost and
Composting Process in the Treatment and Bioconversion of Sludge,Pakistan
Journal of Biological Science 10(21) : 3944-3947.
Alpentri. 1999. Evaluasi Kemampuan Isolat Jamur Dan Salah Satu Sumur Minyak
Bumi Minas Dalam Mendegradasi Minyak Bumi. Thesis magister ITB.
Bandung.
Amzani,Fuad.2012. Pencemaran Tanah dan Penanggulangannya. Lampung : Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri.
Anonimous, 1982, Penelitian dan Pengembangan Serat Alami sebagai Bahan
Penyerap Tumpahan Minyak untuk Mencegah Pencemaran Laut, Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil : Bandung.
Alpentri. 1999. Evaluasi Kemampuan isolat jamur Dan Salah Satu Sumur Minyak
Bumi Minas Dalam Mendegradasi Minyak Bumi. Thesis magister ITB.
Bandung.
Atlas, R.M. 1992.Petroleum Microbiology, In:Encyclopedia of Microbiology, vol. 3.
Academic press, Inc.
Baily J. E., Ollis D.F. 1986. Biochemical Engineering Fundamentals. McGraw- Hill,
New York, pp. 620-630.
Bossert I., & Bartha R. 1984. The Fate Of Petroleum In The Soil Ecosystem.
Macmillan, New York pp. 435-475.
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
18/19
Connel, D.W. & G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta.
UI Press.
Cookson J.T. 1995. Bioremediation engineering: Design and application. McGraw-
Hill Inc., Toronto.
Dwidjoseputro. 1990.Dasar-dasar Microbiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Edward, R.& I.White. 1999. The Sea Empress Oil Spill.Environmental Impact and
Recovery. Proceeding of International Oil Spill Conference. American
Petroleum Institute Washington DC.
Erdogan, Esin, and Karaca, Ayten. 2011.Bioremediation of Crude Oil Polluted Soils.
Asian Journal of Biotechnology 3 (3) : 206-213.
Eweis, J.B., S.J. Ergas., D.P.Y. Chang & E.D. Schroeder. 1998. Bioremediation
Principles. Singapore. WCB McGraw-Hill.
Fahruddin, 2004, Dampak Tumpahan Minyak pada Biota Laut,
http://www.kompas.com (5 Mei 2011, 10.00 WIB).
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Bogor: PAU Pangan dan Gizi. Institut
Pertanian Bogor.
Gunalan. 1996. Penerapan Bioremediasi pada Pengelohan Limbah dan Pemulihan
LingkunganTercemar Hidrokarbon Petroleum. Majalah Sriwijaya. UNSRI.
Vol 32, No 1.
Gray, N. F., 1994.Drinking Water Quality, Wiley : Chicester.
-
7/26/2019 AYA SOFIA 4311413083
19/19
Hamdiyah, Siti. 2000. Isolasi dan Identifikasi Morfologi Bakteri Pendegradasi
Minyak Bumi Serta Efektivitasnya dalam Proses Bioremediasi. Fakultas
Kelautan dan Perikanan : IPB.
Hardiani, Henggar, dkk. 2011. Bioremediasi Logam Timbal (pb) dalam
Tanah Terkontaminasi Limbah Sludge Industri Kertas Proses
Deinking.Jurnal Selulosa, Vol. 1, No. 1, Juni 2011 : 31 - 41 33.
Kumara,Aditya, dkk.2014. Pencemaran Tanah Akibat Tumpahan Minyak Industri.
Fakultas teknik program studi teknik lingkungan : Universitas Lambung
Mangkurat.
Mulyana, Nana, dkk. 2014. Biodegradasi Cemaran Minyak Mentah Menggunakan
Isolate Bakteri dari Pertambangan Minyak Rakyat Cepu. Laboratorium
Biologi Kelompok Lingkungan Bidang Kebumian dan Lingkungan : PATIR-
BATAN.
Ning, Wahyu.2013.Materi Kimia Bab 7 Hidrokarbon dan Minyak Bumi. SMK 1
Wonosobo : Wonosobo.