awam idola atau idola awam katolik · pdf fileseorang awam kristen (katolik). ... ajaran...

11
Idola Katolik Awam Page 1 Awam Idola atau Idola Awam Katolik Tulisan ini saya rangkai dengan satu tujuan : mengajak awam bertanya diri. Sebagai seorang awam Katolik, apakah mimpi hidupnya? Bahasa sederhananya, ingin jadi orang Katolik seperti siapa ? siapakah idolanya ? Siapakah Idola Orang Katolik Kitab Suci mengajarkan bahwa impian hidup seorang Katolik idealnya adalah seperti Yesus. Setidaknya hiduplah seperti para murid Yesus. Sejarah Gereja sesudah Yesus menyediakan banyak contoh kehidupan orang Katolik seperti apa? Ada banyak tokoh besar orang beriman dalam Gereja, santo maupun bukan santo, yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, yang sungguh pantas jadi idola orang Katolik. Pernahkah bertanya, sejujur dan sejatinya, siapa idola kita orang Katolik ? Antara Cita-cita dan Realita Sepanjang sejarah, orang Katolik berusaha untuk mewujudkan idealismenya. Orang Katolik berupaya untuk bisa hidup sesempurna mungkin hingga mendekati gaya hidup Yesus. Sejarah hidup membiara memberi gambaran paling jelas tentang hal ini. St. Paulus menganjurkan, untuk hidup sebagai perawan (1Kor 7). St. Cyprianus di abad 2 mulai menuliskan bagaimana sebaiknya cara hidup para perawan suci tersebut. Di awal abad 4 muncul idealisme baru tentang cara hidup orang Katolik. Yakni cara hidup para pertapa di padang gurun Mesir. Di kemudian hari, St. Antonius dan St Pakhomeus mulai membuat aturan hidup para pertapa itu lewat kaul kemurnian dan kemiskinan. Kalau para pertapa itu gemar dengan askese dan menyiksa diri, St. Basilius membaharuinya dengan berfokus pada cinta akan Allah dan sesama. Perkembangan selanjutnya, St Ambrosius mempromosikan St Maria sebagai teladan hidup para imam. Setelah itu, selibat dijadikan sebagai syarat untuk tahbisan imam. Pada permulaan abad 5, St. Agustinus mulai membuat Regula untuk hidup membiara. Seabad kemudian, St. Benediktus mendirikan biara baru dan mengawali cara hidup membiara yang baru. Ciri cara hidup baru ini adalah hidup berkomunitas, dipimpin oleh regula dan seorang abbas. Cara hidup tersebut berkembang lagi, hingga memunculkan biara Cluny. Biara ini mengutamakan liturgi yang indah dan karya seni yang tinggi. Hidup komunitas dibuat menjadi semacam federasi komunitas.

Upload: tranthu

Post on 06-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 1

Awam Idola

atau

Idola Awam Katolik

Tulisan ini saya rangkai dengan satu tujuan : mengajak awam bertanya diri. Sebagai seorang awam Katolik, apakah mimpi hidupnya? Bahasa sederhananya, ingin jadi orang Katolik seperti siapa ? siapakah idolanya ?

Siapakah Idola Orang Katolik

Kitab Suci mengajarkan bahwa impian hidup seorang Katolik idealnya adalah seperti Yesus. Setidaknya hiduplah seperti para murid Yesus. Sejarah Gereja sesudah Yesus menyediakan banyak contoh kehidupan orang Katolik seperti apa? Ada banyak tokoh besar orang beriman dalam Gereja, santo maupun bukan santo, yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, yang sungguh pantas jadi idola orang Katolik. Pernahkah bertanya, sejujur dan sejatinya, siapa idola kita orang Katolik ?

Antara Cita-cita dan Realita

Sepanjang sejarah, orang Katolik berusaha untuk mewujudkan idealismenya. Orang Katolik berupaya untuk bisa hidup sesempurna mungkin hingga mendekati gaya hidup Yesus. Sejarah hidup membiara memberi gambaran paling jelas tentang hal ini. St. Paulus menganjurkan, untuk hidup sebagai perawan (1Kor 7). St. Cyprianus di abad 2 mulai menuliskan bagaimana sebaiknya cara hidup para perawan suci tersebut.

Di awal abad 4 muncul idealisme baru tentang cara hidup orang Katolik. Yakni cara hidup para pertapa di padang gurun Mesir. Di kemudian hari, St. Antonius dan St Pakhomeus mulai membuat aturan hidup para pertapa itu lewat kaul kemurnian dan kemiskinan. Kalau para pertapa itu gemar dengan askese dan menyiksa diri, St. Basilius membaharuinya dengan berfokus pada cinta akan Allah dan sesama. Perkembangan selanjutnya, St Ambrosius mempromosikan St Maria sebagai teladan hidup para imam. Setelah itu, selibat dijadikan sebagai syarat untuk tahbisan imam.

Pada permulaan abad 5, St. Agustinus mulai membuat Regula untuk hidup membiara. Seabad kemudian, St. Benediktus mendirikan biara baru dan mengawali cara hidup membiara yang baru. Ciri cara hidup baru ini adalah hidup berkomunitas, dipimpin oleh regula dan seorang abbas. Cara hidup tersebut berkembang lagi, hingga memunculkan biara Cluny. Biara ini mengutamakan liturgi yang indah dan karya seni yang tinggi. Hidup komunitas dibuat menjadi semacam federasi komunitas.

Page 2: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 2

Di abad 12, muncul St. Dominikus dan St. Fransiskus, sebagai reaksi atas kemerosotan Gereja dan masyarakat kala itu. Biara mereka berada di tengah kota. Biara ini jadi biara aktif, berkarya. Buat mereka ini, tak ada waktu untuk berlama lama berliturgi bersama. Mereka mengembangkan doa, meditasi pribadi. Tidak ada lagi stabilitas loci (kaul untuk tinggal menetap di suatu tempat). St. Thomas Aquinas, menguatkan sokoguru hidup membiara dengan tiga kaul hidup membiara.

Pada awal abad 15, ketika kehidupan Gereja dan masyarakat dunia kacau, muncul devosi moderna. Suatu upaya untuk mengetrapkan hidup rohani kalangan mistik pada hidup kaum awam . Di abad 16, Ignatius Loyola, merintis biara aktif kontemplatif. Para yesuit pengikutnya adalah biarawan yang aktif dalam berkarya sekaligus kontemplatif dalam karyanya.

Demikianlah sejarah hidup membiara pada awalnya adalah sejarah pencarian wujud ideal seorang awam Kristen (Katolik). Pada awalnya, adalah kisah para orang beriman yang dipermandikan oleh para murid Yesus. Di antara mereka ada sebagian awam yang berusaha hidup lebih ideal. Sebagian awam itu kemudian menjadi awam istimewa. Keistimewaan itu kemudian berubah dari pembedaan antara awam biasa dan awam istimewa. Pembedaan tersebut kemudian berubah menjadi pemisahan. Itu terjadi sejak pola hidup membiara mulai menemukan bentuknya. Pemisahan itu justru makin kentara ketika sebagian dari kelompok istimewa itu adalah kelompok imam. Sebagian dari para biarawan1 itu adalah imam dan atau ada awam yang menjadi imam.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sebenarnya sejarah semua upaya pencarian jati diri kemuridan Yesus (awam). Sejarah itu telah mengalami deviasi atau pergeseran kalau bukan perubahan. Perubahan tersebut seiring dengan perubahan sejarah Gereja (Perdana) sampai Gereja Kita dewasa ini. Dari Gereja kaum beriman awam (Perdana) menjadi Gereja kaum biarawan (St. Antonius), juga Gereja imam (St Ambrosius). Sejak saat itu, sejarah awam praktis terhenti. Yang kemudian menjadi nyata dan jaya adalah Gereja hirarki.

Perkembangan sejarah selanjutnya, tak banyak yang dapat dicatat. Sampai dengan Konsili Vatikan II, Gereja menjadi amat hirarkis. Kaum hirarki memegang dominasi atas tata kehidupan dan tata kegembalaan. Gereja praktis tertutup dan meniadakan tempat dan kesempatan awam untuk berkiprah dalam Gereja. Ini berbeda dengan Gereja Perdana. Perubahan ini mengandung konsekuensi penting bagi kaum awam. Yakni bahwa eksistensi awam kemudian hanya menjadi penonton dan pengikutnya hirarki saja. Artinya sejarah Gerejan telah menjadi sejarah pemuka dan penguasa agama. Padahal sebenarnya itulah juga yang dikritik oleh Yesus ketika Ia mengajar di sekitar Galilea dulu.

Baru Paus Yohanes XXIII,2 yang kemudian menyadari eksistensi Gereja demikian perlu di-re-visi. Kesadaran itu ditindaklanjuti dengan aksi nyata mengadakan konsili. Itulah Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II berdebat, bertekat, berniat untuk mengubah mindset Gereja keseluruhan. Konsili Vatikan II memprakarsai upaya perubahan mindset hirarki, imam dan biarawan serta mindset umat. Umat diajak, diberi tempat dan kesempatan khusus dalam Gereja. Awam punya

1 Dengan “biarawan” dlam tulisan ini selalu

2 Sebetulnya, paus sebelumnya, Pius XI dan Pius XII sudah ingin membuka Konsili Vatikan I.

Page 3: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 3

panggilan khas,3 sebagaimana imam dan biarawan punya panggilan khusus mereka. Pendeknya, umat dimimpikan tidak hanya jadi penonton tetapi jadi pelaku. Keterlibatan umat diberi tempat dan kesempatan besar. Setidaknya, itulah cita-cita Konsili Vatikan II.

Gereja Umat Allah

Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah Lumen Gentium (LG). Di sana Gereja menegaskan bahwa Gereja adalah Umat Allah, umat beriman Kristiani. Dalam LG, bab IV, artikel 30-38, Gereja khusus membicarakan eksistnsi para awam. Tempat dan kedudukan, panggilan dan fungsinya dalam Gereja ditegaskan dengan jelas oleh Gereja. Pendeknya, awam tidak lagi hanya sebagai penonton dalam gerak pastoral Gereja. Awam adalah juga pelaku dalam karya keselamatan.

Secara ideologi dan konseptual sikap dan ajaran Gereja tentang awam sudah tegas jelas. Namun, apa yang ideal, realitanya kadang berbeda. Masih ada jurang antara omongan dan perbuatan. Ada kendala untuk keluar dari kungkungan Gereja menuju ke masyarakat yang lebih luas. Mungkin karena adanya ketakutan, kegamangan atau bahkan kebelumtahuan bagaimana mewujudkan cita-cita konsili Vatikan II tentang Awam ini, sehingga proses berjalan stagnan.

Di mana-mana awam masih saja menjadi penonton atau pengikut imam. Awam belum sampai percaya diri bahwa dirinya adalah parner sejajar dari para imam. Imam juga belum menempatkan awam sebagai parnernya. Imam masih menempatkan awam sebagai bagian dari gerak hidup dan karya imamatnya. Semua awam masih dibawa ke dalam lingkungan internal Gereja. Bahkan lebih sempit lagi ditarik masuk di dunia ibadat, dunianya para imam. Awam belum didorong untuk menemukan sendiri kerasulannya dalam dunia nyata. Dalam membangun Kerajaan Allah awam masih menjadi bagian dari karya para imam. Awam belum sampai mengerti bahwa karya Gereja itu lebih luas daripada karya para imam, hirarki. Karya Gereja lewat para awam mestinya ada lebih banyak peluangnya. Mulai dari melihat dan merumuskan kebutuhan umat dan masyarakat pada umumnya. Kesaksian hidup iman dan cinta dari para awam di tengah dunia. Perbuatan yang hanya bisa dilakukan awam belum terlahir. Misalnya dalam struktur Dewan Paroki, peran awam hampir tidak ada, sebab akhirnya keputusan mutlak tetap di tangan pastor paroki.

Gereja Umat Allah sebenarnya tidak mau menggugat kepemimpinan hirarki dalam Gereja, tetapi mau mengefektifkan kepemimpinan Gereja. Gereja yang hirarkis tak perlu diubah menjadi Gereja yang demokratis. Tetapi kepemimpinan hirarkis dapat diperkaya justru ketika awam punya tempat dan kesempatan untuk berkarya. Ini juga bukan soal hak atau kewajiban, tetap soal panggilan keutuhan hidup dan karya Gereja. Posisi dan eksistensi hirarki, imam sudah aman, nyaman dan mapan. Karena itu, justru secara eksistensial hirarki tak lagi mampu mengalami arti hidup dan perjuangan hidup nyata. Padahal umat pada umumnya justru hidup dan berjuang untuk hidup. Jika sendiri tidak mengalami adanya kebutuhan, dengan sendirinya juga tidak akan merasa perlu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebut saja misalnya kebutuhan akan biaya obat sampai biaya kematian. Imam tak mengalami persoalan dalam kedua hal tersebut. Umat pada umumnya, kedua hal itu merupakan kebutuhan real, yang untuk

3 Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium a.31

Page 4: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 4

memenuhinya kadang harus memotong kemampuan membiayai hidup, kebutuhan makan minum sehari-hari. Untuk menggerakkan awam membicarakan, apalagi mengelolanya, sungguh tidak mudah, sebab awam masih lebih percaya pada imamnya. Awam memilih menunggu apa kata imamnya. Padahal imam tidak butuh itu semua. Akibatnya dalam Gereja kita, pengelolaan dan pelayanan biaya obat dan biaya akhir masih sangat sporadis dan minimalis, belum sungguh dapat dirasa nyata-nyata membantu umat. Di sisi lain, uang umat yang dipercayakan kepada Gereja sungguh banyak.

Idolanya Awam Katolik

Belum pernah ada penelitian tentang siapa yang menjadi idola sebenarnya orang Katolik? Barangkali akan ada yang memilih Yesus, atau Keluarga Kudus Nazaret adalah idola mereka. Tetapi saya punya dugaan sendiri akan hal ini. Supaya tidak menjadi apriori, maka silakan cek dengan pengalaman Anda, dan orang-orang di sekitar Anda, seberapa benar atau salahkah dugaan saya ini. Saya menduga bahwa banyak orang Katolik, atau kebanyakan tidak menempatkan Yesus, atau Keluarga Kudus sebagai idola mereka. Yang menjadi idola adalah imam. Tanyalah pada orang Katolik, yang jadi omongan sehari-hari ternyata adalah imamnya. Dalam persepsi banyak umat, imam itu bak dewa kelihatan. Serba sempurna dan tak bercela. Pikiran dan perasaan orang Katolik lantas menjadi buta. Karena itu, setiap orang, atau setiap keluarga merasa perlu punya imam sendiri, yang berbeda, yang lebih baik dari imam “milik” keluarga lain. Kalau ada yang membanggakan, adalah ngobrol dengan imam, dan itu dilihat orang banyak. Kalau dalam acara pertemuan berkesempatan duduk bersanding dengan imam, seakan jadi orang istimewa. Kalau mendapat tamu seorang imam, seakan rumah atau keluarganya menjadi keluarga terpilih, bahkan terberkati, lebih dari rumah atau keluarga katolik lainnya yang tak sempat dikunjungi imam. Kalau punya perhelatan mantu, yang memimpin ekaristi di rumah atau di gereja waktu pernikahan lebih dari satu imam, atau malah uskup, apalagi lebih dari satu, seakan keluarga itu lebih hebat dari orang lain. Bahkan tanpa sadar membebani kedua mempelai kalau keluarganya nanti tak se’hebat‘ yang memberkati. Kalau di saat atau tempat ibadat dapat duduk berdiri dekat dengan imam atau imam rasanya sudah melebihi sang imam sendiri. Prodiakon menjadi jabatan yang lebih membanggakan dalam lingkungan Gereja, sebab lebih mirip dengan imam. Jubahnya yang hampir sama juga seakan mengubah dirinya yang awam menjadi setengah atau tiga perempat imam. Kalau saat kematian yang hadir banyak imam, apalagi yang memimpin ekaristi lebih dari satu imam, seakan menghapus segala noda perilaku hidupnya. Itu semua membuat saya menarik kesimpulan, jangan-jangan orang Katolik lebih menghidolakan imam dari Yesus, atau Maria atau Yosef dalam hidupnya.

Apa yang salah dengan idola demikian? Apa ada aturan atau hukum Gereja yang melarang menjadikan imam menjadi idola hidupnya? Aturan tidak ada, hukum yang melarang juga tidak ada. Tetapi yang salah, atau lebih baik dikatakan yang bertanggungjawab mestinya ada. Yaitu imam atau hirarki. Hirarkilah yang meletakkan kesucian hidup padadiri mereka yang selibat, tidak menikah. Mereka yang tidak memikirkan perkara duniawi, atau seksualitas. Lingkungan hidup imam ada di lingkungan ibadat. Begitu rupa sehingga peribadatan menjadi ukuran kesucian seseorang. Mutu iman seseorang diukur menurut penghayatan keagamaan. Agama sebenarnya adalah ungkapan iman. Memang tugas imam ada di wilayah agama, di seputar

Page 5: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 5

ungkapan iman tersebut. Karena imam menjadi idola, maka imam dan apa saja yang di seputar imam menjadi ukuran untuk menilai mutu hidup seseorang. Bahkan mutu iman pun ditelakkan pada ungkapan ini, bukan lagi diletakkan pada perbuatan .

Arus dan orientasi hidup dan keagamaan seorang Katolik jelas menuju ke cara hidup imam, ke dunia para imam, dunia pengungkapan iman. Sementara awam, sebenarnya punya dunia, punya wilayah sendiri. Wilayah awam ada dalam perwujudan iman, dalam perbuatannya di tengah kehidupan nyata di tengah dunia. Dan justru inilah yang belum banyak disentuh, apalagi digarap sepanjang sejarah.

Ada keengganan untuk menyentuh dan menggarap dunia awam ini. Pertama belum ada kedudukan yang sejajar antara imam dan awam. Awam, yang secara politik tak pernah berkuasa, selalu menjadi underdog dalam Gereja. Baru Konsili Vatikan II yang terbuka mata hatinya dengan menempatkan awam pada panggilan khasnya, yang dicirikan oleh keduniawiannya.

Karena awam tak pernah mendapat kesempatan untuk mendalami keawaman dan peran serta panggilannya maka, awam juga selalu ketinggalan. Ketertinggalan ini sedemikian rupa sehingga awam sendiri sudah tidak tahu lagi jati dirinya. Awam telah kehilangan kepercayaan diri akan panggilan khasnya sebagai awam.

Orang awam Katolik tidak tahu jati dirinya, maka juga tidak pernah bangga menjadi awam Katolik. Karena itu juga tidak tahu perannya dalam pembangunan dan pengembangan Gereja. Awam hanya siap menjadi pendhèrèk atau pengikutnya awam. Awam tidak punya keyakinan dan kepercayaan diri bahwa dirinya bukan elementer dari imam, melainkan komplementer terhadap panggilan imam. Gereja justru menjadi seimbang dan matang jika awam berperan sebagai awam, dengan segala kelebihan dan kelemahan awam. Sebut saja contoh berikut. Kalau bicara soal perjuangan hidup dan iman, awam lebih mengalaminya. Apa artinya mengandalkan Tuhan, ketika segala andalan telah musna semua, awam umumnya lebih mengalaminya secara nyata. Tetapi kalau bicara tentang keamanan dan kenyamanan, imam lebih banyak mengalaminya. Kalau mengalami Tuhan sebagai andalannya, imam akan lebih banyak bicara normatif, konseptual daripada awam. Itu berarti kalau Gereja mau berbicara tentang nilai sebuah pergulatan, awam pada umumnya lebih kaya. Hanya mungkin tak biasa merefleksikan dan merumuskannya. Percaya bahwa Tuhan itu penyelenggara hidup kita, akan lebih mudah diucapkan olem imam kita, daripada diucapkan oleh awam yang sehari-harinya hidup atas dasar penyelenggaraan Tuhan.

Bolehkah dikatakan bahwa sebenarnya karya misi Gereja Katolik selama ini telah gagal. Sebab ternyata Yesus bukan jadi idolanya orang Katolik. Kalau Yesus yang menjadi idola (idol= berhala), tak pernah menjadi berhala. Sebab Yesus memang Tuhan. Menyembah Yesus adalah memang menyembah Tuhan. Karena menyembah Yesus mustahil berarti menyembah berhala. Tetapi kalau bukan Yesus yang jadi idola, maka mungkin saja menjadi berhala. Seluruh Kitab Suci PL, tak mengijinkan umat menyembah ilah lain selain Yahwe. Ketika bangsa Israel meminta raja, Yahwe lewat para nabiNya sudah mengingatkan,bahkan melarang Israel memiliki raja.(2 Sam 7:12; 2 Raj 19:19) Sebab dengan punya raja, mereka akan mengidolakan rajanya, dan

Page 6: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 6

melupakan Tuhan, raja semesta alam. Peringatan tersebut tak dihiraukan, sampai Israel lupa bahwa rajanya adalah Tuhan. Karena itu, Israel kemudian diperingatkan, sebelum dihancurkan, dipecah jadi dua kerajaan, utara dan selatan. Setelah kerajaan Israel dihancurkan, umat pun belum bertobat, maka dibuanglah mereka ke pembuanagn di Asyria. Di pembuangan itulah akhirnya bangsa Israel menyadari kesalahannya, hingga akhirnya kembali menyembah, merindukan Yahwe Allahnya.

Yesus diutus untuk memenuhi janji Yahwe. Perjanjian baru seluruhnya mengisahkan bahwa Yesuslah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup.(Yoh 14:6) Hanya melalui dia orang dapat sampai kepada Bapa. Ketika berpesan kepada para muridNya pun, Yesus tidak berkata pergilah dan babtislah semua orang menjadi muridmu, melainkan “babtislah semua orang menjadi muridKu.” Tidak mengidolakan Yesus dalam hidup dan karya hidup orang Katolik, sebenarnya bisa dikategorikan tak sesuai dengan maksud pewartaan Yesus, dan juga pewartaan Gereja. Gereja dimaksudkan menjadi wujud konkret paguyuban para murid Yesus di dunia ini. Murid Yesus adalah mereka yang percaya pada Tuhan melalui ajaran Yesus. Ajaran Yesus tidak sama dengan mengajar orang-orang untuk jadi imam. Ada macam-macam panggilan hidup, kata Paulus (1 Kor 7:1-8). Ada yang dipanggil untuk kawin dan tidak kawin (Mat 22: 30; Mrk 12:25; Luk 20:35).

Panggilan Awam

Seorang awam dipanggil menjadi awam, bukan menjadi imam. Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, bab IV artikel no 30-33) Konsili Vatikan II, mengajarkan bahwa “ciri khas dan istimewa kaum awam yakni sifat keduniaannya”. (a.31). Awam dipanggil … untuk menunaikantugas pengudusan dunia dari dalam. Mereka memancarkan iman, harapan dan cinta … terutama dengan kesaksian hidup mereka …( a.31). Jadi tempat, fungsi serta kedudukan, maupun panggilan awam adalah ciri keduniaannya. Panggilan awam justru diberi peran komplementer atas panggilan imam, bukan elementer dari panggilan imam, sebagai pembonceng imam.... Panggilan awam juga bukan panggilan kelas dua dalam Gereja. Tetapi memang nyata juga bahwa karena yang sering digembar-gemborkan, adalah panggilan imam, yang banyak bicara adalah para imam, maka banyak orang mengira bahwa hanya ada satu panggilan. Panggilan imam/biarawan/wati. Panggilan lain tak dikenal bahkan tak dianggap ada. Kalau ada pun jadi panggilan kelas dua. Juga akibat ajaran Gereja sebelum Konsili Vatikan II, yang tak memberi tempat dan peran awam sebagaimana mestinya. Kini ketika kesadarn itu sudah mulai ada dan panggillan awam mendapat tempat semestinya, orang Katolik sudah tidak melihatnya lagi.

Dalam Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, dijelaskan bahwa bidang kerasulan awam itu berbeda dengan imam. Itu justru dimaksudkan untuk saling melengkapi dan saling memperkaya Gereja. (Dekrit tentang Kerasulan Awam, a.5-14). Kalau awam tidak menjalani panggilan khasnya, dan hanya sibuk dalam lingkungan imam, maka Gereja menjadi tidak imbang, atau malah pincang. Pincang karena kekayaan awam tidak dapat mewarnai apalagi mempengaruhi hidup dan karya Gereja. Sebab sumbangan khas Awam minim kalau tak boleh dikatakan tidak ada. Ide, pemikiran dan pengalaman awam , tidak dapat diintegrasikan dalam ide, pemikiran dan pengalaman Gereja secara utuh. Sehebat-hebatnya imam, tanpa awam,

Page 7: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 7

Gereja hanya akan menjadi miskin, kerdil belaka. Gereja justru akan utuh, kaya, dengan efektivitas kaum awam dalam membangun Gereja, (nusa dan bangsa).

Kelangkaan atau ketiadaan peran yang berarti yang dimainkan oleh awam, akan membuat Gereja menjadi miskin. Miskin iman, miskin perbuatan, miskin kesaksian. Bukan hanya secara kuantitas awam lebih banyak dari imam. Tetapi juga karena secara kualitas iman, kasih, harapan sebagian awam lebih konkret dibandingkan dari para imam. Percaya pada Tuhan ketika segalanya kecukupan, seperti dialami para imam, itu mudah. Tetapi tidaklah mudah, untuk dapat tetap percaya, ketika tak ada lagi yang dapat diharapkan: dirinya, hartanya, saudara, kenalan, semua sudah tak ada lagi. Bahkan sudah tidak ada orang yang dapat dipinjami uang buat sekedar makan minum sehari-hari. Kalau punada, sudah tidak ada lagi yang dapat dijagakan untuk jaminannya. Pada saat seperti itu, masihkah orang dapat percaya? Sebab kekayaan awam, dalam kasih, iman dan harapan, tidak dapat disumbangkan sepenuhnya demi kekayaan Gereja. Gereja hanya diisi oleh konsepsi akan ajaran, tetapi tak ada pengalaman konkret yang mendukungnya.

Karena mengidolakan awam, cowok-cowok muda minder, dan kurang percaya diri

Salah satu akibat tidak langsung dialami oleh para cowok, tua maupun masih muda. Mereka tidak punya keyakinan, kepercayaan diri. Bahkan sekedar tampil beda di hadapan para cewek, incaran dan pujaan hatinya. Setiap cowok, siapa pun dia, di hadapan cewek Katolik selalu dibandingkan dengan cowok yang imam, apalagi idolanya. Bagi cewek Katolik tiada cowok yang lebih cowok dari pada cowok yang dicirikan atau bercirikan oleh seorang imam. Ibaratnya orang berperang, banyak cowok Katolik sudah menyerah sebelum maju berperang. Yang pemalu menjadi makin minder, rendah diri. Yang pemberani selalu merasa akan senantiasa kalah, bila dirinya dibandingkan dengan seorang imam. Seakan mau dikatakan bahwa kelelakian seorang cowok Katolik, diukur sesuai dengan kelelakian seorang imam. Pada gilirannya, kenyataan ini justru makin menurunkan nilai kelelakian seorang cowok Katolik di mata cewek Katolik. Banyak cewek yang tidak lagi tertarik pada cowok Katolik. Ketika proses waktu berjalan terus, banyak cewek Katolik memilih menangis dalam kesendirian, atau memilih pria beristri, bahkan mereka yang beda agama, hanya karena mereka tampil lebih PD, atau pun mendekati imam terntentu, siapa tahu harapan menjadi kenyataan . Apalagi ada kenyataan juga bahwa imamnya akhirnya menikah dengan gadis Katolik yang dikenal dan mengenalnya.

Karena mengidolakan awam, cewek-cewek muda kesulitan menemukan cowok idola...

Cewek muda yang mau hidup tulus , di jalan lurus kadang mengalami frustrasi. Sebab di antara cowok Katolik tak ditemukan pria-pria muda yang punya keyakinan diri dan kejantangan sikap dan tindakannya. Justru karena banyak cowok Katolik yang penakut, kurang berani mendekati cewek Katolik. Kalaupun cewek Katolik yang mendekati, cowok Katoklik juga kurang PD. Bisa dimengerti bahwa cowok yang lebih PD adalah mereka yang sudah menikah. Pilihan kedua adalah cowok yang lebih gentle walaupun berbeda agama. Bahkan tidak disangkal kalau ada cewek Katolik yang sedia dan senang menjadi perempuan “simpanan”, mulai dari para pendidik, pejabat yang berpangkat. Di mana prinsip moral cewek Katolik kita? Jangan bicara moral, kalau ketersediaan cowok yang handal sulit ditemukan. Mereka ini hanya kurban dari

Page 8: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 8

kenyataan, kalau bukan kepincangan dalam Gereja, yang sangat mengidolakan imam dalam mindset maupun perilaku hidup sehari-harinya.

Apa yang dapat kita lakukan?

Berhentilah mengidolakan hidup seorang imam dalam hidup, kasih, iman dan harapanmu. Kecuali kalau memang punya niat dan cita-[cita untuk menjadi imam. Itupun kalau dapat mengidolakan Yesus tentu lebih baik lagi. Semua umat Katolik yang lain, yang tak ingin jadi imam, biarawan/wati, silakan mengidolakan Yesus, dan jadilah muridNya. Hentikan semua idealisme hidup Katolik sejati adalah hidup seperti imam. Bukan karena imam itu negatif, tetapi karena salah tempat. Mulailah membangun idealisme seorang awam pilihan dan utusan Tuhan. Sebagai awam tak perlu berdoa/beribadat, sebagaimana seorang imam berdoa/beribadat, sebab memang tugas panggilannya memimpin jemaat beribadat. Siapa yang akan memimpin jemaat untuk berbuat, kalau bukan dari seorang awam. Siapa awam itu, kalau tidak mulai dari diri kita? Mulailah membangun diri sebagai awam sejati. Awam yang dipanggil dan diutus di tengah dunia. Pengudusan dunia oleh seorang awam beda dengan yang dilakukan oleh imam. Bukan kotbah yang diharapkan dari seorang awam, melainkan kesaksian hidup dan perbuatan nyata bagi sesama di tengah dunia. Tugas awam adalah membantu membuat kotbah imam makin mutu, mengena, dengan kekayaan iman, kasih dan harapan yang disumbangkan oleh awam kepada imamnya. Tetapi pengkotbahnya tetaplah imam, Awam hanya menyediakan bahan dan tanggapan yang makin membuat kotbah imam bermutu tinggi.

Tempatkan diri sebagai awam di tempat yang sejajar, bukan underbow imam. Sebab imam dan awam punya kedudukan yang setara dalam tata bangunan Gereja umat Allah. Imam dan awam tidak dapat dan tidak mungkin saling merendahkan apalagi meniadakan. Tetapi karena secara waktu, jam terbang imam jauh lebih banyak dari pada jam terbang awam, maka upaya untuk mengejar ketinggalan itu harus diupayakan dengan ekstra, baik waktu maupun tenaganya. Untungnya jumlah awam, jauh lebih banyak daripada imam, sehingga ketinggalan tersebut mestinya tidak perlu merisaukan atau menjadi masalah. Kekayaan pengetahuan, pengalaman awam mestinya terlalu berharga untuk dibiarkan berlalu begitu saja. Sebenarnya Gereja juga terlalu naif, buta, arogan kalau membiarkan aset awam ini musna ditelah sejarah dan berlalu begitu saja.

Sekarang ini, pemberdayaan aset awam masih sebatas lingkup ibadat, dan akibat yang dekat dari ibadat. Demikian sehingga yang sudah dimanfaatkan barulah uang umat. Ini bukan melek finansial, melainkan hanya akibat langsungdari ibadat. Kalau Gereja sudah melek finansial, tak mungkin menyia-nyiakan aset yang berharga para awamnya. Dari kepakaran, kepiawaian awam saja, Gereja sudah memiliki aset luar biasa. Belum dari sisi pengalaman kasih/cinta, iman dan harapan umat. Itu bagaikan goodwill, yang tak ternilai namun belum disentuh, apalagi dberdayakan. Sebab dari sisi seorang imam, tak muncul kebutuhan tersebut. Managemen imam adalah management peribadatan dan persembahan. Belum sampai managemant aset dan management sumber daya manusia. Dari sini jelas bahwa sebenarnya potensi Gereja untuk bisa berkarya di tengah dunia, sebenarnya masih sangat luar biasa. Potensi itu ada. Peluang nya juga

Page 9: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 9

menghadang dan sangat menantang. Bahwa potensi dan peluang demikian tak dilirik Gereja, sebenarnya adalah bukti kuat dan nyata dari kemiskinan Gereja. Kemiskinan berpikir, kemiskinan bermimpi sebagai akibat konkret dan nyata karena Gereja tidak melibatkan apalagi menempatkan awam di posisi dan fungsi semestinya, sebagai parner imam/hirarki. Sekaranglah saatnya awam mulai berkiprah,

Sungguh sayang bahwa para awam, yang pernah bercita-cita menjadi imam pun banyak yang masih mengidolakan imam sebagai orientasi hidup dan karyanya. Be real lah. Jadilah awam yang bermutu, sebab panggilan dan pengutusanmu adalah awam, bukan imam.

Dan bagi seorang awam, kiprah yang sesungguhnya bukanlah di lingkungan ibadat, atau Gereja. Kiprah awam ada di tengah dunia, dengan kesaksian hidup dan perbuatannya di tengah masyarakat. Jangan bangga hanya jadi prodiakon awam. Banggalah jadi diri Anda sekarang ini, apa pun profesi Anda : tani, buruh, guru, angkatan, pejabat dll. Kalau sekarang belum bisa merasa bangga, sekarang lah saatnya untuk berfokus, mengembangkan keawaman kita, sesuai profesi kita. Jadi tani lestari juga panggilan jaman. Jadi buruh berkualitas ;pun panggilan awam. Jadi guru yang bermutu, yang penddidik sejati itu pun panggilan khas awam. Semua tak dapat dibandingkan apalagi digantikan oleh dan dengan panggilan imam.

Sudah sewajarnya yang dapat membuat doa keluarga adalah ibu bapak atau anak-anak dalam keluarga, bukan seorang imam. Jangan lagi mengharapkan doa-dari seorang imam untuk membuat doa keluarga yang mengena dan bermutu. Yang bisa membuat lagu tentang asmara, semestinyalah seorang awam yang sarat cinta, bukan seorang imam. Yang semestinya dapat mengajar dengan kualitas prima adalah guru yang bermutu, bukan imam itu. Yang lebih tahu dan mampu mencintai anak-anak mestinya juga para orangtua, bukan para imam kita. Yang menjadikan nasi goreng itu enak adalah karena masakan seorang ibu, bukan karena jajan bersama imam idolanya.

Usul pada imam, sebaiknya jangan memutlakkan ajaran bahwa taraf tertinggi kehidupan adalah kehidupan imam/biarawan/biarawai. Setiap orang dapat mencapai taraf tertinggi dalam hidupnya, asal ia menghidupi dan dihidupi oleh cinta, iman dan harapan sejati. Bagaimana tetap hidup ddengan penuh kasih, iman dan harapan ketika tak ada sesuatu atau seseorang pun yang dapat diandalkan dalam hidupmu. Itulah panggilan awam. Berani menjadi saksi. Berani memberi kesaksian konkret, bukan di gereja atau di mimbar, tetapi di mana pun kita berada. Itulah kelebihan awam, dapat merasul di mana pun, dan kapan pun dengan siapa pun.

Awam mengusulkan, imam menguduskan

Secara ideal, mestinya awam Katolik yang harus maju mengelola kebutuhan hidupnya tersebut dengan restu para imamnya. Imam belum memberi restu, awam belum berani maju. Imam belum mempercayai awam, awam belum percaya diri sebab idola awam masih ditelakkan pada diri imam, di dunia imam. Padahal dunia awam ada belahan beda dengan dunia para imam. Dunia imam ada dalam pelayanan, pegajaran, pengudusan. Dunia awam ada dalam dunia perbuatan, pergulatan, pemenuhan, penciptaan hidup dan kelangsungan kehidupan. Dua dunia yang bereda, bukan berpisah tapi saling memperkaya. Sayangnya, dunia awam ini rupanya belum pernah secara serius dikelola, dan dikembangkan. Akibatnya, kekayaan

Page 10: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 10

pengalaman pengelolaan awam juga belum banyak yang dapat direfleksi dan dijadikan referensi. Ini memang pantas disesalkan sebab Gereja Perdana justru terdiri dari awam, asli didikan Yesus, yang defakto juga seorang awam. Yesus tak pernah mengklaim diriNya imam. Gerejalah yang mengajarkan bahwa Yesus adalah imam agung.

Dengan uraian di atas sebenarnya idealnya orang awam Katolik sesuai dengan kekayaan pegalaman profesi, pengalaman iman, pengalaman perbuatan dan pengalaman pemenuhan kebutuhan hidup, merumuskan bentuk tata khidupan Gereja. Dan imam melayani atau mengimbangi dengan kekayaan dari sisi imam. Materi hidup dan penghidupan Gereja mesti diangkat dan dirumuskan oleh awam sendiri. Imam menambahkan dengan dimensi imamatnya. Jadi yang menentukan bentuk dan wujud paguyuban dan penghayatan iman adalah awam, dan hirarki memberkatinya.

Model Gereja, bentuk ibadat, rumusan doa, pilihan lagu, dll awam lah yang menentukan, dan imam melayani. Isi dogma, pelayanan sakramen diserahkan kepada para imam. Karya sosial kemasyarakatan, awam yang menentukan, tetapi pemberkatan, polese pelayanan sakramen ada di tangan para imam. Kalau Gereja dikembangkan dengan cara demikian, maka dapat terjadi bahwa wujud konkret Gereja akan menjadi Gereja Paguyuban atau Gereja Komunitas. Komunitas profesional, kategorial, fungsional, kategorial sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan nyata awam yang ada.

Mimpi atau Goal Gereja

Dengan reposisi awam seperti itu tidak dimaksudkan awam mengambil alih panggilan dan tugas imam. Yang dimaksud adalah awam mau mewujudkan Gereja Umat Allah, bukan hanya Gereja imam Tuhan. Untuk membangun mimpi Gereja pun akan jauh lebih agung daripada mimpinya Gereja imam Tuhan. Gereja imam Tuhan, mimpinya akan mewujud dalam bentuk gedung gereja, tempat iabadat, karya pendidikan dll. Tetapi Gereja Umat Allah akan memimpikan punya lembaga keuangan sendiri yang mampu menanggung biaya obat, biaya akhir umatnya, bahkan merambah ke seluruh masyarakat. Ketika lembaga itu menjadi makin besar malah tidak hanya mampu menjamin biaya pengobatan, melainkan juga menjamin asuransi jiwa dll. Mimpi demikian akan menjawab kebutuhan umat, bahkan kebutuhan masyarakat. Mimpi seperti itu memang ada di wilayah awam. Baiklah kalau tetap perlu berkat dan bingkai penguatan para imam.

Langkah pertama

Segala mimpi memerlukan langkah pertama untuk mewujudkannya. Langkah pertama itu dapat berupa membangun kepercayaan diri sebagai awam. Membangun kebersamaan, paguyuban dengan dasar minat, bakat, dan lebih luas daripada berdasar ibadat. Paguyuban berdasar profesi dan bukan hanya bersahabat dengan orang seagama. Bangun kebanggan ngobrol dengan awam lain, yang sukses, yang beriman, yang berpengalaman. Supaya dengan demikian kita belajar menghargai pengalaman ke-awam-an kita, dan pengalaman awam lain. Buang jauh-jauh perasaan tidak butuh orang lain, atau malah membangun pergaulan tertutup, melainkan bangunlah paguyuban atau persaudaraan pluraristis, dengan sesama awam, sesama manusia,

Page 11: Awam Idola atau Idola Awam Katolik · PDF fileseorang awam Kristen (Katolik). ... Ajaran dogmatis Konsili Vatikan II yang paling dasar adalah ... Mutu iman seseorang diukur menurut

I d o l a K a t o l i k A w a m

Page 11

juga yang dirasa kurang nyaman. Hanya kalau kita bergaul dengan awam sehat/sukses, apapa pun agamanya, kita pun akan jadi sehat/sukses.

Pasti tidak mudah untuk mengayunkan langkah pertama ini. Sebab kita, awam sudah terbiasa jadi jago kandang. Beraninya di kandang sendiri. Sekaranglah waktunya untuk keluar kandang, dan membangun medan untuk bersaksi sebagai orang awam Katolik. Kecuali itu, kita memang kesulitan mencari referensi bagaimana awam berkiprah dari sejarah Gereja, sebab sejarah Gereja telah berubah dari sejarah awam menjadi sejarah biarawan dan imam. Namun demikian, Gereja senantiaa berubah. Maka kenyataan sejarah yang demikian pun dapat dijadikan sebagai tantangan untuk mencoba mewarnai wajah Gereja. Barangkali kita dapat berharap pada para awam yang entrepreneur untuk menshare kan semangat entrepreneurshipnya. Semangat untuk berani berubah. Berani tampil beda. Berani mengambil resiko. Tetapi benar-benar memberi nilai tambah pada dunia dan sesama. Gereja akan memberi nilai tambah pada dunia dan sesama, kalau Gereja berani mewartakan keselamatan jiwa raga.4

Pewartaan keselamatan oleh imam, masih cenderung keselamatan jiwa, tetapi belum keselamatan raga. Tugas dan panggilan awam justru membantu Gereja supaya dapat memberi nilai tambah pada dunia dan sesama melalui perwujudan keselamatan raga. Atinya keselamtan yang diwartakan Gereja haruslah juga berupa membawa keselamatan raga. Raga ini butuh makan minum, butuh kesehatan, bahkan setelah mati pun butuh perawatan selayaknya. Idealnya, sisi ini harus menjadi bagian peran awam dalam mengembangkan Gereja. Misalnya dengan membentuk lembaga keuangan umat yang bertujuan untuk melayani kebutuhan obat dan atau kematian warga. Kalau wadah ini berkembang, dan sungguh dirasakan manfaatnya oleh umat, awam katolik, apalagi oleh masyarakat, maka wajah Gereja pasti akan berubah. Maaf hal ini tak dapat diharapkan muncul dari tugas pelayanan imam, sebab imam sendiri tidak merasakan kebutuhannya. Gereja idealnya dapat menjawab kebutuhan umat, kebutuhan awam. Kebutuhan awam tidak hanya keselamtan jiwa, tetapi juga keselamatan raga. Bukan hanya selamat nanti setelah mati, tetapi juga selamat (muka dan hidupnya) justru ketika masih hidup ini, alias sebelum mati. Dan di sinilah awam lebih mengerti maknanya, lebih merasakan kebutuhan dan maknanya, lebih mungkin menikmati manfaatnya juga.

Semarang,

23 Juli 2012

YR Widadaprayitna

4 Keselamatan raga maksudnya kebutuhan raga juga ditanggapi: kelaparan, kesakitan, kematian juga.