artinya

4
Artinya : Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati." (Q.S Fushshilat 41:11) Tafsir Ayat: Kata ( ) istawa digunakan dalam arti menguasai. Ia juga dipahami dalam arti menuju kesuatu tempat tanpa dihalangi oleh sesuatu apapun. Pada ayat diatas ia merupakan ilustrasi tentang kehendak dan kuasa Allah menciptakan langit. Ini sama sekali bukan berarti Allah menuju kesatu tempat dan berpindah kesana, karena Allah Maha Suci dari tempat dan waktu. Kata ( ) tsumma/kemudian yang ditempatkan sebelum kata istawa dipahami oleh sementara ulama bukan dalam arti jarak waktu, karena Allah tidak membutuhkan waktu untuk menciptakan sesuatu, tetapi ia berfungsi mengisyaratkan bahwa kehebatan ciptaan langit jauh melebihi kehebatan ciptaan bumi. Memang , planet bumi kita hanya setetes kecil dari samudra ciptaan Allah di angkasa raya. Pendapat ini- walau dari segi kehebatan langit tidak disangsikan -namun memahaminya bukan dalam arti jarak waktu-ditolak oleh sementara ulama. Memang Allah tidak membutuhkan waktu untuk mencipta, tetapi ciptaan-Nya membutuhkan waktu dan tempat, karena itu ada ciptaan-Nya yangwujud pada waktu yang berbeda dengan ciptaaan yang lain. Thahir Ibnu Asyur yang memahami kata tsumma dalam arti jarak kehebatan penciptaan langit melebihi penciptaan bumi , namun menggaris bawahi bahwa itu bukan menjadikan ayat ini berarti bahwa kehendak-Nya untuk menciptakan langit baru terjadi setelah

Upload: ilham-syahbani

Post on 10-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ayat

TRANSCRIPT

Artinya : Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati." (Q.S Fushshilat 41:11)

Tafsir Ayat: Kata ( ) istawa digunakan dalam arti menguasai. Ia juga dipahami dalam arti menuju kesuatu tempat tanpa dihalangi oleh sesuatu apapun. Pada ayat diatas ia merupakan ilustrasi tentang kehendak dan kuasa Allah menciptakan langit. Ini sama sekali bukan berarti Allah menuju kesatu tempat dan berpindah kesana, karena Allah Maha Suci dari tempat dan waktu. Kata ( ) tsumma/kemudian yang ditempatkan sebelum kata istawa dipahami oleh sementara ulama bukan dalam arti jarak waktu, karena Allah tidak membutuhkan waktu untuk menciptakan sesuatu, tetapi ia berfungsi mengisyaratkan bahwa kehebatan ciptaan langit jauh melebihi kehebatan ciptaan bumi. Memang , planet bumi kita hanya setetes kecil dari samudra ciptaan Allah di angkasa raya. Pendapat ini- walau dari segi kehebatan langit tidak disangsikan -namun memahaminya bukan dalam arti jarak waktu-ditolak oleh sementara ulama. Memang Allah tidak membutuhkan waktu untuk mencipta, tetapi ciptaan-Nya membutuhkan waktu dan tempat, karena itu ada ciptaan-Nya yangwujud pada waktu yang berbeda dengan ciptaaan yang lain. Thahir Ibnu Asyur yang memahami kata tsumma dalam arti jarak kehebatan penciptaan langit melebihi penciptaan bumi, namun menggaris bawahi bahwa itu bukan menjadikan ayat ini berarti bahwa kehendak-Nya untuk menciptakan langit baru terjadi setelah rampungnya penciptaan bumi, tidak juga dalam arti bahwa penciptaan langit terjadi setelah penciptaaan bumi. Kata( ) dukhan biasa diterjemahkan asap. Para ilmuwan memahami dukhan dalam arti satu benda yang terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna gelap atau hitam dan mengandung panas. Demikian definisinya menurut ilmuwan sebagaimana diutarakan oleh Prof. Zaghlul. Sementara ulama tafsir memahami kata ini dalam arti langit yang kita lihat ini, berasal dari suatu bahan yang serupa dengan dukhan/asap. Sayyid Quthub menulis bahwa terdapat kepercayaan yang menyatakan sebelum terbentuknya bintang-bintang ada sesuatu yang angkasa raya dipenuhi oleh gas dan asap, dari bahan inilah terbentuk bintang-bintang.Hingga kini sebgian dari gas dan asap itu masih tersisa dan tersebar diangkasa raya. Pendapat ini menurut Sayyid Quthub boleh jadi benar karena ia mendekati apa yang diuraikan oleh Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran melukiskan adanya enam hari/periode bagi penciptaan alam raya. Periode dukhan ini menurut sementara ilmuwan adalah periode ketiga yang didahului oeh periode kedua yaitu masa terjadinya dentuman dahsyat big bang dan inilah yang mengakibatkan terjadinya kabut asap itu. Pada periode dukhan inilah tercipta unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas hydrogen dan helium.Pada periode pertama, langit dan bumi merupakan gumpalan yang menyatu yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan nama ar-ratq. Periode pertama dan kedua itu diisyaratkan oleh QS Al-Anbiya [21]:30. Perintah Allah dengan menggabungkan langit dan bumi dalam satu redaksi perintah datanglah kamu berdua mengisyaratkan adanya keterkaitan yang erat antara langit dan bumi. Memang segala sesuatu di alam raya ini saling berkait-kait. Selanjutnya jawaban keduanya bahwa: ( ) atayna thaiin/ kami telah datang dengan suka hati, dapat dipahami dalam arti cepatnya terjadi kehendak Allah mewujudkan, tanpa sedikit hambatan pun. Bukankah seperti dikemukakan diatas, bahwa firman-Nya : Datanglah kamu berdua suka tau terpaksa, dipahami sebgai perintah perwujudan sesuatu, serupa dengan ungkapan kun fa yakun . Sedemikian cepat hal tersebut, sampai-sampai mereka tidak berkata : Kami akan datang atau segera datang, tetapi menyatakan kami telah datang dengan suka hati. Disisi lain mereka tidak berkata ataini thaiin/kami berdua datng dengan suka hati. Yakni mereka tidak menggunakan bentuk dual, walaupun perintah Allah tertuju kepada keduanya daam bentuk dual. Mereka menggunakan bentuk jamak thaiin.Agaknya hal tersebut mengisyaratkan bahwa sebenarnya bukan hanya mereka berdua yang datang dengan suka hati, tetapi banyak bahkan semua makhluk-Nya (kecuali sebagian jin dan manusia). Sekaligus ini juga mengisyaratkan kebersamaan serta keterikatan makhluk-makhluk Allah satu dengan yang lainnya. ThabathabaI berpendapat lain.Menurutnya penggunaan bentuk jamak itu boleh jadi untuk menggambarkan rasa rendah hati mereka yang enggan berbeda dengan makhluk lain sehingga memasukkan diri mereka dalam semua makhluk Allah yang taat.Pendapat mengenai hadist di atas : Awalnya saya merasa bingung saat dihadapkan dengan mata pelajaran saat SMA dulu, dimanakah letak kebingungan saya? Salah satunya adalah saat dihadapkan dengan materi awal mula terjadinya bumi . Dikepala saya penuh dengan pertanyaan dari mana asal teori-teori mengenai asal mula bumi ini.Adakah bukti yang memperkuat adanya teori itu. Salah satunya mengenai teori gas nebula, yang menyatakan bahwa bumi ini berasal dari gas, mengenai Tata surya dan bintang-bintang dulunya adalah gas nebula yang terpilin dan berotasi dan akhirnya terjadilah alam yang sekarang ini. James Hanz berkata Sebenarnya materi alam semesta berasal dari gas. Adanya teori ini terbukti dengan kenyataan yang ada dalam Al-Quran 41:11 Kemudian, bagaimana malam dan siang itu bisa terjadi?? SubhanAllah, ternyata Allah menjelaskan hal itu dalam Al-Quran.