ةِعَيْرِذَلا دُسَ - file ebook ibnu majjah · sadd artinya menutup kekosongan atau...

17
Kaidah Fiqh ة ع ي ر الذ د سMENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf ح فظهDisalin dari Majalah al-Furqon No. 115 Ed.12 Th.ke-10_1432/2011 Download > 650 eBook Islam di www.ibnumajjah.com

Upload: lamhuong

Post on 11-Apr-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kaidah Fiqh

ري عة سد الذ

MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN

Publication: 1434 H_2013 M

KAIDAH FIQH: MENUTUP JALAN MENUJU KEMUNGKARAN Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf فظه هللاح

Disalin dari Majalah al-Furqon No. 115 Ed.12 Th.ke-10_1432/2011

Download > 650 eBook Islam di

www.ibnumajjah.com

MUQODDIMAH

Syari'at Islam dibangun di atas dua hal:

perintah berbuat baik dan larangan dari

perbuatan mungkar, dan tatkala sebuah kebaikan

tidak mungkin terlaksana kecuali dengan

melaksanakan sesuatu yang lain sebelumnya

maka perantara menuju sesuatu yang baik pun

dihukumi sebagai sebuah kebaikan. Inilah yang

sering diistilahkan ulama dengan kaidah: الوسائل لا

perantara itu mengambil hukum) أحكام المقاصد

tujuannya).

Contoh mudah: berjama'ah dalam

menunaikan sholat lima waktu adalah sebuah

kewajiban bagi setiap laki-laki yang tidak punya

udzur. Namun, seseorang tidak mungkin bisa

sholat jama'ah kecuali dengan berangkat ke

masjid, maka dalam kondisi ini berangkatnya ke

masjid menjadi sebuah kewajiban pula karena

berangkat adalah perantara, sedangkan sholat

jama'ah adalah tujuan, maka tatkala tujuannya

wajib perantaranya pun menjadi wajib.

Begitu pula sebaliknya. Perbuatan haram tidak

mungkin dilaksanakan begitu saja, mesti ada

banyak langkah sebelumnya. Meskipun terkadang

pada beberapa langkah tersebut hukum asalnya

mubah, karena ia saat itu merupakan jalan

menuju kemaksiatan dan kemungkaran maka jadi

haram pula. Inilah yang diistilahkan oleh para

ulama dengan kaidah: الذري عة سد

MAKNA KAIDAH

Sadd artinya menutup kekosongan atau

mencegah sesuatu. Dzari'ah arti secara bahasa

adalah wasilah (perantara). Hanya saja, para

ulama memaksudkan dengan kata dzari'ah adalah

sesuatu yang secara lahir hukumnya mubah,

namun bisa menjerumuskan pada perbuatan

haram. Berarti makna dari kaidah ini adalah:

Mencegah dan menahan jalan-jalan yang

tampaknya hukumnya mubah, namun bisa

menjerumuskan pada perkara yang haram,

demi mengikis habis sebab keharaman dan

kemaksiatan. (al-Furuq kar. al-Qorrofi: 2/32 dan

lainnya)

MACAM-MACAM KAIDAH

Jika ditinjau dari sisi perselisihan serta

kesepakatan para ulama tentang penggunaan

kaidah ini, maka ada tiga macam:

1. Apa yang disepakati oleh para ulanu bahwa

perkara-perkara tersebut meskipun dinggap

sebagai wasilah dan perantara pada sesuatu

keharaman lainnya, maka wajib dicegah dan

tidak boleh dikerjakan.

Contoh: diharamkannya zina, karena zina

akan berakibat bercampur baur dan

ketidajelasan nasab seorang anak, serta zina

akan berakibat rusaknya hubungan rumah

tangga antra suami dan istri.

Catatan:

Sebagian para ulama tidak memasukkan ini ke

dalam sesuatu yang dilarang karena ia rasilah

perbuatan haram lainnya, tetapi zina

merupakan sesuatu yang terlarang dengan

sendirinya. Oleh karena itu, meskipun

perbuatan ina dipastikan tidak akan

menimbulkan percampuran nasab dan tidak

akan menimbuan rusaknya hubungan rumah

tangga antar suami istri, maka dia tetap

haram. (Lihat al-Furuq oleh al-Qorrofi: 3/266,

Irsyadul Fuhul oleh as-Syaukani hlm. 246)

Dan insya Alloh inilah yang lebih kuat

bahwa zina diharamkan karena dzatnya

sendiri bukan karena ia sebagai perantara.

Oleh karena itu, meskipun jika dipastikan

bahwa orang yang berzina tidak akan hamil—

seperti orang wanita yang sudah diangkat

rahimnya atau menutup jalan air mani menuju

rahimnya—maka tetap haram. Oleh karena

itu, Alloh menjadikan zina sebagai tujuan dari

berbagai perbuatar haram yang bisa

menjerumuskan kepada zina Alloh berfirman:

سبيال وساء فاحشة كان إنه الزنا ت قربوا وال

Dan janganlah kamu mendekati zina;

sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan

yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. al-

Isro' [17]: 32)

Dan Rosululloh صلى هللا عليه وسلم bersabda:

ال ذلك أدرك الزنا، من حظه آدم ابن علىإن هللا كتب

المنطق، والن فس اللسان زناالعي النظر، و فازنا ،م حالة

ويكذبه كله ذلك تن وتشتهى، والفرج يصدق

Sesungguhnya Alloh telah menetapkan bahwa

anak Adam mempunyai bagian dari zina, dia

akan menemui hal tersebut, tidak bisa

dihindarkan. Zina mata adalah dengan

memandang, zina lisan dengan berbicara, jiwa

berangan-angan dan menginginkan,

sedangkan yang membenarkan dan

mendustakannya adalah farji. (HR. al-Bukhori

dan Muslim)

2. Apa yang juga disepakati oleh para ulama

bahwa ada sesuatu yang memang merupakan

wasilah, namun tidak wajib bahkan tidak boleh

dilarang. Seperti melarang menanam anggur,

karena dikhawatirkan akan diolah menjadi

khamar. Juga seperti melarang membuat

rumah berdekatan karena dikhawatirkan bisa

menjerumuskan pada zina antara tetangga.

Yang model seperti ini tidak bisa dijadikan

alasan untuk pengharaman, karena anggaplah

terjadi demikian maka itu sangat jarang, juga

karena akan berkonsekuensi mengharamkan

banyak hal yang asalnya halal. Dan ini dengan

kesepakatan ulama sebagaimana yang

dikatakan oleh al-Imam al-Qorrofi dalam al-

Furuq (3/266), Ibnul Qoyyim dalam I'lamul

Muwaqqi'in: 3/148, dan asy-Syathibi dalam al-

Mufawaqot (2/390).

3. Sesuatu yang asal hukumnya mubah, namun

secara umum sering bisa menjerumuskan

pada keharaman.

Inilah yang diperselisihkan oleh para

ulama. Sebagian di antara mereka

menganggapnya sebagai salah satu kaidah

dan sandaran hukum dan mereka adalah

ulama Hanabilah dan Malikiyyah. Sedangkan

sebagian para ulama tidak menganggapnya

sebagai salah satu sandaran hukum, dan

mereka adalah Hanafiyyah dan Syafi'iyyah.

Masing-masing membawakan dalil untuk

mendukung pendapatnya. Sampai-sampai al-

Imam Ibnul Qoyyim dalam I'lamul Muwaqqi'in

menyebutkan sembilan puluh sembilan dalil

atas dianggapnya sadd dzari'ah sebagai salah

satu hujjah dalam Islam. Dan inilah insya

Alloh yang lebih rojih (kuat). Bahkan ini

semakin diperkuat oleh praktik hukum dari

para ulama termasuk ulama Syafi'iyyah dan

Hanafiyyah.

Syaikh Kholid al-Mushlih حفظه هللا

mengatakan, "Apa pun masalahnya, kalau

melihat pada kenyataan yang ada pada para

ulama yang dinisbatkan pada mereka bahwa

mereka tidak menganggap sadd dzari'ah

sebagai dalil, niscaya akan tampak bahwa

sebenarnya mereka juga menganggap dan

menggunakannya dalam sebagai ijtihad

mereka. Hanya, mereka menjadikannya

berada di bawah kaidah lain." (al-Hawafiz at-

Tijariyyah hlm. 54)

DALIL KAIDAH

Banyak sekali dalil yang menunjukkan akan

hal ini, kita cukupkan pada sebagainya saja:

1. Firman Alloh:

بغي عدو ا الل ف يسبوا الل دون ن م يدعون الذين تسبوا وال

علم

Dan janganlah kamu memaki sembahan-

sembahan yang mereka sembah selain Alloh,

karena mereka nanti akan memaki Alloh

dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.

(QS. al-An'am [6]: 108)

Di ayat ini Alloh melarang mencela tuhan-

tuhan dan sembahan orang musyrik—padahal

sebenarnya ini adalah sebuah amal yang

utama—karena dikhawatirkan akan menjadi

jalan bagi mereka untuk mencela Alloh Ta'ala.

2. Larangan wanita menghentakkan atau

memukulkan kakinya di tanah.

Alloh berfirman:

زينتهن من يفي ما لي علم بأرجلهن يضربن وال

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya

agar diketahui perhiasan yang mereka

sembunyikan. (QS. an-Nur [24]: 31)

Hukum asal wanita memukulkan kaki di

tanah itu boleh, namun jika dilakukan di

hadapan laki-laki yang bukan mahromnya

sehingga bisa menjadi fitnah antara laki-laki

dan wanita tersebut, maka perbuatan itu pun

dilarang oleh Alloh Ta'ala.

3. Larangan membeli sesuatu yang masih dalam

tawaran saudaranya serta melamar wanita

yang masih dalam lamaran saudaranya.

Sebagaimana hadits:

صلى هللا عليه عن النب رضي هللا عنهري رة ÷عن أب

قال: ال يطب الرجل على خطبة أخيه وال يسوم وسلم

على سوم أخيه

Dari Abu Huroiroh رضي هللا عنه dari Rosululloh صلى هللا

bersabda, "Janganlah seseorang عليه وسلم

melamar yang sedang dalam lamaran

saudaranya, dan janganlah menawar barang

yang sedang dalam tawaran saudaranya."

(HR. Muslim)

Menawar sebuah barang dan melamar

wanita hukum asalnya boleh, namun karena

kalau menawar sebuah barang yang masih

berada dalam tawaran saudaranya juga

melamar seorang wanita yang masih dalam

proses lamaran saudaranya itu akan

menimbulkan perasaan marah, jengkel

bahkan dendam antara satu muslim dengan

lainnya, maka dilarang oleh Rosululloh صلى هللا عليه

.Dan masih banyak dalil lainnya .وسلم

SYARAT MENGGUNAKAN KAIDAH

SADD DZARI'AH

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi

untuk bisa mengamalkan kaidah ini yang jika

tidak terpenuhi maka akan menimbulkan bahaya

besar dalam penerapannya. Syarat-syarat

tersebut:

1. Perbuatan yang hukum asalnya mubah

tersebut sering menjerumuskan pada

perbuatan haram. Adapun kalau hanya jarang-

jarang saja maka tidak boleh diterapkan

kaidah sadd dzari'ah. Contoh: penjualan racun

tikus; secara umum orang kalau membeli

racun tikus adalah untuk membunuh tikus.

Namun, ada saja yang membelinya untuk

bunuh diri. Akan tetapi, keberadaan satu atau

dua orang bunuh diri dengan racun tikus tidak

bisa jadi alasan untuk mengharamkan

penjualan racun tikus.

2. Mafsadah yang ditimbulkan oleh perbuatan

yang asalnya mubah tersebut sama atau lebih

besar dibandingkan dengan kemaslahatan

yang ditimbulkan oleh perbuatan mubah

tersebut. Sebab, syari'at Islam datang untuk

mendatangkan dan memperbanyak

kemaslahatan dan menghilangkan mafsadah

atau meminimalkannya. Oleh karena itu, jika

kemaslahatannya jauh lebih besar

dibandingkan dengan mafsadah yang muncul

maka kaidah sadd dzari'ah tidak boleh

digunakan hanya dengan sekadar adanya

sedikit mafsadah yang timbul.

3. Tidak disyaratkan bahwa untuk

diberlakukannya kaidah sadd dzari'ah ini

bahwa pelakunya menginginkan kejelekan.

Cukup dalam masalah ini bahwa pada

kebanyakan orang memang perbuatan itu

menimbulkan mafsadah.

Hal ini karena urusan niat adalah urusan

hati yang tidak ada yang mengetahui hakikat

sebenarnya selain Alloh dan pelakunya sendiri.

Apa yang dilarang berdasarkan alasan

sadd dzari'ah ini (dalam artian perbuatan

mubah yang dilarang agar tidak terjerumus

perbuatan haram) itu bisa menjadi boleh jika

diperlukan untuk mengerjakannya—meskipun

yang boleh—maka hanya seperlunya saja.

(Lihat al-Hawafiz at-Tijariyyah oleh oleh Syaih

Kholid al-Muslih, hlm.56)

CONTOH PENERAPAN KAIDAH

1. Dilarang menjual anggur kepada orang yang

dipastikan atau diprediksi kuat bahwa

menjadikannya sebagai khamar (minuman

keras), karena penjualan anggur memang

hukum asalnya boleh, namun bagi orang

seperti tersebut akan bisa menjerumuskan

perbuatan haram.

2. Haram menjual senjata tajam pada waktu

terjadi fitnah antara kaum muslimin.

3. Diharamkan berkholwat dengan wanita yang

bukan mahrom meskipun untuk mengajarinya

membaca al-Qur'an, karena hal itu akan

menimbulkan fitnah mendekatkan diri kepada

zina.

4. Menggunakan alat-alat komunikasi modern

hukum asalnya boleh. Namun, jika dalam

kondisi dan situasi tertentu penggunaan

tersebut akan menjerumuskan pelakunya

kepada perbuatan mungkar maka dilarang

menggunakannya. Hal itu seperti jika usia

terlalu dini untuk memegang HP, internet dan

lainnya. Wallohu A'lam. []