artikel pilihan kompas minggu 26 oktober 2014

Upload: ekho109

Post on 02-Jun-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    1/72

    Gadis Pantai yang Membumi

    Oleh: Mawar Kusuma

    TUMBUH besar tak jauh dari Pantai Padang, Sumatera Barat, Annisa Ananda

    Nusyirwan (23) menyebut diri sebagai gadis pantai. Ombak, sinar matahari, dan angin

    laut menjadi kawan bermain sejak kecil. Gelar Miss Earth Indonesia 2014 kemudianmenghampirinya.

    Sambil menikmati matahari terbenam, Annisa atau Icha, sapaannya, dulu terbiasa

    membiarkan tubuhnya basah oleh empasan gelombang dari Samudra Hindia. Ia membiarkan

    hangatnya sinar matahari menyapa kulitnya. Kini, di Jakarta, sengatan matahari musim

    kemarau tak menyurutkan langkah Icha untuk beraktivitas sebagai Miss Earth.

    Untuk memperoleh kulit cantik ala daerah tropis, Icha tak perlu berjemur di pantai. Terbiasa

    panas. Enggak apa-apa. Saya lahir di Padang yang juga panas. Malah bisa sekalian tanning,

    kata Icha yang akan mengikuti ajang Miss Earth International pada November mendatang.

    Seharusnya bangga. Orang luarpenginpunya kulit kuning langsat dan rambut sehitam milik

    kita. Sayangnya, di sini panas polusi. Kalau di Padang panas karena pantai. Rumah saya

    kebetulan dekat pantai. Enggak kaget panas, ungkap Icha tentang rumahnya di Perumahan

    Parupuk Raya yang berjarak 2 kilometer dari Pantai Padang.

    Karena pertimbangan kesehatan, walau tinggal di pantai, rumah Icha tidak berpendingin

    ruangan. Pertimbangan itu ternyata sejalan dengan upaya penghematan energi. Demi

    menghemat listrik pula, ia tak pernah membiarkan stop kontak listrik tersambung ketika tidak

    dipakai.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    2/72

    Duta lingkungan

    Kami berjalan kaki menuju kantor penyelenggara Miss Earth Indonesia, El John Pageants, di

    Central Park Office Tower, Jakarta Barat. Dengan tubuh tinggi, langsing, dan rambut hitam

    panjang tergerai, Icha berjalan cepat. Hampir setiap hari ia melewati lorong-lorong pusat

    perbelanjaan itu menuju kantor. Kegiatan jalan kaki kayak ginitiap hari sudah seperti

    olahraga, ujar Icha yang mengenakan busana karya rumah mode Eko Tjandra dan karya

    Harry Lam.

    Sambil berjalan, Icha mengungkapkan impian melanjutkan pendidikan jenjang S-2 yang

    tertunda ketika memutuskan mengikuti kontes Miss Earth Indonesia. Miss Earth menarik hati

    karena bukan sekadar ajang cantik-cantikan. Ini kesempatan sekali seumur hidup. Bukan

    kecantikan saja, harus melakukan sesuatu buat lingkungan, tambahnya.

    Banyak hal, kata dia, yang sebenarnya bisa dimulai dari diri sendiri sebagai wujud kecintaanpada lingkungan, antara lain gemar jalan kaki. Begitu memakai tiara Miss Earth, kegiatan

    pertamanya adalah merintis penanaman 500 bibit ketapang di area pantai di dekat obyek

    wisata Pasir Jambak, Padang, bersama mahasiswa Universitas Bung Hatta. Icha sibuk mulai

    dari mempersiapkan lokasi, menanam bibit, hingga memasang kerangkeng agar tanaman

    aman dari serbuan ternak sapi.

    Setelah penanaman pohon di Padang, Icha juga ikut dalam gerakan pungut sampah. Di

    Bandung, kota yang ditinggalinya selama kuliah, ia turut memunguti sampah bersama murid-

    murid SD Cijawura, Bandung. Anak-anak di SD tersebut juga sudah menjaga lingkungan

    dengan membawa botol minum serta tempat makan isi ulang. Mereka sudah sadar

    pentingnya menjaga lingkungan, kata Icha.

    Kecintaan pada lingkungan memang akan efektif jika ditumbuhkan sejak dini. Icha terbiasa

    membantu sang ibu mengangkut karung goni berisi sampah dari dapur menuju bak sampah di

    muka rumah. Dari ibundanya yang dosen planologi, ia juga belajar mencintai lingkungan

    lewat diskusi tentang penataan kota yang harus pro lingkungan.

    Kita melakukan sesuatu harus dari lingkungan sekitar.Ngapainjauh-jauh? Sayapenginjadi

    duta lingkungan kekal abadi. Tidak hanya setahun.Penginjadi inspirasi, terutama bagi anakmuda, tuturnya.

    Dari ibunda, Icha menimba kesadaran pelestarian lingkungan, sedangkan dari sang ayah, ia

    jatuh cinta pada bidang hukum. Ayahnya yang berprofesi sebagai notaris pernah menjabat

    sebagai hakim. Ketika masih kecil, Icha sering kali ikut melihat jalannya persidangan dan

    berkeliling ruang sidang dengan sukacita.

    Orangtua saya berani-berani. Terbawa ke pribadi saya. Jika saya merasa benar, saya

    pertahankan sampai orang sadar dan mengerti bahwa memang itu benar. Hidup harus punya

    prinsip. Hukum untuk dipatuhi agar orang melakukan sesuatu pada jalurnya, kata Icha yang

    ingin melanjutkan pendidikan ke magister kenotariatan.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    3/72

    Tegas tapi elegan

    Ketika melihat debat hukum di televisi, misalnya, Icha sering kali geregetan karena banyak

    orang yang berdebat tentang hukum tanpa pengetahuan dasar yang benar tentang hukum.

    Ah, bapak yakin? Setahu saya yang dipelajari di sekolah tidak seperti itu. Suka bicara

    sendiri. Tertarik hukum perdata karena tegas tapi elegan. Sesuai karakter saya, tambahnya.

    Atas dukungan keluarga pula, Icha berkenalan dengan dunia modelling. Orangtua Icha

    mendaftarkannya pada kursus modeling. Awalnya saya bertanya, kenapa,sih, harus pakai

    high heels? Harus dandan? ujar Icha.

    Lama kelamaan, Icha bertransformasi dari gadis pemalu menjadi sosok yang senang tampil di

    depan kamera. Ketika mengikuti ajang Miss Earth, ia sudah bertekad akan membawa

    Sumatera Barat masuk televisi dan memakai mahkota ratu kecantikan.

    Kejar terus mimpimu. Berbuatlah sesuatu untuk lingkungan walau enggak ada sorotan

    kamera, kata Icha.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    4/72

    Muka Rendang

    SELAIN berkarier di jalur hukum dan memperjuangkan isu lingkungan, Annisa Ananda

    Nusyirwan (23) punya mimpi menjadi pebisnis. Sebagai gadis Minang, ia ingin suatu saat

    nanti membuka bisnis rumah makan padang. Apalagi, segala jenis olahan masakan padang

    menjadi favoritnya.

    Saya Padang banget.Ngomong masih pakai bahasa Padang dan suka masakan padang. Muka

    rendanglah. Saya suka dikirimi rendang. Bunda yang masakin karena kalau masak sendiri

    butuh waktu lama, kata Annisa atau Icha sambil tertawa renyah.

    Jika sedang jauh dari rumah, Icha terbiasa menyimpan rendang di kulkas. Rendang tersebutcukup dihangatkan sebentar untuk kemudian disantap berteman nasi panas.

    Memiliki tinggi 174 sentimeter dan berat 50 kilogram, Icha tak merasa perlu berdiet ketat. Ia

    tetap makan nasi tiga kali sehari dan wajib mengonsumsi daging. Agar tubuh tak

    membengkak, ia mengurangi sedikit porsi makannya. Icha juga rutin olahraga lari dan

    melatih otot. Saya suka masak. Terhambat keterbatasan waktu dan peralatan. Biasanya saya

    belanja ke pasar, lebih hemat, lanjutnya.

    Selain tubuh yang bugar, pesona Icha makin terpancar karena memiliki rambut hitam legam.

    Berkat rambut yang sehat pula, Icha sempat meraih juara bintang Anggun Cari Bintang

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    5/72

    Pantene 2012. Uniknya, sepintas melihat Icha, orang pasti bakal menjumpai adanya

    kemiripan antara dia dan penyanyi Anggun.

    Banyak yang bilang mirip. Saya juara karena rambut sehat, bukan karena mirip Anggun.

    Saya sadar, saya memiliki rambut sehat. Keunggulan yang ditonjolkan bisa menutupi

    kelemahan. Saya banyak kekurangan. Saya orang biasa, ujar Icha. (WKM)

    Annisa Ananda Nusyirwan

    Lahir: Padang, 14 Agustus 1991

    Pendidikan: S-1 Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

    Prestasi:

    - Top 10 Puteri Indonesia 2011

    - Bintang Anggun Cari Bintang Pantene 2012

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    6/72

    Dilema Turki

    USTAZ Osman, 74 tahun. Lelaki Kurdi itu memegang erat-erat senapan Kalashnikov tuanya.

    Duduk di ruang depan rumahnya di Kobani, Suriah Utara, Osman bertekad menunggu

    kedatangan milisi bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Ia tidak hanya bertekad

    menunggu kedatangan milisi bersenjata NIIS, tetapi juga akan mengusirnya dengan

    Kalashnikov tuanya.

    Kobani juga disebut Ayn al-Arab, yang sebelum digempur milisi bersenjata NIIS

    berpenduduk sekitar 45.000 jiwa, memiliki sejarah panjang. Kota yang dihuni orang-orang

    Kurdi, Arab, Turkomen, dan Armenia itu, menurut catatan, didirikan pada tahun 1912.

    Kobani adalah nama perusahaan Jerman yang membangun jaringan rel kereta api di tempat

    itu yang disebut Baghdad Railway.

    Setelah pecah perang saudara di Suriah, kota yang terletak persis di perbatasan antara Suriah

    dan Turki ini direbut dan dikuasai Unit Perlindungan Rakyat (YPG), kelompok bersenjata

    Kurdi yang memperjuangkan otonomi wilayah itu. Sejak Juli 2012, Kobani secara penuh di

    bawah kekuasaan Kurdi.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    7/72

    Cerita Kobani berubah setelah milisi bersenjata NIIS sejak Juli lalu mulai menyerang kota

    itu. Sejak 16 September NIIS mengepung dan terus menggempur Kobani. Ribuan orang kota

    itu keluar mengungsi, dan yang tak sedikit yang tewas.

    Bagi NIIS, letak Kobani strategis. Apabila kota itu dikuasai, akan menjadi pintu gerbang bagi

    para pendukung NIIS dari luar untuk masuk ke Suriah dan Irak. Kobani juga menjadi, untuk

    sementara, batas barat wilayah kekhalifahan yang dimaklumkan oleh NIIS di bawah

    pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi yang menyebut dirinya Khalifah Ibrahim.

    Apabila Kobani benar-benar jatuh, itu berarti NIIS berdiri di depan pintu gerbang Turki.

    Dan, tinggal melangkah masuk ke Turki. Ancaman nyata bagi Turki.

    Meski NIIS sudah di depan mata Turki, Ankara ragu-ragu memberikan bantuan kepada para

    pejuang Kurdi di Kobani melawan milisi NIIS. Ketika AS dan sejumlah negara bersepakat

    menggempur lewat serangan udara ke Kobani untuk menghentikan langkah NIIS, Turki tidaksegera menyatakan mendukung.

    Banyak pertimbangan

    Ada banyak pertimbangan mengapa Turki demikian. Pertama, pada saat itu, ada sejumlah

    diplomat dan orang Turki yang ditawan NIIS. Kedua, Ankara khawatir apabila mendukung

    pejuang Kurdi di Kobani akan berarti memberikan kekuatan kepada Kurdi yang sejak 30

    tahun silam berjuang untuk memerdekakan diri lepas dari Turki. Orang-orang Kurdi yang

    tersebar di Irak, Iran, Armenia, Suriah, dan Turki bercita-cita mendirikan negara Kurdi

    merdeka.

    Kalau Turki tidak mendukung pejuang Kurdi di Kobani, sama saja mempersilakan milisi

    NIIS menguasai Kobani dan memberi peluang masuk ke Turki. Ankara pasti tidak ingin

    milisi NIIS menggunakan Kobani sebagai tempat berlindung.

    Sejarah sudah menceritakan, Turki dari dahulu selalu berada di dalam ruang keraguan:

    mereka menjadi bagian Eropa sekaligus bagian Asia. Mereka ingin menjadi Eropa sekaligus

    tetap mempertahankan identitas keasiaannya. Begitulah Turki.

    Kini, Turki harus belajar dari Ustaz Osman yang teguh pada sikapnya, menunggu kedatangan

    milisi NIIS bersenjatakan Kalashnikov. Tidak ada pilihan lain kecuali memberikan dukungan

    kepada pejuang Kurdi untuk menghadapi milisi NIIS.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    8/72

    PASCA REVOLUSI

    Mesir Berupaya Bangkit Lagi...

    PADA pandangan pertama, situasi di Kairo terkesan telah sepenuhnya kembali normal. Ibu

    kota Mesir itu kembali sibuk dengan aneka kegiatan sehari-hari masyarakatnya yang tak

    berbeda jauh dengan kota-kota besar lainnya di dunia.

    Jalan-jalan utama kembali sibuk, dipenuhi ribuan mobil yang melaju susul-menyusul, kadang

    terasa begitu semrawut, bahkan untuk ukuran orang Jakarta sekalipun. Di seputar Alun-alun

    Tahrir, misalnya, yang menjadi episentrum revolusi di Mesir sejak tahun 2011, lautan mobil

    itu membuat lalu lintas sempat terkunci di beberapa titik.

    Tak terlihat lagi demonstrasi atau aksi massa lain di alun-alun bersejarah itu. Senin (20/10)

    sore lalu, hanya terlihat sejumlah warga bercengkerama sambil berfoto-foto di salah satu

    sudut alun-alun itu. Sisanya adalah kesibukan pekerja yang sedang bekerja membangun

    tempat parkir bawah tanah di bawah alun-alun itu.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    9/72

    Benar, kegiatan pembangunan fisik kembali menggeliat di Kairo. Tepat di depan Alun-alun

    Tahrir, pekerja juga tengah merampungkan renovasi hotel The Nile Ritz-Carlton yang akan

    menambah panjang deretan jaringan hotel internasional yang beroperasi di Kairo.

    Jejak-jejak revolusi selama tiga tahun, yang diwarnai jatuhnya korban jiwa dalam jumlah tak

    sedikit dan berakhir dengan kemenangan mantan pemimpin junta militer dalam pemilihan

    presiden, seolah tak tersisa lagi.

    Namun, jika diperhatikan lebih teliti, sisa-sisa ketegangan revolusi yang hampir membawa

    Mesir ke jurang perpecahan itu masih ada. Deretan kendaraan lapis baja dan truk pengangkut

    polisi paramiliter Mesir masih terlihat parkir di kawasan Lapangan Ennahda dekat

    Universitas Kairo di Giza.

    Di sebuah gang persis di depan Museum Nasional Mesir yang terletak di salah satu sudut

    Alun-alun Tahrir bahkan masih berbaris lebih dari 10 kendaraan pengangkut pasukan lapisbaja milik tentara. Tentara dan polisi masih bersiaga penuh di belakang senapan mesin di atas

    kendaraan-kendaraan itu.

    Belum sepenuhnya pulih

    Selain itu, obyek-obyek wisata utama di Kairo, seperti kawasan Masjid Al Azhar dan

    Museum Coptic di Kota Lama Kairo, juga dijaga ketat polisi paramiliter yang mengenakan

    penutup muka dan menyandang senjata laras panjang. Semua itu mencitrakan suasana

    keamanan yang belum sepenuhnya pulih, walau di sisi lain, kehadiran mereka mendatangkan

    rasa aman bagi para wisatawan.

    Sektor lain yang belum pulih dari dampak revolusi adalah pariwisata, yang merupakan salah

    satu sumber utama devisa Mesir. Portal beritaAhram Onlinemenyebut, jumlah wisatawan

    mancanegara (wisman) ke Mesir masih menurun pada paruh pertama tahun ini walau

    sebagian besar negara Eropasumber utama turis ke Mesirtelah mencabut larangan

    bepergian ke negara itu.

    Mengutip data Kementerian Pariwisata Mesir,Ahram Onlinemenyebut, jumlah wisman pada

    Juni lalu turun 20,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Kantor beritaReuters menambahkan, jumlah wisman pada 2011, saat revolusi Mesir dimulai, anjlok

    menjadi 9,8 juta turis dari jumlah tahun sebelumnya sebanyak 14,7 juta orang.

    Meski sempat naik lagi menjadi 11,5 juta wisman pada 2012, turis asing ke Mesir kembali

    anjlok menjadi 9,5 juta wisman pada 2013 karena ada serangan teroris ke sejumlah obyek

    wisata.

    Efek turunnya wisatawan ini terlihat di kompleks Piramida Besar Giza, yang merupakan

    tujuan utama wisata di Mesir. Salah satu keajaiban dunia paling populer itu terlihat lengang,

    Selasa (21/10). Tak banyak orang yang berlalu lalang di halaman utama Piramida Khufu

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    10/72

    piramida terbesar di kompleks ituatau menyambangi lapak-lapak cendera mata di

    dekatnya.

    Sebelum revolusi, pelataran ini biasanya dipenuhi ribuan orang dari berbagai negara.

    Namun, sejak revolusi, tempat ini sepi. Sekarang sudah mulai ramai lagi, tetapi belum

    sepenuhnya normal, ujar Ashraf El Naggar, pemandu wisata di Giza.

    Optimistis

    Dikutip Reuters, Menteri Pariwisata Mesir Hisham Zazou optimistis jumlah wisman ke Mesir

    akan terus bertambah seiring dengan membaiknya situasi keamanan di negaranya.

    Jalan kami masih panjang, tetapi saya merasa lebih optimistis sekarang karena jumlah

    wisatawan terus bertambah sedikit per bulan sejak Juni, ujar Zazou.

    Mesir juga makin gencar mempromosikan wisatanya ke sejumlah negara potensial di luar

    Eropa, seperti Tiongkok dan India. Bahkan, kini promosi wisata Mesir juga telah merambah

    negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina. (DAHONO

    FITRIANTO dan MUSTHAFA ABD RAHMAN, dari Kairo)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    11/72

    Darurat Tiga Bulan di Sinai

    Presiden Berlakukan Jam Malam di Perbatasan Rafah dan Gaza

    KAIRO, SABTUOtoritas Mesir memberlakukan keadaan darurat selama tiga bulan

    di Semenanjung Sinai mulai Sabtu (25/10). Hal itu diumumkan pada Jumat malam

    menyusul insiden bom mobil bunuh diri yang menewaskan 30 tentara Mesir, yang

    diduga dilakukan kelompok milisi garis keras.

    Serangan bom pada Jumat itu yang paling mematikan atas aparat keamanan sejak presiden

    kubu Islamis, Muhammad Mursi, terguling tahun lalu. Pelengseran Mursi oleh kekuatan

    militer memicu kemarahan publik dan simpatisan Ikhwanul Muslimin, pendukung Mursi.

    Keadaan darurat diberlakukan sejak Sabtu pukul 03.00 waktu setempat. Wilayah cakupannya

    adalah Sinai utara dan tengah, dengan tenggang masa waktu keadaan darurat itu berlaku

    hingga tiga bulan ke depan. Tentu militer akan bertindak tegas untuk alasan keamanan.

    Namun, setiap hari jam darurat berlaku mulai pukul 17.00 hingga pukul 07.00 waktu

    setempat. Pemerintah Mesir juga mengumumkan, pintu pelintasan dari Mesir menuju Rafah

    di Jalur Gaza ditutup. Hanya rute di dalam teritorial Palestina dan tak dikendalikan Israel

    yang tak dijaga.

    Jam malam

    Selain itu, Presiden Abdel Fattah El-Sisi memerintahkan pemberlakuan jam malam di daerah

    dekatperbatasan Mesir dengan Israel dan Gaza. Perbatasan Rafah Mesir untuk menyeberang

    ke Jalur Gaza juga ditutup, demikian disiarkan televisi pemerintah.

    Presiden juga mengumumkan masa berkabung tiga hari atas tragedi yang menewaskan 30

    tentara, yang diduga akibat aksi jihad di wilayah itu. Tentara dan polisi akan mengambil

    semua langkah yang diperlukan untuk mengatasi bahaya terorisme dan pendanaan, untukmenjaga keamanan kawasan, dan untuk melindungi kehidupan warga, kata Sisi.

    Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir bersiap menggelar pertemuan darurat pada

    Sabtu. Mereka hendak membahas dan memutuskan berbagai langkah dan upaya yang harus

    diberlakukan di bawah kondisi darurat di sebagian besar Sinai.

    Aparat keamanan Mesir mengatakan, bom mobil bunuh diri yang terjadi Jumat dengan target

    tentara di pos penjagaan di Sinai itu diduga dilakukan kubu jihadis. Selain menewaskan 30

    tentara, sekitar 29 tentara juga terluka parah akibat serangan itu, termasuk seorang perwira

    tinggi militer dan lima pejabat.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    12/72

    Pos pemeriksaan

    Bom mobil itu menyasar satu pos pemeriksaan keamanan di kota Sheikh Zuweid. Hingga

    sejauh ini, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan

    tersebut.

    Orang-orang bersenjata juga menembak mati seorang perwira dan melukai dua tentara pada

    Jumat di pos pemeriksaan lain di selatan El-Arish. Jihadis di Sinai telah membunuh puluhan

    polisi dan tentara sejak penggulingan Mursi untuk membalas tindakan keras aparat keamanan

    atas mereka ketika memprotes penggulingan Mursi tahun lalu.

    Wilayah itu sudah menjadi area tanpa hukum sejak lengsernya Presiden Hosni Mubarak,

    tahun 2011. Kubu milisi terus meningkatkan serangan sejak penggulingan Mursi oleh tentara,

    Juli 2013. Sasaran mereka adalah kompleks dan aparat. Sejak itu hingga sekarang, setidaknya

    lebih dari 1.000 orang tewas dan ribuan orang ditangkap.

    Serangan ini merupakan pukulan lebih lanjut terhadap industri pariwisata yang sudah

    terhuyung-huyung setelah pemberontakan tahun 2011, yang menggulingkan Mubarak. Sinai

    selatan dipenuhi dengan resor wisata di tepi Laut Merah, tujuan wisata utama Mesir. Sinai

    utara menjadi basis perjuangan milisi garis keras.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    13/72

    Revolusi Payung Hongkong

    Terjebak Dilema Demokrasi Modern

    Oleh: Ren L Pattiradjawane

    ORANG miskin tidak bisa menjadi pemimpin. Itu setidaknya yang dikatakan Kepala

    Eksekutif Hongkong SAR Leung Chun Ying menghadapi gelombang unjuk rasa

    dipelopori pelajar dan mahasiswa di bekas koloni Inggris. Pembangkangan sipil di

    Hongkong akhirnya merupakan masalah pertarungan antara demokrasi dan

    plutokrasi.

    Fenomena yang terjadi di Hongkong antara rakyat jelata dan orang kaya ternyata menjadi

    tren baru dalam perkembangan politik demokrasi dunia. Di Indonesia, fenomena ini munculsetelah terpilihnya Presiden Joko Widodo, ketika undang-undang pemilihan langsung

    dibongkar total menyebabkan orang-orang yang populis dan dekat dengan rakyat tidak

    memiliki kesempatan menjadi pemimpin.

    Anomali ini muncul ketika kesadaran hak penentuan nasib sendiri nasional (right of national

    self-detemination)muncul bersamaan dengan referendum Skotlandia bulan lalu ketika suara

    politik menyatakan keluar dari kesatuan Kerajaan Inggris. Referendumnya sendiri

    membatalkan niat tersebut, tetapi gagasan hak tersebut berkembang sebagai fenomena baru

    pelaksanaan demokrasi modern.

    Demokrasi ternyata menakutkan orang-orang kaya ketika posisi mereka merasa terancam

    bayang-bayang yang segera muncul terkait peningkatan pajak yang berlebihan atas kekayaan

    yang mereka miliki. Di sisi lain, seperti pada kasus Indonesia setelah Pilpres 2014, demokrasi

    menjadi sarana balas dendam berhadapan dengan pilihan populis rakyat kebanyakan.

    Di Wilayah Administrasi Khusus Hongkong (Hongkong SAR), unjuk rasa yang disebut

    Revolusi Payung awalnya merupakan perdebatan tentang jurisdiksi dan kedaulatan

    menerjemahkan konstitusi mini Hukum Dasar (Basic Law) dengan asas satu negara dua

    sistem. Konstitusi mini ini menjamin selama 50 tahun sejak penyerahan Hongkong olehInggris tahun 1997 tidak berubah dalam tata cara pemerintahan Hongkong di bawah RRT,

    kecuali berkaitan masalah pertahanan dan kebijakan luar negeri.

    Kebuntuan politik

    Ketika Kepala Eksekutif Leung Chun Ying diwawancara media asing, ternyata persoalannya

    bukan hanya sekadar kekhawatiran para penguasa di Beijing saja, melainkan juga berhadapan

    dengan masalah aristokrasi para konglomerasi Hongkong terancam oleh jeritan suara pelajar

    dan mahasiswa tentang pelaksanaan demokrasi memilih kepala eksekutif yang selama ini

    melalui sistem perwakilan yang harus direstui RRT.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    14/72

    Bisa dibayangkan skala dan krisis konstitusional jika Beijing mengatakan kepada orang-

    orang Hongkong, Maaf, orang yang baru kalian pilih tidak bisa dilantik dan tidak dapat

    diterima. Silakan kembali ke kotak pemilihan dan mencoba lagi. Kondisi ini tidak

    menguntungkan bagi otonomi derajat tinggi Hongkong, kata Leung.

    Kebuntuan politik yang menghadapi gerakan Revolusi Payung menjadi dilema buat Beijing

    ataupun Hongkong. Di satu sisi, para penguasa komunis di Beijing tak ingin menjadikan

    gerakan protes dengan slogan dalam bahasa Konghu (Cantonese) ngo jiu zan pou syun(saya

    ingin pemilihan umum langsung) sebagai model dan mengilhami wilayah-wilayah di

    pedalaman daratan Tiongkok, seperti Tibet dan Xinjiang.

    Kedudukan penguasa Hongkong sendiri terjepit antara para konglomerat, penguasa Beijing

    yang mengendalikan jalannya pusat keuangan dunia, dan rakyat Hongkong kebanyakan yang

    menderita akibat semakin mahalnya biaya hidup, terutama perumahan yang dikendalikan

    para taipan Hongkong.

    Apakah Leung Chun Ying naif tidak melihat dilema yang dihadapi penduduk Hongkong yang

    berjumlah 7,2 juta orang, setidaknya dia jujur secara tidak langsung mengatakan bahwa

    posisinya terjepit dalam gerakan pendudukan di kawasan Central/Admiralty, Mongkok, dan

    Causeway Bay yang akan masuk pekan kelima.

    Di sisi para aktivis, gerakan Revolusi Payung menjalankan pendudukan sebagai bentuk

    pembangkangan sipil selama empat pekan lebih membutuhkan daya tahan sendiri. Sejak

    pendudukan kawasan Central dan lainnya, dialog antara para aktivis pelajar/mahasiswa dan

    Pemerintah Hongkong SAR baru sekali dilakukan dalam bentuk dialog.

    Perbedaan mencolok

    Kalau kita menyimak dan membandingkan gerakan Payung Revolusi dan unjuk rasa pro

    demokrasi di Lapangan Tiananmen 1989, terdapat perbedaan mencolok di antara keduanya.

    Demonstrasi pro demokrasi Lapangan Tiananmen mendapat dukungan banyak pihak, mulai

    dari masyarakat Beijing, anggota Partai Komunis Tiongkok, dosen, pekerja profesional,

    hingga buruh. Aktivitas pendudukan Lapangan Tiananmen menjadi berdarah ketika Tentara

    Pembebasan Rakyat diperintahkan menumpaskan karena sudah dilihat sebagai ancamanlegitimasi terhadap PKC.

    Gerakan Payung Revolusi merupakan model baru unjuk rasa abad ke-21 yang dilakukan

    tanpa kekerasan dan tuntutan minimal atas masalah pemilihan langsung atau turunnya Leung

    Chun Ying dari jabatannya. Unjuk rasa Tiananmen memiliki tokoh-tokoh mahasiswa

    terkenal, seperti Wang Dan, Wuer Kaixi, dan Chai Ling. Pendudukan kawasan Central

    Hongkong tidak memiliki tokoh sentral dan hanya diwakili para pelajar sekolah menengah

    atas, tanpa karisma mendesak tuntutan massa dan dukungan masyarakat luas.

    Keterlibatan orang dewasa, seperti tokoh pro demokrasi, Martin Lee, pendiri Partai

    Demokratik Hongkong, dan aktivis lainnya, ternyata tidak mampu memberikan arah

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    15/72

    perjuangan demokrasi menjadikan gerakan Payung Revolusi memperoleh momentum

    politiknya sebagai gerakan efektif.

    Apa yang akan terjadi terhadap gerakan Payung Revolusi yang berkepanjangan ini masih

    menjadi teka-teki. Yang kita pahami, gerakan ini menjadi fantasi yang berkembang secara

    liar. Penguasa di Beijing dan Hongkong menganggap gerakan populisme akan

    menghancurkan perekonomian yang dibangun dan dijaga secara ketat. Di sisi pelajar dan

    mahasiswa, mereka tak memiliki jawaban konkret atas kecurigaan penguasa atas kemurnian

    tuntutan melakukan pemilihan langsung.

    Di Tiongkok, kelas menengah tumbuh tanpa memerlukan demokrasi dalam pembangunan

    selama 30 tahun. Di Hongkong, generasi kelas menengah mendatang khawatir sistem

    plutokrasi warisan Inggris tidak mampu memberikan peluang bagi mereka menjalankan

    kehidupan modern yang memadai dalam kemewahan berdemokrasi yang membuat rekan

    generasi muda di seberang perbatasan iri melihat kebebasan yang dinikmati Hongkong. Inilahdilema demokrasi modern.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    16/72

    Bayi Tewas Picu Kepanikan di Mali

    BAMAKO, SABTUOtoritas berwenang Mali, Sabtu (25/10), berusaha menenangkankekhawatiran publik atas kemungkinan penyebaran virus ebola. Warga panik karena telah

    jatuh korban tewas pertama akibat ebola, yakni seorang bayi yang semula naik bus sejauh

    1.000 kilometer untuk mencari pengobatan.

    Puluhan orang menumpang bus bersama bayi berumur dua tahun itu. Otoritas Mali pun

    mengonfirmasi kematian anak perempuan itu akibat terjangkit virus ebola. Pemerintah mulai

    panik karena bakal repot mengidentifikasi orang-orang yang telah menumpang satu bus

    dengan korban.

    Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mengatakan, untuk mengurangi kekhawatiran atas

    wabah ebola, otoritas terkait melakukan berbagai upaya. Kami melakukan segala sesuatu

    untuk mencegah kepanikan itu, katanya.

    Anak balita perempuan yang dilaporkan tertular penyakit paling mematikan abad ini tewas

    pada Jumat. Kini, petugas kesehatan berpacu dengan waktu untuk melacak orang-orang yang

    berpotensi pernah melakukan kontak atau duduk dekat dengan anak itu agar virus tersebut

    tidak menyebar ke seluruh pelosok Mali.

    Dalam momen sedih ini, pemerintah ingin menyampaikan rasa duka yang dalam kepadakeluarga dan mengingatkan warga agar tetap memperhatikan kebersihan karena itu tetap

    menjadi cara terbaik agar terhindar dari penyakit ini, ujar Keita.

    Darurat

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan situasi di Mali dalam keadaan

    darurat. Selain ada kemungkinan besar bahwa orang-orang yang satu bus dengan bayi itu

    tertular, nenek bayi tersebut sudah menunjukkan gejala penyakit yang sama, yang berarti dia

    juga sudah tertular.

    Dilaporkan, sang bayi dan neneknya melakukan perjalanan panjang lebih kurang 24 jam.

    Mereka pergi setelah pemakaman ibu si bayi di Guinea, salah satu negara yang terkena

    dampak terparah virus ebola.

    Menurut WHO, mereka bertolak dari Keweni di Guinea dengan singgah di kota Kankan,

    Sigouri, dan Kouremale menuju Bamako, ibu kota Mali, untuk pengobatan. Mereka istirahat

    di Bamako dua jam, lalu ke Rumah Sakit Kayes di Mali barat daya untuk diobati di sana,

    tetapi tak tertolong.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    17/72

    WHO mengatakan, telah terjadi pendarahan dari hidung sejak anak dan nenek tersebut di

    Guinea. Hal itu berarti besar kemungkinan sang bayi telah menyebarkan penyakit selama

    perjalanan hingga ke Mali. Virus ebola terjangkit melalui cairan tubuh, bukan lewat udara.

    Pejabat Mali menyatakan, gejala yang dialami anak balita itu saat dalam perjalanan adalah

    hal yang paling membuat mereka khawatir. Ini karena di dalam bus ada banyak orang

    sehingga kemungkinan penyakit itu menular ke orang lain lebih besar.

    Otoritas kesehatan Mali telah mengobservasi 43 orang. Namun, seorang pejabat berwenang

    lain di Mali yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, ada sedikitnya 300 orang yang

    melakukan kontak dengan anak balita itu.

    Mali menjadi negara keenam di Afrika Barat yang tercatat memiliki pasien ebola atau negara

    kedelapan di dunia. Dalam laporan terbaru WHO disebutkan, wabah terburuk ebola

    menewaskan 4.922 orang, sebagian besar warga Guinea, Liberia, dan Sierra Leone.Kesuksesan Nigeria dan Senegal dalam mengatasi wabah ebola harus menjadi pelajaran

    penting yang diikuti.

    Begitu juga dengan kesuksesan Spanyol dan AS dalam merawat pasien yang tertular ebola.

    Langkah yang paling penting, menurut WHO, adalah mengisolasi segera penderita. Para

    dokter dan paramedis juga harus mematuhi prosedur atau protokol perawatan pasien, antara

    lain harus mengenakan sarung tangan, jas penutup seluruh tubuh, dan masker serta mencuci

    tangan.

    Beberapa sumber diplomatik khawatir akan kemampuan Mali mengatasi penyebaran ebola.

    (AFP/AP/REUTERS/CAL)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    18/72

    Dana Desa Berpotensi Diselewengkan

    Aparat

    YOGYAKARTA, KOMPASKomisi Pemberantasan Korupsi mengingatkan, dana desa

    yang mulai dikucurkan tahun depan berpotensi diselewengkan jika tidak disertai dengan

    sistem pengawasan memadai. Karena itu, KPK mengajak masyarakat luas ikut mengawasi

    pengelolaan dana ini dan aktif melaporkan apabila ada penyalahgunaan.

    Dana desa yang jumlahnya sangat besar itu berpotensi disalahgunakan dengan berbagai

    modus. Karena itu, pengawasan yang melibatkan masyarakat luas sangat penting, kata

    Deputi Pencegahan KPK Johan Budi SP dalam seminarbertema Masa Depan Desa Melalui

    Tata Kelola Informasi yang Terbuka dan Partisipatif, di Yogyakarta, Sabtu (25/10).

    Berdasarkan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, setiap desa

    berhak mendapat alokasi anggaran dari APBN berupa dana desa dan alokasi dana desa.

    Besaran dana desa adalah 10 persen dari total dana transfer. Adapun besaran alokasi dana

    desa 10 persen dari dana perimbangan yang telah dikurangi dana alokasi khusus. Dalam

    Rancangan APBN 2015, jumlah dana transfer Rp 630,9 triliun sehingga alokasi ideal dana

    desa Rp 63,09 triliun. Saat ini ada 72.944 desa di Indonesia sehingga setiap desa mendapat

    sekitar Rp 865 juta. Namun, APBN 2015 hanya mengalokasikan dana desa Rp 9,1 triliun atau

    0,01 persen dari total dana transfer. Artinya, setiap desa hanya bakal menerima Rp 124,75juta. Jumlah itu belum ditambah besaran alokasi dana desa (Kompas, 6/10/2014).

    Johan mengatakan, sebelum UU Desa disahkan, perangkat desa tak pernah mengelola

    anggaran dalam jumlah sangat besar. Karena itu, pengucuran dana desa berpotensi diwarnai

    berbagai masalah. Bisa saja pengelolaan dana desa itu nanti diwarnai kekeliruan, termasuk

    yang tak disengaja. Karena belum paham aturan soal dana desa, perangkat desa bisa saja

    salah dalam mengelola anggaran itu, katanya.

    Dia menambahkan, kekeliruan dalam pengelolaan dana desa juga bisa terjadi secara sengaja,

    yakni dengan menyalahgunakan anggaran. Modus korupsi anggaran yang bisa terjadi adalahmark upanggaran dalam suatu proyek dan membuat proyek fiktif.

    Sampai sekarang, kan, sistem pengawasan dana desa belum jelas. Kalau APBN, kan,ada

    berbagai lembaga yang mengawasi, tetapi kalau anggaran desa siapa yang akan mengawasi

    secara langsung? ujar Johan.

    Menurut Direktur Eksekutif ICT Watch Donny BU, pengawasan dana desa bisa dilakukan

    dengan teknologi informasi, termasuk media sosial. Namun, pengawasan itu terbentur

    kemungkinan kriminalisasi pengguna internet. Ada warga yang mengkritik kinerja kepala

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    19/72

    daerah lalu dilaporkan ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik. Itu bisa terjadi

    terkait pengawasan dana desa, katanya.(HRS)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    20/72

    Cegah Menteri Pelanggar HAM

    Rekomendasi Disarankan Juga Terkait Reputasi dalam Kasus Hak Asasi

    JAKARTA, KOMPASSejumlah pihak mencemaskan keberadaan beberapa nama

    calon menteri dalam kabinet Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diduga terlibat kasus

    pelanggaran hak asasi manusia. Publik menilai tokoh pelanggar HAM tidak pantas

    masuk kabinet.

    Komisioner Komisi Nasional HAM Otto Syamsuddin mengatakan khawatir akan masuknya

    sejumlah tokoh militer yang disebut terlibat kasus pelanggaran HAM dalam Kabinet

    Indonesia Hebat.

    Menurut Otto, keberadaan tokoh-tokoh tersebut bakal menghambat proses penegakan hukum,

    khususnya di bidang HAM. Tak hanya Komnas HAM, pesimisme itu juga diyakini

    menghinggapi pikiran para aktivis di bidang tersebut.

    Saya kira bukan saya saja, tetapi semua teman aktivis cenderung menjadi pesimistis

    terhadap kemungkinan penegakan hukum atas kasus pelanggaran HAM yang sudah selesai

    diberkas oleh Komnas HAM, ujar Otto saat dihubungi, Sabtu (25/10).

    Pihaknya, ujar Otto, tidak merekomendasikan dua nama tokoh militer yang disebut-sebut

    masuk kabinet JKW-JK, yakni Wiranto dan Ryamizard Ryacudu. Kalau seperti status yangdiberikan KPK, ya dari kami merah jambu. Tidak recommended(direkomendasikan). Untuk

    keduanya, kata Otto lagi.

    Hanya saja, Komnas HAM tak pernah dimintai pendapat mengenai rekam jejak semua calon

    menteri dalam kabinet JKW-JK. Padahal, Komnas HAM sebenarnya sudah memberikan

    masukan kepada tim JKW-JK ketika tim tersebut masih berada di rumah transisi.

    Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi memberikan tanda merah dan kuning bagi

    calon menteri yang berpotensi menjadi tersangka atau yang mungkin bermasalah dengan

    hukum pada masa mendatang.

    Menurut Otto, Wiranto diduga bertanggung jawab terhadap dugaan pelanggaran HAM pada

    masa Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh. Selain itu, di Komnas HAM, Wiranto terkait

    kasus Mei 1998 yang masih perlu dituntaskan dan kasus dugaan pelanggaran HAM di Timor

    Leste.

    Otto menambahkan, Komnas HAM memang belum melakukan penyelidikan mengenai

    dugaan pelanggaran HAM pada masa darurat militer di Aceh, khususnya terkait dengan

    Ryamizard yang pernah menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada 2003. Namun, Otto

    menegaskan, pihaknya berencana membuka kasus DOM di Aceh.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    21/72

    Ada rencana untuk membuka kasus itu. Namun, itu memang agak sulit karena masanya

    (masa DOM) memang panjang, dari 1989 hingga 2005, kata Otto.

    Buka konsep ke publik

    Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris

    Azhar menegaskan, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla seharusnya bisa

    membuka konsep kabinetnya ke masyarakat, bukan hanya menyatakan kerja dan kerja.

    Kebingungan itu saat ini sangat terlihat dan tersandera oleh negosiasi politik. Idealnya,

    Jokowi menegaskan ketaatannya pada hukum. Oleh karena itu, bukan hanya soal KPK dan

    korupsi, melainkan juga soal HAM, pajak, dan sebagainya. Kita patut menyesali, mengapa

    baru menjaring nama saat ini? Ke mana saja kerja Tim Transisi? ujar Haris.

    Padahal, kata Haris, ada waktu yang cukup sebelum presiden dan wakil presiden dilantikuntuk menyeleksi nama-nama menteri. Lebih parah lagi, ternyata ada nama-nama yang

    terkategori cacat dalam penegakan HAM di kabinet sehingga bisa dinilai tidak layak,

    dalam hal ini Wiranto dan Ryamizard.

    Kami mengusulkan agar Jokowi segera merevisi nama-nama bermasalah, seperti Wiranto

    dan Ryamizard. Kami juga meminta Komnas HAM merekomendasi nama yang tidak layak,

    selain dari KPK. Saya mengimbau agar nama-nama yang relatif layak masuk seperti Saldi

    Isra, Teten Masduki, dan Andrinof Chaniago menolak masuk kabinet jika masih ada nama-

    nama yang korup dan pelanggar HAM, kata Haris.

    Senada dengan Haris, Direktur Eksekutif Indo Strategi Andar Nubowo berharap Jokowi tegas

    dan konsisten menggunakan hak prerogatifnya sebagai pemegang kedaulatan rakyat serta

    sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Presiden sebaiknya memilih menteri yang

    bebas dari korupsi sekaligus tak terkait kejahatan atau pelanggaran HAM. Karena itu, selain

    catatan dari KPK serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, sebaiknya perlu

    dipertimbangkan juga masukan dari Komnas HAM.

    Dengan catatan-catatan tersebut, Jokowi punya argumen kuat untuk menolak calon-calon

    yang bermasalah karena terkait indikasi korupsi atau kejahatan pelanggaran HAM. Pada saatbersamaan, Presiden tetap perlu membangun silaturahim dan komunikasi politik, tetapi bukan

    transaksional, katanya.

    Ketua Presidium Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi, Muhammad Yamin, menambahkan,

    kabinet harus diisi tokoh-tokoh bersih, baik bersih dari korupsi maupun pelanggaran HAM.

    Bukan orang-orang oportunis dan mereka yang memainkan kepentingan mafia. Pernyataan

    itu diungkapkan Yamin dalam konferensi pers relawan Jokowi yang tergabung dalam

    Gerakan Rakyat 20 Oktober (Geruduk), Sabtu.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    22/72

    Jumpa pers bertema Kabinet Satu Suara Rakyat itu digelar di Jakarta. Selain Seknas

    Jokowi, hadir pula wakil dari Pro-Jokowi, Jokowi Advanced Social Media Volunteer

    (Jasmev), dan Posko Perjuangan Rakyat (Pospera).

    Dalam jumpa pers itu, sejumlah wajah petinggi TNI seperti Wiranto dan Ryamizard

    ditampilkan di layar lebar. Demikian pula sejumlah foto kekerasan yang dilakukan oleh

    tentara terhadap rakyat sipil.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    23/72

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    24/72

    dari hasil Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan serta Komisi Pemberantasan

    Korupsi, paparnya.

    Sementara itu, rencana pimpinan DPR yang hari Sabtu akan menemui Presiden Jokowi, untuk

    menyerahkan hasil pertimbangannya terkait perubahan nomenklatur kementerian, urung

    dilakukan.

    Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menjelaskan, DPR masih membahas pertimbangan

    yang akan diberikan kepada Presiden terkait penggabungan ataupun pemisahan sejumlah

    kementerian. Pertimbangan akan disampaikan pada Minggu siang di Istana.

    Menurut Taufik, penggabungan dan pemisahan kementerian punya keterkaitan sejumlah isu.

    Pemecahan dan penggabungan kementerian, misalnya, memengaruhi persoalan budgeting

    dan personalia birokrasi, termasuk penempatan posisi eselon I dan II, ujarnya.

    Penggabungan dan pemisahan kementerian akhirnya juga berkaitan dengan substansial atau

    bidang yang diurus oleh kementerian bersangkutan.

    Terkait dengan seleksi menteri, Sekretaris Fraksi Partai Hanura di DPR Saleh Husin juga

    dipanggil untuk bertemu Jokowi. Ia ditelepon Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto

    Kristiyanto. Pak Jokowi dan saya bicara soal usaha minuman selain menyinggung industri,

    ungkapnya. (ATO/HAR)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    25/72

    Sulitnya Cari Orang Bersih...

    Minggu (26/10) pukul 16.00, di Kompleks Istana, Presiden dan Wakil Presiden Joko Widododan M Jusuf Kalla berencana mengumumkan susunan kabinetnya. Pengumuman itu akan

    mengakhiri rasa penasaran dan sejumlah ketidakpastian masyarakat terhadap sejumlah nama

    yang sejak pelantikan 20 Oktober lalu disebut-sebut dan dipanggil bakal menjadi calon

    menteri.

    Jika setelah dilantik 10 tahun silam SBY-JK langsung mengumumkan kabinetnya tengah

    malamdemikian juga SBY-Boediono mengumumkan kabinetnya sehari setelah

    pelantikanJoko Widodo-Jusuf Kalla (JKW-JK) baru enam hari kemudian

    mengumumkannya. Tentu JKW-JK punya alasan sendiri. Toh, JKW-JK juga tak menyalahiUndang-Undang Kementerian Negara yang menetapkan waktu 14 hari sejak pelantikannya

    oleh MPR.

    Tak heran jika Koordinator Kontras Haris Azhar pernah meminta JKW-JK membuka konsep

    mereka memilih menteri agar tak tersandera negosiasi politik berbagai kepentingan, termasuk

    pelanggar HAM. Hal senada disampaikan Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis ICW

    Firdaus Ilyas yang khawatir proses seleksi dibajak oleh kepentingan mafia.

    Lalu, apa yang membuat JKW-JK lama menyusun kabinet? Dari proses yang selama ini

    terjadi, tampaknya tak mudah keduanya mencari orang bersih untuk bersama-samamendayung perahu ke tujuan jika orang tersebut tak hanya terindikasi korupsi, apalagi

    korupsi, tetapi juga tak bersih dari pelanggaran HAM, kepentingan partai politik, mafia

    hitam, dan pribadi pemburu rente.

    Dari 200-an nama yang disaring relawan sejak semula, diseleksi tinggal 60-an orang, dan

    terakhir tinggal 46 nama. Setelah pelantikan, baru kami saring Senin (20/10) sampai tengah

    malam jadi 43 nama. Itulah yang dikirim ke Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

    Keuangan (PPATK) serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tujuannya, kami cari

    orang bersih, meskipun harus bongkar pasang, ujar Kalla, Sabtu (25/10), kepadaKompas.

    Guru Besar UIN Azyumardi Azra berpendapat, langkah Jokowi-Kalla meminta masukan

    KPK dan PPATK merupakan langkah positif untuk mengecek integritas calon sebelum

    menjabat. Langkah itu bisa jadi modal membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan

    bersih, ujarnya.

    Ke depan, langkah itu memang bisa menjadi tradisi agar para menteri tak tersandung kasus,

    seperti Suryadharma Ali dan Jero Wacik serta Andi Mallarangeng meskipun mereka

    menandatangani pakta integritas di era SBY-Boediono.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    26/72

    Dari hasil klarifikasi PPATK dan KPK, dari 43 nama yang semula diusulkan JKW-JK,

    delapan nama diberi tanda merah dan kuning, yang artinya jangan dipilih karena

    terindikasi korupsi, kecuali bertanda hijau yang berarti bersih. Setelah itu, JKW-JK

    mengajukan lagi 24 nama untuk diklarifikasi. Hasilnya, beberapa nama masih terganjal

    indikasi korupsi.

    Sabtu malam, klarifikasi KPK dan PPATK juga masih ditunggu oleh JKW-JK. Tak mudah

    memang mencari orang bersih.... (WHY/OSA/HAR)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    27/72

    Kebinekaan Tangkal Radikalisme

    JAKARTA, KOMPASSolidaritas umat untuk kebinekaan penting guna menangkal ataumelawan paham radikal dan terorisme, termasuk Negara Islam di Irak dan Suriah. NIIS

    tergolong kelompok teroris dan memiliki ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, UUD

    1945, serta tidak mengakui keberagaman sehingga dapat mengancam Negara Kesatuan

    Republik Indonesia.

    Hal itu disampaikan Asisten Teritorial Panglima TNI Mayor Jenderal Ngakan Gede Sugiartha

    dalam Rapat Kerja III Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI), Sabtu (25/10),

    di Jakarta.

    ISIS (NIIS) bukan masalah agama, melainkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

    Upaya melawan ISIS yang mulai menanamkan pengaruh, termasuk di Indonesia, butuh

    solidaritas umat Islam untuk kebinekaan, kata Sugiartha.

    Indonesia, lanjut Sugiartha, menjadi target perkembangan NIIS karena mayoritas penduduk

    di Indonesia adalah Muslim, selain memang ada kelompok radikal di Indonesia. Beberapa

    orang Indonesia juga bergabung dengan NIIS. Jika kembali ke Indonesia, mereka berbahaya.

    Oleh karena itu, menurut Sugiartha, GAMKI sebagai organisasi kaum muda perlu

    meningkatkan kebersamaan demi bangsa, tanpa membedakan suku, agama, ras, danantargolongan (SARA).

    Sugiartha mengatakan, keikutsertaan elemen masyarakat penting untuk membantu menangani

    dan mencegah meluasnya kelompok radikal. Kelompok radikal dan terorisme sudah menjadi

    fenomena global dan kejahatan transnasional.

    Aparat TNI, ujar Sugiartha, memang memiliki tugas selain perang, termasuk penanggulangan

    terorisme. Namun, dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, ada klausul

    tambahan bahwa tugas TNI selain perang dapat dilakukan atas keputusan politik DPR. Jadi,

    kepala dilepas, ekor dipegang, katanya.

    Meskipun demikian, kata Sugiartha, jajaran TNI tetap melakukan berbagai upaya dan trik

    untuk mencegah terorisme dan paham radikal. Namun, ia tidak menyebutkan trik-trik yang

    dilakukan TNI.

    Secara terpisah, Ketua Umum GAMKI Michael Wattimena mengatakan, kelompok-

    kelompok radikal yang mendesak penutupan gereja-gereja dengan alasan tidak memiliki izin

    melemahkan soliditas kehidupan berbangsa.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    28/72

    Kalau itu menjadi ciri hidup berbangsa, bangsa (Indonesia) berjalan ke arah yang salah,

    bahkan menuju ambang perpecahan, kata Michael. (FER)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    29/72

    London di Awal Musim Gugur

    Angin berembus cukup kencang menggoyang pepohonan ketika menjelang senja di Hyde

    Park, London, Inggris, medio September lalu. Sinar jingga mentari menerpa gerombolan

    angsa yang berenang di kolam. Hyde Park, taman kota terbesar di London, juga ramai oleh

    beragam aktivitas warga dan wisatawan yang menikmati sisa kehangatan musim panas. Di

    salah satu sudut taman, sebuah panggung berdiri untuk persiapan konser musik. Saat cek

    suara pada sore itu, lagu berjudul September dari kelompok jazz legendaris Earth, Wind &

    Fire mengentak dan menggema ke penjuru taman.

    Seperti kebanyakan wilayah Eropa lainnya, saat memasuki September merupakan awal

    musim gugur di London. Meskipun masih ada sinar matahari, embusan angin dan perubahanmusim membuat hawa terasa sejuk sepanjang hari, dengan suhu rata-rata 10-20 derajat

    celsius. Aktivitas warga London pada awal musim gugur ini banyak digunakan untuk

    menikmati kehangatan matahari yang masih tersisa. Taman-taman kota selalu penuh

    menjelang senja. Dedaunan pohon maple di taman beterbangan tertiup angin hingga terkulai

    ke bumi.

    Sementara itu, di pusat perbelanjaan Oxford Street, hilir mudik pejalan kaki dan pesepeda

    meramaikan suasana persiapan gelaran London Fashion Week. Perpaduan arsitektur

    bangunan tua yang menjadi gerai serta butik-butikfashionmodern di kawasan itu

    meneguhkan London sebagai kota desain dan mode. Kafe dan bar di pusat kota juga ramai di

    kala senja. Para pekerja banyak menghabiskan waktu sepulang kerja untuk minum bir dan

    nongkrongmenikmati cuaca yang masih bersahabat.

    Musim gugur masih akan berlangsung hingga November, sebelum memasuki musim dingin.

    Pepohonan pun belum merontokkan semua daunnya. Cuaca sejuk dan hangat yang bersahabat

    menjadi teman perjalanan menikmati London.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    30/72

    Becermin pada Rimbang Baling

    Oleh: Ichwan Susanto

    RIMBANG Baling, suaka margasatwa di Riau, bagai benteng terakhir eksistensi

    harimau sumatera, kucing besar eksotis yang tersisa. Namun, hutan hujan tropis

    minoritas di bumi Lancang Kuning yang umumnya berlahan gambut itu terus

    digerogoti. Perambahan, pembakaran, penambangan batubara, hingga perburuan

    harimau kian melukai tubuh hutan.

    Jangan bayangkan berbagai ancaman itu hanya di pelosok hutan. Di pinggir jalan dari

    Kuantan Singingi, sekitar 15 menit dari batas suaka margasatwa, pekan lalu, bibit kelapa

    sawit siap ditanam. Para pekerja borongan menanamnya.

    Aktivitas itu merupakan pembuka dari perjalanan WWF Indonesia bersama Johny Lagawurin

    (BKSDA Riau) dan Marco Lambertini (Dirjen WWF Internasional). Masuk lebih dalam ke

    Rimbang Baling, kanan-kiri jalan ditumbuhi kelapa sawit berusia sekitar lima tahun.

    Melewati hutan tanaman industri (HTI) akasia dan eukaliptus, berdiri perusahaan bubur

    kertas yang tanpa pos penjaga. Rombongan dihadapkan pada lahan sisa terbakar. Pada

    hamparan lahan puluhan hektar itu tampak hijau daun akasia setinggi lutut menyeruak di

    antara arang batang-batang pokok dan ranting tanaman hutan.

    Bagaimana mungkin hal itu terjadi di kawasan konservasi yang dilindungi negara? Bukan

    hanya mungkin, melainkan juga mengejutkan. Suaka margasatwa seluas lebih dari 140.000

    hektar itu seperti tanpa penjagaan, pengawasan, apalagi patroli.

    Awalnya, kawasan konservasi Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang-Bukit Baling dijaga

    tiga polisi kehutanan (polhut) dari Brigade Beruang. Namun, beberapa waktu lalu, satu di

    antara mereka melanjutkan studi, sedangkan dua petugas lainnya sering ditarik ke Pekanbaru,

    markas BKSDA Riau.

    Kami masih sangat kekurangan personel, kata Johny Lagawurin, Kepala Bidang Wilayah IRengat BKSDA Riau. Total 300 polhut Kementerian Kehutanan (Kemenhut) di Riau

    (Statistik Kehutanan 2013) harus melindungi 16 kawasan konservasi di Riau dan Kepulauan

    Riau.

    Berdasarkan data Kemenhut, sekitar 10.000 polhut menjaga 130 juta kawasan hutan. Artinya,

    setiap polisi hutan menjaga 13.000 hektar hutan. Mustahil.

    SM Rimbang Baling dengan luas hampir dua kali Singapura merupakan habitat harimau

    sumatera, macan dahan, kucing batu, kucing emas, dan kucing congkok, bunga bangkai

    rafflesia merah putih (Rafflesia hasseltii), dan kambing hutan sumatera (Capricornis

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    31/72

    sumatrensis sumatrensis) yang keberadaaannya di Taman Nasional (TN) Bukit Barisan

    Selatan tak ditemukan lagi. Bagi harimau sumatera, Rimbang Baling adalah area kritis-

    strategis yang juga lalu lintas utara-selatan di Bukit Barisan.

    Pada 1980-an, hutan Rimbang Baling pernah terhubung dengan TN Bukit Tiga Puluh dan TN

    Tesso Nilo. Kini, koridor kawasan konservasi itu dicaplok perkebunan sawit.

    Di tengah kondisi itu, keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), indikator

    kunci kesehatan ekosistem hutan Riau, jumlahnya terus merosot. Pada 1970-an, ada sekitar

    1.000 harimau sumatera di Riau, kini sekitar 60 ekor.

    Di Sumatera, jumlah harimau sumatera diprediksi 200-300 ekor. Di Rimbang Baling, jumlah

    satwa terancam punah oleh Badan Konservasi Dunia (IUCN) itu sekitar 15 ekor.

    Spesialis pemantauan harimau pada WWF Indonesia Sunarto menjelaskan, hutan RimbangBaling merupakan pertemuan ekosistem hutan di Sumatera bagian utara dan selatan.

    Ekosistemnya cukup unik, menjadi pertemuan antara dataran rendah dan dataran tinggi.

    Intinya (wilayah) ini paling kaya (keanekaragaman hayati), ujarnya. Dataran rendah

    Rimbang Baling, yang berbatasan dengan Sumatera Barat, pernah menjadi habitat gajah

    sumatera yang dipindahkan untuk mengamankan proyek pembangkit listrik.

    Ancaman dan peluang

    Kondisi Bukit Rimbang Bukit Baling belum separah TN Tesso Nilo yang lebih dari separuhluasnya berupa kebun sawit. Namun, ekstensivikasi perkebunan, pertambangan, dan

    perburuan liar meningkat di kawasan konservasi itu.

    Sunarto mengatakan, ancaman ekspansi petambangan dan perkebunan terjadi dengan skala

    besar dan masif di sisi timur. Di sisi ini ada ekspansi sawit dan HTI akasia, serta

    pertambangan batubara dan emas, ujarnya.

    Di sisi utara kawasan suaka margasatwa, banyak ekspansi perkebunan kelapa sawit dan karet

    rakyat berskala kecil. Akses jalan perkebunan, HTI, dan pertambangan merupakan jalur

    pemburu memasang jerat harimau.

    Selain jadi ancaman, keberadaan HTI perusahaan dan perkebunan di sekeliling Rimbang

    Baling dinilai bisa menjadi kekuatan untuk melindungi harimau. Caranya adalah mewajibkan

    perusahaan menjaga kawasan hutannya. Hal itu dilakukan dengan menempatkan penjaga dan

    pos penjagaan yang membatasi perambah dan pemburu harimau memanfaatkan jalan akses

    perusahaan.

    Perusahaan juga bisa menjadikan sebagian HTI sebagai koridor penghubung Rimbang Baling

    dengan kawasan konservasi lain di sekelilingnya. Berdasarkan temuan WWF Indonesiabersama mitranya, harimau melintasi kebun sawit dan HTI yang ditumbuhi belukar.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    32/72

    Koridor itu menjadi jalur lalu lalang harimau sekaligus menghindarkan perkawinan sedarah

    yang merusak mutu keturunan.

    Ancaman bagi harimau di Riau jelas nyata. Senyata melintasi tepian Rimbang Baling.

    Namun, bukan berarti tiada harapan perbaikan. Mulailah sekarang.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    33/72

    Mei di Tegalparang...

    TANGGAL 12 Mei 2014, siang itu, markas Wahana Lingkungan Hidup Indonesia di JalanTegalparang, Jakarta Selatan, disambangi Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Joko Widodo.

    Secara khusus, Jokowi, yang masih calon presiden, berbincang dan banyak mendengar

    perspektif Walhi atas persoalan-persoalan lingkungan termutakhir. Pertemuan berlangsung

    tertutup.

    Seusai pertemuan, Direktur Eksekutif Walhi Abetnego Tarigan menyatakan, pihaknya

    meminta isu lingkungan hidup diperkuat jika Jokowi terpillih sebagai presiden. Bayangannya,

    Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) punya kewenangan kuat, sumber daya cukup, dan

    kemampuan mencegah kerusakan lingkungan, menegakkan hukum, dan memberdayakan

    masyarakat.

    Hingga Oktober 2014, keyakinan aktivis bahwa isu lingkungan akan memperoleh perhatian

    lebih menjadi kuat. Jokowi, yang mengutus Wakil Ketua Tim Transisi Anies Baswedan pada

    Konferensi Nasional Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang diadakan Walhi, 14

    Oktober 2014, menyatakan, berkomitmen memperkuat kelembagaan lingkungan hidup secara

    mendasar dalam pemerintahan yang akan datang.

    Namun, kebijakan kini, setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden RI ke-7 dinilai mengejutkan.

    KLH akan dilebur dengan Kementerian Kehutanan (Kemenhut). Terlepas siapa yang akanmemimpin kementerian itu, muncul pesimisme komitmen memperkuat lembaga kementerian

    lingkungan hidup.

    Peleburan kedua kementerian itu dinilai tak mencerminkan penguatan isu lingkungan hidup.

    Justru tertangkap kesan mereduksi peran dan fungsi KLH hanya terkonsentrasi pada wilayah

    hutan.

    Padahal, soal lingkungan hidup jauh lebih luas. Ada perencanaan tata ruang, kajian

    lingkungan hidup strategis, penerbitan izin lingkungan, pencemaran industri, perubahan

    iklim, hingga pangan transgenik. Itu belum semuanya.

    Dalam tataran institusional, KLH itu semangatnya konservasi, sedangkan kehutanan

    memberi kesempatan pemanfaatan kawasan hutan. Jelas bertabrakan pada tataran

    institusional dan fungsional jika disatukan, kata Deni Bram, pengajar hukum lingkungan

    Universitas Tarumanagara, Jakarta, akhir pekan lalu.

    Secara teknis dan penerapannya, penggabungan seluruh tugas dan fungsi Kemenhut ke dalam

    KLH dinilai sebagai kebijakan berisiko. Kementerian baru perlu waktu lama beradaptasi

    menata ulang, retrukturisasi organisasi, serta memadukan 17.000 karyawan Kemenhut dan1.200 karyawan KLH.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    34/72

    Penataan ulang struktur 5 direktorat jenderal, 2 badan, 5 pusat, 5 biro di bawah sekretariat

    jenderal, dan 5 inspektorat di bawah inspektorat jenderal, serta 19 direktorat, 44 balai, dan

    ratusan UPT lainnya di Kemenhut dengan 7 kedeputian dan 6 pusat pengelolaan ekoregional

    di KLH jelas bukan pekerjaan mudah. Risikonya, kinerja kementerian akan lambat dengan

    postur sangat gemuk. Itu jauh berbeda dengan semboyan Jokowi, yakni bekerja, bekerja, danbekerja.

    Satu-satunya jejak mengapa dua kementerian itu dilebur mungkin terendus dari fokus

    Jokowi saat pertemuan kala itu. Persoalan konflik lahan hutan (tenurial) menjadi topik yang

    ia sorot. Konflik yang terkaitsumber daya alam dan agraria ini banyak sekali dan harus

    diselesaikan, katanya ketika itu (Kompas, 13/5). (ICH)

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    35/72

    Gebyar-gebyar Arkarna

    Oleh: Mohammad Hilmi Faiq

    ARKARNA, kelompok musik asal Inggris itu, ikut tampil dalam Syukuran Rakyat

    Konser Salam Tiga Jari di Monumen Nasional, Jakarta, Senin (20/10). Kami datang

    bukan untuk uang, melainkan untuk sesuatu yang jauh lebih besar. Ini detik-detik

    bersejarah bagi Indonesia dan kami perlu hadir di sini, kata Arkarna.

    Ollie Jacobs, vokalis Arkarna, mengerti benar psikologi penonton konser Salam Tiga Jari.

    Setelah menyanyikan lagu Life is Free, sebagai penutup konser Ollie membawakan

    sepotong lagu Gebyar-gebyar milik Gombloh. Menyatulah rakyat dalam satu kor massal,

    Indonesia merah darahku, putih tulangku. Bersatu dalam semangatmu.

    Kompasberbincang-bincang dengan awak Arkarna, Matt Hart dan Ollie Jacobs, Sabtu

    (25/10) siang, di Jakarta. Mereka menuturkan kesannya tentang Konser Salam Tiga Jari dan

    atmosfer warga yang begitu meluap-luap gembira menikmati konser syukuran untuk hadirnya

    presiden baru negeri ini.

    Kami sangat suka Jokowi. Dia ini model orang yang dapat mengubah Indonesia, kata

    gitaris Arkarna, Matt Hart, didampingi vokalis Ollie Jacobs.

    Negara mana pun, kata Ollie, akan beruntung dipimpin orang seperti dia. Bagi merekaberdua, Jokowi merupakan sosok yang begitu ramah dan dapat menerima semua keluhan

    orang. Dia meluangkan waktu untuk melihat langsung kondisi masyarakat.

    Dia juga bersedia naik panggung bersama kami. Kami mengamati dan berpikir ternyata ada

    orang seperti Jokowi. Ini luar biasa. Indonesia mempunyai masa depan yang bagus bersama

    Jokowi, kata Ollie.

    Waktu menjadi gubernur, Jokowi sempat naik panggung bersama Arkarna dalam Arkarna

    Party Tour 2013 di Jakarta. Inilah antara lain yang mendorong Arkarna bersedia datang

    jauh-jauh dari Inggris dan tampil secara gratis di Konser Salam Tiga Jari di Monas. Begitumendapat konfirmasi dapat tampil di panggung Salam Tiga Jari, Matt dan Ollie langsung

    menyiapkan diri terbang ke Jakarta. Sabtu (18/10) sore mereka tiba, Minggu malam cek tata

    suara (check sound) dan Senin malam tampil menghibur rakyat.

    Aspirasi politik

    Meskipun Ollie tak tuntas menyanyikan lagu Gebyar-gebyar, potongan lagu itu

    menghangatkan suasana. Ollie begitu fasih melafalkan potongan lirik itu. Tepuk tangan

    membahana. Malam itu, Arkarna menyudahi tampilannya setelah lagu So Little Time, lagu

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    36/72

    yang memopulerkan Arkarna. Lagu ini cukup familiar di Indonesia sehingga tak sedikit yang

    turut bernyanyi malam itu.

    Ollie menjelaskan, ide menyanyikan lagu Gebyar-gebyar lahir dari pemikiran bahwa

    Arkarna ingin memberi sesuatu yang lebih dari sekadar terima kasih atau halo kepada

    rakyat Indonesia. Dia lalu bertanya dan dikasih tahu beberapa lagu oleh temannya di Jakarta.

    Ketika mendengar lagu Gebyar-gebyar, Ollie menilai ini seperti lagu kebangsaan. Lagu

    Gebyar-gebyar dinilai Arkarna akan dapat meningkatkan semangat, dan mereka memilih

    lagu yang dipopulerkan Gombloh, penciptanya sendiri.

    Sekitar dua hari Ollie menghafalkan lirik itu, terutama pelafalannya. Ternyata dahsyat.

    Penonton begitu antusias menyanyikannya. Dia merasa itu salah satu momentum yang

    membahagiakan dalam hidupnya sebagai anak band.

    Ketika menyanyikan lagu itu, Ollie sempat menoleh ke Matt untuk kasih kode apakah sudahbagus pelafalan. Lalu terdengar penonton teriak, Bagus banget nyanyinyaaa....!

    Ollie terperangah ketika mengetahui konser itu dihadiri 150.000 orang dan mereka bernyanyi

    bersama lagu patriotik itu. Kami seperti menyatu dengan penonton saat itu, kata Ollie.

    Ollie dan Matt atas nama Arkarna berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang

    memberi kesempatan mereka bernyanyi di atas panggung bersejarah itu. Mereka juga

    meminta maaf karena tidak dapat menyanyikan lagu Gebyar-gebyar hingga usai lantaran

    keterbatasan waktu. Mereka diberi waktu 15 menit di atas panggung.

    Melihat antusiasme penonton yang begitu besar di Monas, Matt dan Ollie sepakat bahwa

    musik menjadi medium yang efektif untuk mencurahkan aspirasi politik. Mereka melihat

    pemimpin dan rakyat terhubung secara kuat dalam pentas musik seperti dalam Konser Salam

    Tiga Jari. Ini satu bukti bahwa ketika aspirasi politik tersendat, musik menjembataninya tanpa

    pembatas birokrasi.

    Naik bajaj

    Matt dan Ollie berada di Jakarta hingga Minggu (26/10). Selama di Jakarta, jadwal mereka

    lumayan padat, terutama memenuhi undangan wawancara sejumlah media. Yang

    menjengkelkan bagi mereka adalah kemacetan Jakarta. Namun, mereka punya cara untuk

    mengatasinya. Salah satunya dengan menyewa bajaj. Saya rasa kemacetan Jakarta ini sangat

    parah, tetapi bajaj bisa membantu kami, hehe, kata Matt.

    Mereka juga berwisata kuliner khas Indonesia. Ollie sangat terkesan dengan bebek goreng,

    sate ayam, dan nasi goreng. Rasanya enak sekali dan tidakbegitu pedas karena saya tidak

    suka pedas, ujarnya.

    Adapun Matt tak dapat melupakan kelezatan mi goreng. Di negaranya, Inggris, Mattbeberapa kali makan mi. Tetapi baginya, rasa mi di Inggris cenderung tawar dan artifisial.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    37/72

    Begitu mencicipi mi goreng di Jakarta, Matt jatuh cinta dengan aroma, rasa, dan bentuknya.

    Mi goreng yang sedap dan berempah itu membuatnya makin suka Indonesia.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    38/72

    Kucing Kampung, Tidak Kampungan

    Oleh: Lasti Kurnia

    INI kucing Russian Blue, ya? British Shorthair? Ini kucing kampung? Begitulah

    berulang kali pertanyaan dilontarkan terhadap Xander yang meringkuk manja di

    lengan Evita Effendi. Bolak-balik Evita meyakinkan bahwa kucingnya yang berwarna

    abu-abu itu adalah kucing lokal tulen alias kucing kampung.

    Xander memang terlihat gagah menggemaskan. Berbulu abu-abu dengan warna putih pada

    bagian leher bawah hingga perut, kucing itu sepintas memang mirip ras Russian Blue dan

    British Shorthair yang berbulu pendek dan mendunia dengan warna khas abu-abu.

    Tak hanya Xander, status kampung kucing lokal lain bernama Zsa Zsa milik Sandy

    Darmowinoto juga sering diragukan. Zsa Zsa berwarna belang tiga, yaitu kuning, coklat, dan

    putih. Jelas-jelas bulunya pendek, tapi ada saja yang bertanya apakah dia ras Anggora, kata

    Sandy.

    Xander dan Zsa Zsa adalah sejumlah kucing kampung yang ikut dalam kampanye Cats on

    Street di area hari tanpa kendaraan bermotor di Jakarta, September lalu. Sekitar 30 kucing

    kampung yang tergabung dalam sejumlah komunitas peduli satwa dan dikoordinasi oleh

    Cats United unjuk diri sambil berolahraga bersama para pemiliknya.

    Kami mau menunjukkan bahwa kucing kampung itu bukan hama. Kucing kampung jika

    dirawat dengan baik tidak kalah cakep dibandingkan kucing ras luar, ungkap Diah Ayu

    Sekararum, salah satu anggota panitia dari Cats United.

    Selain tidak kalah ganteng, kucing kampung dengan segala keunikannya bahkan bisa menjadi

    selebritas kucing. Begitulah pengalaman Diah dengan kucingnya yang bernama Pacoh Ade.

    Kucing kampung berwarna hitam-putih dengan tompel atau bulu warna hitam di sekitar

    matanya itu eksis di dunia maya.

    Pacoh Ade mempunyai akun Facebook dengan 3.720 pengikut dan Twitter dengan 295pengikut. Dan dua buku, yaituPacoh: Ketika Kucing BicaradanPacoh and Friends.

    Keduanya terbit tahun 2013, ujar Diah bangga.

    Pacoh tidak tenar sendirian. Dung Dung, kucing lain selain Zsa Zsa yang dimiliki Sandy

    Darmowinoto, bahkan lebih berkibar di dunia maya. Dung Dung punya 4.996 pengikut pada

    akun Facebook. Dan, pada masa kehebohan pemilu presiden Juli lalu, Dung Dung didaulat

    memegang piala sebagai presiden kucing di komunitas pencinta kucing lokal di dunia maya.

    Tidak kampungan

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    39/72

    Pacoh, Dung Dung, Xander, dan Zsa Zsa adalah bukti bahwa kucing lokal boleh saja dibilang

    kampung, namun penampilan dan prestasinya tidak harus kampungan. Para pencinta

    kucing kampung ini ingin mengangkat harkat kucing lokal yang sering dianggap sebelah

    mata, kerap dianiaya di jalan, dan seakan harus disingkirkan layaknya hama.

    Sedih mengingat mereka di jalan kerap disiksa, disiram air, atau ditendang. Bahkan lebih

    parah lagi, kami pernah menolong kucing yang kakinya lumpuh karena karet yang melilit di

    kaki dan tak dapat dilepaskan oleh si kucing, kata Thrynsi Adisty, penyayang kucing.

    Adisty memelihara 19 kucing lokal, sebagian besar kucing dewasa yang diselamatkan dari

    jalan atau anak kucing yang dibuang orang. Ia merawat kemudian mencarikan orang yang

    mau mengadopsi kucing sebagai hewan peliharaan di rumah.

    Orang bilang kucing kampung itu bau, bulunya jelek, bulukan, dan kotor. Tapi, pada intinya

    tidak peduli apakah itu kucing ras luar atau lokal jika diberi makan yang baik dan sehat,dimandikan, dan dirawat pasti akan cantik, lanjut Adisty.

    Lalu bagaimana dengan anggapan bahwa kucing kampung bertabiat buruk, seperti sering

    mencuri makanan? Menurut para pencinta kucing ini, ras kucing apa pun, baik lokal maupun

    luar, sama saja. Kucing di jalanan karena tak ada yang memberi makan dan lapar akan

    mengambil makan yang terlihat di depan mata. Tidak ada konsep mencuri dalam alam

    berpikir kucing.

    Perbedaan memelihara kucing lokal dan ras luar, menurut para pencinta kucing ini, hampir

    tidak ada. Namun, mereka rata-rata berpendapat, kucing lokal cenderung lebih gesit dan

    atletis. Seperti pengalaman Kinanti, pemilik kucing lokal bernama Kincess Cess. Kincess itu

    bisa lompat tembok setinggi 3 meter dengan sekali lompat, tanpa panjatan, ujar Kinanti.

    Para pemilik kucing lokal ini memperlakukan kucingnya seperti anggota keluarga. Tinggal di

    dalam rumah, bebas bermain, dan tidak dikurung di kandang. Baik jantan maupun betina

    bebas bermain bersama karena semua telah disteril. Kucing yang telah disteril akan lebih

    gemuk dan betah di rumah, juga tidak pipis (spraying) sembarangan. Steril sangat penting

    karena jumlah kucing lokal di jalan sudah berlebihan. Karena overpopulasi ini, orang tidak

    menghargai kucing kampung, kata Sandy prihatin.

    Tentang tidak dihargainya kucing kampung, Milza Soekamto, pencinta kucing lokal, menjajal

    cara yang bisa dibilang cukup ekstrem. Milza mengadopsi dua kucing yang bagi kebanyakan

    orang dianggap tidak layak untuk diadopsi. Kedua kucing itu bernama Kuro dan Gus Nur.

    Kuro dulu berkeliaran di sebuah permukiman dan hendak disingkirkan warga karena

    penampilannya sungguh tak sedap dipandang mata. Saat itu, tubuhnya penuh luka dan hampir

    tak berbulu karena mengidap skabies, penyakit kulit akibat serangan tungau di bawah

    permukaan kulit. Sementara itu, Gus Nur adalah kucing yang buta sejak lahir karena serangan

    virus.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    40/72

    Pada ajang Cats on Street, Milza membawa foto masa lalu Kuro dan Gus Nur sebagai bukti.

    Keduanya kemudian menjadi bintang pada acara tersebut. Banyak yang tidak percaya melihat

    perubahan keduanya. Sebuah bukti bahwa kucing kampung pun bisa tampil gagah dan cantik.

    Meooong...!

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    41/72

    UDARASA

    Politik Berlebihan

    Oleh: Garin Nugroho

    PEMERINTAHAN yang baik, jika politik tidak segalanya, bekerja dengan diam serta tidak

    riuh, namun kebijakannya menghasilkan riuh-rendah kebangkitan beragam profesi

    masyarakat dalam dinamika yang semakin kompetitif. Catatan sederhana ini dilontarkan

    politikus senior yang bersahaja dalam sebuah diskusi terbatas tentang produktivitas dan

    politik.

    Catatan tadi mendorong saya membuka catatan harian yang menunjukkan bahwa era serba

    politik pasca reformasi justru berbanding terbalik dengan produktivitas kompetitif bangsa.

    Dengan kata lain, meski biaya politik yang ditanggung rakyat sangat mahal dan melelahkan

    (lebih 500 pilkada, tiap empat hari menjalankan satu pilkada), namun politik Indonesia sering

    disebut demokrasi bincang-bincang alias tontonan bukan kerja.

    Simaklah, di tengah era serba berita politik, terjadi impor lebih 39 hasil bumi populer (cabai,

    garam, beras, dan lain-lain); pendapatan negara lebih berbasis pada pajak dan ekspor bahan

    mentah yang sudah dilakukan sejak zaman VOC; Indonesia sebagai target pasar dunia dengan

    produktivitas hanya sekitar 10 persen; investasi terus naik tapi perluasan tenaga kerja

    menurun; semakin rendahnya kompetisi pendidikan dan olahraga dibanding dengan negara

    ASEAN; tenaga kerja yang mayoritas setingkat sekolah dasar; menipisnya sumber daya alam

    dan belum tergantikan; serta infrastruktur yang lemah bahkan di sektor pelabuhan kalah

    peringkat dengan Kamboja.

    Data di atas, mengingatkan kumpulan tulisanKompasdi buku Sby Opera Sabun, kumpulan

    tulisan pemilu pertama pasca reformasi, menekankan satu ciri khas yang terkandung dalam

    karakter masyarakat melodramatis di era teknokapitalis, yakni politik serba berlebihan, baikberlebihan harapan hingga berlebihan kemasan.

    Maka, simaklah kasus sepak bola yang bisa menjadi cermin di berbagai aspek kehidupan

    termasuk politik. Sungguh serba berlebihan harapan, ketika klub Indonesia berharap menjadi

    pemenang melawan klub liga utama Eropa, baik Chelsea maupun Manchester United ketika

    berkunjung ke Indonesia, meski klub Indonesia tersebut juara tingkat ASEAN pun tidaklah

    mampu. Bahkan kedatangan klub elite Eropa ini dinarasikan sebagai ketertarikan sepak bola

    dunia pada dinamika sepak bola Indonesia. Padahal sungguh jelas, kedatangan klub sepak

    bola dunia hingga beragam tokoh korporasi dan teknologi dunia ke Indonesia tidaklah

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    42/72

    terlepas dari jumlah penduduk Indonesia sebagai pasar besar dari beragam industri dunia

    yang sangat konsumtif.

    Politik serba berlebihan di atas, memang, di satu sisi membangun semangat partisipasi warga

    yang luar biasa di berbagai aspek kehidupan berbangsa, simak siaran langsung yang meliput

    parafans sepak bola hingga pemilu atau juga berkerumunnya massa ketika terjadi

    kecelakaan. Namun tak dimungkiri, karakter serba berlebihan mengurangi sifat kritis

    terhadap data dan fakta kualitas pertumbuhan yang sesungguhnya. Simaklah, di tengah riuh-

    rendah sepak bola dan politik, terjadi rendahnya kultur kaderisasi baik dalam sepak bola

    hingga partai politik.

    Riuh-rendah politik berlebihan yang berbasis politik massa dari pemilu langsung ini

    mendorong segala-galanya menuju kebijakan politik populer yang kasat mata serta atas nama

    rakyat. Simaklah, beragam karnaval yang mewabah di sudut-sudut Indonesia, termasuk

    karnaval wayang dan lain-lain. Namun kenyataannya, yang esensial serta tidak menarikmassa, meski menjadi muara kualitas serba massa, kehilangan daya hidup. Sebutlah, para

    pengukir wayang yang mumpuni bisa dihitung jari, atau simak peminat pedalangan di

    sekolah kesenian hanya satu hingga empat orang. Sebut juga, sangat sulitnya daya hidup seni

    pertunjukan yang serius serta tidak massa.

    Riuh-rendah politik berlebihan menjadi semakin menjamur dalam era media sosial dan

    televisi yang berbasis jurus teknokapitalis, yakni serba mengelola pameran perhatian tiap

    detik. Bisa diduga, hiper-realitas sebagai dasar tumbuh masyarakat melodramatis semakin

    menjadi ciri kehidupan komunikasi publik sehari-hari. Atau, bahasa populernya gejala serba

    lebaymenjadi ciri komunikasi publik.

    Bisa diduga, tokoh politik yang mampu mengelola narasi-narasi lewat media sosial hingga

    televisi akan sukses dan menjadi mitos. Dilemanya, menjadi ironis, sering kali terjadi produk

    kerja dengan pencapaian kecil namun lewat narasi media sosial menjadi mitos kerja besar. Di

    sisi lain, era teknokapitalis baru menjadikan media sosial dan televisi menjadi media

    pengadilan jalanan yang bertumbuh sangat hitam putih, kejam, vulgar namun sekaligus

    profan serta sangat demokratis dalam penyebaran kepemimpinan demokrasi baru.

    Pada gilirannya, politik serba berlebihan di era teknokapitalis baru menjadi sangat paradoks.Di satu sisi, lahirnya dunia serba berlebihan harapan penuh partisipasi, di sisi lain menjadikan

    politik layaknya dunia maya itu sendiri, serba terbuka dan campur aduk berlebihan,

    menjadikan kaburnya data dan fakta kualitas hidup berbangsa.

    Oleh karena itu, saatnya mengatakan: stop politik berlebihan.

    Saatnya Presiden Jokowi mengajak rakyat melihat kenyataan-kenyataan ekonomi dan sosial

    serta politik negeri ini lewat kerja, hanya dengan cara ini kebangkitan yang sesungguhnya

    akan terjadi.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    43/72

    Catatan Minggu

    Pamflet Zaman Bergerak

    Oleh: Bre Redana

    Di tengah hiruk-pikuk Jalan Thamrin waktu itu seseorang berbisik melihat penampakan

    makhluk berbusana kerajaan dan para prajuritnya mengawal presiden dan wakil presiden baru

    kita. Silakan hendak percaya atau tidak, tapi ilusi yang barangkali didasari ide tentang

    milenarisme, mesianisme, Ratu Adil, selalu timbul di zaman yang dirasakan orang sebagai

    zaman baru seperti sekarang. Meminjam istilah Takashi Shiraishi, inilah zaman lahirnyakesadaran baru, an age in motion, zaman bergerak.

    Ia menggantikan periode sebelumnya, berupa zaman yang dipenuhi sampah kata-kata. Begitu

    dominannya kata-kata, janji, pemolesan diri, sampai masyarakat menjadi tidak menemukan

    dimensi lain kehidupan, kecuali sesuatu yang berbau artifisial alias lamis. Lahirlah kemudian

    istilah pencitraan. Kepercayaan hilang. Kewibawaan luntur. Begitu skeptisnya masyarakat,

    sampai apa saja kala itu dicap sebagai pencitraan.

    Ibarat tubuh, ketika itu tubuh berhenti bergerak. Yang aktif hanya kata-kata, gombal

    motivasi, rame ing lambe sepi ing gawe(ramai di bibir sepi di aksi. Adanya cuma pamrih).

    Manifestasi paling konkret dari kondisi itu adalah kepalsuan dan kebohongan. Saya ingin

    mengubur jejak pemimpin yang suka berbohong dari memori saya.

    Meledaknya pesta rakyat di mana-mana sekarang adalah wujud inisiasi, tirakat, ruwatan, dari

    masyarakat yang sejatinya masih terikat dengan alam, dengan gunung-gunung, lembah,

    sungai, laut, samudra.

    Di Barat, tradisi politik berakar pada rasionalisme. Politikterutama sejak Zaman

    Pencerahan atau Enlightenmentmerupakan politics of reason. Rasionalitas dan ilmupengetahuan menjadi dasar segala-galanya. Instansi paling tinggi untuk menjaga itu semua

    adalah law and order.

    Yang terjadi di sini,politics of reasonkusut. Para wakil rakyat bukanlah figur pencerah,

    melainkan kumpulan para badut.Law and orderdiacak-acak oleh mereka yang punya kuasa.

    Kusutnya nalar serta hukum dan aturan membuat banyak orang mual setiap kali nonton

    televisi.

    Masyarakat teralienasi dalam dinamika politik modern yang tercerabut dari akal sehat. Ke

    mana sebenarnya kami hendak menuju? Hanya saja, seedan-edannya zaman edan, sebenarnya

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    44/72

    tetap saja tersimpan kerinduan terhadap sesuatu yang hakiki, terhadap etika dan moral, serta

    ritual. Ini ada hubungannya dengansangkan paran.

    Keseimbangan hidup bisa didapat kembali lewat ritual. Hasrat kemudian menemukan

    jalannya sendiri. Kita melihat, misalnya dengan terselenggaranya Konser Salam Tiga Jari,

    yang merupakan salah satu penanda penting semangat zaman baru ini.

    Semuanya berjalan spontan, digerakkan oleh spirit masyarakat yang ingin berubah. Yang

    menggerakkan masyarakat adalah spirit, bukan uang, bukan bayaran, disuruh berjajar di

    pinggir jalan, dikasih seragam dan mengucapkan terima kasih.

    Spirit menggerakkan badan. Cuaca panas puncak kemarau tak dirasakan oleh orang-orang

    yang berjubel di Jalan Thamrin. Orang menyambutsolidarity makerbaru Indonesia.

    Ritual adalah aspek kebudayaan. Pada nilai-nilai kebudayaan yang membentuk kita semuaitulah sekarang kita semua hendak kembali. Salah satunya adalah nilai bebrayatan. Kita

    semua adalah brayat, saudara,sanak kadang.

    Kecenderungan presiden baru melanggar protokoler, mengabaikan standar pengamanan

    dengan langsung mendatangi dan menyapa masyarakat, kemungkinan karena pengertian di

    benak, bahwa kita semua adalah brayat. Pengertian orang lain sebagai brayatdansanak

    kadang ini jelas berbeda dari pandangan militer, yang melihat orang lain sebagai ancaman.

    Kami belajar bukan dari Nietzsche, Bung, melainkan Ki Ageng Suryomentaram.

    Kerja, kerja, kerja, dalam olah kanuragan berarti menyelaraskan pikiran dengan tubuh.

    Pikiran yang tidak selaras menghasilkan melankolisme, istilah sekarang: galau. Hasilnya

    kebimbangan, keraguan, dan lagu-lagu tidak untuk dikenang.

    Sekarang zaman bergerak, bukan saatnya galau.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    45/72

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    46/72

    Akan tiba saatnya nak, akan tiba..., hanya itu jawaban ibu. Pada hari berbeda ibu pernah

    menjelaskan padaku bahwa jika saat itu tiba, bukan hanya aku yang akan mengurus Datu.

    Kata ibu, kalau aku sudah berkeluarga, anakku nanti akan menggantikan aku mengurus Datu

    apabila aku sudah tiada.

    Namun belum lagi aku menikah, kondisi Datu memburuk. Tangan dan kakinya yang telah

    lumpuh mulai bernanah. Kulit tubuhnya mengelupas seperti ular berganti kulit. Ibu tak lagi

    memandikan Datu karena jangankan digosok, dipegang saja daging tubuh Datu akan lengket

    dan luluh. Bau busuk pun mulai menyebar ke seluruh ruangan.

    Rupanya rasa kemanusiaan ibuku dikalahkan perasaan emosi akan warisan busuk yang

    ditinggalkan suaminya. Ibu segukukan dalam dekapanku setelah menyebut Datuku iblis. Aku

    tahu ibu mulai kelelahan dan jenuh melakoni ini semua. Saatnya sekarang giliranku

    membaktikan diri kepada ibu. Mulai sekarang aku yang akan mengurus Datu bu,janjiku

    kepada ibu.

    Setelah kejadian itu aku langsung ke pasar membeli satu sak semen. Hari itu juga tubuh Datu

    yang telah membusuk kulumuri dengan semen. Wajah Datu terlihat tidak senang. Namun ia

    tak berdaya untuk mencegahnya. Supaya bau busuk tubuhpiyantidak tercium, kataku

    sambil mengolesi semen di tangannya. Jadi ulunbisa memberi makanpiyandengan

    leluasa.Dari ujung kaki sampai leher tak kusisakan sedikit pun. Sejak itu, aku tiap hari

    keluar masuk kubus tripleks itu.

    Tubuh ringkih itu hanya bisa meringkuk tak berdaya di sudut ruangan. Lengannya yang kurus

    mendekap erat anak bungsu dan isterinya yang tersedu. Di antara mereka bertiga, hanya

    lelaki kurus itu tak menangis. Bukan karena tak ingin menangis, tapi karena kesedihan yang

    telah melampaui batas yang membuatnya tak lagi mengeluarkan air mata.

    Ia memang pernah mendengar bahwa tentara Jepang akan mengambil pemuda-pemuda

    tanggung untuk mereka latih kemiliteran. Kabarnya pemuda-pemuda pribumi itu akan

    dikirim untuk berperang melawan musuh yang hebat di tempat antah berantah. Namun lelaki

    itu tak menyangka perekrutan pemuda pribumi juga dilakukan di kampungnya. Mungkin

    Jepang sudah kekurangan orang melawan negara yang katanya adidaya tersebut.

    Meski upahnya hanya segenggam garam, selama ini ia tak pernah mencoba mangkir dari

    kerja paksa yang diterapkan Nippon. Selain takut disiksa jika ketahuan, ia hanya ingin agar

    Jepang tahu bahwa ia penurut. Dengan begitu para Nippon itu takkan mengambil paksa anak-

    anaknya. Namun beberapa saat tadi apa yang ia lakukan ternyata tak berpengaruh banyak.

    Nippon tetap mengambil paksa anaknya.

    Lelaki itu berusaha menghalangi lima orang Nippon yang akan membawa anak sulungnya.

    Namun laras senapan bayonet segera bersarang di dadanya. Tepat di ulu hati. Isteri dan si

    bungsu hanya bisa merangkulnya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya meringkuk di

    sudut ruangan.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    47/72

    Setelah mengatur nafas menahan perih ulu hati bekas hantaman laras bayonet tadi, lelaki itu

    kemudian berdiri perlahan. Timah, hapus, hapus air matamu isteriku. Aku bersumpah bahwa

    keluarga kita tak akan disentuh oleh siapa pun juga. Tidak oleh tentara Nippon, garong atau

    bahkan iblis sekalipun, katanya bergetar.

    Beberapa bulan lagi mungkin si bungsu yang akan mereka jemput, kata sang isteri sambil

    mendekap erat anak bungsunya yang sudah menjadi pemuda tanggung.

    Demi apa pun juga, anak kita tak akan bisa mereka jemput, kali ini lebih mantap lelaki itu

    berujar.

    Besoknya lelaki itu langsung menghilang dari kampung. Tak ada yang tahu ke mana ia pergi.

    Sang isteri pun tak pernah berbicara mengenai kepergian suaminya kepada para tetangga.

    Santer tersiar kabar dari orang-orang pedalaman Kalimantan bahwa lelaki itu melanglang

    pegunungan Meratus. Keluar masuk goa dan menjelajahi belantara yang belum pernahdiinjak manusia.

    Setelah enam bulan berlalu, tiba-tiba lelaki itu pulang. Penampilannya kali ini jauh berbeda

    daripada saat meninggalkan rumah. Kalau dulu ia adalah lelaki ringkih, sekarang lebih besar

    dan berisi. Rambutnya panjang awut-awutan. Kulitnya yang dulunya legam berubah menjadi

    hitam kehijauan. Matanya yang dulu sayu sekarang tajam dan ada kegelapan dalam

    sorotannya.

    Seminggu setelah kepulangannya tujuh orang tentara Jepang datang ke kampung untuk

    menjemput anak bungsunya. Dengan berani lelaki itu berkacak pinggang di depan pintu

    rumahnya. Lantang pria itu menantang para Nippon yang datang. Demi melihat lelaki itu,

    seketika para tentara Jepang itu lari pontang-panting ketakutan. Tentara Jepang tak pernah

    lagi datang.

    Kejadian itu membuat orang-kampung yakin bahwa lelaki itu menemukan bulu hantu

    Bariyaban di pegunungan Meratus. Manusia yang memakai bulu hantu Bariyaban dipercaya

    apabila sedang marah maka akan terlihat seperti makhluk besar dengan taring dan bulu hitam

    menyeramkan.

    Aku pernah mendengar cerita tentang lelaki yang menjelajahi pegunungan Meratus itu dari

    ayahku. Cerita itu tak bisa hilang begitu saja dari ingatanku karena menurut ayah, lelaki

    pemakai bulu Bariyaban itu adalah Datuku dan anak bungsunya adalah kakekku sendiri.

    Sekarang aku sedang berada di hadapan lelaki itu. Namun sekarang ia tak lebih dari mayat

    hidup. Seluruh tubuhnya dilapisi semen. Dan aku sedang menyuapinya.

    Suapan terakhir maka sepiring nasi dan sepotong ikan asin habis. Saat akan menyuapi, Datu

    menggeleng pelan. Dalam keremangan kamar itu, aku mendengar Datu berbicara tak jelas.

    Tak lebih dari gerutuan singkat. Aku pun mendekatkan telinga ke mulutnya.

    Aku ingin mati cu..., kali ini terdengar lebih jelas.

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    48/72

    Bukalah mulutmu! kata Datu makin jelas terdengar.

    Seperti dihipnotis, aku segera membuka mulut. Dan Cuih! Datu meludahkan air liurnya

    tepat ke mulutku. Aku terkejut tak menduga dengan apa yang dilakukan Datu. Saat ludah itu

    masuk ke mulutku, lidahku merasa ada sesuatu yang lembut tercampur dengan ludah liur

    Datu. Sesuatu seperti kapas akan tetapi lebih panjang. Bulu!... sehelai bulu dalam mulutku!

    Entah bagaimana bulu itu langsung masuk ke sela-sela gigiku.

    Seketika aku merasa seluruh bulu di tubuhku berdiri. Tanganku membesar. Kuku-kukuku

    memanjang dan badanku serasa memenuhi kubus tripleks ini. Aku merasa berani, merasa

    digdaya. Dalam perasaan yang wahitu sempat kulirik wajah Datuku yang terpejam dan tak

    bernapas.

    Keterangan:

    Datu: Kakek Buyut

    Ulun: Aku halus

    Piyan: Kamu Halus, Sampeyan

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    49/72

  • 8/10/2019 Artikel Pilihan Kompas Minggu 26 Oktober 2014

    50/72

    budaya, agama, dan sosial yang terperam dalam lintasan sejarah yang panjang. Perbedaan

    dalam cerita pada karya Budi Darma yang selalu mempertanyakan manusia dan moralitasnya,

    sementara pada karya Putu Wijaya selalu mempertanyakan hubungan sosial di antara

    manusia menunjukkan pandangan dunia yang membentuk kedua pengarang ini.

    Penyeleksian bahan cerita tidak selalu secara sadar, tetapi sering kali menjadi bagian tak

    sadar penulisnya. Bahan cerita telah mengalami internalisasi di dalam diri penulis dan

    mengkristal menjadi sebuah rumusan tematik. Dalam konsepsi yang terus terolah dalam diri

    pengarang dalam lintasan proses kreatifnya, tematik itu terwujud dalam karya-karya sang

    pengarang. Dalam riwayat karya seorang pengarang tampak benang merah yang

    menghubungkan karya sastra satu kepada karya sastra lainnya.

    Dalam rumusan tematik inilah pandangan dunia yang khas dari seorang pengarang mendapat

    perwujudannya dalam karya sastranya yang khas pula. Seberagam apa pun karya seorang

    pengarang, pasti ada benang merah yang menghubungkan karya-karyanya.

    Contoh cerpen Percakapan karya Budi Darma membicarakan keyakinan seorang tokoh

    kepada Tuhan sebagai pelindungnya. Tuhan dan kerahasiaan yang menyertai-Nya adalah

    topik yang selalu menjadi bahan karya-karya Budi Darma, baik dalam cerpen maupun dalam

    novel. Dengan menggunakan bahasa yang telah kukuh ia bangun semenjak awal proses

    kreatifnya, cerpen Percakapan secara lancar menghadirkan kenyataan yang dipikirkan

    kepada pembaca.

    Bagi para penulis senior, seperti Putu Wijaya, Arswe