art lppm 2010 agus-supriyatna wirausaha seni tari

18
1 MODEL WIRAUSAHA SENI BERBASIS KEUNGGULAN SANGGAR TARI SEBAGAI SUMBER PENGAYAAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FPBS UPI Oleh: Agus Supriyatna, S.Sn.,M.Pd. Yoyoh Siti Mariah,S.Sen.,M.Si.,Putri Lilis Dyani,M.Si ABSTRAK Bagaimanakah kewirausahaaan berbasis keunggulan sanggar tari dijadikan sumber pengayaan bahan ajar matakuliah kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI? Pertanyaan penelitian ini menjadi alasan penting untuk mencari jawaban atas rumusan masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh, baik secara langsung di lapangan maupun berdasarkan telaah kepustakaan selanjutnya disusun secara sistematik berdasarkan kaidah penelitian kualitatif dengan cara triangulasi. Kata kunci: Kewirausahaan, wirausaha seni dan bahan ajar Pendahuluan Tingginya jumlah angka pengangguran perguruan tinggi di Indonesia menjadi masalah serius yang harus mendapat perhatian dan dicari solusinya, terutama oleh pemerintah dan lembaga pendidikan terkait. Berdasarkan temuan data jumlah angka pengangguran sarjana di perguruan tinggi, HARtilaar (Kompas, 16 Pebruari 2008) mengatakan ” Tingginya jumlah angka pengangguran sarjana menurut data hingga tahun 2007 mencapai jumlah 409.890 ditambah 740.000 diploma I,II dan III ”. Data lain, sebagaimana diungkapkan Kala (Jumat, 19 Pebruari 2010) jumlah angka pengangguran tingkat perguruan tinggi sampai tahun 2010 mencapai sekitar 2.000 orang.. Terkait sumber data yang dikemukan HARtilaar, terutama menggarisbawahi keterangan Jusuf Kala, setidaknya menjadi bahan perenungan, pemikiran dan upaya nyata bagi civitas akademi Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan evaluasi kelembagaan dan evaluasi kinerja terhadap para dosen terkait mutu lulusan, Kenyataannya tinggginya jumlah angka pengangguran perguruan tinggi banyak faktor penyebabnya, yang patut untuk direnungi oleh para ketua jurusan dan para dosen, antara lain; rendahnya kualitas sumber daya lulusan untuk menghadapi persaingan kerja, besarnya angka ketergantungan para lulusan untuk menjadi pegawai negeri, tidak seimbangnya jumlah rata-rata penerimaan mahasiswa dengan rata-rata jumlah angka lulusan, kurangnya upaya jejaring dan kemiteraan civitas akademika dengan pihak pemerintah terkait, lemahnya kurikulum yang dibelajarkan dengan kebutuhan tenaga kerja dan seterusnya. Dalam kerangka turut mengurangi jumlah angka pengangguran para lulusan dan sekaligus upaya peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah

Upload: others

Post on 19-Apr-2022

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

1

MODEL WIRAUSAHA SENI BERBASIS KEUNGGULAN SANGGAR TARI

SEBAGAI SUMBER PENGAYAAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN

PENDIDIKAN SENI TARI FPBS UPI

Oleh:

Agus Supriyatna, S.Sn.,M.Pd.

Yoyoh Siti Mariah,S.Sen.,M.Si.,Putri Lilis Dyani,M.Si

ABSTRAK

Bagaimanakah kewirausahaaan berbasis keunggulan sanggar tari dijadikan sumber

pengayaan bahan ajar matakuliah kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS

UPI? Pertanyaan penelitian ini menjadi alasan penting untuk mencari jawaban atas rumusan

masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara, dan

analisis dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh, baik secara langsung di lapangan

maupun berdasarkan telaah kepustakaan selanjutnya disusun secara sistematik berdasarkan

kaidah penelitian kualitatif dengan cara triangulasi.

Kata kunci: Kewirausahaan, wirausaha seni dan bahan ajar

Pendahuluan

Tingginya jumlah angka pengangguran perguruan tinggi di Indonesia menjadi masalah

serius yang harus mendapat perhatian dan dicari solusinya, terutama oleh pemerintah dan

lembaga pendidikan terkait. Berdasarkan temuan data jumlah angka pengangguran sarjana di

perguruan tinggi, HARtilaar (Kompas, 16 Pebruari 2008) mengatakan ” Tingginya jumlah angka

pengangguran sarjana menurut data hingga tahun 2007 mencapai jumlah 409.890 ditambah

740.000 diploma I,II dan III ”. Data lain, sebagaimana diungkapkan Kala (Jumat, 19 Pebruari

2010) jumlah angka pengangguran tingkat perguruan tinggi sampai tahun 2010 mencapai

sekitar 2.000 orang..

Terkait sumber data yang dikemukan HARtilaar, terutama menggarisbawahi keterangan

Jusuf Kala, setidaknya menjadi bahan perenungan, pemikiran dan upaya nyata bagi civitas

akademi Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan evaluasi kelembagaan dan evaluasi

kinerja terhadap para dosen terkait mutu lulusan, Kenyataannya tinggginya jumlah angka

pengangguran perguruan tinggi banyak faktor penyebabnya, yang patut untuk direnungi oleh

para ketua jurusan dan para dosen, antara lain; rendahnya kualitas sumber daya lulusan untuk

menghadapi persaingan kerja, besarnya angka ketergantungan para lulusan untuk menjadi

pegawai negeri, tidak seimbangnya jumlah rata-rata penerimaan mahasiswa dengan rata-rata

jumlah angka lulusan, kurangnya upaya jejaring dan kemiteraan civitas akademika dengan pihak

pemerintah terkait, lemahnya kurikulum yang dibelajarkan dengan kebutuhan tenaga kerja dan

seterusnya.

Dalam kerangka turut mengurangi jumlah angka pengangguran para lulusan dan

sekaligus upaya peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah

Page 2: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

2

kewirausahaan di Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI sebagai salah satu alas an pentingnya

penelitian.

Kenyataan yang ada dalam implementasi pembelajaran kewirausahaan khususnya

mahasiswa jurusan pendidikan seni di lingkungan UPI, tidak lepas dari kendala bahkan terjadi

kerancuan dalam praktik kewirausahaan. Kerancuan yang terjadi, praktik kewirausahaan

dikalangan mahasiswa lebih identik dengan seorang penjual atau saleman barang, makanan

dan atau minuman dengan tujuan akhir mendapatkan keuntungan financial semata. Dengan

demikian fenomena dan paradigma pembelajaran kewirausahaan yang dipraktikan mahasiswa

tidak jauh berbeda dengan seorang salesman. Dalam kaitan ini, bukan salah atau tidak boleh,

tetapi merupakan pandangan yang sempit dikalangan mahasiswa seni dengan kecenderung

memiliki karakteristik berbeda dengan mahasiswa jurusan lainnya, terutama mahasiswa jurusan

ekonomi.

Implementasi pembelajaran kewirausahaan hendaknya disesuaikan dengan latar

keilmuan seni yang digelutinya, sehingga diupayakan mampu memberikan nilai lebih untuk

memotivasi tumbuh berkembangnya jiwa wirausaha mahasiswa berbasis terapan seni dan

pendidikan seni, antara lain mencakup bidang usaha; konsultan pertunjukan tari, penata dan

pembuat kostum tari, instruktur tari, pengelolaan sanggar tari, kursus tari, kritikus tari,

koreografer, penata tari, penari, pimpinan produksi dan seterusnya.

Atas dasar permasalahan yang cukup komplek dan mendesaknya kebutuhan materi

penunjang perkuliahan, dalam hal pemenuhan bahan ajar kewirausahaan berbasis terapan seni

maka kami memandang penting untuk melakukan upaya penelitian secara mendalam dan

bertahap. Penelitian ini, terfokus sesuai tujuan penelitian yang diharapkan, dan rumusan

masalah yang diangkat terhimpun dalam judul ”Model Wirausaha Seni Berbasis Keunggulan

Sanggar Tari Sebagai Sumber Pengayaan Bahan Ajar Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Seni Tari FPBS UPI”.

Pentingnya mengedepankan pemanfaatan sanggar tari sebagai wahana sumber belajar

bagi mahasiswa pada matakuliah kewirausahaan berbasis terapan dari keunggulan sanggar tari

dengan subyek penelitian tertuju pada: Studio Tari Indra, (STI) pimpinan Indrawati Lukman,

Pusat Bina Seni Tari (Pusbitari) pimpinan Irawati Durban Ardjo, Padepokan Sekar Panggung

pimpinan Wawan Hendrawan dan sanggar busana Epoy Production pimpinan Popong Sopia,

dan di kota Bandung.

Alasan pemilihan obyek dan subyek penelitian ini, bahwa sanggar tari yang dipilih

memiliki (1) lingkup kerja dunia usaha yang terkait erat dengan disiplin ilmu yang tengah

digeluti para mahasiswa jurusan pendidikan seni tari; (2) kriteria dan karakteristik sanggar seni

dengan keunggulan bisnis seni yang cukup berbeda dengan reputasi; nasional, dan

internasional serta hingga kini mampu bertahan dan berkembang sesuai bisnis seni yang

digelutinya. (3) Menemukenali konsep dan bahan ajar wirausaha seni berbasis penelitian sesuai

dengan perkembangan masyarakat kekinian.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat dibatasi dan dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Studio Tari Indra (STI) pimpinan Indrawati

Lukman, ditinjau dari pengelolaan sanggar tari?

Page 3: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

3

2. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Pusat Bina Tari (Pusbitari) pimpinan Irawati

Durban, ditinjauan dari pengelolaan sanggar tari?

3. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Padepokan Sekar Panggung pimpinan Wawan

Hendrawan ditinjau dari pengelolaan pelatihan tari?

4. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Sanggar Epoy Production pimpinan Popong

Sopia ditinjauan dari pengelolaan bisnis busana tari?

5. Bagaimana Model wirausaha seni berbasis keunggulan sanggar tari menjadi sumber

pengayaan bahan ajar kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI?

Landasan Teoretis

Kewirausahaan, wirausaha, enterprenership menurut beberapa pakar dapat dikemukan

sebagai berikut; menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi

berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian sebagai resiko (Knight, 1921;

Cantillon, 1973), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1816).

Berbagai pengertian kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup

eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar

berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang

wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering

dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Seorang individu mungkin

menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi

selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi

kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional. Oleh karena itu seorang calon

wirausahawan atau pun wirausaha perlu memerhatikan beberapa hal pertimbangan dalam

melakukan bisnis atau usahanya, sebagaimana dikatakan Sukmadi (2008):

1) Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses. 2) Membuat

perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari. usaha daripada risiko

bisnis dan keuangan. 3) Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan

menghindari usaha daripada risiko manajemen. 5) Optimalisasi sumber daya manusia

maka 50% usaha sudah berhasil. 6) Mengapa kreativitas, kepemimpinan dan proses

pembuatan keputusan sangat penting? 7) Pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan

pembiayaan. 8) Pemasaran, pelayanan dan product brand.

Metodologi Penelitian

Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif untuk menjawab penelitian:

Bagaimanakah model kewirausahaaan berbasis keunggulan sanggar tari dijadikan sumber

pengayaan bahan ajar matakuliah kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS

UPI? Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara, dan

analisis dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh, baik secara langsung di lapangan

maupun berdasarkan telaah kepustakaan selanjutnya disusun secara sistematis berdasarkan

kaidah penelitian kualitatif dengan teknik triangulasi.

Page 4: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

4

Hasil Penelitian

1. Studio Tari Indra

Studio Tari Indra adalah nama salah satu sanggar tari yang cukup populer di kota

Bandung hingga ke mancanegara. Berbicara Studio Tari Indra berkantor di Jalan Senam III No.15

Arcamanik, Kota Bandung ini, tidak bisa dipisahkan dengan nama Indrawati Lukman.

Indrawati Lukman lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 April 1944 dari pasangan

Soesatio Poerwohadikoesoemo, kelahiran Brebes dan Eminie Soeleman kelahiran Semarang. Ia

menikah dengan Ir. Winarya Lukman Machdar, Dipl. H. E salah seorang pejabat di Dinas

Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan Jawa Barat.

Darah seni yang dimiliki Indrawati mengalir dari ibunya bernama Eminie Soeleman

kelahiran Semarang seorang penari Jawa di Keraton Surakarta. Ia belajar tari Sunda sejak tahun

1955 pada saat usianya masih 11 tahun kepada maestro tari Sunda R. Tjetje Somantri.

Pendidikan formal tari pun diperolehnya dari Stephen College, Columbia- Inissouri USA pada

tahun 1964-1966, atas beasiswa Burral International Scholarship. Mata kuliah yang

dipelajarinya meliputi: musik/beat, modern dance dalam teknik Martha Graham, koreografi,

dan ethnic dance (India, Spanyol dan Hawai). Pada tahun 1968 dan 1985 Indrawati belajar tari

Thailand di Department of Fine Arts di Bangkok.

Awal pendirian sanggar tari yang diberi nama Studio Tari Indra memiliki tujuan ” 1)

Memberikan pengetahuan tari kepada peminat dan generasi muda, khususnya tari Sunda. 2)

Melestarikan dan mengembangkan tari Sunda di kalangan generasi muda, baik melalui

pertunjukan, pelatihan tari, dan pembuatan model-model pembelajaran tari anak-anak dalam

bentuk Compact Dist (CD).”

Studio Tari Indra didirikan tanggal 20 Agustus 1968 di Bandung dan hingga kini

menginjak usianya yang ke 42. Dalam kiprahnya Studio Tari Indra dimata pemiliknya merupakan

suatu wujud dedikasi dirinya terhadap para gurunya dan orang-orang yang pernah

besarkannya. Dengan keterampilan seni tarinya dan kemampuan pengelolaan, ia bertekad

sekuat tenaga untuk berjuang, tidak putus asa walaupun dengan keuntungan yang tidak pasti.

Terkait keberadaan sanggar tari yang dipimpinnya, ia mengatakan ”Pada kenyataannya apabila

kita hanya menginginkan keuntungan terutama dalam hal finansial banyak sekali sanggar atau

studio tari tidak bertahan bahkan hanya membuang waktu dan membuang uang pribadi”.

Dengan demikian ketulusan dirinya membuktikan Studio Tari Indra hingga kini tetap

bertahan dan berupaya terus untuk melakukan kreativitas tari dan terobosan-terobosan baru

sebagai peluang dan kepercayaan dalam pengembangan kegiatan sanggar tari yang

dipimpinnya.

Strategi usaha Studio Tari Indra dalam mengusung tujuan awal pendirian sanggar tarinya

dan hingga kini tetap bertahan dan berkembang menjadi fenomena menarik untuk dijadikan

model wirausaha seni berbasis terapan seni yang sangat terkait erat dengan bentuk wirausaha

berangkat dari jender dan bentuk wirausaha dengan model paruh waktu.

Studio Tari Indra sebagai wadah dan aktifitas wirausaha berawal dari ketekunan dirinya

dalam menempa diri hingga terampil menari dan akhirnya berkembang dengan mendirikan

cabang di Garut, Sumedang, dan Serang. Secara konsisten ia terus menggeluti tari, terutama

menyelenggarakan pendidikan tari untuk anak-anak dengan berbagai tingkat usia.

Page 5: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

5

”Perjungan, kecintaan, dan pengorbanan, adanya pengurus yang loyal, mau digaji

berapapun sesuai dengan pemasukan adalah strategis awal untuk mendirikan sanggar”.

Menjadi alasan bertahannya sanggar tari yang dipimpinnya, tidak lepas adanya beberapa faktor

pendukung keberlangsungan sanggarnya, antara lain sebagai berikut:

a) STI tumbuh ditengah masyarakat kota tepatnya di kota Bandung dibidang

pendidikan, kebudayaan, maupun tingkat kesejahteraan sehingga cukup strategis bagi

pengguna jasa. b) Siswa yang belajar kebanyakan dari kalangan masyarakat menengah

ke atas maka STI tidak henti-hentinya berkarya dan berkreasi untuk mengembangkan

kemampuan siswa terutama melalui pelatihan tari. c) Sumber daya manusia STI

didukung oleh SDM yang memiliki potensi dalam hal kepenarian/managerial para penari

dan pengurus/timework berasal dari para alumni perguruan tinggi, terutama STSI

Bandung. d) STI mempunyai program pengajaran seni tari yang berdasarkan kurikulum

pendidikan luar sekolah, yang disusun untuk kebutuhan STI sendiri serta didukung oleh

para pengajar yang professional dan berpotensi dibidang pendidikan seni tari.

Terkait sanggar tari yang didirikan Indrawati Lukman hingga menginjak usinya yang ke

42 tahun dengan nama “Studio Tari Indra” merupakan sosok bukti seorang wanita kreatif yang

memiliki visi dan gagasan ke depan dengan mengusung gender dan ketrampilan menarinya

untuk tetap hidup dan tetap eksis, sehingga membuka dirinya menjadi orang terkenal dan akhli

di bidangnya berdampak finansial. Karena prinsip berwirausaha tanpa berdampak keuntungan,

baik keuntungan finansial atau pun prestise bagi diri seseorang mustahil kegiatan usaha tetap

dibertahan dan berkelanjutan. Oleh karena bentuk kewirausahaan yang dilakukan Studio Tari

Indra lebih cenderung paruh waktu yakni bersifat insidentil dengan tingkat bayaran yang tetap

bagi para pelaku dan bermodalkan kemampuan seni adalah bukti bisnis kesenian berangkat dari

sanggar seni di negara kita belum dapat menjadi andalan hidup. Tetapi perlu dilakukan upaya-

upaya lain melalui kegiatan usaha lain sebagai sumber dana pendamping dalam

mempertahankan keberadaan sanggar seni. Tanpa upaya ganda untuk mendirikan sanggar seni

sebagaimana dilakukan Indrawati Lukman berdampak banyaknya sanggar tari yang gulung tikar,

kalau tidak menjadi sanggar seni yang sunyi tanpa penghuni dan tanpa aktivitas seni.

2. Sanggar Pusbitari

Sanggar tari pimpinan Irawati Durban Ardjo yang dikenal dengan nama Pusat Bina Seni

Tari (Pusbitari) bertempat di Jalan Gunung Putri 2-A Kota Bandung didirikan sejak tahun 60-an

atas gagasan Irawati bersama rekan – rekannya. Awal mula pendirian sanggar tari Pusbitari

dikarenakan dengan seringnya mengadakan pertunjukan tari dan undangan untuk tampil di

Istana Negara dihadapan Presiden Soekarno.

Irawati Jogasuria lahir di Bandung pada tanggal 22 Mei 1943. Masyarakat mengenal

Irawati sebagai penari, penggubah tari dan pengelola sanggar tari Pusbitari. Irawati Jogasuria

juga dikenal sebagai desainer interior. Dalam lingkungan keluarganya, cucu dari Rd. H.

Kanduruan Zakaria Djajawikarta serta puteri Muchsin Jogasuria ini merupakan bungsu dari 10

bersaudara. Sejak kecil Irawati dididik mandiri dan penuh disiplin o1eh ibunya yang bernama

Rd. Suhaemi Nani dengan latarbelakang pendidikan Sekolah Belanda.

Irawati mengawali pendidikannya di Vroebel School atau Taman Kanak-kanak di Jl.

Balonggede, lalu melanjutkan Sekolah ke Santa Angela sampai lulus SMA tahun 1961.

Page 6: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

6

Perguruan Tinggi ditempuhnya tahun 1962 dengan memilih bidang Seni Rupa Jurusan

Arsitektur Interior Institut Teknologi Bandung (ITB).

Ketertarikannya pada dunia tari di awali ketika belajar Tari Balet kepada Gina

Melloncelli di Bandung pada tahun 1955. Tahun 1956-1963 belajar Tari Sunda kepada Rd. Tjetje

Somantri di Badan Kesenian Indonesia. Di tempat yang sama Irawati belajar Tari Serampang

Duabelas. Ketika ada kesempatan ke Negeri Belanda Ira belajar Tari Bali kepada I Gusti Raka

Astuti di Scheveningen Holland. dilanjutkan kepada A.A.G.G. Bulantrisna Jelantik di Bandung.

Irawati juga belajar Tari Topeng, Cirebon kepada Dalang Topeng Sujana (1971), Nugraha

Sudiredja (1973), dan pada Dasih (1976). Selain itu juga Ira mempelajari Tari Jawa dari Martati

Harnanto di Berkelay USA (1974). Karenanya selain menguasai Tari Sunda, lrawati juga

menguasai Tari Topeng Cirebon, Balet, Tari Melayu, dan Tari Jawa.

Baru tahun 1968 Irawati beserta murid dan rekan-rekannya membuat bendera sendiri

untuk menaungi kegiatan mereka yang sering lakukan, maka lahirlah sanggar PUSBITARI. Pada

awalnya sanggar Pusbitari ini tidak memiliki tempat yang tetap untuk latihan, mereka selalu

berpindah – pindah gedung dikarenakan hari minggu gedung sering dipakai dan terakhir di

depan gedung RRI. Akhirnya tempat latihan tari dapat dikatakan tetap dengan mengambil

tempat di Badan Keuangan Negara (BKN) dan Museum Sri Baduga.

Dengan berbekal niat yang kuat Irawati Durban memiliki keinginan untuk melestarikan

tari klasik Sunda agar tetap eksis dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.

Hal ini menjadi dasar pemikiran dan kiat berdirinya sanggar seni Pusbitari. Wujud

kesungguhannya dan strategi yang dijalankannya dalam merealisasikan keinginannya terbukti

setiap tahun sanggar tari yang dipimpinnya memiliki program rutin yaitu pergelaran tari

tahunan sebagai ajang pertunjukan bagi murid-muridnya selama belajar tari di sanggar

Pusbitari. Program rutin lainnya berupa pembuatan buku dan model tarian anak-anak dan

remaja untuk tingkatan usia yang berbeda. Beberapa program yang telah dilaksanakan Pusbitari

antara lain dapat dikemukakan lebih rinci sebagai berikut:

a. Pembuatan paket buku Teknik Gerak, Tari dan Tari Dasa Sunda ( 2004), b. Pelatihan

Tari Dasar untuk anak-anak pada Guru atau dosen tari di Bandung (2004 ), c. Pelatihan

dan Workshop Tari Dasar Sunda untuk anak-anak di beberapa daerah, salah satunya

Kabupaten Subang. (2005), d. Pergelaran tahunan 2005, 2006, e. Semarak Tari di Tatar

Sunda ( pentas keliling Pusbitari (2007), f. Pergelaran tahunan " Hari Yang Cerah " 2

Februari (2008).

Program utama dari sanggar tari Pusbitari lebih menekankan pada penyelenggaraan

pelatihan tari tradisional Sunda untuk anak-anak. Kegiatan pelatihan tari dilakukan setiap hari

Minggu dengan mengambil tempat di BKN dan Museum Sri Baduga. Sanggar Pusbitari ini, tidak

hanya membuka pelatihan tari saja, tetapi juga membuat buku sumber untuk para pengajar

tari juga media penunjang sumber ajar dalam bentuk Kaset dan CD pembelajaran tari.

Sanggar Pusbitari pada saat ini memiliki anggota kurang lebih 100 orang dari mulai

pengurus sanggar, administrasi, sampai orang yang membuat property dan kostum. Pada

mulanya pelatih tari sebanyak delapan orang tetapi karena sebagian dari mereka mempunyai

kesibukan sendiri dan sebagian lagi ada yang menikah. Sekarang pelatih tari yang berasal dari

Page 7: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

7

alumni STSI Bandung berkurang menjadi enam orang, terbagi dua orang di sanggar pusat, dua

orang di BKN dan dua orang lagi di Museum Sribaduga. Anggota sanggar Pusbitari tidak

memiliki batasan usia dan berbagai kalangan, peraturan keanggautaannya dilakukan dengan

cara mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia dan sanggup membayar uang

administrasi antara Rp. 40.000,- sampai Rp. 60.000,- sesuai dengan tingkatan kelas diklat tari.

Dalam pengelolaannya, terutama kegiatan administrasi dilaksanakan oleh pengurus

yang diberi wewenang di setiap sanggar tempat latihan, namun dalam pengawasannya tetap

dilakukan pimpinan yaitu Irawati Durban. Mekanisme kerja dan sistem pengupahan untuk

pengurus atau pegawai dihitung berdasarkan perdatang atau perpertemuan latihan tari.

Dalam penciptaan karya tari, sanggar Pusbitari tidak sekedar menciptakan tari hasil

proses kreatif saja, tetapi juga hasil karya tari atau hasil produksi tari yang dibuat khusus untuk

suatu pertunjukan dengan totalitas menyiapkan materi tari, pemilihan dan pembuatan kostum

sesuai dengan materi tari yang akan disajikan. Disamping itu aktivitas sanggar Pusbitari

melayani jasa seni pertunjukan berdasarkan permintaan tanggapan. Dalam rangka efektifitas

kerja dan sumber dana tambahan dalam pengelolaan sanggar Pusbitari dilakukan dengan jalan

memproduksi kostum sendiri untuk kebutuhan pertunjukan sendiri dan tidak untuk disewakan.

Dengan tidak menutup kemungkinan menerima pemesanan kostum untuk kebutuhan

pertunjukan yang diinginkan konsumen.

Adapun pemasaran atau publikasi sanggar Pusbitari dilakukan dengan cara penyebaran

brosur dan melakukan penyuluhan ke sekolah – sekolah dan atau melalui pergelaran tari yang

dipertontonkan, melakukan workshop tari dan pembelajaran tari yang ditunjang dengan

penyedian media dan sumber ajar tari dalam bentuk buku dan kaset dengan harapan dapat

bermanfaat bagi para guru tari atau pun pelatih tari.

Kiprah sanggar tari Pusbitari hingga kini menginjak usia 54 tahun. Keberadaannya

sanggar tarinya sangat ditentukan penggagas dan sekaligus pemiliknya yakni Irawati Durban.

Dengan kemampuannya, baik sebagai penari, koreografer, narasumber, pimpinan tari dan

sekaligus dengan sanggar tari “ Pusbitari” merupakan sosok bukti seorang wanita kreatif untuk

hidup dan tetap eksis dengan jalan membina dan pengembangankan kesenian Sunda,

khususnya tari Sunda melalui wadah aktifitas sanggar yang melibatkan banyak orang dengan

keragaman keterampilan seni.

3. Padepokan Sekar Panggung

Padepokan Sekar Panggung merupakan wadah aktifitas dan kreativitas tari, khususnya

tari Jaipong bertempat Jalan Paledang Rt 04 Rw 06 Desa Pasanggrahan, Kecamatan Ujung

Berung, Kota Bandung. Sanggar tari yang didirikan Wawan Hendrawan pada tahun 1980-an ini,

awalnya diberi nama “One Group”, dan kemudian diresmikan pada tanggal 10 Desember 2004

dengan nama sanggar yang berubah oleh Nanu Munajar, yakni Padepokan “ Sekar Panggung”.

Wawan Hendrawan, lahir di Bandung, 02 November 1962. Pada awalnya ia tidak

menyukai seni, terutama seni tari. Akhirnya ia pun tertarik untuk mendalami dan belajar

tari,setelah bergaul dengan orang-orang seni sampai akhir tahun 1981. Beliau memutuskan

untuk belajar tari kepada Pak Tandi, Pak Oleh (Alm), Pak Dedi di sanggar Gelanggang Taruna.

Waktu itu beliau masih belum yakin untuk mendalami profesi barunya sebagai penari. Lambat

laun kemampuan menarinya sangat bagus, akhirnya beliau dipercaya untuk melatih tari di

sanggar-sanggar tari ternama,seperti; Jugala, Studio Tari Indra, Pusbitari, Tati Saleh Grup.

Page 8: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

8

Wawan Hendrawan yang lebih akrab dipanggal “Awan Hideung” meskipun hanya

berpendidikan kelas 2 SD mampu merubah nasib hidupnya dan mengangkat citra dirinya

menjadi seorang koreografer Tari Jipong yang kaya akan prestasi dan pengabdi setia.

Kiprahnya dalam seni Jaipong, hingga kini menjadi ikon dan fenomena yang patut

mendapat acungan jempol dan penghargaan yang pantas oleh semua pihak. Terutama

penghargaan dari pemerintah, lembaga formal terkait seni dan insan generasi muda yang

menggeluti dunia seni tari dewasa ini.

Untuk mempertahankan sanggar yang didirikannya, beliau memiliki strategis

kepelatihannya ia mengatakan ” Ciptakan suasana senyaman mungkin, b. Ciptakan sistem

kepercayaan, c. Tidak melihat materi, d. Tumbuhkan rasa kekeluargaan, e. Motivasi anak untuk

belajar menari lebih baik.”

Dalam perkembangan Padepokan seni yang dirintisnya berbuah kenyataan dan bernilai

wirausaha yang menjanjikan bagi kehidupan dirinya, keluarganya dan para siswanya yang telah

mahir. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemajuan sanggarnya dengan membuka cabang

pelatihan tari Jaipong, antara lain sebagai berikut:

1.Cabang Garut yang mengajar tari bukan Awan tetapi anak didik wawan yang sudah

mahir menari, 2. Cabang Sumedang di sini juga sama Awan tidak mengajar hanya anak

didiknya saja yang mengajarkan tari kepada muridnya ia datang untuk mengontrol saja,

3. Cabang Gedung Sate,setiap hari Selasa mulai latihan 12.00 WIB. sampai 18.00 WIB., 4.

Cabang Ujung Berung setiap hari Rabu dan minggu mulai latihan pukul 09.00 WIB.

sampai 21.00 WIB., 5. Cabang Cihideung Lembang,setiap hari Kamis mulai latihan pukul

14.00 WIB. sampai 18.00 WIB., 6. Cabang Bojong Soang,setiap hari Jumat mulai jam

14.00 WIB. sampai 18.00 WIB, 7. Cabang Cimahi.setiap hari Jumat mulai pukul 17.00

WIB.sampai selesai. 8. Cabang RRI,setiap hari Sabtu mulai pukul 14.00 sampai 18.00

WIB. 9.Cabang Jakarta Sangrina Bunda.

Terkait dengan strategi dalam kepelatihan tarinya dapat disimak dari pendapat para

murid yang bergabung dengan Padepokan Sekar Panggung. Penuturannya dapat disimpulkan,

sebagai berikut; ” a. Memberikan suasana yang fun/nyaman, b. penyampain materinya abah

awan mengajarkan sampai betul-betul paham, c. Karya yang dibuatnya sangat energik dan tidak

erotis, d. Banyak muridnya yang berhasil.” Begitu pula dengan beberapa pendapat dari dari

para orang tua murid, dan dengan tanggapan, sebagai berikut:

1. Bagus, baik karena pemilihan sanggar di lihat dari segi materi gerak yang bagus

dan berbeda dengan sanggar-sanggar yang lain. Hal ini dapat terlihat dari murid yang

baru 4 bulan latihan sudah bisa tampil. 2. Pola pembelajarn yang diberikan lebih mudah

dan cepat dimengerti oleh anak-anak. 3. Selalu membina hubungan kekeluargaan atau

persahabatan. 4. Nama pelatihnya sudah dikenal dimana-mana. 5. Dalam

pembelajaranya selalu diberikan secara mendetail mulai dari kepala, tangan, badan dan

kaki. 6. Perlakuan terhadap para muridnya bersikap terbuka dan tidak membeda-

bedakan dalam kondisi apapun siap untuk melatihnya. Salah satunya ia mempunyai

murid yang berbeda dari murid lainnya yaitu murid yang keterbelakangan mental

(autis). Sebelum masuk ke sanggar prilaku murid ini adalah pemarah, pemalu, dan tidak

bisa bersosialisasi, namun setelah masuk sanggar dia dapat berprilaku wajar dan bisa

bersosialisasi dengan temantemannya.

Page 9: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

9

Dalam penyampaian materi tarinya, Awan tidak mempunyai metode -metode

pembelajaran yang khusus bersifat belajar langsung (metode directing) dengan cara meniru apa

yang dicontoh didirnya dan siswa mengikutinya atau mengekor. Model pembelajaran yang

diterapkannya tersebut dapat diserap dan dipahami oleh para muridnya, sehingga para

siswanya hanya dengan beberapa pertemuan telah mampu menguasai materi yang diajarkan

termasuk siswa yang mempunyai keterbelakangan mental.

Kesungguhan dan kreativitas tari yang digelutinya membuka kesempatan Padepokan

seninya dipercaya untuk melakukan lawatan misi kesenian ke luar negeri, antara lain negara

yang pernah dikunjunginya; Jepang, Amerika, Prancis pada bulan Mei 2008 bersama grup

Sandrina Bunda Cabang Jakarta yang dipimpin oleh Elli Kasim. Bersama Sanggar Tari Padang

lawatan ke luar negeri meliputi; Prancis, Swiss, Belanda, Belgia, Jerman, Spanyol, Kenada, dan

lain-lain.

Timbulnya rasa kepercayaan terhadap diri Awan, baik dalam menyelenggarakan

pelatihan tari maupun pertunjukan tari di bawah bendera Padepokan Sekar Panggung tidak

lepas dari kualitas materi tari dan garapan seni sebagai karya pribadinya. Adapun karya-karya

tari ciptaan Wawan Hendrawan mulai tahun 1984 sampai sekarang kurang lebih sebanyak 50

karya, antara lain sebagai berikut:

1. Tari Kembang Tanjung, 2. Tari Langit Biru, 3. Kembang Boled, 4. Tari Senggot, 5.

Tari Katumbiri, 6. Tari Jali-jali, 7. Tari Gandrung, 8. Tari Tablo, Kulu-kulu Bem, 9. Sekar

Panggung, 10, Maung Lugay, 11. Bajidor Kahot, 12. Iring-iring, 13. Waledan, 14. Teuweleh

Imut, 15. Pamayang, 16. Kaca-kaca, 17. Dangiang, dan lain-lain.

Terkait dengan tari Jaipong karya Wawan Hendrawan, apabila dilihat dari judul

tariannya dalam proses kreatifnya dapat dikatakan selalu bersumber dari lagu-lagu Jaipong

yang cukup populer di tengah-tengah masyarakat. Strategi penciptaan karya tarinya sangat

tergantung pada lagu-lagu Jaipong yang tengah hangat dan gandrung disukai masyarakat

penikmatnya, sehingga cukup ampuh dan cepat diterima pemirsa tarian yang dibuatnya.

Strategi pemasaran yang dilakukan pada dasarnya tidak harus melakukan promosi atau

sosialisasi yang serius bahkan dengan memberikan tarian barunya melalui para siswa

pelatihannya atau pun mempertunjukan karya tariannya pada acara hajatan dan acara-acara

resmi merupakan bagian penting dari kegiatan manajemen sanggar seni yang dimilikinya.

Manajemen keuangan yang dilakukan terhadap sembilan cabang sanggar tarinya

menggunakan sistem bagi hasil dengan pembagian 70% untuk honor pelatih, 30% untuk sewa

tempat, dengan pengecualian pelatihan tari di Padepokan Sekar Panggung berpusat di Ujung

Berung mendapatkan keuntungan 100%.

Dalam proses produksi untuk pementasan seni, beliau kadang mempersiapkannya

secara dadakan, mengingat para penari dan pemain musik sudah terlatih dan profesional.

Pengrawit yang biasa diajak untuk mengiringi tarian kurang lebih ada 10 orang (salah satunya

dari UPI) dan dua orang Sinden. Kebutuhan kostum tarian, apabila ada event yang diadakan

secara besar- besaran baru dilakukan penyewaan kostum dari luar.

Selain memiliki usaha dibidang seni, beliaupun memiliki usaha lain dalam bentuk usaha

penyewaan kostum, dan pembuatan kaset.

Page 10: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

10

Keuletan dan kecerdasan belian dalam memanfaatkan peluang berdampak pendapatan

financial yang diterimanya sebagai hasil usaha dari pengelolaan semua sanggar tari dan usaha

lain sebagai pengisi acara atau panggungan kurang lebih mencapai 5 juta/ bulan. Tetapi itu

semua tergantung dari banyaknya event setiap bulan. Kadang kala pendapatan perhari dapat

mencapai 20 juta / hari, itu pun kalo acara yang dipercayakan pada dirinya cukup besar dan

dalam moment pertunjukan besar pula.

Jumlah anggota kurang lebih 500 orang, dan pengurus Padepokan Sekar Panggung

sebanyak 10 orang. Pengelola dan karyawan Padepokan Sekar Panggung sebagian besar

dipegang oleh keluarga, sedangkan anggota kebanyakan dari warga sekitar, diantaranya para

anak-anak dan pelajar; TK, SD, SMP, SLB, SMA dan Mahasiswa.

Strategi dalam merintis karier usaha dibidang seni pertunjukan melalui Padepokan Sekar

Panggung, khususnya pelatihan tari menurut Wawan Hendrawan mengemukan sebagai berikut:

1. Rencanakan kegiatan dengan niat dan berfikir positif, 2. Cari peluang-peluang

unik, yang belum ada atau langka, 3. Munculkan ide-ide kreatif, 4. Adanya kemauan untuk

maju, 5. Lakukan kerja keras dan kreativitas, 6. Gunakan nalar untuk berpikir strategis, 7.

Kembangkan perspektif peluang usaha, 8. Jangan ragu-ragu dalam mengambil keputusan,

9. Utamakan kualitas daripada berfikir upah, 10. Berinovasi dengan terarah dan spesifik.

Terkait sanggar tari yang didirikannya hingga menginjak 12 tahun keberadaannya

terbukti Awan adalah sosok pria kreatif yang bertolakbelakang dari jender dan kemustahilan

dari latarbelakang pendidikannya yang menginjak bangku sampai kelas 2 SD, tetapi mampu

menempa potensi dirinya hingga mengukuhkan sebagai koreografer yang handal. Sikap

bersahaja dan pergaulannya yang terbuka dengan para seniman akademisi menumbuhkan

minat dirinya menjadi pelatih dan pemilik padepokan seni dengan beberapa cabang-cabang

pelatihannya tari. Atas keterampilan menari dan strategis kepelatihan yang diyakininya, Awan

mampu merubah nasibnya menjadi seorang koreografer, pelatih tari dan manajer Padepokan

Sekar Panggung yang dimilikinya.

4. Sanggar Busana Evoy Production

Sanggar busana tari Evoy Production pimpinan Popong Sopia bertempat di Jalan Regang

Dalam-Lengkong Besar Kota Bandung. Nama sanggar busana Evoy Production diambil dari

nama pemilik sanggar yaitu Popong Sopia S.Sn atau lebih dikenal dengan nama ‘Evoy”.

Popong Sopia S.Sn, Lahir 03 Maret 1974 di Sukamantri Kabupaten Ciamis. Merintis

karier usahanya bermula dari kecintaannya pada kesenian Sunda, khususnya Jaipongan juga

dengan kesukaannya untuk mengoleksi kostum tari. Mulai tahun 1997 sejak kuliah di STSI

Bandung jurusan Seni Tari dengan kapasitas kostum yang dimilikinya sangat terbatas. Tahun

2000 koleksi kostum mulai meningkat dan bertambah banyak hingga dikenal oleh masyarakat

mulai dari sanggar-sanggar, sekolah, kampus, instansi pemerintah. dll, baik dalam kota maupun

luar kota bahkan luar negeri.

Karier usahanya dirintis mulai tahun 1997, tepatnya sejak kuliah di Jurusan Tari STSI

Bandung dengan kapasitas kostum yang dimilikinya sangat terbatas. Baru pada tahun 2000

koleksi kostum pribadinya mulai meningkat dan bertambah banyak. Oleh karena koleksi busana

tari dalam rintisan usahanya lebih mementingkan kualitas produk dan selera warna kebanyakan

konsumen serta harga penyewaan dan pembuatan yang terjangkau dan demokratis membuat

Page 11: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

11

Evoy Production mulai digemari para konsumennya. Promosi produk dan penyewaan busana

tari yang dimiliki diawali dari sanggar- sanggar, pentas seni sekolahan, kegiatan seni kampus,

instansi pemerintah, sehingga lambat laun menjadi terkenal baik dalam kota maupun luar kota

bahkan sampai layanan busana ke luar negeri.

Kegiatan usaha Evoy Production dalam rintisan usaha dibidang layanan jasa seni

pertunjukan hingga perkembangan usahanya tidak lepas dari strategi wirausaha yang dilakukan

dalam pengelolaan sanggar seninya, antara lain sebagai berikut:

1. Adanya keinginan, 2. Tekad dan nekad (berani mencoba), 3. Kreatif., 4. Adanya

pengelolaan manajemen yang mendukung dengan baik, 5. Fasilitas dan daya tarik dalam

model product, 6. Memberikan kepuasan terhadap pelanggan, 7. Berani dalam membuat

model dan bermain warna pada product yang dibuat.

Terkait dengan kiat-kiat bisnis yang ia lakukan dalam bidang seni pertunjukan dengan

prioritas usaha lebih terkonsentrasi pada layanan jasa penyewaan busana dan pembuatan

busana tari berdampak pada hasil yang menggembirakan, disamping keuntungan finansial juga

mampu mengembangkan usaha lain dalam terapa seni pertunjukan. Meskipun bisnis yang

dijalankan tidak sepesat pengelolaan wirausaha kostum. Hal ini, dapat dikemukakan bentuk-

bentuk layanan usaha yang dilakukan Evoy Production.

a. Penyewaan kostum tari tradisional maupun modern. b. Penjualan busana tari &

busana adat. c. Paket kesenian, baik untuk acara pemikahan, khitanan, acara-acara

kantor, serah terima jabatan, launching product, kerjasama dengan TV swasta, TV lokal

maupun Radio. d. Privat tari. e. Rias (make-up dan sanggul).

Berangkat dari hobi mengoleksi busana tari dan keyakinan akan potensi dirinya, Popong

Sopia termotivasi untuk membuat kostum tarian sendiri terkait seringnya acara tanggapan

kesenian yang dipercayakan pada dirinya. Ternyata upaya yang dilakukannya berdampak pada

banyaknya konsumen untuk meminjam kostum yang dimilikinya. Dalam perkembangan

usahanya di bidang seni pertunjukan bergeser pada ketertarikannya pada layanan busana dan

kostum tarian yang dianggap lebih menguntungkan secara finansial. Meskipun bidang usaha

lain dalam seni pertunjukan tidak begitu saja ditinggalkan.

Adapun data kostum pada sanggar busana Evoy Production yang menjadi sumber

usahanya hingga kini memiliki beberapa jenis kostum dengan berbagai kepentingannya, dalam

kaitan ini dapat dikemukan sebagai berikut:

A. Kostum Tari Daerah dan Nusantara; 1. Jawa Barat , 2. Jabotabek, 3. Jawa Tengah, 4.

JawaTimur, 5. Sumatera, 6. Kalimantan, 7. Aceh, 8. Sulawesi, 9. Bali, 10. Irian Jaya. B.

Kostum Umum; 1. Kostum Pager Ayu, 2. Kostum Pager Bagus, 3. Kostum MC, 4. Jas

Modern, 5. Baju Sunat, 6. Kostum Pra-Wedding, dll. C. Kostum Karakter: 1. Paterpan, 2.

Alibaba, 3. Jasmine, 4. Bajak Laut, 5. Matador, 6. Putri Salju, 7.Penyihir, 8. Joker, 9. Two

Faces, 10. Flinstone, 11. Tahun 70-an, 12. Coboy,, 13. Buah-buahan, 14. Binatang, 15.

Halloween, 16. Karnaval, dll. D. Kostum Mancanegara; 1. Cina, 2. Jepang, 3. Meksiko, 4.

Mesir, 5. India. dll. E. Kostum Modern Dance; 1. R&B, 2. Hip-Hop, 3. Rock & Roll, 4.

Dangdut, dll.

Page 12: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

12

Untuk kostum-kostum di atas tersedia mulai dari ukuran anak TK sampai dewasa. Harga

kostum bervariasi mulai dan Rp. 25.000/ stel ke atas (sesuai dengan kebutuhan). Jumlah

kostum tersedia baik untuk tari tunggal, rampak maupun kolosal.

Walaupun terdapat beragam busana, tapi spesialisasi kostumnya adalah kostum Jaipongan

dengan ciri khas model dan komposisi warna yang kontras, glamour, nyaman dipakai dengan

tidak meninggalkan nilai-nilai estetisnya.

Pada dasarnya perkembangan dan kemajuan usaha yang dilakukan Popong Sopia

bersama sanggar busana yang dimilikinya, tidak lepas dari kesungguhan, penuh semangat dan

cita-cita kemampuan dirinya dengan mengemban visi dan misi dari tujuan usahanya. Visi dan

misi sanggar busana Evoy Production dapat dikemukan sebagai berikut:

a. Untuk menyalurkan kreativitas dan ide dalam pembuatan kostum tari, sehingga

mempunyai ciri khas tersendiri khususnya untuk kostum jaipong, baik dalam segi model

dan komposisi warna. b. Untuk melestarikan kesenian, khususnya kesenian Sunda,

umumnya kesenian nusantara. c. Untuk mengurangi tingkat pengangguran, karena

dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan maka akan membantu kemajuan

perusahaan. d. Prinsip yang selalu ditanamkan kepada karyawannya adalah “SOMEAH

HADE KASEMAH & REPEH RAPIH TUR SEUNGIT”. Someah artinya kita sebagai karyawan

harus ramah kepada siapa saja tamu yang datang, Repeh : sesama karyawan tidak boleh

bertengkar tetapi harus saling membantu/gotong royong. Rapih: penataan pakaian harus

rapih supaya menarik, Seungit : perawatan pakaian harus selalu wangi.

Dengan visi dan misi yang diusungnya, terutama dengan strategis layanan usahanya

“Someah hade kasemah, repeh, rapih tur sengit” terhadap konsumen dan sesama karyawannya

dalam pengelolaan bisnis kostumnya berdampak meningkatnya kepercayaan konsumen dalam

hal pembuatan kostum, antara lain; Pengadaan kostum tari dan kostum karawitan untuk

Disbudpar Jabar, Disbudpar Jakarta, Disparbud. Sumedang, Disbudpar Subang, Disbudpar

Karawang. Disbudpar Garut dan instansi atau lembaga lainnya baik pemerintah maupun swasta.

Dengan demikian bisnis kostum yang mulai dirintisnya sejak tahun 2004 sampai sekarang dapat

dirinci sebagai berikut:

1) Pergelaran kolosal Sendrawatacana Laksamana Cheng Ho pimpinan ibu Agung

Laksono di .Jakarta bulan Agustus 2007. 2) Kerjasama dengan PJ-TV dalam acara Grand-

Final Mojang Jajaka 2007, Bandung TV untuk acara Dalingding Asih, TPI untuk acara KDI.

lndosiar untuk acara goyang-goyang & Gebyar BCA, IMB juga TV swasta lainnya. 3)

Pembuatan kostum untuk pertunjukan tari di Sanggar Tari JUGALA pimpinan Bapak

Gugum Gumbira, Sanggar Tari Indrawati Lukman. Sanggar Tari Tati Saleh Grup, dan

sanggar-sanggar tari lainnya. 4) Pembuatan kostum untuk festival tari di STSI Bandung

dan SMKI Bandung, Taman Mini Jakarta, dll. 5) Pembuatan kostum karnaval dan kostum

karakter di Bank Mandiri,Bank BCA. Café Calista, Kampung Daun. Fame Station, dll. 6.

Pembuatan kostum untuk pementasan di televisi antara lain; Sanggar Tari Modern

Yukitanari, Wana Be Dance, Basic, We Production, Equal Management,dll. 7) Pemesanan

kostum untuk pertunjukan di luar negeri antara lain Eropa (Amerika. Perancis. Belanda.

Irak. Dubai, Australia. dsb), Asia (Jepang. Thailan. Filipina, Singapore, Cina, dsb)

Page 13: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

13

Sejalan dengan kemajuan teknologi dan perubahan layanan masyarakat yang menutut

lebih cepat lebih baik, mau tidak mau wirausaha dibidang terapan seni pertunjukan, terutama

layanan kostum Evoy Production pun beradapatasi untuk memanfaatnya sebagai fasilitas

penunjang usaha. Fasilitas teknologi yang digunakannya sebagai media merupakan bagian dari

kesuksesan dalam menjalankan usahanya, antara lain sebagai berikut:

1. Fasilitas komputer gunanya untuk: a) Pendataan keluar masuknya pakaian yang

disewa atau dipakai. b) Pendokumentasian arsip data dan Foto.c) Keperluan administrasi

kantor. fasilitas internet gunanya untuk: a) Kalau ada pemesanan dari luar kota atau luar

negeri bisa memperlihatkan data dan foto-foto busananya secara terinci. 3. Adanya

website kita bisa tahu tentang informasi yang dibutuhkan, misalnya : mencari informasi

tentang model, harga, spesifikasi kostum, warna, dll. sehingga orang rertarik untuk

menyewa atau membeli kostum yang ada di perusahaan EP. 4. fasilitas Faximale, gunanya

untuk pengiriman data yang penting yang tidak bisa lewat telepon karena kalau di kirim/

paket memerlukan waktu. 5. Administrasi yang tertata dan profesional; persuratan,

pencatata, pembuatan bon. Kwitansi dengan lebel perusahaan, semuanya bermerk ”EVOY

PRODUCTION”

Pengelolaan sanggar seni Evoy Production, terutama dalam bisnis layanan jasa

penyewaan dan pembuatan kostum tari, tidak hanya mampu mengandalkan kemampuan

pribadinya yang berlatarbelakang seniman tari dengan kegemaran mengoleksi dan membuat

kostum untuk kepentingan pertunjukan pribadi dan sanggarnya. Tetapi Evoy Production telah

menjadi suatu perusahan besar dengan omset yang cukup besar hingga mampu meraup

keuntungan bersih Rp. 80.000.000,-/ pertahun dari Rp. 88.000.000,-/ tahun pendapatan kotor

dengan rata-rata perbulan keuntungan bersih Rp.8.000.000,-.

Ternyata kesuksukan dalam bisnis kostumnya melibatkan orang-orang akhli atau

sumber daya manusia yang memadai dibidangnya dengan tidak lupa beradaptasi dan

memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi sebagai media pemasaran yang cukup efektif.

Analisis Penelitian

Dalam praktiknya implementasi kewirausahaan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan

manajemen. Tetapi kegiatan manajemen sangatlah berbeda dengan kewirausahaan. Terutama

karakteristik dalam pencapaian tujuannya yakni kewirausahan lebih menekankan pada aspek

keuntungan atau laba daripada kerugian sebagai suatu resiko akibat dari penerapan strategi

yang dilakukan seorang wirausaha. Manajemenn dipandang sebagai strategi rutin dalam upaya-

upaya mencapai tujuan kewirausahaan melalui fungsi-fungsi manajemen, meliputi kegiatan;

perencanaan usaha, pengorganisasi usaha, pelaksanaan atau penggerakan usaha dan

pengawasan usaha dengan memanfaatkan sumber potensi atau peluang yang ada berupa 6 M

(Man/manusia, Money/uang,Method/ metode, mechine/ peralatan/, Material/bahan, Product/

barang dan Market/pasar). Dalam hal ini, suatu perusahaan atau pun seorang wirausahawan

telah melakukan manajemen dengan baik, namun produk barang atau jasa yang ada belum

tentu terjadi kegiatan kewirausahaan apabila tanpa ada pembeli atau membuat produk tanpa

memperhitungkan peluang pasar. Dengan demikian wirausaha dapat berjalan dengan baik dan

terjadi penumpukan barang, apabila terjadi hubungan timbal balik dan saling memuaskan

antara konsumen dengan produk yang dihasilkan.

Page 14: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

14

Kegiatan manajemen dan kewirausahaan memiliki hubungan erat dan terkait ibarat

mobil dan pengemudi. Mobil sebagai produk barang sedangkan pengemudi adalah pengendali

dari mobil atau barang dalam mencapai tujuan atau barang yang terjual dengan tepat sasaran

dan sekaligus memuaskan konsumen dengan imbalan mendapat keuntungan. Lebih jauh dari

itu, prilaku dalam kegiatan wirausaha bukan saja sebagai penjual atau salesman tetapi mampu

menghasilkan produk atau barang berupa mobil atau barang. Dengan demikian lengkaplah

sudah, bahwa seorang wirausahawan handal diidealkan adalah pelaku bisnis sekaligus kreator

dan inovator terkait dengan barang atau produk yang dihasilkannya bernilai daya jual, siap

menghadapi daya saing harga, perhitungan peluang pasar dan tetap menjaga kualitas barang

atau produk dengan melibatkan dan memberdayakan potensi orang lain.

Berangkat dari aktifitas, kreativitas dan prestasi Indrawati Lukman dan Irawati Durban

dalam seni tari, khususnya tari Sunda sedikitnya membawa harum nama Indonesia di mata

dunia. Prinsip dan sikap berkeseniannya merupakan ketauladanan dari sosok perempuan dalam

dunia seni tari yang dibangun oleh intensitas kerja dari kegemaran, hobi, kesukaan,

kesungguhan, disiplin ilmu yang kuat dan pengalaman berkeseniannya berbuah prestasi yang

patut mendapat acungan jempol dan penghargaan yang pantas oleh semua pihak. Terutama

penghargaan dari pemerintah, lembaga formal terkait seni dan insan generasi muda yang

menggeluti dunia tari dewasa ini. Indrawati Lukman dan Irawati Durban dengan segudang

pengalaman kesenian hingga ke mancanegara adalah sosok pejuang perempuan di bidang seni

tari mampu mengangkat citra dirinya dan para gurunya untuk digali dan dimanfaatkan sebagai

narasumber hidup dalam ilmu, terutama mengenai kiprah dan perkembangan tari Sunda klasik

gaya Rd. Tjetje Soemantri di tengah-tengah perubahan masyarakat yang semakin kompleks dan

beragam.

Eksistensi dan pengabdian Indrawati Lukman dan Irawati Durban dalam keterampilan

menari, terutama seni Sunda, berdampak besar terhadap keinginannya untuk mewujudkan

sanggar tari milik pribadinya. Terbukti sanggar tari yang didirikannya menjadi wadah aktifitas

dan kreativitas para seniman yang mampu memberikan peluang usaha bagi segenap seniman

kota Bandung dan para alumni sekolah kesenian, terutama para lulusan STSI Bandung.

Perjuangan, eksistensi dan pengabdian Wawan Hendrawan dalam seni tari, khususnya

dalam upaya membina dan mengembangkan tari Jaipong tidak lepas dari pengalaman

autodidaknya yang mampu memicu dirinya dari para gurunya dan didukung istri tercintanya

jeblon jurusan ekonomi perguruan tinggi di Bandung untuk mewujudkan cita-cita dengan

mendirikan padepokan seni. Awan dengan kemustahilan dari latarbelakang pendidikannya yang

menginjak bangku sampai kelas 2 SD, dengan sikap bersahaja dan pergaulannya yang terbuka

dengan para seniman akademisi menumbuhkan minat dirinya menjadi penari, pelatih tari dan

mampu merubah nasibnya menjadi seorang koreografer dan manajer Padepokan Sekar

Panggung yang dimilikinya.

Berangkat dari sekedar hobi mengoleksi busana tari dari kebiasaannya tampil sebagai

penari Jaipong, Popong Sopia yang dipanggil akrab dengan nama Epoy. ternyata membuka

kesadaran dirinya terhadap peluang untuk terjun menekuni dunia kostum tari yang tidak

dinyana berdampak finansial dan menjanjikan jaminan kemandirian dalam hidupnya.

Kiprahnya dalam kostum tari; baik busana tari etnik Sunda, busana tari Nusantara

hingga busana tarian modern, dan busana formal modern mampu merubah citra dirinya

menjadi ikon dan fenomena bisnis busana tari yang patut mendapat acungan jempol dan

Page 15: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

15

penghargaan, terutama STSI Bandung selaku lembaga formal tempat melahirkan sarjana

seninya.

Kerberhasilan Popong Sopia sebagai sosok perempuan tangguh dan berhasil meraih

simpati pasar dalam pembuatan dan layanan penyewaan kostum tari dengan keuntungan yang

cukup besar hingga Rp. 80.000.000,-/pertahun. Keberhasilannbya dalam bisnis busana tari pada

dasarnya tidak lepas dari upaya kerja keras dan keuletan untuk tetap; belajar tanpa henti,

peka terhadap perkembangan mode dan selera pasar, dan menjunjung kualitas produk dan

harga yang cukup bersaing dan terjangkau serta tidak melupakan pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi sebagai adaptasi layanan konsumen dan promosi secara cepat,

efektif dan efisien.

Berdasarkan gambaran hasil penelitian kiranya dapat dipahami melalui analisis

persamaan dan perbedaan fokus dalam kegiatan usaha seni, sehingga berpengaruh besar

terhadap keuntungan finansial yang diperoleh masing-masing sanggar tari terkait subjek

penelitian.

Pertama, prinsip-prinsip wirausaha yang dilakukan pimpinannya sebagai bagian dari

strategi rintisan dan pengembangan usaha melalui layanan jasa terkait seni pertunjukan. Studio

Tari Indra, Pusat Bina Seni Tari, dan Evoy Production sama-sama memulai kariernya dari suatu

hobi, kesukaaan, ketertarikan kecintaan terhadap suatu kegiatan menari dan atau mengoleksi

barang berupa kostum tari (Popong Sopia). Dengan pengecualian Wawan Hendrawan berbekal

pengalaman autodidak menari berdampak keterampilan menari, menjadi koreografer dan

akhirnya manajer Padepokan Sekar Panggung.

Berdasarkan gambaran karier atau usahanya yang dirintisnya sekaligus pilihan dalam

usaha pribadinya mengandung pemahaman bahwa setiap wirausaha yang akan dilakukan

terutama dibidang seni, hendaknya dilakukan evaluasi diri untuk memahami potensi diri sendiri

(hobi, kemampuan lebih yang nampak) untuk dijadikan modal utama dalam mengawali

kegiatan wirausaha.

Kedua, bentuk wirausaha seni yang dilakukan subyek penelitian dengan pengecualian

bisnis yang dilakukan Popong Sopia, cenderung bersifat paruh waktu atau temporer yakni tanpa

kepastian keuntungan yang tetap dan bersifat rutin dalam melakukan usahanya. Akibat dari

bentuk usaha yang dilakukannya berdampak pada sistem pengupahan atau pendapatan yang

diperoleh pemilik sanggar atau pun orang-orang yang terlibat dalam kegiatan seni tidak tetap

sangat tergantung pada besar kecilnya order yang akan dilaksanakan. Lain halnya wirausaha

yang dilakukan Evoy Production sistem pengupahan/ penggajian yang tetap sesuai dengan

kapasitas kemampuan karyawan.

Ketiga, berdasarkan tipologi dan karakteristik wirausaha yang dijalankan Studio Tari

Indra, Pusbitari dan Padepokan Sekar Panggung lebih mengarah pada model kewirausahaan

berbasis keterampilan atau kemampuan mandiri sebagai nilai jual yang berpengaruh besar

terhadap nilai jual sanggar tari yang dimilikinya. Adapun tipologi wirausaha yang dijalankan

Evoy Production lebih bersifat perusahaaan berbasis wirausaha rumah dan kriya dengan ciri-ciri

pengelolaan manajerial yang mapan dan profesional.

Keempat, berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan sanggarnya Evoy

production lebih cenderung profesional yang ditandai dengan perkembangan usahanya

dilakukan dengan cara rekrutmen karyawan berdasarkan potensi manusia (SDM) lebih

mengarah pada kemampuan profesi. Sedangkan STI, Pusbitari, dan Padepokan Swkar Panggung

Page 16: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

16

cenderung mengandalkan kemampuan sendiri dan cenderung fungsi-fungsi manajemen lebih

diabaikan dan hidup matinya sanggar tari atau padepokan milik pribadinya sangat tergantung

pada ikon pimpinan atau pemilik sanggar tari.

Dengan demikian analisis kewirausahan seni berbasis keunggulan sanggar tari dapat

disimpulkan bahwa sejatinya kewirausahaan seni dapat dipahami dan dimaknai sebagai proses

wirausaha yang hadir dan berkembang karena ditunjang oleh etos kerja profesional, mimpi

yang logis, percaya diri, komitmen yang tinggi, berjiwa pemimpin dan tauladan, kerja keras,

pantang menyerah, saling percaya dan menghormati, jujur, siap menghadapi resiko, peka

terhadap peluang, membuka diri melalui kemiteraan dan promosi dengan dilandasi

kemampuan manajerial yang handal dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan

pengawasan terhadap wirausaha yang dijalankannya.

Kesimpulan

Model wirausaha seni berbasis keunggulan sanggar tari dengan subyek penelitian pada

Studio Tari Indra, Pusat Bina Tari (Pusbitari), Sanggar Busana Epoy Production dan Padepokan

Sekar Panggung di kota Bandung dapat disimpulkan bahwa sejatinya kewirausahaan seni dapat

dipahami dan dimaknai sebagai proses wirausaha yang hadir dan berkembang karena ditunjang

oleh etos kerja profesional, mimpi yang logis, percaya diri, komitmen yang tinggi, berjiwa

pemimpin dan tauladan, kerja keras, pantang menyerah, saling percaya dan menghormati,

jujur, siap menghadapi resiko, peka terhadap peluang, membuka diri melalui kemiteraan dan

promosi dengan dilandasi kemampuan manajerial yang handal dalam perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap wirausaha yang dijalankannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak dan Sanjaya, Wina. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung: IKIP

Arsyad, Azhar. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Frafindo Persada.

Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya, Yogyakarta:MSPI.

HARRtilar, (2008). Sekilas Pendidikan, Lomba Kompetensi SLB Se Jabar .Jakarta: HU. Kompas, 16

Februari 2008.

Murgiyanto Sal.(1985). Manajemen Pertunjukan, Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikdasmenjur.

Kala Jusuf. (2010). Kuliah Umum Enterprenership. Bandung : UPI, Jumat, 19 Februari.2010.

Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudirman, dkk. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Page 17: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

17

Suherman Eman. (2008). Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Sukmadi & Hudaya I, Sulstiyono.(2008) Menjadi Wirausahawan Handal. Teori dan Aplikasi

Manajemen Usaha. Jakarta : Rineka Cipta.

Sukyadi Didi & Cahyani I. Setiadi, R.(2008) Kewirausahaan. Untuk Pemelajar Bahasa dan Seni.

Bandung: Basen Press.

Supriyatna Agus. (2002). Manajemen Terapan Dalam Seni Pertunjukan, Taman Budaya Propinsi

Jawa Barat: Makalah Seminar dan Workshop Seni Pertunjukan. Tidak diterbitkan.

Page 18: ART LPPM 2010 Agus-Supriyatna Wirausaha seni tari

18