makalah - lppm unslppm.uns.ac.id/kinerja/.../pemakalah/lppm-pemakalah... · makalah . hubungan...

22
Makalah HUBUNGAN ANTARA KADAR HAEMOGLOBIN (Hb) DENGAN KELELAHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA BATIK TULIS DI SURAKARTA Oleh* Ipop Sjarifah, Dra,M.SI., Isna Qadrijati, dr., M.Kes., Lusi Ismayenti, ST.,M.Kes. ------------------------------------------------------------------------------------ 1.*Dosen Program Studi DIV K3 Fakultas Kedokteran UNS 2.Disampaikan Pada Seminar Nasional Dan Workshop K3 Tema: Indonesia Menuju Berbudaya K3 Pada Tanggal 15 September 2012 di Surakarta --------------------------------------------------------------------------------------------------- FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: doanbao

Post on 22-May-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Makalah

HUBUNGAN ANTARA KADAR HAEMOGLOBIN (Hb) DENGAN KELELAHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA BATIK

TULIS DI SURAKARTA

Oleh*

Ipop Sjarifah, Dra,M.SI., Isna Qadrijati, dr., M.Kes., Lusi Ismayenti, ST.,M.Kes.

------------------------------------------------------------------------------------ 1.*Dosen Program Studi DIV K3 Fakultas Kedokteran UNS 2.Disampaikan Pada Seminar Nasional Dan Workshop K3

Tema: Indonesia Menuju Berbudaya K3 Pada Tanggal 15 September 2012 di Surakarta ---------------------------------------------------------------------------------------------------

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

HUBUNGAN ANTARA KADAR HAEMOGLOBIN (Hb) DENGAN KELELAHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA BATIK

TULIS DI SURAKARTA Ipop Sjarifah, Dra,M.SI., Isna Qadrijati, dr., M.Kes., Lusi Ismayenti, ST.,M.Kes.

Dosen Program Studi DIV K3 Fakultas Kedokteran UNS

ABSTRAK 

Ipop Sjarifah, Lusi Ismayenti, Isna Qadrijati, Hubungan Antara Kadar Haemoglobin (Hb) Dengan Kelelahan Kerja dan Produktivitas pada Pekerja Pabrik Batik Tulis di Kota Surakarta. Latar Belakang : Para pekerja wanita batik tulis di Surakarta lebih rawan terjadi penurunan kadar Hb, sehubungan dengan siklus menstruasi tiap bulan, adanya penurunan kadar Hb (anemia) mengurangi oksigenasi di otak dan tubuh karena salah satu fungsi Hb adalah suplai oksigen dan nutrisi jaringan. Para pekerja batik tulis pada prosesnya membutuhkan konsentrasi yang tinggi serta posisi yang cenderung tetap dan dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya produktivitas kerjanyapun akan turun. Dalam penelitian ini akan meneliti tentang hubungan antara kadar Hb dengan kelelahan dan produktivitas pada pekerja batik tulis di Surakarta. Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional, dengan pendekatan crossectional jumlah populasi 140 orang, sebagai sampel 69 orang, pengambilan sampel berupa kadar Hb darah pekerja dikorelasikan dengan kelelahan kerja para pekerja yang diukur dengan menggunakan alat reaction timer L77 Lakasidaya serta kuesioner alat ukur kelelahan kerja. Untuk mengetahui produktivitas dari pekerja digunakan target produksi tiap orang dari perusahaan dibandingkan dengan hasil produksi tiap orang di lapangan.Untuk lebih homogen populasi sampel, pada penelitian ini dilakukan pada karyawan wanita dengan usia produktif, yaitu usia 20 – 50 tahun. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Homogenitas Kolmogorov Smirnov, Uji parametrik dengan Uji Korelasi Pearson Product Moment (IBM SPSS Statistics (32bit) 21.0). Hasil Penelitian : Dari analisis data menggunakan, Uji parametrik dengan Uji Korelasi Pearson Product Moment (IBM SPSS Statistics (32bit) 21.0), Uji statistik kadar Hb dengan kelelahan, tingkat keyakinan 95%, di dapatkan nilai p = 0,361 (p > 0,05) yang berati tidak ada korelasi. Uji statistik kadar Hb dengan produktivitas, tingkat keyakinan 95%, di dapatkan nilai p = 0,704 (p > 0,05) yang berati tidak ada korelasi. Simpulan Penelitian : Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik batik tulis di kota Surakarta. Demikian juga untuk tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan produktivitas kerja pada pekerja pabrik batik tulis di kota Surakarta. Faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja dan produktivitas bukan kadar Hb, kemungkinan dari faktor lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan wawancara dengan subjek penelitian didapatkan sebagian besar subjek penelitian menderita infeksi saluran kemih karena didapatkan kristal Ca-Oksalat, lekosit, kristal amorf, bakteri didalam urine, serta

pemeriksaan darah menunjukkan LED meningkat. Hal ini kemungkinan dikarenakan komposisi air minum yang tersedia mengandung kapur atau karena pengaruh dari subjek penelitian yang duduk telalu lama pada saat membatik. --------------------------------------------------------------------------------------------------- Kata kunci : Kadar Hb, Kelalahan Kerja, Produktivitas

• PENDAHULUAN

Para pekerja wanita batik tulis di Surakarta lebih rawan terjadi penurunan kadar

Haemoglobin (Hb), sehubungan dengan siklus menstruasi tiap bulan, adanya penurunan

kadar Hb (anemia) mengurangi oksigenasi di otak dan tubuh karena salah satu fungsi Hb

adalah suplai oksigen dan nutrisi jaringan. Para pekerja batik tulis pada prosesnya

membutuhkan konsentrasi yang tinggi serta posisi yang cenderung tetap dan dalam

jangka waktu yang lama. Akibatnya produktivitas kerjanyapun akan turun. Selain itu

menurunnya kadar Hb akan mempengaruhi kelelahan kerja pada pekerja batik tulis.

Dampak buruk kelelahan kerja pada pekerja antara lain adalah: Prestasi kerja

(produktivitas) akan menurun, fungsi fisiologis, motorik dan neural yang menurun, badan

terasa tidak enak atau nyaman, semangat kerja menurun oleh sebab itu, pengendalian

kelelahan kerja perlu prioritas. Apabila bila diperhatikan kelelahan kerja akan

memberikan kontribusi lebih dari 60% untuk kejadian kecelakaan kerja, pada para

pekerja, khususnya pembatik tradisional.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian

dari budaya Indonesia.Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara, meskipun

demikian batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia,

terutama dari Jawa. Beberapa motif batik tradisional hanya dipakai oleh keluarga keraton

Yogyakarta dan Surakarta sampai saat ini.

Perlu kita ketahui bahwa batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang

sampai saat ini masih ada dan seharusnya kita sebagai penerus bangsa Indonesia untuk

melestarikannya, sehingga perlu untuk memperhatikan tentang kondisi kesehatan dan

keselamatan kerja (K3) para pembatik tersebut. Dalam penelitian ini telah kami lakukan

pemeriksaan kadar Hb dalam darah, dan pemeriksaan kelelahan kerja menggunakan alat

reaction timer L77 Lakasidayadan kuesioner kelelahan kerja, sedangkan untuk mengetahui

produktivitas dari pekerja digunakan target produksi tiap orang dari perusahaan dibandingkan

dengan hasil produksi tiap orang di lapangan.

• Darah

Darah merupakan salah satu bagian tubuh yang paling mendapatkan perhatian dan

penghargaan yang tinggi. Darah umumnya dipandang sebagai cairan tubuh yang kental,

berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruangan tertutup yang

dinamai sebagai system pembuluh darah.

Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada

dalam konsistensi cair, atau suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah, beredar

dalam suatu system tertutup yang dinamakan pembuluh darah dan menjalankan fungsi

transport berbagai bahan serta fungsi hemoestasis (Arisman, 2007).

• Haemoglobin (Hb)

Sel darah merah (SDM) adalah sel yang terbanyak di dalam darah. Karena sel ini

mengandung senyawa yang berwarna merah, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya

darah berwarna merah (Wikipedia, 2007).

Fungsi utama SDM ialah mengikat dan membawa O2 dari paru-paru untuk

diedarkan ke seluruh sel diberbagai jaringan. Untuk memenuhi keperluan seluruh sel

tubuh akan oksigen tiap saat, yang jumlahnya besar, senyawa ini tidak cukup untuk

dibawa dalam keadaan terlarut secara fisik saja di dalam air, yang dalam hal ini cairan

serum. Kelarutan oksigen secara fisik di dalam darah sangat dipengaruhi oleh tekanan

parsial dari gas ini (PO2) serta oleh suhu. Kedua faktor ini merupakan faktor lingkungan

yang sangat mudah berubah-ubah. Oleh karena itu tidaklah mungkin untuk memenuhi

keperluan akan oksigen dalam jumlah yang besar secara terus menerus, bila tubuh hanya

mengandalkan kedua faktor ini. Harus ada suatu mekanisme lain, yang sedikit atau

banyak membebaskan tubuh untuk membebaskan dari dari kedua faktor tersebut. Untuk

menjamin kemandirian ini. Organisme harus mampu menyediakan suatu mekanisme yang

tidak terlalu tergantung pada faktor lingkungan tersebut. Satu-satunya jalan ialah dengan

mengikat oksigen secara kimia.dan untuk itu harus ada senyawa yang mampu melakukan

pengikatan tersebut. Keperluan tersebut dipenuhi oleh senyawa yang terkenal dengan

nama hemoglobin (Hb). Hemoglobin yang “terbungkus” di dalam SDM merupakan

tingkat perkembangan lebih lanjut dari mekhluk hidup. Dalam keadaan seperti ini,

pengaruh kedua faktor lingkungan tersebut yaitu tekanan parsial dan suhu dapat dikurangi

sekecil mungkin sehingga daya ikat hemoglobin secara kimia menjadi maksimum

(Almatsier, 2003; FKM UI, 2007; Wikipedia, 2007).

• Anemia.

Anemia adalah penyakit yang banyak dijumpai dan disebabkan oleh berbagai hal.

Akan tetapi, meskipun penyebab anemia bermacam-macam sehingga jenis anemia

beraneka ragam pula, ada gejala umum yang sama yang menimbulkan dugaan seseorang

menderita penyakit ini. Gejala yang paling umum adalah pucat , yang mudah dilihat pada

wajah penderita. Gejala ini akan tampak lebih jelas lagi pada selaput lender, yang midah

dilihat pada mulut dan bagian dalam kelopak mata. Selain itu, gejala umum yang selalu

ditemukan pada berbagai jenis anemia ialah mudah lelah.

Fungsi Sel Darah Merah sebenarnya dijalankan oleh hemoglobin dan akibat yang

ditimbulkan oleh anemia sebenarnya adalah konsekuensi dari kurangnya hemoglobin

untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke berbagai jaringan, maka anemia diartikan

sebagai keadaan dengan konsentrasi hemoglobin kurang dari nilai normal (Almatsier,

2003; Anoraga, 2001; Wikipedia, 2007).

• Penyebab anemia

Sangat penting untuk diketahui untuk memudahkan pengobtan, karena apabila

pengobatan yang diberikan dengan atas pengetahuan yang teliti akan menyebabkan

bahaya,adapun penyebabnya (Almatsier, 2003):

• Anemia karena cacat SDM

• Anemia karena kekurangan gizi

• Anemia karena pendarahan.

• Anemia karena autoimun.

• Akibat anemia

Anemia menyebabakan jumlah uksigen yang diikat dan dibawa hemoglobin

berkurang, sehingga tidak dapat memenuhi keperluan jaringan. Beberapa organ

danproses memerlukan oksigen dalam jumlah besar. Bila jumlah oksigen yang

dipasok berkurang, maka kinerja organ yang bersangkutan akan menurun,

sedangkankelancaran proses tertentu akan terganggu (Almatsier, 2003).

• Gizi

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi

yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih

dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi

esensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan, terutama protein karena

bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air, seperlima

bagian tubuh adalah protein. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan

oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Anoraga,

2001).

• Fungsi protein.

Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai enzim,

zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain lain

(Almatsier,2003; Anoraga, 2001):

• Sebagai enzim.

• Alat pengangkut dan alat penyimpan

• Pengatur pergerakan

• Penunjang Mekanisme

• Pertahanan tubuh atau imunisasi

• Media perambatan impuls syaraf

• Pengendalian pertumbuhan

• Mutu protein

Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung

dalam protein tersebut. Pada prinsipnya suatu protein yang dapat menyediakan asam

amino esensial dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia,

mempunyai mutu yang tinggi. Sebaliknya protein yang kekurangan satu atau lebih

asam-asam amino esensial mempunyai mutu yang rendah. Jumlah asam amino yang

tidak esensial tidak dapat digunakan sebagai pedoman karena asam-asam amino

tersebut dapat disintesis di dalam tubuh.

• Kebutuhan protein.

Kebutuhan manusia akan protein dapat dihitung dengan mengetahui jumlah

nitrogen yang hilang (obligatory nitrogen ). Bila seseorang mengkonsumsi ransom

tanpa protein, maka nitrogen yang hilang tersebut pasti berasal dari protein tubuh yang

dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

• Kekurangan konsumsi protein.

Kekurangan konsumsi protein pada anak-anak kecil dapat menyebabkan

terganggunya pertumbuhan badan si anak, menyebabkan kuashiorkor. Pada orang

dewasa kekurangan protein mempunyai gejala yang kurang spesifik, kecuali pada

keadaan yang telah sangat parah seperti busung lapar (Almatsier,2003; Anoraga,

2001).

• Kelelahan Kerja

Kelelahan (Fatigue) suatu kondisi yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu

kegiatan. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian

kelelahan fisik (Physical Fatigue) dan kelelahan mental (Mental Fatigue). Kata kelelahan

menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada

pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan disini diartikan sebagai

proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik

tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Kata kelelahan

menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada

pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur P.K., 2003).

Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu istirahat (Yayasan Spirita,

2004). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu

kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih

dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau

mental fatigue (Budiono dkk, 2003). Dengan kelelahan fisik otot kita tidak dapat melakukan

kegiatan apapun semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak dapat

memusatkan pikiran seperti dulu (Yayasan Spirita, 2004).

Gambar 1. Penyebab Kelelahan (Budiono dkk, 2003)

• Gejala Kelelahan

Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan

obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, berkurangnya konsentrasi,

berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak

ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani

(Budiono dkk, 2003).

Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan

yaitu (Suma’mur P.K., 2003):

• Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala, badan

merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, dan lain-lain.

• Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi gugup, tidak

dapat berkonsentrasi, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, dan

lain-lain.

• Pelemahan Fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa

nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada anggota badan,

spasme dari kelopak mata, dan merasa pening.

• Cara Mengurangi Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada

keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja, misalnya dengan pengaturan jam

kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat (Suma’mur P.K., 2003). Pengetrapan

ergonomi sangat membantu, monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan

penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja. Demikian pula organisasi

proses produksi yang tepat, selanjutnya usaha ditujukan kepada kebisingan, tekanan

panas, pengudaraan dan penerangan yang baik (Suma’mur P.K., 2003).

Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor

kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (Budiono dkk, 2003):

• Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk

• Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

• Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar

ergonomi

• Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja

• Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi tenaga

kerja

• Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik

• Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan

fleksibilitas yang tinggi.

• Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor–faktor yang

mempengaruhinya. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi kelelahan antara lain

adalah:

• Faktor dari individu

• Usia

• Status gizi

Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh).

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi seseorang

khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT

dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat

tinggi badan dalam meter (Supariasa, 2002). Hasil pengukuran dikategorikan

sesuai ambang batas IMT pada tabel berikut.

Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Supariasa, 2002)

NO  KRITERIA  KATEGORI  IMT 

•   Kurus  Kekurangan berat badan tingkat berat  < 17,0 

    Kekurangan berat badan tingkat ringan  17,0 – 18,5 

•   Normal    18,5 – 25,0 

•   Gemuk   Kelebihan berat badan tingkat ringan  > 25,0 – 27,0 

    Kelebihan berat badan tingkat berat  > 27,0 

Sumber data primer 2012

• Kondisi Kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit

tersebut antara lain:

• Penyakit Jantung

• Penyakit gangguan ginjal

• Penyakit asma

• Tekanan darah rendah

• Tekanan darah tinggi

• Keadaan psikologis

• Faktor dari luar

• Beban Kerja

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan

dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik,

atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya

mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang

dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja

yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi

kecocokan, pengalaman, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya (Suma’mur

P.K., 2003).

Begitu juga dengan oksigen, bahwa setiap individu mempunyai

keterbatasan maksimum untuk oksigen yang dikonsumsi. Semakin

meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara

proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih

tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh

kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik.

Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatrnya

kandungan asam laktat (Nurmianto, 2003).

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori

yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat

pada pembebanan otot statis. Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut

jantung yang berbeda-beda, selain itu temperatur sekeliling yang tinggi,

tingginya pembebanan otot statis serta semakin sedikit otot yang terlibat dalam

suatu kondisi kerja dapat meningkatkan denyut jantung. Dengan demikian

denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja. Adapun hubungan antara

metabolisme, respirasi, temperatur badan dan denyut jantung sebagai media

pengukur beban kerja ditunjukkan pada tabel di bawah ini (Nurmianto, 2003).

Tabel 2. Klasifikasi metabolisme, respirasi, temperatur badan dan denyut

jantung sebagai media pengukur beban kerja (Nurmianto, 2003)

Beban kerja Konsumsi oksigen

(L/menit)

Respirasi (L/menit) 

Temperatur badan (˚C) 

Denyut jantung (menit) 

Sangat ringan  0,25 - 0,30  6 - 7  37,50  60 - 70 

Ringan 0,50 - 1 11 - 20 37,50 75-100 Agak berat 1 – 1,50 20-31 37,50 - 38 100 – 125 

Berat  1,50 - 2 31 - 43 38 – 38,50 125 - 150 Sangat berat  2 – 2,50 43 - 56 38,50 - 39 150 175 Luar biasa

berat  2,50 - 4  60 – 100  > 39  >175 

Sumber data primer 2012

• Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik yang mempengaruhi kelelahan pada tenaga kerja

bagian moulding IPK Brumbung Semarang adalah

• Kebisingan

• Cuaca kerja

• Getaran.

• Macam Kelelahan

Menurut Suma’mur P.K. (2003), kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 macam:

• Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua

aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya gejala kelelahan tersebut. Tidak

adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan

merasa ‘ngantuk’ (Budiono dkk, 2003)

• Kelelahan Otot (Muscular fatigue)

Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar

biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan

otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar (External sign). Tanda-tanda

kelelahan otot pada percobaan-percobaan, otot dapat menjadi lelah adalah sebagai

berikut :

• Berkurangnya kemampuan untuk menjadi pendek ukurannya.

• Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi.

Memanjangnya waktu laten yaitu waktu diantara perangsangan dan saat mulai kontraksi

(Budiono dkk, 2003).

• Pengukuran Kelelahan

Menurut para ahli ergonomi, terdapat keterkaitan antara kelelahan dengan

tingkat stres, atau lebih tepatnya kelelahan dengan produktivitas kerja. Hal ini

ditunjukkan melalui reaksi tubuh terhadap jenis-jenis stres yang berbeda-beda, oleh

karena itu perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan solusi bagi kecenderungan

implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap kinerja

perusahaan (Budiono dkk, 2003).

Pengukuran kelelahan selama ini hanya mampu mengukur beberapa

manifestasi atau “indikator” kelelahan saja, tetapi Maurits (2010) mencoba

memperkenalkan pengukuran kelelahan secara lebih objektif, antara lain menggunakan

dua pemeriksaan berikut ini:

• Pengukuran waktu reaksi dengan alat pemeriksa waktu reaksi (reaction timer L77

lakassidaya)

• Kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2)

• Produktivitas

Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input).

Perumusan ini berlaku untuk perusahaan, industri dan ekonomi secara keseluruhan. Lebih

sederhana, maka produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung, antara jumlah

yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber daya yang dipergunakan selama proses

berlangsung (Budiono, 2003).

• Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang pentingi

semua tingkatan ekonomi. Pada perusahaan pengukuran produktivitas terutama

digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi

produksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas terlihat pada

penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target atau sasaran

tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara

periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan (Sinungan, 2003)

Pengukuran merupakan hal yang paling penting dalam mengetahui ada

tidaknya perubahan, perbedaan dan sebagainya. Untuk itulah pengukuran menjadi

penting sebagai standar dalam pengambilan keputusan. Jika hasil pengukuran

menunjukan produktivitas kerja rendah, maka dalam pengambilan keputusan seorang

pimpinan akan mengeluarkan berbagai hal yang dapat meningkatkan produktivitas

kerja. Dengan demikian dimasa yang akan datang terjadi peningkatan produktivitas

kerja (Tohardi, 2002).

Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut metode pengukuran waktu

tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja

yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam

oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standart.

Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas

tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana

(Sinungan, 2003):

Umumnya keluaran dari suatu industri sulit diukur secara kuantitatif. Dalam pengukuran

produktivitas biasanya selalu dihubungkan dengan keluaran secara fisik, yaitu produk akhir

yang dihasilkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor

risiko) dan variabel terikat (efek) yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama

(Arief TQ, 2004).

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja industri Pabrik Danarhadi Surakarta

dan Batik Brotoseno. Untuk lebih homogen populasi sampel, pada penelitian ini

dilakukan pada karyawan wanita dengan usia produktif, yaitu usia 20-50 tahun.

Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi

dan eksklusi yang telah ditetapkan didapatkan 140 populasi, yang dilanjutkan random

sampling yang didapatkan 69 sampel.

Uji analisis data dilakukan yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson Product

Moment) (Arief TQ, 2004),

Dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4. Skema kerangka pemikiran. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

• Hasil Penelitian

• Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia menunjukkan distribusi sampel

sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Usia

Umur JumlahSampel Persentase

(tahun)  (orang)  (%) 

20-30  16  23,18 

31-40  30  43.47 

41-50  23   33.33 

Jumh  69  100 

Sumber: data primer 2012

Tabel 3 memaparkan distribusi sampel berdasarkan kelompok usia. Sampel

berusia 31-40 tahun menempati frekuensi terbanyak (43,47 %), kelompok usia 41-50

tahun menempati frekuensi menengah (33.33) dan kelompok usia 20-30 tahun

menempati frekuensi tersedikit (23,08 %). Tabel 1 memperlihatkan bahwa ternyata

rata-rata usia subjek penelitian sebagai pekerja di pabrik batik PT Danar Hadi dan

Brotoseno Surakarta lebih dari 31 tahun.

• Karakteristik subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dipaparkan

sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan  JumlahSampel  Persentase (%) 

SD  31  44.93 

SMP  20  28.98 

SMA  17  24.64 

PT  1  01.45 

Jumh  69  100 

Sumber: data primer 2012

Tabel 4 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan.

Sampel dengan tingkat pendidikan SD menempati urutan sampel terbanyak (44.93%),

sedangkan sampel dengan tingkat pendidikan PT menempati urutan sampel terendah

(01.45 %). Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian yang

bekerja di pabrik batik PT Danar Hadi dan Brotoseno Surakarta berpendidikan

tamatan SD.

• Karakteristik hasil penelitian berdasarkan kadar Hb terhadap sampel dapat dipaparkan

sebagai berikut:

Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan kadar Hb.

No Kadar Hb

(g/dL) 

Jumlah Sampel

(orang) 

Persentase

(%) 

•   < 11,7  4  5,80 

•   Normal 11,7 – 15,5  63  91,30 

•   >15,5  2  2,90 

  JUMLAH  69  100 

Sumber: data primer 2012

Tabel 5. Menunjukkan distribusi sampel berdasarkan kadar Hb. Sampel dengan

anemia sebanyak 4 orang (5,80 %).

• Karakteristik hasil penelitian berdasarkan tingkat kelelahan dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan tingkat kelelahan

No Tingkat Kelelahan

(g/dL) 

Jumlah Sampel

(org) 

Persentase

(%) 

•   Normal (150-240)  8  11,59 

•   Kelelahan Kerja Ringan (240 < X < 410)  29  42,03 

•   Kelelahan Kerja Sedang (410 < X < 580)  27  39,13 

•   Kelelahan Kerja Berat (> 580)  5  7,25 

  JUMLAH  69  100 

Sumber: data primer 2012

Tabel 6 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan tingkat kelelahan. Sampel sebagian

besar menunjukkan tingkat kelelahan sebesar (88,41 %).

• Karakteristik hasil penelitian berdasarkan tingkat produktivitas kerja dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 7. Distribusi sampel berdasarkan produktivitas kerja

No  Produktivitas kerja Jumlah Sampel

(orang) 

Persentase

(%) 

•   Tidak baik

(< 4 lembar/minggu) 

9  13,04 

•   Baik (≥ 4 lembar/minggu)  60  86,96 

  JUMLAH  69  100 

Sumber: data primer 2012

Tabel 7. Menunjukkan distribusi sampel berdasarkan produktivitas kerja. Pada

kedua pabrik batik, batasan produktivitas hasil batik pekerja ditetapkan dari pihak

pabrik rata-rata sebanyak 4 lembar kain batik tulis yang minimal dihasilkan para

pekerja perminggunya, pekerja yang menghasilkan batik tulis kurang dari 4 lembar kain

batik tulisdapat diartikan tidak sesuai target perusahaan atau produktivitasnya tidak

baik. Walaupun dalam menghasilkan batik tulis tersebut sangat bergantung pada mudah

atau sulitnya motif suatu batik, hal ini juga menjadi faktor perancu tersendiri dalam

menilai produktivitas para pekerja batik tulis tersebut. Sampel dengan produktivitas

yang baik sebanyak (86,96 %).

Data hasil penelitian diuji secara statistik homogenitasnya dengan Uji Homogenitas

Kolmogorov Smirnov, didapatkan nilai homogenitas untuk parameter Hb, skor kelelahan

dan produktivitas kerja di dapatkan untuk parameter Hb dan skor kelelahandi dapatkan

data homogen (p = 0,752 dan p = 0,986) dimana p > 0,05 (Lampiran), sehingga dapat

dilanjutkan ke uji parametrik yaitu dengan Uji Korelasi Pearson Product Moment (IBM

SPSS Statistics), sedangkan untuk produktivitas kerja di dapatkan data tidak homogen (p

= 0,000) dimana p < 0,05 (Lampiran), sehingga uji hubungan antara Hb dengan

produktivitas kerja digunakan Uji Korelas Spearman. Uji statistik korelasi antara Hb

dengan skor kelelahan kerja dengan tingkat tingkat keyakinan 95%, di dapatkan nilai p =

0,361 (p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara Hb dengan Skor kelelahan pada pekerja di pabrik PT

Danar Hadi dan batik brotoseno. Sedangkan Uji statistik korelasi spearman antara Hb

dengan produktivitasdengan tingkat tingkat keyakinan 95%, di dapatkan nilai p = 0,704

(p > 0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara Hb dengan produktivitas pada pekerja di pabrik PT

Danar Hadi dan Batik Brotoseno.

• Pembahasan

Dari hasil penelitian di dapatkan ternyata pada subjek penelitian di Surakarta tidak

di dapatkan hubungan antara kadar Hb dengan kelelahan kerja, serta tidak terdapat

hubungan yang bermakna secara statistik antara Hb dengan produktivitas, hal ini

kemungkinan dikarenakan faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja dan produktivitas

bukanlah hanya faktor Hb atau dengan kata lain faktor Hb merupakan salah satu saja,

dalam perannya Hb sebagai penyokong gizi untuk tubuh, karena fungsi Hb yang salah

satunya sebagai pengangkut zat gizi ke seluruh tubuh (Suma’mur P.K., 2003). Lebih

lanjut seperti yang di gambarkan Budiono, dkk (2003), sebagaimana diketahui, bahwa

dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan yang mempunyai beragam panyebab yang

berbeda, namun demikian secara umum dapat dikelompokkan seperti pada gambar di

bawah ini:

Gambar 1. Penyebab Kelelahan (Budiono dkk, 2003)

Penyebab kelelahan dikelompokkan seperti gambar di atas merupakan diagram

teoritik efek kombinasi dari penyebab kelelahan dan usaha yang diperlukan untuk

memperbaiki keadaan tersebut (Budiono dkk, 2003). Jantung berdenyut kira-kira 70

kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi melambat selama tidur dan

dipercepat oleh emosi, olahraga, demam dan rangsang lain (Ganong, 2004). Berbagai

macam kondisi kerja dapat menaikkan denyut jantung seperti bekerja dengan

temperatur yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang

terlibat dalam suatu kondisi kerja (Nurmianto, 2003).

Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis dalam bekerja dengan melakukan

gerakan yang sama dapat menyebabkan waktu putaran menjadi lebih pendek, sehingga

pekerja sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang (Budiono dkk,

2003). Kondisi kerja yang berulang-ulang dapat menimbulkan suasana monoton yang

berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan dikategorikan sebagai kelelahan

(Nurmianto, 2003).

Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup lama akan

mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-

lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat berulang atau repetitive.

Suasana kerja dengan otot statis, aliran darah menurun, sehingga asam laktat

terakumulasi dan merngakibatkan kelelahan otot local (Nurmianto, 2003).

Pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh yang lebih baik (Budiono dkk, 2003). Tubuh memerlukan zat-zat dari

makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang

meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan, dalam hal gizi inilah Hb berperan,

karena fungsi Hb yang salah satunya sebagai pengangkut zat gizi ke seluruh tubuh

(Suma’mur P.K., 2003).

Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan

kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka

merasa lelah (Suma’mur P.K., 2003). Sebabnya ialah adanya tanggung jawab,

kecemasan dan konflik.

Dari hasil penelitian penyebab kelelahan subjek penelitian di Surakarta

kemungkinan di sebabkan oleh :

• Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis

• Masalah lingkungan kerja

• Kebisingan.

• Penerangan.

• Irama detak jantung.

• Masalah-masalah fisik

• Tanggung jawab

• Kecemasan.

• Konflik.

• Nyeri dan penyakit lainnya.

• Gizi/Nutrisi.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di PT. Danarhadi didapatkan hasil

bahwa pekerja Batik tulis melakukan pekerjaan lebih dari 8 jam/hari, dan karena beban

pekerjaan yang tinggi bisa menyebabkan kelelahan.

Kelelahan dapat dihilangkan dengan berbagai cara yaitu melakukan rotasi

sehingga pekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama selama berjam-jam, memberi

kesempatan pada pekerja untuk berbicara dengan rekannya, meningkatkan kondisi

lingkungan kerja seperti mereduksi kebisingan, memperbaiki lingkungan kerja (Budiono

dkk, 2003), memberikan waktu istirahat yang cukup (Nurmianto, 2003).

KESIMPULAN

Dari Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa:

• Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan kelelahan kerja pada pekerja pabrik

batik tulis di kota Surakarta.

• Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan produktivitas kerja pada pekerja pabrik

batik tulis di kota Surakarta.

• Faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja dan produktivitas kerja bukan kadar Hb,

kemungkinan dari faktor lain. Seperti faktor individu (usia, status gizi, kondisi

kesehatan) serta faktor luar (beban kerja dan lingkungan fisik).

• Intervensi mengatasi kelelahan dengan cara meningkatkan status gizi pekerja,

memeriksa kondisi kesehatan secara rutin, rotasi tempat kerja dan beban pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Arief TQ, Mochammad. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.

Klaten: CGSF(The Community of Self Help Group Forum)

Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku Kedokteran EGC.

Jakarta

Budiono, A.M.Sugeng dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja.

Jakarta.

Depnaker: Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial. 2000. Training Material

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Kesehatan Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga

Kerja.

Ganong, W.F. 2004. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.

Maurits, Lientje Setyawati K. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta:

Penenerbit Amara Books

Moelfi, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Papas Sinar Sinanti Bhatara

Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya: Guna Widya.

FKM UI .2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lngkungan. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publisher.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar

Maju

Sinungan, Muchdaryah. 2003. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara

Suma’mur PK. 2003. Ergonomi untuk Produktivitas, Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Supariasa, I Dewa Nyoman Bachyar Bakri. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.

Syafitri, Yunita. 2008. Hubungan Produktivitas Dengan Asupan Zat Besi dalam

Tubuh. http://yunitasyafitri.blogspot.com/2008/12/hubungan-produktivitas- engan-

asupan.html. Diakses pada tanggal 17 September 2011.

Wikipedia. 2007. Hemoglobin. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemoglobin. Diakses pada

tanggal 17 Januari 2012

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas.

Surakarta: UNIBA Press

Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis Manajeman Sumber Daya Manusia. Bandung :

CV Mandar Maju

Wignjosoebroto. Sritomo. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Teknik. Jakarta: EGC.

Yayasan Spirita. 2004. Kelelahan, http://www.i-base.org.uk.