analisis terhadap kurikulum_gpo

Upload: prima-rahadiantara-subakti

Post on 05-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    1/30

    Analisis Terhadap Kurikulum, Problematika, dan

    Kasus Pembelajaran pada Topik Bilangan Bulat

    di Sekolah Dasar

    Oleh:

    Elang Krisnadi

    (Staf Akademik FKIP-UT)

    [email protected]

    A. Pendahuluan

    Tulisan ini disajikan atas dasar beberapa fakta berikut yang penulis dapatkan

    melalui:1. Hasil wawancara dengan para guru SD di sekitar UT pondok cabe yang

    menyatakan bahwa:

    a. Materi bilangan bulat merupakan salah satu topik yang dianggap sulit.

    b. Guru kurang begitu paham bagaimana menanamkan pengertian agar tidak

    bersifat dogmatis dan abstrak.

    c. Guru mengalami kesulitan pula ketika menjelaskan operasi hitung yang

    berbentuk a (-b) dan cara menggambarkannya ke dalam garis bilangan agar

    mudah diterima anak (kelas 4 dan 5).

    d. Guru tidak dapat membedakan bagaimana proses menggambarkan operasi

    hitung yang berbentuk a + (-b) dengan a b atau a (-b) dengan a + b pada

    garis bilangan.

    e. Guru hanya mengetahui dan menggunakan garis bilangan saja sebagai media

    bantu dan tidak pernah menggunakan alat peraga lain untuk memperjelas

    pemahaman siswa terhadap konsep operasi hitung bilangan bulat. Sementara

    itu, penggunaan garis bilangan yang disampaikan guru prinsip kerjanya tidak

    konsisten. Dengan prinsip kerja yang tidak konsisten tersebut, maka untuk

    1

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    2/30

    menggambarkan operasi hitung yang berbentuk a b dan a (-b) ke dalam

    garis bilangan guru selalu mengubahnya terlebih dahulu ke dalam bentuk

    a + (-b) untuk bentuk a b dan a + b untuk bentuk a (-b).

    f. Bilangan bulat disampaikan guru kepada siswa dengan pendekatan yang

    abstrak, padahal pola berpikir siswa kelas 4 dan 5 masih berada pada taraf

    operasi (berpikir) kongkrit.

    2. Pengamatan terhadap buku-buku pelajaran matematika yang beredar di

    sekolah yang terkait dengan materi bilangan bulat, ternyata pengemasan materi

    yang disajikan tidak mendukung guru untuk menyampaikan konsep secara baik

    dan konsisten.

    3. Dari sisi siswa, ketika siswa dihadapkan pada soal-soal campuran yang

    berbentuk seperti -15 (-27) + 12, siswa kurang begitu paham bagaimana

    seharusnya menyiasati bentuk-bentuk soal yang seperti itu yang kerap disajikan

    dalam buku paket sebagai latihan. Kalaupun siswa berusaha untuk menjawabnya,

    siswa tersebut tidak begitu yakin apakah jawabannya benar atau salah.

    Berdasarkan masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan kajian

    atau analisis lebih dalam guna mencari solusi bagaimana seharusnya mengembangkan

    model pembelajaran bilangan bulat yang memudahkan bagi guru untuk menanamkan

    konsep kepada siswa (khususnya siswa kelas 4), mulai dari pengertian sampai kepada

    operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang melibatkan

    bilangan positif dan negatif.

    Dalam pembelajaran bilangan bulat, penulis mencoba mengungkapkan gagasan

    yang bersifat inovatif, yaitu:

    1. Menggunakan alat peraga manipulatif, yaitu balok garis bilangan (merupakan

    modifikasi dari alat peraga pita garis bilangan dan tangga garis bilangan) dan

    manik-manik. Berbeda dengan alat peraga bilangan bulat yang biasa digunakan

    2

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    3/30

    guru, prinsip kerja alat peraga yang akan digunakan tersebut selalu konsisten,

    sehingga dapat digunakan untuk menentukan hasil dari berbagai operasi hitung

    pada bilangan bulat.

    2. Menyisipkan bentuk kegiatan bermain melalui pendekatan permainan dalam

    proses pembelajaran.

    Terhadap gagasan tersebut, penulis memperoleh informasi yang cukup

    berarti dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner mengenai pengalaman guru

    tersebut ketika menyampaikan konsep bilangan bulat dan persepsinya terhadap alat

    peraga balok garis bilangan dan manik-manik yang selama ini belum dilihatnya.

    Selanjutnya, penulis juga akan memaparkan seputar bilangan bulat dan

    kedudukannya dalam struktur kurikulum SD dari waktu ke waktu dan mengkajinya

    apakah perubahan tersebut berdampak terhadap pemahaman siswa pada materi

    tersebut, bagaimana membelajarkan bilangan bulat dan rasional penggunaan alat

    peraga didalamnya, serta seputar pendekatan permainan dan rancangan

    pembelajarannya dalam pembelajaran bilangan bulat.

    B. Bilangan Bulat dan Kedudukannya dalam Struktur Kurikulum SD

    Bilangan bulat yang terdiri atas bilangan asli (bulat positif), nol, dan bilangan

    negatif atau yang jika dinyatakan dalam notasi himpunan ditulis sebagai B = {. . . , -3,

    -2, -1, 0, 1, 2, 3, . . . } merupakan satu pokok bahasan di sekolah dasar. Dalam

    kurikulum 1994 sekolah dasar, materi ini mulai diperkenalkan atau disampaikan

    kepada siswa di kelas 5 semester 1 (pertama). Pengenalannya dimulai dari mengenal

    bilangan positif dan negatif, membaca dan menulis lambang negatif, mengenal lawan

    suatu bilangan, operasi bilangan bulat yang meliputi penjumlahan (menjumlahkan

    bilangan bulat positif dengan bilangan positif, menjumlahkan bilangan negatif

    dengan negatif, dan sebaliknya, serta menjumlahkan bilangan negatif dengan

    3

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    4/30

    bilangan negatif) dan pengurangan (mengurangi bilangan positif dengan bilangan

    positif, mengurangi bilangan positif dengan bilangan negatif atau sebaliknya, dan

    mengurangi bilangan negatif dengan negatif). Sementara itu, operasi hitung

    perkalian dan pembagian beserta sifat-sifatnya diperkenalkan di kelas 1 SMP.

    Ketika menggunakan kurikulum 2004, bilangan bulat diperkenalkan kepada

    siswa di kelas 4 semester 1 dan di kelas 5 semester 1. Pada kurikulum 2004, materi

    bilangan bulat untuk kelas 4 pembahasannya dimulai dengan penggunaan bilangan

    bulat negatif dalam masalah sehari-hari, Bilangan bulat negatif dan positif,

    menuliskan bilangan bulat dalam kata-kata dan angka, mengurutkan bilangan bulat,

    menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan, menentukan lawan suatu

    bilangan, membandingkan 2 bilangan bulat, penjumlahan dan pengurangan bilangan

    bulat menggunakan garis bilangan, dan menuliskan kalimat atau pernyataan

    pengurangan ke bentuk penjumlahan atau sebaliknya. Sementara itu, sifat-sifat

    operasi hitung bilangan bulat, operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat,

    serta perkalian dan pembagian bilangan bulat diperkenalkan dan dibahas di kelas 5

    semester 1.

    Sementara itu, ketika KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) tahun

    2006 digulirkan terjadi perubahan kebijakkan kembali. Walaupun pengenalan

    bilangan bulat tetap diterapkan di kelas 4 dan kelas 5, namun dari sisi materi

    terjadi perubahan kembali. Pada kelas 4, yang dibahas adalah: Bilangan bulat positif

    dan negatif, menunjukkan penerapan bilangan negatif dalam masalah sehari-hari,

    membilang lambang bilangan bulat, membandingkan 2 bilangan bulat, mengurutkan

    bilangan bulat, menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan, lawan suatu

    bilangan, serta operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang melibatkan

    bilangan positif dan negatif, sedangkan operasi hitung perkalian dan pembagian

    4

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    5/30

    bilangan bulat yang melibatkan bilangan bulat positif dan negatif, hitung campuran,

    serta sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat diperkenalkan di kelas 5 semester 1.

    Komentar penulis terhadap kebijakan yang menempatkan pengenalan materi

    tersebut bergeser dari kelas 5 (kurikulum 1994) dimajukan ke kelas 4 (kurikulum

    2004 dan KTSP 2006) merupakan kebijakan yang tidak memperhatikan taraf atau

    tingkat perkembangan proses berpikir anak SD yang masih dalam taraf berpikir

    belum formal (relative masih kongkret). Mengapa demikian? Bilangan bulat untuk

    ukuran siswa SD kelas 4 dan kelas 5 dikategorikan sebagai materi yang sangat

    abstrak. Sulit bagi siswa untuk dapat mencerna atau memahami pengertian dari

    bilangan yang negatif, karena di sekitar kehidupan sehari-hari anak tidak ada

    bentuk benda konkret yang langsung dapat menggambarkan arti bilangan negatif.

    Hal ini menjadikan pembelajaran bilangan bulat secara keseluruhan relatif tidak

    mudah, bagi guru untuk mengkonkretkan sifat abstraknya, dan bagi siswa yang

    relatif belum mampu berpikir abstrak.

    Sementara itu, memperkenalkan operasi hitung perkalian dan pembagian

    beserta sifat-sifatnya kepada siswa SD kelas 5 juga merupakan kebijakan yang

    kurang tepat dan cenderung hanya memikirkan kemampuan si pengembang kurikulum.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika materi tersebut disampaikan di SMP kelas 1

    yang taraf berpikirnya sudah lebih tinggi masih banyak masalah yang dihadapi siswa

    pada jenjang tersebut. Sebaiknya pemerintah mengkaji ulang terhadap kebijakan

    yang menempatkan operasi hitung perkalian dan pembagian bilangan bulat beserta

    sifat-sifatnya pada kurikulum sekolah dasar.

    5

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    6/30

    C. Membelajarkan Bilangan Bulat

    Bilangan bulat merupakan salah satu dari jenis bilangan yang ada, dan bilangan

    ini sendiri ada agar operasi hitung yang melibatkan operasi seperti 2 6; 6 + . . . =

    4; . . . + 8 = 7; dan sebagainya mempunyai hasil.

    Selanjutnya, untuk menanamkan konsep-konsep yang ada pada bilangan bulat

    (mulai dari pengertian bilangan bulat itu sendiri sampai pada operasi hitung yang

    diperkenankan) kepada siswa SD, prinsipnya sama dengan membelajarkan

    matematika secara umum, yaitu menggunakan sarana alat bantu pembelajaran (alat

    peraga matematika). Namun demikian, untuk menanamkan pengertian bilangan bulat

    (terutama yang negatif), karena tidak ada benda konkret yang langsung dapat

    menggambarkan arti bilangan negatif, maka dapat digunakan pernyataan-pernyataan

    atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang dikenal anak, yang merupakan bentuk

    aplikasi bilangan bulat negatif, seperti: enam derajat di bawah nol (yang menyatakan

    bilangan negatif 6), mengalami kerugian sebesar 50 rupiah (yang menyatakan

    bilangan negatif 50), 10 meter di bawah permukaaan laut (yang menyatakan bilangan

    negatif 10), dan sebagainya.

    D. Alat Peraga Manipulatif untuk Keperluan Bilangan Bulat dan Prinsip

    Kerjanya

    Terdapat beberapa alat peraga yang dapat digunakan untuk menanamkan atau

    menjelaskan operasi hitung pada sistem bilangan bulat dalam tahap pengenalan

    konsep secara konkret, yaitu menggunakan alat peraga yang berdasarkan

    pendekatan konsep kekekalan panjang (seperti pita garis bilangan, tangga garis

    bilangan, balok garis bilangan) dan menggunakan alat peraga yang pendekatannya

    menggunakan konsep himpunan.

    6

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    7/30

    Alat peraga balok, pita, ataupun tangga garis bilangan proses kerjanya

    berpedoman pada prinsip bahwa panjang keseluruhan sama dengan panjang masing-

    masing bagian-bagiannya. Prinsip kerja yang harus diperhatikan dalam melakukan

    operasi penjumlahan maupun pengurangan dengan menggunakan alat ini sesuai

    kesepakatan adalah sebagai berikut :

    1. Posisi awal benda yang menjadi model harus berada pada skala nol.

    2. Jika bilangan pertama bertanda positif, maka bagian muka model menghadap ke

    bilangan positif dan kemudian melangkahkan model tersebut ke skala yang sesuai

    dengan besarnya bilangan pertama tersebut. Proses yang sama juga dilakukan

    apabila bilangan pertamanya bertanda negatif.

    3. Jika model dilangkahkan maju, dalam prinsip operasi hitung istilah maju diartikan

    sebagai tambah (+), sedangkan jika model dilangkahkan mundur, istilah mundur

    diartikan sebagai kurang(-).

    4. Gerakan maju atau mundurnya model tergantung dari bilangan penambah dan

    pengurangnya. Untuk gerakan maju, jika bilangan penambahnya merupakan

    bilangan positif maka model bergerak maju ke arah bilangan positif, dan

    sebaliknya jika bilangan penambahnya merupakan bilangan negatif, maka model

    bergerak maju ke arah bilangan negatif. Untuk gerakan mundur, apabila bilangan

    pengurangnya merupakan bilangan positif maka model bergerak mundur dengan

    sisi muka model menghadap ke bilangan positif, dan sebaliknya apabila bilangan

    pengurangnya merupakan bilangan negatif, maka model bergerak mundur dengan

    sisi muka menghadap ke bilangan negatif.

    Namun demikian, ada pula kesepakatan lain yang secara prinsip sebenarnya

    tidak berbenturan dengan prinsip di atas, yaitu sebagai berikut: Bilangan positif

    diberi arti maju, bilangan negatif diberi arti mundur, ditambah diberi arti

    jalan terus, sedangkan dikurang berarti balik kanan.

    7

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    8/30

    Gambar 1

    Alat Peraga Balok Garis Bilangan

    Sementara itu, alat peraga manik-manik seperti yang telah dikemukakan di

    atas, pendekatannya menggunakan konsep himpunan. Pada himpunan terdapat proses

    penggabungandan pemisahandua himpunan yang dalam hal ini anggotanya berbentuk

    manik-manik. Alat ini berbentuk bulatan-bulatan setengah lingkaran yang apabila sisi

    diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Alat ini biasanya terdiri

    dari dua warna, satu warna untuk menandakan bilangan positif (misal biru),

    sedangkan warna lainnya untuk menandakan bilangan negatif (misal kuning). Dalam

    alat ini, bilangan nol (netral) diwakili oleh dua buah manik-manik dengan warna

    berbeda yang dihimpitkan pada sisi diameternya, sehingga membentuk lingkaran

    penuh dalam dua warna. Bentuk netral ini dipergunakan pada saat melakukan operasi

    pengurangan a b dengan b > a atau b < 0. Penggunaan alat peraga manik-manik

    untuk melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan juga harus

    memperhatikan beberapa prinsip kerjanya, yaitu :

    Dalam konsep himpunan, proses penggabungandapat diartikan sebagai penjumlahan,

    sedangkan proses pemisahan dapat diartikan sebagai pengurangan. Berarti, kalau

    melakukan aktivitas penggabungan sejumlah manik-manik ke dalam kelompok manik-

    manik lain sama halnya dengan melakukan penjumlahan. Namun demikian, ada

    beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses penjumlahan, yaitu :

    8

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    9/30

    1. Jika a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0, maka gabungkanlah sejumlah manik-

    manik ke dalam kelompok manik-manik lain yang warnanya sama.

    2. Jika a > 0 dan b < 0 atau sebaliknya, maka gabungkanlah sejumlah manik-manik

    yang mewakili bilangan positif ke dalam kelompok manik-manik yang mewakili

    bilangan negatif. Selanjutnya, lakukan proses penghimpitan di antara kedua

    kelompok manik-manik tersebut agar ada yang menjadi lingkaran penuh.

    Tujuannya untuk mencari sebanyak-banyaknya kelompok manik-manik yang

    bernilai nol. Melalui proses ini akan menyisakan manik-manik dengan warna

    tertentu yang merupakan hasil penjumlahannya.

    Selanjutnya,kalau melakukan proses pemisahansejumlah manik-manik keluar

    dari kelompok manik-manik, maka sama halnya dengan melakukan pengurangan.

    Namun demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses

    pengurangan, yaitu :

    1. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a > b, maka pisahkanlah secara langsung sejumlah b

    manik-manik keluar dari kelompok manik-manik yang berjumlah a.

    2. Jika a > 0 dan b > 0 tetapi a < b, maka sebelum memisahkan sejumlah b manik-

    manik yang bilangannya lebih besar dari a, terlebih dahulu gabungkanlah

    sejumlah manik-manik yang bersifat netral ke dalam kelompok manik-manik a,

    dan banyaknya tergantung pada seberapa kurangnya manik-manik yang akan

    dipisahkan.

    3. Jika a > 0 dan b < 0, maka sebelum memisahkan sejumlah b manik-manik yang

    bernilai negatif, terlebih dahulu harus menggabungkan sejumlah manik-manik

    yang bersifat netraldan banyaknya tergantung dari besarnya bilangan b.

    4. Jika a < 0 dan b > 0, maka sebelum melakukan proses pemisahkan sejumlah b

    manik-manik yang bernilai positif dari kumpulan manik-manik yang bernilai

    negatif, terlebih dahulu harus menggabungkan sejumlah manik-manik yang

    9

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    10/30

    bersifat netral ke dalam kumpulan yang banyaknya tergantung pada seberapa

    besarnya bilangan b.

    5. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a > b, maka sebelum melakukan proses pemisahan

    sejumlah b manik-manik yang bilangannya lebih kecil dari a, terlebih dahulu harus

    melakukan proses penggabungan sejumlah manik-manik yang bersifat netral ke

    dalam kumpulan manik-manik a, dan banyaknya tergantung dari seberapa

    kurangnya manik-manik yang akan dipisahkan.

    6. Jika a < 0 dan b < 0 tetapi a < b, maka pisahkanlah secara langsung sejumlah b

    manik-manik keluar dari kelompok manik-manik yang berjumlah a.

    Gambar 2Alat Peraga Manik-manik

    Selain penggunaan alat-alat peraga di atas, hal yang tak kalah penting dalam

    menanamkan konsep operasi hitung bilangan bulat adalah mengupayakan adanya

    proses berabstraksi di dalam kegiatannya. Proses ini biasanya diupayakan pada saat

    anak telah menyadari adanya kesamaan di antara perbedaan-perbedaan yang ada

    atau kesamaan hasil dari proses yang berbeda (Cooney, dalam Shadiq, 2000). Lebih

    lanjut menurut Djaali (1999), setiap konsep abstrak yang baru dipahami anak perlu

    segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahan lama tertanam

    sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun tindakannya. Untuk keperluan

    10

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    11/30

    inilah diperlukan belajar melalui berbuat dan mengerti dan tidak hanya menekankan

    pada proses hapalan saja.

    Gambar 3

    Contoh Ilustrasi Proses Abstraksi

    E. Proses Kerja Balok Garis Bilangan Berdasarkan Prinsip Kerjanya

    Uraian berikut akan membahas penggunaan alat peraga tersebut berdasarkan

    prinsip kerja seperti yang telah dipaparkan. Misalkan ingin memperagakan bentuk-

    bentuk operasi hitung 3 + (-5) dan 3 5, dengan menggunakan balok garis bilangan,

    maka proses kerja yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. 3 + (-5) =. . . . ?

    1 Tempatkan model pada skala nol dan

    menghadap ke bilangan positif-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    11

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    12/30

    2 Langkahkan model tersebut satu

    langkah demi satu langkah maju dari

    angka 0 sebanyak 3 skala.

    Hal ini untuk menunjukkan bilangan

    pertama dari operasi tersebut,yaitu positif 3.

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    3 Karena bilangan penjumlahnya

    merupakan bilangan negatif, maka

    pada skala 3 tersebut posisi muka

    model harus dihadapkan ke

    bilangan negatif.

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    4 Karena operasi hitungnya berkenaan

    dengan penjumlahan, yaitu oleh

    bilangan (-5) berarti model

    tersebut harus dilangkahkan maju

    dari angka 3 satu langkah demi satu

    langkah sebanyak 5 skala.

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    Posisi terakhir dari model pada langkah 4 di atas terletak pada skala -2, dan ini

    menunjukkan hasil dari 3 + (-5). Jadi, 3 + (-5) = -2.

    b. 3 5 =. . . . ?

    1 Tempatkan model pada skala nol dan

    menghadap ke bilangan positif.

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    2 Langkahkan model tersebut satulangkah demi satu langkah maju dari

    angka 0 sebanyak 3 skala (untuk

    menunjukkan bilangan pertama,

    positif 3).

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    12

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    13/30

    3 Karena operasi hitungnya berkenaan

    dengan pengurangan, maka langkah-

    kan model tersebut mundur dari

    angka 3 satu langkah demi satu

    langkah sebanyak 5 skala denganposisi muka model tetap menghadap

    ke bilangan positif.

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

    Posisi terakhir dari model pada langkah 3 tersebut terletak pada skala -2, dan ini

    menunjukkan hasil dari 3 5. Jadi, 3 5 = -2.

    Misalkan gambar model yang pada posisi akhir peragaan dari 2 contoh di atas

    dihilangkan, maka akan terlihat bentuk peragaan garis bilangan dalam proses yang

    sebenarnya baik untuk operasi 3 + (-5) maupun untuk operasi 3 5.

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 3

    + (-5)

    -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

    3 - 5

    Kedua peragaan garis bilangan tersebut memperlihatkan dengan jelas, bahwa

    terdapat proses yang berbeda untuk menunjukkan hasil dari 3 + (-5) dan 3 5.

    Peragaan garis bilangan untuk bentuk 3 + (-5) hasilnya ditunjukkan oleh ujung anak

    panah, sedangkan bentuk operasi 3 5 hasilnya ditunjukkan oleh ujung pangkal

    panah. Berarti, untuk menentukan hasil dari operasi bilangan bulat jika peragaannya

    menggunakan garis bilangan, bilangan yang ditunjuk sebagai hasil tidak selalu

    berorientasi pada ujung anak panah, pangkal panahpun dapat digunakan sebagai

    penunjuk hasil.

    Berdasarkan temuan penulis di lapangan, banyak sekali buku-buku pelajaran

    matematika di sekolah dasar ataupun guru-guru yang mengajarkannya tidak

    13

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    14/30

    memperhatikan dengan benar prinsip-prinsip kerja dari penggunaan garis bilangan.

    Peragaan-peragaan yang dilakukan selalu berorientasi pada hasil yang ditunjukkan

    oleh ujung anak panah. Jika penggunaan garis bilangan selalu berorientasi pada hasil

    yang ditunjukkan oleh ujung anak panah, maka guru akan mengalami kesulitan untuk

    memperagakan bentuk-bentuk operasi hitung seperti : 5 (-6), (-3) (-7), (-4) 8,

    dan sebagainya. Hasil temuan di lapangan, banyak buku-buku pelajaran maupun guru-

    guru yang mengajarkan bilangan bulat tidak pernah memberikan contoh penggunaan

    garis bilangan untuk bentuk operasi a b dengan a < b atau b < 0 yang berdasarkan

    pada prinsip kerja alat peraga balok garis bilangan tersebut. Kalaupun ada, maka

    bentuk operasinya telah diubah terlebih dahulu berdasarkan konsep bahwa a b = a

    + (-b) atau a (-b) = a + b. Hal ini tentu tidak menyelesaikan masalah, karena guru

    tetap tidak dapat menjawab kenapa mesti jadi seperti itu dan bagaimana

    menunjukkan letak kesamaannya ? , dan juga menutupi proses sebenarnya dari

    bentuk operasi di atas.

    Dari 2 buah contoh peragaan di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan balok

    garis bilangan dengan penekanan pada prinsip kerja yang konsisten seperti itu dapat

    memberi gambaran bagaimana seharusnya menggunakan garis bilangan untuk

    menyelesaikan operasi hitung bilangan bulat dalam tahap pendekatan proses

    berpikir semiabstrak sebelum sampai pada tahap penyampaian konsep yang bersifat

    abstrak. Selanjutnya, bagaimana halnya dengan penggunaan manik-manik?. Apakah

    dalam prosesnya juga dapat membekali para guru untuk mengatasi beberapa keluhan

    dan kebuntuan yang dihadapinya?. Berikut dipaparkan proses kerja dari alat peraga

    manik-manik berdasarkan prinsip kerjanya.

    14

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    15/30

    F. Proses Kerja Manik-manik Berdasarkan Prinsip Kerjanya

    Uraian berikut akan membahas penggunaan alat peraga manik-manik

    berdasarkan prinsip kerja seperti yang telah dipaparkan. Misalkan ingin

    memperagakan bentuk-bentuk operasi hitung 3 + (-5) dan 3 5, maka proses kerja

    yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. 3 + (-5) = .?

    Untuk menjalankan proses peragaan bentuk operasi ini harus mengacu pada

    prinsip kerja nomor 2 pada sub. bagian penjumlahan, yaitu dengan proses kerja

    sebagai berikut:

    1 Tempatkanlah 3 buah manik-manik

    yang berwarna biru ke dalam papan

    peragaan.

    Hal ini untuk menunjukkan bilangan

    positif 3.

    2 Tambahkanlah ke dalam papan

    peragaan tersebut manik-manikyang berwarna kuning sebanyak 5

    buah yang menunjukkan bilangan

    kedua dari operasi tersebut, yaitu

    negatif 5.

    3 Lakukan pemetaan antara manik-

    manik yang berwarna biru dengan

    yang berwarna kuning dengan tujuan

    untuk mencari sebanyak-banyaknya

    bilangan yang bersifat netral (ber-

    nilai nol). Selanjutnya, manik-manik

    yang bersifat netral ini dapat

    dikeluarkan dari papan peragaan.

    15

    netral

    netral

    netral

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    16/30

    4 Dari hasil pemetaan terlihat ada 3

    pasangan manik-manik yang

    membentuk lingkaran penuh(bersifat netral). Jika pasangan

    manik- manik ini dikeluarkan , maka

    dalam papan peragaan terlihat ada

    2 buah manik-manik yang berwarna

    kuning (bernilai negatif 2). Peragaan

    ini menunjukkan kepada kita bahwa

    3 + (-5) = -2.

    b. 3 5 = .?

    Untuk menjalankan proses peragaan untuk bentuk operasi hitung seperti itu,

    harus mengacu pada prinsip kerja nomor 2 pada sub. bab pengurangan, yaitu dengan

    proses kerja sebagai berikut:

    1 Tempatkanlah 3 buah manik-manik

    yang berwarna biru ke dalam papan

    peragaan.

    Hal ini untuk menunjukkan bilanganpositif 3.

    16

    2 Karena operasi hitungnya berkenaan

    dengan pengurangan yaitu oleh

    bilangan positif 5, maka seharusnya

    kita memisahkan dari dalam papanperagaan tersebut manik-manik

    yang berwarna biru sebanyak 5

    buah. Namun, untuk sementara

    pengambilan tidak dapat dilakukan.

    Mengapa ?

    Akan diambil sebanyak 5 buah,

    tetapi hanya ada 3 buah

    ?

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    17/30

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    18/30

    G. Pendekatan Permainan: Pengertian, Rasional Penggunaan, Teori Belajar

    yang Mendasari, dan berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam

    Pembelajaran matematika

    Dalam menghadapi berbagai permasalahan pendidikan matematika di sekolah,

    hal pertama yang harus dilakukan adalah menumbuhkan kembali minat siswa

    terhadap pelajaran matematika. Sebab, tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk

    belajar dengan baik. Untuk menumbuhkan kembali minat siswa ini, tentu terkait

    dengan berbagai aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika di

    sekolah. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi: pendekatan yang digunakan,

    metodologi pembelajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak secara

    langsung berhubungan dengan proses pembelajaran matematika (misal, sikap orang

    tua terhadap matematika)

    Selain itu, untuk menumbuhkan minat ini dalam penyajiannya harus diupayakan

    dengan cara yang lebih menarik bagi siswa. Dalam pembelajaran matematika,

    sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, hal itu seringkali diabaikan,

    sehingga matematika dikenal siswa hanya sebagai kumpulan rumus dan simbol-simbol

    belaka.

    Dalam penyelenggaraan pendidikan matematika di Indonesia, seringkali

    dijumpai guru lebih mengarahkan siswa untuk menerima matematika sebagai

    pengetahuan yang sudah jadi, sehingga proses pembelajaran lebih banyak didominasi

    oleh ceramah guru, siswa sama sekali tidak dilibatkan. Pendekatan tersebut tentu

    akan semakin mengentalkan dikotomi antara guru yang berperan sebagai subjek dan

    siswa sebagai objek pembelajaran.

    Untuk keluar dari situasi tersebut, dan juga sebagai salah satu alternatif

    untuk menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran matematika, guru perlu

    mempertimbangkan penggunaan pendekatan konstruktivisme. Dengan pendekatan ini,

    18

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    19/30

    siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sementara guru

    dapat berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian proses pembelajaran akan

    benar-benar menjadi milik siswa.

    Selain itu, menyisipkan beberapa bentuk permainan dalam pembelajaran

    matematika dapat juga sebagai salah satu cara untuk menarik minat dan

    menghilangkan kejenuhan siswa di kelas.

    Di sisi lain, suatu hal yang menyenangkan bagi anak-anak adalah permainan,

    karena dunia anak tidak dapat lepas dari permainan. Menurut Monks (dalam

    Pitajeng, 2006) anak dan permainan merupakan dua pengertian yang hampir tidak

    dapat dipisahkan satu sama lain. Hal itu berarti bahwa anak-anak tidak dapat

    dipisahkan dari permainan. Bagi anak, bermain merupakan kebutuhan yang tidak

    dapat ditinggalkan. Adalah suatu tindakan yang kurang bijaksana jika ada orang tua

    yang membebani anaknya dengan berbagai kegiatan belajar, les, atau kursus sampai

    anak kehilangan waktu bermainnya, meskipun dengan dalih untuk mempersiapkan

    masa depan anaknya.

    Menurut Ahmadi (dalam Pitajeng, 2006), permainan adalah suatu perbuatan

    yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak sendiri tanpa paksaan dan

    bebas, dengan tujuan untuk mendapatkan kesenangan pada waktu anak melakukan

    kegiatan tersebut. Dengan demikian, jika seorang anak melakukan kegiatan dengan

    asyik, bebas, dan mendapatkan kesenangan pada waktu melakukan kegiatan

    tersebut, maka anak itu merasa sedang bermain-main. Jika kondisi tersebut

    diterapkan ke dalam pembelajaran matematika, maka pembelajaran tersebut

    merupakan hal yang menyenangkan bagi anak.

    Dalam matematika, cukup banyak topik yang dapat disajikan dalam bentuk

    permainan. Permainan sebenarnya belum cukup terdefinisi dan terstruktur untuk

    menjadi sebuah metode, pendekatan atau model pembelajaran, akan tetapi seorang

    19

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    20/30

    guru hendaknya mengetahui bahwa bermain dengan matematika merupakan salah

    satu sarana bagi siswa untuk mengekspresikan kemampuan yang telah dimilikinya.

    Menurut Dienes (dalam Rusefendi, 1992), tiap-tiap konsep atau prinsip dalam

    matematika yang disajikan dalam bentuk konkret, akan dapat dipahami dengan baik

    oleh siswa. Jika benda atau objek konkret tersebut disajikan dalam bentuk

    permainan yang interaktif, maka akan sangat berperan bila benda atau objek

    konkret tersebut dimanipulasi dengan baik dalam pembelajaran matematika. Lebih

    lanjut Dienes (dalam Resnick dan Ford, 1981) mengemukakan bahwa perkembangan

    konsep matematika menurut teori belajarnya dapat dicapai melalui pola

    berkelanjutan, yang setiap seri dalam rangkaian kegiatan belajarnya berjalan dari

    yang konkret ke simbolik melalui tahap-tahap belajar. Tahap belajar yang dimaksud

    di sini adalah interaksi yang direncanakan antara satu segmen struktur pengetahuan

    dan belajar aktif yang dilakukan melalui media pembelajaran matematika yang

    didisain secara khusus. Masih menurut Dienes bahwa permainan matematika sangat

    penting, sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan

    secara konkret dan lebih membimbing serta menajamkan pengertian matematika

    pada anak didik. Lebih lanjut dikatakan bahwa objek-objek konkret dalam bentuk

    permainan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika

    jika dimanipulasi dengan baik. Lebih lanjut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992)

    mengatakan bahwa konsep-konsep matematika akan berhasil dipahami siswa jika

    dipelajari dalam 6 (enam) tahap berikut: 1) Permainan bebas (free play); 2)

    Permainan yang disertai aturan (games); 3) Permainan kesamaan sifat (Searching

    for communities); 4 Representasi (representation); 5) Simbolisasi (symbolization);

    dan Formalisasi (formalization).

    Permainan interaktif merupakan suatu permainan yang dikemas dalam

    pembelajaran matematika sehingga anak menjadi aktif dan senang dalam belajar.

    20

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    21/30

    Oleh karena itu, jika guru dapat mengemas bentuk permainan sebagai suatu media

    atau pendekatan dalam membelajarkan matematika bagi anak, diharapkan anak akan

    senang belajar matematika sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan

    mendapatkan hasil belajar yang optimal.

    Sementara itu, tujuan efektif dari penerapan permainan adalah untuk

    meningkatkan kepuasan respon dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

    Sejalan dengan pernyataan tersebut, Rusefendi, E.T (dalam Darhim, 1986)

    menyatakan bahwa permainan dalam pembelajaran matematika bermanfaat untuk: 1)

    menimbulkan dan meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, 2) menumbuhkan

    sikap yang baik (positif) terhadap matematika.

    Selain itu, permainan matematika itu dapat dikaitkan dengan salah satu atau

    lebih dari hal-hal berikut, untuk

    1. mengembangkan konsep

    2. latihan keterampilan

    3. penguatan

    4. memupuk kemampuan pemahaman

    5. pemecahan masalah

    6. hiburan

    Namun demikian, tidak selamanya permainan membuahkan hasil yang

    diharapkan. Oleh karena itu, agar permainan matematika mengenai sasaran

    hendaknya guru memperhatikan hal-hal berikut: 1) saat penggunaannya tepat, 2)

    sesuai dengan tujuan, dan 3) cara penggunaannya tepat pula (Rusefendi, E.T., 1979).

    Selain itu, dalam mempersiapkan rencana pembelajaran guru hendaknya

    memperhatikan 6 (enam) aspek berikut, yaitu:

    21

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    22/30

    1. Tujuan matematika dalam permainan harus teridentifikasi dengan jelas dan

    harus disampaikan kepada siswa agar secara mental siswa siap mempelajari

    matematika melalui permainan.

    2. Permainan yang digunakan harus sesuai dengan kurikulum pembelajaran

    matematika

    3. Sumber-sumber untuk melengkapi permainan harus dipersiapkan

    4. Strategi penilaian awal sebaiknya dipikirkan pula untuk menilai kesiapan

    belajar siswa melalui permainan

    5. Strategi pembelajaran dalam melakukan permainan harus ditetapkan, dan

    6. Strategi penilaian akhir sebaiknya dirumuskan dan digunakan untuk menilai

    keefektifan permainan dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan

    pembelajaran.

    Disamping ke 6 (enam) aspek tersebut, guru perlu memperhatikan pula

    beberapa pertimbangan berikut, yaitu:

    1. Tujuan pendidikan dan keterbatasan permainan

    2. Strategi pembelajaran dalam menggunakan permainan

    3. Evaluasi keefektifan permaian sebagai alat-alat belajar

    4. Tipe-tipe permainan, dan

    5. Sumber-sumber permaian

    H. Permainan dalam Pembelajaran Bilangan Bulat

    Untuk menarik minat siswa dalam mempelajari bilangan bulat, permainan

    menebak hasil dari suatu cerita dapat digunakan oleh guru untuk menggiring siswa

    agar lebih dapat memaknai konsep yang ada operasi hitung bilangan bulat. Namun

    demikian, dalam menerapkan permainan ini, tentu harus disesuaikan dengan

    kompetensi akhir yang sudah ditetapkan.

    22

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    23/30

    Sebagai contoh, berikut disajikan bagaimana merancang permainan tersebut

    ke dalam pembelajaran bilangan bulat.

    Media : Alat Peraga Balok Garis Bilangan

    Kompetensi : Siswa dapat menghitung hasil dari operasi bilangan bulat yangmelibatkan bilangan positif dan negatif.

    Topik : Operasi Hitung Bilangan Bulat

    Kelas : IV SD

    Berikut adalah contoh cerita yang harus ditebak bentuk operasi hitung dan

    hasilnya. Cerita ini harus dituliskan pada selembar kertas, kemudian kertas

    tersebut digulung atau dilipat sehingga teksnya tidak terlihat.

    Amir sedang menggerakkan mobil-mobilan di atas balok garis bilangan. Mula-mula ia

    gerakkan mobil-mobilan tersebut ke arah bilangan positif dan berhenti pada angka

    5. Kemudian pada angka 5 tersebut mobil-mobilan berbalik arah dengan

    menghadapkan mukanya ke bilangan negatif, setelah itu mobil-mobilan dimundurkan

    sampai berhenti di angka 9. Bentuk operasi hitung dari cerita tersebut adalah . . . .

    Soal-soal seperti ini banyaknya dibuat sesuai kebutuhan, tentu mengacu pada tujuan

    yang telah ditetapkan. Cara bermainnya adalah sebagai berikut:

    1. Bentuk kelompok (4 sampai 5 orang) dan masing-masing kelompok diberi alat

    peraga balok garis bilangan dan modelnya yang berupa mobil-mobilan.

    2. Sejumlah gulungan atau lipatan kertas yang berisi soal cerita diletakkan di

    meja guru.

    3. Guru mengambil satu gulungan kertas secara acak dan membacakannya secara

    keras dan tegas agar dapat terdengar dengan baik oleh seluruh kelompok yangbermain. Sementara itu, masing-masing kelompok memperagakan instruksi yang

    ada pada soal cerita tersebut dan memberikan jawaban.

    23

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    24/30

    4. Guru segera merespon jawaban siswa dan memberikan skor 1 di papan tulis

    pada kelompok yang menjawab benar, demikian seterusnya sampai seluruh soal

    dalam gulungan habis dibacakan.

    5. Kelompok yang dinyatakan menang jika kelompok tersebut paling banyak

    menebak hasil dengan benar, sedangkan kelompok yang kalah adalah yang

    menebak hasil paling sedikit.

    6. Setelah permainan selesai, guru hendaknya memberikan penguatan dan

    penegasan kembali agar pengetahuan yang didapat siswa lewat permainan

    tersebut bertambah mantap. Penguatan atau penegasan yang diberikan dapat

    berupa rangkuman dari materi ataupun penjelasan tambahan.

    I. Temuan-temuan Selama Proses Penggalian Informasi terkait dengan Uji

    Coba Aplikasi Model Pembelajaran Bilangan Bulat

    Penentuan sekolah di wilayah Depok yang akan dijadikan target oleh penulis

    dalam rangka untuk mengaplikasikan model pembelajaran bilangan bulat yang seluruh

    desainnya dirancang oleh penulis, dimaksudkan semata-mata karena kemudahan

    penulis untuk memperoleh akses ataupun memperoleh responden yang dapat

    membantu penulis merealisasikan rencana pembelajarannya. Namun demikian, karena

    kendala teknis maka aplikasi model pembelajaran bilangan bulat tidak dapat

    dilaksanakan. Karena uji coba model tidak dapat dilaksanakan, penulis memohon ijin

    kepada pimpinan sekolah untuk dapat bertemu dengan guru yang mengajarkan

    matematika di sekolah tersebut guna melakukan wawancara dan pengisian kuesioner

    seputar masalah pembelajaran bilangan bulat dan persepsinya terhadap alat peraga

    yang penulis perlihatkan kepada yang bersangkutan.

    a. Seputar pengalaman saat mengajar materi bilangan bulat.

    Menurut pengakuannya saat diwawancarai, saat menyampaikan pengertian

    bilangan bulat beliau menyampaikannya secara langsung bahwa bilangan bulat

    24

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    25/30

    adalah bilangan yang terdiri atas bilangan negatif, nol, dan bilangan positif tanpa

    ada penjelasan mengapa harus ada bilangan bulat yang negatif. Sementara itu,

    saat memperagakan penyajian garis bilangan beliau menyampaikan apa adanya

    seperti yang dibacanya di buku dengan prinsip yang tidak konsisten. Saat ditanya

    mengapa gambar dari garis bilangan untuk operasi bilangan yang berbentuk 4 5

    dan berbentuk 4 + (-5) gambarnya sama, beliau mengatakan bahwa untuk

    menggambarkan bentuk operasi 4 5 ke dalam garis bilangan, maka bentuk 4 5

    harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk penjumlahan lawannya, karena

    memang konsepnya demikian.

    Selanjutnya, ketika beliau dimintai pendapatnya tentang bagaimana cara

    menentukan hasil dari operasi pengurangan bilangan bulat yang berbentuk

    2 (-4), beliau langsung menyampaikan bahwa bentuk tersebut dapat diubah

    menjadi 2 + 4 dengan alasan bahwa minus ketemu minus menghasilkan positif.

    Padahal konsep perkalian bilangan bulat yang melibatkan bilangan negatif belum

    disampaikan di kelas 4. Komentar penulis terhadap situasi ini adalah bahwa jika

    informasi yang diberikan guru kepada siswa seperti itu tentu akan menjadi

    bumerang baginya jika tidak punya bekal pengetahuan, terutama jika ada siswa

    yang mempersoalkannya.

    b. Persepsi beliau terhadap alat peraga balok garis bilangan dan manik-manik.

    Menurut beliau kedua alat peraga tersebut cocok digunakan untuk menjelaskan

    operasi hitung bilangan bulat karena dapat menggambarkan secara kongkret

    proses perhitungan pada bilangan bulat. Melalui alat peraga tersebut, siswa akan

    merasa mudah mempelajari konsep operasi hitung bilangan bulat, siswa dapat

    menerapkan langsung pengoperasiannya. Kedua alat peraga tersebut sederhana

    dan tidak berbahaya. Menurut pengakuannya pula, dengan kedua alat peraga

    tersebut tentu siswa lebih mudah memahami bilangan bulat positif dan bilangan

    25

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    26/30

    bulat negatif dengan menetralkan bilangan tersebut. Alat peraga tersebut

    menarik dan tahan lama serta mudah membuatnya.

    Yang bersangkutan mengakui bahwa baru dilihatnya, selama ini beliau belum

    pernah menggunakan alat peraga tersebut di kelas karena belum mengetahuinya

    dan belum tersedia di sekolah. Beliau akan mencoba salah satu dari kedua alat

    peraga yang diperlihatkan karena menarik.

    Beliau juga setuju jika kedua alat peraga tersebut harus tersedia di sekolah

    dengan alasan, pembelajaran akan terasa lebih bermakna, membuat siswa

    tertarik dan aktif, siswa dapat belajar sambil bermain, melatih kreativitas siswa.

    Namun, menurutnya kedua alat peraga tersebut harus dilengkapi juga dengan

    panduan cara menggunakannya.

    Komentar umum beliau tentang kedua alat peraga:

    a. Balok Garis Bilangan

    Menarik, menyenangkan, lebih mudah digunakan

    Setiap sekolah seharusnya menyediakan alat ini

    Semua guru hendaknya menggunakan alat ini

    Mudah dalam penggunaannya dan pembuatannya

    Mungkin lebih dimengerti siswa

    Alat peraga ini dapat membuat siswa belajar sambil bermain karena

    ada modelnya (boneka dan mobil-mobilan)

    Cocok untuk kelas rendah

    b. Manik-manik

    Menarik meskipun agak sulit prinsip kerjanya dibandingkan dengan

    balok garis bilangan

    Lebih mempunyai ciri dan kelihatan lebih indah

    Setiap sekolah seharusnya menyediakan alat seperti ini

    26

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    27/30

    Unik

    Semua guru hendaknya menggunakan alat peraga ini

    Cocok untuk kelas tinggi

    Warna-warnanya menarik perhatian siswa

    Dengan pendekatan himpunan siswa lebih mudah memahami konsep

    c. Persepsi beliau terhadap RPP yang dikembangkan penulis

    Terkait dengan komentarnya tentang RPP yang dikembangkan penulis bahwa

    sepengetahuannya beliau belum pernah membuat RPP yang seperti itu. Beliau juga

    belum paham esensi mengapa harus ada tahap pendahuluan dan buat apa itu harus

    diadakan. Selama ini dalam membuat RPP, antara RPP yang satu dengan RPP yang lain

    pada bagian pendahuluan selalu ditulis dengan apersepsi dan salam. Kemudian dalam

    tahap penyajian yang dituliskan dibagian tersebut hanya langkah-langkah besarnya

    saja. Menurut pandangan penulis, RPP yang digunakan di sekolah tersebut ada hanya

    sekedar formalitas saja dan sama sekali tidak dijadikan acuan untuk menentukan

    langkah-langkah kegiatan pembelajaran di kelas, tidak mengherankan kalau ada

    pernyataan dari guru bahwa selama ini mereka kekurangan waktu ketika

    menyampaikan materi pelajaran.

    J. Kesimpulan dan Saran

    Kesimpulan:

    1. Bilangan bulat merupakan salah satu konsep dalam matematika yang dikeluhkan

    oleh para guru SD sebagai konsep yang sulit untuk disampaikan kepada siswa

    terutama tentang bilangan negatif dan operasi pengurangan bilangan bulat.

    2. Untuk menjembatani proses berpikir anak pada taraf operasi kongkrit,

    diperlukan secara mutlak penggunaan alat peraga untuk memudahkan anak

    menyerap dan mengenal konsep-konsep abstrak dari pelajaran matematika.

    27

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    28/30

    3. Alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan bilangan bulat dan operasinya adalah

    balok garis bilangan dan dan manik-manik yang proses kerjanya mengacu pada

    pendekatan konsep kekekalan panjang dan himpunan.

    4. Penggunaan alat peraga balok garis bilangan dan manik-manik secara realistik

    dapat digunakan untuk memvisualisasi seluruh bentuk operasi hitung pada sistem

    bilangan bulat, juga sebagai upaya untuk mengatasi kebuntuan guru dalam

    pembelajaran bilangan bulat.

    5. Alat peraga balok garis bilangan dan manik-manik merupakan alat peraga yang

    menggunakan aturan dalam menggunakannya. Berbeda dengan alat peraga yang

    biasa digunakan guru bahwa prinsip kerja kedua alat peraga tersebut selalu

    konsisten. Kedua alat peraga ini mudah dibuatnya dan dengan biaya yang murah

    serta tahan lama.

    6. Penggunaan alat peraga balok garis bilangan dan manik-manik dapat pula

    dimanfaatkan untuk memperlihatkan secara realistik keberlakuan konsep-konsep

    operasi hitung dalam sistem bilanganbulat.

    Saran:

    1. Setiap sekolah hendaknya menyediakan kedua alat peraga tersebut untuk

    digunakan guru dalam membelajarkan bilangan bulat.

    2. Untuk memudahkan para guru dalam menggunakan kedua alat tersebut, perlu

    dilengkapi dengan panduan cara menggunakan dan cara membuatnya, serta video

    yang menayangkan tentang cara menggunakan kedua alat tersebut.

    3. Terkait dengan RPP hendaknya dijadikan acuan bagi guru untuk menyajikan

    proses pembelajaran di kelas dan jangan hanya dijadikan sekedar formalitas

    saja.

    28

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    29/30

  • 8/2/2019 Analisis Terhadap Kurikulum_GPO

    30/30

    Van De Walle, J. A. 1990. Elementary School Mathematics: Teaching

    Developmentally. Virginia Commonwealth University: Longman.