analisis kelayakan pembiayaan mikro ib dengan...

103
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy) DISUSUN OLEH SETIANA FATIMAH NIM: 201-13-051 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH D-III FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: donhan

Post on 06-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN

AKAD MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah (A.Md.E.Sy)

DISUSUN OLEH

SETIANA FATIMAH

NIM: 201-13-051

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH D-III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Dan janganlah kamu bersikap lemah dan jangan (pula) kamu bersedih

hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya)

jika kamu orang-orang yang beriman”

(Ali-Imran: 139)

PERSEMBAHAN

Untuk Almamaterku IAIN Salatiga,

Orang tuaku, para dosenku, saudara-saudaraku,

Dan teman-teman seperjuanganku.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,

hidayah, serta inayah Nya kepada kita, salawat serta salam selalu kami

sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan tugas akhir ini diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Studi Perbankan Syariah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis banyak melibatkan bantuan-

bantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun

materiil, sehingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya,

kepada:

1. Untuk itu perkenalkan peneliti menyampaikan ucapan banyak terimakasih

kepada Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

3. Bapak Drs. Alfred L., M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Perbankan

Syariah.

4. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc., M.S.I selaku dosen pembimbing Tugas

Akhir yang berjasa membantu dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

5. Ibu Sri Nastiti Yulandari selaku Kepala Cabang Pembantu, bapak Didik

Istianto dan keluarga besar BRI Syariah KCP Sragen yang telah mengizinkan

melakukan penelitian dan pemberian data yang diperlukan.

viii

6. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan do’a, dukungan, serta

motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

7. Teman-teman D3 Perbankan Syariah Angkatan 2013.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

membantu kelancaran Tugas Akhir ini.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis sadar bahwa tidak ada sesuatu pun

yang sempurna kecuali Allah SWT. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis

menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga Tugas Akhir ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 25 Juli 2016

Penulis,

Setiana Fatimah

NIM 20113051

ix

ABSTRAK

Fatimah, Setiana. 2016. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB dengan

Akad Murabahah di BRI Syariah KCP Sragen. Jurusan Ekonomi dan

Bisnis Islam. Program Studi D3 Perbankan Syariah. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Qi Mangku Bahjatulloh, Lc.,

M.S.I

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur

pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah, kelayakan pembiayaan

mikroiB, dan perkembangan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP

Sragen Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode

pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dokumentasi dan

wawancara. Hasil penelitian ini menyimpulkan prosedur pembiayaan mikro

iB dilakukan dengan tahap permohonan, analisis pembiayaan, pemberian

keputusan, pencairan, serta pemantauan pembiayaan. Pada kelayakan

pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah menggunakan metode analisis

character, capacity, dan collateral. Perkembangan pembiayaan mikro iB

dalam bulan ke bulan mengalami banyak peningkatan. Selama berdirinya

BRI Syariah KCP Sragen belum pernah mengalami pembiayaan mikro iB

bermasalah.

Kata Kunci: Kelayakan, Pembiayaan Mikro iB, Akad Murabahah.

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... .. ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ……. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 7

D. Metode Penelitian ........................................................................ 9

E. Sistematika Penulisan ............................................................. … 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka ........................................................................... 14

B. Kerangka Teoritik ...................................................................... 18

xi

BAB III LAPORAN OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah BRI Syariah ................................................................... 55

B. Visi dan Misi BRI Syariah ......................................................... 55

C. Identitas BRI Syariah ................................................................. 56

D. Lokasi BRI Syariah .................................................................... 57

E. Struktur Organisasi BRI Syariah ................................................ 58

F. Job Description ........................................................................... 59

G. Produk-produk BRI Syariah ....................................................... 61

BAB IV ANALISIS

A. Prosedur pembiayaan mikro iB .................................................. 66

B. Kelayakan pembiayaan mikro iB ................................................ 71

C. Perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB .............. 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 82

B. Saran ........................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 85

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Pembiayaan Murabahah

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sragen

Gambar 3.2 Struktur Organisasi PT. BRI Syariah KCP Sragen

Gambar 4.1 Alur prosedur pembiayaan mikro iB BRI Syariah KCP Sragen

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun

2015

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

Tabel 4.1 Laporan Tingkat Pembiayaan Mikro iB

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Prosentase dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah salah satu agen

pembangunan (agent of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi

utama dari perbankan itu sendiri, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali

kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan. fungsi inilah yang

lazim disebut sebagai intermediasi keuangan (financial intermediary

function) (Anshori, 2008: 3).

Tidak dapat dipungkiri ketertarikan masyarakat terhadap ekonomi

Islam semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan mulai

bermunculannya lembaga-lembaga keuangan yang sistem operasinya berazas

dan berlandaskan pada hukum Islam. Salah satu lembaga keuangan yang

sedang hangat dibicarakan karena perkembangan dan pertumbuhannya adalah

bank syariah. Lembaga yang kegiatan usahanya tidak menerapkan sistem

bunga seperti bank konvensional lainnya, melainkan sistem bagi hasil atau

profit sharing. Upaya awal penerapan sistem profit and loss sharing tercatat

di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu upaya mengelola dana

jamaah haji secara non konvensional. Dari situlah kemudian muncul rintisan

Institusional lainnya adalah Islamic Rular Bank di Desa Mit Ghamr pada

tahun 1963 di Kairo Mesir (Antonio, 2001: 18).

2

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam

berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang

terlibat dalam kajian tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam

Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Beberapa uji coba

pada skala yang relative terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut

Tamwil-Salman, Bandung yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta

juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni Koperasi Ridho

Gusti. Akan tetapi, prakarsa mendirikan bank Islam di Indonesia baru

dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-

20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan perbankan

di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut di Hotel Sahid Jaya

Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk

kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia (Antonio, 2001: 25).

Faktor lain yang mendukung tumbuh dan berkembang pesatnya bank

syariah di dalam negeri adalah mayoritas penduduk Indonesia untuk

menjalankan prinsip agamanya di segala aspek kehidupan khususnya dalam

segi perekonomian mendorong mereka untuk mulai mencari solusi

pemenuhan kebutuhan mereka baik dari segi investasi atau pemenuhan modal

dengan cara yang halal atau terbebas dari praktek bunga. Dengan kata lain,

kehadiran bank syariah sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan

pertengahan antara bunga bank dengan riba (Muhammad, 2005: 14).

3

Perlu diketahui, bank syariah dan bank konvensional memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh

pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal laporan keuangan dan sebagainya.

Akan tetapi, terdapat perbedaan mendasar pada keduanya. Perbedaan tersebut

menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan

lingkungan kerja (Antonio, 2001: 29).

Dapat diketahui bahwa bank syariah merupakan bank yang beroperasi

dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank

tanpa bunga, adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasionalnya

dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi

Muhammad SAW. Dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan

yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dengan

lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalannya

disesuaikan dengan prinsip syariat Islam (Muhammad, 2005: 1).

Bank syariah itu sendiri merupakan institusi keuangan yang sangat

berbeda dengan konvensional. Bank syariah mengembangkan produknya

sangat bervariasi. Seperti halnya dalam produk pembiayaan, bank syariah

menawarkan produk-produk yaitu pembiayaan mudharabah, musyarakah,

murabahah, salam, istishna‟, ijarah dan lain-lain.

Penjelasan pembiayaan menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang

perbankan syariah dalam pasal 1 nomor 12, pembiayaan diartikan sebagai

penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: (a)

4

transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi

sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahiyah bittamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang

murabahah, salam, dan istishna‟; (d) transaksi pinjam meminjam dalam

bentuk piutang qardh; dan (e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk

ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai dan atau diberi fasilitas dana tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-

kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun

tersier. Adakalanya masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi

kehidupan hidupnya. Seperti halnya bank konvensional, bank syariah

berfungsi juga sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu

berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-

dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk

pembiayaan. (Muhammad, 2005: 17).

Di BRI Syariah KCP Sragen, terdapat berbagai macam produk

penghimpunan dana dan penyaluran dana, salah satu produk penyaluran dana

yang diminati oleh masyarakat adalah pembiayaan mikro iB, dimana

pembiayaan mikro iB sendiri menggunakan akad murabahah yaitu

merupakan produk pembiayaan jual beli yang mempunyai batasan maksimal

Rp 500.000.000, dimana para pelakunya adalah pengusaha mikro menengah

5

kebawah. Pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP Sragen, nasabah yang

mengajukan pembiayaan mikro terlebih dahulu mengisi formulir pengajuan

pembiayaan, kemudian pihak bank mensurvei apakah calon nasabah tersebut

layak diberikan pembiayaan atau tidak. Jika layak maka pihak bank

menentukan margin kemudian angsuran bisa dilakukan beberapa bulan sesuai

kesepakatan di muka.

Perlu diketahui murabahah menurut Syafi`i Antonio (2001: 101)

dalam bukunya mengartikan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada

harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini,

penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Adapun perkembangan pembiayaan murabahah pada bank umum

syariah (BUS) di Indonesia pada tahun 2015 yaitu, sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perkembangan Murabahah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2015

Bulan Dana Prosentase

Januari Rp. 90.521.000.000 8,23%

Februari Rp. 90.507.000.000 8,23%

Maret Rp. 91.367.000.000 8,3%

April Rp. 91.074.000.000 8,28%

Mei Rp. 91.532.000.000 8,32%

Juni Rp. 92.223.000.000 8,38%

Juli Rp. 91.378.000.000 8,31%

Agustus Rp. 91.371.000.000 8,31%

September Rp. 92.146.000.000 8,38%

Oktober Rp. 91.992.000.000 8,36%

November Rp. 92.289.000.000 8,39%

Desember Rp. 93.642.000.000 8,51%

Jumlah Rp. 1.191.420.000.000 100%

Sumber: OJK Statistik Perbankan Syariah

6

Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa perkembangan

pembiayaan murabahah pada bank umum syariah di Indonesia pada tahun

2015 sebesar Rp 1.191.420.000.000 dan mengalami banyak kenaikan dari

bulan ke bulan yaitu pada bulan Januari, Maret, Mei, Juni, September,

November dan Desember. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat

memiliki tingkat yang tinggi terhadap pembiayaan murabahah.

Pada sisi lain untuk mengajukan pembiayaan, nasabah akan diberikan

beberapa persyaratan yaitu seperti tujuan pembiayaan, batas minimum dan

maksimum usia nasabah, identitas usaha serta ketentuan jaminan. Selain

persyaratan-persyaratan tersebut, petugas account office mikro (AOM) juga

harus melakukan kajian kelayakan pembiayaan. Jika nasabah tidak memenuhi

standar kelayakan pembiayaan, maka pengajuan pinjaman akan ditolak.

Dalam hal tersebut dikarenakan sikap bank yang sangat berhati-hati

dalam memberikan pembiayaan kepada calon nasabah supaya tidak

mengalami rugi bahkan sampai terjadi risiko kredit macet. Sehingga,

diharapkan calon nasabah dapat memahami tujuan analisis kelayakan

pembiayaan tersebut. Banyak calon nasabah pembiayaan mikro beranggapan

bahwa bank mudah mencairkan dana untuk pembiayaan yang diajukan

dengan proses yang cepat.

Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai

informasi analisis kelayakan pembiayaan dalam tugas akhir yang berjudul

"ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB DENGAN AKAD

MURABAHAH DI BRI SYARIAH KCP SRAGEN".

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, antara lain:

1. Bagaimana prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah di

BRI Syariah KCP Sragen?

2. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan mikro iB dengan akad

murabahah di BRI Syariah KCP Sragen?

3. Bagaimana perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI

Syariah KCP Sragen?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis

adalah untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang muncul yaitu:

a. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan mikro iB dengan akad

murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

b. Untuk mengetahui analisis kelayakan pembiayaan mikro iB dengan

akad murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

c. Untuk mengetahui perkembangan penyaluran dana pembiayaan

mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen.

8

2. Manfaat

Hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Bagi Penulis

1) Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh tugas akhir

program DIII jurusan perbankan syariah.

2) Untuk menambah pengalaman penulis dalam bidang perbankan

khususnya tentang kiprah BRI Syariah KCP Sragen.

3) Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi dari

dunia praktis yang sangat berguna untuk disinkronkan dengan

pengetahuan teori yang didapat dari bangku kuliah.

4) Penulis dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang

berkaitan dengan pembiayaan mikro iB.

b. Bagi BRI Syariah KCP Sragen

Penulisan penelitian ini diharapkan sebagai bahan

pertimbangan pada nantinya untuk meningkatkan kinerja BRI

Syariah KCP Sragen menjadi bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dan kebijakan dalam menjalankan

pemberian pembiayaan, sehingga dapat meminimkan risiko tidak

tertagihnya pembiayaan mikro iB.

c. Bagi IAIN

1) Merupakan referensi serta informasi bagi mahasiswa khususnya

mahasiswa IAIN Salatiga program studi DIII Perbankan Syariah.

2) Sebagai sarana untuk menjalin kerjasama antara lembaga IAIN

9

Salatiga dengan BRI Syariah KCP Sragen.

d. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain ataupun

masyarakat untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan BRI Syariah

KCP Sragen dan tata cara dalam melakukan permohonan

pembiayaan.

D. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif menurut

Bungin (2013: 280) yaitu dimana dimulai dari menganalisis berbagai data

yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah

pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu. Sedangkan

metode penelitian yang digunakan penulis diantaranya sebagai berikut:

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BRI Syariah KCP Sragen Jl. Sukowati,

Komplek Plaza Atrium Blok H Sragen - Jawa Tengah.

2. Sumber data

Adapun sumber data menurut Purhantara (2010: 79) terbagi menjadi dua

jenis yang dapat digunakan penulis yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari

subjek. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam data atau

10

informasi langsung dengan menggunakan instrumen-instrumen yang

telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pengumpulan data

primer merupakan bagian integral dari proses penelitian bisnis dan

yang sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, data primer adalah informasi

mengenai pembiayaan mikro iB yang diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh secara

tidak langsung dari objek penelitian yang bersifat publik, yang terdiri

atas: struktur organisasi data kearsipan, dokumen, laporan-laporan

serta buku-buku dan lain sebagainya yang berkenaan dengan

penelitian ini. Data sekunder dapat diperoleh dari studi kepustakaan

berupa data dan dokumentasi. Data sekunder yang didapat dalam

penyusunan Tugas Akhir ini adalah diperoleh dari buku-buku dan

studi pustaka yang berkaitan dengan pembiayaan mikro iB.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode yaitu,

antara lain:

a. Observasi

Adapun istilah observasi menurut Gunawan (2013: 143) yaitu

diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat

11

fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar

aspek dalam fenomena tertentu. Sehingga dalam penelitian ini

penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati secara

langsung kegiatan kinerja di BRI Syariah KCP Sragen dan mencatat

segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaan mikro iB.

b. Wawancara

Sebagaimana pengertian wawancara yang dijelaskan oleh Bungin

(2013: 133) wawancara merupakan proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai. Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan seputar

sejarah berdirinya BRI Syariah KCP Sragen, produk-produk BRI

Syariah serta prosedur dan prinsip pembiayaan mikro iB. Adapun

yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Manajer, Kepala

Pembiayaan, Customer Service, Teller dan Nasabah di BRI Syariah

KCP Sragen.

c. Dokumentasi

Pengertian dokumentasi menurut Bungin (2013: 153) adalah metode

yang digunakan untuk menelusuri data histori. Metode ini digunakan

penulis untuk melihat secara langsung bukti-bukti data yang ada

yaitu tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, serta

perkembangan BRI Syariah KCP Sragen.

12

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis membagi menjadi 5

(lima) bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab, dari bab rencana

laporan penelitian diperoleh gambaran yang berurutan dan saling terkait.

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama adalah bab pendahuluan dalam bab ini menjelaskan

tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika

penelitian.

Bab kedua adalah landasan teori. Pada bab ini berisi telaah pustaka,

landasan-landasan teori yang menguraikan hal-hal yang bersangkutan dengan

materi yang akan dibahas dalam penelitian dengan menggunakan dari

beberapa sumber dan referensi yang ada dan dasar hukum Al-Qur’an. Hal

tersebut sebagai acuan dalam melakukan penelitian mengenai kelayakan

pembiayaan.

Bab ketiga adalah laporan objek penelitian. Pada bab ini berisi tentang

gambaran objek yang akan diteliti dan data-data yang bersangkutan dengan

BRI Syariah KCP Sragen. Gambaran umum ini berisi sejarah berdirinya, visi

misi, lokasi, struktur organisasi, dan job description dan produk-produk di

BRI Syariah KCP Sragen.

Bab keempat adalah Analisis. Pada bab ini membahas mengenai

analisis yang akan penulis bahas yaitu prosedur pembiayaan, kelayakan

pembiayaan dan perkembangan dana pembiayaan mikro iB dengan akad

13

murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

Bab terakhir adalah penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan hasil

penelitian dan saran bagi BRI Syariah KCP Sragen dan disertai lampiran-

lampiran yang terkait dengan hasil penelitian.

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Terkait dengan Tugas Akhir yang akan diteliti oleh penulis, ada

beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah

dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangkan maupun pembeda bagi

penelitian ini, yaitu:

Ahmad Jaelani (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis

terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro dengan Akad Murabahah di BSM

KCP Semarang Timur. Penelitian ini menghasilkan pelaksanaan mekanisme

pembiayaan mikro dengan akad murabahah di Bank Syariah Mandiri KCP

Semarang Timur yang terdiri atas pembukaan, pelunasan dan penutupan

melibatkan antara nasabah pembiayaan dengan karyawan bagian customer

service, account office, dan teller, serta direktur dengan alur yang sederhana

dan mudah. Mekaanisme tersebut hampir sama dengan mekanisme yang

digunakan oleh bank-bank lain, hanya saja terdapat beberapa perbedaan dan

modifikasi. Analisis yang dilakukan BSM KCP Semarang Timur untuk calon

nasabahnya yang ingin mengajukan pembiayaan yaitu meliputi: Character,

Capacity, Capital, Collateral, Condition. Dalam hal ini BSM KCP Semarang

Timur memiliki prinsip syar‟i yang cukup baik, karena pembiayaan

murabahah yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan calon anggota yang

mengajukan pembiayaan.

15

Cicin Suryani, Asep Ramdan Hidayati dan Nunung Nurhayati (2015),

dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Keputusan Bank

Terhadap Pemberian Pembiayaan Modal Kerja (Mikro iB) Kepada Calon

Nasabah Pada Bank BRI Syariah KCP Setiabudi, menyimpulkan bahwa hasil

dari penelitian menunjukkan kelayakan keputusan bank dilakukan dengan dua

tahapan analisa pada umumnya di kenal dengan analisa kualitatif dan analisa

kuantitatif, pemberian pembiayaan modal kerja mikro iB dilakukan dengan 6

tahapan analisa pemberian modal kerja. Secara umum penilaian analisa

kelayakan keputusan bank terhadap produk pembiayaan mikro iB cukup

dirasakan baik, pemberian pembiayaan dirasa tepat sasaran, penilaian resiko

untuk usaha pertanian, tidak begitu optimal dilakukan sehingga pada produk

mikro iB ini mayoritas nasabah yang terhambat pembayaran angsuran

terbanyak, sekaligus menjadi jenis usaha terbanyak yang ada pada BRI

Syariah KCP Setiabudi.

Muslimin Kara (2013), dalam penelitian yang berjudul Konstribusi

Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah, menyimpulkan bahwa perkembangan pembiayaan

perbankan syariah dalam upaya pengembangan UMKM di Kota Makasar

selama tahun 2010-2011 mengalami peningakatan yang berfluktuasi. Hal

tersebut mencerminkan bahwa peran serta pembiayaan perbankan syariah

dalam peningkatan UMKM di Kota Makasar belum optimal. Secara rata-rata

perkembangan pembiayaan perbankan syariah selama periode Januari-

Desember 2010 sebesar 14,23%, sedangkan periode Januari-September tahun

16

2011 sebesar 18,43%. Meskipun besarnya pembiayaan perbankan syariah

yang disalurkan oleh bank syariah yang disalurkan oleh bank syariah di Kota

Makassar berfluktuasi namun secara umum tetap memiliki prospek yang

cukup signifikan. Konstribusi pembiayaan perbankan syariah dalam upaya

pengembangan UMKM di Kota Makassar sangat dibutuhkan karena masih

banyak UMKM yang selama ini belum memperoleh fasilitas pembiayaan.

sedangkan kendala dan tantangan yang selama ini banyak dihadapi oleh

perbankan syariah di Kota Makassar dalam upaya pengembangan UMKM

adalah keterbatasan pangsa pasar perbankan syariah dan sumber daya

manusia yang kapabel, masih dikejar target BEP, kurangnya sosialisasi dan

masih terbatasnya jaringan.

Novi Fadhila (2015), dalam penelitian yang berjudul Analisis

Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap Laba Bank Syariah

Mandiri, menyimpulkan dari hasil pengujian ditemukan bahwa mudharabah

tidak berpengaruh terhadap laba Bank Syariah Mandiri, hal ini diakibatkan

karena pada pembiayaan mudharabah akan meningkatkan biaya yang

dikeluarkan oleh bank sehingga laba yang didapat kemungkinan tidak sesuai

dengan yang diharapkan. Sedangkan murabahah berpengaruh positif terhadap

laba Bank Syariah Mandiri, disebabkan pengelolaan pembiayaan ini nyaris

tanpa resiko. Pengujian secara bersama-sama mudharabah dan murabahah

berpengaruh positif terhadap laba Bank Syariah Mandiri. Ditemukan juga

bahwa hubungan yang sangat erat antara pembiayaan mudharabah dan

murabahah dengan laba. Beberapa saran yang dapat diberikan dalam

17

penelitian, antara lain hendaknya Bank Syariah Mandiri dapat melakukan

efisiensi biaya atas penerapan pembiayaan mudharabah. Hal ini dikarenakan

pemanfaatan dana pembiayaan yang rendah perputarannya akibat faktor krisis

global, kelangkaan bahan baku, cuaca, musim pancaroba di Indonesia. Laba

juga dipengaruhi oleh biaya-biaya yang terjadi, diantaranya biaya operasional

atas pengawasan dan evaluasi aktivitas nasabah pada seluruh sektor

pembiayaan mudharabah, laba akan meningkat jika bank mampu menekan

atau mengurangi biaya tersebut. Bank Syariah Mandiri mampu

mempertahankan, bahkan meningkatkan pembiayaan murabahah dengan cara

melakukan inovasi pada produk murabahah, sehingga laba yang dihasilkan

juga akan semakin meningkat. Hal ini didasarkan atas jenis pembiayaan

murabahah yang difokuskan pada aktivitas jual beli.

Wawan Pambudi (2014), dalam penelitian yang berjudul Analisis

Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang Salatiga,

menyimpulkan bahwa dalam analisis kelayakan pembiayaan yang yang

diterapkan di bank syariah mandiri cabang Salatiga sebagian besar sudah

sesuai dengan teori, tetapi perlu lebih rinci menggunakan teori tersebut ke

dalam praktik. Aspek yang digunakan bank syariah mandiri cabang Salatiga

dan sudah sesuai antara lain (1) Aspek yuridis; (2) Aspek manajemen yang

ada pada aspek karakter; (3) Aspek pemasaran; (4) Aspek keuangan.

Sedangkan aspek yang perlu dilakukan lagi secara rinci dalam pemberian

pembiayaan adalah (1) Aspek karakter yang ada pada aspek manajemen; (2)

Aspek teknis; (3) aspek sosial ekonomi dan AMDAL; (4) Aspek jaminan.

18

Dalam penelitian terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh bank syariah

mandiri cabang Salatiga untuk memitigasi risiko yang dapat terjadi dalam

kelayakan pembiayaan yang diberikan, terdapat langkah-langkah yang sudah

sesuai dengan teori yang ada pada bank syariah mandiri cabang Salatiga.

Dalam penilaian kelayakan pembiayaan bank syariah mandiri cabang

Salatigamenggunakan aspek 7A, yang belum dilakukan bank syariah mandiri

cabang Salatiga yaitu teori perbankan syariah 5C+1S.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini, analisis

pembiayaan yang digunakan berbeda yaitu character, capacity, dan

collateral. Dan dapat diketahui, penelitian mengenai pembiayaan mikro di

BRI Syariah KCP Sragen sebelumnya belum pernah dilakukan. Dengan

demikian, penulis melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan

Pembiayaan Mikro iB dengan Akad Murabahah di BRI Syariah KCP Sragen.

B. Kerangka Teoritik

1. Pembiayaan

a. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Muhammad (2002: 260)

secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukung suatu investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang

lain, sedangkan dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk

19

mendefinisikan suatu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga

pembiayaan, seperti bank syariah kepada nasabah.

Adapun pengertian pembiayaan menurut UU No. 21 Tahun

2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 1 nomor 12,

pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berupa: (a) transaksi bagi hasil dalam

bentuk mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi sewa-menyewa

dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah

bittamlik; (c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,

salam, dan istishna‟; (d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk

piutang qardh; dan (e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk

ijarah untuk transaksi multi jasa; berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank syariah atau UUS dan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa

imbalan, atau bagi hasil.

b. Fungsi Pembiayaan

Fungsi pembiayaan menurut Muhammad (2005: 19) yang

diselenggarakan oleh Bank Syariah secara umum berfungsi untuk:

1) Meningkatkan daya guna uang

Meningkatkan daya guna uang yaitu para nasabah menabung

dengan menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro,

tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu

20

ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna untuk suatu usaha

peningkatan produktivitas. Para pengusaha menikmati

pembiayaan dari bank untuk memperluas atau memperbesar

usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun

untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru.

Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha

peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian

dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para

penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk

usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha

maupun masyarakat.

2) Meningkatkan daya guna barang

Cara untuk meningkatkan daya guna barang yaitu:

a) Produsen dengan bantuan pembiayaan dari bank dapat

mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility

bahan tersebut menjadi meningkat.

b) Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan

barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke

tempat yang lebih bermanfaat.

3) Meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran

pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan

sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel, promes dsb. Melalui

21

pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih

berkembang, karena pembiayaan dapat menciptakan suatu

kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan menjadi

bertambah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini

selaras dengan pengertian bank selaku “Money creator”.

Penciptaan uang selain dengan cara substitusi; penukaran uang

kartal yang disimpan di giro dengan uang uang giral, maka ada

juga exchange of claim yaitu bank memberikan pembiayaan

dalam bentuk uang giral. Di samping itu dengan cara

transformasi yaitu bank membeli surat-surat berharga dan

membayar dengan uang giral.

4) Menimbulkan kegairahan berusaha

Pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank kemudian

digunakan dapat memperbesar volume usaha dan

produktivitasnya.

5) Stabilitas ekonomi

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi

diarahkan pada usaha-usaha, yaitu:

a) Pengendalian inflasi

b) Peningkatan ekspor

c) Rehabilitasi prasarana

d) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus

inflasi dan pada usaha pembangunan ekonomi maka

22

pembiayaan memegang peranan sangat penting dalam

stabilitas ekonomi.

6) Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Para usahawan memperoleh pembiayaan untuk meningkatkan

usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit.

Sebagaimana, bila keuntungan ini secara kumulatif

dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi ke dalam

struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus

menerus. Dengan earings (pendapatan) yang semakin meningkat

berarti pajak perusahaan akan menjadi terus bertambah. Di lain

pihak, pembiayaan yang disalurkan berfungsi untuk merangsang

pertambahan kegiatan ekspor, sehingga akan menghasilkan

pertambahan devisa Negara. Di samping itu, dengan semakin

efektifnya kegiatan sewa sembada kebutuhan-kebutuhan pokok,

berarti akan dihemat devisa keuangan Negara, dan menjadi

diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan atau ke sektor-sektor

lain yang lebih berguna.

Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat

yang memiliki uang berlebih dan menitipkan uang tersebut di bank,

maka uang tersebut akan dimanfaatkan oleh orang lain yang

kekurangan atau membutuhkan dana untuk memenuhi atau

meningkatkan usahanya, sehingga mendapatkan hasil. Hasil

tersebut yang kemudian akan diberikan sesuai proporsi dan nisbah

23

bagi hasil yang ditentukan oleh nasabah penyimpan dan juga bank

sebagai pengelola.

c. Jenis-jenis Pembiayaan di Bank Syariah

Jenis pembiayaan di bank syariah dijelaskan oleh Karim

(2009: 231) adalah sebagai berikut:

1) Pembiayaan modal kerja syariah

Secara umum, pembiayaan modal kerja syariah adalah

pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada perusahaan

untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan modal kerja

maksimum 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan

kebutuhan. Perpanjangan fasilitas pembiayaan modal kerja

dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas

pembiayaan secara keseluruhan.

Berdasarkan akad yang digunakan dalam pembiayaan

syariah, jenis pembiayaan modal kerja syariah dibagi menjadi 5

macam, yaitu: Pembiayaan modal kerja mudharabah, istish‟na,

salam, murabahah, dan ijarah.

2) Pembiayaan investasi syariah

Secara umum, Pembiayaan investasi adalah pembiayaan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal

beserta semua fasilitas yang berkaitan dengan itu. Sedangkan,

investasi adalah penanaman dana dengan tujuan untuk

24

memperoleh imbalan atau manfaat atau keuntungan di kemudian

hari. Dalam hal ini, untuk pembiayaan investasi diberikan kepada

nasabah untuk keperluan investasi.

3) Pembiayaan konsumtif syariah

Pembiayaan konsumtif diberikan bertujuan untuk keperluan di

luar usaha dan umumnya bersifat perorangan yang digunakan

berdasarkan dengan prinsip syariah. Menurut jenis akadnya

dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif dapat

dibagi menjadi lima bagian, yaitu: Pembiayaan konsumen akad

murabahah, ijarah muntahia bittamlik, ijarah, istish‟na, dan

qard.

4) Pembiayaan sindikasi

Pembiayaan sindikasi yaitu pembiayaan yang diberikan oleh

lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek

pembiayaan tertentu. Pembiayaan sindikasi biasanya diperlukan

kepada nasabah korporasi karena nilai transaksinya sangat besar.

5) Pembiayaan berdasarkan take over

Pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul akibat

dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan

dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.

25

6) Pembiayaan letter of credit

Pembiayaan letter of credit adalah pembiayaan yang diberikan

dalam rangka untuk memfasilitasi nasabah dalam transaksi

import dan eksport.

2. Pembiayaan Murabahah

a. Definisi murabahah

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa

murabahah merupakan jual beli yang dilakukan seseorang dengan

berdasarkan harga beli penjual ditambah keuntungan dengan syarat

harus sepengetahuan kedua belah pihak (Afandi, 2009: 85).

Menurut Syafi’i Antonio (2001: 101) Murabahah adalah

jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus

memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahan kepada pembeli.

b. Landasan hukum

1) Al-Qur’an

ا لسبىٱ وحسم عبيلٱ للهٱ وأحل

“Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba” (Al-Baqarah: 275).

2) Al-Hadist

Dari Suhaib ar-Rami r.a. bahwa Rasulullah saw.

Bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan:

jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan

26

mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,

bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah).

3) Fatwa Dewan Syariah Nasional

Menurut Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000

tentang Murabahah, yaitu antara lain:

a) Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah, yaitu:

(1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah

yang bebas riba.

(2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh

syariah Islam.

(3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian

barang yang telah disepakati kualifikasinya.

(4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas

nama bank sendiri, dan pembeli ini harus sah dan bebas

riba.

(5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan

dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan

secara utang.

(6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus

keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus

memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada

nasabah berikut biaya yang diperlukannya.

27

(7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati

tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah

disepakati.

(8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau

kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan

perjanjian khusus dengan nasabah.

(9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk

membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli

murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip

menjadi milik bank.

b) Ketentuan murabahah kepada nasabah, yaitu:

(1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian

pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

(2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus

membeli terlebih dahulu aset tersebut kepada nasabah

dan nasabah harus menerima atau membelinya sesuai

dengan perjanjian yang telah disepakati, karena secara

hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua

belah pihak harus memenuhi kontrak jual beli.

(3) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah

untuk membayar uang muka saat menandatangani

kesepakatan awal pemesanan.

28

(4) Jika kemudian nasabah menolak membeli barang

tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka

tersebut.

(5) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus

ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa

kerugiannya kepada nasabah.

(6) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif

dari uang muka, maka:

(a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang

tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

(b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi

milik bank maksimal sebesar kerugian yang

ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut

dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib

melunasi kekurangannya.

c) Jaminan dalam murabahah, yaitu:

(1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah

serius dengan pesanannya.

(2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan

jaminan yang dapat dipegang.

d) Utang dalam murabahah, yaitu:

(1) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam

transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan

29

transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak

ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual

kembali barang tersebut dengan keuntungan atau

kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan

utangnya kepada bank.

(2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa

angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh

angsurannya.

(3) Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian,

nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai

kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat

pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu

diperhitungkan.

e) Penundaan pembayaran dalam murabahah, yaitu:

(1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan

menunda penyelesaian utangnya.

(2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan

sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan

kewajibannya, penyelesaiannya dilakukan melalui Badan

Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan

melalui musyawarah.

30

c. Rukun dan Syarat Murabahah

Oleh karena murabahah adalah salah satu jenis jual beli,

maka rukun murabahah adalah seperti rukun jual beli pada

umumnya, yang menurut jumhur ulama yaitu: aqidain, adanya

objek jual beli, sighat, dan harga yang disepakati. Jika keempat hal

tersebut terpenuhi, maka jual beli dianggap memenuhi rukun

(Afandi, 2009: 90).

Sedangkan syarat murabahah menurut Syafi’i Antonio

(2001: 102) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah

2) Kontak pertama harus sah sesuai dengan hukum yang

ditetapkan

3) Kontak harus bebas dari riba

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat

atas barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

d. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah

Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah

memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus

diantisipasi. Murabahah memberi banyak manfaat kepada bank

syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari

selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.

31

Selain itu, sistem murabahah juga sangat sederhana, hal tersebut

memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah, serta

menjadi akad yang lebih sering digunakan dalam pembiayaan di

bank syariah (Ridwan, 2007: 80).

Sedangkan kemungkinan risiko yang harus diantisipasi

menurut Ridwan (2007: 80) antara lain sebagai berikut:

1) Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidak membayar

angsuran

2) Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang

di pasar naik setelah bank membelikan untuk nasabah, bank

tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

3) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh

nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam

perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena

itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain

karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda

dengan yang dipesan. Bila bank telah menandatangani kontrak

pemberian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi

milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk

menjualnya kepada pihak lain.

4) Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka

ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik

nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun terhadap aset

32

miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi

demikian, risiko untuk default akan besar.

Secara umum, aplikasi perbankan dari murabahah dapat

digambarkan dalam skema sebagai berikut:

1. Negoisasi

& persyaratan

5. Terima Barang

2. Akad Jual Beli

6. Bayar

2. Beli Barang 4. Kirim

Sumber: Antonio (2001: 107)

Gambar 2.1

Mekanisme Pembiayaan Murabahah

e. Rumus Murabahah

Menurut Mustika (2013) murabahah mempunyai rumus, yaitu:

Harga Jual = Harga Beli + (Jangka Waktu x Cost Recovery) +

Margin.

Cost Recovery = (Nilai Pembiayaan / Total Pembiayaan) x

Estimasi Biaya Operasional 1 tahun

Margin = Prosentase x Pembiayaan Bank

NASABAH BANK

SUPLIER

PENJUAL

33

3. Analisis Kelayakan Pembiayaan

a. Tujuan Analisis Pembiayaan

Tujuan pembiayaan menurut Muhammad (2005: 19) secara

umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tujuan

pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk

tingkat mikro.

Adapun tujuan pembiayaan Secara makro, antara lain:

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat

akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan yaitu dapat

melakukan akses ekonomi.

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk

pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana

tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan.

Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus

dana, sehingga dapat digulirkan.

c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan

memberikan peluang bagi masyarakat agar mampu

meningkatkan daya produksinya.

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-

sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor

usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.

34

e. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha

produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan

memperoleh pendapatan dari hasil usahanya.

Sedangkan secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka

memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap

pengusaha menginginkan mampu mencapai laba maksimal.

Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu

dukungan dana yang cukup.

b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar

mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus

mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko

kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan

pembiayaan.

c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi

dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber

daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya

modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada

dan sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan

pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat

meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat

ada pihak yang kelebihan dana, sementara ada pihak yang

35

kekurangan dana. Dalam kaitan dengan masalah dana, maka

mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam

penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang

kelebihan (surplus) kepada yang kekurangan (minus) dana.

Secara khusus, menurut Muhammad (2005: 19) bank juga

memiliki tujuan tertentu dalam proses pembiayaan yaitu antara lain:

1) Pemilik

Pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana

yang ditanamkan pada bank.

2) Pegawai

Para pegawai berharap memperoleh kesejahteraan dari bank yang

dikelola.

3) Masyarakat

Proses pembiayaan dalam masyarakat yaitu:

a) Pemilik dana

Masyarakat pemilik dana mengharapkan dana yang

diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.

b) Debitur yang bersangkutan

Dengan adanya pembiayaan, para debitur terbantu

menjalankan usahanya di sektor produktif atau terbantu untuk

pengadaan barang yang diinginkannya.

36

c) Masyarakat konsumen

Masyarakat konsumen memperoleh barang-barang yang

dibutuhkan.

d) Pemerintah

Dengan penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam

pembiayaan pembangunan Negara, di samping itu akan

memperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas

keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-

perusahaan).

e) Bank

Dari penyaluran pembiayaan, bank dapat meneruskan dan

mengembangkan usahanya agar tetap bertahan dan meluas

jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat

yang dapat dilayaninya.

Sedangkan Analisis pembiayaan di bank syariah menurut

Muhammad (2005: 59) bertujuan untuk:

a. Menilai kelayakan usaha calon peminjam

b. Menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan

c. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak

b. Prinsip pembiayaan

Menurut Rivai’i (2008: 248) prinsip analisis pembiayaan

merupakan pedoman-pedoman yang harus diperhatikan dalam

37

pembiayaan bank syariah pada saat melakukan analisis

pembiayaan, yaitu antara lain:

1) Character

Yaitu sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan. Hal

ini yang perlu ditekankan pada nasabah di bank syariah adalah

bagaimana sifat amanah, kejujuran, kepercayaan seorang

nasabah. Kegunaan penilaian karakter adalah untuk mengetahui

sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajiban

(wiliness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah

ditetapkan. Untuk memperoleh gambaran tentang karakter

calon nasabah dapat ditempuh langkah yaitu: meneliti riwayat

hidup calon nasabah, meneliti reputasi calon nasabah, meminta

bank to bank information, meminta informasi kepada asosiasi-

asosiasi usaha di mana calon mudharib berada, mencari

informasi apakah calon nasabah suka berjudi, mencari

informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya.

2) Capacity

Artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya

guna memperoleh laba sehingga dapat mengembalikan

pinjaman atau pembiayaan dari laba yang dihasilkan. Penilaian

ini bermanfaat untuk mengukur sejauh mana calon mudharib

mampu melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat

waktu, dari hasil usaha yang diperoleh.

38

Cara untuk mengukur kemampuan nasabah yaitu, antara lain:

1) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah

menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

2) Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang

pendidikan para pengurus. Hal ini untuk menjamin

profesionalitas kerja perusahaan.

3) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon

mudharib mempunyai kapasitas untuk mewakili badan

usaha untuk melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank

atau tidak.

4) Pendekatan manajerial, yaitu untuk menilai sejauh mana

kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan

5) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana

kemampuan calon mudharib mengelola faktor-faktor

produksi, seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan atau

mesin-mesin, administrasi keuangan, industrial relation,

sampai dengan kemampuan merebut pasar.

3) Capital

Artinya besar modal yang diperlukan peminjam. Hal ini juga

termasuk struktur modal, kinerja hasil modal bila debiturnya

merupakan perusahaan, dan segi pendapatan jika debiturnya

merupakan perorangan. Semakin besar modal sendiri dalam

39

perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon mudharib

menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin

memberikan pembiayaan. Kemampuan modal sendiri akan

menjadi benteng yang kuat bagi usahanya tatkala ada

goncangan dari luar, misalnya karena tekanan inflasi.

Kemampuan capital pada umumnya dimanifestasikan dalam

bentuk penyediaan self financial, yang sebaiknya lebih besar

dibandingkan dengan pembiayaan yang diminta. Bentuk self

financial tidak harus berupa uang tunai, melainkan bias juga

berupa tanah, bangunan, dan mesin-mesin. Besar kecilnya

capital bias dilihat dari neraca perusahaan yaitu komponen

owner equity, laba ditahan dll. Untuk perorangan dapat dilihat

dari daftar kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi

utangnya.

4) Collateral

Artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam

kepada bank. Penilaian terhadap collateral meliputi jenis,

lokasi, bukti kepemilikan dan status hukumnya. Bentuk

collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, melainkan bias

juga berbentuk jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantea,

letter of comfort, rekomendasi dan avalis. Penilaian terhadap

collateral dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

40

1) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dan barang yang

diagunkan

2) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi

syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.

5) Condition of economy

Artinya keadaan meliputi kebijakan pemerintah, politik, segi

budaya yang mempengaruhi perekonomian.

Adapun untuk menilai kondisi ekonomi yaitu, antara lain:

1) Keadaan konjungtur

2) Peraturan-peraturan pemerintah

3) Situasi, politik dan perekonomian dunia

4) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran

6) Constrain

Artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses

usaha. Misalnya pendiri pompa bensin yang sekitarnya banyak

bengkel-bengkel las atau pembakaran batu bara.

Anshori (2006: 86) telah menekankan pada prinsip-prinsip

yang melandasi operasional lembaga keuangan Islam yaitu,

meliputi:

1) Prinsip ta‟awun (tolong-menolong)

Yaitu prinsip saling membantu sesama dalam meningkatkan

taraf hidup melalui mekanisme kerjasama ekonomi dan bisnis.

Hal ini sesuai dengan anjuran Al-Qur’an:

41

نإثلٱ عل تعاوىا ولا ىيلتقٱو بسلٱ عل وتعاوىا

ىوعدلٱو“Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan

taqwa serta janganlah bertolong menolong dalam berbuat keji

dan permusuhan”. (QS. Al-Maidah: 2).

2) Prinsip tijaroh (bisnis)

Yaitu prinsip mencari laba dengan cara yang dibenarkan oleh

syariah. Lembaga keuangan syariah harus dikelola secara

professional, sehingga dapat mencapai prinsip efektif dan

efisien.

3) Prinsip menghindari iktinaz (penimbunan uang)

Yaitu menahan uang supaya tidak berputar, sehingga tidak

memberikan manfaat kepada masyarakat umum. Hal ini jelas

terlarang, karena dapat menyebabkan terhentinya

perekonomian.

4) Prinsip pelarangan riba

Yakni menghindarkan setiap transaksi ekonomi dan bisnisnya

dari unsur ribawi dengan menggantikannya melalui

mekanisme kerja sama (mudharabah) dan jual beli (al-buyu).

Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:

لرٱ يقىم كوا إلا يقىهىى لا ا لسبىٱ كلىىيأ لرييٱ

عبيلٱ إوا ا قالى بأهن لكذ وسلٱ هي يطلشيٱ يتخبطه

ۥءهجا فوي ا لسبىٱ وحسم عبيلٱ للهٱ وأحل ا لسبىٱ لهث

ۦزبه هي عظةهى

42

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang terkena atau

kerasukan. Yang demikian ini disebabkan mereka mengatakan

bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-

Baqarah: 275).

5) Prinsip pembayaran zakat

Selain sebagai lembaga bisnis, lembaga keuangan syariah juga

menjalankan fungsinya sebagai lembaga sosial, menjalankan

fungsi sebagai lembaga amil yang mengelola zakat, baik yang

bersumber dari dalam maupun dari luar.

c. Alur dan proses administrasi pembiayaan

Menurut Yuliana (2014: 85) proses administrasi pembiayaan

yaitu, antara lain:

1) Proses pengajuan dan pemeriksaan dokumen

Dalam proses pengajuan dan pemeriksaan dokumen, nasabah

harus mengisi formulir dan melengkapi persyaratan

permohonan pembiayaan, sebagai contoh persyaratan tersebut

yaitu:

a) KTP Suami Istri

b) KK (Kartu Keluarga)

c) Surat Nikah

d) Rekening listrik atau air

e) Foto copy dokumen jaminan (Sertifikat, STNK, BPKB dll)

f) PBB dan STTS terakhir

g) SIUP atau SKU (Surat Keterangan Usaha)

43

h) Laporan keuangan 3 bulan terakhir

i) Slip gaji (untuk karyawan)

j) SK Pengangkatan (untuk karyawan)

k) Rekening Koran atau print out buku tabungan 3 bulan

terakhir

Setelah dokumen dilengkapi oleh nasabah, kemudian

petugas administrasi akan menerima dan memastikan

kelengkapan dokumen dan berkas persyaratan pengajuan

pembiayaan tersebut untuk selanjutnya di cek SID.

2) Pre screening

Selanjutnya akan dilakukan pre-screening yaitu dengan cara

mendapatkan info dari BI Checking, lama usaha dan karakter

nasabah, pengecekan SID. AO mengisi identitas calon nasabah

di form Internal Memo kemudian diserahkan kepada bagian

operasional (SID). Jika history lancar makan dapat prosesnya

dapat diteruskan, namun jika terdapat kolektibitas 2 s/d 5, maka

perlu dilakukan klarifikasi kepada nasabah penyebab adanya

kolektibitas 2 s/d 5, jika karena kartu kredit masih bisa

diteruskan dengan catatan ada bukti lunas. Apabila hasil SID

sudah selesai kemudian permohonan pembiayaan tersebut

dikembalikan ke Kabag Marketing untuk didistribusikan ke

AO.

3) Verifikasi Data

44

Setelah AO menerima berkas permohonan pembiayaan

tersebut, selanjutnya akan dilakukan melakukan verifikasi.

Tujuan verifikasi adalah untuk menjamin atau meyakini

kebenaran atau keakuratan data atau informasi yang

dikumpulkan guna sebagai analisa pembiayaan.

Adapun tips atau cara untuk melakukan verifikasi yaitu:

a) Siapkan data pertanyaan standar, tanyakan kepada calon

nasabah saat pertemuan pertama.

b) Buat checklist persyaratan administrasi yang harus

dilengkapi selengkap mungkin.

c) Setelah persyaratan administrasi lengkap dan benar lakukan

on the spot dan ulangi pertanyaan pada point satu saat

kunjungan tersebut.

d) Mempergunakan sumber data dan informasi dari pihak

ketiga (kunjungan setempat, telepon, perpustakaan,

publikasi, majalah, surat kabar dan media lainnya).

Sedangkan langkah dalam pengumpulan dan verifikasi data

yaitu:

a) BI Cheking

b) Chek perijinan perusahaan

c) Lakukan kunjungan ke lokasi usaha

d) Mintakan konfirmasi kepada relasi

e) Periksa rekening koran atau tabungan 3 bulan terakhir

45

f) Periksa laporan keuangan

g) Periksa kondisi jaminan.

Tips dalam mengenali ciri-ciri calon nasabah, yaitu:

a) Sikap positif, yaitu sederhana, konsisten, setiap pertanyaan

dijawab dengan baik dan logis, terlibat langsung dengan

usahanya, apa adanya.

b) Keluarga, yaitu keluarga harmonis, umumnya beristri satu,

lingkungan masyarakat menilai baik.

c) Partner bisnis, yaitu dikenal baik oleh pengusaha sejenis,

komentar dari pengusaha sejenis baik, tidak terlibat politik,

tidak sering berganti-ganti usaha dalam waktu yang cukup

lama.

4) Analisis Pembiayaan

Langkah selanjutnya AO akan melakukan analisa dan survey

terhadap usaha, jaminan, serta tempat tinggal nasabah dan

langsung dibuatkan transaksi jaminannya.

4. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

a. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

46

Menurut Kara (2013: 2) dalam tatanan pembangunan

nasional, UKMK adalah bagian integral dunia usaha berupa

kegiatan ekonomi rakyat yang kedudukan, potensi, dan perannya

sangat strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian yang

semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Oleh karena

itu maka UMKM perlu mendapat perhatian dan perlindungan dari

pemerintah.

Sedangkan pengertian UMKM terdapat dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM), yaitu sebagai berikut:

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan

dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang ini.

3) Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

47

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Kriteria mengenai UMKM yang tercantum dalam Undang-

undang ini yaitu:

Tabel 2.1

Kriteria UMKM

Uraian Asset Omset

Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 juta

Usaha Kecil >50 juta s/d 500 juta >300 juta s/d 2,5 M

Usaha Menengah >500 juta s/d 10 M >2,5 M s/d 50 M

Sumber: www.depkop.go.id

b. Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

UMKM memiliki beberapa karakteristik yang perlu

diketahui, adapun karakteristik UMKM menurut Dessy (2009)

yaitu, antara lain:

1) Usaha Mikro

Berikut ini ciri-ciri usaha mikro yaitu:

a) Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap,

sewaktu-waktu dapat terganti.

b) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu

dapat pindah tempat

48

c) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana

sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga

dengan keuangan usaha

d) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah

e) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan

legalitas lainnya termasuk NPWP.

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro

adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani

dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena

usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang

tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain:

a) Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya

menyerap dana yang mahal dam dalam situasi krisis

ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus

berkembang.

b) Tidak sensitif terhadap suku bunga.

c) Tetap berkembang walau dalam krisis ekonomi moneter.

d) Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu, dan dapat

menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan

yang tepat.

Namun demikian, didasari sepenuhnya bahwa masih

banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit

49

perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usha mikro

maupun sisi perbankan sendiri.

2) Usaha Kecil

Berikut ini ciri-ciri usaha kecil yaitu:

a) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah

tetap tidak gampang berubah.

b) Lokasi/tempat usahanya umumnya sudah menetap tidak

berpindah-pindah.

c) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan

walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai

dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat

neraca usaha.

d) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas

lainnya termasuk NPWP.

e) Sumber daya manusianya (Pengusaha) memiliki

pengalaman dalam berwirausaha.

f) Sebagian besar belum mendapat menejemen usahanya

dengan baik seperti bussines planning.

3) Usaha menengah

Berikut ini ciri-ciri usaha menengah yaitu:

50

a) Pada umumnya telah memiliki menejemen dan organisasi

yang lebih baik, lebih teratur, bahkan lebih modern,

dengan pembagian tugas yang jelas antara lain: bagian

keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi.

b) Telah melakukan menejemen keuangan dengan

menerapkan system akuntansi dengan teratur, sehingga

memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

pemeriksaan termasuk perbankan.

c) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi

perburuhan, telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan,

dll.

d) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain:

izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya

pengelolaan lingkungan dll.

e) Pada umumnya sudah memiliki sumber daya manusia

yang terlatih dan terdidik.

c. Keunggulan dan kelemahan UMKM

Menurut Titik dan Soejono (2002: 20) beberapa

keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh UMKM

dibandingkan dengan usaha besar. Adapun keunggulan UMKM

yaitu antara lain:

1) Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam

pengembangan produk.

51

2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam usaha kecil.

3) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap

kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan

perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis.

4) Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki UMKM adalah:

1) Kesulitan pemasaran

Hasil baru studi lintas usaha yang dilakukan oleh James dan

Akarasanee (1988) di sejumlah negara ASEAN menyimpulkan

salah satu aspek yang terkait dengan masalah permasalahan

umum dihadapi oleh pengusaha UMKM adalah tekanan-

tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk-produk

yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor,

maupun di pasar ekspor.

2) Keterbatasan finansial

UKM di Indonesia mengahadapi dua masalah utama dalam

aspek fianansial antara lain: modal (baik modal awal maupun

modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang

sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.

3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu

kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-

aspek kewirausahaan, menejemen, teknik produksi,

52

pengembangan produk, kontrol kualitas, akuntansi, mesin-

mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan

penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk,

meningkatkan efisiensi, dan produktifitas dalam produksi,

memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.

4) Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering

menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output

dan kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama

selama masa kritis.

5) Keterbatasan Teknologi

Berbeda dengan negara-negara maju, UKM di Indonesia

umumnya masih menggunakan teknologi tradisional dalam

bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yanag sifatnya

manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat

rendahnya jumlah produksi dan efisiensi didalam proses

produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat

serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat

bersaing di pasar global. Keterbatasan produksi disebabkan

oleh banyak faktor seperti keterbatasn modal investasi untuk

membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai

53

perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya

manusia yang dapat mengoprasikan mesin-mesin baru.

54

BAB III

LAPORAN OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya BRI Syariah

Pada tanggal 16 Oktober 2008, lahirlah Bank Umum Syariah yang

diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama

BRI Syariah 17 November 2008). Nama BRI Syariah menggambarkan secara

langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia yang akan

melayani kebutuhan perbankan masyarakat dengan menggunakan prinsip-

prinsip syariah.

Pada tanggal 1 Desember 2008, telah ditandatangani akta pemisahan

Unit Usaha Syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh

Bapak Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan

Bapak Ventje Raharjo selaku Direktur Utama BRI Syariah, sebagaimana akta

pemisahan No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris

Fathiah Helmi, SH. di Jakarta. Peleburan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat

Indonesia ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Setelah peleburan,

total aset BRI Syariah mencapai Rp 1.466.664.279.74.

Sebagai bagian dari keluarga besar Bank Rakyat Indonesia. BRI

Syariah mendapat dukungan penuh dari Bank Rakyat Indonesia sebagai

pemegang saham sebagaimana tercermin dari penambahan modal disetor

yang dilakukan sebanyak dua kali di tahun 2008, sehingga saat ini BRI

Syariah siap memberikan warna lain bagi masyarakat menengah bawah yang

menjadi sasaran utama (www.brisyariah.com).

55

BRI Syariah KCP Sragen, misalnya adalah salah satu kantor cabang

pembantu berdiri pada bulan September 2010 berada di bawah kantor cabang

induk Solo. Keberadaan BRI KCP Sragen ini diharapkan memberikan

pelayanan dan menjangkau masyarakat dalam transaksi perbankan.

B. Visi dan Misi BRI Syariah

Visi dan Misi BRI Syariah KCP Sragen yaitu:

1. Visi

“Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial

sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan

lebih bermakna berbasis syariah.”

2. Misi:

a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah.

b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

prinsip-prinsip syariah.

c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun dan

dimanapun memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan

kualitas hidup dan menghadirkan ketentraman pikiran.

56

C. Identitas BRI Syariah

Untuk mengetahui perusahaan dapat diakses web yang dimiliki oleh

BRI Syariah, yang mencakup profil sebagai berikut:

1. Profil:

Nama : PT. Bank BRI Syariah

Alamat : Jl. Abdul Muis No. 2-4 Jakarta Pusat 10160

Telepon : (62-21) 3450 226 / 3450 227

Faksimili : (62-21) 3518 812 / 3441 904

Situs Web : www.brisyariah.co.id

Tanggal berdiri : 19 Desember 2008

Tanggal beroperasi : 01 Januari 2009

Modal dasar : Rp 5.000.000.000.000

Modal disetor : Rp 1.479.000.000.000

Kantor layanan : 52 Kantor Cabang, 206 Kantor Cabang

Pembantu, 11 Kantor Kas, 674 Kantor

Layanan Syariah.

2. Kepemilikan Saham:

a. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk: 2.957.999.000 lembar

saham (99.999966%).

b. Yayasan Kesejahteraan Pekerja (YKP) BRI: 1.000 lembar saham

(0.000034%).

57

D. Lokasi BRI Syariah

Gambar peta kabupaten Sragen yaitu:

Sumber: www.kabarsragen.blogspot.com

Gambar 3.1

Peta Kabupaten Sragen

Kabupaten Sragen merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah. Ibu kotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah timur Kota

Surakarta. Kabupaten Sragen berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di

utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di

Selatan, serta Kabupaten Boyolali di Barat.

Kabupaten Sragen juga berada di lembah aliran sungai bengawan

Solo yang mengalir ke arah timur. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian

58

dari sistem pengunungan Kendeng, sedangkan di selatan berupa pegunungan

lereng dari gunung lawu.

Dapat diketahui, kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan yang

dibagi atas sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di

kecamatan Sragen. Sementara BRI Syariah berlokasi di Kota Sragen tepat

berada di sebelah timur pasar bunder, sebelah barat alun-alun Sragen, serta

sebelah selatan gedung pemerintah kota Sragen.

D. Struktur Organisasi BRI Syariah

Dapat diketahui struktur organisasi di BRI Syariah KCP Sragen yaitu:

Gambar 3.2

Struktur Organisasi PT. BRI Syariah KCP Sragen

Pimpinan Cabang Pembantu

(Pincapem)

UMS Head Spv Brand

Operational Account

Office

AO

M

Sec

urit

y

Office

Boy

Tell

er

Custo

mer

Servi

ce

59

E. Job Description

Penjabaran tugas dari bagan struktur organisasi BRI Syariah KCP Sragen di

atas yaitu:

1. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)

Merupakan karyawan bank yang diberi tanggung jawab dan wewenang

untuk memimpin atau mengelola BRI Unit Syariah Kantor Cabang

Pembantu.

2. Account Officer

Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertugas menganalisis laporan

keuangan dan semua kegiatan yang terjadi pada BRI Syariah KCP

Sragen.

3. Unit Mikro Syariah Head (UH)

Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan dan memastikan bisnis mikro pada unit tersebut agar

berjalan sesuai target yang telah ditentukan atau yang telah diberikan dan

tidak melanggar syariah comply maupun Pedoman Pemberian Mikro

(P3M).

4. Account Office Mikro (AOM)

Merupakan karyawan bank yang secara struktur berada langsung di

bawah UH dan bertugas untuk melakukan penjualan produk-produk

mikro serta melakukan pre-screening untuk calon-calon nasabah sebelum

dokumen-dokumen pembiayaan diberikan kepada UH untuk verifikasi

lebih lanjut.

60

5. Supervisor Brand Operational

Merupakan karyawan bank BRI Syariah yang membawahi Teller,

Customer Service, Office Boy, dan Security yang bertugas mengkoordinir

pelaksanaan operasional bank di Kantor Cabang Pembantu Sragen dengan

cara memberikan layanan operasional bank yang akurat dan tepat waktu,

sehingga seluruh transaksi dari nasabah dapat ditangani dan diselesaikan

dengan baik.

6. Teller

Merupakan karyawan BRI Syariah yang berwenang mengelola kas dan

berfungsi sebagai kasir.

7. Customer Service

Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertugas memberikan informasi

dan pelayanan produk dan jasa kepada nasabah sesuai peraturan yang

berlaku pada BRI Syariah KCP Sragen lebih khususnya serta memberikan

pelayanan yang terbaik untuk mencapai kepuasan nasabah dalam

berhubungan dengan BRI Syariah KCP Sragen.

8. Office Boy

Merupakan karyawan bank yang bertanggung jawab terhadap kebersihan

kantor dan mengantar surat-surat kantor.

9. Security

Merupakan karyawan BRI Syariah yang bertugas mengamankan

lingkungan kerja serta mengawal penyetoran kas.

61

F. Produk-produk pada BRI Syariah KCP Sragen

1. Produk Pendanaan (Funding)

Produk pendanaan yang terdapat dalam BRI syariah yaitu:

a. Tabungan BRI Syariah iB

Tabungan BRI Syariah iB merupakan tabungan dari BRI Syariah bagi

nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan,

dipersembahkan untuk yang menginginkan kemudahan dalam

transaksi keuangan. Program Hujan Emas Tabungan BRI Syariah iB

merupakan program yang memberikan kesempatan kepada nasabah

pemilik Tabungan BRI Syariah iB untuk memperoleh hadiah emas

murni. Sehingga total hadiah yang diberikan selama Program Hujan

Emas Tabungan BRI Syariah iB lebih dari 9 kg untuk 218 orang

pemenang selama 2 periode.

b. Tabungan Impian BRI Syariah iB

Tabungan Impian BRI Syariah iB adalah tabungan berjangka dari BRI

Syariah dengan prinsip bagi hasil yang dirancang untuk mewujudkan

impian dengan terencana.

c. Tabungan Haji iB

Merupakan tabungan investasi dari BRI Syariah bagi calon Haji yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji

(BPIH) dengan prinsip bagi hasil.

62

d. Giro BRI Syariah iB

Merupakan simpanan untuk kemudahan berbisnis dengan mengelola

dana berdasarkan prinsip titipan (wadi‟ah yad dhamanah) yang

penarikkannya dapat dilakukan setiap saat dengan Cek/Bilyet Giro.

e. Deposito BRI Syariah iB

Deposito BRI Syariah iB adalah produk investasi berjangka kepada

Deposan dalam mata uang tertentu. Keuntungan yang diberikan

adalah dana dikelola dengan prinsip syariah sehingga shahibul maal

tidak perlu khawatir akan pengelolaan dana.

2. Produk penyaluran dana (Load)

Produk penyaluran dana yang terdapat di BRI syariah yaitu:

a. KPR BRI Syariah iB

Merupakan pembiayaan kepemilikan rumah kepada perorangan untuk

memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan

menggunakan prinsip jual beli (Murabahah) dimana pembayarannya

secara angsuran dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di

muka dan dibayar setiap bulan.

b. Gadai BRI Syariah iB

Gadai BRI Syariah iB hadir untuk memberikan solusi memperoleh

dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana dan mendesak ataupun

untuk keperluan modal usaha dengan proses cepat, mudah, aman dan

sesuai syariah untuk ketenteraman nasabah.

63

c. Mikro iB BRI Syariah

Perkembangan usaha mikro dan koperasi memiliki potensi yang besar

dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan

oleh keberadaan usaha mikro dan koperasi yang telah mencerminkan

wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat

Indonesia. Untuk mendukung perkembangan usaha mikro pada

khususnya, BRI Syariah menerbitkan produk pembiayaan untuk usaha

mikro. Pembiayaan usaha mikro BRI Syariah sebagai berikut:

1) Mikro 25 iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan

pembiayaan sebesar Rp 5.000.000 s/d Rp 25.000.000. Jangka

waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 12 bulan.

2) Mikro 75 iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan

pembiayaan sebesar Rp 25.000.000 s/d Rp 75.000.000. Jangka

waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.

3) Mikro 500 iB

Produk ini adalah produk pembiayaan usaha mikro dengan

pembiayaan sebesar Rp 75.000.000 s/d Rp 500.000.000. Jangka

waktu pembiayaan yang diberikan 6 bulan s/d 60 bulan.

64

3. Produk Jasa

Produk jasa yang terdapat di BRI syariah yaitu:

a. Transfer (kiriman uang)

Dengan teknologi online, nasabah mendapatkan kemudahan

pengiriman uang seketika, baik antar sesama kantor cabang BRI

Syariah maupun kantor cabang BRI lain.

b. Inkaso

Bagi nasabah yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang

berasal dari kota-kota lain secara cepat dan aman dapat menggunakan

jasa inkaso kepada BRI Syariah.

c. SMS Banking

Merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi seluler yang

memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan.

d. Dana Talangan Haji

Merupakan layanan pinjaman (qardh) untuk perolehan nomor porsi

pelaksanaan ibadah haji dengan pengembalian yang ringan dan pilihan

jangka waktu yang fleksibel beserta jasa penggunaannya sehingga

memudahkan nasabah.

e. Kartu ATM BRI Syariah iB

Kartu ATM BRI Syariah iB merupakan kartu khusus yang diberikan

oleh bank kepada pemilik rekening untuk transaksi elektronik atas

rekening nasabah yang ada di bank.

65

BAB IV

ANALISIS

Pembiayaan mikro iB adalah pembiayaan bank kepada nasabah

perorangan atau badan usaha yang bergerak di bidang usaha mikro untuk

membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau

pembiayaan investasi dengan maksimal limit pembiayaan Rp 5 juta sampai

dengan Rp. 500 juta.

Akad yang digunakan pada produk pembiayaan mikro iB adalah

akad murabahah. Implikasi dari penggunaan akad murabahah mengharuskan

adanya penjual, pembeli dan barang yang dijual. Sebagaimana diketahui

dalam skim murabahah, fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk

kepentingan nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukaan nasabah

dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang

setara dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus

memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang

diperlukan dan menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian

barang kepada nasabah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Didik Istianto selaku

Unit Micro Syariah Head tentang prosedur pembiayaan mikro iB, kelayakan

pembiayaan mikro iB dan perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro

iB di BRI Syariah KCP Sragen. Penulis dapat menjabarkannya sebagai

berikut:

66

A. Prosedur Pembiayaan Mikro iB Pada BRI Syariah KCP Sragen

Dalam melakukan pengajukan permohonan pembiayaan, perlu

diketahui proses prosedur pembiayaan mikro iB pada BRI Syariah KCP

Sragen dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut:

Sumber: BRI Syariah KCP Sragen

Gambar 4.1

Alur Prosedur Pembiayaan Mikro iB

Keterangan dari gambar di atas yaitu:

1. Tahap permohonan pembiayaan

Persyaratan umum pembiayaan mikro iB pada BRI Syariah adalah sebagai

berikut:

a. Pemilik usaha atau individu dengan status Warga Negara Indonesia

yang berdomisili di Indonesia

b. Minimum berumur 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar

atau sama dengan 18 tahun dan maksimum usia 65 tahun pada saat

akhir jangka waktu pembiayaan

c. Tidak ada informasi negative mengenai nasabah dari komunitas

setempat seperti: penjudi, pemabuk, berkarakter atau reputasi buruk

lainnya

1. Tahap

Permohonan

Pembiayaan

4. Pencairan

Pembiayaan 5. Pemantauan

Pembiayaan

3. Pemberian

Keputusan

Pembiayaan

2. Analisis

Pembiayaan

67

d. Lama usaha minimum 3 tahun untuk mikro 25 iB dan 2 tahun untuk

mikro 75 iB serta 500 iB dan wajib di bidang usaha yang sama

e. Bersedia menempatkan dananya dan melakukan transaksi

keuangannya melalui Tabungan BRI Syariah.

Dokumentasi administrasi pengajuan pembiayaan mikro iB antara lain:

a. Mikro 25 iB

Dokumentasi pengajuan pembiayaan mikro 25 iB yaitu:

1) Copy dokumen identitas, yaitu:

a) KTP calon nasabah dan pasangan yang masih berlaku

b) Kartu Keluarga

c) Akta Nikah atau Akta Cerai atau Akta Kematian

d) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha (SKU Asli)

2) Aplikasi pengajuan pembiayaan, yaitu:

a) Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan wajib diisi lengkap dan

ditandatangani oleh nasabah baik untuk setiap pengajuan baru

maupun penambahan fasilitas pembiayaan, dan wajib diparaf

oleh petugas BRI Syariah yang melakukan proses pembiayaan.

b) Catatan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota

penjualan.

c) Bukti riwayat pembiayaan di Bank lain 3 bulan terakhir.

b. Mikro 75 iB

1) Copy dokumen identitas, yaitu:

a) KTP calon nasabah dan pasangan yang masih berlaku

68

b) Kartu Keluarga

c) Akta Nikah atau Akta Cerai atau Akta Kematian

d) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha (SKU Asli)

e) NPWP untuk pembiayaan lebih dari Rp 50 juta, jika tidak ada

maka ada surat pernyataan sedang dalam pengurusan.

2) Aplikasi pengajuan pembiayaan, yaitu:

a) Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan wajib diisi lengkap

dan ditandatangani oleh nasabah baik untuk setiap pengajuan

baru maupun penambahan fasilitas pembiayaan, dan wajib

diparaf oleh petugas BRI Syariah yang melakukan proses

pembiayaan.

b) Catatan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota

penjualan.

c) SPPT PBB dan bukti lunas PBB tahun terakhir (wajib untuk

jaminan Tanah kosong atau Tanah dan Bangunan) (SPPT dan

STTS asli).

c. Mikro 500 iB

1) Copy dokumen identitas, yaitu:

a) KTP calon nasabah dan pasangan yang masih berlaku

b) Kartu Keluarga

c) Akta Nikah atau Akta Cerai atau Akta Kematian

d) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha (SKU Asli)

69

e) NPWP untuk pembiayaan lebih dari Rp 50 juta, jika tidak ada

maka ada surat pernyataan sedang dalam pengurusan. Serta

NPWP wajib ada untuk pembiayaan > 100 juta.

2) Aplikasi pengajuan pembiayaan, yaitu:

a) Formulir aplikasi pengajuan pembiayaan wajib diisi lengkap

dan ditandatangani oleh nasabah baik untuk setiap pengajuan

baru maupun penambahan fasilitas pembiayaan, dan wajib

diparaf oleh petugas BRI Syariah yang melakukan proses

pembiayaan

b) Catatan keuangan yang dibuat oleh nasabah atau nota-nota

penjualan

c) SPPT PBB dan bukti lunas PBB tahun terakhir (wajib untuk

jaminan Tanah kosong atau Tanah dan Bangunan) (SPPT dan

STTS asli).

d) Asuransi kendaraan wajib untuk pembiayaan lebih dari Rp 100

juta dengan jaminan kendaraan.

2. Tahap analisis pembiayaan

Pada tahap ini, dokumen yang telah diisi diverifikasi dan diperiksa

kebenarannya, serta kelengkapan dalam dokumen aplikasi pembiayaan.

Setelah dirasa lengkap baru dilakukan BI Checking, dimana masa berlaku

BI Checking adalah 30 hari dari tanggal pengajuan proposal pembiayaan.

kemudian dilakukan verifikasi karakter calon nasabah, tujuan

pembiayaan, verifikasi usaha calon nasabah, persediaan barang, dan

70

verifikasi jaminan. Hal tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui

kesanggupan dan kesungguhan calon nasabah dalam membayar kembali

pembiayaan dengan perjanjian yang telah ditetapkan.

3. Tahap pemberian keputusan pembiayaan

Pembiayaan wajib disetujui oleh komite pembiayaan sesuai dengan

limitnya. Jika salah satu anggota komite pembiayaan tidak menyetujui

pembiayaan tersebut atau tidak merekomendasikan, maka pembiayaan

tersebut tidak dapat dilakukan banding dan tidak dapat dilanjutkan

pencairan pembiayaan.

4. Tahap pencairan pembiayaan

Setelah dilakukan analisa dan persetujuan pembiayaan, maka selanjutnya

AOM membuat Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3) untuk

disampaikan kepada nasabah, jika nasabah menyetujui struktur fasilitas

pembiayaan yang disampaikan dan telah menandatangani maka SP3 akan

diserahkan kepada bank, sedangkan pengambilan dana pembiayaan dapat

diambil kepada bagian teller.

5. Tahap pemantauan pembiayaan

Untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan yang bermasalah atas

pembiayaan yang sudah disetujui oleh pihak bank, maka pihak bank

melakukan pemantauan terhadap nasabah sampai nasabah tersebut

melunasi pembiayaan yang telah diberikan.

71

B. Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro iB BRI Syariah KCP Sragen

Dalam penelitian ini penulis mengambil dari sebuah kasus

seorang wiraswasta Tuan X yang bertempat tinggal di Kota Sragen,

dimana Tuan X mempunyai dua usaha yang lokasinya berbeda yaitu usaha

giling padi yang berada di kota Sragen, Jawa Tengah dan usaha toko

pakaian di kota Palembang, Sumatera Selatan. Tuan X melakukan aplikasi

permohonan pembiayaan mikro iB kepada BRI Syariah KCP Sragen yaitu

pada usaha toko pakaian yang berada di Kota Palembang, dengan

permohonan pembiayaan sebesar Rp. 75.000.000. Supaya permohonan

pembiayaan tersebut dapat terealisasi maka pihak bank perlu menganalisis

kelayakan usaha calon nasabah tersebut. Tahapan tersebut yaitu antara

lain:

1. Analisis Character

Verifikasi karakter calon nasabah harus dilakukan dengan cara

melakukan kunjungan dan bertemu langsung dengan calon nasabah di

tempat usaha yang dibiayai, untuk mendapatkan informasi secara detail

mengenai karakter calon nasabah maka perlu menanyakan kepada

pihak-pihak terkait, seperti: ketua paguyuban, ketua kelompok, kepala

dinas pasar, pedagang pasar lainnya, supplier calon nasabah, maupun

ketua RT/RW, tetangga calon nasabah dalam lingkungan sekitar

tempat tinggal calon nasabah.

Apabila terdapat informasi yang negative terhadap calon

nasabah, seperti: sering menunggak pembayaran pembiayaan kepada

72

supplier (sales barang), suka berjudi, terlibat tindakan melanggar

hukum dan lainnya yang sejenis. Maka pihak bank akan menolak

pembiayaan tersebut dan harus segera menginformasikan penolakan

secepatnya ke calon nasabah dengan menyampaikan bahwa

permohonan pembiayaannya belum dapat diproses untuk saat

sekarang.

Pada analisis ini, pihak BRI Syariah KCP Sragen telah

melakukan survei dengan mencari informasi melalui tanggapan para

tetangga dan para karyawan yang bekerja di gilingan padi di Kota

Sragen milik Tuan X, serta melakukan wawancara secara langsung

dengan Tuan X. Dari hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa

Tuan X adalah seorang yang rajin beribadah, baik, tidak pernah

melakukan tindakan kriminal, dapat dipercaya, dermawan, suka

menolong, serta jujur. Dimana, Tuan X berkata jujur yaitu mengatakan

bahwa Tuan X masih mempunyai hutang pada BNI dan BRI Sragen.

Setelah dilakukan verifikasi mengenai karakter dan BI Checking,

dinyatakan bahwa nasabah tersebut tidak pernah melakukan tindakan

yang dilarang syariah dan selalu lancar melakukan pembayaran

pembiayaan, maka pihak BRI Syariah memutuskan untuk menerima

permohonan pembiayaan tersebut, meskipun Tuan X masih

mempunyai hutang pada BNI dan BRI Sragen.

2. Analisis Capacity

73

Dalam Verifikasi ini, diperlukan untuk mengecek kebenaran

data-data yang disampaikan calon nasabah di formulir aplikasi

pembiayaan. BRI Syariah KCP Sragen harus mengetahui informasi

terbaru tentang kondisi dan perkembangan usaha, lingkungan, resiko

serta mitigasinya. Serta mengevaluasi terhadap kemampuan calon

nasabah menjalankan dan mengembangkan usahanya, pendapatan dan

biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memastikan apakah pembiayaan

yang akan diberikan akan digunakan untuk mengembangkan usahanya

dan dapat menambah sumber pembayaran kembali.

Dapat diketahui bahwa verifikasi usaha meliputi: (a) Lokasi

usaha nasabah, alamat usaha harus sesuai dengan data yang

dicantumkan di formulir aplikasi pembiayaan, jika tidak sesuai dengan

data maka BRI Syariah akan melakukan penolakan pembiayaan, (b)

jenis usaha yang tidak dapat diproses yaitu usaha yang bertentangan

dengan prinsip syariah yaitu misalnya perjudian, pelacuran baik

terselubung maupun terang-terangan, tempat hiburan seperti bar,

diskotik, karaoke, bola tangkas, pedagang yang jenis barang

dagangannya didominasi oleh rokok, minuman beralkohol, dll., (c)

lamanya usaha minimum 3 (tiga) tahun untuk 25 iB dan 2 (dua) tahun

untuk mikro 75 iB dan 500 iB di bidang usaha yang akan dibiayai.

Apabila pengalaman usaha dari calon nasabah di bidang usaha yang

sama kurang dari tahun tersebut maka harus ada garansi atau

penjaminan dari anggota keluarga yang telah mempunyai pengalaman

74

bidang usaha yang sejenis dengan lama usaha lebih dari 2 tahun, (d)

aktivitas usaha meliputi ramai atau ada aktivitas usaha calon nasabah,

jika usaha calon nasabah tidak pernah ramai pada saat apapun maka

pihak BRI Syariah akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk

mendapatkan penilaian lebih lanjut, dan apabila tidak ada aktifitas

usaha atau informasi yang ditemukan di lapangan tidak sesuai atau

meragukan aplikasi pembiayaan tersebut haruslah ditolak, (e)

persediaan barang yang layak di tempat usaha calon nasabah harus

sesuai dengan perputaran usaha atau penjualan calon nasabah, jika

persediaan stock barang di tempat usaha calon nasabah tidak banyak

maka BRI Syariah akan melakukan pemeriksaan lebih dalam untuk

mendapatkan penilaian yang kuat untuk memproses aplikasi

pembiayaan lebih lanjut. Bila informasi yang ditemukan di lapangan

tidak sesuai atau meragukan maka aplikasi pembiayaan harus ditolak.

Tujuan pembiayaan harus untuk membiayai usaha nasabah,

calon nasabah memberikan detail data dari tujuan pembiayaan,

(contoh: tujuan pembiayaan adalah untuk pembelian stock barang

berupa: 20 televisi, 10 mesin cuci, 50 blender, dll. lengkap dengan

rincian harganya dalam daftar rencana pembiayaan). Apabila ada

perbedaan tujuan pembiayaan maka pihak BRI Syariah wajib

melakukan observasi lebih lanjut, setelah dilakukan observasi tetapi

hasil penyelidikan ulang tetap meragukan atau menyimpang dari tujuan

awal pengajuan maka aplikasi pembiayaan tersebut harus ditolak.

75

Pada tahap analisis ini, Tuan X memiliki dua usaha yaitu

usaha gilingan padi berada di Kota Sragen dan usaha toko baju berada

di Palembang. Dalam hal ini, pihak BRI Syariah KCP Sragen

mengalami kesulitan dalam mensurvei lokasi usaha toko pakaian di

Kota Palembang secara langsung. Untuk mengatasi permasalahan

tersebut maka yang melakukan survei usaha toko pakaian Tuan X di

Palembang adalah pihak BRI Syariah KC Palembang. Setelah disurvei

lebih lanjut, perkembangan persediaan barang pada usaha pakaian

tersebut dapat diketahui pendapatan rata-rata perhari sebesar

Rp.1.000.000 yang diperoleh dari wawancara maupun laporan

keuangan setiap hari dan usaha toko baju tersebut dapat dikatakan

lumayan ramai didatangi pembeli karena lokasi tempat usaha toko

pakaian tersebut sangat strategis yaitu berada di pinggir jalan raya.

Sedangkan dalam stok pakaian yang dimiliki calon nasabah juga dapat

dikatakan cukup banyak dan bervariasi, terbukti dari hasil foto yang

dikirim oleh BRI Syariah KC Palembang kepada BRI Syariah KCP

Sragen. Dari hasil survei yang dilakukan oleh BRI KC Palembang,

maka Tuan X dapat dikatakan mampu memenuhi kemampuan

pengembalian pembiayaan dan menjadi hal baik Tuan X juga memiliki

usaha gilingan padi di Kota Sragen, dimana rata-rata penghasilan yang

didapat setiap hari sebesar Rp 5.000.000. Sehingga dapat dikatakan

Tuan X akan mampu memenuhi pengembalian pembiayaan yang

diberikan oleh BRI Syariah KCP Sragen.

76

3. Analisis Collateral

Penilaian jaminan wajib dilakukan oleh pihak BRI Syariah

KCP Sragen, dalam melakukan penilaian jaminan pihak BRI Syariah

wajib mengunjungi ke lokasi jaminan berupa tanah, tanah dan

bangunan, kios atau sejenisnya atau fisik kendaraan yang dijaminkan

oleh calon nasabah. Penilaian jaminan harus sesuai dengan kondisi

jaminan. Apabila terjadi perbedaan nilai pasar jaminan antara

informasi yang didapat oleh pihak BRI Syariah, maka yang diambil

adalah nilai terendah.

Penilaian tanah dilakukan survey ke lokasi jaminan untuk

melihat kondisi jaminan dan dilakukan interview dengan pihak ketiga

untuk mendapatkan tambahan informasi yang diperlukan, misalnya

kondisi tanah, perkiraan nilai pasar atas jaminan tanah. Pengecekan

keabsahan sertifikat, ada tidaknya sengketa dan kondisi tanah wajib

dilakukan ke BPN setempat sebelum persetujuan pembiayaan.

Nilai jaminan mengacu kepada daftar harga tanah dari

ketentuan yang berlaku terkait dengan penilaian jaminan, yang

dimaksud dengan nilai pasar wajar adalah nilai hasil appraisal atas

jaminan yang diberikan berdasarkan kondisi harga pasar atau nilai

wajar (transaksi jual beli). Untuk pengecekan harga tanah dapat

dilakukan di salah satu sumber yaitu seperti developer, agent property,

perusahaan lembaga penilaian jaminan (penilai independent), bukti

77

tertulis dari hasil penilai sebelumnya, bukti pembayaran SPPT PBB

(Pajak Bumi dan Bangunan), dan kelurahan atau kecamatan.

Adapun beberapa kondisi jaminan tanah atau bangunan yang

dihindari dan tidak dibiayai oleh BRI Syariah yaitu antara lain:

terkena rencana pelebaran jalan atau penggusuran, peruntukan untuk

jalur hijau, berada di pinggir sungai yang arusnya deras (tidak

termasuk aluran irigasi), daerah rawan banjir, mempunyai akses jalan

menuju lokasi dan lebar jalan kurang dari 1 meter (khusus

perumahan), tanah kuburan atau berada di sekitarnya dengan radius

minimal 50 meter, tanah dalam sengketa, pabrik yang masih aktif,

peruntukan sebagai sarana umum atau sosial, tanah dan bangunan

yang peruntukannya melanggar hukum atau tidak sesuai dengan

prinsip syariah seperti dijadikan untuk tempat perjudian, lingkungan

lokalisasi, dll.

Pada kasus Tuan X, Tuan X mengajukan jaminan berupa

sertifikat sawah yang lokasinya berada di daerah Sragen, letaknya

strategis dan lebar jalan 2 meter, serta terhindar dari penggusuran.

Sehingga dalam proses mensurvei lokasi dapat terjangkau dengan

mudah. Setelah dilakukan survei ke lokasi dan memenuhi syarat maka

pada pengajuan jaminan sertifikat sawah diterima pihak BRI Syariah

KCP Sragen.

78

Adapun untuk perhitungan perkiraan nilai sawah Tuan X

adalah sebagai berikut:

e. Luas sawah = 3000 m2

f. Umur sawah = 20 tahun

g. Nilai pasar sawah = Rp 300.000

h. Nilai perkiraan sawah adalah:

3000 x (60% x Rp 300.000) = Rp 540.000.000

Dari perhitungan di atas nilai perkiraan sawah adalah Rp 540.000.000,

maka BRI Syariah menyetujui jaminan yang diberikan oleh Tuan X.

Setelah dilakukan analisis pada kasus Tuan X tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa Tuan X layak dibiayai. Di sisi lain, dapat diketahui

dalam menganalisis kelayakan pembiayaan mikro iB BRI Syariah KCP

Sragen hanya menganalisis pada character, capacity dan collateral

nasabah. Meskipun demikian, dalam pembiayaan mikro iB yang telah

dijalani selama berdirinya BRI Syariah KCP Sragen, BRI Syariah KCP

Sragen belum pernah mengalami masalah nasabah yang macet pada

pembiayaan mikro iB serta minat nasabah untuk melakukan permohonan

pembiayaan mikro iB juga semakin meningkat.

C. Perkembangan Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Sragen

Jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah pembiayaan mikro iB

di BRI Syariah KCP Sragen pada bulan Januari sampai Desember 2015

adalah sebagai berikut:

79

Tabel 4.1

Laporan Tingkat Pembiayaan Mikro iB

Bulan Dana Prosentase

Januari Rp. 530.000.000 5%

Februari Rp. 856.200.000 8,08%

Maret Rp. 499.000.000 4,71%

April Rp. 520.000.000 4,91%

Mei Rp. 830.000.000 7,83%

Juni Rp. 729.000.000 6,88%

Juli Rp. 1.058.000.000 9,99%

Agustus Rp. 1.315.000.000 12,42%

September Rp. 1.400.000.000 13,22%

Oktober Rp. 835.000.000 7,88%

November Rp. 996.000.000 9,4%

Desember Rp. 1.026.000.000 9,69%

Jumlah Rp. 10.594.200.000 100%

Sumber: BRI Syariah KCP Sragen

Daftar jumlah pembiayaan mikro iB di atas, dapat pula dibuat

grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1

Prosentase dana pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen

Dari tabel dan grafik di atas dana yang disalurkan untuk

pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen pada bulan Januari

80

sampai Desember 2015 yaitu sebesar Rp. 10.594.200.000. Pada bulan

Januari jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 530.000.000.

Pada bulan Februari jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp.

856.200.000. Pada bulan Maret jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu

sebesar Rp. 499.000.000. Pada bulan April jumlah dana pembiayaan mikro

iB yaitu sebesar Rp. 520.000.000. Pada bulan Mei jumlah dana

pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 830.000.000. Pada bulan Juni

jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 729.000.000. Pada

bulan Juli jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp.

1.058.000.000. Pada bulan Agustus jumlah dana pembiayaan mikro iB

yaitu sebesar Rp. 1.315.000.000. Pada bulan September jumlah dana

pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp. 1.400.000.000. Pada bulan

Oktober jumlah dana pembiayaan mikro yaitu sebesar Rp. 835.000.000.

Pada bulan November jumlah dana pembiayaan mikro iB yaitu sebesar Rp.

996.000.000. Pada bulan Desember jumlah dana pembiayaan mikro iB

yaitu sebesar Rp. 1.026.000.000.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, jumlah dana yang disalurkan

kepada nasabah untuk pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen

mengalami kenaikan setiap bulannya yaitu bulan Januari jumlah dana

pembiayaan mikro iB mencapai 5%. Pada bulan Februari jumlah dana

mengalami kenaikan 8,08%. Pada bulan April jumlah dana mengalami

kenaikan 4,91%. Pada bulan Mei jumlah dana mengalami kenaikan 7,83%.

Pada bulan Juli jumlah dana mengalami kenaikan 9,99%. Pada bulan

81

Agustus jumlah dana mengalami kenaikan 12,42%. Pada bulan September

jumlah dana mengalami kenaikan 13,22%. Pada bulan November jumlah

dana mengalami kenaikan 9,4%. Pada bulan Desember jumlah dana

mengalami kenaikan 9,69%.

Dari tabel dan grafik di atas juga dapat dilihat perkembangan

jumlah penyaluran dana pembiayaan mikro iB mengalami penurunan yaitu

bulan Maret mengalami penurunan 4,71%. Pada bulan Juni mengalami

penurunan 6,88%. Pada bulan Oktober mengalami penurunan 7,88%.

Meskipun mengalami sedikit penurunan BRI Syariah KCP Sragen akan

tetap berusaha dalam meningkatkan jumlah nasabah khususnya pada

pembiayaan mikro iB.

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Analisis yang dilakukan, maka penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Prosedur pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Sragen yaitu pertama,

tahap permohonan pembiayaan, dimana nasabah pembiayaan harus

memenuhi sesuai persyaratan yang telah ditentukan oleh BRI Syariah baik

dalam persyaratan umum maupun dokumentasi. Kedua, tahap analisis

pembiayaan, dimana pihak BRI Syariah akan memeriksa kebenaran

kelengkapan dokumen aplikasi pembiayaan yang telah diisi nasabah.

Ketiga, pemberian keputusan, dimana pembiayaan wajib disetujui oleh

komite pembiayaan. Keempat, pencairan pembiayaan, dimana AOM akan

membuat surat persetujuan prinsip pembiayaan untuk disampaikan kepada

nasabah. Kelima, pemantauan pembiayaan, dimana BRI Syariah

melakukan pemantauan kepada nasabah sampai nasabah tersebut melunasi

pembiayaannya.

2. Analisis kelayakan pembiayaan mikro iB pada BRI Syariah KCP Sragen

dari sejumlah kasus yang ditemukan pada nasabah dan implementasinya

lebih menekankan pada aspek character, capacity, dan collateral. Pertama,

aspek character yaitu mengenali karakter calon nasabah dengan cara

melakukan kunjungan dan bertemu langsung dengan calon nasabah

83

3. ditempat usaha yang dibiayai. Kedua, aspek capacity, yaitu untuk

mengetahui kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan yang

telah dibiayai. Ketiga, aspek collateral yaitu sebagai jaminan dari nasabah

pembiayaan untuk mencegah risiko pembiayaan yang tidak terbayar.

Meskipun hanya tiga aspek yang diterapkan di BRI Syariah KCP Sragen

belum pernah mengalami masalah pembiayaan mikro iB yang macet.

4. Tingkat perkembangan penyaluran dana pembiayaan mikro iB di BRI

Syariah KCP Sragen dari bulan Januari sampai Desember 2015 mengalami

kenaikan setiap bulannya yaitu bulan Januari jumlah dana pembiayaan

mikro mencapai 5%. Pada bulan Februari jumlah dana mengalami

kenaikan 8,08%. Pada bulan April jumlah dana mengalami kenaikan

4,91%. Pada bulan Mei jumlah dana mengalami kenaikan 7,83%. Pada

bulan Juli jumlah dana mengalami kenaikan 9,99%. Pada bulan Agustus

jumlah dana mengalami kenaikan 12,42%. Pada bulan September jumlah

dana mengalami kenaikan 13,22%. Pada bulan November jumlah dana

mengalami kenaikan 9,4%. Pada bulan Desember jumlah dana mengalami

kenaikan 9,69%.

B. Saran

Adapun saran yang kiranya penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. BRI Syariah KCP Sragen diharapkan juga menerapkan pembiayaan mikro

25 iB, meskipun tanpa jaminan.

84

2. Prosedur yang diterapkan saat ini calon nasabah haruslah seorang yang

memiliki usaha. Diharapkan BRI Syariah juga memperhatikan kalangan

pedagang kaki lima yang membutuhkan dana.

3. BRI Syariah KCP Sragen harus lebih mensosialisasikan produk-produk

yang ada, khususnya produk pembiayaan mikro iB agar lebih banyak

masyarakat yang mengenal produk tersebut.

85

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. Yazid. 2009. Fiqih Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema

Insani: Jakarta.

Bungin, M. Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi Format-

format Kuantitatif dan kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik,

Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Fadhila, Novi. 2015. Analisis Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah Terhadap

Laba Bank Syariah Mandiri. Jurnal Riset Akuntasi dan Bisnis: Vol. 15 No.

1.

Anshori, Abdul Ghofur. 2006. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di

Indonesia. Yogyakarta: Citra Media.

. 2008. Kapita Selekta Perbankan Syariah di Indonesia.

Yogyakarta: UII Press.

Fatwa DSN MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.

Jaelani, Ahmad. 2015. “Analisis terhadap Mekanisme Pembiayaan Mikro dengan

Akad Murabahah di BSM KCP Semarang Timur”. Tugas Akhir tidak

diterbitkan. Semarang: Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

Walisongo.

Julius, Latumaerissa. 1999. Mengenal Aspek-aspek Bank Umum. Jakarta: Bumi

Aksara.

Karim, Adiwarman A. 2009. Bank Islam Analis Fiqih dan Keuangan, edisi ketiga.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kara, Muslimin. 2013. “Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah”. Jurnal Ahkam: Vol.

13 No. 2.

86

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: YKPN.

Pambudi, Wawan. 2014. “Analisis Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah

Mandiri Cabang Salatiga”. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan

Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Salatiga.

Ridwan, Muhammad. 2007. Konstruksi Bank Syariah Indonesia. Yogyakarta:

Pustaka SM.

Riva’i, dan Veithsal. 2006. Islamic Financial Management, Teori, Konsep dan

Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi

dan Mahasiswa. Jakarta: Rajawali Press.

Suryani, Cicin, Asep Ramdan Hidayat, dan Nunung Nurhayati. 2013. “Analisis

Kelayakan Keputusan Bank Terhadap Pemberian Pembiayaan Modal

Kerja (Mikro iB) Kepada Calon Nasabah Pada Bank BRI Syariah KCP

Setia budi”. Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah: Vol. 1 No. 2.

Titik Sartika Pratomo, dan Abd. Rachman Soejono. Ekonomi Skala Kecil dan

Kecil Menengah dan Koperasi. Jakarta: Galia Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan

Syariah.

Wawancara dengan Bapak Didik Istianto selaku Unit Mikro Syariah Head (UH)

BRI Syariah KCP Sragen.

Yuliana, Fetria Eka. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Salatiga:

STAIN Salatiga Press.

Http://chichimoed.blogspot.com. Dipos oleh: Dessy, diakses pada tanggal 1 Juni

2016 pukul 10.00 WIB.

Http://www.tyasmustika.blogspot.com. Dipos oleh Tyas Mustika, diakses pada

tanggal 22 Juli 2016 pukul 14.00 WIB.

Http://www.depkop.go.id. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016 pukul 11.00 WIB.

Http://www.brisyariah.co.id. Diakses pada tanggal 1 Mei 2016 pukul 13.00 WIB.

Http://www.ojk.go.id. Diakses pada tanggal 14 Juli 2016 pukul 09.00 WIB.

Http://www.kabarsragen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Juli 2016 pukul

09.30 WIB.

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Setiana Fatimah

Tempat/tgl. Lahir : Sragen, 04 November 1995

Alamat Rumah : Dusun Bugel Rt. 28/07, Desa Kebonromo, Kecamatan

Ngrampal, Kabupaten Sragen.

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN Kebonromo II (2001-2007)

2. SMPN 1 Ngrampal (2007-2010)

3. MAN 1 Sragen (2010-2013)

Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-

benarnya.