scb
Post on 21-Dec-2015
219 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Penderita dengan Gejala Scabies
Pendahuluan
Sinonim atau nama lain scabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan hasil produknya.1
Skabies terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, di semua geografi daerah,
semua kelompok usia, ras dan kelas sosial. Namun menjadi masalah utama pada daerah
yang padat dengan gangguan sosial, sanitasi yang buruk, dan negara dengan keadaan
perekonomian yang kurang. Skabies ditularkan melalui kontak fisik langsung (skin-to-skin)
maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama)1-2.
Gejala utama adalah pruritus intensif yang memburuk di malam hari atau kondisi
dimana suhu tubuh meningkat. Lesi kulit yang khas berupa terowongan, papul, ekskoriasi
dan kadang-kadang vesikel. Tungau penyebab skabies merupakan parasit obligat yang
seluruh siklus hidupnya berlangsung di tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat
terbang atau meloncat namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang
hangat.3
Anamnesis2
Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain:
1. Biodata
Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit skabies bisa menyerang
semua kelompok umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini,
tempat, paling sering di lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat
penduduknya seperti asrama dan penjara.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang secara umum, meliputi gatal, bercak, gatal, bersisik, baal dan
terjadi sejak kapan. Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada
kulit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
1
Biasanya meliputi gatalnya berlokasi dimana, sejak kapan, gatalnya bertambah
bila berkeringat atau tidak, durasi gatalnya bagaimana, perih atau tidak, bersisik
halus/kasar, bercaknya gatal atau tidak, meluas atau tidak, gejala lain yang timbul
bersama dengan lesi kulit, dan riwayat penyakit yang berhubungan, riwayat
pemakaian obat-obat. Dalam kasus, penderita mengeluh gatal terutama malam hari
dan timbul lesi berbentuk pustule pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak,
areola mammae, bokong, atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal,
biasanya penderita menggaruk lesi tersebut sehingga ditemukan adanya lesi tambahan
akibat garukan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan adakah alergi atau tidak, diabetes mellitus, dll.Tidak ada penyakit
lain yang dapat menimbulkan scabies kecuali kontak langsung atau tidak langsung
dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada penyakit scabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga
atau juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
6. Psikososial
Penderita scabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi
yang berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang
terkena lesi pada saat interaksi sosial.
7. Pola kehidupan sehari-hari
Menyangkut tempat tinggal, kebiasaan mandi dan ganti celana atau pakaian.
Dalam kasus, penyakit scabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang
(kebiasaan mandi, cuci tangan dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat anamnesis,
perlu ditanya secara jelas tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga.
Dengan adanya rasa gatal dimalam hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi dan
bau yang ridak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan
menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial
Pemeriksaan Fisik2
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:
Dimulai dari tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan).
2
Lakukan pemeriksaan kulit; warna kulit, suhu kulit, kelembaban, tekstur, lesi kulit
(efluoresensi, warna, ukuran, batas, lokalisasi, dan penyebaran).
Lakukan pemerikasaan lesi kulit sesuai dengan kasus, dengan loup, bulu peraba dan
paku tajam tumpul, tes perabaan, tes rasa nyeri (tajam dan tumpul), tes suhu (dingin,
panas), tes potlot Gunawan.
Lakukan pemeriksaan kuku meliputi, warna, bersih atau kotor, terawat atau tidak,
panjang atau pendek, permukaan (halus, kasar, lekukan), lempeng kuku (kuat, mudah
patah), tanda radang, dasar kuku (kuat, terangkat, mudah berdarah, bintik, nyeri, tanpa
radang), memeriksa bentuk jari, (normal, kurus/seperti laba-laba).
Jika scabies maka dalam pemeriksaan akan ditemukan:
1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk
benang.
2. Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder yang
disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.
3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.
Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak tngan dan kaki bahkan diseluruh permukaan kulit, sedangkan
pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.3
Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai ekskoriasi.
Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentikuler. Lesi yang khas adalah terowongan
(kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1
cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat persembunyian dan bertelur
Sarcoptes scabiei.3
Pemeriksaan Penunjang3
Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada pemeriksaan
mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1. Kerokan kulit.
3
Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih
utuh, kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap
papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas
penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau,
telur, larva, nimfa, atau skibala. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati pada
bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak kooperatif.
2. Mengambil tungau dengan jarum
Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu
digerakkan secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat
keluar
3. Epidermal shave biopsy
Mencari terowongan atau papul yang dicurigai misalnya pada sela jari antara
ibu jari dan jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel
yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superficial
sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak memerlukan anestesi. Spesimen kemudian
diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan periksa di bawah
mikroskop.
4. Tes tinta Burrow
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan
alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-
belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan pada
bayi/anak dan pasien nonkooperatif.
5. Kuretasi terowongan
Kuretasi superfisial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu
kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini
dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.
Differential Diagnosis
A. Dermatitis Kontak
4
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansia yang
menempel pada kulit. Dikenal dua macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan
merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung
tanpa didahului proses sensitisasi. Sebaliknya dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang
yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen.3
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak, terutama yang
berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja), namun angkanya secara tepat sulit
diketahui. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang banyak bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu. Faktor yang
dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan
kelembaban lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI,
misalnya perbedaan ketebalan kulit diberbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas,
usia (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan
dari kulit putih), jenia kelamin (insidens DKI lebih banyak pada wanita), penyakit kulit yang
pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya
denatitis atopik.3
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Kelainan kulit yang
terjadi sangat beragam bergantung pada sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang
iritan lemah memberi gejala kronis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih
cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya.
Sebaliknya DKI kronis timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang lebih
luas, sehingga adakalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergik. Diperlukan uji
tempel dengan bahan yang dicurigai. Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah upaya
menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta
menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila bahan iritan penyebab dermatitis tersebut tidak
dapat disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.3
5
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena hanya
mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Jumlah DKA dan DKI
makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang mengandung bahan
kimia yang dipakai oleh masyarakat. Penyebab DKA adalah bahan kimia sedehana dengan
berat molekul umumnya randah (< 1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses,
disebut hapten, beersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada
DKA adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell mediated immune
respons) atau reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitivitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi
melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi. Penderita umumnya mengeluh gatal.
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Berbagai lokasi
terjadinya DKA antara lain tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan
tungkai bawah, dan dermatitis kontak sistemik. Kelainan kulit DKA sering tidak
menunjukkan gambaran morfolgik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis
seboroik, atau psoriasis. Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan
untuk menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi. Hal yang perlu
diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak
kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul. Prognosis DKA
umumnya baik, sejauh kontak dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis
bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen, atau terpajan oleh alergen yang
tidak mungkin dihindari.3
B. Tinea Manus
Tinea manus merupakan penyakit kulit infeksi dermatofita pada tangan, yaitu jamur
T.mentagrophytes dan T.Rubrum. Penyakit ini dapat menyerang semua umur baik pria dan
wanita. Keadaan panas dan lembab mempermudah jamur masuk ke kulit. Selain itu,
kebersihan yang kurang, keadan basah, dan lingkungan rawa yang selalu basah juga dapat
mempermudah terjangkitnya penyakit ini. Gejala penyakit ini dapat berupa munculnya
gelembung-gelembung berisi cairan atau kulit menjadi bersisik dengan ruam kulit berwarna
merah.selain itu, penyakit kulit ini disertai dengan rasa gatal. Penyakit kulit ini biasanya
menyerang daerah pergelangan tangan sampai ujung jari. Pengobatan penyakit ini dapat
dilakukan dengan memberikan berbagai jenis obat. Misalnya preparat haloprogin atau tonaftat
dalam bentuk krim maupun larutan. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga
6
kebersihan lingkungan dan tubuh terutama kulit. Mandi secara teratur menggunakan sabun
antiseptik.Selain itu, jaga tubuh agar selalu kering karena keadaan basah akan mempermudah
infeksi jamur.3
Working diagnosis
Definisi Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabei var, hominis dan produknya.1
Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo.1
Epidemiologi
Ada dugaan bahawa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, hygiene
yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan dermografik, kepadatani, promiskuitas seksual dan ras serta ekologik. Penyakit
ini dapat dimasukkan dalam PHS (Penyakit akibat Hubungan Seksual).4Penyakit ini terjadi
pada hampir semua negara dengan prevalensi 6-27 %. Usia tertinggi 5-16 tahun
Cara penularan4
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-
lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang
dapat menulari manusia. Terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.
Etiologi
7
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei adalah parasit manusia obligat yang
termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes.
Bentuknya lonjong, bagian chepal depan kecil dan bagian belakang torakoabdominal dengan
penonjolan seperti rambut yang keluar dari dasar kaki.5
Tungau skabies mempunyai empat kaki dan diameternya berukuran 0,3 mm. Sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat terbang atau
melompat dan hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan epidermis (Mitolin et al, 2008).
Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm, dan jantan dewasa
lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm. Tubuhnya berwarna putih susu dan
ditandai dengan garis melintang yang bergelombang dan pada permukaan punggung
terdapat bulu dan dentikel.5
Gambar 1. Sarcoptes scabies
Sumber:http:// www.animalhealth.bayer.com
Tungau scabies memiliki empat pasang kaki pendek, di bagian depan terdapat dua
pasang kaki yang berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan pengisap kecil di bagian
ujungnya. Pada tungau betina, terdapat dua pasang kaki yang berakhir dengan rambut
(Satae) sedangkan pada tungau jantan rambut terdapat pada pasangan kaki ketiga dan
peduncles dengan pengisap pada pasangan kaki keempat.5
8
Gambar 2. Tungau jantan dan betina
Sumber :http:// www.entomology.ucr.edu
Gambar 3. Telur Sarcptes scabiei
Sumber :http:// www.biolib.cz
Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat terowongannya dan
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu
9
terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana
individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus
immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi
untuk menderita Norwegian scabies.5
Patogenesa Scabies
Gambar 4. Siklus Hidup Skabies
Sumber: http:// www.stanford.edu
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kutu
Sarcoptes scabei. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi
yang rendah, higiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku
yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk. Penyakit scabies dapat
ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah
kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan
pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara
penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies
dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama.6
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang
10
digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari.6
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,
sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar
pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang
tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh
kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.6
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan
waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat
lebih luas dari lokasi tungau. Reaksi alergi yang sensitif terhadap tungau dan produknya
memperlihatkan peran yang penting dalam perkembangan lesi dan terhadap tim bulnya
gatal. Sarcoptes scabiei melepaskan substansi sebagai respon hubungan antara tungau
dengan keratinosit dan sel-sel langerhans ketika melakukan penetrasi ke dalam kulit.6
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV
dan tipe I. Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau dengan Imunoglobulin-E pada sel
mast yang peningkatan antibodi IgE. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan
memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari setelah sensitisasi tungau dan akan memproduksi
papul-papul dan nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel
limfosit T yang banyak pada infiltrat kutaneus. Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis
11
tersebut sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi dapat berupa
papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat garukan yang dilakukan oleh pasien dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga terjadinya infeksi sekunder.6
Manifestasi Klinis1
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes scabiei sangat
bervariasi. Meskipun demikian kita dapat menemukan gambaran klinis berupa keluhan
subjektif dan objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada
infestasi skabies, yaitu:
Pruritus Nokturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti pruritus
akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal
yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas.
Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.
Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah keluarga
biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang
padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok
mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi oleh parasit
sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi menjadi pembawa/carier bagi
individu lain.
Adanya terowongan
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung kepada kemampuannya meletakkan
telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai
bagian kulit yang memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan tipis. Lesi yang
timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah
sela-sela jari, aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar,
skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
12
Gambar 5. Lesi pada sela jari, penis, dan areola mammae.
Sumber: http:// www.clevelandclinicmeded.com
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada antigen
tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti benang,
berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan tungau di
dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela jari, pergelangan
tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal infeksi karena
aktivitas menggaruk pasien yang hebat.
13
Gambar 6. Tempat-tempat predileksi skabies
Sumber: http:// dokteranakku.net
Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita
dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan hal
yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat ini agak susah ditemukan
karena hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat
variatif dan tidak spesifik. Pada kasus scabies yang klasik, jumlah tungau sedikit
sehingga diperlukan beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat
tergantung pada operator pemeriksaan, sehingga kegagalan menemukan tungau sering
terjadi namun tidak menyingkirkan diagnosis skabies.4
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas,
meskipun jarang ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang
dapat berakibat gagalnya pengobatan. Bentuk-bentuk skabies antara lain:
Skabies pada orang bersih4
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang sangat
sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun bentuk ini seringkali salah
diagnosis karena lesi jarang ditemukan dan sulit mendapatkan terowongan tungau.
14
Gambar 7. Skabies pada orang bersih (tangan) (scabies of cultivated)
Sumber: http:// www.pharmacy-and-drugs.com
Bentuk-bentuk skabies5
Skabies nodular
Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20
mm yang gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia,
inguinal dan aksila. Pada nodus yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan anti
skabies.
Gambar 8. Skabies Nodular pada vagina
Sumber:http:// quizlet.com
Scabies incognito
Penggunaan obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
pada penderita apabila penderita mengalami skabies. Sehingga penderita dapat
memperlihatkan perubahan lesi secara klinis. Akan tetapi dengan penggunaan steroid, keluhan
gatal tidak hilang dan dalam waktu singkat setelah penghentian penggunaan steroid lesi dapat
kambuh kembali bahkan lebih buruk. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan
respon imun seluler.
15
Gambar 9. Skabies incognito (kaki) dengan krusta pengobatan imunosupresan.
Sumber : http:// www.dermquest.com
Scabies yang ditularkan oleh hewan
Sarcoptes scabiei varian canis bisa menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut, misalnya anjing, kucing dan gembala. Lesi tidak
pada daerah predileksi skabies tipe humanus tetapi pada daerah yang sering berkontak dengan
hewan peliharaan tersebut, seperti dada, perut, lengan. Masa inkubasi jenis ini lebih pendek
dan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih oleh karena
varietas hewan tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
Scabies Norwegia (Skabies berkrusta)
Kondisi yang jarang ini sangat mudah menular karena tungau berada dalam jumlah
yang banyak dan diperkirakan lebih dari sejuta tungau berkembang di kulit, sehingga dapat
menjadi sumber wabah di tempat pelayanan kesehatan. Kadar IgE yang tinggi, eosinofil
perifer, dan perkembangan krusta di kulit yang hiperkeratotik dengan skuama dan penebalan
menjadi karakteristik penyakit ini. Plak hiperkeratotik tersebar pada daerah palmar dan
plantar dengan penebalan dan distrofi kuku jari kaki dan tangan. Lesi tersebut menyebar
secara generalisata seperti daerah leher dan kulit kepala, telinga, bokong, siku, dan lutut. Kulit
yang lain biasanya terlihat xerotik. Pruritus dapat bervariasi dan dapat pula tidak ditemukan
pada bentuk penyakit ini.
Bentuk ini ditemukan pada penderita yang mengalami gangguan fungsi imunologik
misalnya penderita HIV/AIDS, lepra, penderita infeksi virus leukemia type 1, pasien yang
menggunakan pengobatan imunosupresi, penderita gangguan neurologik dan retardasi mental.
Scabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit kepala
16
sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi
terdapat di wajah. Nodul pruritis erithematos keunguan dapat ditemukan pada axilla dan
daerah lateral badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah
eradikasi infeksi tungau dilakukan. Vesikel dan bulla bisa timbul terutama pada telapak
tangan dan jari.
Gambar 10. Scabies pada anak.
Sumber: http:// www.rainbowpediatrics.net
Pemeriksaan Penunjang3,6
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering
datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya
diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10%
lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat
atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.
Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian
17
dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat
kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.
Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan
tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah
tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap
dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan
positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag.
Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian
dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan
berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di
atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah
mikroskop.
Biopsi irisan dengan pewarnaan HE.
Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah
dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut
akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan
cara yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:
Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak
dilakukan pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral
agar tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan
hidup dan utuh.
18
Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus
dilakukan di superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya
menemukan tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita
yang datang dengan keluhan gatal yang menetap.
Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri atau karena
garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi merupakan tanda yang
paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya
pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama, dan semua tanda
inflamasi lain pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul
muncul pada daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan axilla. Infeksi
sekunder lokal sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan biasanya
mempunyai respon yang bagus terhadap topikal atau antibiotic oral, tergantung tingkat
pyodermanya. Selain itu, limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada scabies
Norwegian, post-streptococcal glomerulonephritis bisa terjadi karena skabies-induced
pyodermas yang disebabkan oleh Streptococcus pyogens.
Penatalaksanaan7
Medika Mentosa
Jenis obat topical
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya
tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori
pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun. Dianjurkan pemberiannya kepada wanita hamil,bayi,anak sebagai
pengganti Gamma benzen heksakhlorida diberikan selama sedikitnya 3 - 4 hari berturut-
turut.
19
2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau
lotio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan
wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali,
kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. Obat dioleskan pada kulit
mulai dari leher sampai jari kaki,pada malam hari.Setelah kira-kira 8 jam badan
dibersihkan,ganti pakaian bersih.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau lotio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai antiscabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.
Dipakai pada waktu malam dan diulang malam berikutnya sampai total 48 jam sebelum
dicuci.
5. Permetrin dengan kadar 5 % dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum
sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.
6. Emulsi Benzil benzoat 25%.
7. Krim/suspensi Tiabendazol 5-10%.
Jenis obat oral
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang
secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti skabeis
yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan
aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu, dan
pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1% .
20
A. Non Medika Mentosa7
Terapi skabies sebagai berikut:
Umum:
Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan.
Menghindari orang-orang yang terkena.
Mencuci atau menjemur alat-alat tidur.
Jangan memakai pakaian atau handuk bersama-sama.
Edukasi7
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang
kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan
udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain
pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).
Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.
Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam
hari sebelum tidur.
Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
perlu direndam dengan air panas.
Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu
walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama
dan ikut menjaga kebersihan.
21
Prognosis7
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi (higiene,dll), maka penyakit ini dapat diberantas dan
memberikan prognosis baik. Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa
tahun. Individu yang immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu
infestasi scabies dapat disembuhkan.Seorang individu dengan infeksi scabies, jika diobati
dengan benar, memiliki prognosis yang baik
Kesimpulan
Hipotesis diterima, pasien tersebut menderita scabies yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var. Gejala klinisnya pruritus nokturna, menyerang
kelompok, ada terdapat terowongan (kunikulus) dan juga menemukan tungau. Untuk
penatalaksanaannya bisa dengan farmakologi dengan memberikan belerang endap, emulsi
benzil-benzoas, gama benzena heksa klorida, krotamiton, dan permetin. Bisa juga dengan
memberikan edukasi, mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam
periode inkubasi asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan
udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain
pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).
Daftar Pustaka
1. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4.
Jakarta: FKUI; 2005. h.122-5.
2. Burnside, Mc Glynn.Diagnosis Fisik.Ed.17.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran Jakarta
EGC;2006.h.88-96.
3. Siregar RS, Wijaya C, Anugerah P. Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.3.
22
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. 191-10.
4. Habif TP, Hodgson S. Clinical Dermatology. Ed.4. London: Mosby; 2004. 497-506.
Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006. July : 354/ 1718-27.
5. Burns DA. Diseases Caused by Arthropods and Other Noxious Animals, in: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. Vol.2. USA: Blackwell publishing; 2004. 37-47.
6. Natadisatra D. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.296-9.
7. Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and Treatment. British Med J. 2005.
September :17;331(7517)/619-22.
23
top related