refrerat strabismus
Post on 07-Feb-2016
106 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Referat
STRABISMUS
1. Anatomi dan Fisiologi Otot Penggerak Bola Mata
Kedudukan bola atau posisi mata. Diperlukan penentuan kedudukan pergerakan bola
mata, dan 9 posisi untuk diagnosis kelainan pergerakan mata. Dikenal beberapa bentuk
kedudukan bola mata:
a) Posisi primer, mata melihat lururs ke depan
b) Posisi sekunder, mata melihat lurus ke atas, lurus ke bawah, ke kiri dan ke kanan
c) Posisi tertier, mata melihat ke atas kanan, ke atas kiri, ke bawah kanan dan ke bawah
kiri.
Otot Luar Bola Mata
Pergerakan kedua bola mata dimungkinkan oleh adanya 6 pasang otot mata luar.
Pergerakan bola mata ke segala arah ini bertujuan untuk memperluas lapang
pandangan, mendapatkan penglihatan foveal dan penglihatan binokular untuk jauh dan
dekat. Otot-otot bola mata ini mengerakan bola mata pada 3 buah sumbu pergerakan,
yaitu sumbu antero-posterior, sumbu vertikal dan sumbu nasotemporal (horizontal).
Fungsi masing-masing otot:
o Otot rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola
mata ke arah nasal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).
o Otot rektus lateral, kontraksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola
mata ke arah temporal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (saraf abdusen).
o Otot rektus superior, kontraksinya akan menghasilkan elevasi, aduksi dan intorsi
bola mata dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke III (saraf okulomotor).
o Otot rektus inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi
dan pada abduksi, dan aduksi 23 derajat pada depresi. Otot ini dipersarafi oleh saraf
ke III.
o Otot oblik superior, kontraksinya akan menghasilkan depresi intorsi bila berabduksi
39 derajat, depresi saat abduksi 51 derajat, dan bila sedang depresi akan berabduksi.
Otot ini yang dipersarafi saraf ke IV (saraf troklear).
Referat
o Oblik inferior, dengan aksi primernya ekstorsi dalam abduksi sekunder oblik inferior
adalah elevasi dalan aduksi dan abduksi dalam elevasi. M. Oblik inferior dipersarafi
saraf ke III.
Demikian kesimpulan dapat diuraikan sebagai berikut:
o Rektus medius: aksi aduksi
o Rektus lateralis: aksi abduksi
o Rektus superior: aksi primer elevasi dalam abduksi. Aksi sekunder intorsi dalam
aduksi dan aduksi dalam elevasi
o Rektus inferior: aksi primer depresi pada abduksi. Aksi sekunder ekstrosi pada
aduksi dan aduksi pada depresi.
o Oblik superior: aksi primer intorsi pada abduksi. Aksi sekunder depresi dalam
aduksi dan abduksi dalam depresi
o Oblik inferior: aksi primer ekstorsi dalam abduksi. Aksi sekunder elevasi dalam
aduksi dan abduksi dalam elevasi.Fungsi Otot Mata
Otot Kerja Primer Kerja SekunderMuskulus rektus lateralis (LR) Abduksi -Muskulus rektus medialis (MR) Aduksi -Muskulus rektus superior (SR) Elevasi Aduksi, intorsiMuskulus rektus inferior (IR) Depresi Aduksi,ekstorsiMuskulus oblikus superior (SO) Intorsi Depresi, abduksiMuskulus oblikus inferior (IO) Ekstorsi Elevasi, abduksi
Keenam otot ekstraokular berperan dalam
menentukan posisi mata mengelilingi tiga sumbu
rotasi. Kerja primer suatu otot adalah efek utama
yang ditimbulkan oleh rotasi mata. Efek yang lebih
kecil disebut efek kerja sekunder.
Agar gerakan kedua mata dalam arah yang sama
otot-otot agonis yang berkaitan harus menerima
persarafan yang setara (hukum Hering). Otot Ekstraokular
Referat
Otot-Otot Pasangan Searah Dalam Posisi MenatapJurusan penglihatan kardinal Mata kanan Mata kiri1. Ke atas kanan2. Ke kanan3. Ke kanan bawah4. Ke bawah kiri5. Ke kiri6. Ke atas kiri
m. rektus superiorm. rektus lateralism. rektus inferior
m. obliqus superiorm. rektus medialism. obliqus inferior
m. obliqus inferiorm. rektus medialism. obliqus superiorm. rektus inferiorm. rektus lateralism. rektus superior
Kedua sumbu penglihatan dipertahankan lurus dan sejajar dengan suatu refleks. Bila
refleks ini tidak dapat dipertahankan maka akan terdapat juling. Juling adalah satu
keadaan dimana kedudukan bola amata yang tidak normal. Yang dimaksdu dengan
sumbu penglihatan adalah garis yang menghubungkan titik nodal dan fovea sentral dan
garis yang menghubungkan titik fiksasi, sentral pupil dan fovea sentral. Strabismus
adalah suatu keadaan dimana kedudukan bola mata tidak kesatu arah. Pada strabismus
sumbu bola mata tidak berpotongan pada satu titik benda yang dilihat.
Faal penglihatan yang normal adalah apabila bayangan benda yang dilihat kedua mata
dapat diterima dengan ketajaman yang sama dan kemudian secara serentak dikirim ke
susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Mata akan
melakukan gerakan konvergensi dan divergensi untuk dapat melihat bersama serentak
pada kedua mata. Pasien dengan juling akan mengeluh mata lelah atau astenopia,
penglihatan kurang pada satu mata, lihat ganda atau diplopia, dan sering menututp
sebelah mata. Penyulit supresi dini yang terjadi adalah terjadinya ambliopia dan fiksasi
eksternal.
Otot-otot Pasangan Searah dalam Posisi Menatap
Referat
Persarafan
Nervus okulomotorius (III)
mensarafi muskulus rektus
medialis, inferior, superior, dan
muskulus obliquus inferior. Nervus
abducens (VI) mensarafi muskulus
rektus lateralis. Nervus trokhlearis
(IV) mensarafi muskulus obliqus
superior.
Pendarahan
Pasokan darah ke otot ekstraokular berasal dari cabang-cabang muskular dari arteria
oftalmika. Muskulus rektus lateralis dan obliquus inferior juga dipasok berturut-turut
oleh cabang-cabang dari arteria lakrimalis dan arteria infraorbitalis.
2. Fusi
Fusi adalah pertumbuhan bayangan menjadi satu atau persatuan, peleburan, dan
penggabungan di otak yang berasal dari 2 bayangan mata sehingga secara mental
berdasarkan kemampuan otak didapatkan suatu penglihatan tunggal, yang berasal dari
sensasi/penghayatan masing-masing mata.
Kesan penglihatan tunggal ini mempunyai sifat ketajaman bentuk, warna dan cahaya
sedangkan ukuran dimensinya hanyalah panjang dan lebar. Untutk menghindari agar
tidak terjadi bayangan yang berasal dari titik yang tidak sefaal, maka terjadi pergerakan
refleks vergen/ konvergen dan divergen.
Dimana difusi adalah:
a) Kemampuan otak untuk membuat satu bayangan gambar yang berasal dari kedua
mata.
b) Fusi akan hilang bila penglihatan satu mata tidak ada.
Diperlukan beberapa syarat agar penglihatan binokular menjadi sensasi tunggal, yaitu:
Bayangan benda yang jatuh pada kedua fovea sama dalam semua gradasi.
Bayangan benda selalu terletak pada kedua fovea sentral
Persarafan Otot Mata
Referat
Bayangan yang diteruskan ke dalam susunan saraf pusat dapat menilai kedua
bayangan menjadi bayangan tunggal.
Bila terjadi hal d iatas maka akan terdapat bayangan tunggal binokular, sedang bila salah
satu faktor diatas tidak terjadi maka akan terjadi penglihatan binokular yang tidak
tunggal.
Penglihatan tunggal dengan kedua mata ini dapat terjadi pada semua bayangan di kedua
makula dan luar makula sehingga terjadi penglihatan sentral dan perifer bersama-sama.
Penglihatan tunggal dengan kedua mata untutk daerah sentral selalu disertai dengan
penglihatan tunggal daerah perifer.
Reflek s Fusi
Usaha mata mempertahankan letak mata searah atau sejajar. Walaupun refleks ini
tanpa disadari dan automatis ia memerlukan perhatian penglihatan. Refleks fusi ini
dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah pada kedua mata atau terdapatnya
bayangan satu pada 2 titik retina tidak sekoresponden.
Supresi, dimana otak mengabaikan bayangan benda mata yang lainnya untuk mencegah
terjadinya diplopia. Supresi terjadi akibat:
a) Juling kongenital
b) Satu mata sering berdeviasi
c) Mata deviasi berganti dimana tidak akan terjadi diplopia karena akan terjadi supresi
pada salah satu mata
3. Strabismus
Strabismus (mata juling) adalah suatu kondisi dimana
kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi
pusat perhatian secara bersamaan. Suatu keadaaan
dimana kedudukan bola mata tampak tidak searah atau
memandang pada dua titik yang berbeda. Strabismus
merupakan suatu kelainan posisi bola mata dan bisa
Referat
terjadi pada arah atau jauh penglihatan tertentu saja, atau terjadi pada semua arah dan
jarak penglihatan.
a) Etiologi
Strabismus ditimbulkan oleh kelainan motorik, kelainan sensorik dan kelainan
sentral. kelainan sensorik disebabkan oleh penglihatan yang buruk, ptosis, Katarak
Kongenital. Kelainan Sentral akibat kerusakan otak (strabismus konkomitan).
Kelainan Sensorik dan Sentral menimbulkan Strabismus Konkomitan atau non
paralitik. Kelainan motorik seperti paresis otot mata akan menyebabkan gerakan
abnormal mata yang menimbulkan strabismus paralitik.
Gangguan fungsi mata seperti pada kasus kesalahan refraksi berat atau pandangan
yang lemah karena penyakit bisa berakhir pada strabismus. Ambliopia (berkurangnya
ketajaman penglihatan) dapat terjadi pada strabismus, biasanya terjadi pada
penekanan kortikal dari bayangan mata yang menyimpang.
b) Refleks di Dalam Strabismus
Dikenal beberapa refleks yang berhubungan dengan kedudukan mata:
Refleks fiksasi
Suatu refleks untuk melakukan fiksasi agar penglihatan menjadi baik. Pada
keadaan ini harus ada sinar, sensasi dan persepsi mata. Pada refleks relaksasi
mata kembali pada kedudukan semula atau mengambila kedudukan baru. Bayi
mulai ada refleks fiksasi pada usia 6 minggu dimana ia mulai mengikuti gerakan
benda di depan matanya. Refleks fiksasi dapat dibagi dalam:
- Refleks fiksasi akomodasi, yang perkembangannya bersamaan dan
tergantung pada perkembangan otot siliar, refleks akomodasi merupakan
refleks adaptasi dekat yaitu untuk melihat benda lebih baik pada keadaan
dekat/konvergensi terjadi kontraksi otot siliar, mencembungnya lensa,
konvergensi, dan kontriksi atau menciutnya pupil.
- Refleks fiksasi kompensasi, merupakan reaksi fisiologik dimana mata
berkaitan pada bidang horizontal susunan sistem labirirn, dan melalui refleks
ini didapatkan keternagan keduudkan tubuh sampai pada tiitk berat tubuh.
- Refleks fiksasi orientasi, dimana mata berkaitan dengan objek sekitar lainnya.
Referat
- Refleks fiksasi vergens, merupakan reaksi fisiologik berhubungan dengan
refleks fiksasi kompensasi dan orientasi.
- Refleks ambliopia, ambliopia yang terjadi akibat rangsangan daerah tepi
retina.
- Refleks fusi, usaha mata mempertahankan letak mata searah atau sejajar.
Walaupun refleks ini tanpa disadari dan automatis ia memerlukan perhatian
penglihatan. Refleks fusi ini dirangsang oleh terjadinya bayangan terpisah
pada kedua mata atau terdapatnya bayangan satu pada 2 titik retina tidak
sekoresponden.
c) Hukum-Hukum di Dalam Strabismus
Hukum secara ilmiah merupakan pernyataan yang ditemuakn nyata untuk semua
kejadian strabismus. Terdapat beberapa hukum yang berkaitan dengan strabismus
dan ambliopia:
Hukum desmarres. Bila sumbu penglihatan bersilang maka bayangannya tidak
bersilangan. Sebaiknya bila sumbu penglihatan pada mata tidak bersilangan
maka bayangannya akan bersilangan.
Hukum donder. Kedudukan mata terhadap tiitk fiksasi penglihatan ditentukan
oleh arah mata. Bola mata berputar pada sumbu penglihatan tanpa disadari atau
disengaja. Bila perhatian tertarik pada benda yang bergerak maka derajat
perputaran bola mata ditentukan oleh jarak benda terhadap bidang medial dan
dengan bidang horizontal.
Hukum gullstrand. Bila pasien yang sedang berfiksasi jauh digerakkan kepalanya
maka refleks kornea pada kedua mata akan bergerak searah dengan arah
gerakan kepala, atau bergerak ke arah otot yang lebih lemah.
Hukum hering/Ewald hering, ahli fisiologi Jerman 1834-1918. Pada pergerakan
bersama kedua bola mata didapatkan rangsangan yang sama dan simultan pada
otot-otot mata agonis dari pusat persarafan okulogirir untutk mengarahkan
kedudukan mata. Dasarnya adalah terdapatnya persarafan bilateral mata,
persarafan yang sama diteruskan pada kedua mata sehingga tidak terjadi
pergerakan satu mata bebas terhadap yang lainnya.
Referat
Hukum listing, (John benedict listing, dokter jerman). Bila terjadi perubahan garis
fiksasi bola mata dari posisi primer ke posisi lainnya, maka sudut torsi pada posisi
sekunder ini sama seperti bila mata itu kembali pada posisinya dengan berputar
pada sumbu yang tetap yang tegak lururs pada sumbu permulaan dan posisi
akhir dari garis fiksasi. Berdasarkan hukum ini secara fisiologik kesatuan otot
ekstraokular dapat melakukan bermacam-macam gerakan rotasi. Sehingga setiap
perubahan posisi dari primer ke posisi lainnya akan mengakibatkan mata
berputar menurut sumbu yang terletak di bidang ekuator yang disebut bidang
Listing.
Hukum Sherington. Otot mata luar seperti pada otot serat lintang menunjukkan
persarafan resiprokal pada otot antagonisnya. Pada kedudukan mata tertentu
setiap kontraksi otot selalu terjadi rangsangan antagonis yang berkekuatan sama
mengimbangi rangsangan tersebut. Pada pergerakan mata terjadi rangsangan
sama pada otot mata yang sinergistik dan pengendoran rangsangan yang sesuai
pada otot antagonistik. Bila mata kanan yang melakukan gerakan abduksi yang
merupakan rangsangan pada otot rektus lateral kanan maka akan terjadi
perlemahan rangsangan pada otot rektus medius kanan yang antagonis terhadap
rektus lateral kanan (contoh hukum Sherington).
d) Pemeriksaan Strabismus
Anamnesis
Dalam mendiagnosis strabismus diperlukan anamnesis yang cermat:
o Riwayat keluarga: strabismus dan ambliopia sering ditemukan dalam keluarga
o Usia onset: ini merupakan faktor penting untuk prognosis jangka panjang.
Semakin dini onset strabismus, semakin buruk prognosis untuk fungsi
penglihatan binokularnya.
o Jenis onset: ketidaksesuaian penjajaran dapat terjadi di semua arah. Hal itu
dapat lebih besar di posisi-posisi menatap tertentu, termasuk posisi primer untuk
jauh atau dekat.
o Fiksasi: salah satu mata mungkin terus menerus menyimpang, atau mungkin
diamati fiksasi yang berpindah-pindah.
Referat
Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan harus dievaluasi
sekalipun hanya dapat dilakukan perkiraan
kasar atau perbandingan dua mata. Masing-
masing mata dievaluasi tersendiri, karena
pemeriksaan binokular tidak akan dapat
memperlihatkan gangguan penglihatan pada
salah satu mata. Untuk pasien yang sangat
muda, mungkin hanya dapat dipastikan bahwa mata dapat mengikuti suatu sasaran
yang bergerak. Sasaran harus berukuran sekecil mungkin sesuai dengan usia,
perhatian, dan tingkat kewaspadaan anak. Fiksasi dikatakan normal apabila fiksasi
tersebut bersifat sentral (foveal) dan dipertahankan terus sementara mata mengikuti
suatu target yang bergerak. Salah satu teknik untuk mengukur kuantitas ketajaman
penglihatan pada anak adalah forced-choice preferential looking.
Pada usia 2,5-3 tahun, dapat dilakukan uji ketajaman penglihatan pengenalan
menggunakan gambar Allen. Pada usia 4 tahun, banyak anak dapat memahami
permainan “E” jungkir balik (Snellen) dan uji pengenalan HOTV. Pada usia 5 atau 6
tahun, sebagian besar anak dapat berespons terhadap uji ketajaman penglihatan
alfabet Snellen.
Penentuan Kesalahan Refraksi
Dengan pemberian sikloplegia
Anak-anak: sulfas atropine 1% tiga hari berturut 1 tetes sehari dan refraksi
diperiksa pada hari ke empat.
Dewasa: homatropin 3%, 1 tetes tiap 15 menit 3 kali berturut-turut, pemeriksaan
refraksi 1 jam setelah tetes terakhir.
Inspeksi
Snellen Chart
Referat
Inspeksi saja dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau
intermitten, berpindah-pindah atau tidak, dan bervariasi atau konstan. Adanya ptosis
dan posisi kepala yang abnormal juga dapat diketahui. Harus diperhatikan kualitas
fiksasi masing-masing mata dan kedua mata bersama-sama. Gerakan-gerakan
nistagmoid menandakan fiksasi yang tidak stabil dan sering menunjukkan penurunan
ketajaman penglihatan.
Lipatan epikantus yang menonjol dan menghalangi seluruh atau sebagian sklera
nasal dapat menimbulkan gambaran esotropia (pseudoesotropia). Walaupun kondisi
ini membingungkan bagi orang awam serta sebagian dokter, namun anak-anak
pengidapnya memperlihatkan uji refleksi cahaya kornea yang normal. Lipatan
epikantus yang menonjol menghilang secara bertahap pada usia 4 atau 5 tahun.
Penentuan Sudut Strabismus (Susut Deviasi)
Uji prisma dan penutupan yang terdiri dari 4 bagian:
- Uji penutupan
Uji ini sering dipergunakan untuk mengetahui adanya tropia atau foria. Uji
pemeriksaan ini dilakukan untutk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan
dengan menyuruh mata berfiksasi pada satu obyek. Bila telah terjadi fiksasi
kedua mata maka kiri
ditutup dengan lempeng
penutup. Di dalam keadaan
ini mungkin akan terjadi:
Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai kejulingan yang
manifes. Bila mata kanan bergerak ke nasal berarti mata kanan juling
keluar atau eksotropia. Bila mata kanan bergerak ke temporal berarti
mata kanan juling ke dalam atau esotropia.
Mata kanan bergoyang yang berarti mata tersebut mungkin ambliopia
atau tidak dapat berfiksasi
Mata kanan tidak bergerak sama sekali, yang berarti bahwa mata kanan
berkedudukan normal, lurus atau telah berfiksasi.
- Uji membuka menutup
Referat
Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang
ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang
berbakat menjadi juling akan menggulir. Bila mata tersebut ditutup dan
dibuka akan terlihat pergerakan mata tersebut. Pada keadaan ini berarti
mata ini mengalami foria atau juling atau berubah kedudukan bila mata
ditutup.
- Uji penutupan berselang seling
Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata
berfiksasi normal maka mata yang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi
pergerakan bola mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.
- Uji penutupan plus-prisma
Untuk mengukur deviasi secara kuantitatif, diletakkan prisma dengan
kekuatan yang semakin tinggi di depan satu atau kedua mata sampai terjadi
netralisasi gerakan mata pada uji penutupan berselang-seling.
Uji batang maddox
Referat
Uji ini adalah suatu metode akurat untuk mengukur
penyimpangan apabila korespondensi retina normal.
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mengukur
heteroforia tetapi juga dapat digunakan pada heterotropia.
Batang Maddox terdiri dari serangkaian silinder merah tipis
yang diletakkan berdampingan, ditaruh diatas suatu
penahan sirkular yang dapat dipegang di depan mata. Apabila suatu cahaya
sasaran melewati batang Maddox tersebut, bayangan cahaya tersebut adalah
suatu garis merah yang tegak lurus terhadap sumbu-sumbu silinder. Dengan
demikian, satu mata melihat cahaya secara langsung sedangkan yang lain melihat
bayangannya melalui batang Maddox.
Uji obyektif
Terdapat dua metode yang sering digunakan tergantung pada pengamatan posisi
refleksi cahaya oleh kornea. Hasil-hasil dari metode tersebut harus dimodifikasi
dengan memasukkan sudut kappa:
- Metode Hirschberg
Adanya juling ditentukan dengan menggunakan sentolop dan melihat refleks
sinar pada kornea. Pada uji ini mata disinari dengan sentolop dan akan
terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Refleks sinar pada mata normal
terletak pada kedua mata sama-sama di tengah pupil. Bila satu refleks sinar
di tengah pupil sedang pada mata yang lain di nasal berarti pasien juling ke
luar atau eksotropia dan sebaliknya bila refleks sinar sentolop pada kornea
berada di bagian temporal kornea berarti mata tersebut kuling ke dalam atau
esotropia. Setiap pergeseran letak refleks sinar dari sentral kornea 1 mm
berarti ada deviasi bola mata 7 derajat.
- Metode refleks prisma (uji krimsky)
Referat
Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakan di tengah cahaya
refleks kornea dengan prisma. Dengan uji Krimsky prisma dengan kekuatan
yang sesuai dengan beratnya juling dipegang di depan mata berfiksasi (dasar-
keluar untuk esotropia, dasar ke dalam untuk eksotropia, dasar ke dalam
untuk eksotropia, dasar ke bawah untuk hipotropia, dasar ke atas untuk
hypertropia) dan refleks cahaya
diobservasi agar dipusatkan pada
pupil mata yang nirfiksasi. Sudut
deviasi dan arah di baca langsung
dari prisma.
Lampu diletakan 33 cm di depan
penderita. Diletakkan prisma pada mata yang berfiksasi yang kekuatan
prismanya ditambah perlahan-lahan sehingga refleks sinar pada mata yang
juling terletak di tengah kornea. Kekuatan prisma yang diletakkan pada mata
yang fiksasi dan memberikan sinar ditengan pada mata yang juling
merupakan beratnya deviasi mata yang juling.
Uji Sudut Kappa
Untuk mengetahui apakah eksotropia atau esotropia
yang kecil disebabkan kelainan fisiologik mata. Sudut
kappa yaitu sudut antara sumbu anatomi mata
dengan sumbu penglihatan.
Duksi (Rotasi Monokular)
Dengan satu mata tertutup, mata yang lain mengikuti suatu sumber cahaya yang
bergerak dalam semua arah pandangan. Setiap penurunan gerakan rotasi
mengisyaratkan adanya kelemahan bidang kerja otot yang bersangkutan.
Versi (Gerakan Mata Konjugat)
Hukum Hering menyatakan bahwa otot-otot pasangan searah (yoke muscle)
menerima stimulasi yan setara pada setiap gerakan mata konjugat. Versi diperiksa
Referat
dengan menyuruh mata
pasien mengikuti suatu
sumber cahaya di sembilan
posisi diagnostik: primer-lurus
ke depan; sekunder-kanan,
kiri, atas dan bawah; dan
tersier-atas dan bawah, bawah
dan kanan, atas dan kiri, dan bawah dan kiri. Gerakan salah satu mata terhadap mata
yang lain dicatat sebagai suatu overaction atau underaction. Berdasarkan perjanjian,
pada posisi tersier, otot-otot oblikus dikatakan bekerja berlebihan (overacting) atau
kurang bekerja (underaction) dalam kaitannya dengan otot rektus pasangannya.
Fiksasi dalam bidang kerja suatu otot yang paretik menimbulkan overaction otot
pasangannya, karena diperlukan persarafan yang lebih besar untuk kontraksi otot
yang underacting. Sebaliknya, fiksasi oleh mata normal akan menyebabkan otot yang
lemah kurang bekerja.
Gerakan Disjungtif
Konvergensi
Suatu keadaan mengarahkan sumbu
penglihatan kedua mata pada satu titik
dekat, yang mengakibatkan pupil kedua
mata akan saling mendekat. Pada keadaan
ini terjadi suatu gerakan terkooordinasi dari
kedua mata ke arah titik fiksasi dekat. Secara
umum dapat dikatakan sebagai gerakan mengulirnya kedua mata menuju titik fiksasi
dekat, sehingga garis penglihatan diarahkan pada satu titik yang dekat.
Kekuatan konvergensi ditentukan dengan meter sudut (meter angle). Bila sesudah
benda berada 1 meter pada garis median kedua mata, maka sudut yang dibuat oleh
sumbu penglihatan dengan garis median yang bertemu pada tiitk 1 meter disebut
sebagai 1 meter sudut.
Untuk dapat mengetahui kekuatan konvergensi mata maka pasien disuruh melihat
pinsil yang terletak di bidang medial kedua mata yang kemudian didekatkan. Pada
Referat
suatu titik tertentu pinsil kelihatan ganda dan ini merupakan batas konvergensi mata
tersebut. Mata normal dapat melihat pinsil ini tunggal pada jarak 8 cm.
Insufisiensi Konvergensi
Biasanya terdapat pada anak dewasa. Keluhan pasien berupa mata lelah, sakit
kepala, penglihatan kabur terutama saat membaca dekat. Pengobatan dengan
mengatasi kelainan refraksi, latihan melihat dekat, anjurkan memakai penyinaran
yang baik saat membaca. Penyulit berupa gangguan fusi dekat.
Divergensi
Kedua mata berputar ke luar untuk melihat benda jauh. Mata akan searah bila dapat
mempertahankan fusi kedua mata. Kedudukan mata normal atau ortoforia.
Konvergensi dan divergensi berlangsung secara refleks untuk melihat tunggal dengan
kedua mata. Pada kedua mata hal ini terkait dengan adanya fusi.
Pemeriksaan Sensorik
- Pemeriksaan stereopsi: banyak pemeriksaan stereopsis dilakukan dengan
sasaran dan kaca Polaroid untuk memisahkan rangsangan. Sasaran yang dilihat
secara monokular memiliki petunjuk-petunjuk kedalaman yang hampir tidak
terlihat. Stereogram titik acak (random dot stereogram) tidak memilii petunjuk
kedalaman monokular. Masing-masing mata melihat suatu bidang titik-titik acak,
tetapi korelasi setiap titik dengan titik korespondensinya terbuat sedemikian
rupa sehingga apabila terdapat stereopsis, pasien akan melihat suatu bentuk tiga
dimensi.
- Pemeriksaan supresi: adanya supresi cepat diketahui dengan uji empat-titik
Worth. Di depan salah satu mata pasien ditaruh kaca yang berisi sebuah lensa
merah sedangkan di mata yang lain lensa hijau. Pasien melihat senter yang berisi
bintik-bintik merah, hijau, dan putih. Bintik-bintik warna adalah penanda untuk
persepsi melalui mata, dan titik putih, yang potensial dapat dilihat oleh kedua
mata dapat menandakan adanya diplopia. Jarak antara titik-titik dan jarak cahaya
dipegang menentukan ukuran daerah retina yang diperiksa. Daerah fovea dan
perifer mungkin diperiksa. Daerah fovea dan perifer mungkin diperiksa pada
jarak jau atau dekat.
Referat
- Potensial fusi: pada orang dengan deviasi yang bermanifestasi, status potensial
fusi penglihatan binokular dapat ditentukan dengan uji filter merah. Di depan
salah satu mata diletakkan sebuah filter merah. Pasien diminta melihat ke suatu
cahaya sasaran fiksasi yang terletak jauh atau dekat. Terlihat cahaya putih dan
merah. Di depan satu atau kedua mata diletakan sebuah prisma sebagai usaha
untuk membawa dua bayangan menjadi satu. Apabila terdapat potensial fusi,
kedua bayangan akan menyatu dan terlihat sebagai sebuah cahaya merah muda.
Apabila tidak terdapat potensi fusi, pasien tetap melihat satu cahaya merah dan
satu cahaya putih.
e) Klasifikasi
Berdasarkan variasi dari deviasi mata yang berfiksasi
o Konkomitan (komitan): sudut penyimpangan sama besarnya pada semua
arah pandangan. Dapat dikelompokkan menjadi akomodatif (berhubungan
dengan kelainan refraksi) dan nonakomodatif (tak ada hubungan dengan
kelainan refraksi).
o Nonkomitan/paralitik: Sudut deviasi tidak sama untuk semua arah.
Disebabkan hilangnya fungsi dari satu atau lebih dari satu otot mata luar.
Paralise ini dapat total atau sebagian (parese).
Berdasarkan manifestasinya
o Heteropia: strabismus yang manifest, terdiri dari eksotropia, esotropia,
hipertropia, insiklotropia dan eksiklotropia
o Heteroforia: strabismus yang laten, baru terlihat jika reflek fusi diganggu,
terdiri dari eksoforia, esoforia, hiperforia, insikloforia dan eksikloforia
Berdasarakan onset terjadinya
o Kongenital: sebelum usia 6 bulan
o Didapat: sesudah usia 6 bulan
Strabismus, merupakan deviasi manifes, dimana tidak mungkin untuk melakukan
penglihatan binokuler tunggal. Fiksasi terjadi dengan satu mata dan tidak pernah
dengan dua mata, pada waktu yang sama.
Macam strabismus/ Heterotropia/ Squint
Referat
Strabismus konvergen (esotropia, crossed eye, deviasi ke nasal)
Strabismus divergen (eksotropia, wall eye, deviasi ke temporal)
Hipertropia (deviasi mata ke atas)
Hipotropia (deviasi mata ke bawah)
Pada umumnya untuk deviasi yang vertikal, dikatakan hipertopia. Bila salah satu
mata terletak lebih tinggi dari sebelahnya, disebut hipertopia dari mata yang
letaknya lebih tinggi.
Heteroforia, keadaan dimana mata mempunyai kecenderungan untuk berdeviasi
kesalah satu arah, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal.
Deviasinya laten, hanya dapat dilihat bila mata sebelahnya ditutup.
Macam Heteroforia
Esoforia : deviasi ke nasal
Eksoforia : deviasi ke temporal
Hiperforia : deviasi ke atas
Hipoforia : deviasi ke bawah
Sikloforia : gerakan memutar
- Sikloforia (+): memutar ke temporal
- Sikloforia (-): memutar ke nasal
f) Diagnosis dan Penatalaksanaan Strabismus
Strabismus Paralitika (Nonkomitan, Inkomitan)
- Sudut deviasi tidak sama untuk semua arah
- Disebabkan hilangnya fungsi dari satu atau lebih dari satu otot ekstraokuler
- Paralise ini dapat total atau sebagian (parese)
Tanda-tanda:
Referat
Gerakan mata terbatas, pada daerah otot yang lumpuh bekerja.
Deviasi, kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh
bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata
yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata
digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata
digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya
tak tampak.
Diplopia terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata
bila mata digerakkan kearah ini.
Ocular torticallis (head tilting): penderita biasanya memutar kearah kerja dari
otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa
strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa
berkurang.
Proyeksi yang salah: mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang
benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu
obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan
daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan
otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar
dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini
menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.
Vertigo, mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan
ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
Diagnosa berdasarkan:
- Keterbatasan gerak
- Deviasi
- Diplopia
Ketiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah lapangan kerja dari otot
yang sakit. Pada keadaan parese, dimana keterbatasan gerak mata tidak begitu nyata
adanya diplopia merupakan tanda yang penting. Cara pemeriksaannya dengan tes
diplopi, dengan cara ini dapat diketahui:
- Pada arah mana didapat diplopia
Referat
- Apakah diplopianya bertambah kesatu arah
- Mata mana yang menderita
Dengan demikian dapat diketahui mata mana dan otot mana pada mata itu yang
salah. Caranya: penderita disuruh mengikuti gerak benda dengan matanya tanpa
menggerakkan kepalanya, yang digerakkan keatas, kebawah, kekanan, kekiri, secara
maksimal. Diperhatikan apakah timbul diplopia pada salah satu arah. Umpamanya
pada waktu melihat kekanan tampak diplopia. Dalam hal ini ada 2 kemungkinan:
o Mata kiri yang tertinggal karena eksotropia mata kiri = kelumpuhan m.rektus
internus
o Mata kanan yang tertinggal karena esotropia mata kanan = kelumpuhan m.rektus
eksternus.
Pada eksotropia mata kiri = paralise m.rektus internus pada mata kiri. Rangsangan
pada mata kanan difovea sentralis. Pada OS, retina terangsang disebelah kiri fovea
sentralis, jadi bayangan OS ada disebelah kanan dari bayangan OD yang melalui
fovea sentralis, dilapangan penglihatan. Disini terdapat crossed diplopia karena
bayangan palsunya terletak berlawanan dengan mata yang berdeviasi.
Pada esotropia OD = paralise m.rektus eksternus mata kanan. Rangsangan pada OS
tepat di fovea sentralis. Pada OD, fovea sentralis ketinggalan dalam gerakan dan
terangsang retinanya pada daerah sebelah kiri dari fovea sentralis. Jadi bayangannya
dilapangan penglihatan terletak disebelah kanan bayangan OS yang melalui fovea
sentralis. Disini diplopianya, disebut juga homonymous diplopia, karena bayangan
palsunya terletak pada sisi yang sama dengan mata yang berdeviasi.
Penderita strabismus paralitika sebaiknya dirujuk dahulu dengan seorang ahli saraf,
sebelum diberikan pengobatan pada matanya, yang sering kali merupakan keadaan
yang gawat seperti tumor diotak.
Esotropia Paralitikus (Abdusen Palcy, Noncomitant Esotropia)
Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma kepala, tumor atau
peradangan dari susunan saraf serebral, pasien hipertensi sistemik atau diabetes.
Jarang ditemukan pada anak-anak, yang biasanya disebabkan trauma pada waktu
lahir, kelainan kongenital dari m.rektus lateralis atau persarafannya.
Referat
Tanda-tandanya:
Gangguan pergerakan mata kearah luar
Diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah luar
Kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh
Deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan
dengan otot yang lumpuh
Pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul
supresi, sehingga tidak timbul diplopia
Pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong,
penderita mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan
bayangan dari obyek yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah retina dikedua
mata yang tidak bersesuaian (corresponderend).
Pengobatan:
Penderita diobati dahulu secara nonoperatif selama 6 bulan, menurut kausanya,
kalau dapat dengan kerjasama beserta seorang ahli saraf. Bila terdapat diplopia,
mata yang sakit ditutup untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya.
Adapula yang menutup mata yang sehat untuk menghilangkan diplopianya.
Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan pengobatan belum ada
perbaikan, baru dilakukan operasi, yaitu reseksi dari m.rektus lateralis atau reseksi
dari m.rektus medialis, sebab bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi atrofi dari
otot.
Kelumpuhan total dari saraf N.III (N.Okulomotorius)
Didapatkan:
Ptosis
Bola mata hampir tak dapat bergerak. Keterbatasan bergerak kearah atas,
kenasal dan sedikit kearah bawah.
Mata berdeviasi ketemporal, sedikit kebawah. Kepala berputar kearah bahu pada
sisi otot yang lumpuh.
Sedikit eksoftalmus, akibat paralise dari 3 mm rekti yang dalam keadaan normal
mendorong mata kebelakang.
Referat
Pupil midriasis, reaksi cahaya negatif, akomodasi lumpuh.
Ada crossed diplopia.
Hal tersebut terjadi oleh karena N.III mengurusi: m.rektus superior, m.rektus
medialis, m.rektus lateralis, m.obliqus inferior, m. sfingter pupil, mm.siliaris. bila ini
semua lumpuh tinggal m.rektus lateralis, m.obliqus superior yang bekerja, karena itu
mata berdeviasi kearah temporal sedikit kearah bawah dan intorsi (berputar kearah
nasal). Pupil lebar tak ada akomodasi.
Kelumpuhan N.III sering tidak sempurna hanya mengenai 2-3 otot saja. Dapat
disertai dengan kelumpuhan dari otot-otot lain. Bila terdapat kelumpuhan dari
semua otot-otot, termasuk otot iris dan badan siliar disebut oftalmoplegia totalis.
Kalau hanya terdapat kelumpuhan dari otot-otot mata luar disebut oftalmoplegia
eksterna, yang ini lebih sering terjadi. Kelumpuhan yang terbatas pada m.sfingter
pupil dan badan siliar disebut oftalmoplegia interna. Hal ini sering dijumpai misalnya
pada:
Pemakaian midriatika, sikloplegia, waktu mengadakan pemeriksaan fundus atau
refraksi
Kontusio bulbi
Akibat lues, difteri, diabetes, penyakit serebral
Penyebab: kelainannya dapat terjadi pada setiap tempat dari korteks serebri ke otot.
Macam kelainan dapat eksudat, perdarahan, periostitis, tumor, trauma, perubahan
pembuluh darah yang menyebabkan penekanan atau peradangan pada saraf. Jarang-
jarang disebabkan peradangan atau degenerasi primer. Pada umumnya disebabkan
oleh lues yang dapat menyebabkan tabes, ensefalitis, infeksi akut, keracunan,
diabetes mellitus, penyakit-penyakit sinus, sebagai penyebab lainnya.
Pengobatan: untuk menghindari diplopia, mata sakit ditutup. Ada pula yang
menutup mata yang sehat. Kalau setelah pengobatan kira-kira 6 bulan tetap lumpuh,
dilakukan operasi reseksi dari otot yang lumpuh disertai resesi dari otot lawannya.
Supaya tidak terjadi atrofi dari otot yang lumpuh. Hasil dari operasi ini sering
mengecewakan, tetapi perbaikan kosmetis mungkin dapat memuaskan.
Kelumpuhan m.rektus medialis
Referat
Menyebabkan strabismus divergens, gangguan gerak kearah nasal, cross diplopi.
Kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal (aduksi). Kepala
dimiringkan ke arah otot yang sakit.
Kelumpuhan m. rektus superior
Terdapat keterbatasan gerak keatas, hipotropia, diplopia campuran (diplopi
vertikal dan crossed diplopia). Bayangan dari mata yang sakit terdapat diatas
bayangan mata yang sehat. Kelainan bertambah pada gerakan mata ke atas.
Kelumpuhan m. rektus inferior
Terdapat keterbatasan gerak mata kebawah, hipertropia, diplopi campuran,
crossed, yang bertambah hebat bila mata digerakkan kebawah. Bayangan dari
mata yang sakit terletak lebih rendah.
Kelumpuhan m.obliqus superior
Terdapat keterbatasan gerak kearah bawah terutama nasal inferior, strabismus
yang vertikal, diplopia campuran, terutama vertikal dan homonim yang
bertambah hebat bila mata digerakkan ke arah nasal inferior. Bayangan dari
mata yang sakit terletak lebih rendah.
Kelumpuhan m.obliqus inferior
Terdapat keterbatasan gerak keatas, terutama atas nasal, strabismus vertikal,
diplopia campuran, homonim. Kelainan ini bertambah bila mata digerakkan ke
arah temporal atas. Bayangan dari mata yang sakit terletak lebih tinggi.
Strabismus Nonparalitik
Disini kekuatan aduksi dari semua otot normal dan mata yang berdeviasi mengikuti
gerak mata yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan
kekuatan yang sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan
deviasi sekunder (deviasi pada mata yang sehat). Mata yang ditujukan pada obyek
disebut fixing eye, sedang mata yang berdeviasi disebut squinting eye.
Dibedakan strabismus nonparalitika:
- Nonakomodatif
- Akomodatif
Referat
- berhubungan dengan kelainan refraksi
Strabismus Nonparalitik Nonakomodatif
Deviasinya telah timbul pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama.
Deviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Karena itu
penyebabnya tak ada hubungannya dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot-
otot. Mungkin disebabkan oleh:
Insersi yang salah dari otot-otot yang bekerja horizontal
Gangguan keseimbangan gerak bola mata, dapat terjadi karena gangguan yang
bersifat sentral, berupa kelainan kwantitas rangsangan pada otot. Hal ini
disebabkan kesalahan persarafan terutama dari perjalanan supranuklear, yang
mengelola konvergensi dan divergensi. Kelainan ini dapat menimbulkan proporsi
yang tidak baik antara kekuatan konvergensi dan divergensi. Dibedakan:
- Kelebihan konvergensi (convergence excess): pada penglihatan jauh normal,
pada penglihatan dekat timbul strabismus konvergens.
- Kelebihan divergensi (divergence exess): pada penglihatan dekat normal.
pada penglihatan jauh timbul strabismus divergens.
- Kelemahan konvergensi (convergence insufficiency): pada penglihatan jauh
normal, pada penglihatan dekat timbul strabismus divergens.
- Kelemahan divergensi (divergence insufficiency): pada penglihatan dekat
normal, pada penglihatan jauh timbul strabismus konvergens.
Kekurangan daya fusi: Kelainan daya fusi kongenital sering didapatkan. Daya fusi
ini berkembang sejak kecil dan selesai pada umur 6 tahun. Ini penting untuk
penglihatan binokuler tunggal yang menyebabkan mata melihat lurus. Tetapi bila
daya fusi ini terganggu secara kongenital atau terjadi gangguan koordinasi
motorisnya, maka akan menyebabkan strabismus.
Pada kasus yang idiopatis, kesalahan mungkin terletak pada dasar genetik.
Eksotropik dan esotropia sering merupakan keturunan autosomal dominan.
Tidak jarang strabismus nonakomodatif tertutup oleh faktor akomodatif,
Referat
sehingga bila kelainan refraksinya dikoreksi, strabismusnya hanya diperbaiki
sebagian saja.
Tanda-tanda:
o Kelainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih besar merupakan beban
mental.
o Tak terdapat tanda-tanda astenopia.
o Tak ada hubungan dengan kelainan refraksi.
o Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata yang
berdeviasi. Pada strabismus yang monokuler, karena supresi dapat terjadi
ambliopia ex anopsia. Bila deviasinya mulai pada umur muda dan sudut
deviasinya besar, maka bayangan di makula yang terdapat pada mata yang fiksasi
(fixing eye) terdapat di daerah luar makula pada mata yang berdeviasi (squiting
eye). Jadi terdapat abnormal retinal correspondence (binocular fals projection).
Pengobatan
Preoperatif: Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila
tercapai hasil fungsionil yang baik, yaitu penglihatan binokuler yang normal
dengan stereopsis, disamping perbaikan kosmetik. Hal ini sukar dicapai karena
tergantung dari pada:
- Lamanya strabismus
- Umur anak pada waktu diperiksa
- Sikap orang tuanya
- Kelainan refraksi
Pada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun atau
lebih pada waktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya kosmetis
saja. Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang berdeviasi harus dihilangkan
dengan:
Menutup mata yang normal (terapi oklusi = patching). Dengan demikian
penderita dipaksa untuk memakai matanya yang berdeviasi. Biasanya
ketajaman penglihatannya menunjukkan perbaikan dalam 4-10 minggu.
Referat
Penutupan ini mempunyai pengaruh baik pada pola sensorisnya retina, tetapi
tidak mempengaruhi deviasi. Sebaiknya terapi penutupan sudah dimulai sejak
usia 6 bulan, untuk hindarkan timbulnya ambliopia. Pada anak berumur
dibawah 5 tahun dapat diteteskan sulfas atropin 1 tetes satu bulan, sehingga
mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu. Ada pula yang menetesinya setiap hari
dengan homatropin sehingga mata ini beberapa jam sehari tak dipakai.
Sedang pada anak-anak yang lebih besar, dilakukan penutupan matanya 2-4
jam sehari. Penetesan atau penutupan jangan dilakukan terlalu lama, karena
takut menyebabkan ambliopia pada mata yang sehat ini.
Pengobatan dengan cara penutupan, pada anak yang sudah mengerti (3
tahun), harus dikombinasikan dengan latihan ortoptik untuk mendapatkan
penglihatan binokuler yang baik. Kalau pengobatan preoperatif sudah cukup
lama dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil, maka dilakukan operasi.
Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5 tahun, supaya bila
masih ada strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan
latihan.
Prinsip operasinya:
o reseksi dari otot yang terlalu kuat
o resesi dari otot yang terlalu lemah
Strabismus Nonparalitika Akomodativa
Gangguan keseimbangan konvergensi dan divergensi dapat juga berdasarkan
akomodasi, jadi berhubungan dengan kelainan refraksi.
Dapat berupa:
Strabismus konvergens (esotropia)
Strabismus divergens (eksotropia)
Pemeriksaan yang dilakukan:
- Pemeriksaan refraksi harus dilakukan dengan sikloplegia, untuk menghilangkan
pengaruh dari akomodasi.
- Pengukuran derajat deviasi dengan tes Hirschberg, tes Krismky, tes Maddox
cross.
Referat
- Pemeriksaan kekuatan duksi, untuk mengukur kekuatan otot yang bergerak pada
arah horizontal (adduksi: m.rektus medialis; abduksi: m.rektus lateralis).
Pengobatan:
- Koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.
- Hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang
sehat.
- Meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).
- Memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.
Esotropia Nonakomodativa
Meliputi lebih dari setengahnya strabismus nonparalitika. Deviasinya sudah timbul
pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. Deviasinya sama kesemua arah
dan tak terpengaruhi oleh akomodasi, tak ada hubungan dengan kelainan refraksi
atau kelumpuhan otot.
Penyebabnya mungkin insersi yang salah dari otot bekerja horizontal, kelainan
persarafan supranuklear atau kelainan genetik.
Pengobatan: Terapi penutupan secepat mungkin, di samping latihan ortoptik,
sebelum dilakukan tindakan operatif:
o resesi dari m.rektus medialis
o reseksi dari m.rektus lateralis
Strabismus Konvergens Nonparalitik Akomodatif (Konkomitan Akomodatif)
Dinamakan juga esotropia, dimana mata berdeviasi kearah nasal. Kelainan ini
berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia yang disertai astigmat.
Tampak pada umur muda, antara 1-4 tahun, dimana anak mulai mempergunakan
akomodasinya untuk melihat benda-benda dekat seperti mainan atau gambar-
gambar. Mula-mula timbul periodik, pada waktu penglihatan dekat atau bila
keadaan umumnya terganggu, kemudian menjadi tetap, baik pada penglihatan jauh
ataupun dekat.
Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. Anak yang hipermetrop,
mempergunakan akomodasi pada waktu penglihatan jauh, pada penglihatan dekat
Referat
akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Akomodasi dan konvergensi erat
hubungannya, dengan penambahan akomodasi konvergensinya pun bertambah
pula. Pada anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat esoforia periodik pada
penglihatan dekat, disebabkan rangsangan berlebihan untuk konvergensi. Lambat
laun kelainan deviasi ini bertambah sampai fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat
tak dapat dipertahankan lagi, dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat.
Kemudian terjadi pula esotropia pada penglihatan jauh.
Pengobatan:
Koreksi refraksi dengan sikloplegia. Harus diberikan koreksi dari hipermetropia
totalis, dan kacamata dipakai terus-menerus. Karena terdapat akomodasi yang
berlebihan, juga dapat diberikan kacamata untuk dekat meskipun belum usia
presbiopia, untuk mengurangi akomodasinya. Jadi diberikan kacamata bifokal.
Mata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk memperbaiki visus pada
mata yang sakit, 1 tetes 1 bulan 1 kali dapat juga dengan homatropin setiap hari
atau penutupan mata yang sehat. Kacamata harus diperiksa berulang kali, karena
mungkin terdapat perubahan, sampai kelainan refraksinya tetap.
Latihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan koreksi untuk
memperbaiki pola sensorik dari retina, sehingga memperbesar kemungkinan
untuk dapat melihat binokuler.
Kalau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada, dan kelainan deviasinya
tidak begitu besar, dapat diberikan koreksi dengan prisma, basis temporal.
Bila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan deviasinya, maka dilakukan
operasi, untuk meluruskan matanya.
Setelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk memperbaiki penglihatan
binokuler. Pada esotropia untuk jarak jauh, dilakukan reseksi m.rektus eksternus,
(otot yang lemah). Pada esotropi jarak dekat, perlu resesi m.rektus internus (otot
yang kuat). Untuk esotropi yang hebat, lebih dari 30 derajat, terjadi jauh dekat,
dilakukan operasi kombinasi.
Strabismus Divergens Nonparalitik Akomodatif (Eksotropi Konkomitan Akomodatif)
Referat
Mata berdeviasi kearah temporal. Hubungannya dengan miopia. Sering juga didapat,
bila satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya
tetap baik, sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit
berdeviasi keluar. Dapat dimulai dengan:
- Kelebihan divergensi
- Kelemahan konvergensi
Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miopi
hanya sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan
konvergensi dan timbulah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk
penglihatan jauhnya normal. tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga
eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan, yang
biasanya merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak
jauh. Tetapi lama kelamaan kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi
kelainan yang menetap, baik untuk jauh maupun dekat.
Pengobatan:
- Koreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi 0,5-0,75 dioptri untuk
memaksa mata itu berakomodasi, kacamata ini harus dipakai terus-menerus.
- Latihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan binokuler, disamping terapi
oklusi.
- Operasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan pengobatan yang memuaskan.
Pada eksotropia hanya untuk jarak jauh, dilakukan dari m.rektus lateralis, sedang
pada kelemahan dari daya konvergensi, yang timbulkan eksotropia pada jarak
dekat dilakukan reseksi dari m.rektus medialis. Untuk eksotropia yang menetap
untuk jauh dan dekat, dilakukan operasi kombinasi. Bila kelainan deviasinya tak
begitu besar, dapat dicoba dulu dengan kacamata prisma basis nasal.
Foria
Heteroforia
Heteroforia merupakan kelainan deviasi yang laten, mata mempunyai
kecenderungan untuk berdeviasi kesalah satu arah, yang dapat diatasi oleh usaha
otot, untuk mempertahankan penglihatan binokuler tunggal (fusi). Heteroforia
Referat
hanya dapat dilihat bila salah satu mata di tutup. Penyebab foria dibagi 2, yaitu
refraktif dan nonrefraktif.
Penyebab refraktif
a) Hipermetropia: banyaknya akomodasi yang dibutuhkan untuk
penglihatan jauh dekat, supaya dapat melihat jelas, sehinggga juga terdapat
kelebihan konvergensi, yang mengakibatkan esoforia.
b) Miopia, terlalu sedikit akomodasi, konvergensi berkurang,
yang menyebabkan eksoforia.
Nonrefraktif, foria tampak pada keadaan anemia, histeria, infeksi lokal.
Pemeriksaan:
Cover and uncover test untuk membedakan foria dari tropia
Kekuatan duksi, untuk mengetahui letak kelainan otot
Pemeriksaan refraksi dengan koreksinya, memakai sikloplegia
Macam dan derajat foria
Maddox rod test
Moddox cross test
Pengobatan:
1) Koreksi dari refraksi. Kacamata harus dipakai selama 2 bulan
2) Latihan prisma, untuk melatih otot-otot yang lemah
3) Kalau setelah 2 bulan tak ada perbaikan, diberikan kaca mata prisma, yang
kekuatannya dibagi sama besar di kedua mata
4) Bila kacamata biasa dan kacamata prisma belum member hasil, lakukan operasi
yaitu reseksi dari otot yang lemah atau resesi dari otot yang kuat.
Tindakan operatif pada kelainan deviasi:
1) Resesi dilakukan untuk memperlemah otot yang terlalu kuat.
Caranya: dibuat insisi konjungtiva diatas insersi otot. Ototnya diisolir dan
dibersihkan. Kemudian cek ligamentnya dipotong pada tempat insersi. Otot ini
kemudian dijahitkan lagi pada sklera, beberapa mm dibelakang tempat insersi
Referat
yang asli, sesuai keperluannya. Operasi ini dapat dilakukan dengan narkose
umum ataupun dengan anestesi lokal.
2) Reseksi dilakukan untuk memperkuat otot yang lemah.
Caranya: konjungtiva diinsisi diatas insersi dari otot-otot. Ototnya diisolir dan
dipotong dari sklera, 1 atau 2 dijahitkan pada otot itu, 4-10 mm dari insersi
asalnya, yang kemudian dijahitkan lagi pada sklera asalnya. Sisa dari otot
dipotong. Konjungtiva dijahit kembali.
Setelah operasi strabismus selesai dilakukan, harus diteruskan dengan latihan
ortoptik untuk memperbaiki penglihatan binokulernya. Dengan latihan ini
diusahakan menghilangkan supresi dengan merangsang fovea dari mata yang
berdeviasi atau menghilangkan retinal korespondensi yang abnormal, dengan
merangsang kedua macula secara serentak dengan gambar. Biasanya dipakai
gambar dari derajat fusi II, sehingga gambar itu tampak sebagai gambar yang
utuh.
Hiperforia
Dalam keadaan istirahat fungsional, salah satu mata mempunyai kecenderungan
untuk berdeviasi ke atas, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal.
Sampai suatu batas akan timbul astenopia, dimana terasa sakit kepala bila mata
melihat benda bergerak dan membaca.
Penyebab: lebih sering didapatkan pada usia diatas 30 tahun. Berhubungan dengan
kelelahan otot atau overaction dari otot, salah insersi otot. Pada anak-anak yang
mempunyai daya fusi yang kuat, kelainan-kelainan ini dapat diatasi.
Pengobatan:
Referat
a) Koreksi kelainan refraksi dengan siklopegik dan diberikan kacamata yang harus
dipakai terus-menerus.
b) Setelah 2 minggu atau 2 bulan tentukan keseimbangan ototnya lagi. Apabila
ternyata belum sembuh dari forianya lebih dari 1 prisma dioptri, diberikan di
samping kacamata biasa juga kacamata prisma yang kekuatannya dibagi rata
untuk kedua mata.
c) Latihan prisma basis atas pada hiperforia pada orang muda atau dewasa.
d) Lakukan operasi jika cara diatas tidak bisa menolong atau hiperforianya lebih dari
10 prisma.
Esoforia
Kecenderungan mata untuk berdeviasi ke arah nasal yang dapat dikoreksi dengan
penglihatan binokuler tunggal. Penyebab bermacam-macam, yaitu :
a. Muskuler: overaction dari m.rectus internus, kelemahan dari m.rectus eksternus
salah insersi.
b. Akomodatif: hipermetropia dengan atau tanpa astigmatisme.
c. Kelainan persarafan: pada orang yang banyak berpikir. Esoforia lebih dari 3 prisma
dioptri memberi keluhan asutenopia.
Pengobatan:
- Koreksi kelainan refraksi dengan siklopegik dan diberikan kacamata yang harus
dipakai terus-menerus.
- Setelah 1 bulan tentukan keseimbangan ototnya lagi. Apabila ternyata belum
sembuh dan forianya masih ada, berikan tambahan kacamata prisma yang
kekuatannya dibagi rata untuk kedua mata dengan basis temporal.
- Latihan prisma basis nasal.
- Lakukan operasi jika cara diatas tidak bisa menolong atau hiperforianya lebih dari
6 prisma.
Eksoforia
Kecenderungan mata untuk berdeviasi ke arah temporal yang dapat dikoreksi
dengan penglihatan binokuler tunggal. Pasian mengalami astenopia pada waktu
Referat
melihat benda bergerak juga pada waktu membaca. Eksoforia dapat disebabkan
oleh:
a) Akomodatif: hubungannya dengan miopia, karena pada orang dengan miopia
kurang melakukan akomodasi, konvergensi juga berkurang.
b) Eksoforia esensial: kelebihan kekuatan dari m.rectus eksternus, kelemahan dari
m.rectus internus, salah insersi.
c) Presbiopi atau hipermetropi yang mendapat koreksi kacamata.
Pengobatan:
1. Koreksi kelainan refraksi dengan siklopegik dan diberikan koreksi berlebihan
sebesar 0,5-0,75 untuk memaksa mata berakomodasi.
2. Setelah 1 bulan periksa lagi, derajat deviasi juga kekuatan duksinya. Apabila
masih ada forianya pasien diminta untuk melihat benda yang digerakan kearah
matanya atau membaca buku dengan menggerakan bukunya kearah matanya
atau dapat juga melakukan latihan dengan sinaptofor.
3. Bila latihan tidak berhasil berikan kacamata prisma dengan derajat prisma yang
dibagi rata dikedua mata dengan basis nasal.
4. Lakukan operasi jika cara diatas tidak bisa menolong.
Pseudostrabismus
Kadang-kadang pasien terlihat seperti juling akan tetapi dengan pemeriksaan tidak
terdapat tanda-tanda juling, hal ini mungkin disebabkan adanya: Epikantus, dimana
terdapat lipatan vertikal kulit pangkal hidung yang menakibatkan bagain nasal sklera
tidak terlihat dengan jelas. Pasien terlihat seperti adanya juling ke dalam. Kelainan ini
adalah gambaran karakteristik pada pasien dengan ras Mongol.
Hipertelorisme dimana bola mata terdorong keluar ronga orbita sehingga terjadi
gambaran bola mata yang menyebar keluar dan strabismus divergen ptosis
monokular sehingga memberikan gambaran mata terletak tinggi pada satu sisi.
Kelainan pseudoptosis mungkin disebabkan karena kelainan pada sudut Kappa, jarak
interpupil dekat, dan lipatan epikantus nyata.
4. Ambliopia
Referat
Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam penglihatan tidak mencapai
optimal sesuai dengan usia dan inetelegensinya walaupun sudah dikoreksi kelainan
refraksinya. Pada ambliopia terjadi penurunan tajam penglihatan unilateral atau
bilateral disebabkan karena kehilangan pengenalan betuk, interaksi binokular abnormal,
atau keduanya, dimana tidak ditemukan kausa organik pada pemeriksaan fisik mata dan
pada kasus yang keadaan baik, dapat dikembalikan fungsinya dengan pengobatan.
Ambliopia ini dapat tanpa kelainan organik dan dapat pula dengan kelainan organik yang
tidak sebanding dengan visus yang ada. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya
rangsangan untuk meningkatkan perkembangan penglihatan. Suatu kausa ekstraneural
yang menyebabkan menurunnya tajam penglihatan (seperti katarak, astigmat,
strabismus atau suatu kelainan refraksi unilateral atau bilateral yang tidak dikoreksi)
merupakan mekanisme pemicu yang mengakibatkan suatu penurunan fungsi visual pada
orang yang sensistif. Besarnya ambliopia berhubungan dengan lamanya mengalami
kurangnya rangsangan untuk perkembangan penglihatan makula.
Bila ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan
latihan untuk perbaikan penglihatan. Sebab ambliopia adalah anisometropia, juling,
oklusi dan katarak atau kekeruhan media penglihatan lainnya. Diduga terdapat 2 faktor
yang dapat merupakan penyebab terjadinya ambliopia yaitu supresi dan nirpaki (non
use). Ambliopia nirpaki terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino
kortikal pada saat kritis perkembangannya terutama pada usia sebelum 9 tahun. Supresi
yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan mengakibatkan
terdapatnya skotoma absolut pada penglihatan binokular (untuk mencegah terjadinya
diplopia pada mata yang juling), atau sebagai hambatan binokular (monokular kortikal
inhibisi) pada bayangan retina yang kabur. Supresi sama sekali tidak berkaitan dengan
perkembangan penglihatan. Terdapat beberapa tanda pada mata dengan ambliopia,
seperti:
o Berkurangnya penglihatan satu mata
o Menurunnya tajam penglihatan terutama pada fenomena crowding
o Hilangnya sensitifitas kontras
o Mata mudah mengalami fiksasi eksentrik
o Adanya anisokoria
Referat
o Tidak mempengaruhi penglihatan warna
o Biasanya daya akomodasi menurun
o ERG dan EEG penderita ambliopia selalu normal yang berarti tidak terdapat kelainan
organik pada retina maupun korteks serebri
Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu periksa
pemeriksaaan tajam penglihatan terutama apabila memperlihatkan tanda-tanda juling.
a) Pemeriksaan Ambliopia
Pemeriksaan serta mengetahui perkembangan tajam penglihatan sejak bayi sehingga
sampai usia 9 tahun adalah perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk
memberikan perawatan.
Pemeriksaan kedudukan mata dan adanya reaksi pupil selain pemeriksaan fundus.
o Uji crowding phenomena (untuk mengetahui adanya ambliopia)
Penderita diminta membaca huruf kartu snellen sampai huruf terkecil yang
dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien
disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam
penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya
fenomena crowding pada mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia.
o Uji Density Filter netral, (untuk mengetahui adanaya ambliopia)
Dasar uji adalah diketahuinya bahwa pada mata yang ambliopia secara fisiologik
berada dalam keadaan beradaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia
dilakukan uji penglihatan dengan intensitas sinar yang direndahkan (memakai
filter densiti netral) tidak akan terjadi penurunan tajam penglihatan.
Dilakukan dengan memakai filter yang perlahan-lahan digelapkan sehingga tajam
penglihatan pada mata normal turun 50% pada mata ambliopia fungsional tidak
akan atau hanya sedikit menurunkan tajam penglihatan pada pemeriksaan
sebelumnya.
Dibuat terlebih dahulu gabungan filter (kodak # 96,N.D.2.00 dengan 0,50)
sehingga tajam penglihatan pada mata yang normal turun dari 20/20 menjadi
20/40 atau turun 2 baris pada kartu pemeriksaan gabungan filter tersebut
ditaruh pada mata yang diduga ambliopia.
Referat
Bila ambliopia adalah fungsional maka paling banyak tajam penglihatan
berkurang satu baris atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut
ambliopia organik maka tajam penglihatan akan sangat menurun dengan
pemakaian filter tersebut.
o Uji Worth’s Four Dot, (untuk fusi dan pengihatan stereosis)
Uji untuk melihat penglihatan binokular, adanya fusi, korespondensi retina
abnormal, supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai kcamata
dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru mata kirr dan melihat pada
objek 4 titik dimana 1 berwarna merah, 2 hijau, 1 putih. Lampu atau titik putih
akan terlihat merah oelh mata kanan dan hijau oleh mata kiri. Lampu merah
hanya dapat dilihat oleh mata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat oleh
mata kiri. Bila fusi baik maka akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih terlihat
sebagai warna campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata
juling akan tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila
terdapat supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata kanan dominan
atau 3 hijau bila mata krir yang domiann. Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau
yang bersilangan berarti mata dalam kedudukan eksotropia dan bila tidak
bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.
o Visuskop
Alat untuk menentukan letak fiksasi. Dengan melakukan visuskopi dapat
ditentukan bentuk fiksasi monokular pada ambliopia.
b) Penanganan Ambliopia
Ambliopia merupakan kelainan yang reversibel dan akibatnya tergantung pada saat
mulai dan lamanya. Saat yang rentan adalah bayi pada umur 6 bulan pertama dan
ambliopia tidak akan terjadi sesudah usia lebih dari 5 tahun.
Ambliopia bila diketahui dini dapat dicegah sehingga tidak menjadi permanen.
Perbaikan dapat dilakukan bila penglihatan masih dalam perkembangannya. Bila
ambliopia ini ditemukan pada usia dibawah 6 tahun maka masih dapat dilakukan
latihan untuk perbaikan penglihatan.
Pengobatan dapat dengan:
Referat
o Untuk memulihkan kembali ambliopia pada seorang pasien muda, harus
dilakukan suatu pengobatan antisupresi aktif menyingkirkan faktor ambliopenik
o Oklusi mata yang sehat
o Penalisasi dekat, mata ambliopia dibiasakan melihat dekat dengan memberi
lensa +2,5 D sedang mata yang baik diberi atropin
o Penalisasi jauh dimana mata yang ambliopia dipaksa melihat jauh dengan
memberi atropin pada mata yang baik serta diberi lensa +2,5 D
o Latihan ortoptik bila terjadi juling
o Pencegahan terhadap ambliopia ialah pada anak berusia kurang 5 tahun perlu
pemeriksaan tajam penglihatan terutama bila meperlihatkan tanda-tanda juling.
c) Ambliopia fungsional
Ambliopia dapat terjadi kongenital atau didapat, seperti ambliopia fungsional, yang
terdapat pada satu mata, dengan tajam penglihatan yang kurang tanpa kelainan
organik, yang tidak dapat diperbaiki dengan kacamata. Anak-anak mempunyai risiko
terjadinya ambliopia fungsional ini. Setelah usia bertambah maka strabismus atau
setiap faktor lain yang potensial ambliopiagenik, seperti suatu katarak yang didapat,
tidak mungkin menyebabkan ambliopia. Pada peristiwa suatu defek visual yang
didapat setelah usia ini, walaupun bertahan berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
visus akan kembali normal atau hampir normal setelah katarak atau kelainan lain
tersebut disingkirkan dan tindakan yang memadai dilakukan terhadap koreksi
optikal. Sampai usia 6 atau 7 tahun anak-anak sensitif terhadap ambliopia
fungsional, tetapi pada usia mereka, ambliopia juga paling sukses berhasil diobati.
Pada umumnya ambliopia apapun penyebabnya akan cepat berkembang dengan
bertambah mudanya terlihat penyebab. Bila ambliopia tetap tidak diobati sampai
anak berusia 6-9 tahun, defek visual mungkin tidak dapat membaik. Batas umur
untuk dapat diobati yang tepat untuk ambliopia tidak dapat ditentukan dengan pasti
dan mungkin akibat kurang jelasnya kepastian umur sensitif.
Mungkin terdapat variasi individual, usia serangan ambliopia yang tepat tidak dapat
ditentukan dengan pasti pada setiap kasus. Adalah merupakan dalil utama yang baik
untuk menyatakan bahwa seorang anak dengan setiap tingkat ambliopia fungsional
Referat
dapat memperoleh kembali visus dengan tingkat paling baik yang pernah dimiliki
pada mula ambliopia yang secara visual matang, asalkan tindakan pengobatan yang
tepat dilakukan atau asalkan ia kehilangan tajam penglihatan pada mata yang
dulunya diungulkan kepada suatu tingkat di bawah itu yang sekarang ini mata
ambliopik. Adalah masuk akal bahwa satu mata ambliopia, tanpa memperdulikan
usia anak, sekurang-kurangnya patut menerima satu usaha tuntas, tanpa perduli bila
pengobatan dimulai.
Bila balut-tutup mata beberapa minggu atau beberapa bulan tidak menghasilkan
perbaikan, maka dapat dikatakan terdapat ambliopia yang tidak dapat membaik.
Pengobatan terhadap ambliopia meliputi oklusi (komplit atau tak komplit, konstan
atau intermiten), penalisasi (jauh, dekat, atau kedua-duanya) dan pleoptik.
Pengobatan ambliopia yang paling baik dan paling efektif adalah oklusi mata yang
diunggulkan. Tipe pengobatan yang paling sesuai untuk seorang pasien tetentu
tergantung umur pasien, tipe ambliopia, dan derajat kooperasi yang dapat
diharapkan.
Pengobatan ambliopia harus dimulai, bila mungkin, dengan menyingkirkan atau
memodifikasi faktor ambliopiagenik. Ini berarti kacamata perlu diberikan untuk
hipermetropia tinggi bilateral dan untuk anisometropia sferis 1.0D dan silinder 1.5D.
Halangan pada media seperti katarak atau kekeruhan kornea harus disingkirkan dan
diberikan koreksi yang memadai. Bebat mata, dimana anak dibawah satu tahun
harus mendapat balut seluruh waktu (seluruh jam bangun) dimulai segera setelah
diagnosis dibuat. Ambliopia fungsional dapat dimasukkan ke dalam bentuk-bentuk.
d) Ambliopia strabismik
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada anak
sebelum penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut
untuk mencegah gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai
ambliopia strabismik dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu
mata yang diarahkan pada benda yang dilihat.
Ambliopia strabismik ditemukan pada penderita esotropia dan jarang pada mata
dengan eksotropia. Strabismus yang dapat menyebabkan ambliopia adalah:
Referat
strabismus manifes, strabismus monokular, stabismus dengan sudut deviasi kecil,
strabismus yang selalu mempunyai sudut deviasi diseluruh arah pandangannya.
Fiksasi silang (menggunakan mata kiri untuk melirik ke kanan dan mata kanan untuk
melirik ke kiri) merupakan anti uji ambliopia strabismik. Bila kondisi ini terjadi maka
tidak akan terdapat ambliopia.
Pengobatan. Pada ambliopia strabismik pengobatan ialah dengan menutup mata
yang sehat dan dirujuk pada doter mata. Ambliopia strabismik dapat pulih kembali
pada usia dibawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik.
Penyulit strabismik ambliopia. Bila mata baru mengalami juling akan terjadi keluhan
diplopia atau penglihatan ganda. Bila berlangsung lama dapat terjadi korespondensi
retina yang abnormal. Korespondensi retina abnormal terjadi bila korteks serebri
sudah dapat menyesuaikan diri terhadap 2 titik yang tidak sekoresponden menjadi
satu titik yang sekoresponden. Akibatnya walaupun kedudukan mata tetap dalam
posisi juling tidak didapatkan keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar
diatasi bila mata sudah menjadi ambliopia atau sudah terjadi korespondensi retina
yang abnormal. Pada ambliopia dapat terjadi ambliopia supresi akibat proses mental
dimana bayangan pada satu mata diabaikan.
e) Ambliopia refraktif
Ambliopia pada ametropia atau anisometropia yang tidak dikoreksi (ambliopia
anisometropia) dan mata dengan isoametropia seperti pada hipermetropia dalam,
atau miopia berat, atau pada astigmatisme (ambliopia astigmatik). Ambliopia yang
terjadi pada mata dengan kelainan refraksi dalam yang tidak dikoreksi (ambliopia
ametropik) atau terdapatnya kelainan refraksi antara kedua mata (ambliopia
anisometropik). Penglihatan dapat baik setelah beberapa bulan memakai kacamata
koreksi.
Pengobatan adalah dengan menutup mata yang baik setelah mata yang ambliopia
mendapatkan kacamata yang sesuai.
f) Ambliopia anisometropik
Referat
Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata
yang berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua mata
tidak sama besar yang menimbulkan bayangan pada retina secara relatif di luar fokus
dibanding dengan mata lainnya, sehingga mata akan memfokuskan melihat dengan
satu mata. Bayangan yang lebih suram akan di supres, biasanya pada mata yang
lebih ametropik.
Beda refraksi yang besar antara kedua mata menyebabkan terbentuknya bayangan
kabur pada satu mata. Ambliopia yang terjadi akibat ketidakmampuan mata berfusi,
akibat terdapatnya perbedaan refraksi antara kedua mata, astigmat unilateral yang
mengakibatkan bayangan benda menjadi kabur.
Ambliopia anisometropik terjadi bila terdapat perbedaan yang berat kelainan
refraksi kedua mata, lihat ambliopia refraktif. Ambliopia yang terjadi akibat
perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu besar atau lebih dari 2.5 D,
mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binokular tunggal, demikian pula terjadi
pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur. Pada mata sferis
maka dapat tidak terjadi bila mata yang lebih berat minusnya dipakai untuk melihat
dekat sedang yang normal dipakai untuk melihat jauh (terjadi melihat alternatif).
Pengobatan: Pengobatannya dengan memberikan kacamata hasil pemeriksaan
refraksi secara objektif disertai penutupan mata yang baik.
Penyulit: Bila fusi tepi kuat maka tidak terjadi strabismus menifes, sebab itu sering
tidak terdeteksi sampai ada pemeriksaan tajam penglihatan di sekolah. Bila fusi tepi
tidak kuat maka dapat terjadi strabismus manifes, dalam hal ini terdapat mikrotropia
atau sindrom monofiksasional.
g) Ambliopia ametropik
Mata dengan hipermetropia dan astigmat sering memperlihatkan ambliopia akibat
mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat objek dengan baik dan jelas. Ambliopia
ametropik, menurunnya tajam penglihatan mata dengan kelainan refraksi berat yang
tidak dikoreksi (biasanya hipermetropia atau astigmat). Perbaikan tajam penglihatan
dapat terjadi beberapa bulan setelah kacamata dipergunakan.
Referat
Pada kedua mata tidak mencapai tajam penglihatan 5/5, biasanya penderita
hipermetropia tinggi (+ 7.0 D) atau astigmat tinggi (3.0 D) karena penderita tidak
pernah melihat bayangan jelas. Dibutuhkan waktu untuk mengatasi ambliopia sangat
lama sesudah koreksi tajam penglihatan terbaik.
Pengobatan: Pengobatan ambliopia amteropik ialah dengan memberikan kacamata
hasil pemeriksaan refraksi secara objektif.
h) Ambliopia eks anopsia
Ambliopia akibat penglihatan terganggu pada saat perkembangan penglihatan bayi.
Dahulu ambliopia ini diduga karena juling, pada saat ini ambliopia eks anopsia disuga
disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak untuk menekan kesadaran
melihat. Ambliopia eks anopsia dapat terjadi akibat adanya katarak kongenital.
Ambliopia ini bila mulai terjadi sesudah berumur 4 tahun maka tajam penglihatan
tidak akan kurang dari 20/20, sedangkan bila terjadi pada usia kurang dari 4 tahun
maka tajam penglihatan dapat lebih buruk.
Ambliopia akibat mata tidak dipergunakan dengan baik. Biasanya mengenai satu
mata yang disertai dengan juling ke dalam atau penglihatan yang sangat buruk.
Menurunnya penglihatan pada satu mata akibat hilangnya kemampuan melihat
bentuk setelah fiksasi sentral tidak dipergunakan (akibat katarak, kekeruhan kornea
dan prosis).
Ambliopia eksanopsia diuga disebabkan supresi atau suatu proses aktif dari otak
untuk menekan kesadaran melihat. Menurunnya penglihatan pada suatu mata
akibat hilangnya kemampuan bentuk setelah fiksasi sentral. Kelainan ini dapat terjadi
pada mata bayi dengan katarak, ptosis, ataupun kekeruhan kornea sejak lahir atau
terlambat diatasi.
Pengobatan dengan menutup mata yang sehat dilakukan setelah mata yang sakit
dibersihkan kekeruhan media penglihatannya. Katarak kongenital dapat
menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
i) Ambliopia intoksikasi
Referat
Intoksikasi yang disebabkan pemakaian tembakau, alkohol. Timah atau bahan toksis
lainnya dapat mengakibatkan ambliopia. Biasanya terjadi neuritis optik toksis akibat
keracunan disertai terdapat tanda-tanda lapang pandangan yang berubah-ubah.
Hilangnya tajam penglihatan sentral bilateral, yang diduga akibat keracunan
metilalkohol, yang dapat juga terjadi akibat gizi buruk.
j) Ambliopia histeria
Ambliopia yang terjadi akibat adanya histreia yang dapat mengenai satu mata, akan
tetapi lebih sering mengenai kedua mata. Pada pemeriksaan didapatkan lapang
pandangan yang menciut konsentris dan yang lebih karakteristik adalah gambaran
seperti spiral selama dilakukan pemeriksaan lapang pandangan. Kadang-kadang
disertai dengan gejala rangsangannya seperti blefarospasme, memejamkan mata,
dan lakrimasi. Reaksi pupil normal dengan gejala lainnya yang tidak nyata.
Secara umum dapat disimpulkan pada ambliopia Adalah sukar untuk mendapatkan
mata menjadi lurus pada mata juling yang sudah ambliopia atau sudah terjadi
korespondensi retina yang abnormal dimana telah terjadi penglihatan tunggal pada
mata yang juling tersebut. Oleh sebab itu bila kaita menemukan mata juling dengan
korespondensi retina abnormal atau terdapat ambliopia sebaiknya segera memberi
perawatan untuk mencegah keadaan menetap. Dalam keadaan ini perlu mengawasi
dengan baik mata anak bila terlihat juling.
Bila satu mata dengan esotropia atau juling ke dalam maka bayangan pada mata
tersebut akan terletak di sebelah nasal makula lutea sehingga benda tersebut
seakan-akan terletak di luar atau jauh bersebelahan dengan benda yang dilihat
dengan mata yang baik. Akibatnya akan terjadi gangguan penglihatan bayangan
kedua benda sekaligus secara tunggal. Kadang-kadang kedua bayangan ini sangat
mengganggu penderita untk menghindari hal ini mata yang tidak berfiksasi akan
melakukan supresi. Bila terjadi pergantian maka akan terlihat mata berfiksasi
bergantian. Bila skotoma supresi berjalan terus menerus pada mata yang juling,
maka mata ini akan mengalami ambliopia. Ambliopia akan mudah terjadi mata juling
terdapat pada anak berusia dibawah 5 tahun.
Referat
Akibatnya walaupun kedudukan mata tetap dalam posisi juling tidak didapatkan
keluhan diplopia atau melihat ganda. Juling akan sukar diatasi bila mata sudah
menjadi ambliopia atau sudah terjadi korespondensi retina yang normal.
k) Ambliopia organik
Ambliopia dengan kalinan organik yang dapat menerangkan sebab tajam penglihatan
kurang (tidak memenuhi kriteria ambliopia secara murni). Ambliopia terjadi akibat
kerusakan fovea kongenital sehingga mengganggu penderita. Ambliopia organik
bersifat tidak reversibel.
5. Diplopia
Diplopia adalah keadaan melihat sebuah benda ganda bila dilihat denga satu atau dua
mata. Diplopa terjadi akibat penglihatan kedua mata serentak pada daerah retina yang
tidak sekoresponden. Rangsangan retina yang tidak sekoresponden ini terjadi oleh
gangguan kedudukan kedua sumbu bola mata yang tidak sejajar. Kelianan ini disebut
sebagai diplopia binokular. Diplopia binokular ini terjadi bila kedua mata melihat
bersama akan tetapi tidak terfokus baik. Diplopia ini dapat terjadi pada penyakit bola
mata, kerusakan kepala, penyakit serebelum, serebrum, meningen. Binokular diplopia
ini dapat disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan otot penggerak mata. Bayangan
dapat terletak berdampingan atau di atas atau dan di bawah satu terhadap lainnya.
Sehingga dikenal bentuk diplopia:
o Dipopia homonim, adalah suatu keadaan pada mata dengan juling ke dalam atau
esodeviasi, dimana bayangan terlihat oleh mata yang juling ke dalam terletak di
bagian luar sisi yang sama benda aslinya. Juling ini disebut diplopia tidak bersilang.
o Diplopia heteronim, atau diplopia bersilang, terjadi pada mata dengan juling ke luar
atau eksodeviasi. Dimana benda yang dilihat oleh mata kanan terletak di sebelah kiri,
sedang benda yang dilihat oleh mata kiri seakan-akan terletak di sebelah kanan.
Diplopia bersilang dapat dialami secara fisiologik bila kita mendekatkan benda
seperti pinsil pada mata kita. Pada satu kedudukan tertentu maka akan terlihat pinsil
menjadi ganda. Keadaan ini terjadi akibat mata tidak dapat lagi melihat benda
tersebut serentak dan menjadikan bayangan benda pada satu mata akan terletak di
sebelah temporal makula lutea.
Referat
o Diplopia monokular, adalah diplopia bila melihat dengan satu mata yang dapat
dikeluhkan seseorang dengan histeria, astigmat,pupil ganda, lensa subluksasi, dan
permulaan katarak.
Uji diplopia
Pasien memakai kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan kaca filter hijau
pada mata kiri. Pasien diminta melihat satu sumber cahaya dan akan menyatakan letak
lampu merah dan hijau yang terlihat. Secara normal atau bila mata berkedudukan
ortoforia dan bayangan difokuskan pada makula maka lampu akan terlihat satu. Diplopia
bersilang bila letak bayangan lampu merah terletak di sebelah kiri bayangan biru, ini
terlihat pada mata eksotropia. Bila letak lampu merah di sebelah kanan lampu hijau ini
disebut diplopia homonim yang terjadi pada mata dengan esotropia.
Gangguan Lapang Pandangan
Jalur penglihatan merupakan saluran saraf dari retina ke pusat penglihatan pada daerah
oksipital otak. Gangguan pada jalur penglihatan akan mengakibatkan gangguan
fungsinya. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan dan lapang pandangan mata,
seperti:
o Retina bagian nasal dari makula diproyeksikan ke arah temporal lapang pandangan,
o Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optik
o Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optik,
o Lapang pandangan normal pada satu mata terletak 90 derajat temporal, 60 derajat
medial, 60 derajat atas, dan 75 derajat bawah.
Bermacam cara pemeriksaan lapang pandangan seperti uji konfrontasi dan pemeriksaan
kampimetri.
Bentuk kelainan pada lapang pandangan dapat berupa:
Membesarnya bintik buta fisiologik, terlihat pada papil edema, glaukoma, dan miopia
progresif. Lapang pandangan yang mengecil terlihat pada glaukoma, papilitis, keracunan
obat, dan histeria.
o Skotoma busur (arkuat), yang dapat terlihat pada glaukoma, iskemia papil saraf
optik, dan oklusi arteri retina sentral
Referat
o Skotoma sentral yang terlihat pada retinitis sentral
o Hemianopsia bitemporal, hilangnya setengah lapang pandangan temporal kedua
mata merupakan tanda khusus kelainan kiasma optik, dapat juga akibat meningitis
basal, kelainan sfnoid dan trauma kiasma
o Hemianopsia binasal, defek lapang pandangan setengah nasal dapat terjadi akibat
tekanan bagian temporal kiasma optik kedua mata atau atrofi papil saraf optik
sekunder akibat tekanan intrakranial yang meninggi
o Hemianopsia heteronim, hemianopsia besilang yang dapat binasal atau bitemporal
o Hemianopsia homonim, hilangnya lapang pandangan pada sisi yang sama pada
kedua mata yang dapat terlihat pada sisi temporal
o Hemianopsia altitudinal, hilangnya lapang pandangan sebagain atas atau bawah. Bila
binokular terlihat pada iskemik optik neuropati, sednag bila binokular dapat akibat
kerusakan kedua mata pada saraf optik, kiasma dan kelainan korteks.
Gangguan lapang pandangan sering diakibatkan kerusakan fungsi pada kiasma optik.
Pada kiasma terjadi pesilangan serabut optik bagian nasal. Kelainan pada daerah ini
dapat disebabkan tekanan tumor intrasel ataupun supraselar. Kraniofaringioma dapat
merupakan penyebab utama penekanan kiasma.
6. Lapang Pandangan
Pemeriksaan lapang pandangan perifer tidak dipengaruhi oleh kelainan refraksi pasien.
Pemeriksaan lapang pandangan sentral dipengaruhi oleh kelainan refraksi sehingga
perlu dilakukan koreksi pada pemeriksaannya.
Nilai lapang pandangan dengan ksis-kisi Esterman.
Dasar penilaian adalah tidak sama nilai lapang pandangan di setiap bagiannya. Bagian
sentral berbeda dengan bagian perifer, demikian pula atas tidak sama dengan bawah.
Pada kisi-kisi Esterman lapang pandangan dibagi atas 100 bagian yang tidak sama besar
dengan masing-masing mempunyai nilai 1%. Setiap kotak yang dibuat dalam pembagian
kelompok mempunyai nilai sama. Kisi-kisi atau kotak ini akan memberi berbeda
walaupun luasnya sama pada bagian sentral dan perifer.
Perkiraan hilang lapang pandangan
Referat
Uji lapang pandangan dilakukan dengan memakai objek pemeriksaan 3 mm dan
dilakukan pada setiap 45 derajat meridian. Jumlah derajat setiap meridian dibagi 485
merupakan prosentase efisiensi lapang pandangan.
Contoh:
Lapang pandangan normal Derajat
TemporalTemporal bawahBawahNasalNasal bawahNasal atasAtasAtas temporal% lapang pandangan
8585555550554555485
Contoh :
Lapang pandangan Derajat
TemporalTemporal bawahBawahBawah nasalNasalNasal atasAtasTemporal atasJumlah
4525302525252535235
% efisiensi lapang pandangan 235 x 100/485 = 46%
Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan Perimeter, merupakan alat yang
dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan. Alat ini berbentuk setengah
bola dengan jari-jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita diletakkan
untuk diperiksa.
Batas lapang pandangan perifer adalah 90 derajat temporal, 75 derajat inferior, 60
derajat nasal, dan 60 derajat superior. Dapat dilakukan pemeriksaan statik ataupun
kinetik.
Pemeriksaan ini berguna untuk:
o Membantu diagnosis pada keluhan penglihatan
Referat
o Melihat progresifitas turunnya lapang pandangan
o Merupakan pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat
o Memriksa adanya histeria atau malingering
Dikenal 2 cara pemeriksaan perimetri, yaitu:
o Perimetri kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana
pemeriksaaan dilakukan dengan objek digerakan dari daerah tidak terlihat menjadi
terlihat oleh pasien.
o Perimetri statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold,
dimana pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi denagn
menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien.
Pengujian Lapang Pandangan
o Uji konfrontasi, merupaka uji pemeriksaan lapang pandangan yang paling sederhana
karena tidak memerlukan alat tambahan. Lapang pandangan pasien dibandingkan
dengan lapang pandangan pemeriksa.
Pasien dan pemeriksa atau dokter berdiri berhadapan dengan bertatap mata pada
jarak 60 cm. Mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien ditutp. Mata kiri pemeriksa
menatap mata kanan pasien. Pemeriksa menggerakkan jari dari arah temporalnya
dengan jarak yang sama dengan mata pasien ke arah sentral. Bila pemeriksa telah
melihat benda atau jari di dalam lapang pandangannya, maka bila lapang pandangan
pasien normal ia juga dapat melihat benda tersebut. Bila lapang pandangan pasien
menciut maka ia akan melihat benda atau jario tersebut bila benda telah berada
lebih ke tengah dalam lapang pandangan pemeriksa. Dengan cara ini dapat
dibandingkan lapang pandangan pemeriksa dengan lapang pandanagn pasien pada
semua arah.
o Uji perimeter atau kampimeter. Ini merupakan uji lapang pandangan dengan
memakai bidang parabola yang terletak 30 cm di depan pasien. Pasien diminta untuk
terus menatap titk pusat alat dan kemudian benda digerakkan dari perifer ke sentral.
Bila ia melihat benda atau sumber cahaya tersebut, maka dapat ditentukan setiap
batas luar lapang pandangannya. Dengan alat ini juga dapat ditentukan letak bintik
buta pada lapang pandangan.
top related