penggunaan media sosial facebook di kalangan santri …digilib.uinsby.ac.id/29865/1/makky al...
Post on 04-Mar-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL FACEBOOK DI KALANGAN SANTRI
PONDOK PESANTREN AS-SHOMADIYAH
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna
Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi
Oleh:
Oleh:
Makky Al Hamid
NIM. B06212017
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
2019
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
ABSTRAK
Makky Al Hamid, B06212017, 2019. Teori Use and Gratification (Penggunaan
Media Sosial Facebook di Kalangan Santri Pondok Pesantren As-
Shomadiyah. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Media Sosial Facebook, Santri.
Penelitian ini mengenai fenomena penggunaan media sosial Facebook di
kalangan santri. Pondok Pesantren As-Shomadiyah adalah satu-satunya Pondok
Pesantren yang memiliki kebijakan memperbolehkan santrinya menggunakan
media sosial, khususnya Facebook. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana
alas an, tujuan dan manfaat penggunaan media sosial Facebook di kalangan santri
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
budaya, jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif. Kemudian teknik
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi.
Teknik analisis data menggunkan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teori use and gratification.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan penggunaan media sosial
Facebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah kebijakan dari
Pondok Pesantren yang memperbolehkan santrinya menggunakan media sosial
khususnya Facebook di waktu tertentu, tujuan penggunaan media sosial
Facaebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah untuk mengikuti
perkembangan modernisasi dan globalisasi, sedangkan manfaat dari penggunaan
media sosial Facebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah
sebagai sarana media dakwah.
Saran bagi Pondok Pesantren lainnya, memberikan kebijakan tentang
pemanfaatan media sosial sebagai sarana dakwah untuk mengaplikasikan
keilmuan para santri yang didapat di dalam Pondok Pesantren secara langsung.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang 1
B Fokus Penelitian 6
C Tujuan Penelitian 7
D Manfaat Penelitian 7
E Kajian Hasil Penelitian Terdahulu 8
F Definisi Konsep 10
G
H
I
Kerangka Pikir Penelitian
Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian
3. Jenis dan Sumber Data
4. Tahap-Tahap Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Analisis Data
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahaan Data
Sistematika Pembahasan
14
15
16
17
19
20
21
23
25
25
BAB II KAJIAN TEORITIS
A Kajian Pustaka
1. Pondok Pesantren
2. Santri
3. Media Sosial
4. Facebook
27
27
31
34
38
B
Kajian Teori
1. Teori Use and Gratification
42
43
BAB III PENYAJIAN DATA
A Profil Data
1. Subyek Penelitian
48
2. Obyek Penelitian 50
3. Lokasi Penelitian 50
a. Sejarah Pesantren 50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
b. Profil Pondok
c. Visi dan Misi
d. Susunan Pengurus
e. Lembaga Pendidikan
54
54
55
56
B Deskripsi Data Penelitian
1. Alasan Penggunaan Media Sosial Facebook
2. Tujuan Penggunaan Media Sosial Facebook
3. Manfaat Penggunaan Media Sosial Facebook
58
60
72
78
BAB IV ANALISIS TEMUAN
A
B
Temuan Hasil Penelitian
Konfirmasi Temuan dengan Teori
90
94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A Simpulan 97
B Saran 98
Daftar Pustaka
Lampiran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Alasan Penggunaan Media Sosial Facebook 92
Tabel 4.2 Tujuan Penggunaan Media Sosial Facebook 93
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren bisa dikatakan sebagai induk pendidikan islam di
Indonesia. Pesantren didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan
zaman. Hal tersebut bisa dilihat dari perjalanan sejarah pesantren di
Indonesia. Beberapa tahun silam sesungguhnya pesantren didirikan atas
kesadaran kewajiban dakwah islamiah, yakni menyebarkan dan
mengembangkan agama islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama’ dan
da’i. Istilah pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren.
Kedua istilah tersebut berasal dari kata yang berbeda dan mempunyai
pengertian yang berbeda pula. Istilah pondok, berasal dari kata funduq, dari
bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau hotel. Namun di Indonesia,
khususnya pulau Jawa, pondok lebih mirip dengan padepokan, yaitu
perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang
merupakan asrama bagi santri. Sedangkan istilah pesantren secara
etimologis asalanya pesantrian yang berarti tempat santri.1 Jadi pondok
pesantren secara sederhana dapat dipahami padepokan yang dijadikan
tempat tinggal santri untuk mencari ridla Allah, menuntut ilmu (khususnya
ilmu agama), dan menghilangkan kebodohan dan mengabdikan diri kepada
Kiai. Artinya ketika seseorang sudah siap untuk mondok, maka dia juga
harus siapa menerima segala macam bentuk norma yang harus diikuti di
pondok pesantren.
1 Nurcholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997)
hlm. 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Lebih definitif Ridwan Nasir berpendapat bahwa pesantren sebagai
lembaga pendidikan keagamaan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran agama islam yang umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut
diberikan secara non-formal, yaitu dengan sistem bandongan dan sorogan.
Dimana Kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis
dalam bahasa arab oleh ulama’-ulama’ besar sejak abad pertengahan (dalam
dunia pesantren dikenal dengan kitab kuning), sedang para sanri biasanya
tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.2
Pondok pesantren berdiri bukan di atas kehampaan, pesantren
mempunyai tugas di dalam mewujudkan manusia dan masyarakat muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Lebih jauh lagi pesantren
diharapkan melakukan reproduksi Ulama’. Para santri dengan kualitas
keimanan, keislaman, keilmuan, dan akhlaknya diharapkan mampu
membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Sulit memang untuk
menggambarkan tujuan pesantren secara pasti dan seragam. Hal ini
disebabkan karena pesantren mempunyai kebebasan untuk tidak
mempunyai kebiasaan untuk tidak merumuskan dasar dan tujuan
pendidikannya secara eksplisit. Hal ini karena sifat kesederhanaan
pesantren, sesuai dengan dorongan berdirinya pesantren, dimana Kiai
mengajar dan santri belajar, semata-mata untuk beribadah karena Allah
dan tidak pernah dihubungkan dengan tujuan tertentu dalam lapangan
kehidupan atau tingkat jabatan tertentu dalam kehidupan sosial.3
2 Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus
Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 22. 3 Nurcholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren ……….., hlm. 15.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Adapun tujuan didirikannya pesantren pada dasarnya terbagi menjadi
dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan khususnya adalah
mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang alim dalam ilmu
agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya
dalam masyarakat. Sedangkan tujuan umumnya adalah membimbing para
santri untuk menjadi menausia yang berkepribadian islami, sanggup
menyampaikan dan mengamalkan ilmu agamanya ketika sudah pulang ke
kampung halaman, umumnya pda masyarakat luas. Dari dua pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pesantren adalah untuk mendidik
generasi muda dengan pendidikan yang bernuansa islmai dengan harapan
menjadi orang yang berilmu, bermanfaat untuk masyarakat, dan menjalani
kehidupan dengan penuh keberkahan.4
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional memiliki
sistem pengajaran yang berbeda dengan lembaga pendidikan yang lainnya.
Perbedaan tersebut tampak pada kehidupan pondok pesantren yang sarat
dengan ajaran agama islam. Selain itu, kehidupan pondok pesantren terikat
oleh aturan, nilai, dan norma agama islam yang sangat kuat, sehingga santri
dan santriwati senantiasa diajarkan berbagai macam hal yang berkaitan
dengan agama islam, sebagai landasan di dalam menjalani hidup. Termasuk
pembelajaran tentang norma-norma pergaulan antara laki-laki dan
perempuan. Relasi atau hubungan baik secara langsung (berbincang-
bincang, bertegur sapa, bertatap muka) maupun tidak langsung antara laki-
laki dan perempuan di lingkungan pondok pesantren (menggunakan media
4 Ibid, hlm. 16.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
dalam komunikasi, seperti HP, media sosial dan lain sebagainya) diatur
dengan norma islam yang sangat ketat, khususnya relasi antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim.5
Pondok pesantren pada umumnya teramat ketat membatasi pergaulan
antara lawan jenis. Kedekatan antara laki-lak dan perempuan yang bukan
muhrim dianggap masih tabu sehingga pihak peasanteren tidak
memperkenankan para santrinya untuk menggunakan alat komunikasi
elektronik, karena dikhawatirkan para santri dapat secara bebas
berhubungan dengan dunia luar, khususnya dengan orang-orang yang bukan
muhrim-nya. Kebijakan melarang penggunaan alat komunikasi elektronik di
lingkungan pesantren bertujuan untuk mengawasi dan membatasi santri
berkomunikasi dengan dunia luar (apabila santri hendak berkomunikasi
dengan keluarga maka harus melalui izin pengasuh pondok pesantren).
Maka tidak heran jika tempat tinggal antara satri dan santriwati berada di
tempat yang berbeda, dan lembaga pendidikannya pun di tempatkan secara
terpisah.
Kehadiran teknologi tak pelak memberikan pengaruh sangat besar
dalam kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam dunia pesantren. Pada
umumnya manusia menggunakan teknologi dan dikelilingi teknologi hampir
dalam setiap gerak kehidupannya. Tak terkecuali kehidupan di pondok
pesantren. Pada rutinitasnya, setiap santri akan melakukan kegiatan yang
banyak terisolasi dari duania luar dengan kebiasaan Pada pagi hari di
5 Manfred Ziemik, Pesantren Dan Perubahan Sosial. ter. Butche B. Soendjojo, (Jakarta: P3M,
1986). hlm. 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
pondok pesantren, para santri mendengar suara adzan dari pengeras suara,
bersekolah seperti pada umumnya hingga Dzuhur.
Santri akan menggunakan atau memegang Handphone hanya disaat-
saat tertentu seperti ketika menghbungi keluarga di rumah, mengirim pesan
ke keluarga di rumah juga menggunakan handphone, dan ditambah lagi
dengan kecanggihan teknologi yang semakin berkembang, banyak media
sosial yang ditawarkan oleh penyedia layanan, seperti whatshaap, line,
facebook, twiter, mesin pencari, seperti google, yahoo, dan lain
sebagaimanya.
Jika pondok pesantrennya sudah menerapkan sistem Teknologi dan
informasi secara modern maka santri akan bebeas dan bahkan dianjurkan
untuk menggunakan Handphone untuk bisa mengakses pengetahuan dengan
bebas. Akan tetapi, apabila penggunaan teknologi tidak diatur oleh pondok
pesantren dikhawatirkan mengakibatkan para santri akan bermalas-malasan
dalam menuntut ilmu, karena disibukkan dengan menggunakan media
sosial. Karena, disadari atau tidak teknologi membuat seseorang menjadi
kecanduan dan ketergantungan, sebab teknologi dapat membentuk perasaan,
pikiran dan tindakan manusia.
Tak terkecuali penggunaan media sosial di kalangan santri Pondok
Pesantren As-Shomadiyah yang sudah mulai membuka diri pada tekhnologi,
yang membebaskan para santri jenjang menengah ke atas dapat memegang
Handphone kan tetapi tetap pada batas dan aturan yang sudah ditentukan
oleh pengurus pondok. Para santri hanya bisa memegang handphone setelah
Dzuhur sampai jam 17:00 sore. Penggunaan media sosial di kalangan santri
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Pondok Pesantren As-Shamadiyah merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian, Karena penggunaan media sosial yang terlalu berlebihan mempu
mengubah perilaku sosial seorang santri tersebut.
Tentunya dengan membebaskan para santri jenjang atas mengkases
handpone tentunya akan memberi efek mata pisau kepada pondok pesantren
As-Shomadiyah, sebab jika pengurus tidak tegas ketika megambil handpone
milik santri maka hal itu akan berimbas pada pola belajar santri yang
nantinya akan tergantung pada gadgednya. Akan tetapi jika pengguanaan
gadged mereka lebih digunakan untuk hal yang lebih positif, maka akan
mendorong daya kreatif dan nalar santri menjadi lebih terbuka terhadap
dunia luar.
Oleh karena itu penulis melihat bahwa penggunaan media sosial di
pondok As-Shomadiyah untuk layak untuk diteliti dengan judul Penggunaan
media sosial Facebook di Kalangan Santri Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
B. Fokus Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian, peneliti menentukan fokus masalah
sebagai berikut :
1. Apa alasan penggunaan media sosial facebook di kalangan santri Pondok
Pesantren As-shomadiyah?
2. Apa tujuan penggunaan media sosial facebook di kalangan santri Pondok
Pesantren As-shomadiyah?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
3. Apa manfaat penggunaan media sosial facebook di kalangan santri
Pondok Pesantren As-shomadiyah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan alasan penggunaan media sosial facebook di
kalangan santri Pondok Pesantren As-shomadiyah.
2. Untuk menjelaskan penggunaan media sosial facebook di kalangan santri
Pondok Pesantren As-shomadiyah.
3. Untuk menjelaskan manfaat penggunaan media sosial facebook di
kalangan santri Pondok Pesantren As-shomadiyah.
D. Manfaat Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian, maka peneliti mengarahkan penelitian
ini untuk dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Secara
teoretis, penelitian ini dapat menjadi bahan analisis untuk mengembangkan
teori-teori yang sudah ada dan dapat menambah wawasan, yaitu tentang
penggunaan media sosial facebook untuk para santri pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
memecahkan masalah tentang penggunaan media sosial facebook
dikalangan santri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Penggunaan Media Sosial Facebook Dikalangan Santri
telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:
Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Ernawati dengan judul
Transformasi Masyarakat Santri (Studi Tentang Perubahan Perilaku Sosial
Keagamaan Masyarakat Akibat Perkembangan Industrialisasi di Desa
Leran Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik).6 Lokasi Penelitian tersebut
di Desa Leran Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pada tahun 2008
pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora dengan
menggunakan metode kualitatif. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana
bentuk perubahan perilaku sosial keagamaan masyarakat santri yang
diakibatkan oleh perkembangan industrilisiasi dan latar belakang yang
mempengaruhi perilaku sosial keagamaan masyarakat santri. Perubahan
perilaku sosial keagamaan masyarakat santri yang diakibatkan
perkembangan industrialisasi yang mempengaruhi perilaku sosial
keagamaan masyarakat para santri.
Dalam penelitian terdahulu ini terdapat persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu menggunakan metode kualiatif. Dan perbedaan
dari penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
penelitian terdahulu membahas tentang perilaku sosial keagamaan para
santri di masyarakat, sedangkan penelitian yang akan dilakukan membahas
tentang penggunaan media sosial facebook para santri di pondok pesantren.
6 Ernawati, “Transformasi Masyarakat Santri, (Studi Tentang Perubahan Perilaku Sosial
Keagamaan Masyarakat Akibat Perkembangan Industrialisasi di Desa Leran Kecamatan
Manyar Kabupaten Gresik, )”, (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Zaenudin dengan judul Perubahan
Perilaku Santri di Tengah Mayarakat Perkotaan (Studi Perilaku Santri
di Pesantren Darul Lughah Kecamatan kota Krakasan Kabupaten
Probolinggo)7 pada tahun 2007 di Jurusan Sosiologi Fakultas Dakwah
dengan menggunakan metode kualitatif. Skripsi ini mengkaji tentang
bagaimana bentuk perubahan perilaku santri dan apa saja faktor penyebab
perubahan perilaku santri di Pesantren Darul Lughah Wal Karomah di
Kecamatan Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Bentuk perubahan
perilaku santri ke arus globalisasi terjadi secara proses pelan tapi cepat.
Sebab perubahan perilaku santri awalnya dimulai dari gaya hidup
berpakaian, bergaul, serta berinteraksi individu atau kelompok dan
dalam lingkungan pondok pesantren itu sendiri. Perubahan itu didukung
oleh adanya komputer, TV, media cetak, internet, dan budaya atau adat
masyarakat. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku santri
diantaranya yaitu letak geografis pondok pesantren yang berada di
tengah kota, sehingga arus informasi teknologi terjangkau dengan mudah
dan membawa dampak pada perubahan perilaku santri.
Dalam penelitian terdahulu ini terdapat persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu menggunakan metode kualitatif. Dan perbedaan
dari penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
penelitian terdahulu mencakup lebih luas tentang penyebab perubahan
perilaku santri di pondok pesantren, sedangkan penelitian yang akan
7 Zainudin, Perubahan Perilaku Santri di Tengah Masyarakat Perkotaan (Studi Perilaku
Santri di Pesantren Darul Lughah Kecamatan Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo,),
(Skripsi IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
dilakukan memfokuskan kajian terhadap penggunaan media sosial
facebook para santri di pondok pesantren.
Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Nur Masbahah yang berjudul
Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi Kasus di Kalangan Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya)8. Dalam
skripsi ini faktor yang mempengaruhi keputusan mahasiswa dalam
memilih handphone antara lain adalah sebagai kebutuhan hidup, sebagai
tali silaturahmi, sebagai sarana komunikasi, mepermudah komunikasi di
manapun dan kapanpun, handphone dapat meningkatkan image user,
sebagai penunjang kehidupan sehri-hari dan mengikuti trend yang ada.
Dalam penelitian terdahulu ini terdapat persamaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu menggunakan media sosial yang ada di
handphone untuk menyambung tali silaturahmi dan sebagai sarana
komunikasi. Dan perbedaan dari penelitian terdahulu ini dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu subjek penelitian terdahulu merupakan kalangan
mahasiswa, sedangkan objek penelitian yang akan dilakukan ialah kalangan
santri.
F. Definisi Konsep
Setiap penelitian dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang
digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti
dalam mendesain instrumen penelitian. Sehingga peneliti memberi batasan
definisi yang digunaan dalam penelitian ini.
8 Nur Masbahah, Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi Kasus di Kalangan Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya), (Skripsi Universitas Airlangga
Surabaya, 2014)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
1. Media Sosial Facebook
Media sosial menurut beberapa ahli, antara lain: Kaplan dan
Haelein dalam Abbas, mendefinisikan bahwa media sosial adalah sebuah
kelompok aplikasi menggunakan basis internet dan teknologi web.2.0
yang memungkinkan pertukaran dan penciptaan user-generated
countent.9 Sedangkan, media sosial menurut Utari adalah sebuah media
online dimana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi.
Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi
informasi, menciptakan content atau isi yang diterimanya dan seterusnya.
Semua dapat dilakukan dengan cepat dan tak terbatas.10
Berdasarkan beberapa definisi media sosial maka dapat
disimpulkan bahwa media sosial adalah media online berbasis internet
untuk memudahhkan penggunanya dalam berpartisipasi dengan cepat
melalui bentuk-bentuk media sosial, seperti blog, wiki, jejaring sosial,
forum dan dunia virtual.
Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial berkantor pusat di
Menlo Park, California, Amerika Serikat yang diluncurkan pada bulan
Februari 2004. Hingga September 2012, Facebook memiliki lebih
dari satu milliar pengguna aktif, lebih dari separuhnya
menggunakan telepon genggam. Pengguna harus mendaftar sebelum
dapat menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat membuat profil
pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan,
9 Kaplan Andreas, Haenlein Michael 2010. “Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of social media”. Business Horions 53 (1).p.61. 10
Prahastiwi Utari, 2011. Media Sosial New Media dan Gender dalam Pusaran Teori
Komunikasi. Bab Buku Komunikasi 2.0: Teoritisasidan Implikasi. Yogyakarta: Aspikom
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya.
Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan
ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau
perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan mengelompokkan teman-
teman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan Kerja" atau "Teman
Dekat".
2. Santri
Santri terbagi menjadi 2 macam, yang pertama santri mukim yaitu
murid-murid yang berasal dari luar daerah tersebut atau dari daerah
tersebut dan menetap dalam asrama yang disediakan oleh pesantren
untuk belajar dalam pondok pesantren tersebut. Ada beberapa alasan
mengapa santri memilih menetap di pesantren, pertama yaitu ingin
membahas kitab-kitab yang lain dibawah bimbingan kyai yang
memimpin pesantren tersebut; yang kedua ingin memperoleh
pengalaman kehidupan di dalam pesantren, baik itu system pengajaran,
sistem pengorganisasian, sampai hubungan dengan pesantren lain; yang
ketiga yaitu ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukan
oleh kegiatan sehari-hari di rumah keluarganya. Dan santri yang pulang
pergi dan tidak menetap di pondok pesantren atau biasa disebut santri
kalong yaitu santri yang dalam kesehariannya tidak menetap dalam
pesantren untuk mengikuti pelajaran di pesantren melainkan pulang pergi
dari rumahnya sendiri; biasanya santri yang seperti ini mempunyai rumah
yang dekat dengan lokasi pesantren.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
3. Pondok Pesantren
Ridwan Nasir berpendapat bahwa pesantren sebagai lembaga
pendidikan keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran
agama islam yang umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut
diberikan secara non-formal, yaitu dengan sistem bandongan dan
sorogan. Dimana Kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab
yang tertulis dalam bahasa arab oleh ulama’-ulama’ besar sejak abad
pertengahan (dalam dunia pesantren dikenal dengan kitab kuning),
sedang para sanri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam
pesantren tersebut.11
11
Ridwan Nasir, Mencari, Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005), hlm. 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Pondok
Pesantren
As-
Shomadiya
G. Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Pengurus Siswa
Aliyah
Penggunaa
n Media
Sosial
Manfaat Alasan Tujuan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Pondok pesantren memiliki Kebijakan melarang penggunaan alat
komunikasi elektronik di lingkungan pesantren bertujuan untuk
mengawasi dan membatasi santri berkomunikasi dengan dunia luar
(apabila santri hendak berkomunikasi dengan keluarga maka harus
melalui izin pengasuh pondok pesantren). Maka tidak heran jika tempat
tinggal antara satri dan santriwati berada di tempat yang berbeda, dan
lembaga pendidikannya pun di tempatkan secara terpisah.
Akan tetapi pengasuh pondok As-Shomadiyah memperbolehkan
santri dengan pendidikan jenjang menengah ke atas untuk mengakses
teknologi, karena teknologi dapat membentuk perasaan, pikiran dan
tindakan manusia. Manusia (yang dalam hal ini santri) memiliki
hubungan simbolik dengan teknologi. Tak terkecuali penggunaan media
sosial facebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-shomadiyah
sudah mulai mengalami perubahan hampir menyentuh seluruh seluruh
aspek kehidupan para santri, mulai dari aspek psikologi santri sampai
aspek kehidupan sosialnya dengan para santri yang lain, serta peraturan
yang sudah mulai kendor yang seakan-akan sudah lepas control, artinya
peraturan bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan harus dipatuhi.
H. Metode Penelitian
Guna memperoleh informasi yang sesuai dengan yang dirumuskan dalam
permasalahan dan tujuan penelitian, perlu suatu disain atau rencana
menyeluruh tentang urutan kerja penelitian, yakni :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan
budaya adalah melihat kebiasaan-kebiasaan santri Pondok Pesantren As-
Shomadiyah saat menggunakan media sosial Facebook. Peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif.
Peneltian deskripstif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
apa yang terjadi, sedangkan yang terjadi adalah kecendrungan yang
sedang berkembang berkenaan dengan masalah kini, meskipun tidak
jarang mempertimbangkan peristiwa masa lampau dengan pengaruh
masa kini.12
Guna memudahkan penelitian penggunaan media sosial facebook
di kalangan santri terhadap penggunaan media sosial facebook di
kalangan santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah, penulis menggunakan
teknik observasi dan wawancara dalam penggambilan sample. Dan
mengambil sebanyak 16 santri putra sebagai sample, Teknik analisa data
yang di gunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif,
menitik beratkan pengamatannya kepada suatu fenomena yang sedang
bergerak dinamis. Jenis penelitian ini menggunakan metode induktif,
yaitu menghimpun data dari lapangan kemudian mengkoneksikan data
itu dengan berbagai teori, maupun kaidah yang sudah ada.
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005), hlm. 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subyek penelitian adalah sumber tempat peneliti memperoleh
keterangan tentang permasalahan yang diteliti, singkatnya subyek
penelitian adalah seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin
diperoleh keterangan dari Subjek. Pada penelitian ini adalah 16 santri
putra di Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
1) Muhammad Yassir, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas
2 Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
2) Ainun Na’im, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
3) Ahmad Asrori, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
4) Abdul Basith, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
5) Moh. Salman Al-farisi, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
6) Lukmanul Hakim, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
7) Imam Hambali, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
8) Holik, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
9) Rasyidi, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
10) Roisul Ibad, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
11) Moh. Rofi’I, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
12) Zainal Arifin, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
13) Margianto, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
14) Anwari, Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
15) Sirojuddin, Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
16) Miftahul Birri, Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren
As-Shomadiyah.
b. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah penggunaan media sosial
facebook pada studi kasus santri di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah. Dalam penelitian ini, penggunaan media sosial facebook
yang dilakukan para santri merupakan salah satu hal yang
menyimpang karena pondok pesantren pada umumnya teramat ketat
membatasi pergaulan dengan luar lingkungan pondok pesantren. Dan
studi kasus merupakan bagian dari keingintahuan peneliti tentang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
alasan manfaat dan tujuan penggunaan media sosial dikalangan santri
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di kota Bangkalan kecamatan Burneh,
tepatnya di Pondok Pesantren As-Shomadiyah. Peneliti memilih santri
di Pondok Pesantren As-Shomadiyah karena merupakan sumber
informasi untuk mengetahui alasan, manfaat dan tujuan penggunaan
media sosial facebook yang dilakukan di ondok Pesantren As-
Shomadiyah.
3. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini mengumpulkan data dari beberapa jenis sumber data,
antara lain:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab fokus dalam penelitian.13
Dari sumber data
dalam penelitian ini adalah pengurus dan santri Pondok Pesantren As-
Shomadiyah. Data ini diperoleh melalui observasi dan wawancara
mendalam dengan pihak informan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung data utama atau data
primer untuk menjawab fokus penelitian. Data sekunder pada
13
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2006) hlm. 254
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
penelitian ini meliputi dokumentasi berupa foto dan wawancara
dengan informan yang berhubungan dengan penelitian, baik dalam
bentuk tertulis, cetak, maupun rekaman.
4. Tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian. Peneliti menentukan tema dan
judul penelitian, mencari konsep dan fenomena yang akan diteliti.
Tahap ini nantinya akan mempermudah dalam penulisan fokus
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Dalam penelitian ini
peneliti memilih judul “Penggunaan Media Sosial Facebook
Dikalangan Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah)”.
2) Menyiapkan proposal penelitian. Untuk melakukan penelitian,
disiapkan rancangan penelitian yang tertulis dalam proposal
penelitian.
3) Menentukan informasi, mengurus perijinan untuk persiapan
wawancara. Peneliti memilih informan yang tepat dengan
purposive sumpling sehingga mengoptimalkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Kemudian menyiapkan kebutuhan
untuk wawancara dan pengumpulan data.
b. Tahap Lapangan
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Sebelum
melakukan penelitian dan persiapan diri. Sebelum melakukan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
penelitian langsung ke lapangan, peneliti memahami kondisi
tempat, suasana, dan informasi yang diteliti. Dalam hal ini
peneliti harus dapat mengetahui dimana dan kapan menemui
informan. Melakukan pendekatam kepada informan sehingga
memudahkan dalam pengamatan dan wawancara mendalam.
Dengan memahami latara penelitian, peneliti akan lebih siap
memaksimalkan perolehan data.
2) Terjun ke lapangan. Peneliti mulai memasuki lokasi penelitian,
menemui informan dan berkenalan, kemudian wawancara
informan yang sudah ditentukan secara mendalam. Proses
tersebut dilakukan sambil merekam proses wawancara (audio dan
mencatat) yang diperoleh.
c. Penulisan Laporan
Langkah akir dalam penellitian ini adalah membuat laporan
penelitian. Laporan penelitian berisi suatu proses dan hasil dari
suaty penelitian yang merupakan deskripsi yang disusun secara
sistematis, objektif ilmiah dan dilaksanakan tepat pada waktunya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Bermacam-macam teknik pengumpulan data, secara umum
terdapat empat macam teknik pengumpulan data, diantaranya adalah
observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi.14
Data-
data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam,
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm.226
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
observasi dan disertai dokumentasi dari subyek penelitian atau
informan.
a. Wawancara
Menurut Deddy Mulyana, wawancara adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.15
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara secara mendalam dengan para
informan. Dengan cara seperti ini akan tergali informasi dan
pengalaman informan yang berada di Pondok Pesantren as-
Shomadiyah, sehingga harapan yang di dapat yaitu mengetahui
penggunaan media sosial facebook yang dilakukan informan
(santri) di Pondok Pesantren As-Shomadiyah. Maka dari itu
peneliti dituntut untuk menbuat informan lebih terbuka dalam
memberikan informasi, karenanya penggunaan pola purposive
sampling menjadi pola peneliti dalam menentukan informan.
b. Observasi
Observasi merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk
mengetahui sesuatu secara langsung dan mendalam. Observasi
dilakukan untuk mendalami suatu hal terhadap tindakan dalam
bentuk verbal maupun non verbal dari para santri maupun Pondok
Pesantren As-Shomadiyah. Data yang diobservasi berupa data-
data yang ada di lapangan yang dapat memenuhi informasi untuk
15
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm.180
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
penelitian ini. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
yang lengkap tentang penggunaan media sosial facebook
dikalangan santri (studi kasus di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah).
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
seseorang. Disini peneliti menggunakan teknik ini, karena
memberikan manfaat dalam mengumpulkan informasi tentang
cara penggunaan media sosial facebook yang dilakukan oleh
santri di Pondok Pesantren As-Shomadiyah. Dalam konteks ini
peneliti akan melakukan interpretasi dokumen yang berupa
tulisan, gambar maupun karya.
6. Teknik Analisis Data
Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses mengorganisasikan
dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian
dasar sehingga dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa
menggunaka Teknik Analisis Interkatif Miles dan Huberman. Teknik
ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan.16
Melalui teknik ini
diharapkan tersaji data yang kebenarannya dapat terjaga, meski
16
Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2007),
hlm.104-106
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
demikian data yang sudah terkumpul juga dipertimbangkan antara
pemahaman antar informan karena tidak jarang terjadi perbedaan
pemahaman terhadap data.
a. Reduksi Data
Tahap pertama melibatkan langkah editing, pengelompokan, dan
meringkas data. Tahap kedua, menyusun catatan-catatan
mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas
serta proses-proses penelitian sehingga peneliti dapat menemukan
tema, kelompok, dan pola data. Tahap terakhir, peneliti menyusun
rancangan konsep serta penjelasan-penjelasan mengenai tema,
cara penggunaan media sosial facebook yang dilakukan para
santri dan pada studi kasus di Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
b. Penyajian Data
Melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni
menyatukan data satu dengan data yang lain sehingga seluruh
data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan.
Data yang tersaji berupa data yang kemudian saling dikaitkan
sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.
c. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan
penyajian data merupakan kesimpulan sementara. Dalam hal ini
peneliti masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau
mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
untuk sampai pada kesimpulan final berupa penggunaan media
sosial facebook yang dilakukan oleh santri.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Guna memenuhi harapan penelitian, peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian
dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain peneliti
dapat me-rechek atau penelitiannya dengan jalan membandingkannya
dengan berbagai sumber, metode, atau teori.17
Peneliti melakukan
klarifikasi agar data yang didapat keabsahannya tetap terjaga. Untuk
itu peneliti menggunakan teknik triangulasi kepada informan yang
telah memberikan informasi untuk menambah data yang benar-benar
valid.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penelitian ini akan menguraikan hasil
penelitian dan disampaikan diaman masing-masing bab akan diuraikan
hasil penelitian yang telah dilakukan. Maka laporan penelitian ini
tersistematikan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan. Berisikan tentang latar pelakang mengapa
penelitian ini dilakukan, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
17
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 332
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
penelitian secara akadeis maupun praktis, kajian hasil penelitian terdahulu,
kerangka konseptual.
Bab II, Kajian teoritis. Dibagi menjdi dua sub-bab yakni kajian
pustaka dn kajian teori. Kajian teori adalah kajian dimana yang menjadi
landasan penelitian ini dilakukan.
Bab III, Penyajian data. Dibagi menjadi dua sub-bab yaitu profil
data dan deskripsi data penelitian. Profil data yang digunakan untuk
memotret kondisi subjek penelitian dan deskripsi data yang merupakan
jawaban dari fokus penelitian yang peneliti ajukan.
Bab IV, Intrepetasi hasil Penelitian. Dibagi menjadi dua sub-bab
yaitu analisis data dan konfirmasi temuan dengan teori. Menguraikan hasil
pembahasan terhadap data yang telah terdeskripsikan pada bab
sebelumnya. Dengan demikian akan tergambar secara teoretik bagaimana
temuan tersebut jika didiskusikan secara teortik.
Bab V, Penutup. Ada dua sub-bab yakni simpulan dan saran. Pada
bab terakhir ini peneliti akan menguraikan secara jelas dan singkat
mengenai simpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
dan saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
a. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren atau yang disebut Pondhuk dalam Bahasa
Madura, merupakan lembaga pendidikan Islam yang dipimpin oleh
seorang ulama atau Kiai, yang mempunyai peranan penting dalam sejarah
Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa dan Madura. Pondok
pesantren, mempunyai banyak nama yang berbeda dalam satu daerah
dengan daerah yang lain, jika di aceh disebut rangkang atau meunasah,
sedangkan di Sumatra Barat disebut surau.18
Istilah pondok pesantren dalam pemahaman sehari-hari kadang-
kadang hanya disebut pondok (Phonduk dalam Bahasa madura) atau
pesantren saja, dan kebanyakan juga disebut secara bersamaan, yaitu
pondok pesantren. Sedangkan di Indonesia lebih populer dengan sebutan
pondok pesantren.19
Kata pondok berasal sendiri berasal dari bahasa Arab “funduq”
yang berarti “hotel atau asrama”. Sedangkan kata pesantren diambil dari
kata santri dengan memberikan awalan “pe” dan ditambah dengan akhiran
“an” yang berarti “tempat tinggal atau tempat bermukim para santri”.20
18
Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri Dalam Tantangan dan Hambatan Pendidikan
Pesantren di Masa Depan, (Yogyakarta : Teras, 2009), hlm.16. 19
Ibid., hlm.18. 20
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Lebih definitif Ridwan Nasir berpendapat bahwa pesantren sebagai
lembaga pendidikan keagamaan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran agama islam yang umumnya pendidikan dan pengajaran
tersebut diberikan secara non-formal, yaitu dengan sistem bandongan dan
sorogan. Dimana Kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang
tertulis dalam bahasa arab oleh ulama’-ulama’ besar sejak abad
pertengahan (dalam dunia pesantren dikenal dengan kitab kuning), sedang
para sanri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren
tersebut.21
Banyak istilah tentang pondok pesantren seperti yang dikemukakan
oleh beberapa tokoh dan para ahli. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Abrurrahman Wahid
Pondok pesantren adalah komplek dengan lokasi yang umumnya
terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam komplek itu terdiri beberapa
buah bangunan: rumah pengasuh, sebuah surau atau masjid, dan
asrama tempat tinggal santri.22
2. Zamakhsyari Dhofier
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan
Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar di
bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan
sebutan “kyai”. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam
lingkungan komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal yang
21
Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah
Arus Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005), hlm. 22. 22
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS,
2001), hlm.3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar
dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini
biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar
masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. M.Arifin sebagaimana dikutip oleh Qomar:
Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang
tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama
(komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui
sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah
kedaulatan leadership seorang atau beberapa orang Kiai dengan ciri-
ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.
Dengan beberapa pengertian tentang pondok pesantren yang
dijelaskan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang terdiri dari beberapa
tempat untuk bermukim atau komplek yang di dalamnya terdapat
seorang pengasuh atau Kiai (pendidik), yang mengajar imu agama dan
mendidik para santri yang mondok (anak didik) dengan pelajaran kitab
kuning dan didukung juga dengan sarana-sarana seperti masjid yang
digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta
didukung dengan adanya asrama atau bilik, atau disebut juga pondok
sebagai tempat tinggal para santri.
Sebagai suatu lembaga pendidikan yang sangat kental dengan
nuansa Islam, pesantren dari sudut pandang sejarah dapat dikatakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
sebagai “training center” yang otomatis menjadi “cultural central”
pendidikan Islam yang disahkan atau dijadikan lembagasatu-satrunya
untuk belajar islam oleh masyarakat khususnya di Madura, dengan
demikian setidaknya oleh oleh pemerintah, dengan keberadaan
lembaga tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja.
Pondok pesantren memiliki banyak model system atau praktek
pengajaran yang bersifat klasikal, yaitu model sistem pendidikan
dengan metode pengajaran yang klasik yaitu metode yang didalamnya
terdapat seorang guru atau kyai yang membaca kitab dalam waktu
tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri
mendengarkan dan menyimak bacaan kyai. Di pengajaran yang lain,
yaitu terkenal dengan sebutan sorogan, yaitu santri yang bias membaca
kitab kuning, membacakan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai
untuk dibaca dihadapannya, kesalahan dalam membaca itu langsung
dibenarkan dan dibimbing oleh guru atau kyai.
Selain itu disebutkan bahwa pondok pesantren adalah suatu
bentuk lingkungan “masyarakat” yang unik yang focus belajar ilmu
agama khususnya dan memiliki tata nilai kehidupan yang positif. Pada
umumnya, pesantren terpisah dari kehidupan lingkungan sekitar.
Komplek pondok pesantren minimal terdiri atas rumah kediaman
pengasuh disebut juga kyai, masjid atau mushola, dan asrama santri.
Tidak ada model atau patokan tertentu dalam pembangunan fisik
pesantren, sehingga penambahan bangunan demi bangunan dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
lingkungan pesantren hanya mengambil bentuk sesuai lahan yang
dimiliki lembaga yang ada.
b. Santri
Istilah sebutan santri pada mulanya dipakai untuk menyebut
“murid” yang mengikuti pendidikan Islam. Istilah ini merupakan
perubahan bentuk dari katashastri (seorang ahli kitab suci Hindu).
Kata Shastri diturunkan dari katashastra yang berarti kitab suci atau
karya keagamaan atau karya ilmiah.23
Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di
pesantren. Jumlah santri biasanya menjadi tolak ukur sejauh mana
pesantren telah bertumbuh kembang. Manfred Ziemek
mengklarifikasikan istilah santri ini kedalam dua kategori, yaitu santri
mukim (santri yang bertempat tinggal di pesantren) dan santri kalong
(santri yang bertempat tinggal diluar pesantren yang mengunjungi
pesantren secara teratur untuk belajar agama).
Ada beberapa alasan mengapa santri memilih menetap di
pesantren, pertama yaitu ingin membahas kitab-kitab yang lain
dibawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut; yang
kedua ingin memperoleh pengalaman kehidupan di dalam pesantren,
baik itu system pengajaran, sistem pengorganisasian, sampai hubungan
dengan pesantren lain; yang ketiga yaitu ingin memusatkan studinya di
pesantren tanpa disibukan oleh kegiatan sehari-hari di rumah
23
Bambang Pranomo, Paradigma Baru Dalam Kajian Islam Jawa (Pustaka Alvabet: 2009) hlm.
299
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
keluarganya. Dan santri yang pulang pergi dan tidak menetap di
pondok pesantren atau biasa disebut santri kalong yaitu santri yang
dalam kesehariannya tidak menetap dalam pesantren untuk mengikuti
pelajaran di pesantren melainkan pulang pergi dari rumahnya sendiri;
biasanya santri yang seperti ini mempunyai rumah yang dekat dengan
lokasi pesantren.
Pola kehidupan pesantren termenifestasikan banyak hal yang
harus diwujudkan dalam menjalani proses pendidikan. Diantaranya
dari sekian bamyak jiwa yang harus dimiliki seorang santri atau anak
didik yang ada di pesantren adalah sebagai berikut:
1) Jiwa Keikhlasan
Jiwa ini tergambarkan dalam ungkapan “sepi ing pamrih”,yaitu
perasaan semata-mata untuk beribadah yang sama sekali tidak
termotivasi oleh keinginan keuntungan-keuntungan tertentu. Jiwa
ini terdapat dalam diri Kiai dan jajaran ustadz yang disegani oleh
santri dan jiwa santri yang menaati-suasana yang didorong oleh
jiwa yang penuh cinta dan rasa hormat.
2) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
3) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri
sendiri dan masyarakat.
4) Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
5) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
6) Jiwa Kesederhanaan
Kehidupan di pesantren diliputi suasana kesederhanaan yang bersahaja
yang mengandung kekuatan unsur kekuatan hati, ketabahan, dan
pengendalian diri didalam menghadapi berbagai macam rintangan
hidup sehingga dapat membentuk mental dan karakter dan membentuk
jiwa yang besar, berani, dan pantang mundur dalam segala keadaan.
7) Jiwa Kemandirian
Seorang santri bukan berarti harus belajar mengurus keperluan
sendiri, melainkan telah menjadi menjadi semacam prinsip bahwa
sedari awal pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tidak pernah
menyandarkan kelangsungan hidup dan perkembangannya pada
bantuan dan belas kasihan orang lain, kebanyakan pesantren dirintis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
oleh Kiai dengan hanya mengandalkan dukungan dari para santri dan
masyarakat sekitar.
8) Jiwa Ukhuwah Islamiah
Suasana kehidupan di pesantren selalu diliputi semangat persaudaraan
yang sangat akrab sehingga susah senang dilalui bersama, tidak ada
pembatas antara mereka meskipun sejatinya mereka berbeda-beda
dalam berbagai hal.
9) Jiwa Kebebasan
Para santri diberi kebebasan dalam memilih jalan hidup kelak di tengah
masyarakat. Mereka bebas menentukan masa depan dengan berbekal
ilmu yang didapat dalam pendidikan selama berada di pesantren.24
c. Media Sosial
Percepatan perkembangan teknologi media merupakan salah satu
fenomena yang mendominasi peradaban manusia.Kemunculan bentuk
dan praktek media baru terkesan menjadi susul-menyusul dan kadang
membuat pengguna (konsumen media), otoritas, bahkan pelaku
industri media sendiri merasa kewalahan dan gagap untuk
mengatisipasinya.Di tengah kondisi ini, istilah new media atau media
baru menjadi mengemuka menjadi jargon yang merasuki tidak hanya
di kalangan praktisi industri media, namun juga diantara para peneliti
dan pengkaji media yang berkembang.
24
Halim Soehabar, Modernisasi Pesantren (Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang: 2013) hlm.
39-46
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia
virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial
yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media
sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”.
Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang bisa
membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar
antara lain Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial
menggunakan internet. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik
untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara
terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu
yang cepat dan tak terbatas.
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka
media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses
facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan
saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian
cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara
maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga
mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua
orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media
tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang
besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media.
Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan social
media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat
sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri
tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna social media dengan bebas
bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar,
video, grafis, dan berbagai model content lainnya.
Dengan penggunaan atau perjumpaan dengan internet,
pesantren menghadapi tantangan serius sekurang-kurangnya pada dua
hal. Pertama, internet saat ini merepresentasikan apa yang oleh
Marshal McLuhan sebagai “kampung global” (global village), di mana
dunia dengan adanya media elektronik publikyang pada zaman dahulu
dikenal dengan radio dan tv telah menyempit begitu rupa selayaknya
sebuah kampung besar.25
25
Marshal McLuhan, The Gutenberg Galaxy: The Making of Typographic Man, cetakan I
(Toronto: University of Toronto Press, 1962), hlm. 21-31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Dengan adanya internet, jarak dan batas sudah tidak berfungsi
lagi. Setiap orang yang mengakses internet dapat dengan seketika
mengetahui apa yang sedang dan telah terjadi di belahan dunia lain
serta berkomunikasi dengan siapapun di mana saja dengan mudah.
Pada saat inilah, di saat pesantren sudah mengenal internet, maka
predikat “subkultur” yang disandangnya sebenarnya menghadapi ujian
serius, karena pada saat itu pesantren sebenarnya telah menjadi bagian
dari “kampung global” itu.
Kedua, massifnya arus informasi yang disajikan oleh internet,
apalagi ketika didorong oleh kapitalisasi media digital, berarti bahwa
informasi yang diterima oleh masyarakat atau setiap orang bisa
mengakses banyak informasi. Di satu sisi, kondisi itu menguntungkan
bagi sebagian masyarakat yang haus informasi untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan.
Namun, di sisi yang lain, terpaan informasi tersebut bisa
membuat situasi beban berlebih atas seluruh proses informasi yang
diterima. Muncullah paradoks masyarakat informasi, yaitu situasi di
mana informasi yang justru membuat mereka kesulitan mencerna
informasi yang diterima sekaligus membangun tata sosial dan budaya
yang lebih baik.26
Pada titik ini, ketika sudah mengenal internet,
pesantren mau tidak mau berhadapan dengan situasi ini, sehingga
predikatnya sebagai “makelar dan filter budaya” selama ini benar-
26
AG. Eka Wenats Wuryanta, “Digitalisasi Masyarakat: Menilik Kekuatan dan Kelemahan
Dinamika Era Informasi Digital dan Masyarakat Informasi”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1,
Nomor 2, Desember 2004, halaman 139.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
benar mendapatkan ujian yang serius bagi kita dan bagi pondok
pesantren khususnya.
Kehadiran teknologi tak pelak memberikan pengaruh sangat
besar dalam kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam dunia
pesantren. Pada umumnya manusia menggunakan teknologi dan
dikelilingi teknologi hampir dalam setiap gerak kehidupannya. Pada
pagi hari di pondok pesantren, para santri mendengar suara adzan dari
pengeras suara, menghbungi keluarga di rumah menggunakan
handphone, mengirim pesan ke keluarga di rumah juga menggunakan
handphone, dan ditambah lagi dengan kecanggihan teknologi yang
semakin berkembang, banyak media sosial yang ditawarkan oleh
penyedia layanan, seperti whatshaap, line, facebook, twiter, mesin
pencari, seperti google, yahoo, dan lain sebagaimanya. Semua itu bisa
diakses oleh siapapun dengan syarat mempunyai alatnya, termasuk
santri yang dapat mengaksesnya dengan bebas.
d. Facebook
Pengertian facebook menurut wikipedia berbahasa indonesia
adalah sebuah situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada
4 Februari 2004. Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang
mahasiswa Harvard kelahiran 14 Mei 1984 dan mantan murid Ardsley
High School. Atau dapat juga diartikan facebook adalah sebuah web
jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg dan diluncurkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
pada 4 Februari 2004 yang memungkinkan para pengguna dapat
menambahkan profil dengan foto, kontak, ataupun informasi personil
lainnya dan dapat bergabung dalam komunitas untuk melakukan
koneksi dan berinteraksi dengan pengguna lainnya. Hingga Juli 2007,
situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara
situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta
anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September
2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke
posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor
satu untuk foto di Amerika Serika, mengungguli situs publik lain
seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.
Bagi para remaja, facebook juga difungsikan sebagai ajang
narsis biar eksis. Diantaranya dengan mengupload koleksi foto
pribadinya yang biasanya tak jarang merupakan hasil editan. Bagi yang
tak suka narsis dan eksis biasanya lebih suka menggunakan avatar atau
gambar binatang lucu untuk foto profilnya. Sekedar info, untuk
mengedit foto secara online ataupun membuat avatar silahkan anda
kunjungi halaman berikut daftar situs edit foto online.
Facebook adalah website jaringan sosial dimana para pengguna
dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan
daerah untuk melakukan koneksi dan berkomunikasi dengan orang
lain. Orang juga dapat menambahkan teman-teman mereka, mengirim
pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat
tentang dirinya. Menurut Van Belleghem facebook mempunyai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
pengguna aktif terbanyak dari media sosial yang lain, dimana 51% dari
pengguna media sosial dunia memiliki akun facebook. Jumlah
penggunan facebook menurut data resmi mereka adalah lebih dari 800
juta diseluruh dunia.27
Situs jejaring sosial facebook telah membuat komunikasi yang
terjadi antara seseorang atau sekelompok orang menjadi sangat yang
sangat luas. Komunikasi tersebut terjadi antara orang dari satu group
yang sama atau dengan group atau kelompok yang berbeda.
Komunikasi itu bisa terjadi antara seorang istri dengan suaminya,
seorang ibu atau bapak dengan anaknya, seorang saudara dengan
saudaranya, orang Jawa dengan orang Makassar, orang Papua dengan
orang Batak, orang Aceh dengan orang Bima, dll bahkan antara
seseorang dengan orang lain yang tidak dikenal sama sekali yang
berasal dari negara lain seperti Amerika, Belanda, Jerman dan
sebagainya. Melalui situs jejaring sosial pertemanan facebook kita bisa
saling berbagi, saling member dan saling mengisi, bahkan dengan situs
tersebut beragam, sehingga komunikasi melalui facebook ini menjadi
sarat dengan makna yang tidak dipahami.28
Oleh karena itu dibutuhkan perbaikan cara komunikasi antar
budaya dalam berkomunikasi melalui facebook. Hubungan melalui
facebook juga tidak tertutup kemungkinan terjadinya apa yang disebut
dengan kecemasan dan ketidakpastian. Ketika seseorang mencari
27
Nurdin Nurdiana, “Statistik Pengguna Facebook di Indonesia”, dalam
http://kodecahaya.blogspot.com/2010/12/statistik-pengguna-facebook-di.html# ixzz2E5kxNSfA
diakses tanggal 25 juni 2018. 28
http://www.facebook.com/press/info.php?statistic. Diakses tanggal 25 Juni 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
pertemanan dengan orang dari luar kelompoknya, maka hal yang pasti
terjadi adalah terjadinya kecemasan dan ketidakpastian terhadap
informasi tentang orang dari kelompok lain tersebut. Hal ini juga
dipengaruhi oleh stereotip, prasangka dan sikap etnosentrisme yang
dimiliki. Ketika kita mempunyai sedikit informasi tentang orang yang
sedang berkomunikasi dengan kita, maka informasi tersebut akan
menjadi penting untuk melakukan pengurangan ketidakpastian dan
kecemasan.29
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dewasa ini sudah sangat cepat menyebar di berbagai aspek kehidupan,
Salah satu contoh dari TIk ini adalah internet yg di dalamnya ada situs
yang sangat fenomenal yaitu facebook. Situs jejaring sosial facebook
merupakan sarana komunikasi bagi seseorang atau sekelompok orang
dengan orang lain. Kedua orang atau kelompok yang berkomunikasi
tersebut tidak tertutup kemungkinan adalah berasal dari dua konteks
budaya yang berbeda yang sebelumnya tidak saling mengenal.
Facebook mampu menembus keseluruh dunia tanpa mengenal siapa
dan bagaimana orang yang akan berinteraksi dengan kita melalui situs
ini. Kita bisa menemukan teman yang sudah puluhan tahun tidak
pernah bertemu dan berkomunikasi, bahkan bisa mendapatkan teman
yang tidak diketahui asal usul dan silsilahnya.
29
Lary A. Samovar, dkk. Komunikasi Lintas Budaya, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),
hlm. 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
B. Kajian Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori komunikasi Uses and
Gratification atau Penggunaan dan Pemenuhan (kepuasan), untuk melihat
atau sebagai pisau analisis setelah mendapatkan data di lapangan. Teori ini, penulis
menganggap penting, mengingat pesatnya media informasi, termasuk media
sosial facebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-shomadiyah
sudah mulai mengalami perubahan hampir menyentuh seluruh seluruh
aspek kehidupan para santri, mulai dari aspek psikologi santri sampai
aspek kehidupan sosialnya dengan para santri yang lain, serta peraturan
yang sudah mulai kendor yang seakan-akan sudah lepas control, artinya
peraturan bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan harus dipatuhi.
Uses and Gratifications adalah sekelompok orang atau orang itu
sendiri dianggap aktif dan selektif menggunakan media sebagai cara untuk
memenuhi kebutuhannya. Studi didalam bidang ini memusatkan perhatian
pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan
(Gratifications ) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu, sebagian besar
prilaku orang tersebut akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan dan
kepentingan individu.
Uses and Gratification pada awalnya muncul ditahun
1940 samapai 1950 para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak
terlibat berbagai jenis perilaku komunikasi. Lalumengalami kemunculan
kembali dan penguatan di tahun 1970an dan 1980an. Para teoritis
pendukung Teori Uses and Gtaification berargumentasi bahwa kebutuhan
manusialah yang mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
merespon saluran media. Dengan demikian kebutuhan individu merupakan
titik awal kemunculan teori ini.30
Pada tahun 1974 teori ini dikemukakan lagi oleh Herbert Blumer
dan Elihu Katz, yang dikenalkan dalam bukunya yang berjudul The Use of
Mass Comunication:Current Prespectives on gratificaton. Teori Use and
Gratification milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa penggunaan
media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media
tersebut. Dengan kata lain penggunaan media tersebut adalah pihak yang
aktif dalam proses komunikasi. Artinya teori Use and Gratification
mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan untuk memuaskan
kebutuhannya.31
Teori kegunaan dan kepuasan memandang pengguna media
mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan media sumber
beritanya. Dalam hal ini, pengguna media berperan aktif dalam kegiatan
komunikasi untuk memenuhi kepuasannya.
Teori ini mempertimbangkan apa yang dilakukan orang pada
media, yaitu menggunakan media untuk pemuas kebutuhannya. Penganut
teori ini meyakini bahwa individu sebagai mahluk supra-rasional dan
sangat selektif. Menurut para pendirinya, Elihu Katz;Jay G. Blumler; dan
Michael Gurevitch dalam Jalaluddin Rakhmat,32
Uses and
Gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial,
30
Fisher B. Aubrey, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaludin Rakhmat, Penerjemah:
Soejono Trimo (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986) hlm.76 31
McQuail, 1987. Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga hlm. 10
32 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 24
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber
lain , yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau
keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan
dan akibat-akibat lain.
Perkembangan teori Uses and Gratification media dibedakan
dalam tiga fase dalam Aridianto, Elvinaro dan Lukiati komala.33
yaitu:
1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler (1974) memberikan
deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam
isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan
konseptual dalam meneliti orientasi audiens.
2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi
variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi
pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga
menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi
media.
3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk
menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan
motif audiens mungkin berhubungan.
Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang
Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan
psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain
yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam
33
Aridianto, Elvinaro dan Lukiati komala,. Komunikasi Massa revisi (Bandung: Simbiosa
Rekatama media, 2007) hlm. 40
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian
besar mungkin tidak sengaja.
Elihu Katz, Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch dalam
Onong Ochjana34
menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar
dari Uses and Gratification Media sebagai berikut:
1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada
tujuan.
2. Inisiative yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan
pilihan media spesifik terletak di tangan audiens
3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan
kebutuhan audiens
4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan
penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti
bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.
5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik
atau isi harus dibentuk.
Uses and Gratifications meneliti asal mula kebutuhan manusia
secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari
media masa atau sumber-sumber lain (atau keterlibatan pada kegiatan
lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan penelitian yang
34
Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
2003) Hlm.14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
menggunakan Uses and Gratifications model memusatkan perhatian
pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan
kebutuhan.
Mcquail mengatakan ada dua hal utama yang mendorong
munculnya pendekatan penggunaan ini. Pertama, ada oposisi terhadap
pandangan deterministis tentang efek media. Sikap ini merupakan
bagian dari “penemuan kembali manusia” yang terutama terjadi pada
sosiolog di amerika. Kedua, ada keinginan untuk lepas dari debat yang
berkepanjangan tentang selera media masa. Dalam persoalan ini
pendekatan Uses and Gratifications modelmenyajikan alternatif lain
dalam memandang hubungan antara isi media dengan komunikan, dan
dalam pengkategorian isi media menurut fungsi.
Teori Uses and Gratification sangat menonjolkan sisi audiens
sebagai pihak yang paling aktif menentukan pilihan media mana yang
hendak digunakan. Dalam teori Uses and Gratification ditekankan
bahwa audiens aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih
untuk memuaskan kebutuhannya. Kebanyakan riset Uses and
Gratification memfokuskan pada motif sebagai variabel independen
yang mempengaruhi penggunaan media. Masyarakat secara aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Disini muncul
istilah “Uses and Gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan.
Dalam asumsi ini muncul pengertian bahwa komunikasi massa berguna
(utility); bahwa konsumsi media di arahkan oleh motif (intentionality);
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi
(selectivity); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu.35
Dalam implementasinya, teori Uses and Gratification dalam
penelitian ini lebih melihat jika Khalayak dalam hal ini santri dianggap
memiliki kecenderungan untuk memilih media yang memenuhi
kebutuhannya dan mengabaikan media yang dianggap tidak memenuhi
kebutuhannya. Dalam memilih media, khalayak banyak dipengaruhi
oleh kebutuhannya. Dan tidak akan tertarik pada media lain semenarik
apapun apabila dianggap tidak memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan
inilah yang mendorong timbulnya motif, dan motif akan mengarahkan
perilaku individu, dalam menggunakan media dan selektivitas individu.
Yang kemudian akan dipertanyakan apakah motif-motif tersebut dapat
terpenuhi setelah pemirsa mengkonsumsi media.
Dalam hal ini terdapat sejumlah asumsi dasar uses and
gratifications yang dikemukakan Katz, Blumler dan Gurevitch yaitu: 1)
santri aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media; 2)
inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media ditentukan santri; 3) media
bersaing dengan sumber kepuasan lain; 4) audience sadar sepenuhnya
terhadap ketertarikan, motif dan penggunaan media; dan 5) penilaian isi
media ditentukan oleh audience.
35 Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra,
Surabaya Vol I. No.3 Tahun 2013
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
BAB III
PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Profil Data
1. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini ditentukan berdasarkan observasi dan
wawancara yakni atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti
berdasarkan tujuan penelitian.36
Kriteria ditentukan dari perkiraan
kapasitas pengetahuan dan pengalaman subjek penelitian terhadap hal
yang berkaitan dengan fokus penelitian untuk memberikan informasi yang
diperlukan. Subjek pada penelitian ini adalah 16 santri putra di Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
Berikut data informan penelitian yakni 16 santri putra dari Pondok
Pesantren As-Shomadiyah:
a. Muhammad Yassir, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
b. Ainun Na’im, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
c. Ahmad Asrori, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
d. Abdul Basith, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
e. Moh. Salman Al-farisi, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
36
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007) hlm. 69
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
f. Lukmanul Hakim, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
g. Imam Hambali, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
h. Holik, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren
As-Shomadiyah.
i. Rasyidi, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok Pesantren
As-Shomadiyah.
j. Roisul Ibad, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
k. Moh. Rofi’I, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
l. Zainal Arifin, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
m. Margianto, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
n. Anwari, Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
o. Sirojuddin, Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
p. Miftahul Birri, Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
Alasan peneliti memilih informan tersebut karena mereka merupakan
santri di Pondok Pesantren As-Shomadiyah dan aktif menggunakan media
sosial facebook.
2. Obyek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah penggunaan media sosial facebook
pada studi kasus santri di Pondok Pesantren As-Shomadiyah. Dalam
penelitian ini, penggunaan media sosial facebook yang dilakukan para
santri merupakan salah satu hal yang menyimpang karena pondok
pesantren pada umumnya teramat ketat membatasi pergaulan dengan luar
lingkungan pondok pesantren. Dan studi kasus merupakan bagian dari
keingintahuan peneliti tentang alasan manfaat dan tujuan penggunaan
media sosial dikalangan santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di kota Bangkalan kecamatan Burneh, tepatnya di
Pondok Pesantren As-Shomadiyah. Peneliti memilih santri di Pondok
Pesantren As-Shomadiyah karena hanya di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah para santri diperbolehkan menggunakan handphone untuk
membuka media sosial facebook.
a. Sejarah Pesantren
Tepatnya di sekitar tahun 40-an, seorang ulama berasal dari Nong
Sereng Tanah Merah yang teguh pendiriannya berketetapan hati untuk
berdakwah Islamiyah dengan menjadikan kampong Temor Lorong yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
sekarang ini sebagai pusat dakwahnya. Beliaulah yang bernama K.H.
Abd. Shomad yang merupakan perintis pertama berdirinya Pondok
Pesantren As-Shomadiyah. Karena itu nama pesantren ini memang
diambil dari nama beliau sebagai perintis pertama adanya pesantren ini.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya di tahun 1950, estafet
keulamaan beliau diteruskan oleh K.H. Syarbini yang dikenal sifat
wara'nya dalam hidup kesehariannya. Berikutnya, di tahun 1960-an,
jiwa kepengasuhan beliau diteruskan oleh putra tercinta beliau, K.H.
Makky yang dikenal sebagai orator ulung dalam setiap menyampaikan
pesan-pesan agama kepada masyarakat. Keberadaan beliau semakin
kuat setelah putra tertua beliau, Drs. K.H. Muqaffy, pulang dari
Pesantren Tebuireng, yang beliau juga dibantu oleh kedua mantu beliau,
K. Muzammil Imran (berasal dari Madiun) dan K. Mukhlis Yasin
(berasal dari Yogyakarta) di sekitar tahun 1965-an.
Dalam keseharian ketiga 'orang kuat' di belakang beliau (K.H.
Makky) mereka berbagi tugas; Drs. K.H. Muqaffy menjalankan tupoksi
(tugas pokok dan fungsi) -nya untuk urusan luar negeri sehingga tidak
heran bila Muqaffy muda, gerak langkah orasi dan organisasinya sangat
dikenal - paling tidak – di seantero Jawa Timur, lebih-lebih di dunia
perpolitikan. Karena selain beliau merupakan Ketua Dewan
Mahasiswa, perintis berdirinya PMII ( Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia) Jawa Timur, juga anggota termuda DPRD JawaTimur.
Sementara K. Muzammil Imran dan K. Mukhlis Yasin lebih
berkonsentrasi mengurusi urusan dalam negeri, yaitu dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
memajukan pendidikan As-Shomadiyah. Berkat kepercayaan dan
dorongan penuh dari K.H. Makky, sang menantu K. Muzammil Imran
bersama K. Mukhlis Yasin berhasi merintis pendidikan yang berbasis
madrasah (aturan klasikal) pertama kali setidak-tidaknya di Bangkalan
yang pada waktu masih berlabel 'haram' mengingat pada saat itu apa
saja yang berbau sisa-sisa penjajah masih dirasakan keharamannya,
seperti juga dalam pemakaian dasi.
Namun sang menatu tercinta, K. Muzammil yang juga seorang al-
hafidz dan dikenal administrator handal pada waktu itu, tidak berusia
lama akibat kecelakaan lalu lintas di tahun 1971, innalillahi wainna
ilaihi raji'un. Keluarga besar pesantren As-Shomadiyah berduka, duka
yang amat dalam atas kepergian beliau untuk selamanya, mengingat
kedalaman ilmu dan suri tauladan ketawaddu'an yang sanagt tampak
dari kepribadian beliau.
Estafet pengasuh harus tetap berjalan, karena itu K.H. Makky
menyerahkan tugas-tugas selanjutnya kepada K. Mukhlis Yasin dan
Drs. K. Masduqi Fadly dimana yang disebut terakhir adalah juga
menantu beliau, sampai kemudian sang tokoh idola sesepuh yang paling
dihormati, K.H. Makky pulang ke Rahmatullah di tahun 1978, pada saat
pembangunan masjid Baitul Karim P.P As-Shomadiyah menjelang
rampung.
Kemudian di tahun yang sama, pengasuh Pesantren As-
Shomadiyah digantikan oleh Drs. K.H. Muqaffy Makky. Selain
berdasarkan wasiat dari sang Ayahanda tercinta, juga karena beliau
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
sebagai putra (laki-laki) tertua. Bersamaan itu pula, beliau mengurangi
hiruk-pikuk aktifitas perpolitikan yang merupakan media dakwahnya,
lebih-lebih di Jakarta yang memang banyak menyita waktu beliau
selama ini. Dari sentuhan tangan beliau yang santun dalam pendirian
dengan dibantu oleh kedua saudara ipar beliau (K. Mukhlis Yasin dan
Drs. K.H. Masduqi Fadly), Pesantren As-Shomadiyah secara
keseluruhan tampil sebagai lembaga pendidikan alternative dan modern
pada saat itu. Seperti kegiatan olah raga, pramuka, bela diri, dan
ekstrakulikuler lainnya sekaligus terdaftar dalam data base Departemen
Agama Kabupaten Bangkalan. Karena itu, para santri berhak mengikuti
ujian Negara yang diselenggarakan pemerintah.
Pengasuh berikutnya, dilanjutkan oleh Drs. K.H. Abdul Barr
Makky bersama saudara ipar, yakni K.H. Mukhlis Yasin, Drs. K.H.
Masduqi Fadly, dan K.H. Jazuli Nur, Lc, mulai tahun 1984 sampai
beliau meninggal dunia pada tahun 1996.37
Kemudian setelah masa kepemimpinan Drs. K.H. Abdul Barr
Makky, estafet kepengasuhan diteruskan oleh K.H. Abdul Muhaimin
Makky bersama Drs. K. Abdullah Mu'ad Makky, juga para keponakan
mulai tahun 1996 sampai sekarang dengan cirri khas menggabungkan
antara Sistem Pendidikan Pesantren Salafiyah dengan Sistem
Pendidikan Formal dalam rangka mengiringi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
37 Arsip pondok pesantren As-Shomadiyah Tahun 2007
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
b. Profil Pondok
Nama Pondok : Asshomadiyah
Pengasuh : KH. Abd. Muhaimin Makky
No. Statistik Pondok : 510 0 1520 0045
Alamat : Jl.KH. Makky Syarbini No. 107
Burneh Bangkalan
Akte Notaris : Lelly Mantiri, S.H. No. 2 Tahun
2013
NPWP : 31.801.649.6-644.000
Tahun Berdiri : 1950
Email : asshomadiyah107@gmail.com38
c. Visi dan Misi
1) Visi
Terbentuknya manusia yang bertaqwa, berakhlaqul karimah,
berkepribadian, bertanggungjawab, terampil dan mandiri.
2) Misi
Melahirkan kader ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dan pemimpin
yang alim, kreatif, dan berakhlaqul karimah; Mampu membaca
kitab kuning (referensi agama); Dapat menduduki fungsinya
38 Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
sebagai pewaris serta penerus perjuangan Nabi Muhammad SAW
dan Ahlus sunnah wal Jama’ah; Mampu menyelesaikan problem
sosial- kemasyarakatan
3) Susunan Pengurus
Bagi Robins, menyatakan bahwa struktur organisasi mengacu
pada bagaimana tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan
dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi merupakan
suatu alat kontrol bagi organisasi yang menunjukkan tingkat
pendelegasian wewenang manajer puncak dalam pembuatan
keputusan. Beberapa peneliti menyatakan bahwa terdapat beberapa
dimensi teoritis dalam struktur organisasi yaitu dimensi sentralisasi,
formalisasi, kompleksitas dan dimansi integrasi. Adapun susunan
organisasi yang ada di Pondok Pesantren Asshomadiyah yaitu:
Ketua : Hariri Abdullah
WakilKetua : Asrori
Sekretaris : Jafar Sodik
WakilSekretaris : Muchtar
Bendahara : Muhammad
Seksi-Seksi
Keamanan : Ahmad Faisol ©
Abd. Malik
Salafuddin
Mahfudz
Zainuddin
Purwadi
Ahyar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
Pendidikan : Muchtar ©
Salafuddin
Kebersihan : M. Zahid ©
Muniri
Ramdoni
Rowi
Kemasjidan : M. Zahid
HarisWanto
Abd. Malik
Perlengkapan : Ahmad Faisol
Asrori
Muchtar
4) Lembaga Pendidikan
a. Pendidikan Agama
1. Madrasah I’dadiyah Asshomadiyah (MI’DAD)
2. Madrasa Diniyah Awaliyah Asshomadiyah (Madrasah
Ibtidaiyah)
3. Madrasah Diniyah Whustha Asshomadiyah (Madrasah
Tsanawiyah)
4. Madrasah Diniyah Ulya Asshomadiyah (Madrasah
Aliyah)
5. Tahfudzul Qur’an
6. Musyawirin
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
Pendidikan informal yang diperuntukan para santri yang sudah
lulus dari madrasah dan sekolah umum yang bermukim di
lingkungan PP. Asshomadiyah. Pendidikan ini pelaksanaannya ada
dua tingkatan : Untuk para santri yang sudah lulus madrasah dan
sekolah umum; Untuk para santri yang sudah lulus madrasah dan
sekolah umum yang diberi tugas untuk mengajar di madrasah
(Asatid/guru)
7. Pengajian kitab kuning
Pengajian kitab kuning ini diikuti oleh semua santri sesuai
dengan kapasitas/tingkatan masing-masing, dengan ketentuan :
Pengajian kitab kuning yang langsung diajarkan oleh masayikh
harus diikuti oleh semua santri, baik yang masih sekolah
maupun yang sudah lulus; Pengajian kitab kuning yang
diajarkan oleh Asatid diikuti oleh santri sesuai kapasitas dan
tingkatannya.
b. Pendidikan Umum
1) PAUD Asshomadiyah
2) TK Al-Qur’an Asshomadiyah (Terakreditasi B)
3) SD Islam Terpadu Asshomadiyah (Terakreditasi B)
4) SMP Asshomadiyah (Terakreditasi B)
5) MA Asshomadiyah (Terakreditasi B)
6) Paket A,B dan C39
39
Arsip Pondok Pesantren As-Shomadiyah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
4. Deskripsi Data Penelitian
Salah satu tahapan dalam penelitian ini, yang paling penting adalah
kegiatan pengumpulan data. Dalam bab ini, penulis menjelaskan kategori
data yang diperoleh selama berada di lapangan. Data dan fakta hasil
penelitian empiris, semaksimal mungkin penulis susun. Diolah yang
kemudian di tarik dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat
umum. Untuk itu, dalam penelitian ini, penulis berusaha memahami
berbagai hal atau kondisi disaat penulis turun ke lapangan. Terutama
selama penulis melakukan pendekatan dan penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data yang penulis lakukan adalah di Pondok
Pesantren As-Shomadiyah. Peneliti memperoleh data dari wawancara
langsung dengan beberapa santri yaitu:
1. Muhammad Yassir, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
2. Ainun Na’im, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
3. Ahmad Asrori, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
4. Abdul Basith, yang merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
5. Moh. Salman Al-farisi, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
6. Lukmanul Hakim, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
7. Imam Hambali, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
8. Holik, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren
As-Shomadiyah.
9. Rasyidi, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok Pesantren
As-Shomadiyah.
10. Roisul Ibad, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
11. Moh. Rofi’I, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 1 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
12. Zainal Arifin, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
13. Margianto, merupakan Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok
Pesantren As-Shomadiyah.
14. Anwari, Siswa Madrasah Aliyah kelas 3 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
15. Sirojuddin, Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
16. Miftahul Birri, Siswa Madrasah Aliyah kelas 2 Pondok Pesantren As-
Shomadiyah.
Beberapa dari masing-masing informan yang peneliti wawancarai
yaitu tentang alasan penggunaan media sosial facebook di kalangan santri
Pondok Pesantren As-shomadiyah, tujuan penggunaan media sosial
facebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-shomadiyah, dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
terakhir, manfaat penggunaan media sosial facebook di kalangan santri
Pondok Pesantren As-shomadiyah. Berikut ini hasil Interview
(wawancara) peneliti dengan Narasumber : Pada bulan Maret-Juli 2018,
peneliti turun lapangan dalam upaya mencari data yang sesusai dengan
rumusan masalah. Berikut bertanyaan peneliti:
1. Alasan Penggunaan Media Sosial Facebook di Kalangan Santri
Di era yang serba teknologi ini, atau yang disebut juga era
globalisasi dan modernisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami perkembangan pesat hampir disemua kalangan. Termasuk
juga pesantren, yang merasa tertantang untuk mampu bersaing dan
tidak mau ketinggalan zaman yang semakin cepat pula. Ada berbagai
proses yang melatar belakangi pesantren juga ikut andil dalam bersaing
dengan atau menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
diantaranya lingkungan pesantren yang mempengaruhinya, fasilitas
yang memadai serta kebijakan yang ada di pesantren itu sendiri.
Pondok Pesantren As-shomadiyah merupakan pondok pesantren
yang mempunyai misi salah satunya adalah dapat menangani problem
social. Disamping metode salafi yang diajarkan di pondok pesantren
ini, para jajaran pengurus juga memberikan waktu dan jenjang tertentu
bagi santri untuk menggunakan fasilitas teknologi yang disediakan
pesantren seperti computer yang bisa mengakses internet ataupun Hp
yang mereka miliki. Jauh sebelum teknologi menyebar ditengah-tengah
masyarakat, termasuk di pesantren, Pondok Pesantren As-shomadiyah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
masih sangat sederhana, pola pemikiran santri juga masih belum
berkembang, seperti santri masih belum faham tentang teknologi.
“Pondok pesantren sekarang sangat berbeda jauh dengan pondok
pesantren beberapa tahun yang lalu. Kalau pesantren dulu, itu
hanya fokus pada pelajaran agama atau bagaimana santri hanya
bisa baca kitab kuning mas… berbeda dengan pesantren sekarang,
santri atau alumninya harus mampu bersaing dengan dunia luar.
Dengan fasilitas yang sudah disediakan pesantren, baik computer
dan kebebasan menggunakan alat teknologi lainnya dalam waktu-
waktu tertentu, ini memberikan kesempatan kepada santri untuk
belajar perkembangan yang terjadi di luar dunia pesantren…”40
Pondok Pesantren As-shomadiyah termasuk lembaga yang
berkembang dengan pesat. Bangunan dan fasilitas yang disediakan oleh
pondok pesantren ini, sangat mendukung bagi para santri untuk benar-
benar mengasah kemampuan, baik ilmu agama ataupun ilmu umum
lainnya. Dengan fasilitas yang ada, para santri diharapkan mampu
bersaing dengan dunia luar baik diwaktu masih menjadi santri ataupun
kelak setelah keluar dari pesantren.
Salah satu kepedulian pesantren di Pondok Pesantren As-
shomadiyah, terhadap kemajuan zaman, yaitu memperbolehkan
santrinya untuk mengusai segala bidang keilmuan termasuk teknologi,
namun tetap dalam hal yang positif. Perubahan Pondok Pesantren As-
shomadiyah yaitu masuknya teknologi dalam pesantren. Adanya
peraturan yang memperbolehkan santri dalam pemakaian gadget,
sehingga menjadikan santri dalam beraktifitas dalam kesehariaannya
tidak hanya mengulang untuk membaca kitab tetapi ada pelajaran
40
Wawancara dengan Muhammad Yassir, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 16.15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
tambahan, untuk menggunakan komputer dan mempergunakan gadget
dengan sebaik-baiknya.
Pondok Pesantren As-shomadiyah, sejak tahun 2014 sudah
memberikan kebebasan bagi sebagian santrinya menggunakan gadget.
Namun peraturan ini tetap dalam control dan jam tertentu yang sudah
dibuat oleh pengurus pondok pesantren. Hal ini agar tidak
mengganggu pelajaran lainnya yang jauh lebih penting yang sudah
ada sejak dulu di pesantren ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya,
santri dilarang membawa alat elektronik apalagi gadget yang bisa
mengganggu proses belajar mengajar yang ada.
Alasan Pondok Pesantren As-Shomadiyah memperbolehkan
menggunakan atau mengakses internet adalah agar santri bisa
berintraksi dengan masyarakat luas khususnya, dan menjalin
silaturrahim dengan para alumni demi kemajuan pesantren kedepan
serta sebagai media pembelajaran.
„„ kalau menurut saya lebih banyak manfaatnya walaupun tidak
menutup kemungkinan sisi negatif juga ada. Tetapi kita tetap
melakukan pengontrolan, agar media internet ini menjadi hal atau
pembelajaran yang positif. Namun aturan ini ada, bukan lantas
setiap hari dan setiap saat boleh mengakses internet atau membawa
hp kemana-mana mas… Namun ada waktu-waktu tertentu yang
boleh mengaksesnya,..41
Salah satu prilaku santri di Pondok Pesantren As-shomadiyah, saat
menggunakan gadget yaitu pada saat jam istirahat dari semua program
wajib yang diikuti oleh semua santri. Saat jam istirahat itu, sebagian
41
Wawancara dengan Rasyidi, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.00
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
santri menngunakan waktunya untuk membuka internet atau hp yang
mereka miliki. Mereka memanfaatkan, selain untuk media
pembelajaran, media dakwah dan media lainnya yang bermanfaat,
mereka gunakan dengan sebaik mungkin. Selain menghubungi
keluarga juga membuka facebook untuk mengetahui perkembangan
yang terjadi diluar pesantren.
Adanya kebebasan bagi santri untuk mengakses internet, adalah
upaya pondok pesantren yang peduli terhadap perkembangan media
social yang begitu cepat. Ini agar para santrinya menggunakan dengan
sebaik-baiknya. Dengan demikian, kebebasan ini tidak diartiakan
bebas dengan segalanya. Namun ada waktu dan tempat tertentu dalam
menggunakannya. Santri yang mempunyai keinginan untuk selalu
membawa dan mengakses internet, tidak serta merta bebas dari
kontrol pengurus pondok. Santri yang ingin membuat status atau
sekedar membuka facebook bisa terpenuhi dengan baik dan lancar
selama tidak menggangu pelajaran yang lain.
Keinginan santri dengan dukungan fasilitas yang memadai, bisa
mengikuti perkembangan zaman. Media facebook adalah salah satu
media yang digunakan santri untuk berdakwah, mengatahui dan
bersilaturrahim dengan orang-orang diluar pesantren. Bagi sebagia
santri melihat bahwa semua masyarakat saat ini mempergunakan
teknologi dalam beraktivitas dan dengan adanya gadget bisa untuk
berkomunikasi secara langsung meskipun tidak bertatap muka,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
sehingga santri beranggapan bahwa gadget sangat penting dalam
kehidupan.
Setiap saat saya membuka facebook mas… selain bisa berbagi
dengan teman-teman, juga menulis status, ya sekedar
mengeluarkan uneg-uneg dalam hati. Selain itu juga melihat forum
yang dibuat alumni, biasa ingin belajar dan mengikuti apa yang
sedang terjadi diluar pondok…42
Media facebook bagi santri Pondok Pesantren As-shomadiyah
salah satunya adalah untuk intraksi dengan orang lain. Selain dengan
alumni, santri juga bisa berintraksi sesama santri baik disatu pondok
atau dengan pondok pesantren lain. Interaksi sesama santri sangatlah
penting. Dengan berinteraksi santri bisa tukar pengalaman, berbagi
pengetahuan dan sering keilmuan. Intraksi antar santri juga terbentuk
diluar media facebook, walaupun perantara yang dipakai adalah
perantara atau diskusi yang ada di dalam fecebook. Hal ini terjadi saat
sore hari di Pondok Pesantren As-shomadiyah, dimana para santri
berkumpul saling tukar cerita yang berisi tentang apa yang lagi hangat
diperbincangkan di dalam media facebook.
Perbincangan tentang facebook ini, juga menarik perhatian santri
yang lain, yang juga ingin bergabung dan ikut berdiskusi bersama
yang lagi hangat yang jadi perbincangan di dalam facebook yang
mereka dengar dari teman santri yang lain pada saat itu. Media
facebook adalah satu-satunya media yang digunakan para santri di
Pondok Pesantren As-shomadiyah, untuk mengembangkan
42
Wawancara dengan Ahmad Asrori, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
kemampuan mereka dalam menyalurkan keilmuannya atau paling
tidak menjadi media belajar berdakwah melaluli media tersebut.
Selain kesibukan dengan pelajaran yang lain, santri di Pondok
Pesantren As-shomadiyah, selalu mendiskusikan apa yang menjadi
pembahasan sebuah persoalan yang mereka temukan di dalam
facebook. Kerjasama ini selalu mereka lakukan, agar bagi mereka,
adanya media menjadi pendorong bagi para santri untuk selalu belajar
hal-hal yang terjadi diluar pondok pesantren. Walaupun diskusi ini
tidak terprogram di dalam pelajaran pondok, tapi bagi santri, diskusi
semacam ini sangat dibutuhkan dan sangat mendukung agar mereka
kelak tidak gaptek saat menghadapi dunia luar, saat keluar dari
pesantren.
Saling memberikan pinjaman hp dengan sesama santri sudah
menjadi kebiasaan, agar teman santri yang tidak memiliki Hp. Juga
bisa membaca apa yang menjadi pembahasan yang menarik di
facebook. Saling membantu satu sama lain seperti kerja sama yang
dilakukan santri dalam membawa gadget di pesantren ataupun tolong
menolong ketika teman membutuhkan bantuan
Terjadi perselisihan pengetahuan dan beda pendapat dalam
melakukan pembahasan yang ada di facebook, sudah menjadi hal yang
biasa dikalangan santri Pondok Pesantren As-shomadiyah. Diskusi
semacam ini menjadi motivasi tersendiri bagi santri. Terbentuknya
intraksi yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren As-shomadiyah,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
pada saat berkumpul dengan santri yang lainnya, tetap berjalan seperti
biasanya, karena mereka juga tidak sepenuhnya fokus dengan ganget
yang mereka pegang. Sesekali obrolan mereka juga berisikan guyonan
selain mendiskusikan isi kajian dalam facebook.
Selain aktivitas yang padat, seperti sekolah, ngaji kitab kuning, jam
belajar, hafalan, dan ikut sholat wajib dengan berjamaah, Pondok
Pesantren As-shomadiyah, mempunyai jam stirahat bagi santrinya.
Jam istirahat atau libur sekali dalam seminggu ini dimanfaatkan santri
untuk menghilangkan lelah dan kejenuhan. Aktivitas santri Pondok
Pesantren As-shomadiyah terlihat bermacam-macam kesibukan saat
jam dan waktu istirahat, mulai dari yang bersih-bersih bilik kamar
mereka masing-masing, sampai memanfaatkan membuka internet atau
facebook-an.
Hiburan santri saat jam istirahat ini, dimanfaatkan oleh sebagian
santri digunakan untuk membuka Facebook, ataupun mendengarkan
musik agar santri tidak jenuh dalam pesantren sehingga santri tidak
akan keluar pesantren tanpa keperluan yang jelas.
Ya membuka Hp. Mas… mendengarkan musik, facebookan atau
browsing tulisan-tulisan orang yang ada hubungannya dengan
pesantren… mumpung jam istirahat dan tidak ada kegiatan pondok
lainnya.. kalau ada kegiatan pondok, gak boleh megang Hp. Gini
mas…43
43
Wawancara dengan Abdul Basith, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 17.10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
Gadget atau alat elektronik lainnya, bagi santri itu sangat penting,
tidak adanya gadget dalam lingkungan pesantren akan menjadikan
santri bosan, jenuh, dan tidak memiliki hiburan serta menjadi santri
yang tertinggal oleh keadaan luar pesantren, karena santri tidak
mengetahui informasi yang ada di lingkungan masyarakat. Tetapi
gadget juga bisa menjadikan dampak negatif pada perilaku santri yang
tidak selektif dalam mempergunakannya, karena santri yang kurang
faham akan dampak negatif gadget bagi dirinya akan menjadikan
santri pada perilaku yang menyimpang seperti melihat situs yang
kurang mendidik, dan tidak bisa mengontrolnya. Hal inilah yang
menjadikan pengurus terus aktif melakukan pengontrolan terhadap
santri yang memegang Hp.
Pondok Pesantren As-shomadiyah memiliki suatu peraturan dalam
rangka menjaga dan membentuk karakter dan watak para santrinya
agar senantiasa berada di lingkungan yang positif sekaligus terhindar
dari pengaruh-pengaruh yang negatif. Jenis peraturan yang diterapkan
di Pondok Pesantren As-shomadiyah yaitu dilarang berhubungan atau
berkomunikasi dengan santri putri maupun sebaliknya dalam bentuk
apapun. Dilarang keluar tanpa izin pada pengasuh atau pengurus
pondok, dilarang keluar pada waktu kegiatan pengajian, dilarang
mencuri atau menggunakan milik orang lain yang tanpa izin seperti
mengghosob sandal, pakaian dan lain-lain.
Larangan ini juga berlaku untuk santri yang membawa Hp. Bagi
santri yang sudah nyantri belum ada 3 tahun di Pondok Pesantren As-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
shomadiyah, dilarang membawa alat elektronik dan Hp. Karena takut
mengganggu proses belajar mengajar. Walaupun demikian, santri
yang boleh membawa Hp, juga dibatasi pemakaiannya, seperti
dilarang menggunakan memori card dan mendownload video dalam
bentuk apapun.
2 tahun yang lalu kita bisa mengakses Hp 24jam, mas. Tapi, sejak
ajaran baru tahun kemarin penggunaan Hp dibatasi karena ada
beberapa santri baru yang malah justru sering mainan Hp daripada
belajar pelajaran pondok... 44
Santri yang menyalahgunaan gadget dan tidak mentaati peraturan
akan mendapatkan konsekuensi seperti gadget akan dirampas dan
tidak akan dikembalikan kepada pemiliknya, membayar denda serta
menjalani hukuman yang telah ditentukan oleh pesantren. Santri yang
melakukan pelanggaran terhadap aturan pemakaian atau dalam
penyalahgunaan gadget di pesantren, menjadikan aturan itu dibuat.
Pesantren sangat berhati-hati, karena selain dampak positif, dampak
negatifnya juga menjadi perhatian serius pesantren.
Bebas itu bukan berarti semuanya serba bebas mas… memang kita
diperbolehkan membawa Hp. Tapi kita juga tetap dikontrol dan
diawasi. Kalau kita melakukan pelanggaran ya, kita panggil dan
pondok akan membuat aturan baru. Karena pesantren tidak sama
dengan di luar pesantren, sebebas apapun disini tetap mempunyai
aturan yang mengikat mas… 45
Perilaku santri dalam penggunaan gadget di pesantren seharusnya
tidak dilakukan untuk perilaku menyimpang seperti digunakan untuk
44
Wawancara dengan Moh. Salman Al-farisi, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 17.15 45
Wawancara dengan Lukmanul Hakim, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.45
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
hal-hal yang negatif. tetapi perilaku santri seharusnya dengan adanya
gadget bisa mengapresiasikan pengatahuan Ilmu Agama, membuat
tulisan-tulisan atau status yang bernuansa Agama di Facebook melalui
gadget.
Pondok pesantren yang fokus belajar ilmu agama dan kitab kuning,
harus tetap mempertahankan tradisinya ditengah arus teknologi.
Walaupun demikian, bukan berarti pondok pesantren anti terhadap
modernisasi. Karena oleh sebagian orang, santri adalah orang yang
dipersiapkan mumpuni dalam semua hal termasuk santri tidak boleh
gaptek dan ketinggalan informasi yang sedang berkembang. Aktivitas
selain pelajaran inti dari pondok pesantren, harus menjadi control
tersendiri agar santri tidak terlalu asik memainkan gadget, namun
melalaikan pelajaran yang lain yang ada di pondok pesantren.
Diperbolehkan membawa gadget atau Hp, bukan menjadikan santri
harus melupakan atau lalai terhadap pelajaran pesantren, tetapi justru
dijadikan semangat pengetahuan baru untuk menambah ilmu
pengetahuan diluar pesantren.
Facebook adalah teknologi yang digunakan untuk menghasilkan
informasi. Teknologi ini digunakan untuk memproses dan
menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau non
financial. Sehingga dapat dikatakan bahwa Teknologi yang
digunakan, adalah segala cara atau alat yang yang terintegrasi yang
digunakan untuk menjaring data, mengolah dan mengirimkan atau
menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam berbagai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
format yang bermanfaat bagi pemakainya. Implementsi teknologi
dalam perusahaan diharapkan dapat menunjang kemampuan
organisasi dalam mengatasi ketidakpastian lingkungan, untuk
menghadapi lingkungan yang sangat kompleks dan terus berubah,
maka teknologi merupakan suatu keharusan dan dibutuhkan.
“saya ingin punya banyak teman, disamping facebookan itu
menyenangkan, kita kan bisa juga menghubungi teman-teman
lama. Kita juga tidak ketinggalan zaman. Bisa nulis status, bisa
komunikasi dengan orang-orang. Ya yang jelas positif lah mas…
disamping itu bisa komunikasi masalah keislaman dengan
mengikuti group yang dibuat alumni…”46
Ketertarikan seorang santri yang tergolong masih muda yang
dikutip dari wawancara penulis di lapangan, bahwa
menggunakan facebook telah menjadi bagian lazim. Mereka ingin
mengetahui beberapa informasi dan bisa komunikasi dengan jajaran
alumni, baik konsultasi masalah agama atau perkembangan yang
terjadi di luar pesantren, atau sekedar chat dengan beberapa orang
yang ia kenal ataupun tidak. Anggapan yang lain ditandai dengan
anggapan bahwa santri yang mempunyai facebook adalah remaja gaul
dan mengikuti perkembangan agar kelak tidak canggung setelah
keluar dari pesantren. Seiring dengan perkembangan teknologi,
facebook dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Apa yang
dilakukan oleh santri ini menandakan bahwa mereka lebih
sering online dan tetap tidak meninggalkan pelajaran dengan
mempelajari ulang, pelajaran yang diterangkan ustad mereka,
46 Wawancara dengan Moh. Salman, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 12.00
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
sebagaimana kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan santri, yaitu
mempelajari kembali pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru
atau ustad mereka. Oleh karena itu, facebook dengan remaja dalam hal
ini santri merupakan suatu hubungan yang tak dapat di pisahkan agar
kelak mereka tidak merasa baru dengan teknologi yang terus
berkembang
Di zaman seperti sekarang ini siapa yang tidak mengenal
facebook hampir semua orang mulai dari anak muda hingga orang
tua, miskin ataupun kaya, laki-laki maupun perempuan
pasti mengenal facebook bahkan memilikinya. mengatakan
bahwa facebook sangatlah penting dan suatu keharusan untuk
memilikinya. Termasuk beberapa santri yang penulis temui
berpendapat bahwa memiliki facebook hanya untuk menyesuaikan
perkembangan zaman. Dan apabila tidak memiliki
akun facebook akan ketinggalan mendapatkan informasi. Dari
keterangan tersebut secara tidak langsung mereka mengatakan bahwa
mempunyai akun facebook itu penting, hanya saja ada berbagai alasan
yang mereka gunakan untuk mengungkapkannya.
Walaupun ada sebagian santri, yang bercerita bahwa facebookan
tidak menggangu dalam proses belajar mengajar. Namun hampir tiap
hari mereka ingin dan hampir membuka facebook walaupun hanya
sekedar update status setelah melihat informasi tentang keagamaan
yang sering mereka ikuti. Bagi sebagian yang lain, dari perbincangan
dengan beberapa santri bahwa dia merasa, seperti bingung sendiri,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
gelisah, bahkan merasa sepi apabila mereka tidak membuka
akun facebook dan meng-update status 1 hari saja.
2. Tujuan Penggunaan Media Sosial Facebook
Penggunaan gadget dalam lingkungan pesantren, salah satu
tujuannya yaitu untuk memenuhi kebutuhan santri dalam hal
berkomunikasi. Gadget tidak hanya digunakan sebagai sarana
komunikasi telepon tetapi gadget juga terdapat aplikasi-aplikasi yang
memudahkan santri untuk memperoleh informasi dari luar seperti
gadget dilengkapi aplikasi internet, permainan, dan fitur-fitur canggih
lainnya. Masyarakat luar sekarang sudah banyak yang
mempergunakan gadget, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa.
Masyarakat menggunakan gadget dengan tujuan yaitu agar dapat
mengakses informasi dengan mudah.
Sebagaimana informasi-informasi yang begitu cepat masuk dari
luar, sangat penting bagi kita agar tidak tertinggal infomasi tersebut.
Dengan gadget juga bisa memberikan ilmu pengetahuan lebih luas dan
bisa menjangkau informasi tentang keadaan dalam negeri maupun luar
negeri dari berbagai aplikasi yang ada dalam gadget serta bisa
berkomunikasi dengan orang tua maupun teman-teman yang berada di
tempat yang jauh.
Beberapa santri yang sering menggunakan facabook menjelaskan,
sebagai sarana komunikasi. Karena di facebook terdapat fitur ”chat”
yang dapat menghubungkan seseorang untuk berinteraksi satu sama
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
lain, termasuk mengakses informasi keagamaan yang dibuat atau
ditulis oleh beberapa alumni atau tulisan yang dibuat oleh pondok
pesantren lain.
“Sebagai sarana komunikasi. Karena di facebook terdapat fitur
”chat” yang dapat menghubungkan dengan orang lain, atau teman-
teman yang sudah sama-sama lama tidak pernah ketemu mas....
selain itu, facebook saya gunakan untuk sarana belajar dan diskusi.
Baik masalah pelajaran pondok, atau beberapa informasi yang
sedang berkembang ini… melihat tulisan pesantren lain atau tulisan
yang bermanfaat untuk keagamaan dan yang lainnya”47
Bagi sebagian santri yang sering aktif dimedia sosial ini,
menjadiakan facebook sebagai ladang diskusi belajar agar setelah
keluar dari pesantren mereka tidak canggung. Hal ini dapat
terlihat ketika santri membuat atau tergabung dalam group di facebok,
walaupun pada umumnya mereka membuat group
ini berdasarkan kelas dan hobi dari masing-masing santri.
Tujuan yang lain, santri menggunakan facebook yaitu
sebagai pengganti handphone. Biasanya, santri menghubungi keluarga
mereka dengan facebook. Alasan ini ia ungkapkan dikarenakan
menggunakan facebook lebih murah dan tidak mengeluarkan biaya
banyak. Sehingga facebooklah yang dapat dijadikan jalan pintas untuk
menghubungi orang tua para santri.
Disamping menjadikan facebook sebagai sarana hiburan,
menurut salah satu santri yang tidak mau disebutkan nama dan
identitasnya, facebook menjadi salah satu sarana menghilangkan
rasa lelah. Setelah seharian penuh santri belajar biasanya Saya
belajar membuat facebook belajar ke teman-teman di sekolah kak..
kan ada teman yang tidak mondok, tapi sekolahnya disini (Pondok
47
Wawancara dengan Lukmanul Hakim, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 12.25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
Pesantren As-shomadiyah)… kalau jam istirahat, teman buka Hp,
saya belajarnya disitu.. kadang waktu sore dia main kepondok, saya
minjam sebentar belajar nulis status… ya itu, akhirnya saya kok
tertarik disamping saya ingin silaturrahim dengan para alumni
sini…48
Sebagaimana yang menjadi faktor penyebab perilaku santri dalam
penggunaan gadget di lingkungan pesantren, yang mana dari pengaruh
lingkungan luar. Seperti halnya terjadi interaksi dengan masyarakat
luar maupun interaksi dengan sesama teman di sekolah, yang menjadi
penyebab perubahan dalam kehidupan santri dalam bersikap dan
bertingkah laku sehingga terjadilah gaya imitasi atau meniru dari
lingkungan luar maupun teman di sekolah. Misal, santri berkeinginan
untuk mengikuti perkembangan zaman saat ini, yang semua memiliki
gadget.
Akan tetapi tidak hanya dari lingkungan luar saja, faktor penyebab
perilaku santri dalam penggunaan gadget di lingkungan pesantren bisa
dari dalam lingkungan pesantren itu sendiri yang pada akhirnya
menjadi penyebab perilaku santri dalam penggunaan gadget di
lingkungan pesantren. Yang mana tersedianya peraturan-peraturan
yang memperbolehkan santri-santrinya untuk membawa gadget baik
itu peraturan tertulis maupun peraturan yang secara lisan.
Kita kan ingin sama dengan orang yang ada diluar pesantren mas…
kita tidak boleh ketinggalan, disamping mengisi kejenuhan, hitung-
hitung kita belajar perkembangan ilmu pengetahuan yang
48
Wawancara dengan Imam Hambali, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 17.00
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
berkembang diluar mas… tapi kita juga harus mengikuti aturan
yang dibuan pesantren dalam menggunakan Hp.49
Perkembangan zaman yang semakin maju perilaku santri dalam
berpola pikir saat ini semakin cepat dibanding pemikiran santri zaman
dulu. Pemahaman tentang pentingnya perubahan telah dirasakan santri
saat ini. Karena dengan mengikuti perkembangan zaman santri bisa
memiliki ilmu pengetahuan yang lebih dengan keberadaan teknologi
dan mempunyai wawasan yang luas serta tidak semakin tertinggal
dalam penguasaan ilmu pengetahuan.
Faktor penyebab perilaku santri dalam penggunaan gadget terdapat
pula dari dorongan-dorongan dari orang tua yang menginginkan
anaknya untuk membawa gadget. Tujuan orang tua menginginkan
anaknya membawa gadget yaitu agar tidak kesulitan dalam
berkomunikasi seperti jika orang tua menjenguk anaknya di pesantren
dengan adanya gadget orang tua bisa langsung menghubungi anaknya
untuk tidak pergi kemana-mana. Sehingga komunikasi orang tua dan
anak bisa berjalan dengan lancar.
Saya juga sudah dapat izin orang tua mas… agar bisa lebih mudah
untuk komunikasinya. Kalau tidak disuruh orang tua ya.. saya tidak
akan membawa mas, soalnya dengan membawa hp, dikawatirkan
saya bisa malas ngerjain tugas dan belajar…50
49
Wawancara dengan Zainal Arifin, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.50 50
Wawancara dengan Sirojuddin, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 12.25
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju,
teknologi mengalami perkembangan pesat. Masyarakat di luar pondok
pesantren mulai banyak yang mengalami perubahan, seperti mulai
banyaknya toko, counter, warnet, pusat pembelanjaan (indomaret),
dan dekat dengan pasar serta berdirinya lembaga pendidikan luar
pesantren yang dekat dengan pesantren sehingga memudahkan untuk
santri untuk memenuhi kebutuhan kehidupan santri dan memudahkan
santri terpengaruh oleh keadaan di luar pesantren serta santri pun
mempunyai keinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di
luar lingkungan pesantren.
Sekarang kan semuanya serba enak mas… dekat kota dan pasar
untuk kebutuhan sehari-hari termasuk untuk membeli pulsa, dan
lain-lain.. apalagi kita kan tidak terlalu jauh dengan kota… jadi
segala informasi apapun dengan cepat masuk ke pesantren… masak
kita tidak belajar dengan kondisi yang serba modern ini…51
Dari pernyataan yang telah dikemukakan oleh informan
menyatakan bahwa faktor penyebab perilaku santri dalam penggunaan
gadget dilingkungan pesantren yaitu dari faktor lingkungan luar
pesantren yang dekat dengan pasar, counter, warnet sehingga
memudahkan santri untuk terpengaruh oleh masyarakat luar yang
mengikuti perkembangan zaman. Yang kedua dari dalam lingkungan
pesantren sendiri seperti bentuk aturan-aturan yang telah di tetapkan
oleh pesantren misal aturan diperbolehkan membawa gadget di
lingkungan pesantren. Yang ketiga, dari pergaulan dengan teman di
51
Wawancara dengan Margianto, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
sekolah yang meniru cara berpenampilan, gaya hidup, bertingkah laku
dan lain-lain yang memungkinkan untuk mengikuti perkembangan
zaman yang saat ini. Yang keempat, dari dorongan orang tua yang
menginginkan anaknya untuk membawa gadget sehingga
memudahkan komunikasi antara anak dengan orang tua. Yang kelima,
dari keinginan diri sendiri dengan melihat perkembangan zaman yang
semakin maju sehingga santri ingin menyesuaikan dengan keadaan
yang sekarang ini.
Sehubungan dengan adanya gadget dalam pesantren memberikan
pengaruh pada kehidupan perilaku santri. Yang jumlah santri di
Pondok Pesantren As-shomadiyah berjumlah tidak sedikit yang semua
rata-rata santri yang diperbolehkan banyak memiliki gadget. Dapat
dilihat bahwa perilaku santri yang menginginkan mengikuti
perkembangan zaman yang semakin maju dan untuk kebutuhan santri
dalam berkomunikasi serta mencari informasi tantang pelajaran atau
tentang keadaan masyarakat luar.
Sebagaimana faktor penyebab perilaku santri dalam penggunaan
gadget di lingkungan pesantren yaitu santri tidak terlepas dari apa
yang mereka lihat dan mereka rasakan saat ini. Dengan mengikuti
perkembangan zaman santri mempunyai keinginan untuk bisa
merasakan apa yang masyarakat luar rasakan meskipun santri
bernaung di pondok pesantren. Dan bagi santri meskipun mereka di
lingkungan pesantren, tidak akan menjadi kendala untuk mengikuti
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
perkembangan zaman, asalkan lembaga pesantren juga mengikuti
perkembangan zaman yang ada saat ini seperti pemakaian teknologi.
3. Manfaat Penggunaan Media Sosial Facebook
Penggunaan gadget dalam lingkungan pesantren, salah satuya yaitu
untuk memenuhi kebutuhan santri dalam hal berkomunikasi. Gadget
tidak hanya digunakan sebagai sarana komunikasi telepon tetapi
gadget juga terdapat aplikasi-aplikasi yang memudahkan santri untuk
memperoleh informasi dari luar seperti gadget dilengkapi aplikasi
internet, permainan, dan fitur-fitur canggih lainnya. Masyarakat luar
sekarang sudah banyak yang mempergunakan gadget, mulai dari anak
kecil sampai orang dewasa. Masyarakat menggunakan gadget dengan
tujuan yaitu agar dapat mengakses informasi dengan mudah.
manfaat memakai gadget yaitu untuk mengetuhi informasi-
informasi dari luar seperti tentang masalah pelajaran agama serta
dapat memudahkan saya juga berkomunikasi dengan orang tua, dan
teman-teman saya…52
Sebagaimana informasi-informasi dari luar sangat penting bagi kita
agar tidak tertinggal infomasi. Dengan gadget juga bisa memberikan
ilmu pengetahuan lebih luas dan bisa menjangkau informasi tentang
keadaan dalam negeri maupun luar negeri dari berbagai aplikasi yang
ada dalam gadget serta bisa berkomunikasi dengan orang tua maupun
teman-teman yang berada di tempat yang jauh.
52
Wawancara dengan Ahmad Asrori, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 13.00
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
Pondok Pesantren As-shomadiyah dalam tingkah lakunya masih
cenderung pada tradisi pesantren yang belum mengenal adanya arus
globalisasi dan modernisasi sehingga santri kurang mengerti tentang
pengetahuan luar, yang mana santrinya mempunyai keinginan untuk
memiliki ilmu pengetahuan yang lebis luas seperti mencari informasi-
informasi tentang Agama ataupun pelajaran umum yang terdapat di
website, blog dan lain sebagainya.
Manfaat saya memakai Handphone yaitu agar saya mempunyai
ilmu pengetahuan lebih luas, bisa mengetahui kabar berita melalui
jejaring social seperti facebook mas...53
Manfaat santri dalam penggunaan gadget di lingkungan pesantren
tidak hanya untuk berkomunikasi, mengetahui informasi, kabar berita,
gadget juga bisa untuk hiburan tersendiri bagi santri di lingkungan
pesantren pada saat tidak ada kegiatan maupun disela-sela belajar.
Gadget bisa untuk kesenangan sesaat jika bosan dengan apa yang
dilakukan ataupun jika lagi merasa sedih dengan adanya gadget bisa
menjadi sedikit terhibur.
Manfaat saya membawa gadget yang pertama untuk menghubungi
orang tua, kedua untuk bermain permainan mas.., karena saya
setiap jam boleh membuka Hp, saya gunakan untuk bermain
permainan dulu mas... Kadang juga untuk mendengarkan music..54
Gadget yang dilengkapi berbagai aplikasi, selain menggunakan
untuk membuka Facebook, di dalamnya sehingga memudahkan santri
53
Wawancara dengan Roisul Ibad, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 13.25
54
Wawancara dengan Anwar, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.45
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
dalam mencari aplikasi yang mereka inginkan, seperti adanya aplikasi
Al-Qur‟an yang untuk memudahkan santri dalam pembelajaran.
Kalau menurut saya, manfaat membawa gadget untuk komunikasi
mas…, kadang juga saya pakai untuk membaca Al-Qur‟an karena
saya udah mempunyai aplikasinya, jadi ya lebih praktis lah mas..
dan tidak perlu membawa Al-Qur‟an kalau kemana-mana…55
Sehubungan dengan tujuan perilaku santri dalam mempergunakan
Facebook di lingkungan pesantren, santri bisa berkomunikasi dengan
dunia luar. Santri bisa mengembangkan bakatnya dalam berdakwah
dengan cara memposting tulisan-tulisan tentang agama yang santri
fahami melalui berbagai jejaring sosial misal, facebook, blog, twitter
dan lain-lain. Dengan dakwah melalui dunia maya, cara yang paling
efektif untuk dilakukan karena dalam perkembangan zaman yang
semakin maju, semua masyarakat telah banyak memiliki sosial media
dan hampir setiap hari masyarakat membuka sosial media sehingga
dengan memposting tulisan-tulisan tentang agama, masyarakat bisa
membacanya bila sudah muncul di page sosial media mereka. Dan
secara tidak langsung santri telah menjalankan dakwahnya.
Dengan perkembangan zaman, sosial media telah banyak digemari
oleh kalangan remaja, orang dewasa, maupun santri. Adanya media
sosial santri Pondok Pesantren As-shomadiyah, bisa mengembangkan
ilmu pengetahuan agama yang dimilikinya dan bisa menambah ilmu
pengetahuan umum yang lebih luas. Santri Pondok Pesantren As-
55
Wawancara dengan Anwari, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
shomadiyah telah banyak yang memiliki media sosial seperti
Facebook, BBM, dan lain-lain. Tujuan mereka memiliki media sosial
yaitu untuk mencari teman dari dunia luar pesantren, berkomunikasi
dengan teman lama, dan mencari informasi-informasi tentang
pengetahuan agama serta dengan membuat status ataupun artikel-
artikel tentang pengetahuan agama lewat Facebook.
Manfaat saya memakai gadget untuk sharing tentang agama
biasanya saya melalui status-status di facebook, dengan begitu saya
bisa berbagi dengan masyarakat luar tentang pengetahuan agama.
Biasanya saya lebih senang kalau status saya itu dikomentari
mas… jadi disitu kita bisa saling diskusi tentang agama…56
Perkembangan zaman dan teknologi sangat berpengaruh dalam
kehidupan beragama. Dengan teknologi seperti gadget, santri bisa
saling mengingatkan satu sama lain. Bukan hanya di lingkungan
pesantren, di rumah tapi dalam dunia maya juga seperti dalam sosial
media meskipun raga jasmani tidak bertemu tetapi bisa difahami oleh
nurani. Dan disini lah santri bisa menempatkan kemanusiawiaannya
dalam kehidupan beragama.
Dari pernyataan yang telah dikemukakan oleh informan
menyatakan bahwa tujuan santri dalam penggunaan Facebook di
lingkungan pesantren yaitu yang pertama, salah satu tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan santri dalam hal berkomunikasi dan dapat
mengakses informasi dengan mudah, yang kedua memudahkan santri
untuk memperluas ilmu pengetahuan, yang ketiga sebagai sarana
56
Wawancara dengan Sirojuddin, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 16.20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
untuk hiburan tersendiri pada saat tidak ada kegiatan pesantren, yang
keempat sebagai sarana pembelajaran yang baru bagi santri, yang
kelima digunakan sebagai sarana untuk berbagi ilmu tentang agama
kepada masyarakat luar seperti melalui tulisan-tulisan atau status yang
ada di Facebook. Dengan adanya pemikiran santri tentang tujuan
mempergunakan gadget dalam pesantren, santri bisa akan terhindar
dari dampak negatifnya gadget karena santri telah memikirkannya
kenapa mereka mempergunakan gadget dalam pesantren padahal
pesantren adalah tempat untuk belajar ilmu agama.
Berbagai sisi positif dan negatif dari adanya penggunaan gadget,
Santri yang telah merasakan dari adanya dampak negatif gadget maka
santri akan menyadari untuk mengurangi dalam mempergunaakan
gadget dalam beraktivitas sehari-hari. Tidak semua santri menyadari
akan dampak negatif adanya gadget dalam kehidupannya, santri yang
mempergunakan gadget sebelumnya mempunyai keinginan untuk
mengetahui informasi di luar pesantren tetapi santri dalam
mempergunakan gadget tidak hanya untuk mengetahui informasi
melainkan juga untuk kesenangan diri sendiri.
Dampak dari Hp terjadi disebabkan oleh pengguna itu sendiri,
seperti santri Pondok Pesantren As-shomadiyah. Gadget bisa
berdampak positif bagi santri jika dipergunakan untuk hal yang positif
seperti digunakan untuk komunikasi, dan untuk kepentingan serta
tujuan santri itu sendiri yang bersifat positif. Gadget juga bisa
berdampak negatif bagi santri jika dipergunakan dengan tidak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
seharusnya dilakukan santri dan dapat merusak perilaku santri dalam
kesehari-hariannya, yang diakibatkan oleh lunturnya keimanan dalam
diri santri. Santri yang menyalahgunakan gadget yang tidak
seharusnya dilakukan dan tidak menjaga kepercayaan yang diberikan
oleh Kiai maka akan mendapatkan konsekuensi yang akan di dapatkan
oleh santri seperti mendapatkan hukuman. Konsekuensi yang di dapat
tidak hanya untuk santri yang melanggar melainkan untuk semua
santri kecuali pengurus pesantren seperti peraturan yang tidak
diperbolehkan membawa Handphone yang bermemory card.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
pondok pesantren Pondok Pesantren As-shomadiyah yang mana
santrinya telah diperbolehkan untuk membawa gadget dalam
pesantrendalam usia tertentu. Kepedulian santri terhadap lingkungan
pesantren sangat diperlukan. Peneliti mengamati keadaan pesantren
sangat berbeda sekali dengan keadaan pesantren yang dulu, yang
mana santri-santri saat ini sudah bias bersentuhan dengan bermain
gadget. Tidak hanya itu, peneliti mengamati perilaku santri dalam
mempergunakan gadget dalam lingkungan pesantren seperti santri
menggunakannya untuk berkomunikasi dengan keluarga. Dan ada
juga santri mempergunakan gadget agar memudahkan pengasuh untuk
meminta tolong kepada santrinya.
Saat ada acara pesantren, santri-santri di perbolehkan membawa
Handphone yang bermemory card karena dengan di perbolehkannya
santri-santri bisa mengabadikan moment-moment yang berbentuk foto
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
seperti acara Haflah Akhirussanah, ziarah wali, dan rekreasi sekolah.
Di perbolehkannya santri-santri membawa Handphone yang
bermemory card menjadikan kesempatan untuk santri dipergunakan
membuka Facebook, BBM dan lain-lain.
Santri yang hanya mementingkan diri sendiri seperti lebih asyik
bermain gadget dari pada melihat keadaan yang ada disekitarnya yang
memerlukan bantuannya dan santri menjadi kurang mempunyai rasa
kepedulian kepada orang lain. Tidak hanya itu, santri yang tadinya
memiliki hidup kesederhanaan, dalam perilaku dan bergaya hidup
serta memiliki hidup hemat. Tetapi santri saat ini pola hidup
kesederhanaan dalam diri santri mulai berbeda dengan santri masa
lalu, karena telah mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat
luar pesantren. Santri menjadi boros dan terus tergantung dengan
orang tua. Yang mana dari segi keuangan santri dulu dengan santri
saat ini sangat berbeda, santri saat ini dalam pengeluaran keuangannya
lebih banyak di habiskan untuk keperluan gadget seperti membeli
pulsa.
Peneliti juga melihat terdapat sisi positif dari penggunaan Facebook
bagi perilaku santri seperti penggunaan gadget dapat memberikan
santri dalam upaya untuk menambah wawasan santri dalam ilmu
pengetahuan maupun ilmu Agama sehingga santri dapat mengimbangi
antara pengetahuan dengan Agama dengan cara melihat group alumni
yang santri belum di mengerti. Serta tidak hanya itu peneliti juga
melihat bahwa dampak gadget bagi perilaku santri yaitu bisa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
menjadikan santri bisa mengembangkan potensinya dalam berdakwah,
dengan melalui Facebook, blog dan lain sebagainya.
Dampak memegang gadget dapat bersifat positif dan negatif, saya
memegang gadget sendiri merasakan dampak positif dan negatif
mas... Dampak positifnya saya bisa sharing tentang agama melalui
jejaring sosial dan bisa menambah pengetahuan saya tentang
agama. Sedangkan dampak negatifnya saya merasakan kalau saya
kecanduan dan bisa menjadikan saya kurang percaya diri bila saya
sharing agama hanya lewat sosial media…57
Salah satu tujuan santri dalam mempergunakan gadget dalam
pesantren yaitu untuk memudahkan dalam berkomunikasi dengan
orang terdekat seperti orang tua, teman, kerabat, serta berkomunikasi
dengan orang luar yang belum kita kenal. Di dalam gadget terdapat
berbagai fitur-fitur yang memudahkan santri untuk berkomunikasi dan
mencari informasi. Berbagai pendapat menurut santri tentang dampak
negatif dan positif penggunaan gadget yang telah dirasakan santri itu
sendiri.
Menurut saya dampak positif dan negatif menggunakan gadget
yaitu dampak positifnya seperti: dapat berkomunikasi dengan
teman, orang tua dan lainnya mas…, dapat browsing, bisa foto-
foto, dan saya juga pernah mas merasakan dampak negatifnya
seperti: dapat mengganggu aktifitas saya, menjadikan saya malas
untuk melakukan kegiatan, waktu kebuang hanya untuk sms-an…58
Aktifitas-aktifitas santri dalam Pondok Pesantren As-shomadiyah
dapat terganggu, jika santri tidak bisa mengatur waktu sepeti kapan
waktu kegiatan pesantren dan kapan waktu untuk mempergunakan
gadget sehingga kegiatan pesantren dan aktifitas-aktifitas lainnya
57
Wawancara dengan Anwari, Tgl. 7 Oktober 2018. Pukul 16.35 58
Wawancara dengan Moh. Rofi’I, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 17.15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
tidak kebuang hanya untuk bermain gadget. Dampak negatif gadget
dapat mempengaruhi pada perilaku santri, dalam memperdalam ilmu
keagamaan dan keimanan.
Dari hasil pengamatan dan wawancara berbagai informan telah
peneliti lakukan di Pondok Pesantren As-shomadiyah bahwa dampak
penggunaan gadget dalam perilaku santri yaitu bisa berdampak positif
dan negatif.
a. Dampak positif gadget bagi santri yaitu seperti gadget sebagai
sarana pembelajaran yang baru bagi santri untuk belajar,
memudahkan santri untuk mencari pelajaran yang belum di
mengerti dengan cara browsing, melihat di blog dan lain
sebagainya. Gadget bisa menjadikan santri untuk mengembangkan
potensi dalam berdakwah melalui aplikasi gadget seperti Facebook.
b. Dampak negatif gadget bagi santri yaitu seperti santri menjadi
malas dalam belajar, tidak bisa konsentrasi sehingga
mengakibatkan menurunnya nilai yang di dapat, serta menjadi
malas dalam mengikuti kegiatan yang ada dalam pesantren
sehingga santri menjadi mengulur waktu untuk bermain gadget
terlebih dahulu dari pada mengerjakan kegiatan. Dampak gadget
bagi perilaku santri bisa menjadikan dalam penyalahgunaan seperti
digunakan untuk hal yang negative. Santri menjadi kurang
memiliki kepedulian kepada keadaan yang ada di sekitarnya. Dari
adanya gadget, santri menjadi kurang berinteraksi dengan yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
lainnya sehingga timbulnya kesalahfahaman, menjadikan santri
tepecah, dan timbulnya pertentangan santri tentang peraturan yang
telah di tetapkan serta rasa kekeluargaan yang dimiliki santri
selama ini telah tidak ada. Gadget bisa menjadikan santri boros dan
terus tergantung dengan orang tua karena dengan adanya gadget
pengeluaran keuangan santri menjadi banyak.
dalam berkomunikasi santri dulu dengan sekarang sudah berbeda
mas... santri dulu dalam berpakaian sangat sopan sekali dari pada
sekarang, santri sekarang itu dalam berpakaian uda macem-macem
modelnya mas.. Ya begini lah mas.. uda perkembangan zaman
soalnya. Sifat-sifat santri dulu juga sudah sangat berbeda sekali
dengan sekarang. Santri sekarang itu lebih berani daripada dulu,
kalau dulu itu mbak santri-santrinya tawadhu‟, santri santri dulu
tidak ada yang membawa Hp seperti sekarang. Kalau sekarang
hampir semua punya, berbeda jauh banget lah mas…59
Struktur yang ada dalam Pondok Pesantren As-shomadiyah antara
lain yaitu pengasuh, pengurus, dan santri. Di dalam lingkungan
pondok pesantren pengasuh adalah seorang Kiai yang mendirikan
sebuah yayasan untuk anak didiknya dalam belajar agama, sehingga
pengasuh mempunyai kekuasaan untuk mengatur, memberi perintah
ke anak didiknya agar menjadi lebih baik.
Pengajaran yang telah disampaikan Kiai ketika mengajar, selalu
diterapkan oleh santri dulu dalam kehidupan kesehari-hariannya.
Interaksi santri dulu melahirkan kerjasama antar santri seperti gotong
royong, tolong menolong, mempunyai rasa kepedulian antar santri,
saling mengingatkan satu sama lain serta kelancaran komunikasi antar
59
Wawancara dengan Muhammad Yassir, Tgl. 6 Oktober 2018. Pukul 16.15
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
santri dan pungurus sehingga dalam pondok pesantren akan terlahir
rasa kekeluargaan dan kerukunan.
Santri dulu tidak ada yang saling bersaing, bertikai meskipun dalam
kehidupan pesantren terdapat perbedaan kepentingan dan tujuan
karena santri dulu dapat menerima perbedaan kepentingan dan tujuan
yang terdapat pada masing-masing santri yang lain sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perbedaan yang ada.
Interaksi santri sekarang sesudah adanya gadget di lingkungan
Pondok Pesantren As-shomadiyah sudah banyak perubahan. Interaksi
bisa dilakukan dengan cara bermacam-macam seperti berkomunikasi
dengan mempergunakan gadget, baik melalui telpon, sms, maupun
melalui jejaring sosial misal Facebook.
Santri-santri sekarang sudah mulai faham dengan adanya teknologi
dalam perkembangan zaman yang semakin maju. Kehidupan santri
dalam beraktivitas mengalami perubahan yang mana santri dulu hanya
mempunyai aktifitas dalam pengajian kitab agama tetapi santri
sekarang tidak hanya aktifitas dalam pengajian kitab agama melainkan
dengan disibukkan dengan bermain gadget dalam lingkungan
pesantren. Dalam hal berperilaku, santri sekarang lebih banyak
perubahan baik dari segi sifat, dan sikap.
Dalam kesehariannya, Facebook merupakan jejaring sosial yang
dapat dipergunakan ke arah yang lebih baik, sehingga santri sering
menggunakan web jejaring sosial facebook ini. Ada beberapa hal yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
positif, walaupun dampak negatifnya juga besar, namun demikian
hanya pribadi dari masing-masing santri yang bias mengendalikan
man yang bermanfaat dan mana yang tidak. Beberapa hal yang baik
atau berdampak positif diantaranya:
1. Sebagai sarana komunikasi. Karena di facebook terdapat fitur
”chat” yang dapat menghubungkan seseorang untuk berinteraksi
sosial.
2. Tempat diskusi belajar. Hal ini dapat terlihat ketika santri membuat
group di facebook, umumnya mereka membuat group
ini berdasarkan kelas dan hobi dari masing-masing santri.
3. Sebagai pengganti handphone. Biasanya, santri menghubungi
keluarga mereka dengan facebook, dikarenakan pengasuh pondok
pesantren melarang santrinya menggunakan handphone. Sehingga
facebooklah yang dapat dijadikan jalan pintas untuk menghubungi
orang tua para santri.
4. Menjadi salah satu sarana hiburan. Setelah seharian penuh santri
belajar biasanya, pikiran para santri jenuh, dan facebook yang
menjadi salah satu teman yang dapat mengobati kejenuhan itu.
5. Sebagai tempat curhat. Ketika santri memiliki berbagai masalah.
Facebook yang menjadi tempat curhat para santri. Ada beberapa
santri yang lebih suka curhat lewat facebook ketimbang teman
sepermainannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Temuan Hasil Penelitian
Dalam penelitian deskripsi kualitatif analisis data merupakan sebuah
tahapan yang sangat bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh
dari beberapa informan yang telah peneliti pilih selama penelitian
berlangsung. Maka dari itu, disini peneliti memaparkan hasil penelitian ketika
melakukan penelitian melalui berbagai metode, baik wawancara, observasi
lapangan, catatan lapangan maupun dokumentasi. Selain itu analis data juga
berguna untuk menjelaskan dan memastikan kebenaran dari penelitian. Dalam
hal ini peneliti melakukan penelitian mengenai “Penggunaan Media Sosial
Facebook di Kalangan Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah).”
Secara sistematika pembahasan pada bab ini akan dibagi menjadi
beberapa sub bab yang akan menjadi poin pembahasan sebagai analisis dari
temuan data yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Adapun pada bab
pembahasan ini akan peneliti jelaskan bagaimana alasan, tujuan dan manfaat
penggunaan media sosial facebook di Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
Dimana perilaku bermedia santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah
merupakan salah satu bukti perkembangan teknologi harus dimanfaatkan.
Pada bab ini akan menyajikan pembahasan dalam bingkai teori use and
gratification yang dikemukakan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz, yang
menjadi landasan berpikir dalam penelitian. Penelitian ini akan melihat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
bagaimana media sosial facebook menjadi bagian dari sebuah aktifitas santri,
dalam teori use and gratification bertujuan untuk menjelaskan tentang
informasi yang ada di dalam media terutama media massa. Santri Pondok
Pesantren As-Shomadiyah merupakan siswa yang beajar dan tinggal di
asrama yang telah disediakan oleh Pesantren.
Dari hasil observasi dan wawancara yang berkaitan dengan Penggunaan
Media Sosial Facebook di Kalangan Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren
As-Shomadiyah) menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut:
1. Alasan Penggunaan Media Sosial Facebook di Kalangan Santri
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
Pengguna media sosial saat ini mengalami perkembangan sangat
pesat. Dan tanpa disadari media sosial telah menjadi instrument penentu
kehidupan santri. Kebutuhan santri sehari-harinya semakin kompleks
pilihannya, lembaga pesantren memang perlu mendukung dan
memberikan ruang kepada santri untuk berekspresi di dalam akun media
sosial yang mereka punya.
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara panjang lebar tentang
alasan santri di Pondok Pesantren As-Shomadiyah menggunakan media
Facebook. Hasil dari wawancara dengan santri cukup beragam, mulai
dari sekedar ingin bermedia sosial, hingga untuk memenuhi kebutuhan
interaksi sosialnya via media online.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
Dari semua alasan yang dikemukakan para santri, peneliti mampu
mengkategorikannya dalam beberapa sisi, tentunya kategori yang
dilakukan berdasarkan kelompok kelas sekolah yang dimiliki santri.
Kelompok Santri
Alasan Mayoritas
Santri kelas 1 Menulis status (Ekspesi diri)
Santri kelas 2 Menjalin komunikasi dengan teman/keluarga
Santri kelas 3 Media silaturrahmi antar santri/alumni
Gambar 4.1 Tabel Analisa Alasan Penggunaan Media Sosial Facebook
2. Tujuan Penggunaan Media Sosial Facebook di Kalangan Santri
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
Tidak bisa dipungkiri lagi jika saat ini masyarakat mengalami
pergeseran dalam mengkonsumsi berita. Media-media baru mulai
bermunculan untuk membantu masyarakat memperoleh berita. Demikian
juga media sosial Facebook, pengguna media sosial Facebook tidak lagi
bertindak hanya sebagai penerima apa yang diberikan, melainkan sebagai
produsen atau penyebar berita yang relevan. Artinya, dengan media
sosial Facebook seseorang dapat dengan mudah mendapatkan informasi
maupun menyampaikan informasi kepada pengguna media sosial
Facebook yang lain. Dan media sosial Facebook juga dijadikan sebagai
sumber belajar dengan berbagai jenis atau macam media sosial yang bisa
digunakan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
Dalam bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai tujuan santri di
Pondok Pesantren As-Shomadiyah menggunakan media Facebook. Hasil
dari wawancara dengan santri cukup beragam, mulai dari sebagai tempat
bertukar pikiran berupa adu gagasan hingga mencari penyelesaian dari
sebuah permasalahan.
Dari semua tujuan yang dikemukakan para santri, peneliti mampu
mengkategorikannya dalam beberapa sisi, tentunya kategori yang
dilakukan berdasarkan kelompok kelas sekolah yang dimiliki santri.
Kelompok Santri
Alasan Mayoritas
Santri kelas 1 Refresh pikiran (Media hiburan)
Santri kelas 2 Sarana komunikasi:
a. interpersonal
b. intrapersonal
Santri kelas 3 - Media akses informasi
- Ruang diskusi
Gambar 4.2 Tabel Analisa Tujuan Penggunaan Media Sosial Facebook
3. Manfaat Penggunaan Media Sosial Facebook di Kalangan Santri
Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
Media sosial Facebook merupakan kekuatan terbesar media sosial
pada masa sekarang. Hal itu dikarenakan setiap harinya telah banyak
masyarakat yang menggunakannya sebagai media berbagi pendapat,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
pikiran dan keilmuan. Yang dimaksud keilmuan daam penelitian ini
adalah ilmu tentang agama.
Salah satu fenomena yang menjadi trend saat ini adalah dakwah
melalui Facebook. Dakwah yang satu ini dipandang cukup efektif unuk
para santri menyampaikan keilmuan yang didapatkan di dalam pesantren.
Karena pertumbuhan penggunaan media sosial Facebook yang cukup
signifikan, khususnya dikalangan remaja dirasa cukup efekif digunakan
sebagai sarana pembelajaran sekaligus dakwah kepada masyarakat.
Para santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah saat ini diajarkan
bagaimana cara dalam menyampaikan pesan dakwahnya yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat. Dan seberapa efekifkah status update
tersebut mempengaruhi mindset masyarakat, yang berimbas pada pola
perilaku masyarakat yang diharapkan tidak keluar dari koridor ajaran
islam.
B. Konfirmasi dengan Teori
Teori Uses and Gratifications (kegunaan dan kepuasan) adalah
sekelompok orang atau orang itu sendiri dianggap aktif menggunakan
media sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut teori Uses
and Gratifications adalah salah satu teori komunikasi (massa) dimana titik
berat penelitian dilakukan pada pemirsa atau khalayak sebagai penentu
pemilihan pesan dan media. Dalam penelitian ini, santri di Pondok
Pesantren As-Shomadiyah sebagai pengguna media Facebook memainkan
peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
lain, santri adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi melalui
media social Facebook. Santri di Pondok Pesantren As-shomadiyah
sebagai pengguna media sosial Facebook, berusaha untuk mencari sumber
media yang paling baik didalam usaha memenuhi kebutuhannya untuk
memuaskan hasratnya.
Berikut asumsi dasar teori uses and gratification yang dikonfirmasi
dengan realitas tema:
1. Khalayak dianggap aktif dan penggunaan media massa diasumsikan
memiliki tujuan.
Penggguna media sosial, memainkan peran aktif dalam memilih
dan menggunakan media sosial. Pengguna media sosial menjadi
bagian yang aktif dalam proses komunikasi yang terjadi serta
berorientasi pada tujuannya dalam media yang digunakannya.
Dalam teori ini, sebagian santri di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah adalah sebagai pengguna aktif media sosial Facebook.
Dan penggunaan media sosial Facebook diorientasikan pada tujuan
yang diinginkan oleh masing-masing santri pengguna aktif media
sosial Facebook.
2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif lebih banyak berkaitan
dengan pemuasan kebutuhan dan pemilihan media terletak pada
anggota khalayak.
Penggunaan media sosial, dapat dikatakan menyesuaikan terhadap
kebutuhan penggunanya. Kebutuhan pengguna media sosial yang
berkaitan dengan media yaitu meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
afektif, kepribadian secara integratif, kebutuhan sosial secara integratif
dan kebutuhan pelepasan ketegangan.
Jika diterapkan pada tema, santri di Pondok Pesantren As-
Shomadiyah harus berinisiatif dalam menghubungkan antara
kebutuhan kepuasan dan media sosial Facebook dijadikan pilihannya.
3. Tujuan penggunaan media massa dapat disimpulkan dari data yang
disediakan oleh anggota khalayak.
Media sosial baru akan diketahui tujuannya saat pengguna telah
menjalankan media sosial tersebut. Dalam teori ini, media sosial
Facebook memiliki tujuan sesuai dengan kebutuhan maupun
keinginan santri di Pondok Pesantren As-Shomadiyah sebagai
pengguna akitif media sosial Facebook. Dan hasil dari wawancara
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, tujuan penggunaan media
sosial Facebook di kalangan santri Pondok Pesantren As-Shomadiyah
cukup beragam, mulai dari sebagai tempat bertukar pikiran berupa adu
gagasan hingga mencari penyelesaian dari sebuah permasalahan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan kemudian dianalisis maka penyusun dapat
memberikan kesimpulan sekaligus sebagai jawaban dari rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Perilaku santri dalam penggunaan media Facebook, di Pondok Pesantren
As-Shomadiyah, tidak dilakukan untuk perilaku menyimpang seperti
digunakan untuk hal-hal yang negatif. Tetapi dengan Facebook, bisa
mengapresiasikan pengatahuan Ilmu Agama, membuat tulisan-tulisan atau
status yang bernuansa Agama di Facebook, serta sebagai media Dakwah
bagi Santri di Pondok Pesantren As-shomadiyah.
2. Dengan membuka atau memainkan Facebook, selain bertujuan dakwah,
santri ingin selalu mengikuti perkembangan zaman. Santri ingin
mempersiapkan diri setelah kelak keluar dari pesantren, agar tidak
ketinggalan informasi yang sedang berkembang, dan bertujuan untuk tidak
memutuskan silaturrahim dengan para alumni.
3. Penggunaan Facebook bagi santri seperti penggunaan gadget dapat
memberikan manfaat bagi santri dalam upaya untuk menambah wawasan
santri dalam ilmu pengetahuan maupun ilmu Agama, sehingga santri
mampu mengimbangi antara pengetahuan umum dengan Agama dengan
cara belajar dari group Facebook alumni dan pesantren yang lain. Serta
bermanfaat bagi santri, untuk bisa mengembangkan potensinya dalam
berdakwah, dengan melalui Facebook.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang berupa karya tulis skripsi yang berjudul
“Penggunaan Media Sosial Facebook Dikalangan Santri di Pondok Pesantren
As-Shomadiyah” ada beberapa saran yaitu:
1. Bagi semua lembaga, terutama pondok pesantren, untuk lebih
memperhatikan santri-santrinya dalam penggunaan gadget agar tidak
terpengaruh oleh dampak negatif gadget, selalu mengontrol dengan ketat
apa yang para santri tulis, terutama dalam memainkan Facebook. Karena
sudah banyak contoh kasus dari penyalah gunaan media social.
2. Untuk para santri khususnya santri Pondok Pesantren As-shomadiyah,
dalam mempergunakan teknologi seperti gadget atau internet, harus
cerdas dan selektif dalam memilah dan memilih mana yang benar-benar
bermanfaat dan yang tidak bagi dirinya dan orang lain. Sebab teknologi
bisa menjadi alat tetapi juga bisa memperalat sehingga menjadi
kecanduaan, malas dan lain-lain.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Amien Haedari, dkk. 2006. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas
Dan Tantang Komplesitas. Jakarta: IRD PRESS..
Andreas, Kaplan dan Haenlein Michael. 2010. Users of the world, unite! The
challenges and opportunities of social media. Business Horions.
Arsip Pondok Pesantren As-Shomadiyah.
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Djamaluddin, dan Abdullah Aly. 1998. Kapita Selekta Pendidikan Islam.
Bandung: Pustaka Setia.
Elvinaro, dkk. 2007. Komunikasi Massa revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama
media.
Fisher, B. Aubrey, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat,
Penerjemah: Soejono Trimo. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1986).
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mahmud. 2006. Model-Model Pembelajaran di Pesantren. Tangeran: Media
Nusantara.
Majid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Maunah, Binti. 2009. Tradisi Intelektual Santri Dalam Tantangan dan Hambatan
Pendidikan Pesantren di Masa Depan. Yogyakarta : Teras.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Morissan. 2010 Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.
Mulyana, Deddy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok
Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Pranomo, Bambang. 2009. Paradigma Baru Dalam Kajian Islam Jawa. Pustaka
Alvabet.
Prawito.2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi
Aksara.
Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta : Erlangga.
Rakhmat, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ruslan, Rosadi. 2006. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.
Jakarta: PT Rajagrafindo.
Soebahar, Abd Halim. 2013. Modernisasi Pesantren. Yogyakarta: PT. Lkis
Printing Cemerlang.
Soehabar, Halim. 2013. Modernisasi Pesantren. Yogyakarta: Lkis Printing.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaibani, Yunus Ahmad. 2011. New Media. Surakarta: Lindu Pustaka.
Uchjana, Onong. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikas. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
Utari, Prahastiwi 2011. Media Sosial New Media dan Gender dalam Pusaran
Teori Komunikasi. Bab Buku Komunikasi 2.0: Teoritisasidan Implikasi.
Yogyakarta: Aspikom
Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren.
Yogyakarta: LkiS.
Wuryanta, AG. Eka Wenats Wuryanta. 2004. Digitalisasi Masyarakat: Menilik
Kekuatan dan Kelemahan Dinamika Era Informasi Digital dan
Masyarakat Informasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1.
top related