panduan praktikum ka 2014_share
Post on 09-Oct-2015
162 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
1/39
PANDUAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
Oleh:
Tim Praktikum Kimia Analisis
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
2/39
KESELAMATAN KERJA
DI DALAM LABORATORIUM
Bekerja dalam laboratorium kimia yang menyebabkan kontak langsung
dengan bahan-bahan kimia, mengandung risiko berupa bahaya terhadap
keselamatan kerja. Pada umumnya risiko bahaya akan menjadi suatu kenyataan
kecelaakaan dalam bekerja di laboratorium sebagai akibat sikap dan tingkah laku
para pekerja atau praktikan. Misalnya: lalai atau enggan memakai alat pelindung
diri, salah mengambil reagen dalam praktikum dll. Oleh karena itu untuk
membangun dan mengelola kondisi keselamatan kerja di dalam laboratorium
dibutuhkan karyawan yang sering disebut sebagai laboran.
Karyawan yang bekerja mengelola praktikum atau laboranmemerlikan
pelatihan atau kursus untuk menambah pengetahuan tentang cara bekerja dalam
laboratorium berikut pengetahuan tentang sifat masing-masing bahan kimia.
Disamping ituseorang laboran harus tahu tentang tindakan yang harus dilakukan bila
terjadi bahaya atau kecelakaan.
Pengelolaan suatu praktikum yang terkait dengan matakuliah dilakukan
koordinasi antara karyawan/laboran, dosen dan asisten praktikum dengan seorang
dosen sebagai coordinator. Kerjasam yang baik dari setiap individu yang bekerja di
laboratorium adalah hal yang sangat penting demi keselamatan tercapainya tujuansuatu mata kuliah (praktikum).
S b b b h d l l b t i ki i
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
3/39
S b b b h d l l b t i ki i
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic Subtances), pada dasarnya semua bahan kimia
adalah beracun tetapi hal ini sangat bergantung pada jumlah zat tersebut yang
masuk ke dalam tubuh. Demikian halnya dengan obat, baru bermanfaat bagi
tubuh pada dosis tertentu dan akan menjadi berbahaya apabila diberikan pada
dosis berlebih. Contohnya: benzene, fenol,asam sianida, dioksan, gas klor, gas
SO2, gas CO, tetra klor, dll.
2. Bahan Kimia Korosif/Iritant (Corrosive Subtance), yakni bahan/zat yang dapat
menimbulkan kerusakan berupa rangsangan/iritasi dan peradangan pada kulit,
mata dan saluran pernapasan. Contohnya: hamper semua asam dan basa,
petroleum, karbondisulfida, gas klor, ozon dll.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable Subtance), adalah bahan yang mudah
terbakar dengan oksigen, tetapi bila suhu tidak cukup maka proses kebakaran
tidak terjadi. Demikian pula bila ada bahan dan panas, tetapi oksigen tidak cukup
maka kebakaran juga tidak terjadi. Masalahnya dalam laaboratorium ada banyak
oksigen dan tidak dapat ditiadakan sehingga harus diupayakan bekerja dengan
hati-hati untuk menghindarkan terjadinya kebakaran. Contohnya; hidrida logam,
eter, alcohol, benzene, aseton, gas hydrogen, asetilen dll.
4. Bahan Kimia Mudah Meledak/Eksplosif (Explosive Subtances), bahan kimia reaktif
atau tidak stabil dapat bersifat mudah meledak atau eksplosif. Pada
umumnyapeledakan terjadi karena adanya reaksi kimia yang berlangsung sangatcepat dengan menghasilkan panas dan gas dalam jumlah relative besar. Faktor-
faktor yang sering menyebabkan peledakan atau eksplosif antara lain: suhu
i b t t k k l b li t ik dll C t h
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
4/39
tubuh melalui saluran pernapasan atau lewat kulit. Sedangkan masuknya bahan
kimia melalui mulut amat jarang terjadi.
Keracunan melalui pernapasan
Bahan/zat kimia yang mempunyai uap berbahaya harus diletakkan pada
tempat yang tertutup di almari asam karena uapnya bisa terhirup orang yang ada
dalam laboratorium. Gas-gas seperti gas klor, asam klorida, sulfur dioksida,
formaldehid dan ammonia adalah gas yang mempunyai bau spesifik dan dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Demikian pula uap kloroform,
benzene, hidrokarbon terhalogenasi, dan karbon disulfide dapat tercium baunya.
Sebaliknya gas-gas karbon monoksida, metil klorida dan air raksa sangat berbahaya
karena tidak tercium baunya. Gas karbon monoksida, hidrogen sulfide dan hidrogen
sianida dapat menghilangkan kesadaran dan mematikan.
Pertolongan pertama pada keracunan gas-gas seperti di atas, yakni segera
memindahkan korban ke tempat yang mempunyai udara segar. Apabila keracunan
terjadi pada ruangan tertutup atau oleh gas beracun dengan konsentrasi tinggi,
maka penolong hendaknya memakai pelindung pernapasan yang dilengkapi dengan
oksigen. Harus dihindarkan pemberian bahan penetral atau obat melalui mulut
terlebih pada korban yang tidak sadar. Apabila keracuna dirasa berat maka segera
korban dibawa ke dokter.
Keracunan melalui kulit
B h / t ki i t t t i if t d t l tk l k ti
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
5/39
Keracunan melalui mulut (Tertelan)
Keracunan melalui mulut atau tertelan jarang sekali terjadi, kecuali
kontaminasi makanan atau minuman dan kesalahan dalam pengambilan bahan/zat
kimia. Untuk mencegah terjadinya keracunan melalui mulut maka perlu dijaga
kebersihan ruang makan/minum di laboratorium dan hati-hati dalam penanganan
bahan/zat beracun.
Pertolongan pertama yang dilakukan apabila korban muntah-munttah adalah
memberi banyak minum dengan air hangta. Hal ini dimaksudkan agar korban banyak
muntah dan mengencerkan racun dalam perut. Bila korban tidak muntah, maka perlu
diberikan minum segelas larutan air garam (dua sendok teh garam dapur dalam satu
gelas air) agar yang bersangkutan bias muntah. Jika korban masih belum bisa
muntah, maka dimasukkan jari atau kertas ke dalam tenggorokan agar bisa muntah.
Hal ini dimaksudkan untuk mengambil bahan/zat beracun secepat mungkin sebelum
terserap oleh usus. Semua usaha untuk memuntahkan korban tidak boleh dilakukan
bila yang tertelan adalah pelarut petroleum atau hidrokarbon terhalogenasi. Bila
korban pingsan tidak sadarkan diri, maka pemberian sesuatu melalui mulut tidak
diperkenankan dan pengobatan selanjutnya diberikan oleh dokter.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
6/39
PERATURAN TATA TERTIB
1. Setiap peserta praktikum harus hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan,
keterlambatan 10 menit dari waktu tersebut dapat mengakibatkan ditolaknya
peserta untuk mengikuti praktikum pada hari yang bersangkutan.
2. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat dari bahan kimia
selama mengikuti praktikum, peserta diwajibkan mengenakan alat perlindungan
diri (APD) yang sesuai. APD yang wajib digunakan adalah: masker, sarung
tangan, laboratory google, jas laboratorium lengan panjang putih
bersih, sepatu tertutup, celana panjang hingga mata kaki.
3. Setiap peserta praktikum wajibmengenakan tanda pengenal (callcard) yang
ditulis 3 digit terakhir dari NIM peserta menggunakan spidol hitam tebal,callcard
digunakan selama bekerja di laboratorium.
4. Setiap peserta praktikum bertanggung jawab pada ketertiban dan kebersihan
laboratorium. Tiap sub kelompok praktikum hanya boleh meletakkan 1
logbook dan 1 panduan kerja yang akan dilakukan pada hari itu saja di
meja kerja. Adanya terlalu banyak kertas/buku berserakan di meja kerja tidak
diperbolehkan. Asisten berhak menertibkan dan mengurangi poin kedisiplinan
praktikan jika terdapat pelanggaran terkait poin ini.
5. Selama mengikuti praktikum, peserta praktikum wajib berlaku sopan, tidak
bercanda / senda gurau, tidak merokok / makan / minum dalam laboratorium,
dan tidak melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan praktikum.
6 S ti t ktik h h tik t t k ki
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
7/39
DESAIN PRAKTIKUM DAN RESPONSI
1. Praktikum dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan durasi
waktu 6 x 50 menit kecuali minggu pertama hingga minggu ketiga 3 x 50 menit
(bergantian dengan praktikum FF) dengan kegiatan sebagai berikut:
minggu pertama dilaksanakan asistensi
minggu kedua dilakukan latihan uji kualitatif
minggu ketiga dilakukan r e s p o n s i k u a l i t a t i f (individu)
2. Pada minggu keempat dan seterusnya hingga minggu ketujuh, waktu praktikum
penuh 6 x 50 menit (dua minggu sekali; selang-seling dengan praktikum FF)
dengan acara uji kuantitatif titrimetri dan spektrofotometri masing-masing dua
kali praktikum.
3. Pada minggu kedelapan dilaksanakan responsi kuantitatif kelompokdengan
materi titrimetri dan spektrofotometri. Responsi ini dilaksanakan secara
lisan/wawancara dengan dosen jaga tiap kelompok.
4. Segala bentuk pembagian kelompok latihan maupun responsi diatur oleh asisten
dan/atau dosen, praktikan wajib mematuhi pembagian tersebut.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
8/39
Tata Cara Penilaian Format Laporan
a.Nilai Praktikum (Skor Maksimum 100) a. Laporan Sementara
1.Disiplin 10 1. Judul
2.Pre-test 10 2. Tujuan
3.Post-test/Diskusi 10 3. Dasar Teori
4.Laporan 20 4. Alat dan Bahan
5.Rangkuman 10 5. Prosedur Kerja
6.Responsi I 20 6. Daftar Pustaka
7.Responsi II 20
b. Laporan Resmi
1. Judul
2. Tujuan
3. Dasar Teoric. Skor nilai akhir 4. Alat dan Bahan
76,00 A 5. Prosedur Kerja
66,00 s.d. 75,99 B 6. Data Pengamatan
56,00 s.d. 65,99 C 7. Pembahasan
50,01 s.d. 55,99 D 8. Kesimpulan
50,00 E 9. Daftar Pustaka
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
9/39
ANALISIS KUALITATIF
Tujuan : Mahasiswa mampu menganalisis beberapa senyawa obat secara kualitatif.
Parasetamol
1. Zat ditambah 10 mL air, lalu ditambahkan 1 tetes FeCl3, terjadi warna biruviolet
2. Zat ditambah 1 mL NaOH 3N, dipanaskan, lalu setelah dingin ditambah 1 mL
asam sulfanilat dan beberapa tetes NaNO2terjadi warna merah.3. Zat ditambah 1 mL HCl, dipanaskan 3 menit, ditambahkan 10 mL air,
didinginkan. Kemudian ditambahkan 1 tetes kalium bikromat akan timbulwarna violet yang tidak berubah menjadi merah
4. Zat ditambah asam nitrat encer, amati warna yang terjadi drupple plate.
Sulfadiazin
1. Zat ditambah DAB HCl, terjadi warna kuning yang kemudian berubah menjadi
oranye.2. Zat ditambah pereaksi Parri, terjadi warna hijau ungu.
3. Zat ditambah Cu asetat dan aseton, terjadi warna violet kehitaman.
4. Sedikit zat dilarutkan ke dalam campuran air 10 mL dan NaOH 0,1N 1 mL,ditambahkan 0,5 mL CuSO4, terbentuk endapan hijau zaitun yang jika
dibiarkan berubah menjadi ungu kelabu.5. Sedikit zat dilarutkan ke dalam NaOH, ditambahkan HCl sampai netral
kemudian ditambahkan 0,5 mL CuSO4, amati endapan yang terjadi.
Isoniazid
1. Zat ditambah Cu asetat dan KCNS, terjadi warna hijau kekuningan.
2. Zat ditambah CuSO4terjadi warna biru yang lama kelamaan menjadi birumuda.
3. Zat ditambah AgNO3, terjadi endapan warna putih coklat.
4. Reaksi kristal dengan Dragendorf.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
10/39
6. Zat ditambah NaOH dan FeSO4(cair), timbul warna violet hijau.
7. Zat ditambah AgNO3terbentuk endapan abu-abu.
Asam salisilat
1. Zat ditambah 10 mL air, lalu ditambahkan 1 tetes FeCl3, terjadi warna biru
violet2. Zat ditambah preaksi Folin-Ciocalteu menghasilkan warna biru.3. Reaksi kristal dengan aseton-air.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
11/39
ASIDI ALKALIMETRI
A. Pendahuluan
Asidimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan
kadar senyawa bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Baik asidimetri
maupun alkalimetri merupakan metode analisis kuantitatif.
Untuk asidi-alkalimetri suatu asam didefinisikan sebagai suatu molekul atau
ion yang dapat memberikan proton (donor proton). Suatu basa didefinisikan sebagaisuatu molekul atau ion yang dapat mengikatproton (akseptor proton). Sebagai
contoh molekul asam adalah H2O, H2S, HCl, dan H2SO4; contoh kation asam adalah
H3O+ dan NH4+; contoh anion asam adalah HSO4-, HS-, dan H2PO4-. Sedangkan
contoh molekul basa kation adalah Ag(NH3)2+; contoh anion basa adalah OH-, SH-,
S-, dan SO4-.
Penetapan titik akhir titrasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
indikator sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.
Indikator Trayek pHWarna
Asam BasaKuning metil 2,9 4,0 Merah Kuning
Biru bromfenol 3,0 4,6 Kuning Biru
Jingga metil 3,1 4,4 Jingga Kuning
Hijau bromkresol 3,8 5,4 Kuning Biru
Merah metil 4,2 6,3 Merah Kuning
Ungu bromkresol 5,2 6,8 Kuning Ungu
Biru bromtimol 6,1 7,6 Kuning Biru
Merah fenol 6,8 8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2 8,8 Kuning Merah
Biru timol 8,0 9,6 Kuning Biru
Fenolftalin 8,2 10,0 Tak berwarna Merah
Timolftalin 9,3 10,5 Tak berwarna Biru
Petunjuk pemilihan indikator:
1. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
12/39
Pembuatan larutan metil jingga
Dilarutkan 20 mg natrium p-dimetilamino azobenzen sulfonat C14H14N3NaO3S kedalam 50 mL etanol 20%
Pembuatan fenolftalin
Dilarutkan 200 mg fenolftalin dalam 60 mL etanol 90%
Pembuatan gliserol netral LP
Ke dalam 50 mL gliserol ditambahkan 3 tetes fenoltalin kemudian ditambahkan
bertetes-tetes natrium hidroksida 0,1 N hingga larutan berwarna merah jambu
Pembuatan air bebas CO2
Sejumlah air dididihkan selama beberapa menit. Didinginkan pada tampat yang
terlindung dari cahaya.
Pembuatan merah fenol
Lebih kurang 50 mg merah fenol dilarutkan dalam campuran 2,85 mL NaOH 0,05 N
dan 5 mL etanol 90%, jika perlu dilakukan pemanasan. Setelah larut sempurna
ditambahkan etanol 90% secukupnya hingga 250 mL.
Pembuatan etanol netral
Ke dalam 15 mL etanol 95% ditambahkan 1 tetes merah fenol kemudian
ditambahkan bertetes-tetes naOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah.
Pembuatan biru brom fenol
Dihangatkan 100 mg biru bromfenol dengan 3,0 mL NaOH 0,05 N dan 5,0 mL etanol
95%, setelah larut semua, tambahkan etanol 20% secukupnya hingga 250,0 mL.
C. Pembuatan dan pembakuan larutan baku asam klorida 0,1 N
Tujuan : mampu membuat dan membakukan larutan baku asam dari senyawa baku
sekunder yang berupa cairan
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
13/39
Perhitungan :
N HCl =2mg NaCO
BM NaCO mL HCl yang digunakan
D. Pembuatan dan pembakuan larutan baku basa
Tujuan : Mahasiswa mampu membuat dan membakukan larutan baku basa dari
senyawa baku sekunder yang berupa padatan
Alat dan bahan:
Buret 50 mL Kalium biftalat
Gelas ukur 100 mL Natrium hidroksida
Labu takar 1000 mL Gelas beker
Pembuatan natrium hidroksida 0,1 N
Sejumlah natrium hidroksida dilarutkan dengan air bebas CO2secukupnya hingga
tiap 1000 mL larutan mengandung 4,001 g asam klorida.
Pembakuan natrium hidroksida 0,1 N
Lebih kurang 400 mg kalium biftalat (yang sebelumnya telah dikeringkan) ditimbang
seksama (sudah disediakan). Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah 75 mL air
bebas CO2, ditutup kemudian dikocok-kocok sampai larut. Selanjutnya larutan
tersebut dititrasi dengan larutan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator
fenolftalin hingga warna berubah menjadi merah. Tiap 1 mL NaOH 0,1 N setara
dengan 20,42 mg kalium biftalat.
Reaksi : KHC2H4O4+ NaOH KNaC2H4O4H2O
Perhitungan :
Omg kalium biftalat
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
14/39
HO
O
HO
NaOH
HO
O
NaO
H2O
Perhitungan
Kadar asam salisilat = mL NaOH N NaOH 13,81 100%mg bahan 0,1
2. Penetapan kadar aminofilin (teofilin etilendiamin sebagai etilendiamin)
Tujuan : Mahasiswa mampu menetapkan kadar bahan obat yang berupa garam
yang dapat ditetapkan dengan menetapkan salah satu penyusun garam.
Alat dan bahan:
Buret 50 mL HCl 0,1 N
Gelas ukur 50 mL Biru bromfenol
Erlenmeyer 100 200 mL
Cara penetapan kadar
Ditimbang seksama 500 mg sampel, dilarutkan dengan 30 mL air. Titrasi dilakukan
dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan bromfenol P, hingga
warna biru menjadi kuning. Tiap mL asam klorida setara dengan 3,005 mg
etilendiamin.
Reaksi
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
15/39
NITRIMETRI
A. Pendahuluan
Metode nitrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang
didasarkan atas reaksi antara aminaaromatik primer dengan natrium nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium.
NH2
HNO2
HCl N H2O ClN
NaNO2 HCl HNO2 NaCl
Reaksi dilakukan pada temperatur kurang dari 15C karena pada temperatur
yang lebih tinggi garam diazonium akan terurai menjadi fenol dan nitrogen. Reaksi
diazotasi dapat dipercepat dengan menambahkan kalium bromida.
Titik akhir dapat ditunjukkan dengan menggunakan pasta kanji iodida atau
kertas kanji iodida sebagai indikator luar. Ketika larutan dioleskan pada pasta,
terbentuk warna biru yang muncul dengan segera akibat kelebihan nitrit. Kejadian
ini dapat ditunjukkan kembali setelah larutan didamkan selama 1 menit.KI + HCl KCl + HI
2 HI + 2 HONO I2+ 2 NO + 2 H2O
I2+ kanji kanji iod (biru)
Penetapan titik akhir titrasi dapat juga ditunjukkan dengan campuran
tropeolin OO dan biru metilen sebagai indikator dalam. Titik akhir juga dapat
ditunjukkan secara potensiometri dengan menggunakan elektroda kolomel platina
yang dicelupkan ke dalam titrat.
B. Pembuatan dan pembakuan natrium nitrit 0,1 M
Tujuan : Mahasiswa mampu membuat dan membakukan NaNO20,1 M.
Alat dan bahan:
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
16/39
Pembakuan larutan natrium nitrit 0,1 MLebih kurang 400 mg asam sulfanilat p.a. yang sebelumnya telah dikeringkan pada
120 C sampai bobot tetap (sudah disediakan) ditimbang seksama, dimasukkan ke
dalam gelas beker, kemudian ditambahkan 0,2 g natrium bikarbonat dan sedikit air,
aduk hingga larut. Diencerkan dengan 100 mL air, ditambahkan 100 mL asam klorida
pekat, didinginkan hingga suhu 8C. Dilakukan titrasi pelan-pelan dengan natrium
nitrit 0,1 M hingga setetes larutan memberikan warna biru pada indikator kanji iodida
(tetap pertahankan campuran pada suhu 8C dalam baskom es selama titrasi).
Titrasi dianggap selesai jika titik akhir tercapai ditunjukkan dengan larutan yang
dibiarkan 1 menit tetap menghasilkan warna biru pada indikator. Tiap mL larutan
NaNO20,1 M setara dengan 17,32 mg asam sulfanilat.
Reaksi
S
O
O
HO NH2 NaNO2 2 HCl S
O
O
HO N 2 H2O NaCl
N
Cl
Perhitungan
Molaritas NaNO2=mg asam sulfanilat
Volume NaNO2 BM asamsulfanilat
C. Aplikasi metode nitrimetri dalam penetapan kadar parasetamol
Tujuan : Mahasiswa mampu menetapkan kadar senyawa dengan gugus amina
aromatis yang tidak bebas dengan reaksi diazotasi.
Alat dan bahan:
Buret 50 mL Natrium nitrit
Gelas beker Asam klorida
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
17/39
Reaksi
2 H2O NaCl Cl
O
NH
HO
CH3
HCl
O
NH2
HO
CH3Cl
NH2
HO
NaNO2 2 HCl
N
HO
N
Perhitungan
Kadar parasetamol =mL NaNO2 M NaNO2 15,116
100%mg bahan 0,1
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
18/39
BROMATOMETRI
A. Pendahuluan
Brom dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa organik
yang mampu bereaksi secara adisi atau substitusi dengan brom. Dalam suasana
asam kalium bromat akan mengoksidasi bromida menjadi brom dengan reaksi
sebagai berikut.
BrO3+ 5 Br-+ 6 H+3 Br2+ 3 H2O
Titrasi secara bromatometri dapat dilakukan dengan dua cara meliputi:1. Titrasi langsung dengan kalium bromat
Pada titik akhir titrasi akan terbentuk brom bebas yang langsung dapat
digunakan sebagai petunjuk bahwa titik akhir titrasi telah tercapai yaitu dengan
timbulnya warna kuning dalam larutan. Pada penggunaan indikator merah metil
titik akhir titrasi dapat diamati dengan lebih jelas. Merah metil menghasilkan
warna merah pada suasana asam yang oleh brom akan mengalami reaksi
sehingga dihasilkan warna kuning. Perubahan warna ini bersifat irrevesibel.
Dalam asam kuat reaksi ini berlangsung dengan cepat sehingga adanya brom
dapat bereaksi dengan indikator sebelum titik akhir titrasi tercapai. Oleh karenaitu penambahan sedikit indikator dilakukan menjelang titik akhir titrasi.
2. Titrasi tidak langsung
Beberapa senyawa tidak dapat dititrasi langsung dengan kalium bromat karena
reaksinya sangat lambat namun dapat bereaksi secara kuantitatif dengan brom
berlebihan. Oleh karena itu, senyawa seperti ini dapat ditetapkan kadarnya
dengan penambahan brom berlebihan yang biasanya diperoleh dari larutan
kalium bromat-kalium bromida. Setelah didiamkan beberapa saat, kelebihan
brom dititrasi dengan natrium tiosulfat setelah terlebih dahulu ditambahkan
kalium iodida. Akibat sifat brom yang mudah menguap maka penetapan kadarini dilakukan pada erlenmeyer bertutup.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
19/39
Normalitas KBrO2=
mg KBrO3 0,1 N
2,784
Pembuatan natrium tiosulfat 0,1 N
Sejumlah natrium tiosulfat dilarutkan secukupnya dalam air yang telah dididihkan
(air bebas CO2) hingga 1000 mL larutan mengandung 24,82 g Na2S2O3.5H2O.
Jika larutan ini akan digunakan selama beberapa hari ditambahkan 0,1 g natrium
karbonat atau tiga tetes kloroform untuk tiap liternya.
Pembakuan natrium tiosulfat 0,1 N
Sejumlah 25,0 mL kalium bromat 0,1 N dipindahkan ke dalam labu bersumbat kaca,
diencerkan dengan 50 mL air. Ditambahkan 2 g kalium iodida dan 5,0 mL asam
klorida p.a. Labu ditutup dan dibiarkan selama 5 menit. Diencerkan kembali dengan
100 mL air dan dititrasi natrium tiosulfat, menggunakan indikator kanji.
Reaksi
BrO3+ 5 Br-+ 6 H+3 Br2+ 3 H2O
2 I-+ Br2I2+ 2 Br-
2 Na2S2O3+ I2
2 NaI + Na2S4O6
Perhitungan
Normalitas Na2S2O3=25 N KBrO3mL Na2S2O3
C. Aplikasi metode bromatometri dalam penetapan kadar isoniazid
Tujuan : Mahasiswa mampu menetapkan kadar senyawa isoniazid dengan metode
titrasi tidak langsung.
Alat dan bahan:
Buret 25 mL Kalium bromat (KBrO3) 0,1 N
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
20/39
N menggunakan indikator kanji. Tiap mL kalium iodida 0,1 N setara dengan 3,429
mg isoniazid.
Reaksi
K++ BrO3+ 2 Br-+ 6 H-KBr + Br2+ 3 H2O
OH
O
N2 Br24 HBr
O
NH
H2N
NN2H2O
Br2+ 2 KI 2 KBr + I2
2 Na2S2O3+ I22 NaI + Na2S4O6
Perhitungan
Kadar isoniazid =(Vblanko Vsampel) N Na2S2O3 3,429
100%mg bahan 0,1
D. Aplikasi metode bromatometri dalam penetapan kadar sulfadiazin
Tujuan : Mahasiswa mampu menetapkan kadar senyawa sulfadiazin dengan metodetitrasi langsung.
Alat dan bahan:
Buret 25 mL Kalium bromat 0,1 N
Natrium hidroksida 2 % Kalium bromida
Erlenmeyer bertutup Asam asetat glasial
Indikator merah metil Asam klorida p.a.
Cara penetapan kadarLebih kurang 300 mg sulfadiazin yang timbang seksama dilarutkan dalam 20 mL
NaOH 2 %. Pada larutan tersebut ditambahkan 80 mL asam asetat glasial, 3 g kalium
bromida, dan 2 mL asam klorida p.a. Dilakukan titrasi dengan kalium bromat 0,1 N
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
21/39
IODIMETRI
A. Pendahuluan
Iodium merupakan senyawa oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial
oksidasi sebesar +0,535 V. Iodium akan direduksi menjadi iodida pada saat terjadi
reaksi oksidasi sebagai berikut:
2eI2 2 I-
Titrasi yang melibatkan adanya iodium dapat dilakukan dengan metode
iodimetri (titrasi langsung) serta iodometri (titrasi tidak langsung). Iodimetri
merupakan titrasi langsung dengan baku iodium terhadap senyawa yang memilikipotensial oksidasi lebih rendah dibandingkan iodium. Iodometri merupakan titrasi
tidak langsung yang yang diterapkan terhadap senyawa yang memiliki potensial
oksidasi lebih tinggi dari sistem iodium iodida.Pada iodometri sampel yang bersifat
oksidator kuat direduksi dengan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan
iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.
B. Pembuatan dan pembakuan larutan iodium 0,1 N
Tujuan : Mahasiswa mampu membuat dan membakukan larutan iodium yang
merupakan baku sekunder
Alat dan bahan:
Buret 50 mL Iodium
Corong Kalium iodida
Erlenmeyer 250 mL Natrium bikarbonat
Jingga metil Asam klorida
Labu takar 1000 mL Larutan kanji
Arsentrioksida NaOH 1 N
Pembuatan larutan iodium 0,1 N
Dilarutkan 18 g kalium iodida dalam 30 mL air dalam labu bertutup. Sejumlah kurang
l bih 12 7 i di diti b d dit b hk dikit d i dikit k d l l t
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
22/39
Perhitungan
Normalitas I2=mg As2O3 x 4
mL iodium BM As2O3
C. Aplikasi metode iodimetri dalam penetapan kadar vitamin C
Tujuan : Mahasiswa mampu menetapkan kadar vitamin C dengan metode iodimetri.
Alat dan bahan:
Buret 50 mL Iodium 0,1 N
Air bebas CO2 Kanji
Erlenmeyer 100-150 Asam sulfat encer
Cara penetapan kadar
Lebih kurang 400 mg vitamin C yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran
yang terdiri dari 100 mL air bebas CO2 dan 25 mL asam sulfat encer. Segera
dilakukan titrasi dengan iodium 0,1 N serta penambahan indikator kanji 1,0 mL. Titik
akhir titrasi dicapai jika terjadi warna biru yang tetap selama 1 menit. Tiap mL iodium
0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin C.
Reaksi
OH
OH
HO
OO
HO
I2
O
OH
HO
OO
O
2 HI
Perhitungan
Kadar vitamin C =vol I2 N iodium 8,806
100%mg bahan 0 1
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
23/39
Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Spektrofluorometri
I. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar asam salisilat dalam sampel serbuk
dengan metode spektrofluorometri.
II. Alat dan Bahan
1. Alat
Labu takar 10 mL
Labu takar 25 mL
Pipet volume 1, 2, 3, 4, 5, 10 mL
Gelas beker 100 mL
Corong gelas dan kertas saring
Timbangan analitik
Spektrofluorometer + kuvet
2. Bahan
Baku asam salisilat
Sampel asam salisilatH2SO40,1 N
III. Cara kerja
1. Pembuatan kurva baku
a. Pembuatan larutan stok asam salisilat 1 mg/mL
Ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg baku asam salisilat. Dimasukkan
dalam labu takar 50 mL kemudian ditambahkan etanol 1 tetes sampai larut,
diikuti akuades 5 mL kemudian ditambahkan dengan H2SO40,1 N hingga batastanda.
b. Pembuatan larutan intermediet asam salisilat 0,1 mg/mL
Diambil 5,0 mL larutan stok asam salisilat 1 mg/mL. Dimasukkan ke dalam labu
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
24/39
d. Diambil 1,0 mL larutan sampel A, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan H2SO40,1 N hingga batas tanda (disebut larutan sampel B).e. Diambil 5,0 mL larutan sampel B, dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL,
diencerkan dengan H2SO40,1 N hingga batas tanda (disebut larutan sampel C).
f. Larutan sampel C diukur intensitas emisinya pada panjang gelombang eksitasi
302 nm dan emisi 442 nm.
g. Kadar asam salisilat dalam sampel ditetapkan dengan memplotkan intensitas
emisi terukur dengan persamaan kurva baku yang telah diperoleh sebelumnya.
h. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
25/39
Penetapan Kadar Vitamin B2 dengan Metode Spektrofluorometri
A. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar vitamin B2 dalam sampel serbuk
dengan metode spektrofluorometri.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Labu takar 10 mL
Labu takar 25 mLPipet volume 1, 2, 3, 4, 5, 10 mL
Gelas beker 100 mL
Corong gelas dan kertas saring
Timbangan analitik
Spektrofluorometer + kuvet
2. Bahan
Baku vitamin B2
Sampel vitamin B2NaOH 1%
C. Cara kerja
1. Pembuatan kurva baku
a. Pembuatan larutan stok vitamin B2 1 mg/mL
Ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg baku vitamin B2. Dimasukkan dalam
labu takar 50 mL dan dilarutkan dengan NaOH 1% hingga batas tanda. Perlu
diperhatikan tahapan preparasi dilakukan dengan meminimalkan kontak analit
dengan cahaya sehingga labu takar yang akan digunakan terlebih dahulu ditutup
dengan aluminium foil.
b P b t l t i t di t 1 it i B2 0 1 / L
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
26/39
dengan meminimalkan kontak analit dengan cahaya sehingga labu takar yang
akan digunakan terlebih dahulu ditutup dengan aluminium foil.c. Sisa sampel dalam gelas beker dibilas dengan 2 x 10 mL NaOH 1% dan
dimasukkan ke dalam labu takar yang sama dengan langkah b, diencerkan
dengan NaOH 1% hingga batas tanda (disebut larutan sampel A).
d. Diambil 1,0 mL larutan sampel A, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan NaOH 1% hingga batas tanda (disebut larutan sampel B).
e. Diambil 1,0 mL larutan sampel B, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan NaOH 1% hingga batas tanda (disebut larutan sampel C).
f. Diambil 5,0 mL larutan sampel C, dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL,
diencerkan dengan NaOH 1% hingga batas tanda (disebut larutan sampel D).
g. Larutan sampel D diukur intensitas emisinya pada panjang gelombang eksitasi
445 nm dan emisi 530 nm.
h. Kadar vitamin B2 dalam sampel ditetapkan dengan memplotkan intensitas emisi
terukur dengan persamaan kurva baku yang telah diperoleh sebelumnya.
i. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
27/39
Penetapan Kadar Aminofilin dengan Metode Spektrofotometri UV
A. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar aminofilin dalam sampel serbuk dengan
metode spektrofotometri UV.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Labu takar 10 mL
Labu takar 25 mL
Pipet volume 1, 2, 3, 4, 5, 10 mL
Gelas beker 100 mL
Corong gelas dan kertas saring
Timbangan analitik
Spektrofotometer UV + kuvet
2. Bahan
Baku aminofilin
Sampel aminofilinMetanol p.a. 20%
C. Cara kerja
1. Pembuatan kurva baku
a. Pembuatan larutan stok aminofilin 1 mg/mL
Ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg baku aminofilin. Dimasukkan dalam
labu takar 50 mL dan dilarutkan dengan metanol p.a. 20% hingga batas tanda.
b. Pembuatan larutan intermediet aminofilin 0,1 mg/mLDiambil 5,0 mL larutan stok aminofilin 1 mg/mL. Dimasukkan ke dalam labu
takar 50 mL, diencerkan dengan metanol p.a. 20% hingga batas tanda.
c. Pembuatan seri larutan baku aminofilin
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
28/39
c. Sisa sampel dalam gelas beker dibilas dengan 2 x 10 mL metanol p.a. 20% dan
dimasukkan kedalam labu takar yang sama dengan langkah b, diencerkandengan metanol p.a. 20% hingga batas tanda (disebut larutan sampel A).
d. Diambil 1,0 mL larutan sampel A, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan metanol p.a. 20% hingga batas tanda (disebut larutan
sampel B).
e. Diambil 5,0 mL larutan sampel B, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan metanol p.a. 20% hingga batas tanda (disebut larutan
sampel C).
f. Larutan sampel C diukur absorbansinya pada panjang gelombang serapan
maksimum yang telah ditetapkan sebelumnya.
g. Kadar aminofilin dalam sampel ditetapkan dengan memplotkan absorbansi
terukur dengan persamaan kurva baku yang telah diperoleh sebelumnya.
h. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
29/39
Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Spektrofotometri UV
A. Tujuan
Mahasiswa mampu menetapkan kadar vitamin C dalam sampel serbuk dengan
metode spektrofotometri UV.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Labu takar 10 mL
Labu takar 25 mL
Pipet volume 1, 2, 3, 4, 5, 10 mL
Gelas beker 100 mL
Corong gelas dan kertas saring
Timbangan analitik
Spektrofotometer UV + kuvet
2. Bahan
Baku vitamin C
Sampel vitamin CMetanol p.a.
C. Cara kerja
1. Pembuatan kurva baku
a. Pembuatan larutan stok vitamin C 1 mg/mL
Ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg baku vitamin C. Dimasukkan dalam
labu takar 50 mL dan dilarutkan dengan metanol p.a. hingga batas tanda.
b. Pembuatan larutan intermediet vitamin C 0,1 mg/mLDiambil 5,0 mL larutan stok vitamin C 1 mg/mL. Dimasukkan ke dalam labu
takar 50 mL, diencerkan dengan metanol p.a. hingga batas tanda.
c. Pembuatan seri larutan baku vitamin C
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
30/39
c. Sisa sampel dalam gelas beker dibilas dengan 2 x 10 mL metanol dan
dimasukkan ke dalam labu takar yang sama dengan langkah b, diencerkandengan metanol p.a. hingga batas tanda (disebut larutan sampel A).
d. Diambil 1,0 mL larutan sampel A, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan metanol hingga batas tanda (disebut larutan sampel B).
e. Diambil 5,0 mL larutan sampel B, dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL,
diencerkan dengan metanol hingga batas tanda (disebut larutan sampel C).
f. Larutan sampel C diukur absorbansinya pada panjang gelombang serapan
maksimum yang telah ditetapkan sebelumnya.
g. Kadar vitamin C dalam sampel ditetapkan dengan memplotkan absorbansi
terukur dengan persamaan kurva baku yang telah diperoleh sebelumnya.
h. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
31/39
Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Spektrofotometri Visibel
A. Tujuan
Mahasiswa mengenal reaksi pembentukan kompleks warna antara senyawa
yang memiliki gugus hidroksi fenolik dengan pereaksi FeCl3.
Mahasiswa mampu menetapkan kadar asam salisilat dalam sampel serbuk
dengan metode spektrofotometri visibel.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Labu takar 50 mL
Labu takar 10 mL
Pipet volume 1, 2, 3, 4, 5, 10 mL
Gelas beker 100 mL
Corong gelas dan kertas saring
Timbangan analitik
Spektrofotometer vis + kuvet
Mikropipet
2. Bahan
Baku asam salisilat
Sampel asam salisilat
FeCl35%
Akuades
Metanol p.a
C. Cara kerja1. Pembuatan larutan stok dan intermediet asam salisilat
a. Pembuatan larutan stok asam salisilat 1 mg/mL
Ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg baku asam salisilat. Dimasukkan
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
32/39
c. Dilakukan pengukuran absorbansi pada 540 nm. Absorbansi tertinggi dari ketiga
waktu pendiaman merupakan operating time pembentukan kompleks warna.Dilakukan scanpada panjang gelombang 450-600 nm. Absorbansi tertinggi dari
ketiga waktu pendiaman merupakan panjang gelombang maksimum.
3. Pembuatan kurva baku
a. Disiapkan 5 labu takar 10 mL. Pada masing-masing labu takar dimasukkan
campuran larutan dengan proporsi sebagai berikut.
Labu takar25 mL
Larutan
intermediet asamsalisilat (mL)
LarutanFeCl35% (mL)
Labu takar no.1 1,0 0,2
Labu takar no.2 2,0 0,4
Labu takar no.3 3,0 0,6
Labu takar no.4 4,0 0,8
Labu takar no.5 5,0 1,0
b. Didiamkan selama operating time kemudian dilakukan pengukuran absorbansi
pada panjang gelombang maksimum yang telah dipetapkan sebelumnya. Suhupercobaan dijaga pada 2-5C. Perlu diperhatikan:blangko yang digunakan
adalah larutan yang dibuat sama dengan langkah 3a tanpa penambahan
larutan intermediet asam salisilat (blangko ada lima).
c. Absorbansi masing-masing seri larutan baku diukur pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditetapkan sebelumnya. Dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi (sumbu x) dan intensitas absorbansi (sumbu y).
4. Penetapan kadar asam salisilat dalam sampel
a. Ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg sampel asam salisilat. Dimasukkan
dalam labu takar 50 mL dan diencerkan dengan H2SO41 N hingga batas tanda
(disebut larutan sampel A).
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
33/39
Penetapan Kadar Sulfadiazin dengan Metode Spektrofotometri Visibel
A. Tujuan
Mahasiswa mengenal reaksi diazotasi sebagai pereaksi pengkoplingan pada
senyawa yang mempunyai gugus amina primer.
Mahasiswa mampu menetapkan kadar sulfadiazin dalam sampel serbuk dengan
metode spektrofotometri visibel.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Labu takar 50 mL
Labu takar 25 mL
Pipet volume 1, 2, 3, 4, 5, 10 mL
Gelas beker 100 mL
Corong gelas dan kertas saring
Timbangan analitik
Spektrofotometer vis + kuvet
Baskom + es batu
2. Bahan
Baku sulfadiazin
Sampel sulfadiazin
HCl p.a. 4 N
NaNO2p.a. 1%
Asam sulfamat p.a. 1%
Naftilamin p.a. 1%
NaOH p.a. 4 N
Akuades
C. Cara kerja
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
34/39
c. Ditambah 5 mL larutan naftilamin 1% lalu segera ditambahkan 5 mL larutan
NaOH 4 N secara pelan-pelan. Didiamkan sampai semua gelembung gas habis,jika perlu dilakukan ultrasonikasi. Dilakukan penambahan akuades hingga batas
tanda.
d. Dilakukan pengukuran absorbansi pada 505 nm. Absorbansi tertinggi dari ketiga
waktu pendiaman merupakan operating time pembentukan diazo. Dilakukan
scan pada panjang gelombang 450-600 nm. Absorbansi tertinggi dari ketiga
waktu pendiaman merupakan panjang gelombang maksimum. Perlu
diperhatikan:blangko yang digunakan adalah larutan yang dibuat sama
dengan langkah 2a sampai 2c tanpa penambahan larutan intermediet
sulfadiazin (HCl 4N yang ditambahkan pada pembuatan blangko adalah
5 mL; blangko ada tiga).
3. Pembuatan kurva baku sulfadiazin
a. Disiapkan 5 labu takar 25 mL dan ditempatkan pada penangas es (baskom berisi
es). Pada masing-masing erlenmeyer dimasukkan campuran larutan dengan
proporsi sebagai berikut.
Labu takar
25 mL
Larutanintermediet
sulfadiazin
0,2 mg/mL (mL)
Larutan HCl 4 N
(mL)
Larutan NaNO2
1%(mL)
Labu takar no.1 1,0 1,0 5,0
Labu takar no.2 2,0 1,0 5,0
Labu takar no.3 3,0 1,0 5,0
Labu takar no.4 4,0 1,0 5,0
Labu takar no.5 5,0 1,0 5,0
b. Didiamkan selama operating time yang diperoleh kemudian segera ditambahkan
5,0 mL larutan asam sulfamat 1%. Didiamkan selama 2 menit.
c. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan naftilamin 1% diikuti penambahan 3 mL
larutan NaOH 4 N secara pelan-pelan. Didiamkan sampai semua gelembung gas
h bi jik l dil k k lt ik i Dil k k b h k d hi
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
35/39
c. Diambil 3,0 mL larutan sampel B sulfadiazin dengan menggunakan pipet volume,
dimasukkan ke dalam labu takar 25 mL yang telah ditempatkan dalam penangases, ditambah 1,0 mL larutan HCl 4 N dan 5,0 mL larutan NaNO2. Setelah
penambahan larutan NaNO2 diamkan selama waktu yang diperoleh dari
penentuan operating timesebelumnya. Segera dilakukan penambahan 5,0 mL
larutan asam sulfamat 1%. Didiamkan selama 2 menit. Ditambah 5,0 mL larutan
naftilamin 1% dan 3,0 mL larutan NaOH 4 N secara pelan-pelan, biarkan sampai
gelembung gas hilang, jika perlu dilakukan ultrasonikasi. Dilakukan penambahan
akuades hingga batas tanda (disebut larutan sampel C).
d. Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel C pada panjang gelombang
maksimum yang telah dipetapkan sebelumnya. Perlu diperhatikan:blangko
yang digunakan adalah larutan yang dibuat sama dengan langkah 4c
tanpa penambahan larutan intermediet sulfadiazin. Catat absorbansinya
dan tetapkan kadar sulfadiazin berdasarkan persamaan kurva baku.
e. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
36/39
36
P a n d u a n P r a k t i k um K i m i a A n a l is is 2 0 1 4
JADWAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS
SEMESTER GASAL 2014/2015
KELOMPOK A1 (Dosen jaga: Paul Segarra, M.Sc.)
Acara
Sub
Kel.
25 Agst 1 Sept 8 Sept 22 Sept 6 Okt 3 Nov 17 Nov 1 Des
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
13.00s.d.
16.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
12.00
s.d.
14.00
13.00
s.d.
16.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4 Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
KELOMPOK A2 (Dosen jaga: Paul Segarra, M.Sc.)
Acara
Sub
Kel.
25 Agst 1 Sept 8 Sept 15 Sept 29 Sept 27 Okt 10 Nov 24 Nov
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
10.00s.d.
13.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
10.00
s.d.
12.00
10.00
s.d.
13.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
37/39
37
P a n d u a n P r a k t i k um K i m i a A n a l is is 2 0 1 4
KELOMPOK B1 (Dosen jaga: Dion Notario, S.Farm., Apt.)
Acara
Sub
Kel.
29 Agst 5 Sept 12 Sept 26 Sept 10 Okt 7 Nov 21 Nov 5 Des
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
14.00s.d.
17.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
13.00
s.d.
15.00
14.00
s.d.
17.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
KELOMPOK B2 (Dosen jaga: F.Dika Octa R., M.Sc.)
Acara
Sub
Kel.
29 Agst 5 Sept 12 Sept 19 Sept 3 Okt 31 Okt 14 Nov 28 Nov
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
11.00s.d.
14.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
11.00
s.d.
13.00
11.00
s.d.
14.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4 Vitamin C
IsoniazidSulfadiazin
Asam salisilat
AminofilinParasetamol
Vitamin B2
SulfadiazinVitamin C
Asam salisilat 1
AminofilinAsam salisilat 2
56
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
38/39
38
P a n d u a n P r a k t i k um K i m i a A n a l is is 2 0 1 4
KELOMPOK C1 (Dosen jaga: F.Dika Octa R., M.Sc.)
Acara
Sub
Kel.
27 Agst 3 Sept 10 Sept 24 Sept 8 Okt 5 Nov 19 Nov 3 Des
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
14.00s.d.
17.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
13.00
s.d.
15.00
14.00
s.d.
17.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
KELOMPOK C2 (Dosen jaga: Rollando, S.Farm., Apt.)
Acara
Sub
Kel.
27 Agst 3 Sept 10 Sept 17 Sept 1 Okt 29 Okt 12 Nov 26 Nov
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
11.00s.d.
14.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
11.00
s.d.
13.00
11.00
s.d.
14.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
-
5/19/2018 Panduan Praktikum KA 2014_share
39/39
39
P a n d u a n P r a k t i k um K i m i a A n a l is is 2 0 1 4
KELOMPOK D1 (Dosen jaga: Maria Yolanda, S.Farm., Apt.)
Acara
Sub
Kel.
28 Agst 4 Sept 11 Sept 25 Sept 9 Okt 6 Nov 20 Nov 4 Des
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
14.00s.d.
17.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
13.00
s.d.
15.00
14.00
s.d.
17.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
KELOMPOK D2 (Dosen jaga: F.Dika Octa R., M.Sc.)
Acara
Sub
Kel.
28 Agst 4 Sept 11 Sept 18 Sept 2 Okt 30 Okt 13 Nov 27 Nov
Asistensi3jp
LatihanKualitatif
(3 jp)
ResponsiKualitatif(Individu)
3jp
11.00s.d.
14.00
Titrimetri 1 Titrimetri 2 Spektro 1 Spektro 2
ResponsiKuantitatif(Kelompok)
1
11.00
s.d.
13.00
11.00
s.d.
14.00
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
2
3
4Vitamin C
Isoniazid
Sulfadiazin
Asam salisilat
Aminofilin
Parasetamol
Vitamin B2
Sulfadiazin
Vitamin C
Asam salisilat 1
Aminofilin
Asam salisilat 2
5
6
top related