meningkatkan mutu pendidikan nonformal
Post on 16-Oct-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1No. 1| Th. IV | September 2016
No. 1 | Vol. III | September 2016Majalah BPKB DIY
Meningkatkan Mutu Pendidikan Nonformal
SKB Bantul
Wujudkan GTK Berkompeten9
772337940007
FOKUS
OPINI
CERPEN
RESENSI
Reformasi Profesi terhadap Globalisasi Pendidikan PAUD
Mengelola Konflikdalam Rumah Tangga
Beras Raskin Itu
2 No. 1| Th. IV | September 2016
Salam Hamemayu,BERSYUKUR dan bergembira. Perasaan itulah yang
mengemuka di dada kami, jajaran pengasuh Majalah HAMEMAYU, ketika pimpinan Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menetapkan majalah dwi bulanan ini terbit kembali di tahun 2016.
Setelah terbit selama dua tahun, 2013 dan 2014, pada tahun berikut media bermotto “Meningkatkan Mutu Pendidik an Nonformal” ini memang sempat tidak terbit karena sesuatu dan lain hal. Tidak munculnya media yang telah berISSN 9772337940007 dari LIPI ini kiranya menimbulkan rasa “kehilangan” bagi keluarga besar BPKB DIY.
Sebuah media, baik yang terbit reguler maupun berkala, hakikatnya harus dapat terbit rutin mengunjungi pembacanya. Ada tanggungjawab moral yang melekat pada visi dan media media bersangkutan. Media yang menyajikan informasi fakta, opini, dan fiksi serta materi menarik lainnya memiliki kekuatan secara inspiratif dan motivatif.
Maka ketika keputusan menerbitkan kembali media yang sudah tampil berwarna sejak edisi kedua ini ditetapkan, rasa syukur dan gembira di antara pengasuh tidak terelakkan lagi. Rapat redaksi pun segera digelar dengan
dihadiri pimpinan lembaga dan staf.Ada yang menggembirakan pada persiapan edisi
tahun 2016 ini. Yakni kehadiran tiga personel baru mahasiswi PPL Pendidikan Luar Sekolah sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta yang sedang berkarya di SKB Bantul, DIY. Ditambah personel lama yang militan, kita berharap pengelolaan media berkala ini dapat lebih baik.
Namanya proses belajar dan berkarya bersama. Meski baru pertama kali dihadirkan dalam rapat re
daksi, personel baru itu pun langsung mendapat bekal “in house training” dari jajaran redaksi. Mereka mendapat materi praktis tentang jurnalistik yang dapat diterapkan langsung di lapangan nantinya.
Seiring dengan tema laporan utama Majalah HAMEMAYU kali ini tentang pening katan kualitas sumber daya manusia guru dan tenaga kependidikan (GTK), Pimpinan BPKB DIY berharap agar media yang masih muda usia ini juga meningkat kualitas isi dan tampilannya.
Untuk mewujudkan peningkatan kualitas media ini kiranya bukan hanya dari pengelola namun juga diharapkan dari para pembaca dan kontributor. Maka sumbang saran dan kiriman tulisan dari Anda sangat diharapkan.
Selamat dan sukses untuk kita semua. *(YBM)
SALAM ReDAksi
2
Diskusi kelompok Diklat Perencanaan Pembelajaran Kursus, di BPKB DIY, 2 Juni 2016. (Foto Ade / Hamemayu)
Pelindung: Kepala Dinas Dikpora DIY Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji, Penanggung jawab: Kepala BPKB DIY Drs. Bambang Irianto, M.Pd.* Pemimpin Redaksi: YB Margantoro * Penyunting: Fauzi Eko Pranyono, AG Irawan* sekretariat/ Redaksi: Hastuti Rahayu,SH, Dra. Endang Isnur, Tri Riyani, Siti Roliyah, S.Kom.* Penata Layout: Praba Pangripta
Majalah BPKB DIY
Selamat Jumpa Kembali
Rapat Redaksi HAMEMAYU beserta para reporter (Foto Prb)
3No. 1| Th. IV | September 2016
TAJUK dAfTAr iSi
Edukatif dan Pembelajar
Dalam setiap proses belajar mengajar, tentu melekat unsur input, output dan outcome. Input adalah komponen masuk an dari mereka yang menuntut ilmu. Kemudian output adalah
komponen keluaran dari si pembelajar. Akhirnya outcome adalah komponen kemanfaatan dari proses belajar yang dapat dimanfaatkan pembelajar dalam kehidupan seharihari di kemudian hari.
Pada prinsipnya, hal tersebut harus dapat “berlaku” di ranah pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Artinya, asas diperolehnya peningkatan kualitas pembelajar harus dapat dirasakan mereka yang studi di pendidikan formal dan penididikan nonformal. Sebab pada akhirnya peningkatan kualitas hidup tidak lagi ditentukan dari mana pembelajar menuntut ilmu, namun apakah yang bersangkutan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh secara kreatif dan inovatif atau tidak?
Kalau peserta studi atau peserta ajar harus tekun dalam proses belajar, apakah guru atau pamong belajar juga harus melakukan hal demikian? Jawabnya pasti : ya! Artinya, sama halnya dengan menulis adalah “membaca dua kali”, maka seorang guru atau pamong belajar adalah “pembelajar dua kali”. Guru harus belajar lebih dulu dan lebih banyak dibanding mereka yang diajar.
Untuk mengukur karya dan prestasi guru dan tenaga kependidikan (GTK) ada sebuah ajang bernama Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi. Untuk tahun 2016 kegiatan nasional di jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah. Pada ajang bergengsi ini, Daerah Istiimewa Yogyakarta (DIY) memperoleh anugerah pemenang 15 jenis penghargaan.
Kelima belas penghargaan itu diperoleh dua orang guru GTK PAUD, lima orang GTK Kursus, serta delapan orang GTK Dikmas. Delapan orang terakhir ini dari SKB, PKBM, Penilik, Pamong Belajar, Tutor KF, Tutor Paket A, B dan C. Jumlah ini sungguh membanggakan dan menggembirakan, serta patut disyukuri.
Menurut hemat kita, ajang Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi tersebut memang sangat bagus untuk mengukur kompetensi dan kualitas GTK PAUD dan Dikmas. Melalui ajang tingkat nasional ini, para GTK PAUD dan Dikmas selalu terpacu untuk meningkatkan kualitas diri sebagai pendidik demi peningkatan kualitas peserta didik.
Namun sesuai dengan hakikat pendidik yang merupakan “pembelajar dua kali”, seorang pamong belajar di PAUD dan Dikmas harus memiliki kesadaran, komiitmen, kompetensi dan konsisensi dalam belajar dan berkarya. Iklim edukatif di kalangan pendidikan, peserta didik, pendidik dan tenaga nonkependidikan, harus ada dan terpelihara. Selanjutnya gerakan pembelajar juga harus disadari dan dilaksanakan dengan baik.
Kembali ke ajang apresiasi, lomba atau penghargaan dalam bidang apapun, apalagi di bidang pendidikan, harus benarbenar menjadi momentum untuk belajar dan berkarya lebih baik kini dan mendatang. Menang atau kalah dalam ajang itu tiidak masalah, kaarena yang lebih penting adlaah bagaimana implementasi ilmu atau kinerja dalam kehidupan seharihari. * (YBM)
4 No. 1| Th. IV | September 2016
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Kepala SKB Bantul Kabupaten Bantul Rr. Dwi Suwar
niningsih saat diwawancarai (27/6) lalu. Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas peserta didik.
SKB Bantul sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal memiliki tugas pokok dan fungsi dalam memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat agar mau serta mampu menjadi pendidik dan tenaga kependidikan dalam pelaksanaan asas saling membelajarkan, baik dalam PAUD maupun Pendidikan Masyarakat.
Dalam menjalankan tugas pokok serta fungsi tersebut, SKB Bantul telah melaksanakan berbagai program dalam rangka peningkatan kompe
tensi GTK setiap tahunnya. Program tersebut antara lain: diklat berjenjang untuk pendidik PAUD (Tingkat Dasar, Lanjut, Mahir), diklat pengelola PAUD, serta diklat tutor dan pengelola program kesetaraan. Dengan adanya program tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kualifikasi GTK. Selain itu juga membantu dalam proses akreditasi dan peningkatan mutu GTK.
Pelaksanaan program dalam rangka peningkatan kompetensi, SKB Bantul mengalami berbagai kendala. Kendala tersebut misalnya jumlah peserta diklat kesetaraan kurang maksimal karena mayoritas peserta diklat juga bekerja di lembaga formal. Selain itu, juga dipengaruhi oleh organisasi profesi pendidik kesetaraan yang belum berjalan dengan baik. Salah satu strategi yang dilakukan SKB
adalah mencoba mencari waktu yang tidak berbenturan dengan kegiatan peserta.
Menurut Kepala SKB Bantul, diklat yang paling berhasil dilakukan
adalah Diklat Pendidik dan Pengelola PAUD. Dibuktikan dengan animo peserta yang hadir sesuai dengan jumlah undangan. Dari 2.485 pendidik PAUD, 2100 pendidik telah mengikuti diklat. Hal tersebut menunjukkan kualitas PAUD di Kabupaten Bantul kian meningkat.
Diklat bagi GTK tidak hanya digunakan untuk melaksanakan tupoksi SKB, tetapi lebih khusus untuk meningkatkan standar kualifikasi GTK dan mutu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang berkualitas tentu didukung oleh berbagai faktor seperti kualitas GTK, kurikulum, akreditasi, dan elemen lainnya. SKB Bantul merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal yang memiliki peran dalam pencapaian hal tersebut.
KOMIT KERJAKU “Kompak, Mitra Kerja dan Kualitas” merupakan akronim yang menjadi landasan SKB Bantul dalam melaksanakan tupoksi. Baik pendidik maupun pengelola
fOKUS
Wujudkan GtK Berkompeten
Seorang pendidik yang berkompeten tidaklah diperoleh secara instan. Perlu adanya proses yang panjang dan terusmenerus melalui pengalaman serta latihan. Seperti halnya sebuah handphone yang perlu diisi dayanya setiap saat agar tetap dapat digunakan.
SKB BANTUL
Rr. Dwi Suwarniningsih menyimak HAMEMAYU
GTK mengikuti diklat untuk meningkatkan kompetensinya.(Foto ist/Hamemayu)
5No. 1| Th. IV | September 2016
harus selalu kompak dalam melaksanakan kegiatan. Selalu menjalin mitra dengan berbagai kalangan, serta mengedepankan kualitas. Karena semangat itulah, saat ini SKB Bantul mendapatkan ISO 9001:2008, Akreditasi dari BAN PAUD PNF, menjadi tempat Uji Kompetensi, dan sebagai Training Provider diklat berjenjang pendidik PAUD. Dengan prestasi yang telah didapatkan tersebut, harapannya SKB Bantul mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas.
Istilah kompetensi selama ini sering disejajarkan dengan keahlian. Rr. Dwi Suwarniningsih, S.Pd menegaskan bahwa kedua istilah tersebut berbeda. Kompetensi merupakan suatu proses menuju keahlian. Kompetensi diperoleh melalui pembelajaran yang terus menerus sesuai dengan bidang kerja, misalnya mengikuti diklat, sertifikasi, pelatihan, dan lain sebagainya. Semakin kompeten seseorang, maka semakin baik pula kualitas mengajarnya. Tetapi, seseorang yang kompeten belum tentu ahli. Keahlian merupakan suatu pengakuan yang diberikan oleh orang lain kepada seseorang yang telah berkompeten. Keahlian diperoleh karena seseorang mampu menunjukkan kompetensinya kepada orang lain melalui berbagai hal. Misalnya,
menjadi narasumber, penguji, asesor, penilik, aktif dalam organisasi profesi, dan menekuni profesinya dengan sungguhsungguh.
Adanya peningkatan kompetensi yang dilaksanakan oleh SKB Bantul mampu mendukung program pemerintah. Sesuai dengan UU No.25 Tahun 2000 tentang Propenas, dan Kepmendiknas No. 122/U/2001 tentang Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga tahun 20002004, serta UU Sisdiknas Tahun 2003 terkait diterapkannya peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan sebagai sebuah
inovasi pendidikan untuk mencapai mutu tenaga kependidikan yang lebih baik.
“Guru dan tenaga kependidikan harus mencari pengetahuanpengetahuan baru. GTK juga harus mengupdate informasi dan pengetahuan,
jangan sampai tertinggal. Seorang guru tidak hanya sekadar menyampaikan atau berinteraksi dengan peserta didik saja. Tetapi juga harus menguasai kurikulum serta membuat RPP sehingga tujuan pendidikan tercapai,” tandas Dwi. Beliau juga berpesan kepada lembaga pendidi
kan khususnya pendidikan nonformal bahwa akreditasi sangat penting. Akreditasi merupakan tolok ukur dan penjamin mutu yang sesuai dengan delapan standar pendidikan yang diakui pemerintah. Lembaga yang terakreditasi tentu memiliki GTK yang kompeten. Kedepan, upaya pengkatan kompetensi GTK diharapkan mampu meningkatan
kualitas mutu pendidikan, khususnya pendidikan nonformal.*
(Iin Sawitri, Lisa Hendhika Utami,
Nurul Rizki Amalia)
Rr. Dwi Suwarniningsih saat diwawancarai
Rr. Dwi Suwarniningsih saat memberikan palatihan di SKB Bantul (Foto ist/Hamemayu)
Peserta diklat pendidik PAUD menyimak penjelasan nara sumber (Foto ist/Hamemayu)
6 No. 1| Th. IV | September 2016
WArTA
Gunungkidul, jurusan Pendidikan Luar Sekolah UNY sukses mengadakan Pelatihan pe
ngembangan kurikulum PAUD full day berbasis kurtilas yang diselenggarakan di Gunungkidul, Yogyakarta, 28/07/2016. Pelatihan tersebut merupakan program pengabdian kepada masyarakat (PPM) dalam mempersiapkan kesiapan pendidikan terhadap implementasi kurikulum 2013. Pelatih an telah dilaksanakan di lima kabupaten seDIY secara bergiliran.
“Proses pengembangan kurikulum bukanlah proses yang dapat berlangsung instan. Kemampuan, kerja keras, dan kreativitas merupakan beberapa faktor yang dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya hasil pengembangan kurikulum yang optimal, dalam pelatihan kali ini kami akan meberikan pengetahuan bagi pendidik PAUD dalam implementasi kurikulum 2013 yang kami laksanakan pada 5 Kabupaten se DIY” kata Dr. Pujiyanti Fauziah selaku dari tim UNY sekaligus narasumber dari pelatihan tersebut.
Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak bangsa, oleh karena itu kurikulum yang diterapkan pada PAUD menjadi salah satu penentu awal pada kemajuan bangsa. Kesiapan pendidik sebagai ujung tombak dalam pelaksanakan kurikulum menjadi hal mendasar, sebaik apapun kurikulum yang dibuat, jika pendidik yang menjalankan tidak memiliki kemampuan yang baik, maka kurikulum tersebut tidak akan berjalan dengan baik.
Pengembangan PAUD full day diperlukan untuk memenuhi kebutuh an perkembangan ana. Program ini popu
lar karena memberikan layanan lebih kepada anakanak untuk belajar dan menjawab kebutuhan orangtua yang m e n g h e n d a k i pendidikan sehari penuh bagi anakanak mereka, tentu saja dalam memberikan pelayanan, perawatan dan pendidikan tidaklah semudah yang dibayangkan.
“Kami sebagai pendidik PAUD juga merasa terbantu dengan adanya pelatihan ini, sehingga pengetahuan kami tentang pengembangan kurikulum 2013 meningkat, kami jadi lebih siap dan tahu bagaimana cara mendidik anakanak yang baik, kami berharap ada pelatihanpelatihan yang lain,” kata Ernawati salah satu peserta pelatihan Kabupaten Gunungkidul.
Narasumber menyampaikan materi mulai pada pengetahuan awal ten
tang kurikulum sampai pada bagaimana merancang kurikulum. Pendidik harus berupaya untuk mendorong anak untuk mengungkapkan pengalam an, pikiran, perasaan, berekspresi, dan
mengeksplor diri yang merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut, kurikulum perlu di rancang agar perbedaan individual dapat terakomodasi dan potensi peserta didik pun dapat optimal.
Profesionalisme pendidik yang sesuai dengan kurikulum baru tersebut tentu membutuhkan pendidik yang siap untuk itu. Pendidik profesional adalah pendidik yang ingin mengedepankan mutu dan kualitas layanan dan produknya, layanan pendidik harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa dan pengguna ser
ta memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasar potensi dan kecakapan yang dimiliki masingmasing individu.
Pada akhir pelatihan kali ini disepakati bersama bahwa akan membuat jejaring komunikasi khususnya untuk pendidik PUAD Full day, sehingga akan mempermudah mereka untuk komunikasi dan bertukar pengalaman selain itu juga mengumpulkan profil masingmasing lembaga agar menjadi direktori kolompok
PAUD yang melayani layanan full day se DIY dan tentunya akan ada pelatihan lanjutan yang akan dilaksanakan oleh jurusan PLS UNY. *
(Yudan Hermawan)
Pelatihan Pengembangan Kurikulum PAUD Full Day Berbasis Kurtilas
Pelatihan pengembangan kurikulum PAUD full day. (Foto Yudan)
Beberapa peserta pelatihan kurikulum PAUD full day. (Foto Yudan)
7No. 1| Th. IV | September 2016
WArTA
Gelar Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (GTK PAUD dan Dikmas) Berprestasi tahun 2016 disambut kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan persiapan materi, fisik, dan mental para peserta. Peserta terpilih, hasil seleksi peserta unggulan GTK PAUD dan Dikmas utusan kabupaten/kota seDaerah Istimewa Yogyakarta. Seleksi digelar Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Daerah Istimewa Yogyakarta, melibatkan akademisi, praktisi, dan birokrat dalam tim juri.
Persiapan teknis dan mental, persiapan psikis dengan motivasi, membangun mental kuat kontingen DIY, dengan training center (TC). Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) DIY menyelenggarakan pelatihan, uji coba, melalui pemusatan latihan tertulis dan presentasi. “Kegiatan TC untuk memantau peserta konti ngen DIY, awalnya minder menjadi percaya diri saat presentasi. Dengan penulisan karya nyata lengkap, didukung presentasi total, mempengaruhi perolehan nilai, mendapatkan nilai tinggi, menjadi terbaik,” ungkap Kepala BPKB DIY, Drs. Bambang Irianto, M.Pd. di ruang kerjanya.
Peserta mempersiapkan diri, latihan presentasi di depan temanteman sesama peserta, dinilai para
pendamping. Penampilan peserta dan materi sudah teruji di lingkungan sendiri. Beban terasa tidak terlalu berat, lebih percaya diri saat lomba sebenarnya. Waktu, menjadi kendala saat latihan bersama dalam TC, peserta mempunyai kesibukan dan tugas masingmasing.
Target TC, menampilkan dan menyajikan yang terbaik. “Berbuatlah kamu yang terbaik. Kita mempersembahkan yang terbaik, bukan menjadi juara umum tujuan kita. Bukan membebani peserta untuk menjadi juara, berusaha menjadi yang terbaik, semakin menyempurnakan tulisan karya nyata dan teknik presentasi,” pesan Bambang Irianto pada kegiatan TC.
Melibatkan beberapa akademisi perguruan tinggi DIY, Universitas
Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), dan para peraih juara tahun sebelumnya, sharing apa saja yang
telah dilakukan hingga mencapai puncak yang diharapkan. Dukungan penuh seluruh Pamong Belajar, staff, pejabat struktural, dan organisasi mitra BPKB DIY.
“Harapan ke depan, jika diberi kewenangan untuk mempersiapkan kegiatan Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi, BPKB akan melakukan hal yang terbaik. Mulai dari seleksi peserta unggulan kabupaten/kota, TC, sampai dengan pendampingan saat lomba. Untuk mempertahankan kejuaraan lebih sulit. Kedepannya harus membuat yang terbaik, segala hal berusaha membuat yang terbaik. Kita bu
kan bertujuan sematamata menjadi juara, tapi berusaha menjadi yang terbaik, semakin menyempurnakan,” kata Bambang Irianto menutup perbincangan. *
(S. Rukmi W.)
Melakukan Hal terbaikMempertahankan Juara Umum Apresiasi
GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi
Drs. Bambang Irianto, M.Pd.
Kepala BPKB DIY Drs. Bambang Irianto, M.Pd. di ruang kerja
8 No. 1| Th. IV | September 2016
“Berprestasi menjadi tujuan uta-ma. Menang itu penting, tetapi berbagi itu terasa lebih indah”
Di tengah kesibukannya mengajar, Tutor Pendidikan Kesetaraan UPTD SKB Kulon Progo, Dian Astutik Wulandari S.Pd masih menyempatkan diri menemui reporter Hamemayu, sambutan hangat dengan senyum lebar mempersilakan kami. Hame-mayu menyampaikan maksud dan tujuan bertemunya sebagai juara I Apresiasi GTK PAUD dan DIKMAS tingkat Nasional untuk Tutor Paket B dengan judul karya nyata “Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama den-gan Memanfaatkan Cerita Ketoprak pada Pendidikan Kesetaraan Paket B di SKB Kulon Progo”.
Dian Astutik wulandari mulai bercerita awal mula mengikuti Apresiasi GTK PAUD dan DIKMAS tahun 2016,.
“Sebenarnya saya awalnya kurang tertarik untuk mengikuti seleksi di tingkat kabupaten saat itu. Kemudian saya mendapat motivasi rekanrekan saya di SKB Kulon Progo. Saat itu salah satu rekan saya menyampaikan bahwa, kalau kita sudah melaksanakan apa salahnya kita sampaikan apa yang sudah kita laksanakan itu. Siapa tahu bisa bermanfaat bagi tutor yang lain. Akhirnya saya memberanikan diri menulis naskah dan maju ke seleksi tingkat Kabupaten Kulon Progo,” kata Tutot Kesetaraan SKB Kulon progo Kelahiran Semarang, 11 Januari 1977.
“Pada saat seleksi di tingkat kabupaten, saya dipercaya mewakili lomba karya nyata Tutor Paket B di tingkat DIY,” kata Dian Astutik Wulandari de
ngan bersemangat. “Tentu saja saya tidak menyianyia
kan kesempatan tersebut, pada saat itu saya bertekat berusaha sungguhsungguh memberikan yang terbaik di tingkat DIY. Karya saya adalah tulisan dari apa yang sudah saya lakukan di kelas, dan hal tesebut adalah inovasi pembelajaran
yang berbasis kearifan lokal dan mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Alhamdulillah di tingkat DIY saya berhasil mendapat peringkat pertama,” terangnya sambil tersenyum.
Lebih lanjut, Dian Astutik Wulandari yang pernah menjadi anggota Dewan Kerja Daerah (DKD) Pramuka Kwarda DIY tersebut juga menyampaikan perasaannya ketika dipercaya mewakili Tutor Paket B DIY dalam Apresiasi GTK PAUD dan DIKMAS di tingkat Nasional.
“Setelah diumumkan bahwa saya yang mewakili DIY di tingkat Nasional, yang saya rasakan saat itu sangat senang. Dalam pikiran saya saat itu, saya akan bertemu rekan sesama profesi tutor paket B seluruh Indonesia. Saya bisa berbagi dan bisa menyampaikan kepada mereka apa yang sudah saya lakukan dalam pembelajaran, saya juga bisa menimba ilmu
dan wawasan dari rekanrekan seluruh Indonesia dengan potensi dan kearifan lokal masingmasing,” kata lulus an IKIP Yogyakarta Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Angkatan 1995.
Setelah dinyatakan lulus maju ke ting kat Nasional, ternyata perjuangan Dian Astutik Wulandari tidak berhen
ti sampai di situ. Persiapan demi persiapan di tingkat DIY dilaluinya dengan semangat. Ibu dari empat anak tersebut melanjutkan cerita bahwa persiapan di tingkat DIY merupakan pengalam an yang sangat berharga meski melelahkan.
“Ada 4 trainning center yang dilalui, yaitu terkait penulisan naskah, tentang presentasi, persiapan kontingen terkait lomba beregu dan simulasi lomba. Itu
pengalaman luar biasa, bahkan saya tidak pernah membayangkan saya bisa sekuat itu, sebab TC dilakukan pada siang sampai malam hari, di mana pagi harinya saya harus ke kantor dan tetap mengajar pendidikan kesetaraan di SKB. Itu betul melelahkan, saya merasa bahwa saya saat itu luar biasa bisa mengikuti TC pada saat itu. Nah, yang paling berat adalah saat TC terakhir di mana saat itu waktunya tidak memungkinkan saya untuk pulang, pada saat itu bersamaan dengan anak yang pertama sedang menempuh Ujian Nasional Sekolah Dasar,” tambahnya.
Menurut Dian Astutik, TC yang dilalui memberikan banyak pengetahuan yang bermanfaat baginya. Ia merasakan mendapat banyak hal dari Trainning Center (TC). Mendapatkan ilmu dan pengetahuan terutama dalam penulisan karya ilmiah, dari sisi bagaimana menulis
Dian Astutik Wulandari, S.Pd
Juara I tutor Paket B Apresiasi GtK PAUD dan Dikmas 2016
Dian Astutik Wulandari, S.Pd.
PrOfiL
9No. 1| Th. IV | September 2016
latarbelakang masalah, isi bahkan sampai judul pun harus berkalikali konsultasi kepada para pendamping dan narasumber. Keberhasilannya dalam mengemas karya nyata ini dengan baik adalah buah dari pendampingan saat TC yang dilakukan oleh para pembimbing dan narasumber yang difasilitasi oleh Disdikpora DIY melalui BPKB.”
Lebih lanjut Tutor Kesetaraan yang memiliki hobbi travelling dan berpetualang tersebut menceritakan saat dirinya melakukan presentasi di Apresiasi GTK PAUD DIKMAS tingkat Nasional di Palu 22 s.d 28 Mei 2016. Terkait dengan suasana perlombaan, sang Juara tersebut juga bercerita bahwa suasana yang diciptakan yuri pada saat itu adalah suasana yang nyaman, jauh dari kesan perlombaan, terbalik dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya.
“Sejak hari pertama lomba tutor paket B dimulai, saya tidak merasakan adanya aura lomba. Dalam pikiran saya adalah kita saling berbagi pengalaman dalam membelajarkan salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran yang kita ajarkan. Semua tutor paket B adalah teman seperjuangan yang samasama berjuang tuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan inovasi pembelajaran,” kata Dian Astutik.
Menurutnya, para juri begitu santun dalam bertanya dan memberikan masuk an sungguh sangat menyejukkan hati para peserta lomba.
Hal yang menarik dan kiat Dian Astutik Wulandari saat mengikuti lomba tersebut adalah presentasi singkat, jelas dan micro teaching.
“Saya menyampaikan presentasi singkat, jelas dan mikro teaching yang menarik dan lengkap mulai pendahuluan sampai menutup kegiatan belajar. Alhamdulillah... semua berjalan lancar atas ijin Allah SWT,” tutur anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Mujiono dan Ngatini tersebut dengan su-mringah.
Selanjutnya, Juara Tutor Paket B tersebut menyampaikan motivasi dan harapan bagi sesama rekan seprofesinya agar tetap terus berinovasi, “Bagi para tutor pendidikan kesetaraan, jangan takut untuk melakukan inovasi. Cobalah sesatu hal agar pembelajaran tetap menyenangkan, sekecil apapun inovasi tersebut pasti akan berharga. Inovasi itu tidak harus besar, kecil namun dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, itu sangat bermanfaat.”
Selain bagi sesama profesi, Dian Astutik Wulandari juga menyampaikan pesan terhadap pemangku kebijakan agar
tetap dan meningkatkan perhatiannya pada pendidikan Nonformal, terutama pendidikan kesetaraan.
“Bagi pemangku kebijakan agar pendidikan nonformal jangan dipandang sebelah mata, pendidikan nonformal terutama kesetaraan harus tetap diperhatikan. Pendidikan kesetaraan bukan sekadar pelengkap dalam sisdiknas saja, namun harus diperhatikan dan diposisikan sama. Mulai dari sarana, sistem pembelajaran, tenaga pendidik dan kependidikannya, pembiayaannya harus diperhatikan sama seperti pada pendidikan formal (SD, SMP dan SMA). Sehingga kualitas pendidikan kesetaraan bisa baik dan nantinya kesetaraan menjadi sebuah pilihan bagi peserta didik, tidak lagi menjadi pilihan “yang kesekian” setelah dari pendidikan formal. Masyarakat menjadi tahu bahwa pendidikan kesetaraan tidak sekadar hanya mencari selembar ijazah, tapi lebih dari itu, pendidikan kesetaraan merupakan tempat menimba ilmu dan keterampilan,” katanya.
Menjadi juara pertama Tutor Paket B dalam Lomba Karya Nyata pada Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas adalah bukan hadiah tanpa perjuangan. Ada tahapan perjalanan yang ditempuh untuk menjadi yang terbaik dari sisi karya dan presentasi.
“Berprestasi menjadi tujuan utama. Menang itu penting, tetapi berbagi itu terasa lebih indah,” katanya lebih lanjut.
Dian Astutik Wulandari berpesan agar semua tutor pendidikan kesetaraan seluruh Indonesia agar bergenggaman erat untuk menjalin benangbenang keragaman agar menjadi rajutan permadani kebangsaan yang indah.*
*) Ady Saputra, Kontributor Hamemayu
Kulon Progo
Dian Astutik Wulandari, S.Pd.saat presentasi Tutor Paket B(Foto ist/Hamemayu)
10 No. 1| Th. IV | September 2016
PrOfiL
Kemampuan profesional adalah sebuah keniscayaan di setiap jenjang profesi sebagai
tolok ukur kualitas kinerja. Tuntutan profesional seperti itu pun tak pelak diterima Etri Jumiatuti sebagai salah seorang Penilik PAUD Kota Yogyakarta. Etri, demikian ia biasa dipanggil, tahun ini harus menyerahkan karya tulis ilmiah. “Tuntutan profesi ini saya rasakan sangat berat, karena saya tidak punya kemampuan tulis menulis. Apalagi faktor usia yang sudah tua, untuk
membaca saja cepat lelah,” tutur Etri.
Menurutnya tuntut an tersebut menjadi tantangan di tengah keterbatasan yang dimilikinya. “Bapak Kasi Dikmas memberikan tantangan sekaligus kesempatan kepada saya untuk meng ikuti ajang Apresiasi mewakili penilik PAUD Kota Yogya. Ikut lomba atau tidak sama saja, tetap harus menyerahkan karya tulis tahun ini. Jadi lebih baik sekalian mengikuti lomba, ada fasilitas pembimbingan,”
imbuhnya.Berawal dari tuntutan profe
si itulah, Etri memberanikan untuk mengikuti ajang apresiasi GTK. Tahapan seleksi di tingkat kabupaten
kota hingga propinsi dilaluinya dan kemudian menghantarkannya menjadi wakil propinsi DIY.
“Saya tidak menyangka harus mewakili DIY. Tapi, lagilagi ini adalah amanah yang harus saya tunaikan. Saya tumbuhkan semangat untuk terus maju mengikuti proses,”ungkap Etri dengan penuh semangat.
Kegigihannya terlihat jelas ketika mengikuti proses Training Center (TC) di BPKB selama kurang lebih dua bulan. Meski harus menuai banyak kritikan dari hasil tulisan yang dibuatnya, tak menyurutkan semangat untuk memperbaiki karya tulisnya. Dari judul saja tidak cukup sekali jadi, akan tetapi dihadapkan proses panjang melalui diskusi, ulasan dan revisi. Terkadang ada rasa putus asa dengan kemampuan diri menyusun karya yang masih jauh dari harapan semua pihak.
Etri Jumiatuti, S.Pd
Berawal tuntutan Profesi, Anugerahkan Prestasi
Etri Jumiatuti, SPd, penilik PAUD Kota Yogyakarta
Penyerahan penghargaan kepada Etri Jumiatuti seba-gai Juara I kategori Penilik
PAUD oleh Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan,(Foto: ist/Hamemayu)
11No. 1| Th. IV | September 2016
“Mendekati hari keberangkatan ke Palu, sebenarnya saya sudah agak down, dan tidak pede, saya juga melihat ketidakpedean dari para pembimbing saya. Dalam hati, saya jadi merasa kasihan dengan para pembimbing yang sudah kerja keras membimbing saya,” ungkapnya.
Tersulut dari dalam hati Etri untuk menyuguhkan yang terbaik. Baginya terbaik bukan harus menjadi pemenang, tapi pada maksimalnya proses yang sudah dilakukan. “Makanya saya maju berkompetisi tanpa memiliki ambisi untuk menjadi juara, cukup saya fokus pada ikhtiar yang maksimal,” imbuhnya.
Karya tulisnya berjudul “Pembimbingan Individu Menggunakan Grow Coaching Model untuk peningkatan Kompetensi Pengelola PAUD”, Etri maju di Apresiasi mewakili penilik PAUD.
Perjalanan menuju Palu, tempat penyelenggaraan Apresiasi, membawa semangat yang membara di hati Etri dan seluruh rombongan dari kontingen DIY. Bagi Etri, ini merupakan perjalanan yang menyenang
Malam penganugerahan guru dan tenaga kependidikan PAUD dan DIKMAS berprestasi Tingkat Nasional tahun 2016 di Palu (Foto: ist/Hamemayu)
Etri dengan rutinitas tugasnya sebagai penilik PAUD
(Foto: ist/Hamemayu)
12 No. 1| Th. IV | September 2016
kan, menantang, menegangkan dan mengharu biru. Pada puncak proses yang menegangkan dialaminya saat mempresentasikan karya tulisnya di hadapan dewan juri dan seluruh peserta yang merupakan perwakilan penilik dari seluruh propinsi seIndonesia.“Saya dibantai habis de ngan metode GROW coac-hing,” ungkap Etri.
Penyampaian Etri dalam menjawab semua pertanyaan dari dewan juri mengalir lancar. Menurutnya, ia menyampaikan dengan bahasa sesuai yang diketahui dan yang sudah dilakukannya, sehingga ketika dikritisi dari berbagai pihak, ia bisa menjawabnya. Termasuk tentang Grow Coaching yang merupakan pendekatan pembimbingan yang sudah dilakukannya untuk pendampingan pengelola PAUD di kota Yog ya berdasarkan pada Goal (tujuan), Reality (kenyataan), Option (meyakinkan), Will (harapan).
“Saya bingung kalau menyampaikan terlalu banyak teori dan istilah. Makanya sebelum presentasi, saya kuatkan niat diri saya untuk menyampaikan apa adanya, berdasarkan hasil kerja saya di lapangan. Alhamdulillah komunikasi malah lebih lancar, mengalir natural dan saya merasa lebih pede,” imbuhnya.
Berbagai macam agenda di ajang apresiasi berlangsung dari tanggal 2228 Mei 2016 di Palu yang menggelar 16 jenis lomba kategori perorangan dan 2 jenis lomba katagori kelompok. Seluruh peserta dari berbagai propinsi se Indonesia dan dari berbagai bidang profesi saling berkompetisi sportif, menunjukkan karya terbaik, dan berkomparasi konstruktif. Interaksi dan aksi saat mengikuti proses perlombaan, berpadu membuahkan
inspirasi untuk sebuah kemajuan antara para peserta.
Saat tiba malam penganugerahan yang menjadi puncak agenda pe
nyelenggaraan Apresiasi tahun 2016 ini. Suasana menggembirakan dan sekaligus mengharu biru, khususnya bagi kontingen DIY saat diumumkan bahwa Yogyakarta menjadi juara umum, salah satunya Etri Jumiastuti sebagai juara satu untuk kategori penilik PAUD.
Menyandang juara satu bagi Etri, tak menjadikan diri busung dada, akan tetapi menjadikannya lebih tertantang untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa apa yang diusung dalam karya tulisnya menjadi karya nyata yang harus dilakukan dalam upaya mengoptimalkan pendampingan PAUD sebagai tugas utama penilik PAUD. Harapannya, PAUD khususnya di kota Yogyakarta menjadi semakin berdaya dan berkualitas.
Hal senada juga diungkapkan Dedy Budiono, M,Pd, Kabid PNF Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta,
“Ajang Apresiasi GTK ini merupakan wadah yang sangat bagus untuk mengukur kompetensi dan kualitas GTK PAUD.”
Dedy sangat bangga Etri Jumiatuti mewakili Kota Yogyakarta meraih penghargaan juara 1 untuk kategori Penilik PAUD pada ajang apresiasi tingkat nasional.
“Juara 1 bukan menjadi segalagalanya, dan kemudian pembinaan berakhir begitu saja. Akan tetapi suistainibility pembinaan untuk pamong, instruktur kesetaraan, termasuk penilik harus tetap terjaga secara simultan,” katanya.
Menurut Dedy, kegiatan pembinaan tidak perlu mulukmuluk, berinovasi sanasini, apalagi mengadaada yang tidak ada hanya sekadar untuk diacungi jempol atau meraih prestasi. Tetapi pada akhirnya
keropos dan roboh, karena tak diimbangi dengan aksi di lapangan.
Harapan Dedy, yang baru bertugas kurang lebih satu bulan sebagai kepala bidang PNF Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, bahwa proses seleksi Apresiasi khususnya di tingkat kabupaten kota, terpilih dari seorang yang benarbenar memiliki kapasitas yang mumpuni.
Lebih lanjut ia berharap, “Siapa pun yang terpilih juara memang benarbenar terseleksi sesuai kapasitas yang dimilikinya, bukan karena mereka yang sekadar berani mengajukan diri saja. Penting sekali diciptakan iklim berani berkompetisi untuk mengukur kompetensi di kalangan guru PAUD, instruktur maupun penilik. Pada akhirnya akan benarbenar tercipta iklim edukatif dan gerakan pembelajar di semua kalangan.”
(Maya Veri Oktavia /Hamemayu)
Dedy Budiono, M.Pd, Kepala Bidang PNF Dinas Pendi dikan Kota Yogyakarta
Mesin jahit pertama Aswiana
13No. 1| Th. IV | September 2016
Wanita kelahiran 26 September 1969 punya motto hidup, hari esok
lebih baik dan lebih bermanfaat dari hari ini. Selain hobi memasak dan menjahit, aktif berkiprah di organisasi Himpunan Seluruh Penguji dan Pendidik Indonesia (HISPPI) DPC Sleman, ketua DPD HISPPI, anggota Himpunan Pengelola Kursus Indonesia (HIPKI), anggota Ikatan Penata Busana Indonesia (IPBI) Kartini Sleman, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sleman, koordinataor UKM (UKEA).
“Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Ayah saya seorang PNS bernama Sukarsono, ibu saya bernama Suyati seorang PNS juga. Masa kecil saya lewati penuh kesederhanaan. Masa kecil saya, gaji PNS masih kurang diperhatikan, belum seperti sekarang ini, orangtua saya mendidik
putraputrinya agar dapat mandiri dan mempunyai keterampilan agar dapat mendapatkan penghasilan sendiri,” kata Aswiana.
Pagi itu percakapan singkat kami mulai, di Jalan Tantular Selatan Nomor 414 B, Pringwulung, Condong Catur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, di selasela waktu Dra. Secilia Fransisca Aswiana, MM., peraih Juara 1 Instruktur Kursus Tata Busana Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (GTK PAUD dan DIKMAS) Berprestasi Tahun 2016.
Sejak kelas 6 SD sudah dibelikan mesin jahit karena hobi menjahit sejak kelas 3 SD. Tak heran saat SMP, Aswiana pintar menjahit, bisa membuat baju sendiri, dan baju keempat adiknya. Selepas SMP pun Aswiana tidak berminat mendaftarkan seko
lah SMA. “Pilihan saya adalah SMKK jurusan Tata Busana, karena saya cinta jahit, dan ingin mendapatkan ilmu tentang tata busana,” kenang Aswina penuh cinta.
Benar adanya, di SMKK keterampilan Aswina semakin terasah,
banyak kerabat menjahitkan baju. Sejak itulah citacita membuka usaha busana semakin kuat. Dasar teori dan keterampilan SMKK memberikan banyak prestasi. Selama tiga tahun sekolah SMKK selalu mendapatkan beasiswa. Dukungan kuat sekolah agar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri, Aswiana diterima sebagai mahasiswi IKIP Negeri Semarang, UNNES.
PrOfiL
Cinta Aswiana pada tata Busana Jalan Emas Meraih Juara Pertama Nasional Instruktur
Kursus Tata Busana Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi 2016
Aswiana saat presentasi
14 No. 1| Th. IV | September 2016
Masa kuliah Aswiana tetap menerima jahitan dan prestasi, tetap mendapat beasiswa. Tahun 1991 penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi dari Rektor IKIP Semarang, UNNES diraihnya. Tahun 1993 sebagai dosen di Akademi Kesejahteraan (AKS) Tarakanita Yogyakarta. Kesibukan sebagai dosen tidak menyita waktu membuka usaha di rumah. Tahun 2001 usaha Aswiana berlabel Silia Griya Busana.
Tahun 2009 akhir, AKS Tarakanita resmi ditutup oleh yayasan Pendidikan Tinggi Tarakanita. Secercah harapan masih ada melalui Silia Griya
Busana. Kecintaan memberikan ilmu tata busana, timbul keinginan membuka pintu rumah sebagai tempat kursus bidang tata busana. Gayung bersambut, alumnialumni AKS yang ingin lebih mendalami keterampilan tata busana, datang untuk kursus. Mereka memberi rekomendasi kepada teman atau kerabat, kursus di Silia Griya Busana.
Kursus perdana, Aswiana memberikan kursus gratis bagi masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Aswina aktif di PKK dan beberapa
organisasi kemasyarakatan, serta organisasi profesi. Perkenalan pada dunia Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dimulai tahun 2010, dengan membuka LKP Silia. Sejak saat itu, ada Silia Griya Busana dan LKP Silia, keduanya beralamat di Jalan Tantular Selatan Nomor 414 B, Pringwulung, Condong Catur, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejak tahun 2010 Aswiana menyandang jabatan sebagai Instruktur Kursus Tata Busana LKP Silia Sleman. Perkembangan LKP Silia, tahun 2011
mendapatkan Ijin Operasional Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Tahun 2013 program menjahit terakreditasi BAN PNF. Tahun 2014 lembaga terakreditasi BAN PNF. Tahun 2015 Penilaian Kinerja oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga menjadi lembaga yang sudah menjadi bagian dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Kantor LKP “Silia” milik Awiana di Pringwulung, Condong Catur, Depok, Sleman, DIY(Foto sabatina/Hamemayu)
Aswiana saat presentasi karya model busana
15No. 1| Th. IV | September 2016
Olahraga. Pengelolaan dan kegiatan LKP Silia bersinergi dengan kegiatan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Termasuk kegiatan Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi tahun 2016.
Berawal tingkat kabupaten/kota, Aswiana mewakili instruktur tata busana dari LKP Silia Sleman, lolos tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Peraih gelar terbaik Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi tahun 2016 tingkat nasional di Palu, perwakilan dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berbekal pengalaman sebagai instruktur kursus tata busana LKP Silia Sleman, dituang dalam karya nyata. Segala kemampuan dan kesabaran benarbenar harus diuji. Sesampainya hotel tempat lomba berlangsung, tas berisi materi dan perlengkapan lomba hilang. Hingga tengah malam tas belum ditemukan.
“Ibarat maju perang saya tidak mempunyai senjata,” Aswina mengingat kepanikan saat itu. Berkat doa dan usaha semua pihak, tas ditemu
kan. Semangat yang sempat berkurang, kembali dengan kembalinya materi dan perlengkapan lomba.
Semangat dipertahankan terus
ketika mendapatkan nomer undian pertama. Presentasi karya nyata berjudul “AsihAsahAsuh” Berbasis Wirausaha Kreatif sebagai Strategi Pembuatan Busana Kerja Wanita dengan Sentuhan Etnik, dilanjutkan
praktik mengajar, berjalan lancar dan sukses.
Konsep pembelajaran, membentuk peserta didik berkarakter,
lebih terampil dan berjiwa wirausaha, karya nyata juara 1 Instruktur Kursus Tata Busana Apresiasi GTK PAUD dan Dikmas Berprestasi tingkat nasional tahun 2016. Langkah awal melakukan hal bermanfaat bagi dunia pendidikan di Lembaga Kursus dan Pelatihan, pendidikan masyarakat pada khususnya, dan pendidikan di Indonesia pada umumnya.
“Juara sejati adalah ketika kita mampu berbagi ilmu dan kemampuan kepada sesama, ikhlas, rendah hati, tidak pernah berhenti untuk belajar, dan berdoa, memberikan kemanfaatan dan kebaikan bagi lingkungan sekitarnya. Suatu kebanggaan, setelah menyusuri proses lama dan perjuang
an panjang sebagai instruktur, mendalami materi, dan mencintai profesi kita”, pungkas Aswina.
(Sabatina R Widiasih/Hamemayu)
Produk Awiana
Aswiana dengan sabar melatih dan mendampingi para peserta LKP “Silia” (Foto: sabatina/Hamemayu)
16 No. 1| Th. IV | September 2016
Tidak siasia perjuangan Okie Surya Ikawati, S.Sn. dalam ajang Apresiasi GTK PAUD
dan DIKMAS Berpretasi tahun 2016. Pada perhelatan tersebut ia berhasil menyabet gelar juara I Instruktur Tata Rias Pengaantin tingkat nasional tahun 2016 yang dilaksanakan di Palu, Sulewei Tengah.
Wanita kelahiran Yogyakarta 25 Oktober 1973 dan bertempat tinggal di kawasan Kweni RT 04 Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta ini mulai menekuni dunia tata rias sejak menempuh kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang diselesaikannya pada 1997.
Dia sudah lama mengabdikan diri sebagai pelatih tari di berbagai sekolah. Karena memang sesuai dengan background pendidikannya seni tari.
Selain melatih tari, ia membuka usaha salon rias pengantin. Tak ketinggalan, seni peran juga menjadi salah satu bidang yang ditekuninya. Terbukti dengan piagam penghargaan prestasinya sebagai pemeran wanita terbaik pada festival kethoprak Jawa Bali yang diselenggarakan pada tanggal 12 17 April 2006 di
Surakarta. Mulai menekuni profesinya
sebagai instruktur tata rias pengantin baru pada tahun 2014 yakni
bersamaan dengan didirikannya LKP Niassari yang beralamatkan di Ngijo Demangan, Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Menurut penuturannya, proses panjang yang dilakoninya berawal dari keikutsertaannya pada seleksi di tingkat Kabupaten Bantul. Dia
mampu menyisihkan peserta lain yang justru sudah pernah mengikuti lomba sejenis pada tahun sebelumnya. Sehingga dia berhak mewakili Bantul untuk maju di tingkat provinsi DIY.
Prestasinya pun terulang kembali. Ia berhasil menyisihkan peserta dari kabupaten / kota lain seDIY. Pada awalnya dia merasa tidak memahami materi apa yang dikehendaki oleh penyelenggara lomba. Sehingga dia dan banyak peserta lain yang terjebak pada inovasi produk atau hasil riasannya bukan pada inovasi proses pembelajarannya.
Namun dengan meng ikuti program Trai-ning Center (TC) dia baru menemukan dan memahami materi apa yang dikehendaki dalam lomba ini.
Selaku instruktur, mbak Okie, sapaan akrabnya, menemukan
model inovasi pada pembelajaran tata rias pengantin. Adapun inovasi yang ditemukan dan diunggulkan adalah inovasi pembelajaran perpa
Okie Surya Ikawati, S.Sn.
Juara I Instruktur Rias Pengantin Nasional tahun 2016
Okie Surya Ikawati, S.Sn.
PrOfiL
17No. 1| Th. IV | September 2016
duan antara role playing dan thinking pairshare.
Menurut Okie, Role playing, adalah salah satu peserta didik yang dilatih memerankan peran sebagai perias pengantin dan yang lain berperan menjadi pengantinnya. Begitu seterusnya secara bergantian.
Selanjutnya thinking pairshare adalah berpikir secara berpasangan dan saling berbagi. Adapun tahapannya meliputi tiga langkah yaitu menemukan pasangan, menemukan masalah, dan memberikan solusinya.
Penekanan kompetensi lainnya adalah aspek sikap yakni sikap perias saat melayani pengantinnya. Seorang perias harus menempatkan pengantinnya seakanakan sebagai seorang ratu yang selalu dilayani kebutuhannya. Perias tidak boleh
mengecewakan pengantinnya yang berasal dari kelompok sosial ekonomi manapun. Hal unik yang pernah ditemui dalam melatih peserta didik yakni kompleksnya latar belakang peserta didik bahkan ada yang berasal dari ibu rumah tangga murni. Sehingga dalam melatih diperlukan pendekatan individual atau semi privat.
Kejuaraan yang diraih Okie ini merupakan kejuaraan puncak yang diraih pada cabang lomba instruktur tata rias pengantin pertama kali untuk DIY dalam ajang Apresiasi PTK PNF tingkat nasional. Agar DIY dapat mempertahankan prestasi dalam kejuaraan nasional ini, dia menyarankan kepada instansi terkait untuk dapat menginformasikan secara rinci / detail tentang tema dan ketentuan yang diberlakukan dalam lomba tersebut.
Dengan demikian maka peserta lomba dapat mempersiapkan sedini mungkin dan sebaikbaiknya. Tidak seperti yang pernah dialaminya tahun 2016 ini yang merasa kebingungan karena informasi yang diterima tidak jelas.
Okie merasa sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan kepadanya untuk mewakili DIY maju ke tingkat nasional bersama dengan tim kontingen dari DIY yang senantiasa bekerja sama saling membantu satu sama lain.
Okie juga merasa bersyukur atas prestasi terbaiknya ini yang dapat dipersembahkan kepada warga masyarakat DIY. Bahkan menurutnya, prestasi ini bukan sematamata prestasinya pribadi tetapi prestasi tim.
Pengalaman unik yang dialami dalam proses lomba di tingkat pusat, saat pengantin yang sudah dipilihnya tibatiba membatalkan kesanggupannya sehingga harus mencari dan menemukan model pengganti dalam waktu yang sangat singkat. “Aspek lain yang perlu diperhatikan oleh peserta lomba adalah aspek etika berbicara, etika bersikap, etika berpakaian baik pada saat penilaian maupun di luar waktu penilaian,” ungkap Okie.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (DPC HARPI) Kabupaten Bantul yang sekaligus Pimpinan LKP Niassari Dra. Kinting Handoko, M.Sn., sangat berharap agar Okie dapat meneruskan pengembangan tata rias pengantin di wilayah Kabupaten Bantul pada khususnya dan DIY pada umumnya. Dengan begitu dapat “berbicara” di level nasional.
Dia juga berharap agar Okie dapat menularkan ilmu dan pengalamannya kepada sesama perias pengantin di Bantul, karena masih banyak instruktur yang memiliki kemampuan merias tetapi tidak semuanya memiliki metode melatih yang tepat. “Banyak perias pinter tetapi tidak semua perias bisa minter-ke,” katanya.
Kinting menyarankan agar sosialisasi pemilihan instruktur tata rias pengantin tidak hanya dilakukan melalui LKP, tetapi juga dilakukan melalui organisasi HARPI baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.*
(Asbani, Pengelola TBM Sari Ilmu Gunungkidul/ bany73@yahoo.co.id)
Dra. Kinting Handoko, M.Sn
18 No. 1| Th. IV | September 2016
PrOfiL
Menjadi juara bukanlah suatu tujuan. Bukan pula akhir dari proses belajar. Juara sebagai
apresiasi dan catatan nyata mengenai karya yang telah di lakukan. Juga bentuk mencintai sebuah profesi.
Begitulah prinsip hati Ismuningsih dalam mengikuti ajang Apresiasi GTK 2016. Muning, sapaan kesehariannya, menapaki proses idealismenya menjadi pengelola KB/TPA Fairuz Aqila sebagai salah satu jalan nyata pengabdian hidupnya untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Mengajak seluruh guru di lembaganya bersama meningkatkan kualitas diri dan lembaga dengan harapan bisa menjadi spirit nyata kepada masyarakat maupun pemerintah dalam mewujudkan mutu pengelolaan PAUD. “Saya membangun spirit belajar untuk para pendidik di KB/TPA Fairuz Aqila melalui bentuk coaching dan peer tutoring,” ungkapnya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa
titik tekan pembelajaran coaching dan peer tutoring pada masingmasing tahun berbeda. Tahun 2013 adalah pen
dalaman visi, misi, lembaga. Tahun 2014 menitikberatkan pada pembuatan SOP dan tahun 2015 mengenai ku
Ismuningsih, M.A
“Menjadi Juara Bukanlah tujuan”
Anies Baswedan memberikan apresiasi kepada para juara Apresiasi GTK 2016(Foto ist/Hamemayu)
Peserta ajang Apresiasi GTK 2016 dari DIY di Palu, Sulawesi Tengah (Foto ist/Hamemayu)
19No. 1| Th. IV | September 2016
rikulum PAUD 2013. Setiap Tahun KB/TPA Fairuz Aqila mengadakan 4 kali coa ching dan 3 peer tutoring, dilaksanakan selama 4 bulan setiap tahunnya. Hasil akhir adalah pedoman lembaga, SOP dan buku literatur pertanyaan terbuka untuk pendidik.
“Proses belajar tidak cukup berhenti sampai disini,” ucap ibu dari Lintang Ratna Dewati dan Satria Wicaksana ini. Ia bersama tim guru mencoba membangun komunikasi antara lembaga, Himpaudi dan pemerintah desa dalam memanfaatkan dana desa.
Ikhtiar itu membuahkan hasil yang sangat membahagiakan. Dana desa Purwomartani turun sebesar 1,5 juta / layanan PAUD sedesa Purwomartani. Dana desa tersbut berdasarkan kesepakatan bersama sebesar 15 persen dipergunakan untuk program belajar bersama dan pendampingan seluruh PAUD di desa Purwomartani.
“Sebagai konsekuensi dari pelimpahan dana tersebut diminta menyampaikan laporan belajar bersama, hasil riset peningkatan kualitas dan peta potensi pengembangan PAUD Desa Purwomartani,” ungkap perempuan kelahiran 27 Juli 1976 ini.
Pada semua kerja voluntir yang
telah dilakukannya di atas itulah, lulusan S2 Psikologi UGM ini mencoba tuangkan ke dalam karya tulis yang berjudul “KOMUNIKASI PERSUASIF, COACHING DAN PEER TUTORING SEBAGAI OPTIMALISASI PENGELOLAAN DANA DESA DI KB/TPA FAIRUZ AQILA “.Tulisan saya, mungkin sebuah tulisan yang jelek dan tidak mudah dipahami. Sebuah tulisan yang mungkin tidak memiliki kaidah keilmiahan tingkat tinggi. Tetapi, saya menuliskan catatan dari proses bekerja sepenuh hati di masyarakat. Kerja –kerja saya di masyarakat betul betul merupakan kerja volunterisme untuk mengembangkan PAUD,” imbuhnya.
Seperti hal dengan peserta yang lain, Muning mengikuti proses penguatan konsep tulisannya melalui Training Center. Lebih lanjut ia mengungkapkan,” Saya mengikuti berbagai tahapan seleksi, membaca pedoman hingga ke titik koma, mencermati apa yang tertuang di juknis dan saya berjuang demi sebuah idealisme dan pemikiran. Meskipun untuk itu saya kerap di anggap gila, lebay, tidak normal, dan lain sebagainya.”
Proses yang tak kalah penting menurutnya adalah beberapa laku priha
tin melalui doadoa yang dimohonkan dengan sangat pada Allah. “Sampai titik terakhir, saya tidak akan tinggal glanggang colong playu... mungkin betul saya lebay, tapi saya bukanlah pengecut, saya akan membuktikan kerja yang kami lakukan sebagai tim tidak boleh diabaikan,” ungkapnya penuh semangat.
Terbukti sudah, dari kegigihan Ismuningsih, istri dari Harman Sulistyo ini, mampu meraih Juara 1 di ajang APRESIASI GTK 2016 di Palu untuk kategori Pengelola PAUD. Sebuah prestasi yang mengharumkan nama DIY di tingkat nasional. Dan sebuah anugerah yang merupakan jawaban dari ikhtiar panjang yang dilaluinya.
Memaknai proses Ismuningsih dalam meraih prestasi di ajang APRESIASI GTK, bagaimana mengarahkan diri dalam pengabdian, mempertahankan prinsip, mempertahankan pemikiran, tidak goyah oleh pemikiran pihak lain. Terus bertahan di bawah tekanan, belajar memahami kerangka berpikir orang lain. Juga belajar mengelola emosi dengan baik, dan mendekat pada Sang Pemilik Kekuasaan. *
(Maya Veri Oktavia)
Kepala Disdikpora DIY Kadarmanto Baskara Aji bersama peserta ajang Apresiasi GTK 2016 (Foto ist/Hamemayu)
20 No. 1| Th. IV | September 2016
Gerakan Indonesia Mem-baca (GIM) baru saja di-lounching oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili Dirjend PAUD dan Dikmas di Gunungkidul pada 19 Mei 2016.
GIM merupakan kegiatan membangun budaya baca masyarakat yang diselenggarakan lintas sektoral. Kegiatan tersebut melibatkan lembaga swasta, berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, keagamaan, kepemudaan, profesi, satuan pendidikan anak usia dini (PAUD), satuan pendidikan non formal, taman bacaan masyarakat (TBM). Juga forumforum yang menjadi mitra Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul.
Tujuan GIM untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat serta menurunkan jumlah buta aksara. Juga untuk mengembangkan masyarakat gemar membaca sepanjang hayat. Sekaligus membangun peradaban masyarakat yang dilandasi nilainilai budaya bangsa.
Guna menjamin ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian layanan bacaan masyarakat dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya dan menjadi pembelajaan sepanjang hayat.
Menurut Kepala Bidang PAUDNI Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul, Supriyadi, rangkaian kegiatan lounching Gerakan Indonesia Membaca di DIY yang dipusatkan di Gunungkidul, meliputi berbagai bentuk publikasi GIM, workshop penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD), lomba literasi dan program aksi serta upacara pencanangan kampung literasi Desa
Kepek Kecamatan Saptosari. Ada pula sarasehan budaya baca di alunalun Pemda Gunung kidul. Target selanjutnya terbitnya regulasi tentang Gerakan Literasi.
Untuk memeriahkan lounching tersebut telah dilakukan kegiatan gabungan kegiatan dengan gebyar PAUD dan Hari Aksara Internasional (HAI). Kegiatan lounching juga disemarakkan dengan menulis surat kepada Menteri Pendidik an dan Kebudayaan yang dilakukan warga sasaran program pendidikan keaksaraan.
Sasaran dari GIM adalah seluruh warga masyarakat di Gunungkidul yang meliputi anak usia dini, orang dewasa/orang tua, forumforum mitra Disdikpora, orsosmas, organisasi kepemudaan dan keagamaan, serta orgaisasi swasta. Harapannya muncul kesadaran masyarakat secara umum untuk membaca.
Pada jalur pendidikan formal, kegiatan membaca digerakkan dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sudah selayaknya dilakukan oleh peserta didik.
Kasi Dikmas, Indri Prihatiningtyas mengatakan, berdasarkan data dari BPS yang sudah diklarifikasi oleh Disdikpora Gunungkidul, jumlah penduduk Gunungkidul yang berusia 15 hingga 59 tahun berjumlah 31.543 orang. Dari jumlah tersebut belum tuntas tuna aksara sebanyak 15.548 orang. Sedang yang sudah dituntaskan pada 20142015 sebanyak 3.470 orang.
Tahun 2016 ini akan dituntaskan sebanyak 10.000 orang. Selebihnya akan diselesaikan pada tahun 2017
yang jumlahnya bisa jadi sudah berkurang karena sudah banyak diantara warga tersebut yang sudah meninggal dunia.
Dampak yang sudah dirasakan dari diselenggarakannya Lounching GIM, lanjut Supriyadi, adalah tersebarnya informasi gerakan membaca. Sudah banyak orang yang menanyakan tindak lanjut dari pencanangan tersebut.
Hal senada disampaikan Kepala KPAD Kabupaten Gunungkidul, Ali Ridlo dalam sarasehan dan syawalan forum komunikasi perpustakaan seKabupaten Gunungkidul (29/7/2016). Pihaknya menyatakan perlumya adanya intervensi kebijakan dalam penyusunan RAPBDes dan RKAS/M dengan memasukkan anggaran untuk perpustakaan desa dan perpustakan sekolah/ madrasah. Di semua sudut pelayanan publik disediakan pojok baca, misalnya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan tempat pelayanan publik lainya.
Dengan meningkatnya minat dan budaya baca, secara tidak langsung akan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat Gunungkidul.*
(Asbani, Pengelola TBM Sari Ilmu
Gunungkidul)
Literasi Gunungkidultingkatkan Minat Baca dengan GIM
Kabid PAUDNI Disdikpora Gunungkidul, Supriyadi di ruang kerjanya (Foto Asbani)
WArTA
21No. 1| Th. IV | September 2016
Yang dimaksud dengan keluarga yang tenteram adalah keluarga yang tenang, tidak ada konflik yang berarti. Rumah tangga seperti inilah yang
diinginkan semua orang. Walaupun diinginkan namun ketenteraman tidak bisa didapat begitu saja. Ketenteraman harus diupayakan, dibiasakan dan dijaga kelestariannya. Pada zaman yang serba susah seperti sekarang ini ketenteraman adalah sesuatu yang mahal dan sulit didapat.
Masalah yang terjadi dalam keluarga amat beragam dan kompleks. Hal ini menuntut anggota keluarga untuk mampu menghadapi masalah yang terjadi. Pada dasarnya, dalam setiap hubungan berpotensi menimbulkan konflik. Konflik bisa berasal dari: unsur pribadi, ekonomi, pengetahuan dan keyakinan serta kewenangan. Ada beberapa penyebab terjadinya konflik dalam keluarga, antara lain :
Kurangnya komunikasi antara suami dan isteri1. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ko
munikasi menjadi hal penting dalam sebuah hubungan. Komunikasi yang lancar menjadi salah satu faktor timbulnya kepercayaan antara suami dan isteri. Selain itu, komunikasi yang terjadi sebaiknya tidak terbatas pada topiktopik yang serius saja, tetapi juga dapat berupa canda dan tawa sangat berperan penting untuk menghilangkan rasa bosan.
Romantisme yang memudar2.
Tidak sedikit pasangan yang kehilangan romantisme setelah menikah karena merasa tidak ada lagi yang perlu dijajaki. Hal ini bisa menyebabkan pasangan mudah emosi dan mempermasalahkan hal kecil menjadi besar serta menjadikannya topik pertengkaran. Untuk menghindarinya, tidak ada salahnya baik isteri maupun suami memberikan kejutankejutan kecil setiap harinya.
Materi3. Masalah materi seringkali menjadi permasalahan
sensitif dalam hubungan rumah tangga. Sebagian besar suami maupun isteri bertengkar akibat kurang terbuka dalam mengelola keuangan serta tidak merencanakan segala keinginan dan kebutuhan rumah tangga bersama.
Orang ketiga4. Pasangan yang telah menikah, umumnya punya ke
tertarikan satu sama lain. Sadar atau tidak, keduanya memiliki naluri yang akan memengaruhi seandainya ada sesuatu yang berbeda mengenai pasangannya. Masalah terbesar muncul ketika ada orang ketiga yang dianggap mengusik rumah tangga.
Kebersihan5. Masalah kebersihan juga dapat memicu pertengkar
an. Seorang isteri umumnya memiliki dorongan untuk menyusun, merapihkan, dan meletakkan segala sesuatu di tempatnya serta memberi kenyamanan bagi keluarga
Mengelola Konflik dalam Rumah tangga
Manajemen konflik adalah kemampuan individu untuk mengelola konflik-konflik yang dialaminya dengan cara yang tepat, sehingga tidak menimbulkan komplikasi negatif pada kesehatan jiwanya maupun keharmonisan keluarga. Konflik terjadi karena adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Ada satu keluarga yang sangat rentan terhadap konflik, ada pula yang mampu menepis satu per satu konflik yang terjadi. Kemampuan inilah yang dibutuhkan anggota keluarga untuk dapat menyelesaikan konflik yang
ada tanpa merusak hubungan yang telah terjalin sebelumnya. Masalah tidak akan muncul tanpa penyebab. Penyebab inilah yang harus diketahui bersama, agar penanganan konflik sesuai dengan penyebabnya sehingga penyelesaian yang dilakukan tepat sasaran. Keluarga yang bisa mengatasi
konflik akan memperoleh ketenteraman.
OPiNi
Oleh Trining Herlina*)
22 No. 1| Th. IV | September 2016
nya. Sayangnya, banyak pasangan yang tidak memahami. Tips yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak pasangan untuk membersihkan lingkungan satu minggu sekali, karena selain rumah akan bersih, waktu berdua juga dimanfaatkan dengan baik.
Mertua6. Jika hubungan dengan mertua relatif
kurang baik, kemungkinan besar salah satu pihak akan membawa cara didik keluarganya dalam membesarkannya. Hal ini menjadi suatu perbandingan yang jelas tidak akan disukai oleh pasangan yang sudah menikah.
Anak7. Anak merupakan buah hati sekaligus
tanda cinta dalam rumah tangga. Hanya saja terkadang hal ini bisa berubah menjadi perselisihan ketika salah satu pihak memiliki cara sendiri dalam menerapkan pola didik bagi anaknya.
Over posesif8. Ketergantungan, takut kehilangan, dan rasa cinta
berlebih pada pasangan memungkinkan muncul rasa kepemilikian yang besar. Over posesif berakibat buruk dalam hubungan rumah tangga, karena selain menciptakan kesalahpahaman, keadaan ini juga secara tidak langsung memenjarakan keinginan salah satu pasangan. Saling percaya antara suami dan isteri sangat diperlukan.
Beberapa hal di atas seharusnya menjadi perhatian bagi pasangan suami isteri yang baru saja menikah. Dibutuhkan kesiapan mental dan kedewasaan untuk mengatasi masalah tersebut. Sebagai simpulannya, berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab konflik rumah tangga, yaitu.1. Konflik yang berasal dari pribadi
Suami atau isteri masingmasing merasa benar a. dengan tindakan atau pendapatnya. Terdapat perbedaan dalam menentukan pola asuh b. anak atau kebijakan dalam pengelolaan rumah tangga.
2. Konflik yang terjadi karena ukuran ekonomiSuami atau isteri sebagai pencari nafkah utama a. merasa sudah memberikan penghasilan kepada pasangannya untuk dikelola guna mencukupi kebutuhan keluargaSuami atau isteri arga merasa kurang atau tidak b. cukup. Karena tidak cukup, kemudian menuntut untuk dicukupi atau menuntut untuk diperbolehkan mencari tambahan penghasilan sesuai dengan pilihannya.
3. Konflik yang terjadi karena unsur pengetahuanAda kemungkinan pengetahuan antara suami dan
isteri tidak setara. Hal itu bisa berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Ada kalanya salah satu pasangan memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu lebih tinggi, akibatnya pendidikan keduanya tidak seimbang. Hal ini bisa menyebabkan pasangan kurang puas dalam berkomunikasi akibat pasangannya kurang dapat mengikuti pembicaraan atau lambat mengerti isi pembicaraan.4. Konflik yang terjadi karena unsur keyakinan
Tidak sedikit pasangan suami isteri yang menikah dalam kondisi berbeda keyakinan. Meskipun semua keyakinan mengajarkan kebaikan, tetapi, masingmasing agama pasti memiliki perbedaan. 5. Konflik yang terjadi karena unsur kewenangan
Dalam undangundang pernikahan Islam, dijelaskan bahwa suami adalah seorang kepala rumah tangga. Semakin berkembangnya zaman, para isteri tidak sedikit yang menempatkan dirinya sebagai kepala rumah tangga. Pada kasus ini, para isteri merasa lebih tinggi derajatnya dari sisi pendidikan, pekerjaan dan gaji, serta hal lain yang lebih tinggi dari suaminya.
PENANGANAN KONFLIK
Konflik adalah hal yang alamiah dan wajar. Karenanya konflik seharusnya dapat dikendalikan dan digunakan sebagai sesuatu yang memperkaya hubungan antara dua manusia atau lebih. Berikut adalah alternatif cara menangani konflik antara suami atau isteri.
Pihak Suami (isteri yang bermasalah)1. Dalam kehidupan berumah tangga, suami berlaku
sebagai kepala rumah tangga. Dalam undangundang pernikahan telah jelas dikatakan bahwa suami berkewajiban untuk mendidik isteri agar dapat menunaikan kewajibannya. Saat isteri melakukan kesalahan yang telah melebihi batas, beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang suami adalah:
23No. 1| Th. IV | September 2016
Memberikan nasihat, pengajaran, dan peringatan.a. Menjauhi isteri adalah salah satu hukuman psikis, agar pelaku kesalahan sadar dan kembali pada perilaku yang dikehendaki suami. Namun, bila terdapat pembangkangan yang dilakukan oleh isteri, hal yang harus dilakukan adalah introspeksi diri dua belah pihak. Dibutuhkan keterbukaan, kejujuran, dan kerjasama dalam penyelesaiannya. (Zainab, 2006: 117118)Menjauhi tempat tidur. b. Hal ini berarti sebuah kiasan yang berarti tidak bersama isteri dalam satu ranjang, namun tidak halal dan tidak bertegur sapa melebihi tiga hari. Langkah ini adalah upaya untuk membuat kegundahan atau menimbulkan rasa khawatir bagi isteri sehingga menjadikannya sadar atas kesalahan yang telah diperbuat.
2. Pihak Isteri (suami yang bermasalah)Tidak selalu sebuah konflik penyebabnya ada
lah seorang isteri, atau dapat dikatakan bahwa pelaku kesalahan tidak selalu bertitik berat pada isteri saja. Bila terjadi demikian, yang dapat dilakukan pihak isteri adalah dengan melakukan usaha perdamaian. Perdamaian yang sebenarnya, dilakukan secara tulus sehingga hubungan kembali harmonis yang dibutuhkan dalam melanggeng kan sebuah perkawinan. Perdamaian tersebut hanya dilakukan oleh kedua belah pihak yakni suami isteri, tanpa melibatkan atau diketahui pihak lain (Quraish Shihab, 2000: 580).
3. Pihak Suami Maupun IsteriBila masalah yang terjadi berasal dari keduanya,
diperlukan orang yang mampu menengahi. Sebaiknya kerabat dari keduanya. Karena lebih mengetahui keadaan pasangan suami isteri tersebut karena kedekatan mereka, dan sangat menginginkan terciptanya perbaikan atau perdamaian dari kedua belah pihak.
A. tAHAP MENGHADAPI KONFLIK
Tahap Primer1. Tahap ini merupakan tahap pencegahan terha
dap terjadinya konflik keluarga. Upaya-upaya yang dilakukan oleh suami antara lain adalah:
a. Meningkatkan derajat keharmonisan suami isteri sehingga lebih intim.
Mengerti terhadap pekerjaan pasangan masing1. masing, Berusaha membuat suami dan isteri merasa se2. nang, Saling menyatakan perasaan secara terbuka,3. Menghargai pendapat atau ide pasangan,4. Menggunakan waktu luang bersama,5. Saling memuaskan dalam kehidupan seksual.6.
b. Milikilah kesepakatan dengan pasangan tentang cara keluar dari konflik. Setiap pasangan akan memiliki karakter yang berbeda dalam penyelesaiaan langkah ini.
c. Menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran. Hadapi masalah dengan wajar.
d. Kuatkan motivasi, bahwa berumah tangga adalah ibadah. Motivasi ini yang menggerakkan bahtera kehidup an rumah tangga.
e. Kuatkan visi keluarga untuk mendapatkan kebahagiaan.
f. Memiliki keterampilan komunikasi. Membiasakan diri untuk membicarakan dengan pasangan adalah salah satu cara menghindari konflik rumah tangga.
2. Tahap SekunderTahap memberi pengetahuan cara mengatasi
nya. Kompromi, musyawarah untuk mencari jalan keluar terbaik. Metode yang digunakan adalah win-win solution, semua menang, tidak ada yang dikalahkan. Tips yang dapat dilakukan antara lain,
Redam emosi dan kemarahan dalamdalama. Kembalikan kepada motivasi dan visi berumah b. tangga yang dimilikiLaksanakan kesepakatan tentang langkah keluar c. dari konflikJangan beripikir hitam putih atau tentang siapa d. salah siapa benar. Selesaikan berduae. Jangan pernah menampakkan konflik di depan f. anakanak
Nila dalam keluarga sudah dicapai ketenteraman, niscaya akan membantu motivasi bekerja untuk lebh baik, selalu bersemangat dan akan memudahkan dalam karier.
3. Tahap Tersier Setelah Konflik TeratasPasangan berusaha untuk mencegah dampak
negatif atau trauma psikologis akibat konflik yang pernah dialami. Berkomunikasi dari hati ke hati, perlunya kesepakatan baru agar tidak terjadi konflik yang sama di masa yang akan datang. Yang perlu diperhatikan adalah:
Lupakan konflik dan jangan diungkit kembali a. Meminta maaf kepada pasangan dan memaafkan b. pasanganFokus melihat sisi kebagian pasanganc. Berpikir positifd. Jangan menceritakan konflik kepada orang laine.
***
24 No. 1| Th. IV | September 2016
OPiNi
Kami ingin tidak ada lagi cerita semakin tua usia maka semakin susah. Sewaktu masih muda seseorang boleh saja sengsara hidupnya tetapi ketika
sudah tua harus berakhir dengan bahagia. Karena itulah, kami ingin mengajak individu berkontribusi dalam mengatasi problematika lansia. Idealnya bagi lansia adalah mereka dapat mencapai successful aging, dimana mereka dapat menjalani masa tua mereka dengan bahagia. Mereka dapat menerima keadaan dirinya sendiri, mensyukuri nasib, dan berbahagia dikaruniai panjang usia di dunia. Mereka mengerti bahwa caracara hidup tertentu yang mungkin dipandang kurang baik pada saat ini, diterima pada masa lalu, dan bahwa gaya hidup mereka itu merupakan hal yang berarti bagi sementara orang atau berarti dalam waktuwaktu tertentu.
Para lansia yang dapat menjalani kehidupan mereka dengan penuh kebahagiaan merupakan suatu hal yang menyenangkan. Suatu kondisi dimana mereka dapat menerima kondisi fisik dan kognisi yang melemah, serta menjalani kehidupan mereka dengan senyum yang lebar. Mereka dapat melakukan kegiatankegiatan yang sesuai dengan kapasitasnya dengan penuh semangat. Tentu harapanharapan tersebut masih sangat jauh dari kenyataan yang ada.
Menghadapi tantangan tersebut, penulis ingin melakukan sesuatu yang dapat membantu lansia untuk mencapai idealitas seorang lansia. Dengan penanganan permasalahan lansia kami ingin memberikan warna yang berbeda bagi kehidupan lansia. Harapan kami, bahan ajar lansia ini dapat membantu lansia dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dalam pengelolaan permasalahan yang dihadapi oleh dirinya sendiri,
keluarga, dan lingkungan maupun organisasi serta lembaga. Mereka mampu menerima kenyataan tidak menyenangkan yang telah terjadi secara bijaksana dan menyadari pentingnya bersikap positif terhadap pengalaman dan kenyataan hidup mereka.A. tekanan Hidup Lansia
Setiap orang termasuk para lansia sering mengalami tekanan hidup. Tekanan selalu hadir dalam setiap fase kehidupan. Apakah sebenarnya tekanan hidup bagi lansia, tekanan apa saja yang dialami oleh kaum lansia, serta apa saja yang menjadi penyebab tekanan bagi lansia kemudian bagaimana mengatasinya.
Tekanan hidup adalah sesuatu yang terjadi akibat timbulnya perubahan dalam kehidupan. Semakin besar perubahan itu, semakin besar tekanan hidupnya.
Beberapa tekanan hidup yang sering dialami oleh kaum lansia:
Merasa membebani orang lain,1. Merasa diri tidak berguna,2. Khawatir terhadap generasi penerus,3. Dihantui masa lalu yang suram,4. Takut akan kematian,5. Gangguan kesehatan,6. Kesepian,7. Ancaman perkembangan zaman,8. Trauma ditinggalkan orangorang yang dikasihi,9. Merasa bosan hidup, dan sebagainya.10.
B. Penyebab tekanan Hidup1. Perubahan dalam kehidupan sehari-hari
Peristiwa Biasa Dalam Kehidupan Kaum a. Lansia,
Masa Pensiun, b.
Pemahaman Lansia Meningkatkan Kegembiraan
Individu, keluarga, dan masyarakat harus bergerak bersamasama dalam mengatasi permasalahan lanjut usia. Saat ini permasalahan lansia semakin banyak seiring dengan bertam
bahnya jumlah lansia di Indonesia. Dari sekitar 200 juta penduduk Indonesia. 10 persennya atau sekitar 20 juta orang adalah
penduduk berusia lanjut.
Oleh endang Titik setyaningsih
25No. 1| Th. IV | September 2016
Pemahaman Lansia Meningkatkan Kegembiraan
Tinggal serumah dengan anakmenantu dan c. cucu,
Tempat tinggal terkena kebakarand. Rumah dijual karena terlilit hutang e. Tinggal di panti werda, f. Kematian suami/isteri, g. Keadaan fisik yang melemah.h.
2. Berbagai karakter orang Setiap orang mempunyai karakter yang khas.
Ada yang memiliki pribadi yang a. menjengkelkan, contohnya : Orangnya keras/galak/kurang sabaran, dan ketus dalam bicara.
Sulit menghadapi orangb. orang di sekitarnya, karena perbedaan pendapat dengan suami atau isterinya,
Menghadapi cucu yang nakal, c. Menghadapi teman yang egois, d. Teman yang menyakiti hatinya, dan e. sebagainya.
3. tidak dapat menguasai keadaanAda saatsaat di mana kaum lansia tidak dapat
menguasai keadaan. Divonis menderita penyakit kanker, a. Divonis mengidap penyakit kista, b. Divonis menderita penyakit tumor ganas dll,c. Menerima kabar kematian sahabat atau keluard. ga dekat.
4. Putus asa Lansia sering merasa putus asa.
Perasaan kesepian, a. Merasa diri tidak berguna,b. Membebani orang lain, membuat mereka sec. makin tertekan untuk menjalani kehidupan mereka,
Penyakit menahun, dan penyakit pandemi.d. 5. Rasa bersalah
Penyebab perasaan bersalah adalah Rasa bersalah ini timbul saat lansia tidak meme. pedulikan hati nuraninya misalnya, pilih kasih terhadap salah seorang cucu,
Melanggar perintah Allah misalnya mendendam f. kesalahan seseorang, dan kasar terhadap orang lain, sulit memaafkan pada orang lain,
Perasaan malu, menyesal, tidak dapat memag. afkan diri dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan.
C. tanda-tanda lansiaKondisi fisik terus menurun produksi hormone su1. dah berkurang dan akhirnya berhenti sama sekali. Kaum perempuan mengalami masa menopause sedang kaum pria mengalami masa andropouse. Kulitpun menjadi kerut karena dehidrasi, tubuh menjadi cepat capek. Berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes osteoporoses hipertensi prostat dan jan
tung koroner mulai menyerangBerkurangnya aktivitas susunan 2.
syaraf, hal ini berpengaruh dalam kehidupan dan perilaku diri menjadi
sangat sensitive dan mudah tersinggung.
Mudah lupa/pikun/Alzheimer, 3. karena beberapa jaringan sel otak rusak dan menyebabkan pesan ti
dak terkirimJiwanya masih dalam status Pu4.
bertas III s/d usia 70
D. Apapun dan bagaimanapun yang penting gembira (happy)
Marah, cemas, takut dan rasa tertekan membuat 1. otak mengeluarkan nor adrenalin, hormon sangat beracun yang menempati urutan kedua setelah bisa ular. Racun ini membuat sakit, cepat tua dan akhirnya cepat mati.Sebaliknya tersenyum dan tertawa, adalah sebagai 2. obat terbaik mengurangi rasa tidak senang dan rasa nyeri, saat tersenyum atau tertawa, tubuh menghasilkan beta endorfin (zat membuat rasa senang dan mengurangi rasa nyeri), bahkan sakit perut saat tertawa terbahakbahak adalah efek dari keluarnya hormone tsb, sama sekali tak ada efek sampingnya. Apalagi menghadapi segala sesuatu secara positif dan afirmatif, tubuh akan mengeluarkan hormon tadi. Hormon seneng dan menghilangkan rasa nyeri atau boleh dikatakan hormon gembira/kebahagiaan ini sangat berkhasiat memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan, menurunkan agresifitas dalam relasi antar manusia, meningkatkan semangat, daya tahan dan kreatifitas. Karenanya tersenyum/tertawalah dan bersikaplah positif serta afirmatif jika ingin sehat awet tuwo dan panjang yuswo.
E. Lansia perlu mengetahui bahwa :Marah selama 5 menit saja berakibat imunitas sistem 1. tubuh akan depresi selama 6 jamDendam/menyimpan kepahitan, imunitas tubuh mati. 2.
26 No. 1| Th. IV | September 2016
Disitulah awal segala penyakit stres, kolesterol tiggi, darah tiggi, jantung, rhematik, arthritis dan stroke (pendarahan/penyumbatan pembuluh darah)Jika sering membiarkan diri stres berakibat sering 3. mengalami gangguan pencernaan.Jika sering merasa khawatir berakibat mudah 4. terserang penyakit nyeri punggungJika mudah tersinggung akan cen5. derung terkena penyakit insomania (susah tidur)Jika sering bingung akan be6. rakibat terkena gangguan tulang belakangbagian bawah.Jika sering membiar7. kan rasa takut yang berlebihan,berakibat mudah terkena penyakit ginjal.Jika suka bernegative thing8. king akan mudah terkena penyakit dyspepsia (penyakit sulit mencerna berbagai hal )Jika mudah emosi dan cenderung pemarah dapat se9. bagai penyebab rentan terhadap penyakit hepatitis.Jika sering bertindak apatis (tidak pernah peduli) 10. terhadap lingkungan, akan berpotensi mengalami penurunan kekebalan tubuh.Jika sering menganggap sepele semua persoalan, 11. cenderung berakibat berpenyakit diabetesJika sering merasa kesepian berakibat terkena pe12. nyakit demensia senelis (memori dan fungsi control tubuh berkurang)Jika sering merasa sedih dan selalu merasa rendah 13. diri maka berakibat terkena penyakit leukimia (kanker darah putih)Selalu bersyukur dan ihklas atas semua perkara yang
telah terjadi membuat hati menjadi gembira dan bahagia. Sehingga dapat tersenyum bahkan tertawa yang menimbulkan energi di atas. Hati yang gembira bahagia adem ayem tentrem sumeleh adalah obat yang sangat dominan bagi kesehatan badan/anti aging terutama bagi lansia.
Beberapa nasehat buat para lansiaUsahakan tetap aktif dan jangan pernah berhenti 1. belajar, cari aktivitas untuk mengalihkan energi baik otak maupun fisik karena pensiun (diam) membuat sering sakitsakitan atau cepat mati, Sebaliknya bergerak atau berfikir membuat hidup lebih lama
Kalau masih bekerja, fokus untuk mengembangkan 2. dan menyenangkan orang lain, bukan lagi mengejar karier dan menumpuk harta.Nikmati kondisi yang ada tidak perlu banting tulang 3. lagi. Gunakan tabungan yang ada dengan bijaksana,
kalau masih kuat dan ada dana, perbanyak ibadah sosial, pergi ke tanah suci atau sering
berwisata spiritualHiduplah disini dan sekarang, 4. bukan besuk atau kemarin. Be
suk belum tentu ada dan yang kemarin sudah lewat.
Bermain dengan cucu 5. (kalau ada) tetapi jangan mau menjadi baby sister atau jadi satpam selagi anak/menantu
tidak dirumahnyaRutin olahraga dan jaga 6.
pola makan sehat. Terima semua kemunduran fisik, rasa nyeri, sakit
atau lemah sebagai proses alamiah.Nikmati hidup dengan pasangan anak atau cucu ba7. hkan sahabatsahabat yang dirasa dekat, tetapi bukan karena harta, pangkat, derajat, kedudukan dan kesuksesan.Nikmati ketenangan bathin, perbanyak silahturah8. mi yang hakekatnya berbuat baik dan kebaikan tanpa mengharap bahkan memaksa hal yang sama kepada setiap orang, hilangkan dendam dan benci, minta maaf atau memaafkan diri sendiri dan orang lain segera pada kesempatan pertama diminta atak dimintaPerbanyak taubat dan mulai bersahabat dengan ke9. matian, dan jangan pernah takut mati. Pandanglah mati sebagai suatu proses alamiahBerusahalah untuk tetap damai dihati, yang gilirannya 10. dapat mendatangkan kegembiraan/kebahagiaan
terdapat 4 kelompok lansiaWreda madya : Usia 45 591. Wreda utama : Usia 60 742. Wreda prawasana : Usia 75 903. Wreda wasana : Usia 90 keatas4. (Dua kelompok terakhir dikatakan sebagai jompo)5.
27No. 1| Th. IV | September 2016
“Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu.” Quote terkenal dari Ali bin Abi Thalib, khalifah ke4 Umat Islam yang terkenal kepandaiannya itu kiranya tak beda jauh dari apa yang dituliskan George S. Morrison dalam karyanya yang berjudul PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SAAT INI.
Perubahanperubahan tengah menyapu dunia anak usia dini, mentransformasi profesi orangtua dan guru di depan mata. Perubahanperubahan dalam pendidikan dan perkembangan anak usia dini menurutnya mampu menciptakan peluangpeluang menarik sekaligus tantangan bagi semua profesi di PAUD, terutama bagi orangtua dan guru. Ini artinya orangtua maupun seorang guru harus mampu menciptakan dan mencipta ulang diri sebagai profesional pendidikan anak usia dini. Sedangkann tantangannya melibatkan pereformasian profesi yang mencakup kolaborasi, kerja keras dan dedikasi konstan untuk meraih pendidikan berkualitas tinggi bagi semua anak.
Berangkat dari fenomena di atas, buku ini tersusun dengan mengintegrasikan 13 tema kritis yang menjadi fondasi disiplin saat ini, yakni :
Pentingnya mengembangkan kemampuan baca anak1. Meningkatnya jumlah keragaman anak di ruang kelas 2. berimplikasi pada peruabahan pembelajaranPentingnya praktikpraktik yang sesuai dengan usia 3. perkembangan anak (DAP: Developmentallay Appropi-ate Practise)Efekefek resesi besar terhadap anak akibat jurang per4. bedaan kondisi ekonomi keluarga.Pengintegrasian bidang pendidikan khusus dan pendi5. dikan anak usia dini
Gerakan kelas inklusi6. Kesiapan bersekolah7. Penekanan terhadap tanggung jawab guru bagi prestasi 8. muridPengintegrasian sain, teknologi, teknik dan matematika 9. ke dalam kurikulumPenekanan yang diperbaharui bagi penyediaan kese10. hatan mental anakPenggunaan 11. piranti teknologi untuk mendukung belajar anakPengembangan profesional guru yang terus berlangsung 12. Mendidik perilaku anak dan melatih kemampuan anak 13. untuk bertanggung jawab terhadap perilaka mereka sendiri
Buku ini ditulis George S. Morrison, profesor pendidikan anak usia dini di Universitas North Texas, berdasarkan riset di lapangan yang dipadukan dengan standarstandar profesional, National Assosi-ation for The Education of Young Children (NAEYC). Sehingga buku ini memiliki ruh, mampu mengajak pembaca ke ranah aplikasi, bukan lagi di dataran konsep. Dikemas dengan hard cover menjadikan buku ini tampil elegan. Didukung penyajian tulisan yang tersusun secara sistematis, dilengkapi : contoh praktik, gambar dan rangkuman di tiap tema pembahasan memudahkan pembaca memahami conten tulisan.
Akhirnya, kehadiran buku ini sangat representatif menjadi referensi bagi semua kalangan, terutama para profesi, praktisi dan birokrat di bidang pendidikan anak usia dini. Buku ini menggugah dan membuka cakrawala wawasan yang luas terhadap segala bentuk globalisasi pendidikan anak usia dini dan strategi menjadi profesional di bidang pendidikan anak usia dini. Harapannya, semua kalangan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat mampu berperan secara profesional dan penuh dedikasi mewujudkan pendidikan yang berkualitas tinggi untuk anak usia dini.
*) Maya Veri Oktavia, Pegiat Gerakan Mencintai Buku Sejak Dini dan
Pengelola PAUD Islam Terpadu Mekar Insani Yogyakarta
rESENSi
Reformasi Profesi terhadap Globalisasi PAUD
Judul Buku : Pendidikan Anak Usia Dini saat iniPenulis : George s. MorrisonPenerjemah : Yudi santoso, s.FilPenerbit : Pustaka PelajarCetakan : Pertama, Juni 2016Tebal : 1043 HalamanPeresensi : Maya Veri Oktavia*)
28 No. 1| Th. IV | September 2016
SESULUH
Wis dadi kembang lambe ing saindenging jagad pawiyatan Indonesia, sandhungjekluk stan-dar kompetensi pendidik lan tenaga kependi-
dikan. Ora maido, awit pocapan iku pancen ana dhasare paugeran minangka wewaton. Tumprap awake dhewe, Permendiknas No. 40 Tahun 2009 ngenani standar penguji kursus lan pelatihan; No. 41 Tahun 2009 magepokan standar kualifikasi pembim-bing kursus lan pelatihan; No. 42 Tahun 2009 bab standar pengelola kursus lan pelatihan; No. 43 Tahun 2009 nlikuri standar tenaga administrasi pendidikan program Paket A, Paket B, lan Paket C; apa dene No. 44 Tahun 2009 tumprap standar pengelola pendidikan program Paket A, Paket B, lan Paket C.
Wosing tembung, saben pendidik lan tenaga kependi-dikan kudu darbe kualifikasi akademik lan kompetensi sarta saras jiwa ragane kanggo mujudake ancasing pendidikan nasional. Tegese kualifikasi akademik yaiku sak apesapese tingkat pendidikan minangka gada resmi. Contone, yen arep dadi pengelola program kesetaraan sak asorasore kudu wis cekelan ijazah SMA/sederajat. Anadene peranga ning kompetensi yaiku cacah papat: kompetensi pedago-gik (lebda ngelmuning memulang), kompetensi kepribadian (awatakwantu budipakerti luhur), kompetensi profesional (wasis tatalaku lan tatakramaning pakaryan) lan kompe-tensi sosial (luwes mangun sesambungan antaraning pribadi lan tembayatan ing bebrayan agung).
Bab kualifikasi akademik, watone kuwat sinau lan ragad wis mesthi bisa keturutan tutug. Semono uga kompetensi pedagogik (lan andragogik/genalogik tumprap caraning pasinaon dewasa) dalah kompetensi profesional wis mesthi melu kecakan watone pasinaone magepokan profesi pendidikan, kursus utawa sinau dhewe banjur dibuktekake lumantar uji kompetensi. Malah sing kepara rawit, lungit, rumpil lan bisa nyamari yaiku kompetensi kepribadian lan kompetensi sosial. Ora sithik sedulur sing wis padha kaanggep mumpuni sakaliring bab pawiyatan, jebule apes ing perkara kapribaden lan/utawa sosial. Kabeh sarwa pinunjul, emane disingkiri liyan. Wis mesthi wae bakal nggothangake tepapalupi patuladhan.
Sabensaben aku kabeh kudu rila lan legawa mawas dhiri kanthi temen, bares lan prasaja ing rong perkara
mau. Mergane, iki dudu ukara panyakrabawa apa maneh panyucuh laku murang susila kaya asring ketanggor ariwarti utawa meda sosial, nanging bab larasing kahanan jaman (seitgeist). Bebener kautaman ing jaman biyen sing kapetung bener lan pener, mbok menawa merga mangsa saiki kudu ganti cakcakan. Ana maneh kasunyatan sing
rikala semana durung ungsum, saiki wis dadi dhedhesan anyar. Embuh merga majuning panaliten, srawungan bangsa
manca utawa owah gingsiring pakeliran pulitik nasional lan tampon sawernaning seserepan lan teknologi.
Minangka tuladha pancadan, para sedulur ing pawiyatan formal kagungan bundhelan sepuluh kecik kompetensi profesional sing tansah kudu diudi dening para guru, kurangluwihe: (1) baud ing piwulang; (2) baud nata rantaman pasinaon; (3) baud nggelarnggulung kahanan kelas; (4) baud migunakake piranti lan sumber; (5) baud ngrigenke lakuning pamulangan; (6) baud mbiji monjoning siswa; (7) baud ing pamomonganing bocah; (8) baud administrasi pawiyatan; (9) baud ing panaliten pendidikan; lan (10) baud methik wohing panaliten pendidikan tumpraping pamulangan.
Iki mau lagi siji bab ngempu paripurna, durung liyane. Nggegulang dhiri tumuju marang kalebdan lan kawasisan amrih mumpuni iku jelbule nak kemranak. Nanging kepriye maneh, iku kudu dilakoni amrih anggone ngayahi sesanggeman ora sangga runggi, tidhatidha lan mentoyongmentoleh. Kosok baline, banjur baud bisa rumangsa, ora mung rumangsa bisa.*
Nikelake Kalebdan Supaya Bisa Rumangsa
Oleh Y. Lilik Subiyanto
29No. 1| Th. IV | September 2016
Walah... gak dapat lagi, gak dapat lagi…! Bu Tanti memakimaki sembari hilir mudik diserambi dapur rumahnya. Dia baru saja men
dengar suara ibu RT melalui loudspeaker masjid tentang pengambilan jatah raskin bagi keluarga di wilayahnya.
Agus suaminya yang masih agak capai terusik dari istirahatnya, lalu mendekati isterinya yang wajahnya masih cemberut, ”Ada apa ta Bu, kenapa marahmarah?” tanyanya dengan halus. “Mbok ya yang sareh ta… ada rembug ya dirembug, ada masalah ya dipecahkan, gak perlu dengan emosi. Ayo duduk sini mumpung anak anak masih bermain di luar “.
Bu Tanti menjawab dengan ketus, “Halah. Bapak gak tahu sih, ibu RT kita memang tidak adil, masak kita ini sejak ada program beras raskin sekali pun kita belum pernah dapat, sementara tetangga sebelah selaluuuu dapat. Kurang apa sih aku ini sama bu RT. Di PKK aku bendahara, di Dasa wisma aku juga bendahara… lha kalau giliran bagibagi beras kok tidak diingat. Apa adil itu pak ? Kalau ada lomba desa aku pasti dikasih pekerjaan setumpuk, diajak rapat ke sana ke mari, gak diberi uang bensin lagi…sebeeel.”
Pak Agus gelenggeleng kepala mendengar umpatan isterinya yang memang termasuk ibu aktif di dusunnya.
“Pak, pokoknya saya mau balas dendam dengan bu RT, saya mau mogok total dari semua kegiatan, biar bu RT tahu bahwa aku pun juga butuh beras, yah paling tidak untuk balas jasalah dari semua kegiatanku. Ingat ya pak pokoknya aku kecewa dan ingin memberi pelajaran pada bu RT,” kata Bu Tanti.
Pak agus, tercenung dengan perkataan isterinya yang pedas itu. Dia tidak mengira bahwa selama ini isterinya tidak tulus dalam menjalankan kegiatan di dusunnya. Ingin menasehati, tapi melihat isterinya yang masih
tinggi emosinya pak Agus menahan diri. Bagaimanapun ia mengerti dan harus tetap bisa dalam posisi yang netral.
Belum reda emosinya, tibatiba terdengar suara ketukan pintu tok... tok... “Selamat sore, permisi Bu, permisi Pak…”
“Ow… mari mari, silakan Nak Paul dan Nak Erwin..kok tumben.. main ke sini. Silakan duduk, lho bawa
ini kok bawa karung segala? Ada yang bisa kami bantu Nak ? Paul dan Erwin adalah ketua pemuda dan Erwin adalah bendaharanya. Dua anak itu memang pemuda pelopor kegiatan walaupun dilakukan saat sela kuliahnya.
“Ehm, begini Pak, maaf sebelumnya, dalam rangka kegiatan memperingati kemerdekaan kita akan mengadakan lomba untuk seluruh warga pak, dari anakanak sampai lansia. Nah, karena butuh biaya besar, kas kami tidak cukup. Kemarin sudah mencari rongsokan juga Pak tapi dana masih kurang untuk beli hadiah dan tirakatannya, maka dengan terpaksa kami hohon bantuan uang sekadarnya atau boleh juga beras Pak. Jadi kegiatan ini dari kita oleh kita dan untuk kita,” kata Paul menambahkan keterangan dengan semangat.
“Bagus... bagus... baik sebentar ya Nak, saya ambilkan,” Pak Agus ke dapur mencari isterinya. Ternyata ibu Tanti tidak ada. Ow paling ke warung cari snack untuk menjamu tamunya pikirnya. Lalu Pak Agus mengambil uang lima puluh ribu dan sekilo beras.
“Ini Nak Erwin serta Paul sedikit dari kami semoga berarti ya. Semoga lancar semuanya,” kata Pak Agus.
”Waduh terima kasih sekali ya Pak, kami akan ketetangga sebelah... kami mohon diri permisi. Selamat sore,” kata Paul.
Ketika dua pemuda tadi sudah hilang dari pandangan pak Agus, ia dikejutkan dengan suara isterinya, “Pak, Pak tamunya dah pulang ? Saya belikan slondok untuk teman
Beras Raskin Itu…
Oleh erna Yuli Agustin
CeRPeN
30 No. 1| Th. IV | September 2016
minum. Sudah pulang ta? Ya sudah untuk kita saja. Saya mau memasak saja.”
Tapi belum lama bu Tanti berteriak lagi memanggil suaminya yang akan kebelakang, “Pak berasku kok berkurang? Saya mau menanak nasi, perasaan kemarin masih banyak, kok sekarang berkurang banyak ya ?”
Pak Agus menjawab, “Tadi selama Ibu ke warung saya mengambil beras kurang lebih satu kilo untuk membantu pemuda, Bu.”
Pak Agus lalu menjelaskan maksud kedatangan tamu tadi, “Kasihan kan Bu, mereka masih mahasiswa, tapi sema ngat dan kemauan untuk membangun desanya sangat kuat, kita harus mendukung dan membantunya Bu... Ibu gak marah kan….?”
“Haduh Pak... Pak. Bagaimana sih Bapak ini, saya masih marah dan kecewa karena ulah bu RT sekarang kedatangan tamu ya hanya minta sumbangan, kapan kita kaya, Pak?”
“Astafirullah ya ampun Bu ... istifar… mengapa Ibu tidak pernah bersyukur dengan semua anugerah yang telah kita terima ini, kita punya rumah, selalu sehat, anak juga lumayan pandai. Saya juga ada penghasilan tetap.harusnya ibu tidak boleh ngomong seperti itu. Kita harus lebih bersyukur Bu, bisa memberi dari pada diberi melayani dari pada dilayani… sadar Bu, sabar Bu… Tuhan pasti akan mengganti lebih. Percayalah!” kata Pak Agus.
“Ah Bapak ini selalu begitu, tidak pernah membela saya. Selalu memberi bantuan, kapan bisa kaya?” kata bu Tanti bersungutsungut. Dalam hatinya sebenarnya membenarkan katakata suaminya. Tibatiba Wibi putranya pulang, “Horehore Ibu... Ibu... Ibu di mana. Saya dapat hadiah Bu…”
Ibunya keluar mendapati anaknya yang pulang sembari membawa surat. Surat apa, nak?”
Wibi lalu menjelaskan, ”Bu, ini ada surat dari pak
RT bahwa aku dapat hadiah beasiswa prestasi dari perusahaan susu peduli anak Bu. Nih saya bebas SPP dan dapat uang saku duaratus ribu tiap bulan bu…ihuiii, Bapak mana Bu?”
Setelah bertemu ayahnya yang sedang menyiram di kebun, Wibi bercerita dengan semangat pada ayahnya.matanya berbinarbinar, wajahnya penuh ceria. Bapaknya me ngelus rambut anaknya, “Selamat ya… bapak senang dan bangga padamu. Nanti uang sakumu yang lima puluh ribu dibantukan temanmu yang seratus ribu untuk jajan sebulan, yang lima puluh ribu ditabung ya…”
“Siap Pak. Saya mau mandi, nonton TV satu jam baru
belajar….saya mandi dulu ya pak…”
Ibu Tanti terharu mendengar perca
kapan mereka, dia tidak mengira anaknya yang masih kecil sudah memiliki kesadaran dan kemauan
untuk berbagi.Pak Agus lalu
mendekati isterinya, “Bu… ada apa? Masih marah? Masih menyesali beras
yang kita berikan pemuda tadi ?”“Tidak Pak, saya malu pada diri sendiri, kenapa saya
kalah dengan Wibi anak kita…”Pak Agus bersyukur karena isterinya telah disadar
kan oleh anaknya. “Betul kan Bu…Tuhan tidak pernah tidur. Dia akan mengganti dan melipat gandakan harta kita bila kita memberi dengan iklas. Coba berapa kali lipatnya dari yang kita berikan tadi. Itu juga upah bagimu yang setia melayani, berkegiatan di sini tak mengenal lelah. Balasan nya ya lewat anak kita ini Bu.”
“Yah... ya, ya, Pak. Saya baru mengerti.”Pak Agus tersenyum dan bersyukur dalam hati kare
na isterinya telah terbuka hatinya untuk berbagi.*
*) Penulis: pegiat perempuan di lereng Merapi
31No. 1| Th. IV | September 2016
LeNsA BPKB
Diklat Bahan Ajar PNF di BPKB DIY 3 Mei 2016 Diklat Pembelajaran Kursus di BPKB DIY Mei 2016
Diklat Perencanaan Pembelajaran Paket C1 di BPKB DIY 31 Mei 2016
Diklat Pembelajaran Kursus di BPKB DIY 31 Mei 2016
Diklat Perencanaan Pembelajaran Paket C di BPKB DIY 1 Juni 2016
Diklat Perencanaan Pembelajaran Paket C di BPKB DIY 31 Mei 2016
Seminar Pendidikan karakter di keluarga di BPKB DIY 27 Juli 2016 Seminar Pendidikan karakter di keluarga (Foto-foto ist/Hamemayu)
32 No. 1| Th. IV | September 2016
DIY berhasil m
eraih juara umum
dalam Apresiasi GTK-
PAUD dan Dikmas tingkat Nasional tahun 2016 di Palu,
Sulawesi Tengah (Foto ist/HAM
eMAYU)
top related