legalitas pengobatan alternatif dengan pendekatan agama islam
Post on 09-Jun-2015
1.722 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pengobatan Alternatif dengan Pendekatan Agama Islam
Andre Saputra - 04061001042
“Dengan wirid segala penyakit sembuh, Ibu Hj. Husni Abdullah, ahli penyakit
kronis, tanpa pijat, tanpa injeksi, tanpa operasi”. Slogan serupa sering sekali kita
jumpai di media massa bahkan dapat terdengar luas dari mulut ke mulut.
Dewasa ini, teknik pengobatan alternatif dengan pendekatan agama Islam di
Indonesia tumbuh bak jamur dimusim hujan. Dibandingkan dengan popularitas
ilmu kesehatan dari dokter, pengobatan alternatif juga tidak bisa dianggap remeh.
Buktinya, sampai saat ini masyarakat tidak sedikit yang mengejar penyedia
playanan pengobatan alternatif tersebut baik dari rumah ke rumah maupun sampai
ke hotel yang berada di luar kota tempat ahli pengobatan alternatif itu membuka
praktek.
Contoh menarik terlihat pada penelitian Ernaldi bahar dkk. terhadap gangguan
kesehatan jiwa pada anak dan remaja di Palembang menunjukkan bahwa orangtua
penderita percaya bahwa pengobatan tradisional lebih kompeten dan mampu
mengobati kesehatan jiwa anaknya.
Banyak hal yang menyebabkan hal ini, mulai dari latar belakang ekonomi sampai
dengan mulai bergesernya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan medis
kotemporer. Kita tidak dapat pungkiri bahwa pilihan penyembuhan
tradisional/alternatif dilatarbelakangi oleh biaya pengobatan yang relatif lebih
ringan daripada pengobatan modern. Atau alasan lain karena keputusasaan
penderita berobat ke dokter tanpa perubahan berarti dan bahkan mulai
merebaknya kasus-kasus ketidaksempurnan hasil pengobatan oleh dokter yang
pada beberapa kasus disalahartikan sebagai tindakan malpraktek. Pada beberapa
kalangan, timbul keraguan pula akan hakikat pelayanan kedokteran yang
cenderung hanya bertumpu pada regionalisasi, pemberian resep obat,
instrumentasi, dan pembedahan tanpa memperhatikan faktor intrinsik.
1
Dalam Ajaran Islam, kita yakin bahwa Allah menurunkan berbagai kemudahan
dan kesenangan, disamping itu Dia juga memberikan cobaan kepada umat-Nya
melalui penyakit. Barang siapa yang diberikan penyakit oleh Allah, jika ia
menjalaninya dengan kesabaran dan tawadhu kepada Allah, maka ia akan diberi
pahala yang berlipat-ganda, itu janji Allah pada umat-Nya. Dan jika hal itu
dilaksanakan oleh manusia, maka janji Allah akan terlaksana.
Namun, jika yang terjadi sebaliknya, maka Allah telah menjanjikan ganjarannya.
Dan Allah juga telah menciptakan berbagai obat untuk menyembuhkan tentu saja
dengan media dan perantara yang tidak terduga, salah satunya dengan kemampuan
supranatural yang dianugerahkan sang khalik kepada orang-orang tertentu.
Yang menjadi pertanyaan saat ini adalah seberapa besar manfaat pengobatan
alternatif, seperti apa legalitasnya di Indonesia serta bagaimana cara kita sebagai
penyedia layanan kesehatan modern nantinya dalam menyikapi hal ini.
Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer. Tidak hanya di
Indonesia, Negara berkembang dengan tingkat pendidikan masyarakat yang masih
bisa dikatakan rendah tetapi juga di Negara-negara maju seperti amerika, dan
beberapa Negara di Eropa.
Sebagai perbandingan, di Amerika, pasien yang menggunakan pengobatan
alternatif lebih banyak dibandingkan yang datang ke dokter umum, sedangkan di
Eropa penggunaannya bervariasi dari 23% di Denmark dan 49% di Perancis. Di
Taiwan, 90% pasien mendapat terapi konvensional yang dikombinasi dengan
pengobatan tradisional Cina.
Dari berbagai data di atas, terlihat adanya kecenderungan yang besar dalam
pemanfaatan pengobatan alternatif dan ini menjadi indikator besarnya manfaat
yang dirasakan masyarakat.
Pengobatan alternatif berupa pengobatan supranatural sifatnya sah-sah saja,
bahkan diperbolehkan, asalkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan syariat
agama. Nabi Muhammad SAW pernah melakukan pengobatan dengan
2
menggunakan ayat-ayat Alqur'an kepada seorang sahabat. Hal ini menandakan
bahwa ada obat lain selain dari obat yang berasal dari ilmu kedokteran yaitu
Alqur’an dengan segala mukjizat didalamnya dan tentu saja dengan ridha dan
kehendak Allah SWT.
Dari segi hukum, pengobatan alternatif dengan pendekatan agama telah diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1076 / MENKES /
SK / VII / 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
Di sini didefenisikan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis ketrampilan, ramuan,
pendekatan agama dan supranatural.
a. Pengobat tradisional ketrampilan terdiri dari pengobat tradisional pijat
urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunkturis,
chiropractor dan sejenisnya.
b. Pengobat tradisional ramuan terdiri dari pengobat tradisional ramuan
Indonesia (Jamu), gurah, tabib, shinshe, homoeopathy, aromatherapist dan
sejenisnya.
c. Pengobat tradisional dengan pendekatan agama terdiri dari pengobat
tradisional dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau
Budha.
d. Pengobat tradisional supranatural terdiri dari pengobat tradisional tenaga
dalam (prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan dan
sejenisnya.
Praktek pengobatan tradisional ini legal bagi masyarakat luas dengan syarat
memiliki Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Pengobat tradisional dengan cara
pendekatan agama harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari Kantor
3
Departemen Agama Kabupaten/Kota setempat. Untuk mendapatkan surat izin
tersebut, metode pengobatannya harus dapat memenuhi persyaratan penapisan,
pengkajian, penelitian dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat bagi
kesehatan.
Mengenai penyelenggaraanya, dalam Bab V pasal 13 dijelaskan bahwa
pengobatan tradisional hanya dapat dilakukan apabila:
a. tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agama serta
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diakui di Indonesia;
b. aman dan bermanfaat bagi kesehatan;
c. tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat;
d. tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat.
Perbedaan yang mendasar dari pengobatan alternatif adalah lebih kepada tidak
adanya dasar penelitian (Evidence-Based Medicine) seperti yang di miliki
kedokteran modern. Namun hal ini dapat berubah dalam beberapa dekade
kedepan. Karenanya, pengetahuan kedokteran harus tanggap. Bagaikan harta
terpendam, semuanya tidak boleh diabaikan meskipun pada mulanya tidak ilmiah.
Idealnya, dalam hal ini kita sebagai penyedia layanan kesehatan nantinya dapat
menempatkan diri secara proporsional.
Dengan kata lain, dapat mengambil nilai positifnya dan menjadikan pengobatan
alternatif sebagai tantangan serta cerminan untuk berbenah, berkembang, dan
lebih baik dalam memberikan pelayanan medik yang terpercaya. Atau bila perlu
dapat mengambil kesempatan ini sebaik-baiknya seperti di Inggris yang sekitar
40% dokter di sana mengadakan pelayanan pengobatan alternatif yang beragam
seiring dengan tren “back to nature”. Dapat dibayangkan betapa indahnya jika
dokter-dokter muslim di Indonesia dapat mengimplikasikan nilai-nilai agama
sebagai bagian dari terapi suportif, paling tidak dapat meningkatkan syiar dan
ukhuwah islam.
4
top related