laporan bobot jenis dan kerapatan
Post on 29-Dec-2015
498 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LABORATOpRIUM FARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
LAPORAN PRAKTIKUM
(BOBOT JENIS DAN KERAPATAN ZAT)
NAMA : ANDI ISMAIL P
STAMBUK : 15O 2013 0185
KELAS : 2.6
KELOMPOK : II(Dua)
ASISTEN : A. ASRUL JUANDA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum
sangat penting mengingat bahwa pengetahuan tentang massa jenis akan selalu
dibutuhkan dalam dunia farmasi terutama untuk mengetahui kemurniaan dari
suatu zat.
Setiap zat memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dari
segi fisik maupun kimia. Sifat fisik yaitu sifat yang dapat kita amati secara
langsung seperti Cairan, gas, dan padat, Serta sifatnya yang dapat diukur
seperti massa dan volume, dan warna. Sedangkan sifat kimia yaitu sifat yang
tidak dapat diamati secara langsung seperti seperti kelarutan, dan kerapatan.
Keadaan bahan secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat
gas,padat,dan fluida. Zat padat tentu mempertahankan bentuknya, sedangkan
fluida tidak mempertahankan bentuknya, serta gas mengembang menempati
semua ruang tanpa memperdulikan bentuknya. Teori fluida sangat kompleks,
sehingga dimulai dari yang paling dasar yaitu Penentuan Bobot jenis dan
Kerapatan zat.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap
air dengan volume yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan
bobot jenis digunakan hanya untuk senyawa berbentuk cairan, kecuali
dinyatakan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah
ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis yaitu suhu dan
konsentrasinya.
Adapun sifat dari zat cair diantaranya:
1. Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2. Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah gerak molekul
gas.
3. Jarak partikelnya lebih dekat daripada gas sehingga lebih sukar di
mampatkan.
4. Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan
massa dan volume. Kerapatan juga merupakan suatu sifat zat yang berbeda,
misalnya Air dan minyak ketika dicampur akan terjadi perbedaan kerapatan.
Bila kerapatan benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda tersebut akan
tenggelam dalam air. Namun bila kerapatannya lebih kecil maka benda
tersebut akan mengapun. Selain itu peristiwa mengapung,melayang,dan
tenggelam itu dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut.
Untuk mengetahui cara mengukur bobot jenis dan kerapatan zat pada beberapa
sampel dengan menggunakan piknometer.
Di bidang farmasi, selain bobot jenis juga digunakan untuk
mengetahui kemurnian suatu zat cair dengan menghitung berat jenisnya. Jika
berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki
kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui bobot jenis dan kerapatan zat.
Di samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka
akan mempermudah kita untuk memformulasi obat. Karena dengan
mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat
dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Maka di lakukanlah
percobaan penentuan bobot jenis dan kerapatan zat.
B. Tujuan Praktikum
1. Menentukan bobot beberapa cairan,yaitu Parafin Cair, Susu
Ultra,Syrup Marjan,Syrup DHT, Madu, Buavita,
2. Menentukan kerapatan padatan, yaitu asam borat.
C. Maksud percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan bobot jenis dari
suatu cairan (Buavita,Madu,Sirup DHT, Sirup Marjan,dan Susu)dan
kerapatan bulk,kerapatan mampat,dan kerapatan sejati suatu sampel
padatan (Asam Borat).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Di bidang farmasi, selain bobot jenis juga digunakan untuk
mengetahui kemurnian suatu zat cair dengan menghitung berat jenisnya. Jika
berat jenisnya mendekati maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki
kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui bobot jenis dan kerapatan zat ( Ansel, 2006).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat
baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis.
Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume.
Misalnya, satu milliliter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya
adalah 13,6 g/mL. jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan
volume,maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar
perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00 sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25,artinya bobot gliserin 1,25 kali
bobot volume air yang setara ,dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 kali bobot
volume air yang setara. ( Ansel, 2006).
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan
daripada air. Sedangkan zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00
lebih berat daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan
beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada
penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah
mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung atau untuk senyawa khusus dapat
ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.
Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya
( Ansel, 2006)
Bobot jenis suatu zat dapat di hitung dengan mengetahui bobot
dan volumenya melalui persamaan berikut (Ansel,2004 )
Bobot jenis = bobot zat ( g )bobot sejumlah volume air yang setara( mL)
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada
temperatur tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling
sederhana dan merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive,dengan
demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurniaan suatu zat (Ansel,2004 )
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan
volumenya (Petrucci,1985)
ρ❑=massa (m)volume (v)
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang
sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-
sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif.
Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat
intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan
ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti
(Petrucci,1985)
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan
umumnya adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum,
gram per sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai
kerapatan adalah bobotjenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak
dipakai lagi. Penjelasan berikut diberikan sebagai petunjuk (Brescia,1975)
British standard 2955 (1958) mendefenisikan tiga istilah yang
berlaku untuk partikel itu sendiri. Partikel kepadatan massa partikel dibagi
dengan volumenya. Istilah yang berbeda muncul dari cara dimana volume
didefenisikan (Gibson, 2004)
1. Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak termasuk baik
terbuka dan tertutup pori-pori dan merupakan property fundamental dari
suatu material.
2. Kerapatan partikel jelas adalah ketika volume diukur meliputi
intrapartikel pori-pori
3. Kerapatan partikel yang efektif adalah volume dilihat oleh fluida bergerak
melewati partikel. Itu sangat penting dalam proses seperti sedimentasi
atau fluidization tetapi jarang digunakan dalam bentuk sediaan padat.
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan
ukuran dan bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang
mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”).
Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan)
atau gram/cm2 ( Martin,1990)
Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran
ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.
Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik
(gram/cm3). Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni
tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan
dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat
jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila
dikatakan sebagai kerapatan relatif ( Martin,1990)
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan
sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume
air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut
sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan
4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat
ditimbang; angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang
dipakai. Buku-buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk
menyatakan berat jenis. Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan
berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat
lain. Pengukuran dan perhitungan di diskusikan di buku kimia dasar, fisika
dan farmasi ( Martin,1990)
B. Uraian bahan
1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolium
Nama lain : Etanol, etil alcohol
Berat molekul : 46,07
Rumus molekul : C2H6O
Bobot jenis : 0,8119-0,8139 g/ml
Pemerian : Jernih,tidak berbau, bergerak,cairan
pelarut,menghasilkan Bau yang khas
dan rasa terbakar pada lidah.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di jauhkan
dari api.
Kegunaan : Sebagai pembilas piknometer dan gelas
ukur.
2. Asam borat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM BORICUM
Nama lain : Asam borat, Asam ortoborat
Berat molekul : 61,83
Rumus molekul : H3BO3
Kerapatan : 1,435 g/ml
Pemerian :Hablur,serbuk hablur putih atau sisik
mengkilap tidak Berwarna, kasar,tidak
berbau,rasa agak asam dan pahit Kemudian
manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air,dalam 3 bagian
air mendidih, 16 bagian etanol (95%)p dan
dalam 5 bagian gliserol p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3. Parafin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : PARAFFINUM
Nama lain : Parafin
Berat molekul : 92,09
Rumus molekul : C3H8O3
Bobot jenis : 0,84 – 0,89 g/ml
Pemerian : Hablur tembus cahaya atau agak buram;
tidak berwarna atau putih; tidak berbau;
tidak berasa; agak berminyak.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol;
mudah larut dalam Kloroform, dalam eter,
dalam minyak menguap, dalam hamper
semua jenis minyak lemak hangat, sukar
larut dalam etanol mutlah.
4. Komposisi Buavita
Air,sari buah sirsak, konsentrasi buah leci, konsentrasi buah
pear, sukrosa,perisai sirsak, pengatur keasaman sitrat dan natrium
sitrat, vitamin c, garam pemantap nabati, vitamin A.
5. Komposisi Madu TJ
Madu murni.
6. Komposisi Sirup Marjan
Gula pasir,air konsentrak melon,perisai melon, pengatur
keasaman,asam sitrat, pewarna(tartrazin) cl 19140,biru berlian cl
42091.
7. Komposisi Sirup DHT
Gula pasir, air pewarna ponceau,perasa pisang ambon.
8. Komposisi Susu Ultra Milk:
Bubuk Coklat, Garam, Penstabil nabati, Perisa Artifisal coklat,
Sukrosa, Susu Sapi Segar, Susu Krim bubuk.
C. Prosedur Kerja
1. Menentukan Kerapatan Bulk (Anonim 2014):
a. Timbang asam borat sebanyak 10 g, masukkan ke dalam gelas ukur
50 mL.
b. Ukur volume zat padat
c. Hitung Kerapatan Bulk menggunakan persamaan:
Kerapatan Bulk = Bobot zat padat ( g )Volume Bulk ( mL )
2. Menentukan Kerapatan Mampat(Anonim 2014)::
a. Timbang zat padat sebanyak 10 gram
b. Masukkan ke dalam gelas ukur
c. Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
d. Ukur volume yang terbentuk
e. Hitung Kerapatan Mampat dengan persamaan:
Kerapatan Mampat = Bobot zat padat ( g )Volume Mampat ( mL )
3. Menentukan kerapatan Sejati(Anonim 2014)::
1. Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya(A)
2. Piknometer diisi dengan parafin atau air yang tidak melarutkan zat
padat, kemudian ditimbang (B) .
3. Piknometer dikeluarkan isinya,kemudian dibersihkan dan
dikeringkan dengan alkohol. Dan dimasukan zat padat, kemudian
ditimbang (C)
4. Ditambahkan parafin atau cairan yang tidak melarutkan dalam zat
padat hingga tidak timbul gelembung, kemudian ditimbang (D)
5. E = Berat air atau parafin = b – a
6. F = Berat sampel = c –a
7. G = Berat sampel + parafin = d – a
8. H = Berat air/cairan yang menggantikan sampel = g - e – f
9. I =volume sampel = H/densitas air pada suhu 25oC
10. J = kerapatan sejati = F/I
4. Menentukan Bobot jenis Cairan(Anonim 2014):
a. Gunakan piknometer yang bersih dan kering.
b. Timbang piknometer kosong (W1).
c. Kemudian isi piknometer dengan sampel,kemudian ditimbang.
d. Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan:
Dt=W 3−W 1W 2−W 1
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Corong, Gelas ukur 50 mL, Kertas timbang, Piknometer 25
mL, Piknometer 50 mL, Pipet tetes, Sendok tanduk, Timbangan Analitik,
Tap density, dan Tissue.
B. Bahan
Alkohol 90%, Asam Borat, Paraffin Cair, Pocary Sweat,
Susu ultra Milk, Syrup ABC squash delight, dan Syrup Marjan.
C. Cara Kerja:
1. Menentukan Kerapatan Bulk
- Ditimbang asam borat sebanyak 10 g, letakkan pada kertas timbang
yang dilapisi aluminium foil.
- Dimasukkan pada gelas ukur 50 mL.
- Ukur volume asam borat dalam gelas ukur.
- Dihitung kerapatan Bulk-nya.
Kerapatan Bulk=bobot zat padat (g )Volume bulk (mL )
2. Menentukan Kerapatan Mampat
a. Ditimbang asam borat sebanyak 10 g, letakkan pada kertas timbang
yang dilapisi aluminium foil.
b. Dimasukkan kedalam gelas ukur.
c. Lalu diketuk sebanyak 100 kali ketukan, menggunakan tap density.
d. Diukur volume pada gelas ukur.
e. Dihitung kerapatan Mampatnya.
Kerapatan Mampat = bobot zat padat (g )Volume mampat (mL )
3. Menentukan Kerapatan Sejati
a. Ditimbang piknometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan
bersama tutupnya.
b. Piknometer diisi dengan asam borat hingga terisi 2/3 bagian. Lalu,
timbang kembali bersama tutupnya.
c. Piknometer yang berisi asam borat diisi dengan paraffin cair
perlahan-lahan hingga penuh dan tidak ada gelembung udara
didalamnya. Kemudian ditimbang beserta tutupnya.
d. Dibersihkan piknometer tadi, lalu ditimbang dengan paraffin cair
didalamnya.
e. Dihitung kerapatan zat-nya.
f. ρpadatan = (W3-W1)(W2-W1)-(W4-W3)
4. Menentukan Bobot Jenis Cairan
a. Digunakan piknometer bersih dan kering.
b. Ditimbang piknometer kosong,
c. Kemudian diisi piknometer dengan susu ultra milk, kemudian
ditimbang.
d. Hitung bobot jenis cairan .
Dt = W3-W1W2-W1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
Kelompok I
Data Pengamatan
Bobotjenis susu ultra 1,028 g/ml
Kerapatan Bulk 0,714 g/ml
KerapatanMampat 0,769 g/ml
Kerapatan Sejati -1,427 g/ml
Perhitungan :
A. Kerapatan Bulk :
i. ρ Bulk = 10 gram12mL = 0,83 g/mL
B. KerapatanMampat
i. ρmampat = 1 ogram
11mL= 0,90 g/Ml
C. KerapatanSejati
1) Timbang piknometer kosong (a) = 21,5651
2) Timbang piknometer + parafin (b) = 41,8471
3) Timbang piknometer + sampel (c) = 30,9741
4) Timbang piknometer + sampel + parafin (d) = 45,9569
5) Berat parafin = b-a = 41,8571 - 21,5651 = 20,282 (e)
6) Berat sampel = c-a = 30,9741 - 21,5651= 9,409 (f)
7) Berat sampel + parafin = d-a = 45,9569 - 21,5651= 24,3918 (g)
8) Berat sampel yang digantikan oleh sampel = g-e-f =
9) 24,3918 - 20,282 – 9,409 = -5,2992 (h)
10) Vol.sampel = h
bj . parafin(b−avp
) = −5,29920,81
= -6,542 (i)
11) ρsejati = fi =
9,409−6,542= -1,438 g/ml
D. Bobot Jenis Susu
12) Dt = w 3−w 1
vp=21,27
25= 0,85 g/ml
Kelompok 2
Data Pengamatan
Bobotjenis sirup DHT 1,286 g/ml
Kerapatan Bulk 0,7697 g/ml
KerapatanMampat 0,8004 g/ml
Kerapatan Sejati -1,438 g/ml
Perhitungan :
A. Kerapatan Bulk
a. ρ Bulk = 10 ,0061 gr
13 ml = 0,7697 g/ml
B. KerapatanMampat
i. ρmampat = 10,0061 g12,5mL = 0,8004 g/ml
C. KerapatanSejati
1. Timbang piknometer kosong (a) = 21,5651
2. Timbang piknometer + parafin (b) = 41,8471
3. Timbang piknometer + sampel (c) = 30,9741
4. Timbang piknometer + sampel + parafin (d) = 45,9569
5. Berat parafin = b-a = 41,8571 - 21,5651 = 20,282 (e)
6. Berat sampel = c-a = 30,9741 - 21,5651= 9,409 (f)
7. Berat sampel + parafin = d-a = 45,9569 - 21,5651= 24,3918 (g)
8. Berat sampel yang digantikan oleh sampel = g-e-f =
24,3918 - 20,282 – 9,409 = -5,2992 (h)
9. Vol.sampel = h
bj . parafin(b−avp
) = −5,29920,81
= -6,542 (i)
ρsejati = fi =
9,409−6,542= -1,438 g/ml
D. Bobot Jenissirup DHT
Dt = w 3−w 1
vp=53,6779−21,5255
25=1, 286g/ml
Kelompok 3
Data Pengamatan
Bobotjenis madu 1,384 g/ml
Kerapatan Bulk 0,8004 g/ml
KerapatanMampat 0,8700 g/ml
Kerapatan Sejati -1,4213 g/ml
Perhitungan :
A. Kerapatan Bulk
a. ρ Bulk=10,0038 gram
11mL = 0,8004 g/mL
B. Kerapatan Mampat
a. ρmampat=10,0038 gram
9,3 mL = 0,8700 g/ml
C. Kerapatan Sejati
1. Timbang piknometer kosong (a) = 20,4408
2. Timbang piknometer + parafin (b) = 40,9637
3. Timbang piknometer + sampel (c) = 31,4813
4. Timbang piknometer + sampel + parafin = 45,6276 (d)
5. Berat parafin = b-a = 40,9637 - 20,4408 = 20, 5229 (e)
6. Berat sampel = c-a = 31,4813 - 20,4408= 11,0405 (f)
7. Berat sampel + parafin = d-a = 45,6276 - 20,4408 = 25,1868
(g)
8. Berat sampel yang digantikan oleh sampel = g-e-f =
25,1868 - 20, 5229 – 11,0405 = -6,3766 (h)
9. Vol.sampel = h
bj . parafin(b−avp
) = −6,37660,8209
= -7,7678(i)
ρsejati = fi =
11,0405−7,7678= -1,4213g/ml
D.Bobot Jenis madu
Dt = w 3−w 1
vp=53,6779−21,5255
25=1, 286g/ml
Kelompok 4
Data Pengamatan
Bobotjenis buahvita 1,070 g/ml
Kerapatan Bulk 0,5407g/ml
KerapatanMampat 0,6252 g/ml
Kerapatan Sejati -1,5209 g/ml
Perhitungan :
A. Kerapatan Bulk
a. ρ Bulk = 10 gram12mL
= 0,5407 g/mL
B. Kerapatan Mampat
i. ρmampat = 1 ogram11mL = 0,6252 g/ml
C. Kerapatan Sejati
1. Timbang piknometer kosong (a) = 9,7996
2. Timbang piknometer + parafin (b) = 31,1683
3. Timbang piknometer + sampel (c) = 22,2612
4. Timbang piknometer + sampel + parafin = 36,6212 (d)
5. Berat parafin = b-a = 31,1683- 9,7996 = 21,3687 (e)
6. Berat sampel = c-a = 22,2612 - 9,7996 = 12,4616 (f)
7. Berat sampel + parafin = d-a = 36,6212 - 9,7996 = 26,8276 (g)
8. Berat sampel yang digantikan oleh sampel = g-e-f =
26,8276 - 21,3687 – 12,4616 = -7,0027 (h)
9. Vol.sampel = h
bj . parafin(b−avp
) = −7,00270,8547
= -8,1931(i)
ρsejati = fi =
12,4616−8,1931= -1,5209 g/ml
D.Bobot Jenis Buahvita
Dt = w 3−w 1
vp=36,51−9,7566
25=1,070 g/ml
Kelompok 5
Data Pengamatan
Bobotjenis sirup marjan 1,369 g/ml
Kerapatan Bulk 0,526g/ml
KerapatanMampat 0,588 g/ml
Kerapatan Sejati -1,467 g/ml
Perhitungan :
A. Kerapatan Bulk
a. ρ Bulk = 10 gram12mL
= 0,526 g/mL
B. Kerapatan Mampat
i. ρmampat = 1 ogram11mL = 0,588 g/ml
C. Kerapatan Sejati
10. Timbang piknometer kosong (a) = 9,7996
11. Timbang piknometer + parafin (b) = 31,1683
12. Timbang piknometer + sampel (c) = 22,2612
13. Timbang piknometer + sampel + parafin = 36,6212 (d)
14. Berat parafin = b-a = 31,1683- 9,7996 = 21,3687 (e)
15. Berat sampel = c-a = 22,2612 - 9,7996 = 12,4616 (f)
16. Berat sampel + parafin = d-a = 36,6212 - 9,7996 = 26,8276 (g)
17. Berat sampel yang digantikan oleh sampel = g-e-f =
26,8276 - 21,3687 – 12,4616 = -7,0027 (h)
18. Vol.sampel = h
bj . parafin(b−avp
) = −7,00270,8547
= -8,1931(i)
ρsejati = fi =
12,4616−8,1931= -1,5209 g/ml
D.Bobot Jenis Sirup Marjan
Dt = w 3−w 1
vp=36,51−9,7566
25=1,070 g/ml
B. Pembahasan
Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan bobot jenis dan
rapat jenis dari sampel cairan dengan menggunakanpiknometer. Bobot
jenis adalah perbandingan antara bobot sampel dengan volume sampel,
jadi satuannya adalah g/mL.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu metode
piknometer.Pada metode piknometer, bobot jenis suatu zat cair ditentukan
dengan berdasarkan pada selisih penimbangan piknometer kosong dengan
penimbangan piknometer berisi sampel yang kemudian hasilnya dibagi
dengan volume dari yang tertera pada piknometer yang digunakan.
Sebelum memulai percobaan, terlebih dahulu piknometer
dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan
alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi.
Setelah itu barulah piknometer ditimbang pada timbangan
analitik dalam keadaan kosong tentunya, tanpa pemasukan sampel.Dari
hasil penimbangan ini dapat dicari bobot jenis sampel nantinya, yakni
dengan menimbang piknometer berisi sampel terlebih dahulu, kemudian
bobot jenis diperoleh dengan memperkurangkannya dengan berat
piknometer kosong tadi.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini yaitu paraffin
cair, asam borat, alkohol dan sirup DHT.
Dalam percobaan yang dilakukan kita menentukan kerapatan
bulk, mampat dan sejati. Berdasarkan percobaan yang dilakukan kami
mendapat hasil dari kerapatan bulk yaitu sebesar 0,7697 g/ml. Kerapatan
mampat sebesar 0,8004 g/ml dan kerapatan sejati sebesar -1,438 g/ml
Dalam percobaan ini kami juga menghitung bobot jenis dari sampel yang
kami gunakan yaitu Ultra Milk yang memiliki bobot jenis sebesar 1,028
g/ml bobot jenis sirup DHT sebesar 1,286 g/ml, bobot jenis Madu sebesar
1,384 g/ml, bobot jenis Buavita sebesar 1,070 g/ml dan bobot jenis dari
Sirup marjan yaitu sebesar 1,369 g/ml.
Pada saat praktikum penentuan kerapatan dan bobot jenis
zat-zat tersebut sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan hasil
yang berbeda dengan yang seharusnya (sesuai ketentuan di Farmakope
Indonesia).
Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan
oleh karena berbagai kesalahan pada saat melakukan praktikum.
Kesalahan penimbangan, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh
perubahan suhu yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar kering
dan bersih, volume air yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat,
kebersihan, sampel yang terkontaminasi.
a) Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa disebabkan
karena timbangan yang digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil
penimbangan antara timbangan yang satu dengan yang lain belum tentu
sama.
b) Cara penutupan piknometer yang salah
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat
menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak sehingga tentu
mempengaruhi berat pada penimbangan.
c) Pengaruh perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan
di dalam piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga
pada waktu ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan
yang telah ditentukan.
d) Piknometer yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk
penentuan kerapatan dan bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan
yang tertinggal di dalamnya sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil
akhir.
e) Volume air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer harus tepat
dengan yang telah ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu
sedikit maka akan mempengaruhi hasil akhir.
f) Sampel yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil
yang menyimpang, karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan
zat yang masih murni.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan
yaitu :
a. Bobot jenis zat cair yang diamati yaitu bobot jenis Ultra Milk yang
memiliki bobot jenis sebesar 1,028 g/ml bobot jenis sirup DHT
sebesar 1,286 g/ml, bobot jenis Madu sebesar 1,384 g/ml, bobot
jenis Buavita sebesar 1,070 g/ml dan bobot jenis dari Sirup marjan
yaitu sebesar 1,369 g/ml..
b. Kerapatan zat padat yang diamati dalam percobaan yaitu kerapatan
bulk sebesar 0,88549 g/mL, kerapatan mampat sebesar 0,88549
g/ml dan kerapatan sejati yaitu sebesar 1,03922.
B. Saran
Sebaiknya setiap praktikan harus bisa menggunakan alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini dan sebaiknya praktikan
melakukan prosedur kerja dengan baik dengan pengawasan dan
bimbingan dari asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2014.Penuntun praktikum FARMASI FISIKA I.Universitas Muslim
Indonesia.Makassar
Ansel, C Howard, 2006. Kalkulasi Farmasetik. EGC : Jakarta.
Ansel ,C Howard, 2004. Kalkulasi Farmasetik. EGC.: Jakarta.
Brescia, Arents dan Meislich, 1975. Fundamental Chemistry. New York.
Ditjen POM, 1979.FARMAKOPE INDONESIA edisi III.Departemen kesehatan
republik indonesia
Gibson, M., 2004, .Pharmaceutical Preformulation and formulation. HIS Health
Group, Tailor dan Prancis.
Martin,Alfred. 1990. Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Petrucci, R. H., 1985. General Chemistry, Principles and Application
4th Ed. Collier Mac Inc., New York.
Lampiran
Alat
Corong Piknometer Tepedensity
Gelas ukur Sendok tanduk Timbangan Analitik
Bahan
Sirup DHT Asam Borat Sirup Marjan
Buavita Madu Susu
Paravin Cair Alkohol
Asam Borat Peninbangan Pikno- Penimbangan Pikno-di gelas ukur meter + sirup DHT meter kosong
Penimbangan Piknometer Penimbangan Piknometer + + Asam Borat Asam Borat + Parafin
top related