hubungan keaktifan ibu -ibu dalam ds. timpik ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1559/1/tarmi...
Post on 08-Nov-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEAKTIFAN IBU
MENGIKUTI PENGAJIAN AN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN. GENENG,
DS. TIMPIK,KEC
Diajukan untuk Memperoleh
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
HUBUNGAN KEAKTIFAN IBU-IBU DALAM
MENGIKUTI PENGAJIAN AN-NUR DENGAN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN. GENENG,
DS. TIMPIK,KEC.SUSUKAN, KAB.
SEMARANGTAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Sutarmi
NIM 11111121
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
IBU DALAM
NUR DENGAN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN. GENENG,
SUSUKAN, KAB.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
HUBUNGAN KEAKTIFAN IBU
MENGIKUTI PENGAJIAN AN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN. GENENG,
DS. TIMPIK,KEC
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
i
HUBUNGAN KEAKTIFAN IBU-IBU DALAM
MENGIKUTI PENGAJIAN AN-NUR DENGAN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN. GENENG,
DS. TIMPIK,KEC.SUSUKAN, KAB.
SEMARANGTAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Sutarmi
NIM 11111121
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
IBU DALAM
NUR DENGAN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN. GENENG,
SUSUKAN, KAB.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Artinya : “ Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan
kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu
kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”. Q.S.Al-Baqarah 110.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai ( Bpk Purwanto &
Ibu Jumiyem) atas semua yang telah diberikan selama ini, juga untuk
setiap do‟a yang dengan tulus diberikan, semoga Allah meridhai. Tanpa
mereka penulis tidak bisa menjadi seperti sekarang ini.
Untuk suamiku yang selalu sabar membimbing serta memberi semangat
terima kasih atas doa serta semangatnya.
Untuk adikku serta ponakan-ponakanku, terima kasih untuk semangat
serta doanya.
Tak lupa kepada seluruh teman- temanku PAI angkatan 2011, keluarga
besar MENWA 953 Kalimosodo, PPL MTS Aswaja, KKN di Payungan,
serta teman- temanku semua yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu,
terimakasih untuk persahabatan yang tak tergantikan ini.
viii
KATAPENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb
Pujisyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT,
atasrahmatdanhidayah-
Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaiknaskripsiini.Shola
watdansalamsemogasenantiasatercurahkepadaNabi
Muhammad SAW yang
telahmenerangiduniadengankesempurnaan agama islam,
semogapadaakhirkelakkitadiakuiolehumatnyadanmendapats
yafa’atnya, amin.
Skripsiinidisusununtukmemenuhisalahsatusyaratmemp
erolehgelarSarjanaPendidikan Islam (S. Pd. I.) padaInstitut
Agama Islam NegeriSalatiga.Adapunjudulskripsiiniadalah
“HubunganKeaktifanIbu-ibuDalamMengikutiPengajian AN-
ix
NUR DenganPerilakuSosialdi MasyarakatDsn. Geneng
Ds.TimpikKec. SusukanKab. Semarang Tahun2016 ”.
Keberhasilanpenyusunanskripsiinitidakterlepasdariban
tuandandukungansemuapihak yang
terkait.Padakesempatanini, penulismengucapkanterimakasih
yang takterhinggakepada yang terhormat:
1. Bapak RektorInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Dr. Rahmat
Hariyadi, M.Pd.
2. BapakSuwardi, M.Pd. selakuDekanFakultasTarbiyahdanIlmuKeguruan.
3. Ketua Jurusan Studi Pendidikan Agama Islam, Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Dosen PembimbingDra. Nur Hasanah, M.Pdatas bimbingan, arahan, dan
motivasi yang diberikan.
5. SeluruhBapakdanIbuDosen IAIN Salatiga
6. Bapak dan Ibuku (Purwanto dan Jumiyem), suami tercintaku serta anakku
Zerin yang aku sayangi, adikku dan ponakanku yang memberikan
semangat terima kasih untuk semuanya. Mereka keluarga tercintaku yang
selalu mencurahkan pengorbanan dan memberikan doa serta motivasi yang
tiada terkira bagi keberhasilan penulis.
7. Jamaahpengajianibu-ibusetiapmalammingguyang
telahbersediamenjadiinformendalampenelitian yang dilakukanolehpenulis.
x
8. Semuapihak yang tidakdapatpenelitisebutkansatupersatu yang
telahmemberikanbantuandandukungannyahinggapenelitidapatmenyelesaik
anskripsiini.
Harapanpenulissemogaamalbaikdaribeliausemuamendapatkanbalasan
yang sesuaidanmendapatkanridho Allah
SWT.Penelitisangatmenyadaribahwaskripsiinimasihjauhdari kata
sempurna.Olehkarenaitu, penelitibersediamenerimakritikdan saran yang
bersifatmembangun demi kesempurnaanskripsi.Akhirnya,
penelitiberharapsemogaskripsiinidapatbermanfaatbagipembacapadaumumnyad
anpadapenelitikhususnya.
Salatiga, 21 Maret 2016
Peneliti
xi
ABSTRAK
Sutarmi. 2016. HubunganKeaktifanIbu-ibuDalamMengikutiPengajian AN-NUR
DenganPerilakuSosialMasyarakatDsn. Geneng Ds. Timpik Kec.Susukan
Kab. SemarangTahun 2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program
StudiPendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing:Dra. Nur Hasanah, M.Pd
Kata Kunci: KeaktifanpengajiandanPerilakuSosial
PenelitianinimembahastentangHubungankeaktifanmengikutipengajiande
nganperilakusosialpadamasyarakat.Adapuntujuandaripenelitianiniadalah 1)Untuk
mengetahui data tentang keaktifan jama’ah dalam mengikuti pengajian giliran
Desa Geneng, Kecamatan Susukan, kabupaten Semarang. 2)Untuk mengetahui
data tentang perilaku sosial jama’ah Desa Geneng, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang. 3)Untuk mengetahui tingkat hubungan keaktifan mengikuti
pengajian gilirandengan perilaku sosial jama’ah Desa Geneng.
Metode yang digunakandalampenelitianiniadalahmenggunakan
instrument penilaian yang berupaangket ,metodeobservasidanmetodedokumentasi
yang di lakukangunamemperoleh data secaralengkap
TemuandaripenelitianinimenunjukkanbahwaKeaktifan mengikuti
pengajian giliran di Dusun Geneng, Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang
pada kategori tinggi ada 26 responden dengan presentase 74% kemudian dalam
kategori sedang ada 7 responden dengan presentase 20% dan yang termasuk
dalam kategori kurang ada 2 responden dengan presentase 6%.Perilaku sosial
pada masyarakat di Dusun Geneng,Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang
pada kategori tinggi 29 responden dengn presentase 83% kemudian dalam
kategori sedang 6 responden dengan presentase 17% dan yang termasuk kategori
kurang 0 responden dengan presentasi 0%.Hubungan keaktifan mengikuti
pengajian giliran dengan perilaku sosial pada masyarakat di Dusun Geneng, Desa
Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang dengan menggunakan rumus product
moment diperoleh rxy=0,436 lebih besar dari rtabel pada taraf signifikan
5%=0,334 dengan N=35. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis
nihil diterima atau dengan kata lain dapat dikatakan ada hubungan yang signifikan
antara keaktifan mengikuti pengajian giliran dengan perilaku sosial pada
masyarakat di Dusun Geneng, Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab.Semarang tahun
2016
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ………………………………………….. I
LEMBAR
BERLOGO
………………………………………….. ii
HALAMAN JUDUL ………………………………………….. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. iv
HALAMAN PENGESAHAN
KELULUSAN
………………………………………….. V
HALAMAN PERNYATAAN
KEASLIAN TULISAN
………………………………………….. vi
HALAMAN MOTTO ………………………………………….. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ………………………………………….. ix
ABSTRAK ………………………………………….. X
DAFTAR ISI ………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. xv
A. LatarBelakangMasalah ………………………………………….. 1
B. RumusanPenelitian ………………………………………….. 5
C. TujuanPenelitian ………………………………………….. 5
D. HipotesisPenelitian ………………………………………….. 6
E. ManfaatPenelitian ………………………………………….. 6
F. DefinisiOperasional ………………………………………….. 7
G. MetodePenelitian ………………………………………….. 11
1. Pendekatandanjenispenel ………………………………………….. 11
xiii
itian
2. LokasiWaktuPenelitian ………………………………………….. 12
3. Penelitian sample
a. Sample dan Teknik
Sample
4. ProsedurPengumpulan
Data…………………13
………………………………………….. 12
a. Metodeangket ………………………………………….. 14
b. MetodeObservas
i
………………………………………….. 14
c. Dokumentasi ………………………………………….. 15
d. Teknis Analisis Data ………………………………………….. 15
H. SistematikaPenulisanSkri
psi
………………………………………….. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………..
A. KeaktifanPengajian ………………………………………….. 18
1. PengetianKeaktifanPeng
ajian
………………………………………….. 18
2. DasarPengajian ………………………………………….. 21
3. TujuanMengikutiPengaji
an
………………………………………….. 22
4. PerananPengajian. ………………………………………….. 24
5. MateriPengajian ………………………………………….. 25
xiv
6. Metode yang Digunakan ………………………………………….. 26
7. BentukPengajian ………………………………………….. 27
B. PerilakuSosial ………………………………………….. 30
1. PengertianPerilakuSosial ………………………………………….. 30
2. Factor-
faktorPembentukPerilak
uSosial
………………………………………….. 34
3. Bentuk Dan
JenisPerilakuSosial
………………………………………….. 39
4. DimensiSosialKemasyar
akatan
………………………………………….. 44
C. HubunganKeaktifanMeng
ikutiPengajianDengan
PerilakuSosial
…………………………………………..
48
BAB III HASIL PENELITIAN …………………………………………..
A. GambaranUmumLokasi
Dan SubjekPenelitian
………………………………………….. 50
B. KeadaanGeografisDesaTi
mpik
………………………………………….. 50
C. Kependudukan ………………………………………….. 51
D. SaranaPendidikan ………………………………………….. 51
E. Sarana Dan
prasaranaPemerintah
………………………………………….. 52
F. PerangkatDesa ………………………………………….. 52
xv
G. Visi Dan Misi ………………………………………….. 53
H. SubjekPenelitian ………………………………………….. 54
I. StrukturOrganisasi ………………………………………….. 54
J. PelaksanaanPengajian ………………………………………….. 55
K. LaporanHasilAngket ………………………………………….. 55
L. Penyajian Data ………………………………………….. 57
BAB IV ANALISIS DATA
A. AnalisisDeskriptif ………………………………………….. 63
B. AnalisisKedua ………………………………………….. 75
C. UjiHipotesis ………………………………………….. 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………….. 80
B. Saran ………………………………………….. 81
C. Penutup ………………………………………….. 81
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
xvi
DAFTARTABEL
Tabel 3.1 Data penguruspengajian di Dsn.Geneng, Ds. Timpik,
Kec.Susukan, Kab.Semarang………………………………..
54
Tabel 3.2 Data anggotajamaahpengajianibu-ibu…………………….. 55
Tabel 3.3 Rekapitulasijawabanangket variable keaktifan
mengikutipengajian………………………….......................
58
Tabel 3.4 Rekapitulasijawabanangket variable
perilakusosial………………………………………………
………...
60
Tabel 4.1 Skorjawabanreponden variable tingkatkeaktifan
mengikutipengajian ………………………………………...
64
Tabel 4.2 Hasilskorkeaktifanmengikutipengajian di Dsn.Geneng,
Ds.Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang…………………...
65
Tabel 4.3 Tabelkerjadistribusifrekuensi variable keaktifan
Mengikutipengajian……………………………...................
67
Tabel 4.4 Tabelnilai interval variable X (Keaktifan)…………............. 69
Tabel 4.5 DistribusifrekuensinilaiangketKeaktifan…………............ 69
Tabel 4.6 Skorjawabanresponden variable
PerilakuSosialpadaMasyarakat………………………………
…..........................
70
Tabel 4.7 Hasilskor variable PerilakuSosialpadaMasyarakat……….. 71
Tabel 4.8 Tabelkerjadistribusi variable
PerilakuSosialpadaMasyarakat………………………………
…………………..
72
xvii
Tabel 4.9 Tabelnilai interval variable Y (PerilakuSosial)……............. 74
Tabel 4.10 DistribusifrekuensinilaiangketPerilakuSosialpadaMasyarakat
…………………………………………………..
75
Tabel 4.11 TabelKerjaproduct
MomentKorelasiantarakeaktifanmengikutipengajian (X)
denganperilakusosialpadamasyarakat
(Y)………………………………………………
76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di era zaman globalisasi ini manusia selalu melakukan perubahan
dalam kehidupannya. Perubahan itu dikarenakan banyaknya kebutuhan
ataupun keinginan dari diri sendiri maupun orang lain. Semakin besar
keinginan ataupun kebutuhan seseorang maka akan semakin besar pula
perubahan yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan-perubahan itu akan
berdampak pada sifat dan tingkah laku seseorang terhadap diri sendiri
ataupun lingkungannya.
Dampak dari perubahan itu ada yang bersifat positif dan ada yang
negatif. Dari masing-masing dampak itu akan mengalami perubahan yang
akan menyebabkan keuntungan dan ada pula yang merasa dirugikan. Yang
menguntungkan yaitu dampak positif semakin banyaknya penemuan
dalam bidang teknologi yang dapat mempermudah setiap pekerjaan
manusia. Dengan adanya teknologi akan mempermudah manusia untuk
menyelesaikan tugas dan juga pekerjaan akan terasa lebih ringan jika
dikerjakan dengan teknologi. Sedangkan contoh dampak negatif antara
lain, banyaknya pengangguran dikarenakan pekerjaan manusia sudah
banyak dikerjakan oleh mesin, kurangnya pendidikan baik formal atau
informal yang mengakibatkan rusaknya prilaku sosial pada seseorang.
2
Setiap manusia memiliki moral yang berbeda –beda. Dari sinilah
adanya manusia yang bersifat baik dan ada yang tidak baik. Tingkah laku
manusia yang tidak baik akan berdampak bagi orang lain dan dirinya
sendiri. Tingkah laku yang tidak baik dapat membuat orang lain ataupun
lingkungan sekitar merasa dirugikan ataupun merasa tidak nyaman dengan
adanya perilaku orang tersebut yang dapat merugikan kenyamanan orang
lain. Semua itu adalah dampak dari perubahan zaman ke zaman.
Untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif dari perubahan
zaman, hal yang perlu dilakukan adalah memberikan pengarahan
pendidikan atau pembinaan dalam segi kerohanian atau keagamaan, agar
dapat mencegah dampak negatif dari perubahan zaman.
Pendidikan dan pengarahan ini tidak hanya untuk anak dalam usia
pendidikan tapi harus dilakukan untuk anak-anak remaja atau orang
dewasa seperti diadakannya kultum, ada juga kegiatan pengajian rutin tiap
satu minggu sekali, diadakan jamaah yasinan, dan masih banyak lagi yang
dapat lakukan untuk memperbaiki perilaku sosial di lingkungan kita
sendiri.
Untuk mengantisipasi hal serupa perlu diadakannya pembinaan
pengetahuan di bidang agama yang dapat meredam sikap emosional yang
berdampak pada dekadensi moral. Untuk mengatasi gejala tersebut, maka
pendidikan agama dan kegiatan-kegiatan yang bernuansa keagamaan
secara umum adalah hal yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan
3
jiwa manusia dan membentuk kepribadian yang baik dan mulia, terutama
pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam.
Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk membentuk manusia yang memiliki peradaban dan
budaya tinggi. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju
atau mundurnya tingkat suatu masyarakat dan negara sebagian besar
tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan(M.Ngalim
Purwanto,1992:36).
Pendidikan Islam seperti kegiatan pengajian majelis ta’lim dapat
dijadikan sebagai wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis
sekaligus berfungsi sebagai stabilitator dalam seluruh gerak aktifitas
manusia maka selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islam
mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta
insan-insan yang memiliki keseimbangan potensi dari segi intelektual
maupun mental spiritual sekaligus memiliki kepribadian yang Islami
dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju.
Hal yang demikian sejalan dengan anjuran Allah kepada manusia
untuk selalu mengajak manusia yang lain dalam melakukan kebaikan dan
memerangi kekejian dan kemungkaran, seperti yang tertuang dalam:
4
Artinya: ’’ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. ‘’
Demikian pelaksanaan pengajian-pengajian Islam diharapkannya
mampu menjadi filter dan katalisator terciptanya perilaku sosial
masyarakat yang arif sehingga pada akhirnya mampu menciptakan sebuah
lingkungan hidup yang penuh dengan kebaikan dan kasih sayang.
Dari paparan latar belakang di atas penulis sangat tertarik untuk
mengkaji secara ilmiah pelaksanaan pengajian yang dilaksanakan secara
rutin oleh warga masyarakat Dsn Geneng Ds Timpik, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun 2015, beserta hubungannya dengan perilaku
sosial masyarakat desanya. Oleh karena itu, skripsi yang peneliti susun
berjudul: ‘’HUBUNGAN KEAKTIFAN IBU-IBU DALAM
MENGIKUTI PENGAJIAN AN-NUR DENGAN PERILAKU SOSIAL
MASYARAKAT DSN.GENENG, DS.TIMPIK, KEC.SUSUKAN,
KAB.SEMARANG TAHUN 2015’’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat
mengambil suatu pokok masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana keaktifan ibu-ibu pengajian AN-NUR Dsn.Geneng,
Ds.Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang?
2. Bagaimana perilaku sosial ibu-ibu pengajian Dsn.Geneng, Ds.Timpik,
Kec.Susukan, Kab.Semarang?
5
3. Adakah hubungan keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pengajian AN-
NUR dengan perilaku sosial ibu-ibu Dsn.Geneng, Ds.Timpik,
Kec.Susukan, Kab.Semarang Tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pengajian AN-
NUR Dsn.Geneng, Ds.Timpik, Kec. Susukan, kabupaten Semarang.
2. Untuk mengetahui perilaku sosial ibu-ibu AN-NUR Dsn Geneng,
Ds.Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang.
3. Untuk mengetahui hubungan keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti
pengajian giliran AN-NUR dengan perilaku sosial ibu-ibu
Dsn.Geneng, Ds.Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang.
D. Hipotesis Penelitian
Kata hipotesis penelitian berasal dari dua kata, yaitu “hypo”
artinya “di bawah” dan “thesa” artinya “ kebenaran”. Hipotesis adalah
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai
terbukti melalui data permasalahan yang terkumpul (Suharsini Arikunto
1998: 67 ).
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau
mungkin salah, dia akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima
jika fakta-fakta membenarkan (Hadi,1981: 63). Kebenarannya perlu diuji
6
dengan fakta, ukuran atau dasar-dasar pemikiran tertentu untuk kemudian
diterima atau ditolak atau masih diuji lagi.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara keaktifan mengikuti pengajian dengan perilaku
sosial jama’ah Dsn Geneng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang
Hubungan Keaktifan Ibu-ibu Dalam Mengikuti Pengajian AN-NUR
dengan Perilaku Sosial Jama’ah Dsn.Geneng, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang serta memberikan manfaat secara praktis dan
teoritis.
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan.
b. Menambah khasanah keilmuan khususnya dalam bidang penelitian
lapangan.
c. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah
yang dihadapi masyarakat.
2. Secara praktis
a. Dengan penelitian ini diharapkan ibu-ibu jamaah pengajian
bertambah keaktifannya dalam mengikuti pengajian sehingga
perilaku beragamanya tambah baik.
7
b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti
mengenai manfaat mengikuti pengajian. Bagi masyarakat dengan
adanya jamaah pengajian giliran ibu-ibu bisa menambah wawasan
keagamaan bagi ibu-ibu dan masyarakat pada umumnya.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam
penggunaan kata pada judul penelitian ini perlu adanya penjelasan
beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.
Istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Hubungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:179)
hubungan adalah korelasi timbal balik atau sebab akibat. Sedangkan
pengertian hubungan adalah sebuah penelitian kuantitatif adalah salah
satu teknik statistik yang di gunakan untuk mencari korelasi antara
dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif (Arikunto, 1998:55)
2. Keaktifan
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat (bekerja,
berusaha), keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan berarti
usaha yang dilandasi ketekunan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan (Depdikbud, 1998: 19).
8
3. Pengajian
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 491),
Pengajian adalah pengajaran (Agama Islam), menanamkan norma
agama melalui pengajian dan dakwah.
Secara leksial istilah pengajian berarti ajaran, pelajaran,
pembacaan Al Qur’an, penyelidikan pelajaran Agama Islam yang
mendalam (Poerwadarminto, 2006: 433). Dalam penelitian ini istilah
pengajian di artikan sebagai kegiatan belajar agama Islam secara non
formal dalam masyarakat yang di lakukan 1 minggu sekali pada
malam minggu.
4. Masyarakat
Menurut Bambang Rudito (2003: 5) masyarakat (sebagai
terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian
besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam
kelompok tersebut. Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam
bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah
suatu jaringan hunungan-hubungan antar enitas-enitas. Masyarakat
adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu
sama lain). Umumnya istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang lain yang hidup bersama dalam komunitas yang
teratur.
9
Guna memberikan panduan khusus terhadap arah penelitian,
maka peneliti merasa perlu untuk memberikan indikator-indikator dari
setiap variabel penelitian yang diajukan.
Indikator keaktifan mengikuti pengajian giliran AN-NUR
antara lain:
a. Datang tepat waktu
b. Aktif dalam mengikuti pengajian
c. Mengikuti semua kegiatan pengajian dari awal sampai akhir
d. Selalu mendengarkan pengajian dengan seksama (membaca
diba’).
e. Memberi masukan dan saran masing-masing jama’ah.
5. Perilaku Sosial
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
lingkungan (Depdiknas, 2007: 859). Menurut Hasan Langgulung
(1985: 19) perilaku adalah segala aktifitas yang dapat diamati, artinya
semua aktifitas yang dapat ditangkap oleh panca indra. Sosial berarti
berkenan dengan orang lain atau masyarakat ( Depdiknas,2007:
1085).
Perilaku sosial adalah reaksi seseorang dalam perjalinan
secara harmonis dengan lingkungan sosial atau masyarakat (Chaplin,
1989: 19). Bentuk interaksi sosial dalam berinteraksi dengan
masyarakat dibagi menjadi dua yaitu, perilaku positif dan perilaku
negatif seperti egoisme, prasangka sosial, terhadap sesama dan
10
lingkungan (Ahmadi, 2000. 34). Dalam hal ini, penulis membatasi
perilaku sosial pada perilaku positif dilingkungan.
Berdasarkan urian teori di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perilaku sosial adalah perbuatan dan tingkah laku individu
yang muncul dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan
keluarga ataupun dalam lingkungan masyarakat.
Kebanyakan perilaku merupakan kebiasaan yang tidak
terfikirkan ketika situasi yang mendorongnya sering terjadi dalam
pengalaman. Perilaku yang memerlukan pilihan secara sadar yang
dilandaskan pada petunjuk yang jelas bagaimana cara memilihnya,
merupakan perilaku institusional.
Adapun indikator dari perilaku sosial adalah sebagai berikut:
a. Tolong menolong
b. Menghargai dan menghormati orang lain
c. Kasih sayang terhadap sesama
d. Toleransi
e. Mau menerima dan memberi saran
f. Sopan santun dalam bergaul.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk
memperoleh data yang akurat untuk itu diperlukan adanya suatu
metode penelitian. Untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif
11
tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih menekankan pada
penelitian deskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji
hipotesis yang berkaitan dengan status dan kondisi objek yang diteliti
pada saat dilakukan penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah
deskriptif, yaitu berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasi apa
yang ada mengenai kondisi atau hubungan yang ada. Data deskriptif
dikumpulkan melalui angket dan observasi.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan studi korelasional. Sedangkan penelitian ini adalah
penelitian deskriftif, karena penelitian ini mendeskrifsikan fenomena
hubungan yang ada antara keaktifan mengikuti pengajian dengan
perilku sosial ibu-ibu jama’ah pengajian. Hal ini senada dengan apa
yang diungkapkan oleh Zuhriah (2007:47) bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang menjelaskan fakta, fenomena, dan situasi nyata
secara sistematis dan akurat.
Penelitian deskriptif termasuk dalam kategori penelitian
kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan,
variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan
menyajikan apa adanya (Arikunto, 1998: 26). Dalam penelitian ini,
peneliti bermaksud meneliti mengenai hubungan antara keaktifan
mengikuti pengajian giliran AN-NUR dengan perilaku sosial ibu-ibu
12
jamaah pengajian. Peneliti mencari tahu apakah ada hubungan antara
keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pengajian AN-NUR dengan
perilaku sosial jamaah pengajian ibu-ibu Dsn.Geneng, Ds.Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun 2015.
Penelitian ini mengarah pada studi korelasional sejajar dengan
teknik angket. Variabel yang nantinya akan diteliti bukanlah variabel
sebab akibat hasil eksperimen, melainkan hanya variabel dengan
hubungan sejajar saja. Peneliti nantinya hanya akan mencari hubungan
antara variabel x, dalam hal ini keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti
pengajian giliran AN-NUR, dengan variabel y, yaitu perilaku sosial
jamaah pengajian. Peneliti tidak akan memberikan perlakuan khusus
pada salah satu variabel, oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam
studi korelasional sejajar.
2. Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian berada di Dsn.Geneng, Ds.Timpik,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
3. Populasi dan sample
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 1989:67). Sedangkan menurut Sumanto populasi adalah
sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi subyek penelitian dan
elemen populasi itu satuan analisis (sumanto, 1995:39). Populasi
adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki dan
13
populai dibatasi sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit
mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1993: 220).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2009: 62). Sampel yang diambil
oleh populasi harus representative. Maka harus digunakan teknik
sampling yang tepat. Penelitian ini nanti menggunakan teknik
purposive random sampling, karena sample yang diambil berdasarkan
kekhasan sifatnya. Sampelnya seluruh jumlah jama’ah yang
mengikuti pengajian giliran Dsn Geneng, Kec. Susukan, Kab.
Semarang tahun 2015.
Demikian karena jumlah keseluruhan jama’ah yang mengikuti
pengajian giliran Dsn Geneng, Kec. Susukan, Kab. Semarang tahun
2015 adalah 35 jama’ah. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 125)
jika seorang peneliti memilki beberapa ratus obyek populasi, maka
mereka dapat menentukan besar sampel antara 25-30% dari jumlah
populasi. Di karenakan jumlah populasi dari obyek penelitian kurang
dari 100 orang, maka peneliti tidak mengambil contoh atau dalam kata
lain bahwa seluruh populasi dari jamaah pengajian ibu-ibu AN-NUR,
Dsn.Geneng, Ds.Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
tahun 2015 yang berjumlah 35 jamaah akan menjadi obyek penelitian.
4. Prosedur Pengumpulan Data
14
Adapun metode-metode yang digunakan guna memperoleh dan
mengumpulkan data yang diperlukan antara lain:
a. Metode Angket
Angket adalah instrumen pengumpulan data dengan daftar
pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban dari responden
(koencoroningrat, 1997:173). Pertanyaan tersebut berupa pertanyaan
tertulis yang disusun dan disebarkan kepada responden untuk
mendapatkan informasi atau jawaban yang berkenaan dengan keaktifan
ibu-ibu dalam mengikuti pengajian AN-NUR dan sejauh mana perilaku
sosial jamaah Dsn.Geneng, Ds.Timpik. Metode angket ini merupakan
metode yang paling di utamakan dari metode lainnya.
Angket yang digunakan adalah angket tertutup, jawaban
diberikan dengan memilih tanda tertentu atau jawaban sudah disediakan
sehingga responden tinggal melingkari atau mencentang pilihan yang
tersedia.
b. Metode Observasi
Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada
penelitian ini adalah observasi yaitu pengamatan dan pencacatan
secara sistematis fenomena-fenomena yang di selidiki (Hadi,1992:132).
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti luas,
observasi tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilakukan baik
15
secara langsung maupun tidak langsung, pengamatan yang tidak
langsung melalui kuisioner dan tes.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang
berkenaan dengan keaktifan masyarakat Dsn.Geneng, Ds.Timpik dalam
mengikuti pengajian giliran dan perilaku sosial jamaah desa tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumentasi berarti kumpulan data verbal yang berbentuk
tulisan (Kunconigrat, 1996: 46). Dokumen dalam metode ini bisa
berupa daftar hadir dan catatan-catatan ibu-ibu tentang keaktifan
mengikuti pengajian serta foto-foto kegiatan ibu-ibu dalam pengajian
tersebut. Metode ini di perlukan sebagai metode bantu dalam
mengumpulkan data tentang keaktifan mengikuti pengajian dengan
perilaku sosial jama’ah pengajian putri.
d. Teknik Analisis Data
Setelah nantinya data terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisanya. Analisis yang digunakan nantinya akan melalui
dua tahap yaitu:
a. Analisa data untuk mengetahui presentase skor keaktifan mengikuti
pengajian giliran AN-NUR dengan perilaku sosial masyarakat Dsn.
Geneng, Ds.Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
Tahun 2015 dengan menggunakan rumus:
P =�
�× 100%
Keterangan:
16
P = Presentase skor
F = Frekuensi
N = Jumlah subjek dalam golongan
b. Analisis lanjutan
Analisis lanjutan dilakukan dilakukan dengan menggunakan
analisis statistik dengan rumus product moment untuk mencari data
tentang hubungan keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pengajian AN-
NUR dengan perilaku sosial jamaah pengajian sebagai berikut:
Rxy = � ∑ ���(∑ �)(∑ �)
�{�(∑ �)� �(∑ �)�}{�(∑ �)� �(∑ �)�}
Keterangan :
��� : koefisien antara variabel x dan variabel y
�� : product dari x dan y
� : variabel independen
� : variabel dependen yaitu aktivitas dan perilaku sosial jama’ah
N : jumlah populasi
∑ : Sigma
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Adapun sistematika penulisan dari skripsi adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,
17
definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan
skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini memuat kajian pustaka tentang konsepsi keaktifan
mengikuti kegiatan pengajian dan konsepsi perilaku sosial jamaah
pengajian.
BAB III HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini memuat tentang profil Desa Timpik, Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang beserta jamaah pengajiannya, data
responden, dan presentasi hasil penelitian dengan instrumen
angket.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini memuat tentang analisis pendahuluan, analisis uji
hipotesis, dan analisis lanjutan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab penutup ini dicantumkan kesimpulan dan saran yang
sifatnya membangun.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KEAKTIFAN PENGAJIAN
1. Pengertian Keaktifan Pengajian
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat (bekerja,
berusaha), keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan
berartiusaha yang dilandasi ketekunan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan (Depdikbud, 1998: 19).
Pengertian pengajian berasal dari kata kaji yang artinya pelajaran
(agama dsb); penyelidikan (tentang sesuatu); (Poerwadarminto, 2006:508).
Mendapat awalan peng- dan akhiran –an menjadi pengajian yang berarti
kegiatan untuk melakukan pengajaran (agama Islam), menanamkan norma
agama melalui dakwah; pembacaan Al-Qur’an (Poerwadarminto,
2006;508).
Pengajian merupakan bagian dari dakwah Islamiyah yang menyeru
kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Sehingga keduanya
harus seiring sejalan, dan kedua sifat ini merupakan satu-kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.
Pengajian bisa diartikan sama halnya dengan dakwah. Secara
etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab da-aa, yad-uu, diartikan
sebagai permohonan (sual), ibadah, nasab dan ajakan atau
seruan.Sedangkan secara terminologi, dakwah dipandang sebagai seruan
19
dan ajakan kepada manusia kepada kebaikan, petunjuk, serta amar
ma’ruf (perintah yang baik) dan nahi mungkar (mencegah kemungkaran)
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat (Halimi, 2008:31-
32).
Dakwah juga dapat diartikan suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan sengaja dengan mengerahkan segala potensi yang dimiliki, baik
secara individual maupun bersama-sama, untuk mengajak orang pada
ajaran Islam, dan meningkatkan kualitas pemahaman ajaran Islam
(Hafidhuddin, 2003:193)
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengertian pengajian
(Dakwah) sebagaimana tersebut diatas, Adapun pengertian pengajian
(Dakwah) menurut beberapa ulama yaitu sebagai berikut:
a. Ibnu Taimiyah
Pengajian (Dakwah) merupakan suatu proses untuk mengajak orang
lain beriman kepada Allah, percanya apa yang telah diberikan oleh
Rosul dan taat apa yang telah diperintahkan.
b. Al-Bahy-al-Khauly
Pengajian (Dakwah) usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik
dan sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat.
c. Ra’uf al-Syalaby
Pengajian (Dakwah), adalah gerakan untuk merealisasikan undang-
undang (Ihya Al-Nidham) Allah yang telah diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
20
Dalam Al-Qur’an Surat An Nahl 125 disebutkan bahwa
dakwah adalah mengajak umat ke dalam kebaikan.
Artinya : “Serulah(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik.Sesngguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk".
Rosulullah Bersabda: ”Barangsiapa mengajak pada petunjuk,
ia berhak mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya,
tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.dan barang siapa
mengajak pada kesesatan, ia berhak mendapat dosanya seperti
dosanya orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa
mereka sedikit pun”(HR.Tarmidzi)(Zuhri, 2011:15).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpuan bahwa
pengajian (Dakwah) adalah mengajak seseorang atau dorongan
kepada orang lain untuk mengikuti sesuatu keyakinan, yaitu dengan
menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar dan
akan memperoleh pahala, sehingga tercapailah kebahagiaan di Dunia
dan Akhirat.
21
2. Dasar Pengajian
Pengajian merupakan sarana penyampaian ilmu dari seorang ulama
(guru) kepada jamaah, sehingga dapat dikatakan sebagai upaya dakwah.
Dalam hal dakwah ini terdapat dasar-dasar yang bersumber pada Al
Qur’an dan hadist atau sunnah, diantaranya QS. Ali Imron: 104 :
Artinya:“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung” (QS. Ali Imron : 104).
Jika secara biologis manusia membutuhkan makanan, pakaian dan
papan sebagai kebutuhan pokok. Maka secara psikologis manusia
membutuhkan siraman rohani secara kontinyu, kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi melalui ceramah-ceramah agama, tahlil, pembacaan ayat suci al
Qur‟an, pengajian rutin sebagai penyejuk hati dan penentram jiwa agar
diperoleh ketenangan jiwa (Serial Khotbah, 1994:159).
3. Tujuan Mengikuti Pengajian
Pengajian merupakan salah satu unsur pokok dalam syiar dan
pengembangan agama Islam. Pengajian ini sering juga dinamakan dakwah
Islamiyah, karena salah satu upaya dalam dakwah Islamiyah adalah lewat
22
pengajian. Dakwah islamiyah diusahakan untuk terwujudnya ajaran agama
dalam semua segi kehidupan.
Dengan demikian maka tujuan pengajian merupakan tujuan dakwah
juga, karena di dalam pengajian antara lain berisi muatan-muatan ajaran
Islam. Oleh karena itu usaha untuk menyebarkan Islam dan usaha untuk
merealisir ajaran di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah
merupakan usaha dakwah yang dalam keadaan bagaimanapun harus
dilaksanakan oleh umat Islam.
Adapun tujuan diadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian
mempunyai tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan realitas orang yang
memaknai atau mengartikannya. Tuty Alawiyah merumuskan tujuan
pengajian dilihat dari segi fungsinya, adalah sebagai berikut:
a) Sebagai tempat belajar, maka tujuan pengajian adalah menambah ilmu
dan keyakinan agama Islam yang akan mendorong pengalaman ajaran
agama
b) Sebagai kontak sosial, maka pengajian mempunyai tujuan sebagai
tempat silaturahmi
c) Sebagai sarana mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga serta
lingkungan jama‟ahnya (Alawiyah, 1997:78).
Jadi penulis menyimpulkan bahwa secara strategis pengajian
menjadi tujuan sarana dakwah dan tabligh yang berperan sentral pada
pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat agama Islam sesuai
23
tuntunan ajaran agama. Pengajian ini menyadarkan umat Islam untuk,
memahami dan mengamalkan agamanya yang kontekstual di lingkungan
hidup sosial budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat
Islam sebagai ummatan wasathan yang meneladani kelompok umat lain.
Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk
jalan ke arah pencerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada
kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah
dibuminya sendiri. Mengokohkan landasan hidup manusia muslim
Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam
dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriah dan
batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah bersamaan (simultan), sesuai tuntunan
ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan
duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan
pembangunan nasional kita.
4. Peranan Pengajian
Dalam Islam, tujuan hidup umat manusia tidak sebatas untuk
mencapai kebahagiaan kehidupan dunia semata, namun juga pencapaian
kebahagiaan akhirat. Islam merupakan pencerah yang membawa
keseimbangan dalam kehidupan dunia dan akhirat, yakni dalam hal ini
adalah “Hablu min Allah” dan “Hablu min An-Naas” (Nashir, 1999:44).
Dilihat dari segi tujuan, pengajian termasuk sarana dakwah
Islamiyah yang secara self standing dan self disciplined mengatur dan
melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat
24
untuk kelancaran pelaksanaan pengajian sesuai dengan tuntutan pesertanya.
Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang
banyak terdapat lembaga pendidikan Islam memegang peranan sangat
penting dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Disamping
peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme
dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia,
lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan
Islam tersebut ada yang berbentuk langgar, surau, dan mushola (Zuhairi,
1997:19).
Pengajian merupakan bentuk lembaga non formal yang fleksibel dan
merupakan lembaga pendidikan yang amat besar peranannya dalam
menyebarkan risalah Islam , serta merupakan lembaga pendidikan yang
berorientasi pada konsep dan pandangan pendidikan secara Islam .
5. Materi Pengajian
Materi pengajian adalah pesan-pesan atau segalasesuatu yang harus
disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, yaitu keseluruhan ajara
Islam yang ada dalam kitabullah maupun Sunnah rasul. Pada pokoknya
materi pengajian mengandung 3 (tiga) prinsip yaitu:
a. Aqidah, yang menyangkut sistem keimanan atau kepercayaan terhadap
Allah SWT.
25
b. Syari'at, yaitu serangkaian ajaran yang menyangkut aktifitas manusia
muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya, mana yang
boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, mana yang halal
dan mana yang haram dan sebagainya.
c. Akhlaq yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara vertikal
dengan Allah SWT maupun secara horisontal dengan sesama manusia
dan seluruh makhluk-makhluk Allah ( Anshori, 1993 : 146 )
Seperti yang penulis tahu bahwa materi pengajian adalah sangat
luas sekali, maka sangat penting sekali bagi seorang da’i di dalam memilih
materi yang akan disajikan kepada obyek dakwah.
6. Metode yang Digunakan
Metode sebagai salah satu faktor yang perlu dipikirkan dan
diupayakan secara cermat dan teliti. Metode yang tidak jelas atau tidak pas
dalam penyampaiannya akan berimbas pada para jamaah, sehingga disini
perlu dilakukan langkah- langkah kreatif terkait dengan penerapan metode.
Metode yang dapat diterapkan dalam pengajian antara lain yaitu:
a) Hikmah
Metode hikmah ini merupakan metode dakwah dari seorang dai
sebagai refleksi dari kemampuanya dalam melaksanakan dakwah
dengan jitu karena pengetahuanya yang tuntas lagi tepat tentang liku -
liku dakwah.
26
b) Mauidzah khasanah atau nasehat yang baik
Metode ini diterapkan dengan pemberian nasehat dengan
mengungkapkan sebab akibat atau baik buruknya suatu perbuatan
dilakukan, baik itu melalui penuturan kisah-kisah keadaan umat pada
masa lalu, melalui pemberian peringatan atau kabar gembira
(ancaman/janji), melalui pelukisan, gambaran surga atau neraka,
melalui pengungkapan perumpamaan-perumpamaan (Masyur,1997:70).
c) Dialog yang baik
Metode ini dilaksanakan dengan cara berdialog atau bertukar
pikiran karena adanya kontradiksi keyakinan dengan dakwah, baik
perbedaan pemikiran dengan dakwah atau karena arah dakwah yang
berlawanan dengan akidah atau keyakinan mereka (Husain, 1997:49).
Jadi metode ini dilaksanakan dalam rangka menjernihkan
permasalahan dengan cara pertukaran argument sebagai pemecahan
masalah tentunya dilandasi dengan dasar-dasar tertentu.
7. Bentuk- Bentuk Pengajian
Adapun penyampaian hal-hal yang berkaitan dengan Islam
khususnya melalui pengajian, dapat dilakukan melalui berbagai model
pengajian yang ada. Adapun bentuk-bentuk pengajian itu sendiri antara
lain:
Dilihat dari segi waktu pengajian dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
27
a. Pengajian mingguan yaitu pengajian yang dilaksanakan mingguan
sekali, bisa ditempatkan setiap hari Senin, atau setiap hari jum’at dan
sebagainya.
b. Pengajian bulanan yaitu pengajian yang dilaksanakan setiap bulan
sekali, bisa minggu pertama, atau minggu kedua, dan seterusnya. Atau
dua bulan sekali dan ada juga yang tiga bulan sekali.
c. Pengajian selapanan yaitu pengajian yang dilaksanakan setiap 40 hari
sekali.
Dilihat dari anggota/peserta peserta pengajian satu dengan yang
lainnya masing-masing berbeda sehingga dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a) Pengajian Thariqah
Biasanya dalam pengajian ini materi yang disampaikan adalah
berkisar pada permasalahan yang berkaitan dengan ukhrowi, berpijak
pada masalah di atas, berarti secara otomatis pengajian ini memotivasi
pada pesertanya untuk selalu ingat akan akhirat, yaitu mengisi
kehidupan ini dengan cara beribadah kepada Allah SWT, dan berbuat
baik antar sesama pada umumnya.
b) Pengajian Remaja
Pengajian ini bisanya terdiri dari para remaja yang berinisiatif
mengadakan pengajian, biasanya diisi materi dakwah dan juga diisi
dengan kreatifitas lain untuk mengembangkan bakat dan potensi
remaja.
28
c) Pengajian Ibu-ibu.
Pengajian ini sebagai bentuk pengajian yang dilakukan dari
kalangan ibu-ibu, baik tua ataupun muda. Adapun yang dibahas adalah
masalah-masalah yang berkaitan dengan agama Islam, dan materi atau
kegiatan lain yang sifatnya menunjang pembangunan baik pribadi
maupun lingkungan sekitar.
d) Pengajian Bapak-bapak
Yaitu Pengajian yang anggotanya terdiri dari bapak-bapak atau
kepala keluarga.
e) Pengajian Umum
Yaitu pengajian yang dihadiri oleh berbagai kalangan, baik
muda maupun tua, laki-laki atau perempuan, biasanya diadakan pada
peristiwa tertentu.
f) Khutbah-khutbah
Biasanya disampaikan oleh khotib atau tokoh agama, dalam
kesempatan shalat Jum'at, shalat id, pernikahan atau juga dalam
kesempatan lainnya.
Dari berbagai pengajian yang ada, masing-masing berbeda materi
satu sama lain. Namun pada intinya satu yaitu seputar agama Islam,
sehingga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pengajian Yasinan yaitu pengajian yang materi utamanya yasinan,
adapun yang lain sebagai tambahan
29
2) Pengajian Tahlilan yaitu pengajian yang materinya adalah tahlilan
sebagai materi utama dan ini biasanya dilakukan dengan aliran tertentu,
adapun materi lainnya sebagai tambahan.
3) Pengajian umum yaitu pengajian yang berisi penyampaian ajaran Islam
secara menyeluruh. Biasanya diisi ceramah oleh seorang da'i dan
adakalanya diadakan semacam dialog bersama mad’u.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengajian merupakan
salah satu wadah pendidikan keagamaan yang di dalamnya ditanamkan
aqidah dan akhlaq sesuai dengan ajaran-ajaran agama, sehingga
diharapkan timbul kesadaran pada diri mereka untuk mengamalkannya
dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan
Allah maupun dengan sesama manusia.
B. Perilaku Sosial
1. Pengertian perilaku sosial
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey, dalam Rusli Ibrahim
(2001: 22), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar
orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.
Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain
(Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001: 19). Perilaku itu
ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau
rasa hormat terhadap orang lain.
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi
orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam
30
melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar
dan selalu mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan,
tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.
Dari uraian di atas dapat diartikan juga bahwa manusia sebagai
pelaku dari perilaku sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Artinya
manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain.
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang
merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai
makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya
senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain
melakukan relasi interpersonal. Sebagai bukti bahwa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya
sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling
ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Untuk itu
manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak
menggangu hak orang lain. Untuk memahami perilaku sosial individu,
dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon
interpersonalnya, yang terdiri dari:
a. Kecenderungan Peranan (Role Disposition); yaitu kecenderungan yang
mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang
individu.
31
b. Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition); yaitu
kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap
individu lain.
c. Ekspressi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang
bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-
kebiasaan khas (particular fashion)
Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan
terdapat pula empat kecenderungan, yaitu:
a) Social Timidity
Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri,
dengan arah berlawanannya social timidity yaitu takut dan malu bila
bergaul dengan orang lain, terutama yang belum dikenal.
b) Submissive
Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain,
dengan arah berlawanannya kecenderungan submissive, yaitu mudah
menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain.
c) Social Initiative-Social Passivity
Social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang
lain, dengan arah yang berlawanannya social passivity yaitu
kecenderungan pasif dan tak acuh.
d) Independent
32
Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain,
dengan arah berlawanannya dependent yaitu kecenderungan untuk
bergantung pada orang lain.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan
pengaruh dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan
individu dalam lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan
keberhasilan berperilaku pada masa lampau.
Perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar
orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.
Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain.
Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan,
kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang
merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara
yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang
yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak
lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin
mencari untung sendiri. Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di
atas adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial.
Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial
maka manusia tidak dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai
sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu
pada awalnya dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat
33
bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial.
Pembentukan perialku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek
eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting.
Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi dimana terdapat
saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan kata
lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dapatlah
dikatakan sebagai situasi sosial.
2. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku
sosial diantaranya faktor kepribadian seseorang, faktor lingkungan dan faktor
budaya juga mempengaruhi. Sedangkan menurut Casare Lombroso faktor
yang mempengaruhi perilaku yaitu: faktor biologis, faktor psikologis, dan
faktor sosiologis.
Menurut Lowrence Green dalam Rusli Ibrahim (2001: 24), perilaku
ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor:
a. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap kepercayaan,
keyakinan, nilai–nilai dan sebagainya.
b. Faktor pendukung yang terwujud dalam linkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedia sarana.
c. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku, kebijakan dan
lain–lain.
34
Baron dan Byrne dalam Rusli Ibrahim (2001: 59), berpendapat bahwa
ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang,
yaitu:
a. Perilaku dan karakteristik orang lain
b. Proses kognitif
c. Faktor lingkungan
d. Tatar budaya sebagai tampat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sifat pandangan ataupun sikap
perasaan tertentu, tetapi attitude- attitude tersebut dibentuk sepanjang
perkembangannnya. Peranan attitude di dalam kehidupan manusia adalah
peranan besar, sebab apabila sudah dibentuk pada diri manusia, maka
attitude- attitude itu akan turut menentukan cara- cara tingkah lakunya
terhadap objek- objek attitude- nya. Adanya attitude- attitude
menyebabkan bahwa manusia akan bertindak secara khas terhadap objek-
objeknya.
Attitude dapat dibeda- bedakan ke dalam attitude sosial dan
attitude individual. Attitude social pernah dirumuskan sebagai berikut:
suatu attitude social dinyatakan oleh cara- cara kegiatan yang sama dan
berulang- ulang terhadap objek sosial. Attitude social menyebabkan
terjadinya cara- cara tingkah laku yang dinyatakan berulang- ulang
terhadap suatu objek social, dan biasanya attitude social itu dinyatakan
tidak hanya oleh seorang saja, tetapi juga oleh orang- orang lain yang
sekelompok atau semasyarakat.
35
Attitude individu berbeda dengan attitude social, yaitu:
a. Bahwa attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja,
b. Bahwa attitude individual bekenaan dengan objek- objek yang bukan
merupakan objek perhatian sosial.
Attitude individual terdiri atas kesukaan dan ketaksukaan pribadi
atas objek- objek, orang- orang, hewan- hewan, dan hal- hal tertentu.
Kita lambat laun mungkin memperoleh sikap suka atau tak suka
kepada seorang kawan atau seorang saingan, dan terhadap kejadian-
kejadian yang berarti di dalam kehidupan kita. Attitude- attitude individual
itu turut pula dibentuk karena sifat- sifat pribadi kita sendiri.
Hal menjadi anggota yang baik atau anggota yang buruk dari
sebuah kelompok bergantung pula kepada terdapatnya attitude- attitude
positif atau negatif orang tersebut terhadap kelompok yang bersangkutan.
Attitude itu akan dinyatakannya dalam situasi- situasi ketika ia bicara
mengenai kelompok tersebut. Jadi attitude itu mempunyai peranan yang
penting dalam interaksi manusia. Apa yang disebut “sosialisasi” dari
manusia itu, sebagin besar terdiri atas pembentukan attitude- attitude
sosial pada dirinya.
Attitude sosial menyebabkan terjadinya tingkah laku yang khas dan
berulang- ulang terhadap objek sosial, dan oleh karena itu maka attitude
sosial turut merupakan suatu faktor penggerak di dalam pribadi individu
untuk bertingkah laku secara tertentu, sehingga attitude sosial dan attitude
pada umumnya itu mempunyai itu mempunyai sifat- sifat dinamis yang
36
sama seperti sifat motif dan motivasi. Yaitu merupakan salah satu
penggerak intern di dalam pribadi orang yang mendorongnya berbuat
sesuatu dengan cara tertentu.
Untuk dapat membeda- bedakan antara attitude, motif kebiasaan,
dan lain- lain factor psikis yang turut menyusun pribadi orang, telah
dirumuskan lima buah sifat khas dari attitude itu, yang meliputi baik
attitude sosial maupun attitude individual.
Ciri-ciri attitude
1. Attitude bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk
atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan
dengan objeknya.
2. Attitude itu dapat berubah- ubah, karena itu attitude dapat dipelajari
orang atau sebaliknya, attitude itu dapat dipelajari karena itu attitude-
attitude dapat berubah pada orang- orang bila terdapat keadaan-
keadaan dan syarat- syarat tertentu yang mempermudahnya attitude
pada orang lain.
3. Attitude itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi
tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, attitude itu terbentuk,
dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Objek attitude itu dapat merupakan kumpulan dari hal- hal tersebut.
Jadi attitude itu dapat berkenaan dengan satu objek saja, tetapi juga
berkenaan dengan sederetan objek- objek yang serupa.
37
5. Attitude mempunyai segi- segi motivasi dan segi- segi perasaan. Sifat
inilah yang membeda- bedakan attitude dari kecakapan- kecakapan
atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang.
Untuk dapat memahami attitude sosial atau nonsosial biasanya
tidak mudah, seperti juga tidak mudah untuk mengetahui struktur motif
orang dalam segala tingkah lakunya. Untuk dapat memahami attitude-
attitude itu terdapat beberapa metode yang dapat digolongkan ke dalam
metode- metode langsung dan metode- metode tak langsung dan
terdapatlah lagi metode yang memakai tes tersusun atau tes tak tersusun.
Dalam pembentukan dan perubahan attitude itu terdapat faktor-
faktor intern dan extern pribadi individu yang memegang peranannya.
a. Faktor intern
Sebagaimana yang telah diuraikan, pengamatan dan
penangkapan manusia senantiasa melibatkan suatu proses pilihan di
antara seluruh rangsangan yang objektif ada di luar diri kita, pada tiap-
tiap saat dalam kehidupan kita tengah kita beraksi, suatu pilihan
berbagai rangsangan yang diperhatikan lebih mendalam.
b. Faktor ekstern
Mengenai faktor ekstern akan diuraikan beberapa hal yang
dikemukakan oleh M. Sherif dalam bukunya attitude dapat dibentuk
sebagai berikut.
1. Dalam interaksi kelompok, dimana terdapat, hubungan timbal balik
yang langsung antara manusia.
38
2. Karena komunikasi, dimana terdapat pengaru pengaruh (hubungan)
langsung dari satu pihak saja.
Perubahan attitude dapat berlangsung dalam interaksi
kelompok,tetapi dalam hal itu harus di bedakan pula dua macam interaksi
kelompok, yaitu;
a) Perubahan attitude karena shifting of refence-groups, interaksi ini
terjadi lebih lama dan lebih mendalam karna berlangsung dalam
lingkungan kehidupan di dalam satu kelompok saja.
b) Perubahan attitude di dalam situasi kontak sosial antara dua
kelompok, ini terjadi atas hubungan antara anggota berlainan yang
berdasarkan kunjung mengunjungi saja (Gerungan. 1978: 154-157).
3. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh
sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004: 161) adalah “suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Sedangkan sikap sosial
dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap
obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang
dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial.
Gerungan (1978: 151-152) Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial
seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat
teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Sejak individu dilahirkan didunia ini selalu dilingkupi oleh benda-
benda. Kemudian terjadi interaksi dengan indivudu-individu yang lain
39
didalam kelompok, sehingga dapat membentuk individu menjadi person dan
mengubah menjadi sifat-sifat aslinya menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Baik
suku-suku yang masih sederhana maupun orang-orang modern yang hidup di
kota-kota besar selalu berinteraksi dalam kelompok sosialnya. Melalui
kelompok itulah individu dapat memuaskan keseluruhan kebutuhan yang
fundamental dan memperoleh kesempurnaan yang besar.
Sehingga dengan demikian individu-individu tersebut dapat
berkembang dan mempunyaai 2 fungsi:
1) Sebagai makhluk individual
2) Sebagai makhluk sosial
Manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok, justru kelompok
sosiallah yang menjadikan manusia dapat tumbuh dan berkembang
sebagaimana wajarnya. Jadi kelompok-kelompok sosial tersebut adalah
himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh
karenanya adanya antar hubungan antar mereka. Hubungan tersebut
menyangkut hubungan timbal balik dan untuk saling tolong menolong.
Untuk menanamkan kelompok sosial diperlukan beberapa persyaratan
antara lain:
1) Kesadaran berkelompok
Setiap anggota kelompok harus sadar, bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
2) Interaksi kelompok
40
Adanya hubungan timbal balik ntara anggota yang satu dengan yang
lainnya.
3) Organisasi sosial
Terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki
bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
Adapun macam-macam norma sosial tersebut yaitu:
a) Norma kelaziman (volkways),yaitu norma-norma yang diikuti tanpa
berfikir panjang melainkan hanyalah didasarkan atas tradisi/kebiasaan.
Norma ini tidak memerlukan sangsi/ancaman hukuman untuk berlakunya.
b) Norma kesusilaan (mores)
Kesusilaan ini biasanya dihubungkan dengan keyakinan
keagamaan. Barang siapa yang melanggar kesusilaan biasanya tidak ada
hukumnya. Dia diisolir/disingkir oleh masyarakat dan menjadi buah mulut
masyarakat.
c) Norma hukum,norma ini dibagi menjadi 2 macam:
Yang tertulis misalnya: hukum pidana, hukum perdata,dll
Yang tidak tertulis misalnya: hukum adat
Bagi aturan ini bagi yang melanggarnya akan mendapat sangki/hukuman.
d) Mode (fashion)
Perbuatan ini biasanya dilakukan dengan tiru-tiru atau iseng-iseng
saja. Mode ini didalam masyarakat biasanya sangat cepat berkembang.
Pada dasarnya orang mengikuti mode adalah untuk mempertinggi
gengsinya menurut anggapannya.
41
Winarno Surachmad mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
norma sosial tidak lain dari harapan yang di letakkan pada setiap anggota
kelompok untuk bertingkah laku menurut kelaziman kelompok sosial.
Norma inilah yang mengikat kesatuan kelompok. Tiap-tiap anggota di
dalam kelompok mengakuai, memakai, mentaati bersama terhadap norma
sosialnya.
Dimasing-masing kelompok, norma sosial dapat bersifat:
a. Tertulis, yaitu dalam bentuk peraturan-perarturan tertulis, diatur secara
tertulis sanksi atas pelanggarannya.
b. Tidak tertulis, berupa kebiasaan-kebiasaan, tradisi dan adat istiadat yang
semuanya tidak tertulis (Abu Ahmadi: 1991:93-111).
Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial
seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota
kelompok yang lainnya.
Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar
pribadi, yaitu:
1.a Kecenderungan Perilaku Peran
Sifat pemberani dan pengecut secara sosial, sifat berkuasa dan sifat
patuh, sifat inisiatif secara sosial dan pasif, sifat mandiri dan
tergantung.
42
1.b Kecenderungan Perilaku dalam Hubungan Sosial
Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain, suka bergaul dan tidak
suka bergaul, sifat ramah dan tidak ramah, simpatik atau tidak
simpatik
1.c Kecenderungan Perilaku Ekspresif
Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing
(suka bekerja sama), sifat agresif dan tidak agresif, sifat kalem atau
tenang secara sosial, sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Lebih lanjut beberapa indikator perilaku positif sosial yang
dikemukakan oleh Rusli Ibrahim (2001: 25) antara lain:
Mau bekerja sama, seperti terefleksi dalam kegiatan-kegiatan antara lain:
Hadir dalam setiap kerja bakti
Aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat
Bersedia memberikan sumbangan materi dalam kegiatan sosial
Saling menghormati, seperti:
Ramah dan santun terhadap masyarakat
Menghargai hak orang lain
Melaksanakan setiap kegiatan sosial masyarakat
Toleran, seperti:
Kesediaan bekerja sama dengan segenap lapisan masyarakat
Kesediaan untuk mengakui adanya perbedaan dan persamaan
Kesediaan menerima pimpinan yang tidak sealiran
43
Memberi kesempatan kepada orang lain untuk melaksanakan apa yang
diyakininya
4. Dimensi Sosial – kemasyarakatan
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak akan dapat merasakan
kesenangan hidup tanpa ada orang lain bersamanya. Manusia memerlukan
orang tempat menumpahkan perasaannya. Orang yang hidup menyendiri, jauh
dari orang lain akan tenggelam dalam khayal dan angan-angan yang dapat
membawa dirinya ke dalam khayal. Akibatnya ia mungkin mengalami
penderitaan batin, dan jatuh kepada gangguan atau penyakit kejiwaan. Maka
dimensi sosial-kemasyarakatan pada manusia perlu ditumbuh-kembangkan,
bersama dan seirama dengan dimensi-dimensi yang lainnya.
Di dalam Islam, pendidikan dimensi sosial-kemasyarakatan penting
untuk membentuk manusia muslim yang bertumbuh secara sosial dan
menjadikan hamba yang saleh dengan menanamkan keutamaan sosial di
dalam dirinya dan melatihnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Hal tersebut
dapat dilakukan lewat:
a. Mementingkan keluarga dan ibu yang merupakan wadah pertama dalam
pendidikan.
b. Memperhatikan pendidikan anak dan remaja, sebagai kekayaan
masyarakat.
c. Pembentukan manusia yng berprestasi dan ekonomis di dalm hidup.
44
d. Menumbuhkan kesadaran pada manusia agar ia dapat menyadari
keberadaan dan kemampuannya untuk berperan serta dalam menciptakan
kemajuan masyarakatnya, menjaga keamanan dan ketentramannya.
e. Membentuk manusia yang luas dan merasakan anggota di dalam
masyarakat.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa, jika ingin membangun
manusia Indonesia seutuhnya, yang membawa kepada kehidupan bahagia
dunia akhirat perlu di wujudkan secara terpadu ,serentak dan adil (Zakiah
Daradjad, 1993:18-21).
Perilaku merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang
yang melakukannya, sedangkan sosial adalah keadaan dimana terdapat
kehadiran orang lain. Perilaku sosial adalah perilaku yang terjadi dalam situasi
sosial, yakni bagaimana orang berpikir, merasa dan bertindak karena
kehadiran orang lain.
Dapat diartikan juga sikap dimana kita saling membutuhkan orang lain.
Perilaku sosial juga diartikan sebagai perilaku yang relatif menetap yang
diperlihatkan oleh individu di dalam berinteraksi dengan orang lain. Orang
yang berperilakunya mencerminkan keberhasilan dalam proses sosialisasinya
dikatakan sebagai orang yang sosial, sedangkan orang yang perilakunya tidak
mencerminkan proses sosialisasi tersebut disebut non-sosial.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan kenyataan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial ada kecenderungan untuk melakukan
45
kesalahan sesama manusia. Kecenderungan yang bersifat sosial ini selalu
timbul karena pada diri setiap manusia ada sesuatu yang saling membutuhkan
( Hartomo, 1993: 94).
Suatu perubahan kecil saja pada situasi tertentu mungkin penting untuk
menilai perilaku tertentu. Suatu perubahan jumlah jam sehari, perubahan
jarak, jumlah tahun usia seseorang, atau kata- kata tertentu dalam
pembicaraan, mungkin cukup untuk mengubah signifikasi sosial tipe perilaku
yang dianggap pantas.
a) Klasifikasi situasi perilaku sosial
Perilaku anggota suatu kelompok dapat dikatagorikan menurut
pengaruh dan penciptaan kondisi, yang biasanya menjadi bagian situasi
yang terjadi. Klasifikasi tersebut dapat membantu menjelaskan berbagai
masalah pengendalian sosial dan untuk mencegah terjadinya kekeliruan
analisa dan praktek.
Kebanyakan perilaku merupakan kebiasaan yang tidak terfikirkan
ketika situasi yang mendorongnya sering terjadi dalam pengalaman.
Perilaku yang memerlukan pilihan secara sadar yang dilandasi pada
petunjuk yang jelas bagaimana cara memilihnya, merupakan perilaku
institusional. Dari sudut sosiologis penamaan itu benar, oleh karena fungsi
menilai yang benar atau salah ada pada lembaga- lembaga, setiap tipe
lembaga mempunyai skala nilai dan aturan perilaku serta fikiran.
Kebanyakan patokan moral berasal dari lembaga agama dan diterapkan
dalam aktifitas serta situasi yang mempunyai signifikasi keagamaan.
46
Lainya berasal dari lembaga pendidikan dan diterapkan dalam aktifitas dan
situasi yang mempunyai signifikasi pendidikan.
Aktivitas dalam situasi tanpa patokan tentang kebenaran dan
kesalahan, merupakan perilaku yang meragukan. Perilaku tersebut sulit
untuk diduga sebelumnya, dan penilaian merupakan pendapat yang
mungkin tidak disepakati semua anggota kelompok.
b) Bidang- bidang perilaku sosial
Berbagai aktivitas yang dikatagorisasi dalam hubungannya dengan
tipe- tipe situasi tempat kegiatan itu terjadi, dapat diklasifikasikan sebagai
perilaku. Hal ini dapat digambarkan dalam lingkaran konsentris, lingkaran
tengah yang berada didalam merupakan inti aktivitas manusia yang
matang, yang mencerminkan perilaku otomatis. Lingkaran kedua adalah
perilaku institusional, sedangkan lingkaran ketiga (paling luar) adalah
perilaku yang meragukan.
Kalau suatu perilaku merupakan kebiasaan yang dilakukan secara
otomatis, maka untuk menghentikannya diperlukan tindakan
menghentikan kebiasaan itu atau menggatikannya dengan kebiasaan lain.
Kadang- kadang kebiasaan itu tidak memerlukan usaha- usaha tertentu,
akan tetapi untuk menghentikannya diperlukan konsentrasi dan kemauan
yang kuat.
Penghentian kebiasaan dan substitusi kebiasaan, tidak berfungsi sebagai
pendekatan langsung dalam bidang penilaian moralistis.
47
Apabila seorang yakin dia benar menurut nilai-nilai institusional, maka
yang dapat dilakukan adalah menyalahkan penilaiannya. (Soerjono
Soekanto, 1987: 53-60)
C. Hubungan Keaktifan Mengikuti Pengajian Dengan Perilaku Sosial
Aktif adalah usaha yang dilandasi dengan ketekunan dan keikhlasan
guna mencapai tujuan yang diharapkan (Debdikbud, 1998: 19). Sedangkan
pengajian adalah suatu media belajar dan berdzikir untuk mendekatkan diri
kepada Yang Maha Kuasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998: 491).
Demikian keaktifan mengikuti pengajian adalah usaha yang dilakukan secara
tekun dengan ikhlas untuk mendapatkan pahala dan ridho dari Allah Swt.
Semakin seseorang aktif dalam mengikuti pengajian maka iman mereka akan
semakin kuat, maka dari itu dengan mengikuti pengajian akan mendekatkan
kita dengan kerabat atau dengan lingkungan sekitar karena sesungguhnya
semua yang ada di dunia ini adalah saudara seperti dalam Q.S. Al-Hujurat 10
yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya : ‘’Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat’’. (QS.
Al Hujurat: 10)
Dengan demikian pengajian yaitu suatu lembaga pendidikan agama
non formal adalah termasuk lembaga atau sarana dakwah Islamiyah yang
48
dapat mengembangkan kegiatan yang berfungsi untuk membina dan
mengembangkan ajaran agama Islam dalam rangka membentuk masyarakat
yang damai dan mempunyai iman yang kuat, menghormati sesama manusia.
Lebih lanjut, beberapa manfaat eksternal dari mengikuti pengajian
antara lain menciptakan masyarakat yang beriman kepada Allah Swt serta
untuk menyebarkan dakwah Islam. Asy-Syahid Hasan al Banna berkata,
‘’Ukhuwwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah
adalah sekuat-kuat dan semuli-mulianya ikatan. Dalam berjamaah harus tegak
amal-amalnya.
‘’Orang Mukmin yang saling mencintai dan saling menyayangi serta saling
mengasihi akan terlihat bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota
tubuh menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan hingga tidak bisa tidur
dan merasa demam.’’ (HR. Bukhari).
Dari sinilah nampak hubungan yang sangat logis antara keaktifan
mengikuti pengajian dengan kearifan berperilaku sosial. Demikian dapat di
asumsikan bahwa semakin aktif seseorang dalam mengikuti pengajian maka
semakin kuat keimanannya.
49
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Dan Subjek Penelitian
Pada bagian ini penulis akan memaparkan gambaran umum tentang
keadaan geografi dan monografi masyarakat Desa Timpik, Kec. Susukan,
Kab. Semarang, untuk mengetahui secara global lokasi penelitian dan juga
sebagai data pendukung dalam pembuatan laporan penelitian lebih lanjut
skripsi ini. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka secara
umum Desa Timpik dapat digambarkan sebagai berikut.
B. Keadaan Geografis Desa Timpik
Desa Timpik merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Susukan, Kabupaten Semarang. Desa Timpik adalah salah satu Desa di
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang mempunyai Luas 728.304
ha.
Dengan batas-batas wilayah :
1. Sebelah Utara : Desa Susukan, Kec. Susukan.
2. Sebelah Timur : Desa Tawang, Kec. Susukan.
3. Sebelah selatan : Desa Rogomulyo, Kec. Kaliwungu.
4. Sebelah barat : Desa Ngampon, Kec. Ampel.
Untuk mempermudah pelayanan administrasi, Desa Timpik terbagi
menjadi 13 Dusun diantaranya :
50
1 Dusun Karang
Salam
8 Dusun Sumber
2 Dusun Kaibon 9 Dusun Ngasinan
3 Dusun Gedangan 10 Dusun Bogo
4 Dusun Kauman 11 Dusun
Lempuyangan
5 Dusun Dorenan 12 Dusun Jetak
6 Dusun Timpik 13 Dusun Cengklik
7 Dusun Geneng
Dari 13 Dusun tersebut masing –masing Dusun memiliki RW dan RT,
adapun Total jumlah RT / RW di Desa Timpik terdiri dari 19 RW dan 49
RT.
Untuk mengetahui perbedaan antar Dusun masing-masing
membangun Gapuro secara swadaya ditempat Jalan masuk Dusun sebagai
identitas Dusun.
C. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Timpik semuanya sejumlah 5.548 Orang yang
terdiri dari :
a. Laki-laki : 2.742 Orang
b. Perempuan : 2.806 Orang
1) Jumlah Kepala Keluarga : 1.677 KK
51
2) Penduduk Desa Timpik mayoritas adalah petani
D. Sarana Pendidikan
Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang maju dan berkualitas
dan berbudi luhur Desa Timpik memiliki beberapa Lembaga pendidikan
mulai dari:
1. Pendidikan Anak Usia Dini PAUD
2. TK /RA
3. sekolah Dasar Negeri
4. Madrasah Negeri, MTS swasta, SMK Swasta dan SMU Negeri.
Selain itu mempermudah informasi juga ada jaringan internet dan
Perpustakaan Desa.
Semua Lembaga Pendidikan di Desa Timpik bekerja sama dengan
perpustakaan Desa sehingga para siswa siswi juga sering berkunjung ke
Perpustakaan Desa sesuai dengan Jadwal yang telah ditentukan.
E. Sarana Dan Prasarana Pemerintahan
Untuk melaksanakan kegiatan Pemerintahan, Desa Timpik memiliki
beberapa bangunan berupa :
a. 1 (satu) Gedung Kantor Desa.
b. 1 (satu) Gedung Balai pertemuan yang juga digunakan untuk olah
raga.
c. 1 (satu) Gedung Perpustakaan Desa.
d. 1 (satu) Bangunan Musholla.
52
e. 1( satu) Bangunan Lumbung Desa.
F. Perangkat Desa
Dalam menjalankan tugas Pemerintahan Kepala Desa Timpik dibantu
oleh Perangkat Desa yang terdiri dari :
1. 1 (Satu) Orang Sekretaris Desa.
2. 5 (lima) Orang kaur dan Kasi.
3. 12 (dua belas) Kepala Dusun.
4. 2 (dua) orang pelaksana Teknis.
G. Visi Dan Misi
VISI : Terwujudnya Desa Timpik yang Produktif dan berbudaya.
MISI :
1. Meningkatkan kwalitas Sumber Daya Manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang pada gilirannya
meningkatnya kesejahteraan warga yang dilandasi dengan nilai
keimanan
2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemerintah Desa sesuai
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
3. Pemerataan dan Kesimbangan pembangunan disegala bidang
dengan didukung peran aktif masyarakat dalam perencanaan
pelaksanaan maupun pemanfaatandan pelestarian.
4. Meningkatkan Kesehatan masyarakat untuk lebih berproduktif.
53
5. Pengelolaan kekayaan Desa secara transparan sesuai peraturan
perundang-undangan dan sesuai dengan pemanfaatan demi
kepentingan masyarakat.
H. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah masyarakat Desa Timpik
yang giat dan aktif mengikuti pengajian giliran yang diadakan di Dusun
Geneng. Jama’ah yang tercatat selalu aktif mengikuti pengajian ada 35
orang.
I. Struktur organisasi
Pada pengajian putri di dusun geneng,timpik ini memiliki 8 orang
pengurus dan 35 keseluruhan jamaah pengajian dengan rincian sebagai
berikut:
Table 3.1
No Nama Jabatan
1 Saodah Ketua
2 Sunarti Wakil ketua
3 Sumarmi Bendahara I
4 Juminah Bendahara II
54
D
a
t
a
p
engurus pengajian Dsn.Geneng, Ds.Timpik, Kec.Susukan
kab.semarang
Sebagai organ dan instrumen kegiatan organisasi, pengurus dan
pengkoordinasian jamaah pengajian giliran langsung ditangani oleh
pengurus pengajian itu sendiri, yakni oleh seksi dakwah. Dalam hal ini
koordinator dan wakil koordinator seksi dakwah bertindak sebagai ketua
dan wakil ketua jamaah pengajian giliran. Sedangkan sekretaris I dan II
pengajian bertindak sebagai penasehat jamaah pengajian.
J. Pelaksanaan Pengajian
Pelaksanaan pengajian di laksanakan setiap seminggu sekali jatuh
pada malam minggu. Mereka memilih malam minggu karena dimalam
tersebut kebanyakan ibu- ibu yang bekerja sebagai buruh pabrik sudah
pulang dari pekerjaannya dan merupakan malam yang senggang. Oleh
karena itu pemilihan waktu ini dirasa tepat untuk pelaksanaan pengajian.
K. Laporan Hasil Angket
5 Arma novita Sekretaris I
6 Siti Aminah Sekretaris II
7 Markini Seksi sosial
8 Rumi Seksi dakwah
55
Data nama responden penulis teliti pada penelitian jamaah pada ibu-
ibu pengajian giliran di Dusun geneng desa timpik, Kec. susukan, Kab.
semarang adalah sebagai berikut
TABEL 3.2
NO NAMA UMUR PEKERJAAN
1 Arma Novita 28 tahun Buruh pabrik
2 Jumiyem 40 tahun Pedagang
3 Ikke nurjanah 22 tahun Ibu rumah tangga
4 Markini 49 tahun Petani
5 Nur Asiyah 26 tahun Buruh pabrik
6 Nurhayati 37 tahun Ibu rumah tangga
7 Parni 49 tahun Ibu rumah tangga
8 Parti 38 tahun Pedagang
9 Puji astute 26 tahun Ibu rumah tangga
10 Rohfiyati nugraheni 25 tahun Buruh pabrik
11 Rubiyati 37 tahun Pedagang
12 Saodah 52 tahun Ibu rumah tangga
56
13 Siti aminah 25 tahun Buruh pabrik
14 Sri yanti 28 tahun Buruh pabrik
15 Sumarmi 31 tahun Buruh pabrik
16 Suminem 52 tahun Petani
17 Sumiyem 33 tahun Petani
18 Sunarti 59 tahun Petani
19 Suyahmi 53 tahun Petani
20 Suyani 29 tahun Buruh pabrik
21 Suwarti 29 tahun Ibu rumah tangga
22 Welas 55 tahun Petani
23 Yatinah 45 tahun Petani
24 Umi kholifah 22 tahun Buruh pabrik
25 Eni wardani 27 tahun Buruh pabrik
26 Ita novita 25 tahun Ibu rumah tangga
27 Jumini 52 tahun Pedagang
28 Karsih 60 tahun Ibu rumah tangga
57
29 Rumi 55 tahun Petani
30 Sutinah 60 tahun Petani
31 Suwanti 51 tahun Pedagang
32 Ngatemi 61 tahun Ibu rumah tangga
33 Juminah 43 tahun Petani
34 Jumiah 62 tahun Petani
35 Naroh 38 tahun Ibu rumah tangga
L. Penyajian Data
Dalam pengumpulan data mengenai keaktifan mengikuti pengajian
terhadap perilaku sosial pada masyarakat Dusun Geneng Desa Timpik
Kec.Susukan Kab.Semarang, dengan menyebarkan angket kepada
masyarakat khususnya pada jamaah pengajian giliran ibu-ibu di Dusun
Geneng yang merupakan populasi pada penelitian kali ini. Angket terdiri
dari 20 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden, pertanyaan tersebut
terdiri dari 10 pertanyaan untuk variabel Keaktifan mengikuti pengajian
dan 10 pertanyaan untuk variabel perilaku sosial. Setiap pertanyaan terdiri
dari 3 jawaban sebagai pilihan ibu-ibu dengan skala berbeda. Skala
penilaian memiliki gradiasi menurun, dimana jawaban A bernilai tinggi
dengan skor 3, jawaban B bernilai sedang dengan skor 2, jawaban C bernilai
rendah dengan skor 1.
58
Dibawah ini adalah jawaban angket jamaah pengajian ibu-ibu:
1. Hasil Jawaban Angket
Dalam penelitian ini penulis mengambil dua variabel, adapun variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keaktifan mengikuti pengajian
Adapun data tentang angket keaktifan mengikuti pengajian
dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Jawaban Angket Tentang Keaktifan Mengikuti Pengajian
Ibu-Ibu Pengajian giliran Dusun geneng Desa timpik, Kec.Susukan,
Kab.Semarang Tahun 2016
Responden yang diambil keseluruhan dari populasi pada penelitian
ini adalah seluruh jamaah pengajian putri pada masyarakat didusun
geneng desa timpik kec.susukan kab.semarang
TABEL 3.3
Rekapitulasi jawaban angket variable keaktifan mengikuti
pengajian
No.
res
Pilihan Jawaban Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C
01 A B A A A A A A A B 8 2 0
02 B A C A B A A A B A 6 3 1
03 C A A A A A A C A A 8 0 2
59
04 A A A A A A B A B B 7 3 0
05 C B C A B B B C C C 1 4 5
06 A B A A A A A A A A 9 1 0
07 A A C A A A A C A A 8 0 2
08 A B C A B B B A A A 5 4 1
09 A B B A B B A A A A 6 4 0
10 C B A A B A A A A A 7 2 1
11 A A C A B A B C A A 6 2 2
12 A A A A A A A C A A 9 0 1
13 A A A A A A A C B A 8 1 1
14 B C B C C C B C C C 0 3 7
15 A C A A A A A A A A 9 0 1
16 A A C A A A A A A A 9 0 1
17 A A A A A A A A A A 10 0 0
18 A A A A A A A A A A 10 0 0
19 A B A A B A A A A A 8 2 0
60
20 B B C A B B B C A A 3 5 2
21 A A C A A A A A A A 9 0 1
22 C B A A A A A A A A 8 1 1
23 A A A A A A B A A A 9 1 0
24 A A C A B B B C B B 3 5 2
25 A A A A A A A A A A 10 0 0
26 C B C A B B A C B A 3 4 3
27 A A A A A A A A A A 10 0 0
28 A A A A A A A B A A 9 1 0
29 A A A A A A C A A A 9 0 1
30 C B A A B A A A B A 6 3 1
31 A A C A B B B C B B 3 5 2
32 C B C A B B A C B B 2 5 3
33 A A A A A A A A A A 10 0 0
34 A A A A B A B B B B 5 5 0
35 C B C A B B B C B B 1 6 3
61
b. Perilaku Sosial pada jamaah Pengajian Giliran
Adapun data tentang angket perilaku sosial jamaah pengajian
giliran dapat di lihat pada tabel berikut ini :
TABEL 3.4
Rekapitulasi jawaban angket variabel perilaku sosial
No.
res
Pilihan Jawaban Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A B C
01 A A B A A A A B A A 8 2 0
02 A A A A B A A A A A 9 1 0
03 A A B A B A A B A A 7 3 0
04 A A B A B B A B B A 5 5 0
05 A A B A A B A A A A 8 2 0
06 A A A A A A A A A A 10 0 0
07 A A B A A A A B A A 8 2 0
08 B A B B A A A A A A 7 3 0
09 A A B A A B A A A A 8 2 0
10 A A A A A A A A A A 10 0 0
11 A C B B A A A B A A 6 3 1
62
12 A A A A A A A A A A 10 0 0
13 A A A A A B B B A A 7 3 0
14 A A A A A A A B A B 8 2 0
15 A A A A A A B A A A 9 1 0
16 A A A A A A C B B A 7 2 1
17 A B B A A A A B A A 7 3 0
18 A A A A A A A A A A 10 0 0
19 A A A A A A A A A A 10 0 0
20 B B A A A A B B A A 6 4 0
21 A B B A A A A B A A 7 3 0
22 A B B A A A A B A A 7 3 0
23 A A A A A A A A A A 10 0 0
24 B B B A B B B B A B 2 8 0
25 A B A A A A A B A A 8 2 0
26 B B B A A B A B B A 4 6 0
27 A B A A A A A B A A 8 2 0
63
28 A C B B A B C B A A 4 4 2
29 A B A A A B A A A A 8 2 0
30 A B B B A B B B A B 3 7 0
31 B B B A B B C B A B 2 6 1
32 B B B A B B B B A B 2 8 0
33 A A B A A B A A A A 8 2 0
34 A B B B B B A B A A 4 6 0
35 B B B B B B B B B B 10 0 0
64
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah terkumpul data, maka langkah selanjutnya penulis
menganalisis data untuk mengetahui ada tidaknya atau seberapa besar
hubungan antara keaktifan mengikuti pengajian terhadap perilaku sosial
di Dusun Geneng Desa Timpik Kec.Susukan Kab.Semarang. Maka
peneliti mengadakan analisis dari data yang diperoleh dan langkah
selanjutnya adalah menganalisa dengan statistik dan analisa kuantitatif.
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hubungan
keaktifan mengetahui pengajian terhadap perilaku sosial jamaah
pengajian giliran pada masyarakat di Dusun Geneng. Maka ada tahap-
tahap dalam menganalisis data ini agar berjalan dengan benar sesuai
dengan jenis data yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :
A. Analisis Deskriptif
Dalam analisis ini dideskripsikan tentang keaktifan mengikuti
pengajian melalui data yang diperoleh dari responden. Setelah
diketahui data-data tersebut keudian dihitung untuk mengetahui
tingkat hubungan msing-masing variabel dalam penelitian ini.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Analisis tentang Keaktifan Mengikuti Pengajian
Untuk mengetahui Keaktifan mengikuti pengajian di
Dusun Geneng Desa Timpik, maka peneliti menadaka
penskoran data yang diperoleh untuk kemudian dimasukkan
kedalam tabel distribusi frekuensi untuk dihitung rata-rata kelaas
65
(mean) dari data yang terkumpul melalui angket yang terdiri dari
10 item pertanyaan dengan kriteria jawaban dimana setiap soal
terdapat 3 item di sediakan alternatif jawaban dengan bobot
sebagai berikut :
a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot nilai 3
b. Alternatif jawaban B, memiliki bobot nilai 2
c. Alternatif jawaban C, memiliki bobot nilai 1
Dalam mencari nominasi yang di dasarkan pada jumlah nilai yang
di peroleh dari hasil angket untuk para ibu-ibu, nilai yang diperoleh
kemudian di klasifikasikan untuk mengkriteriakan tingkat keaktifan
mengikuti pengajian terhadap perilaku sosial pada masyarakat di Dusun
Geneng Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang
TABEL 4.1
Skor jawaban Responden Variabel Tingkat Keaktifan Mengikuti
Pengajian
No
res
Pilihan Jawaban Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 28
02 2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 25
03 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 26
04 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 27
05 1 2 1 3 2 3 2 1 1 1 16
06 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
66
07 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 26
08 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 24
09 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 26
10 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 26
11 3 3 1 3 2 3 2 1 3 3 24
12 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 28
13 3 3 3 3 3 3 3 1 2 3 27
14 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 13
15 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 28
16 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 28
17 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 28
20 2 2 1 3 2 2 2 1 3 3 21
21 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 28
22 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 27
23 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29
24 3 3 1 3 2 2 2 1 2 2 21
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
26 1 2 1 3 2 2 3 1 2 3 20
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
28 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 29
29 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 28
30 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 25
67
31 3 3 1 3 2 3 2 1 1 2 21
32 1 2 1 3 2 2 3 1 2 2 19
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
34 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 20
35 1 2 1 3 2 2 2 1 2 2 18
Kemudian untuk menganalis data tersebut, maka dilakukan statistik
deskriptif dari tabel diatas yang dilakukan dengan proses pembuatan
tabel kerja kedalam distribusi frekuensi sebagai berikut:
TABEL 4.2
Hasil skor Keaktifan Mengikuti Pengajian di Dusun Geneng Desa
Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang Tahun 2016
NO NO RES
Pilihan Jawaban Skor Jumlah
A B C 3 2 1
1. 01 8 2 0 24 4 0 28
2. 02 6 3 1 18 6 1 25
3. 03 8 0 2 24 0 2 26
4. 04 7 3 0 21 6 0 27
5. 05 1 4 5 3 8 5 16
6. 06 9 1 0 27 2 0 29
7. 07 8 0 2 24 0 2 26
8. 08 4 6 3 12 12 0 24
9. 09 7 2 1 21 4 1 26
10 10 7 2 1 21 4 1 26
11 11 6 2 2 18 4 2 24
12 12 9 0 1 27 0 1 28
13 13 8 1 1 24 2 1 27
14 14 0 3 7 0 6 7 13
15 15 9 0 1 27 0 1 28
16 16 9 0 1 27 0 1 28
68
17 17 10 0 0 30 0 0 30
18 18 10 0 0 30 0 0 30
19 19 8 2 0 24 4 0 28
20 20 3 5 2 9 10 2 21
21 21 9 0 1 27 0 1 28
22 22 8 1 1 24 2 1 27
23 23 9 1 0 27 2 0 29
24 24 3 5 2 9 10 2 21
25 25 10 0 0 30 0 0 30
26 26 9 0 1 9 8 3 28
27 27 10 0 0 30 0 0 30
28 28 9 1 0 27 2 0 29
29 29 9 0 1 27 0 1 28
30 30 6 3 1 18 6 1 25
31 31 3 5 2 9 10 2 21
32 32 2 5 3 6 10 3 19
33 33 10 0 0 30 0 0 30
34 34 5 5 0 10 10 0 20
35 35 1 6 3 3 12 3 18
TABEL 4.3
Tabel kerja distribusi frekuensi variabel Keaktifan Mengikuti
Pengajian
No Skor (X) Frekuensi (F) F. X Persen (%)
1 13 1 13 3
2 16 1 16 3
3 18 1 18 3
4 19 1 19 3
5 20 2 40 6
6 21 3 63 8
69
7 24 2 48 6
8 25 2 50 6
9 26 4 104 11
10 27 3 81 8
11 28 7 196 20
12 29 3 87 8
13 30 5 150 15
Jumlah 35 885 100%
Berdasarkan nilai hasil angket keaktifan mengikuti pengajian
giliran diperoleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 13.Kemudian
diintervalkan dengan menggunakan rumus:
i =(�� ��) + 1
��
i =(30 13) + 1
3
i =17 + 1
3
i =18
3= 6
Keterangan:
I : interval item
Xt : nilai tertinggi
Xr : nilai terendah
Ki : kelas interval (tinggi,sedang,rendah)
2. Analisis Berdasarkan Skor
70
Untuk analisis ini digunakan teknis presentase dengan rumus:
� =�
� x 100%
Keterangan:
F = Frekuensi
N = jumlah responden (35 responden)
Adapun langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
a. Mencari individu yang tergolong mempunyai keaktifan
mengikuti pengajian giliran dengan A (tertinggi), B (sedang),
C(rendah).
Dari tabel 4.1 tentang keaktifan mengikuti pengajian:
1) Tinggi (kategori A) mencapai 23 responden
2) Sedang (kategori B) mencapai 9 responden
3) Rendah (kategori C) mencapai 3 responden
b. Mencari presentase masing-masing kategori
1) Kategori A � =��
�� x 100%= 65.71%
2) Kategori B � =�
�� x 100%= 25.71%
3) Kategori C� =�
�� x 100%= 8.57%
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diperoleh nilai interval 6,
sehingga untuk mengategorikan keaktifan mengikuti pengajian diperoleh
interval sebagai berikut:
TABEL 4.4
71
Tabel niai interval variabel X (Keaktifan)
No Interval Kualifikasi Kode
1 25-30 Tinggi A
2 19-24 Sedang B
3 13-18 Kurang C
Hasil diatas menunjukkan mean dengan nilai 25 dari variabel
Keaktifan Mengikuti Pengajian tergolong tinggi karena termasuk dalam
interval (25 - 30). Artinya keaktifan mengikuti pengajian termasuk
tingkat kualifikasi tinggi.
TABEL 4.5
Distribusi frekuensi nilai angket Keaktifan
No Kategori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tinggi 25-30 23 65.71%
2 Sedang 19-24 9 25.71%
3 Rendah 13-18 3 8.57%
Jumlah 35 100%
2. Analisis variabel Perilaku Sosial jamaah pengajian pada masyarakat
Untuk mengetahui perilaku sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, maka peneliti mengadakan penskoran data yang
diperoleh untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabel distribusi
frekuensi untuk dihitung rata-rata kelas (mean) dari data yang
72
terkumpul melalui angket yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan
kriteria jawaban dimana setiap soal terdapat 3 item jawaban, yaitu:
a. Alternatif jawaban A, memiliki bobot nilai 3
b. Alternatif jawaban B, memiliki bobot nilai 2
c. Alternatif jawaban C, memiliki bobot nilai 1
TABEL 4.6
Skor jawaban Responden Variabel Perilaku Sosial pada Masyarakat
No.
res
Pilihan Jawaban Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 30
02 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29
03 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 27
04 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 25
05 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 30
06 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
07 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 30
08 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 27
09 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 30
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
11 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 25
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
13 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 27
14 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 30
15 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 29
73
16 3 3 3 3 3 3 1 2 2 3 28
17 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 27
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
20 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 26
21 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 27
22 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 27
23 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
24 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 22
25 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 30
26 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 24
27 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 30
28 3 1 2 2 3 2 1 2 3 3 22
29 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 30
30 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 23
31 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 19
32 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 22
33 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 30
34 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 24
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
Kemudian untuk menganalisi data tersebut, maka dilakukan
statistik deskriptif dari tabel di atas yng dilakukan dengan proses
pembuatan tabel kerja ke dalam distribusi frekuensi sebagai berikut:
TABEL 4.7
74
Hasil skor Variabel Perilaku Sosial pada Masyarakat
NO
NO. RESP
Pilihan Jawaban Skor Jumlah
A B C 3 2 1
1 01 10 0 0 30 0 0 30
2 02 9 1 0 27 2 0 29
3 03 7 3 0 21 6 0 27
4 04 5 5 0 15 10 0 25
5 05 10 0 0 30 0 0 30
6 06 10 0 0 30 0 0 30
7 07 10 0 0 30 0 0 30
8 08 7 3 0 21 6 0 27
9 09 10 0 0 30 0 0 30
10 10 10 0 0 30 0 0 30
11 11 6 3 1 18 6 1 25
12 12 10 0 0 30 0 0 30
13 13 7 3 0 21 6 0 27
14 14 10 0 0 30 0 0 30
15 15 9 1 0 27 2 0 29
16 16 8 2 0 24 4 0 28
17 17 7 3 0 21 6 0 27
18 18 10 0 0 30 0 0 30
19 19 10 0 0 30 0 0 30
20 20 6 4 0 18 8 0 26
21 21 7 3 0 21 6 0 27
22 22 7 3 0 21 6 0 27
23 23 10 0 0 30 0 0 30
24 24 2 8 0 6 16 0 22
25 25 10 0 0 30 0 0 30
26 26 4 6 0 12 12 0 24
27 27 10 0 0 30 0 0 30
28 28 4 4 2 12 8 2 22
29 29 10 0 0 30 0 0 30
30 30 3 7 0 9 14 0 23
31 31 1 7 2 3 14 2 19
32 32 2 8 0 6 16 0 22
33 33 10 0 0 30 0 0 30
75
34 34 4 6 0 12 12 0 24
35 35 0 10 0 0 20 0 20
TABEL 4.8
Tabel kerja distribusi variabel Perilaku Sosial pada masyarakat
NO Skor (X) Frekuensi (F) F.X Persen
(%)
1 19 1 19 3
2 20 1 20 3
3 22 3 66 8
4 23 1 23 3
5 24 2 48 6
6 25 2 50 6
7 26 1 26 3
8 27 6 162 17
9 28 1 28 3
10 29 2 58 6
11 30 15 450 42
Jumlah 35 950 100%
Berdasarkan tabel diatas maka untuk proses selanjutnya dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
a. Mencari nilai rata-rata dari variabel Y yaitu Perilaku Sosial pada
masyarakat. Dengan menjumlahkan keseluruhan nilai angket
dibagi responden. Berdasarkan hal tersebut maka nilai rata-rata
untuk variabel Y adalah:
Jadi, nilai rata-rata untuk variabel Y adalah sebesar 27
76
b. Menafsirkan nilai mean yang telah dipadatkan interval kategori
dengan cara sebagai berikut:
c. Kemudian diintervalkan dengan menggunakan rumus:
i = (�����)� �
��
keterangan:
I : Nilai ideal
XT : Nilai tertinggi ideal
XR : Nilai terendah ideal
KI : Kelas interval
i = (��� )� �
��
i = (�����)� �
�
i = ��� �
�
i = ��
�
i = 4
3. Analisis Berdasarkan Skor
Untuk analisis ini digunakan teknis presentase dengan rumus:
� =�
� x 100%
Keterangan:
F = Frekuensi
N = jumlah responden (35 responden)
77
Adapun langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut:
1.a Mencari individu yang tergolong mempunyai keaktifan mengikuti
pengajian giliran dengan A (tertinggi), B (sedang), C(rendah).
Dari tabel 4.6 tentang perilaku sosial pada jamaah pengajian:
1) Tinggi (kategori A) mencapai 24 responden
2) Sedang (kategori B) mencapai 6 responden
3) Rendah (kategori C) mencapai 5 responden
1.b Mencari presentase masing-masing kategori
1) Kategori A � =��
�� x 100%= 68.57%
2) Kategori B � =�
�� x 100%= 17.14%
3) Kategori C� =�
�� x 100%= 14.28%
Berdasarkan hasil tabel diatas dapat diperoleh nilai interval 4,
sehingga untuk mengategorikan perilaku sosial pada masyarakat
diperoleh interval sebagai berikut:
TABEL 4.9
Tabel niai interval variabel Y (Perilaku Sosial)
No Interval Kualifikasi Kode
1 27-30 Tinggi A
2 23-26 Sedang B
3 19-22 Kurang C
78
Hasil diatas menunjukkan mean dengan nilai 27 dari variabel
tergolong tinggi Artinya perilaku sosial ibu-ibu jamaah pengajian giliran
pada masyarakat termasuk dalam interval (27 - 30).
TABEL 4.10
Distribusi frekuensi nilai angket Perilaku Sosial pada Masyarakat
No Kategori Nilai Frekuensi Presentase
1 Tinggi 27-30 24 68.57%
2 Sedang 23-26 6 17.14%
3 Rendah 19-22 5 14.28%
Jumlah 35 100%
B. ANALISIS KEDUA
Dalam menganalisa hubungan keaktifan mengikuti pengajian
giliran di Dusun Geneng dengan perilaku sosial pada masyarakat Desa
Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang, Tahun 2016, penulis
menggunakan teknik analisis statistik. Alasan menggunakan teknik
statistik adalah:
1. Karena data yang diperoleh merupakan data kuantitatif yang
berupa angka.
2. Dengan menggunakan analisis statistik akan diperoleh
kesimpulan yang bersifat obyektif dan tidak diragukan.
3. Sebagai penutup dalam langkah kerja, penulis menggunakan
rumus product moment sebagai berikut:
79
Rxy = � ∑ ���(∑ �)(∑ �)
�{�(∑ �)� �(∑ �)�}{�(∑ �)� �(∑ �)�}
Rxy : Koefisien korelasi antara variable x dan y
XY : Perkalian antara x dan y
X : Variable keaktifan mengikuti pengajian
Y : Variable perilaku sosial
N : Jumlah sample yang diteliti
∑ : Sigma (jumlah dari variable)
Dalam penyajian data, akan dikorelasikan dalam tabel koefisien
korelasi dimana keaktifan mengikuti pengajian giliran sebagai variabel x
dan perilaku sosial masyarakat Dusun Geneng,Desa Timpik,
Kec.Susukan, Kab.Semarang sebagai variabel y. Untuk lebih jelasnya,
penulis menyajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.11
Tabel Kerja Product Moment Korelasi antara keaktifan mengikuti
pengajian (X) dengan perilaku sosial pada masyarakat (Y)
No Resp
� � �� �� ��
1 28 30 784 900 840
2 25 29 625 841 725
3 26 27 676 729 702
4 27 25 729 625 675
5 16 30 256 900 480
6 29 30 841 900 870
80
7 26 30 676 900 780
8 24 27 576 729 648
9 26 30 676 900 780
10 26 30 676 900 780
11 24 25 576 625 600
12 28 30 784 900 840
13 27 27 729 729 729
14 13 30 169 900 390
15 28 29 784 841 812
16 28 28 784 784 784
17 30 27 900 729 810
18 30 30 900 900 900
19 28 30 784 900 840
20 21 26 441 676 546
21 28 27 784 729 756
22 27 27 729 729 729
23 29 30 841 900 870
24 21 22 441 484 462
25 30 30 900 900 900
26 20 24 400 576 480
27 30 30 900 900 900
28 29 22 841 484 638
29 28 30 784 900 840
30 25 23 625 529 575
31 21 19 441 361 399
32 19 22 361 484 418
33 30 30 900 900 900
34 20 24 400 576 480
35 18 20 324 400 360
Jumlah 885 950 23037 26160 24238
Dengan melihat tabel kerja di atas dapat diketahui sebagai berikut:
X = 885
Y = 950
81
X2 =23037
Y2 = 26160
X.Y = 24238
Untuk mengetahui hubungan keaktifan mengikuti pengajian giliran di
Dusun Geneng dengan perilaku sosial pada masyarakat Desa Timpik,
Kec.Susukan, Kab. Semarang, Tahun 2016 rumus:
Rxy = � ∑ ���(∑ �)(∑ �)
�{�(∑ �)� �(∑ �)�}{�(∑ �)� �(∑ �)�}
=(��������)�(���)(���)
� ���(�����) �(���)�����(�����) �(���)��
= �������������
�{(��������)�������}{(��������)�������}
= ����
�{�������������}{�������������}
= ����
�(�����)(�����)
= ����
���������
= ����
�����,����
= 0,436
C. Uji Hipotesis
Variabel x (Keaktifan Mengikuti Pengajian Giliran) dengan
Variabel y (Perilaku Sosial Masyarakat Dusun Geneng) Dari hasil
82
perhitungan korelasi product moment tersebut menghasilkan rhitung
=0,436. Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan rhitung
dengan rtabel. Harga rtabel untuk jumlah N=35 pada taraf
signifikansi 5%= 0.334 dan 1% = 0.430. Jadi rxy>rt sehingga
menunjukkan ada hubungan yang signifikan.
Dari uraian di atas terlihat bahwa harga rxy hitung lebih besar
dari r tabel pada taraf signifikansi 5% dan 1%. Oleh karena itu
hipotesis diterima yang menyatakan ada hubungan yang signifikan
antara keaktifan mengikuti pengajian giliran dengan perilaku sosial
masyarakat Dusun Geneng, Desa Timpik Kec.Susukan,Kab.
Semarang Tahun 2016 diterima. Berdasarkan analisis tesebut, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara keaktifan mengikuti pengajian giliran’ dengan perilaku sosial
masyarakat Dusun Geneng,Desa Timpik, Kec.Susukan,
Kab.Semarang, Tahun 2016. Dengan demikian, hipotesis yang
berbunyi “ada hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti
pengajian giliran dengan perilaku sosial masyarakat di Dusun
Geneng, Desa Timpik, Kec. Susukan,Kab. Semarang, Tahun 2016”
dapat diterima.
83
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Keaktifan mengikuti pengajian giliran di Dusun Geneng,
Desa Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang pada kategori
tinggi ada 26 responden dengan presentase 74% kemudian
dalam kategori sedang ada 7 responden dengan presentase
20% dan yang termasuk dalam kategori kurang ada 2
responden dengan presentase 6%.
2. Perilaku sosial pada masyarakat di Dusun Geneng,Desa
Timpik, Kec.Susukan, Kab.Semarang pada kategori tinggi 29
responden dengn presentse 83% kemudian dalam kategori
sedang 6 responden dengan presentase 17% dan yang
termasuk kategori kurang 0 responden dengan presentasi 0%.
3. Hubungan keaktifan mengikuti pengajian giliran dengan
perilaku sosial pada masyarakat di Dusun Geneng, Desa
Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang dengan menggunakan
rumus product moment diperoleh rxy=0,436 lebih besar dari
rtabel pada taraf signifikan 5%=0,334 dengan N=35. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil diterima
atau dengan kata lain dapat dikatakan ada hubungan yang
84
signifikan antara keaktifan mengikuti pengajian giliran
dengan perilaku sosial pada masyarakat di Dusun Geneng,
Desa Timpik, Kec. Susukan, Kab.Semarang tahun 2016.
B. SARAN
Sehubungan dengan adanya pembahasan masalah dalam skripsi
ini, maka peneliti memandang perlu untuk menyampaikan saran-
saran antara lain:
a) Untuk terus menjaga keistiqomahan dalam mengikuti
pengajian giliran di Dusun Geneng secara khusus, dan
pengajian-pengajian dimanapun berada secara umum untuk
menguatkan keimanan dan ketaqwaan.
b) Agar ilmu dari mengikuti pengajian giliran dapat
disebarluaskan ke keluarga serta masyarakat umum untuk
kebaikan bersama.
c) Untuk selalu mengamalkan ilmu yang didapat dari mengikuti
pengajian giliran dalam kehidupan sehari-hari.
d) Untuk selalu berlaku ikhsan dalam bermasyarakat, serta
mengamalkan dengan sungguh-sungguh ajaran Rosulullah
SAW.
C. PENUTUP
Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT
atas anugerah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini jauh dari
85
kesempurnaan, oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak
sangat peneliti harapkan sebagai penyempurna segala kekuragan
dan kekeliruan penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Tuty, 1997, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Ta’lim, Bandung:
Mirzan.
Amin, Mansur. 1997. Dakwah Islam dan Peran Moral. Yogyakarta: Al Amin Press
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Cet. Ke-4
Aziz, Ali, M, 2004. Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media
Azizy, A. Qodry. 2003. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial.
Semarang: Aneka Ilmu. Cet. Ke-2
Depag RI. 1996. Al-Qur’anul Karim, dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra
Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Derajat, Zakiah, 1998, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta :Bulan Bintang.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metode Research. Yogyakarta: Andi Offset
Hafidhuddin, Didin. 2003. Islam Aplikatif. Jakarta: Gema Insani Press
Halimi, Safrodin. 2008. Etika Islam Dalam Perspektif Al-Qur’an. Semarang:
Walisongo Press
Husain, Muh. 1997. Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Lentera
Ibrahim, Rusli. 2001. Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani.
Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga
Muhammad, Abul Q’qa’ bin Shahih Abu Abdillah. 2005. 102 Kiat Agar Semangat
Belajar Agama Membara. Surabaya: Elba
Pimay, Awaludin. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail
Poerwadarminto, WJS, 2006, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta :
Balai Pustaka.
Purwanto, M. Ngalim. 1992. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Rudito,
Bambang dan Adi Prasetijo
Rudito, Bambang dan Adi Prasetijo, Kusairi. 2003. Akses Peran Serta
Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan dan ICSD
Sugiono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Syukir, Asmuni, 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: al-Ikhlas
Zein, Muhammad, 1997, Metodologi Pendidikan Agama Islam Pada
Lembaga Non-Formal, Yogyakarta : Sumbangsih.
Zuhairi, DKK, 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara.
Zuhri, Muh. 2003. Hadist Nabi.Yogyakarta:Anggota Ikapi
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Bumi Aksara
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN MENGENAI KEAKTIFAN IBU-IBU DALAM
MENGIKUTI
PENGAJIAN AN-NUR HUBUNGANNYA DENGAN
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT DSN.GENENG, DS. TIMPIK, KEC.
SUSUKAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2015
No Variabel Indikator Angket
1. Keaktifan dalam
mengikuti
pengajian
1. Datang Tepat
Waktu
2. Aktif dalam
mengikuti
pengajian
3. Mendengarkan
pengajian
4. Mengetahui
tujuan
pengajian
1. Apakah anda aktif menghadiri
pengajian giliran setiap malam
minggu?
2. Jika suatu ketika ada pengajian
padahal anda bekerja, apa yang anda
lakukan?
1. Jika ada pengajian anda baru pulang
dari bekerja apakah anda berangkat
atau memilih dirumah?
2. Apakah anda selalu mengikuti
pengajian sampai selesai?
1. Apakah anda selalu mendengarkan
isi pengajian?
2. Apa yang anda lakukan ketika
pengajian berlangsung?
3. Apakah anda bertanya jika ada
materi yang belum dipahami?
1. Menurut anda apa fungsi pengajian
yang anda ikuti?
2. Apakah anda selalu memberikan
sedekah kepada orang yang
membutuhkan?
3. Apakah anda menghargai pendapat
orang lain dimasyarakat?
2. Perilaku sosial 1. Tolong 1. Apakah anda aktif dalam kegiatan
menolong
2. Menghargai
dan
menghormati
orang lain
3. Kasih sayang
terhadap
sesama
4. Toleransi
5. Sopan santun
dalam bergaul
sosial?
2. Apakah anda selalu memberikan
sumbangan materi dalam kegiatan
sosial dimasyarakat?
1. Apakah anda berlaku ramah dan
santun terhadap setiap orang
dimasyarakat?
2. Apakah anda aktif
mensosialisasikan atau mengajak
orang lain untuk ikut menghadiri
pengajian?
1. Apakah anda menghargai hak
tetangga atau orang lain?
2. Apakah anda memiliki rasa
tanggung jawab untuk
melaksanakan setiap kegiatan sosial
dimasyarakat?
3. Apakah anda bersedia bekerjasama
dengan orang lain?
1. Apabila ada orang sakit apakah anda
ikut menjenguk?
1. Apa yang anda lakukan ketika
bertemu dengan orang lain?
2. Apakah anda termasuk orang yang
mudah bergaul dengan orang lain?
Dokumentasi Pengajian di Dusun Geneng Desa Timpik
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sutarmi
Tempat dan Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 07 November 1992
Alamat : Dsn. Geneng Rt 03/ Rw 08 Ds.
Timpik, Kec.Susukan, Kab. Semarang.
Pendidikan :
1. SD NEGERI TIMPIK 02 2007
2. SMP NEGERI I SUSUKAN 2009
3. SMA NEGERI I SUSUKAN 2011
4. S1 PAI IAIN SALATIGA 2016
Salatiga, 21 Maret 2016
Sutarmi
NIM 111 11 121
top related