ej(sistensi ai-ilul bait dan i
Post on 02-Apr-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EJ(SISTENSI AI-ILUL BAIT DAN I<:AFA'AI-INYA
DALAM PANDANGAN ISLA.M
Oleh:
UMAR
PS. ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
JURUSAN AL-AHW AL AL-SYAKHSlIIYY AH
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAII
JAKARTA
1425 H/2004 M
EKSISTENSI AHLUL BAIT DAN KAFA'AHNYA DALAM P ANDANGAl'~ ISLJ~M
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari'ah untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Syari'ah
Oleh: UMAR
NIM : 0044219400
Di BaAw~IyJli bi~,,g~I) I/ 'If I . '\'
'---- -.:.. ' -
( Dra j. a irnah Ismail) NIP. 150.075.192.
Jurusan Al Ahwal As Syakhsiyyah Fakultas Syari'ah UIN SyarifHidayatullah
Jakarta 1424 HI 2004 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "EKSISTENSI AHLUL BAIT DAN KAFA' AHNY A
DALAM PANDANGAN !SLAM" telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09
September 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SI) pada Jurusan Al-Ahwal Al-
Syakhshiyyah, Program Studi Administrasi Keperdataan Islam.
Panitia Sidang Munaqasyah
' ,,.__ I. Ketua
NIP : 150 220 554 -=----- .
2. Sekretaris
3. Penguji 1
4. Penguji JJ
: Ors. Asep Svarifuddin. S.H, M.HUM NIP : 150 268 783
: Ors. Asep Syarifuddin. S.H, M.HUM NIP : 150 268 783
: Ors. H. Rustan, SA NIP: I 50 062 824
5. Pembimbing: Ora. Hj. Halimah Ismail NIP : 150 075 192
( ................................. )
(... f.1- .......... ) &···········
KATA PENGANTAR
Alharndulillahi robbil 'alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
swt yang telah mencurahkan rahrna! dan karunia-Nya yang teramat besar. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad saw
dan para ahlul baitnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat rnanusia.
Dalarn rnenernpuh penulisan skripsi ini Penulis banyak rnendapatkan uluran
tangan dan bantuan dari berbagai pihak, hanya Allah swt yang dapat rnembalas budi
baik belian-beliau. Maka dalarn kesernpatan ini penulis mcngucapkan rasa syukur dan
terirna kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada:
l. Prof. Dr. I-I. Hasanuddin Ar, MA (Dekan fakultas syari'ah dan hukum
Universitas Islam N egeri Syarif 1-lidayatullah Jakarta);
2. Ora. Hj. Halimah Ismail (Ketua Jurusan al-Akhwal asy-Syakhsiyah), dan
selaku pembimbing penulisan skripsi ini;
3. Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, M.Hurn (selaku sekretaris jurusan al
Akhwal asy-Syakhsiyah);
4. Ayahanda Ors. S. Alwi Hs, dan Ibunda Sy. Maemunah I-Id. Yang tercinta
yang selalu mernberikan do'a serta rnendorong Penulis untuk selalu
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilnrn, dan begitu besar perhatiannya
bagi Penulis;
5. Sayyid Han1Zah yang sangat membantu dari segi moril maupun materil,
sehingga studi ini dapat terselesaikan;
6. Kakak-kakak dan adikku Eva Fauziah yang tersayang;
7. fbnu Umar .Jr, dan Pipit Yang telah mernbantu da!am pembuatan skripsi
8. Dan akhirnya kepada semua teman-teman kelas Adm. Keperdataan Islam,
Khususnya Syawaludin FAF dan Ajid yang turut membantu penulis baik
berupa informasi maupun motivasi.
Tentu saja masih banyak pihak yang belum disebutkan, tetapi penulis
yakin di dalam hati mereka tertanam keikhiasan. Hanya do'alah yang
dapat Penulis haturkan kepada mereka-mereka.
Jakarta, Agustus 2004
Penulis
DAFTARISI
Halarnan
KAT A PEN GANT AR .......................................................................................... . I
DAFT AR ISI ........................................................................................................... iii
BABJ
BAB!I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ .
B. Tujuan PcnJisan ........................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 6
D. Metode penulisan ......................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan .................................................................. 7
TINJAUAN UMUN TENTANG AHLUL BAIT DAN
ALAWIYYIN
A.Definisi Ahlul Bait 9
B. Proses Keberadaan Ahlul Bait ..................................................... 13
C. Keutaman AhluJ Bait ................................................................... 23
D. Alawiyyin .................................................................................... 32
I. Alawiyyin Dalam Wacana ...................................................... 34
2. Kiprah Alawiyyin di Indonesia .............................................. 40
BAB. III
BAB IV
EKSISTENSI KAF A' AH MERUP AKAN UPAY A MENJAGA
KEMULIAAN DZAT AHLUL BAIT
A. Difinisi Kafa'ah ........................................................................... 44
B. Kafa'ah Dalam PerspektifUlama ............................................... 45
C. Fatwa Ulama Tentang Kafa'ah Ahlul Bait dan Keturunanya ...... 53
D. Pernikahan Sekufu' .................................................................... 55
PENUTUP
A. Kesimpula:i .................................................................................. 6 J
B. Saran-saran .................................................................................. 63
DAFTAR PUST AKA
BAB!
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam mengkategorikan nilai-nilai ajarannya menjadi tiga, yaitu : llmu, Amal,
dan Taqwa. Dalam Islam, ketiga item tersebut lebih dikenal sebagai bagian terpenting
dalam persenclian agama. Tidak acla satupun konsep clalam agama yang dapal terlepas
dari ketiganya. Ilmu tanpa amal dan taqwa, sia-sia: taqwa tanpa amal dan ilmu,
percuma: sementara amal lanpa ilmu dan taqwa, fana. Ketiganya saling berkaita11 erat
satu sam lain.
Lantas,untuk mempraktekkan ketiga kategori di atas, jauh-jauh hari kaum
Muslimin menyibukkan diri clengan hal-hal Ushuliyyah-teologi clan Furu 'iyyah
syari' at, yang dipenuhi oleh beragam konsep. Dan salah satu konsep yang terpenting
adalah konsep Cinta Ahlul Bait. Sebuah konsep yang mengajarkan kepada manusia
proses peletakan harkat, derajat, clan mruiabat, segelintir komunitas keturunru1
Rasulullah SAW di tempat yang semestinya. Di maJJa eksistensi mereka, berkaitan
dengan integritas sebagai hamba Allah SWT maupun Rasul-Nya.
Beberapa maclzab besar Islam telah meletakkru1 konsep Cinta Ahlul Bait di
Bab terdepan pada pemikiran dan ideologi mereka. Bahkan, maclzab Syi'ah
Imamiyah, syafi'i , dan Hanbali meletakkaJJ konsep Cinta Ahlul Bait dalan1 ajaran
IslaJJ1, sebagai konsep yang wajib diyakini. Dru1 ada juga pandangan Ulruna-ulru1ia
atau madzab lain, yang menempatkan Konsep Cinta Ahlul Bait bukan pada urutan
2
pertama, namun pada umtan kesekian, bahkan menempatka:n:nya jauh di bawah
urutan konsep-konsep lain.
Pembahasan diatas, menunjukan bahwa konsep Cinta Ahlul Bait melahirkan
kekayaan pandangan beragam madzab. Namun ada yang perlu digaris bawahi, bahwa
sesungguhnya konsep Cinta Ahlul Bait tidak ada kalau saja Allah SWT iidak pernah
menyinggung konsep Cinta Ahlul Bait dalam nash-Nya. Dan :nyatanya, lusinan hadits
tak peE1ah jemu menjelaskan konsep tersebut. Maka, sudah sewajarnya madzab-
madzab besar dan Ulama dari kalangan mereka, menjadikan konsep Cinla Ahlul Bail
sebagai konsep yang sangat menarik untuk dibahas, dan akan senantiasa menjadi
perbincangan hangat.
Ahlul Bait1 dalam bahasa Arab berarti tuan rumah, atau sebuah keluarga yang
berada di dalam rumah. Menumt Al Qur'an, hadits da:n jumhur para Ulama,
pengertian Ahlul Bait adalah Keluarga Rasulullah SAW Telah dikemukakan oleh
mayoritas Ulama, bahwa Ahlul Bait itu be1jumlah lima orang .. Mereka adalah Nabi
SAW dan 4 (empat) anggota keluarganya, yaitu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib,
Fatima Az Zahra, Hasan, dan Husein. Mereka juga disebut- sebut sebagai Ahlul Kisa-
keluarga yang sewaktu ayat tersebut turun, Rasulullah menutupinya dengan selembar
kain berwarna hitam.
1 Ahmad Warsin Al Munawwir, Al Mu11awwir, kamus Arab - Indonesia, (Surabaya' Peustaka Progressif, 2002), hal. 46
3
Konsep Cinta Ahlul Bait, juga bisa diartikan sebagai upaya mempraktekkan
ubudiyyah - penghambaan. Seperti halnya hamba diwajibkan melaksanakan shalat
atau puasa di bulan Ramadhan.
Sekilas nampak ada kesenjangan sosial pada konsep Cinta Ahlul Bait ,
menginga! Ahlul Bait sendiri adalah manusia biasa layaknya si Ujang atau si Udin.
Bagaimana konsep Cinta Ahlul Bait dipraktekan oleh umat pada segelintir komunitas
manusia yang juga mengkonsumsi makanan untuk melanjutkan hidup ? Maka, ada
yang perlu dicennati, bahwa konsep tersebut lahir bukan alas prakarsa uma!, Ahlul
Bait, ataupun Rasulu!lah sendiri, semua itu terwujud secara kodrati, dideklarasikan
lewat dekrit Agung-Nya ( Al Qur'an). Konsep Cinta Ahlul Bait adalah sebuah fakta
kodra! Ilahi yang harus diakui oleh semua pihak, apapun madzab mereka.
Bagi kaum Muslimin, Al Qur'an bukan buku berisikan puisi ataupun bait- bait
sajak, juga bukan hiasan rwnah, yang biasanya kita biarkan berdebu. Al-Qur'an
adalah pedoman hidup umat sangat otentik dan terjamin kebem1ran isinya. Karena Al
Qur' an adalah satu-satunya kitab suci yang tidak pernah berubah walau setitikpun.
Hal itu dapat dibuktikan sejak 1500 tahun silam, yang belum sekalipun ditemukan
adanya perubahan sepotong ayat Al- Qur'an. Untuk itu, sudah sepantasnya Al-Qur'an
dijadikan rujukan pertama dalam setiap permasalahan. Maka, apapun yang tertera di
dalam Al-Qur'an, kaum muslimin harus meyakininya, tanpa terkecuali. Seluruh
kalimat-kalimat di dalam Al- Qur' an adalah fakta yang tidak pernah Jayu dikikis
zaman. Dan dibawah ini salah satu ayat yang mewajibkan bagi setiap muslim
mempraktekkan konsep Cinta Ahlul Bait :
4
"(Katakanlah-hai Muhammad)" aku tidak minta upah dari apa yang telah kamu
sampaikan- dakwahmu kecuali memberikan kasih sayang pada keluarga (mu)".
(Q.S. Asy-Syura: 23)
Sudah menjadi fenomena umum apabila setiap konsep dalam persendian
aJaran Islam, yang diangka! kepermukaan, akan menjadi !opik pembahasan
bercabang-cabang yang terlahir dari ideologi dan pemahaman para Ulama'. Seperti
konsep pernikahan yang mendapat beragam reaksi dari Ulama dan para tokoh dunia.
Dan kom,ep terserbut berkembang menjadi beberapa cabang yang juga melahirkan
beberbagai sudut pandang fenomenal. Diantaranya adalah konsep poligami.2 Begitu
konsep terserbut diangkat kepermukaan, reaksi beragam pun bermunculan, berbagai
kalangan berebu! berpartisipasi memberikan pandangan. Kalangan yang bersebrangan
dengan Islam-anti Islam menyatakan, bahwa konsep poligami merupakan konsep
perendahan derajat dan penjajahan terhadap wanita. Masyarakat muslim liberalisme
cenderung berpandangan, bahwa konsep poligami adalah solusi pemuas nafsu laki-
laki. Tidak cukup sampai disitu, kalangan salaf, jauh-jauh hari telah mengeluarkan
pendapat, poligami adalal1 sunnah Nabi.
Tak bedanya dengan konsep Cinta Ahlul Bait, setelah melalui proses panjang,
konsep tersebut berkembang menjadi beberapa cabang problematika. Diantara
problematika tersebut terselip istilah Alawiyyin (Ketmunan Ahlu1 Bait) dan Kefa 'ah.
2 dalam kaitannya dengan poligami, Allah SWT hamya mempeolehkan- bukan diwajibkan
5
Dua istilah diatas, yang disebut sebagai pemicu perbedaan pendapat di kalangan
Ulama, merupakan pecahan konsep Cinta Ahlul Bait yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
Alawiyyin, adalah sekelompok manusia yang garis nasabnya menyambung
kepada RasuJullah SAW, atau Ah1u1 Bait. Di indonesia, komunitas Alawiyyin
tersebar dihampir pelosok daerah. Terutama dikawasan Jawa barat, Jawa tengah,
.Jawa timur-termasuk pulau Madura, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Juga
beberapa kawasan lainnya. Dan rnereka lebih populer dengan sebutan Habib atau
Sayyid. Dan rnereka (Alawiyyin), juga tersebat dibeberapa belahan Negara di dunia,
terutama di kawasan Timur Tengah, tempat asal mereka. Dikawasan Asia Tenggara
Alawiyyin lebih didominasi dari keturunan Sayyidina Husein r.a. sementara,
dikawasan Timur Tengah, kecuali didaerah Yaman ( Hadhramaut) yang mayoritas
didominasi keturunan Sayyidina Hasan r.a.
Kaja 'ah adalah salah satu kajian pernikahan yang sangat menarik untuk
dibahas, baik oleh kalangan Ulama ataupun masyarakat awam. Kafa'al1, bukan hanya
menjadi perbincangan hangat dikalangan para Ulama' dunia dalam penerapannya
pada masyarakat global, tetapi, bahkan mernasuki kancah intern Kafa 'ah Rasulullah
SAW dan anak cucu beliau. Dimana Kafa' ah adalah bagian dari syariat prosedur
pernikal1an keluarga Rasulullah SAW (Ahlul Bait danAlaweiyyln).
6
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Jill adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui landasan nash Cinta Ahlul Bait.
b. Untuk mengetahui pandangan Ulama' terhadap ·eksintensi Ahlul Bait.
c. Menjelaskan kepada kaum Muslimin bahwa Kafa'ah bukan peng
kultusan terhadap sekelompok manusia.
C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
I. Pcmbatasan masalah
Berbicara mengenai Ahlul Bait Rasulullah SAW dan Kafahnya bagaikan
samudera luas banyak mengandung manfaat dan kegunaan yang sangat luar biasa.
Menyadari begitu globalnya sebuah pembahasan mengenai ha! tersebut, di sini
penulis memberi batasan-batasan dalam setiap pembahasan agar tema dan materi
bahasan lebih terfokus dan terarah.
Dengan bahasan :
I. Sekitar Ahlnl Bait Rasulullah SAW dalam pandangan Islam.
2. Pandangan Ulama terhadap eksistensi Ahlul Bait dan keturunannya.
3. Kafa'ah sebagai salah satu upaya menjaga kemuliaan dzat Ahlul Bait.
II. Perumusan Masalah
a. Apa makna dan landasan dasar konsep Cinta Ahlul Bait?
b. Bagaimana pandangan Ulama terhadap eksistensii Ahlul Bait ?
7
c. Kafa'ah dalam wacana.
D. METODE PENELITIAN.
Dengan mengacu pada judul skripsi dan tema-tema pokok masalah, dan juga
memperhatikan pembBhasan serla rumusan diatas, penulis dalam merampungkan
karya ini, menggunakan metode penelitian normatif alau perpustakaan yang mana
penelitian ini menggunakan pada primer, yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan
pustaka perupa buku-buku yang berkenaan dengan topik pembz~1asan.
Adapun tehknik penyusunan skripsi ini berdasarkan pada buku PEDOMAN
PENULISAN Skripsi, Tesis, dan disertai UIN JAKARTA, 2002.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang dimaksud, sebagai jaJan w1tuk mempennudah
pembahasan sehingga tercapai maksud penyusrman skripsi ini Iebih terarah,
berkesinambungan, dan Iebih sistematis. Malca perln disistematisasikan mennrut bab
dan bab, hingga merupakan kesatuan yang selaras.
Secara garis besar, persoalan ini dibagi menjadi 4 ( empat) bab dan sub tema. Pada
ba b pertama, pennlis lebih dahulu menyusun abstraksi sebagai pengantar
pembahasan secara keseluruhan, dengan sub judul pendahuluan yang dikembangkan
menjadi 5 (Iima) masalah yaitu : Iatar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tnjnan penulisan, metode pembahasan, serta sistematika pennlisan. Adapnn
bah kedua, tinjauan umum tentang Ahlu] Bait dan Alawiyyin yang dikembangkan
8
menjadi 4 (em pat ) masalah, yaitu mencakup masalah Ahlull Bait Rasulullah SAW,
proses keberadaan Ahlul Bait, keutamaan Ahlul Bait, Alawiyyin, yang terbagi
menjadi dua bagian, yaitu Alawiyyin dalam wacana, dan kiprah Alawiyyin di
Indonesia. Dan pada bab kctiga, eksistensi Kafa'ah sebagai salah satu upaya menjaga
kemulyaan dzat Ahlul Bait. Sebagai pengatar oembahasan secara keseluruhan,
dikembangkan menjadi 3 (tiga) masalah, yaitu definisi Kafa'ah, kafa'ah dalam
perspektif Ulama, dan pernikahan Sekufu'. Sementara bab kecmpat, sebagai bagian
akhir sebuah karya ilmiyah. Maka penulis menempatkarmya sebagai bagian
kesimpulan dan saran-saran.
BABU
TIN.JAUAN UMUM
TENTANG AHLUL BAIT DAN ALAWIYYIN
A. DEFENISI AHLUL BAIT
Ahlul Bait', menurut bahasa Arab berarti tuan rumah, penghuni rumah, atau
anggota keluarga yang berbeda di dalam rumah. Keutamaan bahasa Arab dalam
mengartikan sebuah kalima! begitu luas, sehingga ar!i dan makna kalimat Ahlul Bait
tidak hanya sebatas memiliki arti "tuan rumah", "penghuni rnmah", ataupun ",
anggota kel uarga yang berada didalam rum ah". Dal am kaitannya dengan kalimat
Ahlul Bait, Allah SWT telah menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait
adalah Rasulullah SAW, dan keluarganya, yang seluruhnya berjumlah 5 (lima) orang.
Y akni Rasulullal1, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zal1ra, Al Hasan dan Al Husein.
Alasan Ahlul Bait itu adalah keluarga Rasulullah SAW sepertiyang dimaksud
diatas, diperoleh menurut mayorits pandangan para Ulama, mereka mengatakan,
bahwa Ahlul Bait adalah keluarga Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az
Zahra, Al Hasan dan Al Husein. Imam Muslim r.a. dalam kitabnya Shahih Muslim,
bab Fadha'il Ahlul Bait menguraikan, bahwa yang dimaksud diatas2• Hal senadajuga
I ibid., 2 Muslim, S/1a/1i/1, (Beirut: Darul Fikr, 1414 H/1993 M) Juz, II h. 450
JO
diungkapkan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Ashwa'iqul Muhriqah3, bab
fadha'il
Ahluf Bait. Sementara Imam Sayuthi mengetengahkan dalam kitabnya Ad
Duruf Mantsur bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait adalah kelima orang yang
tersebut diatas4• dalam kitab tafsir Al mizan, Allamah Sayyid Muhammad At
Thabathaba'i pun mengatakan ha] serupa5• begitu pula dengan Imam Fakhrur Razi
dalam kitab tafsirnya6.
Al Imam Nisabury, Al Imam lbnu Jarir, Al lmamAbu Sa' id Al Khudary, Al
Imam Al Baghwy, Al Imam Ibnu Khazin, dan beberapa Ulama-ulama lain yang
ternyata memiliki pemikiran yang sama.
Kisah mengenai Ahlul Bait dan siapa saja Ahlul Bait, diawali oleh turunya
dekrit agung Allah SWT atau dikenal dengan ayat At Thathir, yang berbunyi :
"Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan noda dan kotoran dari kalian
wahai Ahlul Bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."Q.S.At Ahzab :33
3 lbn Hajar As Shawa'iqul Mu/lriqah, (Cairo: Maktab Al Qahirah) h. 141 4 Jalaludin As Suyuthi, Ad Dartt/ Mm1ts11r, (Beirut: Dami Fikr, Al Binayatul Markaziyyah, 1999 M/1414 H), ha!. 603, Juz. 6 5 Allamah Sayyid Thabathaba'I, Al Miz011, (Beirut: Mu'assasah Al A'lamy, 1414 H/1991 M) 6 Fakhrur Razi, Tafzir (Beitut : Lubnan, 1423 H) ha!. 210, Juz ke-2.5
11
turunnya ayat At Thathir, pada akhirnya memunculkan banyak versi
penafsiran dari kalangan Ulama, penyebab turunnya ayat Asbabun Nuzul, dan unluk
siapa ayat tersebut diturunkan. Namun kebanyakan versi meriwayatkan, bahwa ayat
itu ttmm dirumah salah satu istri Rasulullah bemama Ummu Salanmh r.a.
diriwayatkan dari Imam Ahmad, sebuah Hadits dari Ummu Salamah r.a. Ummu
Salamah mengatakan : "Di rumahku turun ayat Innama yuridullahu .. (yaitu surat Al
Ahzab : 33) saat itu (dirumahku) terdapat Rasulullah SAW, A!i, Fathimah, Hasan,
dan Husein. Kemudian Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain yang tengah
dipakainya sambil berkata :
"Mereka ini adalah Ahlul Baitku. Allah telah menghapuskan noda dan kotoran dari
mereka dan telah mensucikan mereka 7 ."
Kemudian hadits ini dikenal dengan nama Hadits Kisa'. Sebagian riwayat lain
menuturkan, ketika itu Rasulullah SAW juga membaca do' a untt1k Ahlul Baitnya.
Do'a tersebut berbunyi :
7 Ibn Katsir, Tafsir Al Qurqn AL Adzf1im, (Beirut: J 990) cet. Ke-1,jilid 3, h.532
12
" Ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baitku. Karena itu hilangkanlah noda dan
kotoran (Ar Rijs) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya."8
Misteri maksud ayat At Thathir sebenarnya telah dikuak oleh Rasulullah
SAW sendi:ri, Iewat hadits-hadits yang telah banyak dibukukan dalam ribuan judul
kitab. Permasalahan pun semakin melebar, tatkala Rasulullah SAW menyebutkan
untuk siapa ayat tersebut diturunkan, mengingat yang dimaksud Ahlul Bait adalah
keluarga beliau sendiri. Hingga rentan muncul persepsi, Rasulullah SAW akan
mendirikan sebuah monarki, Islam adalah agama dinasti. Hal itu mungkin dapat
dibenarkan, seandainya Muhammad Bin Abdillah itu bukan seorang Rasul. Namun
pada kenyataannya, beliau adalah seorang duta dari langit, yang tiap perkataannya
bukan berdasarkan hawa nafsu, melainkan firman yang diwahyukan kepadanya.
Dalam Al qur'an, Allah berfirman:
.r.J YJ~ ul .LG-*l L.Jc ~ La3 .1..G_,c.La..!i ~1-....a J...a La
( Y-i: ~I).~~
"Sahabat kalian (yakni Muhammad SAW) tidak sesat dan tidak pnla keliru. Ia tidak
mengucapkan sesuatu menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkam1ya adalah
wahyu, yang Allah wahyukan kepadanya." (Q.S.An Najm: 2-4)
dengan demikian, cukup gambling , bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait
itu adalah keluarga Rasulullah yang be1jumlah 5 (lima) orang, yaitu Rasulullah SAW,
8 At Tunnudzi, Su11a11,(Beirut : Darul Fikr, 1967) Juz V, h.328
13
Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra, Hasan dan Husein. Kelima orang ini, manusia
manusia yang sengaja dipilih Allah SWT sebagai manusia yang paling beriman,
paling bertaqwa, yang tercermin dalam perilaku mereka sehari-·hari.
B. PROSES KEBERADAAN AHLUL BAIT
Eksistensi Ahlul Bait dalam kaucah mempe1juanka11 Islam swigguh tidak bisa
dianggap remeh. Para Ulama telah mencatat kiprah gemilang mereka <:iengan tinta
emas, berkaitan dengan dakwah yang mereka lakukan selama ini. Bennula sejak
Rasulullah SAW mengkhatamkan baktinya dalam dunia dakwah selama 23 tahun,
beliau meninggalkan umat untuk selama-lamanya. Meski penyebaran Islam pasca
puma bakti Rasulullah SAW sempat mengalami gonjang-ganjing politik intern dan
instabilitas kepemimpinan, namun eksistensi Ahlul Bait yang saat itu merijadi oposisi,
begitu dibutuhkan umat, hingga nyaris dalam segala hal, ketiga Khulafa' Rasyidin
(pimpinan umat) pada tiga dekade masa kepemimpinan, yaitu pada masa
kepemimpinan Abubakar Asetilen Siddiq r.a., Umar bin Khat' ab r.a., dan Utsman bin
Affan r.a. mau tak mau harus merujuk pada mereka. Dimasa if:u, Ali bin Abi Thalib,
satu-satunya orang yang bisa diandalkan.
Dalam menjalankan roda kepemerintahan, keluarga Ahl.ul Bait dikenal sangat
aspiratif dan bijaksana. Jujur dan adil dalam setiap tindakari yang mereka ambil,
hingga sepeser pun mereka tidak berani membelaajakan uang Baitul Mal (kas negara)
untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga. Integritas mereka semakin diacungi
jempol kala setiap permasalahan dapat diputuskan dengan adil dan bijak. Hukum
14
ditegakkan, kasih sayang ditebar kesegala penjuru, menciptakan kedanmian dan
kesejah!eraan di kawasan semenanjung Arab.
Ahlul Bait dipilih Allah SWT untuk memarttau perkembangan Islam pasca
Rasulullah SAW ditugasi untuk melanjutkan visi dan misi yang diemban beliau.
Setelah beliau wafat, bukan berarti misidakwah selesai. Selanjutnya tongka! estafet
dakwah beliau harus berpindah tangan. Kepada siapa ? Kepada mereka para Ahlul
bait dan keturunannya. Lalu mengapa keluarga Rasul yang dipilih menjadi Ahlul Bait
? Mengapa tidak dipilih dari keluarga muslim yang lain, seperti dari keluarga Bilal
atau keluarga Abu Dzar misalnya ? Apa karena mereka keluarga Nabi, hingga Allah
memberikan eksekutif service, atau karena hubungan darah mereka dengan Nabi
membuat Allah mempersiapkan kedudukan !erfavorit bagi mereka ? Bukankah
terpilihnya Ahlul Bait dari keluarga Nabi dapat menimbulkan perspektif bahwa Nabi
sengaja menciptakan dinasti ?
Sepe1ii apa yang telah diutarakan seberlumnya, bahwa terpilihnya keluarga
Rasulullah SAW yang terdiri dari 5 orang menjadi Ahlul Bait bukan berdasarkan
inisiatif beliau, melainkan sudah menjadi Qadha dan Qadar Al.lah SWT semata. Bila
berbicara Qadha dan Qadar, sama saja memprotes kebijakai1 Allah SWT. Disisi lain,
terpilihnya keluarga Rasulullah SAW sebagai Ahlul Bait, bukan suatu ha! yang
membanggakan. Gelar Ahlul Bait yang disandang, justru harus mereka tebus dengan
cucuran keringat~ derai air mata, darah dan nyawa. Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib,
Al Hasan yang diracun, terpenggalnya Al Husein di Karbala, se1ta wafatnya Fathirnah
15
menjadi bukti sejarah, bahwa gelar Ahlul Bait it<1 tidak mudah disandang oleh
sembarang orang.
Eksistensinya Ahlul Bait seputar kancahnya sebagai hamba-hamba the best
setelah Nabi, ditunjang pula karena histories datu-datuk mereka, (Bani Hasyim) yang
dikenal sangat selia pada agama Samawi-agama Nabiyallah Ibrahim a.s. mereka telap
setia dengan agama tersebut, yang juga sebagai agama nenek moyang mereka.
Kendati penyembah:m pada berhala tengah ngetrend di Makkal1 saat itu, namun
beruntung sekali Bani I-Iasyim sama sekali tidak ter!arik ikut-ikutan menyembah
benda ma ti. Hingga datang risalah Muhammad, Bin Abdillah mereformasi kebijakan
kebijakan agama samawi.
Cerita keberadaan Ahlul Bait bisa dimulai dari sebuah perkawinan agung
antara dua keluarga terpandang, antara keluarga Muhammad Bin Abdillah dan
keluarga Abi Thalib. Dari garis keturunan kedua keluarga ini berasal dari Bani
Hasyim. Abdillah, ayah Nabi, adalah saudara kandung Abu Thalib. Yang bermii,
Nabi dengan Ali bin Abi Thalib adalah saudara sepupu. Sdain memiliki ikatan
keluarga sangat dekat, kedua keluarga ini juga memilik hubimgan emosional ym1g
kuat, terutama disaat Nabi remaja, dan masa-masa awal penyebaran Islmn. Semenjak
usia dini hingga menikah, Nabi berada dalam asuhan Abu Thali, y311g tak lain adalah
pam311 beliau sendiri. Sementara Ali Bin Abi Thalib kecil, berada dalam asuh311 Nabi.
0311 termasuk para sahabat As Sabiqunal Awwalun- sa11abat yang pertaJ11a memeluk
agama Islam, hingga beliau menikahk311 Ali deng311 sala11 satu putrinya y311g bernama
Fathimah Az Za11ra.
16
Sebelum pernikahan antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatbimah Az Zahra
dilangsungkan, Abubakar As Siddiq r.a. salah seorang sahabat terdekat sekaligus
mertua Rasulullah SAW, sempat meminang Fathimah Az Zahra puteri Nabi, untuk
dijadikan istri. Namun beliau menjawab pinangan tersebut : "Allah belum
menurunkan taqdir-Nya". Di kesempatan lain Umar bin Khattab r.a. yang juga sama
sama mcmiliki status scbagai sahabat terdekat dan mertua N abi ikut pula meminang
Fatbimah, namun jawaban pinangan yang tempo hari diberikan beliau untuk
Abubakar kini diberikan kepada Umar9• nampaknya, pinangan kedua sahabat besar
itu belum berkenan dihati Nabi. Padahal, kcinginan Abubakar dan Umar untuk
menikahi Fatbimah jelas karena ingin mempererat hubungan silahturahmi dengan
Rasulullah SAW. Kedua sahabat besar itu pulang dengan mcmbawa segumpal
kekecewaan, dan mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa, begitu pula dengan
Rasulullah SAW, beliau m1ya bisa pasrah menunggu. keputusan dari langit. Namtm
bagi Rasulullah SAW, perkawinan adalah hukum, lmkum adalah syariat, sementara
yang berhak menentukan syariat adalah Allah SWT. Beliau tidak berani mengambil
keputusan sendiri hingga datang perintah Allah SWT. Kepada siapa putrinya kelak
akan ditaqdirkan menikah. Maka, tibalah sebuah pinangan utuk Fathimah dm·i
seorang pemuda yatim serta miskin papa, yang tak lain adalah Ali Bin Abi Thalib.
Mengetehui yang meminang putrinya adalah Ali Bin Abi Thalib, sepontan beliau
menjawab :
9 lbnu Hajar, As Sltawa 'iq11/ M11liriqalt, (Al Qahirab : Darul Thaba' Al Muhammadiyah), ha!. I 39.
17
" Selamat datang wahai Ali, Jibril telah memberitahukan kepadaku engkau telah
dinikahkan Allah SWT dengan Fa!himah."
Dalam kaitanya dengan pinangan Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah SAW
berkata pada puterinya, Fathimah Az Zahra :
"Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat. Ia sahabatku yang
memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya, serta paling sabar."
setelah memperoleh restu Allah Azza Wa Jalla, pada akhirnya pernikahan Ali
dan Fathimah pun dilangsungkan, Arsy dan para makhluk langit menjadi saksi
berlangsungnya prosesi pernikahan agung dua keluarga terpandang.
'°Abdullah Al Birr Al lvti'ab,(Riyadh: Dar El Qabla Ats Tsaqafah Islamiyah 1404 H/1984), hal. 273, cet. Ke-2
18
Pernikahan dua insane yang mencintai dan dicintai Allah dan Rasulnya. Pada
pernikahan tersebut, Rasulullah SAW sempat memberikan mereka hadiah berupa
do' a-do' a dan nasihat yang sangat pen ting. Diantara do' a beliau yang cukup mashur
adalah:
diriwayatkan dari Anas Bin Malik yang dikutip oleh Abulkhair Al Qazwainy
bahwa ketika Rasulullah SAW menikahkan Ali Bin Abi Thalib dengan Fathimah
beliau berkata :
"Allah mempererat kernkunan kalian berdua, memenangkan pengikut kalian,
memberkahi kalian, dan semoga ,mengeluarkan keturunan yang bm1yak dan baik dari
kalian."
Kemudian Anas berkata : "Demi Allah, benm-lah Allah memberikan mereka
keturunm1 yang bm1yak dm1 baik dm-i dua orm1g (Ali dan Fathimal1) itu".
Immn Ahmad Bin Hanbal dan Ibnu Hatim meriwayatkan sebuah hadits dm-i
Ummu Aiman r.a. : "Bahwasanya Rasulullah SAW pada malmn pernikahan Ali r.a.
II ibid 12 lbn Hajar, As S/1awa 'iqul Mulrriqa/1, (Al Qahirah : Dar El Taba' Al Muhammadiyah), ha!. 83
19
dan Fathimah r.a. berdo'a untuk keselamatan kedua-duanya." 13
Untuk Fathimah beliau berdo'a:
"Ya, Allah ia (Fathimah) dan keturunannya kuperlindungkan kepada-Mu dar syaitan
terkutuk."
Untuk Ali beliau berdo 'a :
"Ya, Allah ta (Ali) dan keturuniumya kuperlindungkan kepada-Mu dar syaitan
terkutuk."
Kemudian beliau berkata lagi kepada Ali :
"Gaulilah keluarga (ister)mu Bismilah Wal Barokal1."
Beberapa decade setelah pemikahan mereka, Allah SWT meng-karuniai
mereka dua orang putra dan seorang puteri yang sehat dan lucu. Putra sulung
bernama Hasan, yang bungsu bernama Husein. Sementara yang puteri bernama
13 Kanzul Ummul, hal. 9905 14 ibid 15 ibid 16 ibid
20
Zainab. Mereka adalah cucu-cucu Rasul, dan beliau pula yang memberikan nama
untuk mereka. Sekian banyak sejarahwan sempat merekam lrnbungan mesra
Rasulullah SAW dengan Ahlul Bait, khususnya dengan kedua cucu laki-lakinya ,
Hasan dan Husein r.a.kasih dan einta yang dicurahkan beliau kepada Ahlull Bait,
bukan hanya didasari oleh Human Ins/inc beliau semata melainkan jelas~jelas ada
campur tangan titah llahi yang mutlak harus dipatuhi. Sungguh sangat fantastis !
kekuatan cinta kasih beliau kepada Ahlul Bait, dilandasi oleh kobborasi dua unsure ,
Human Instinc - sifat basyariah, dan perintah Dzat pencipta Arsy. Sebuah perpaduan
eksoktik yang menghasilkan gelembung-gelembung cinta kasih sempurna. Beberapa
hadits yang tertera dibawah ini kiranya diharapkan mewakili sekian banyak hadits
yang memuat kemesraan beliau dengan Ahlul Bait :
a. "Imam Turmudzi meriwayatkan dari Usamah bin Zed. Dia berkata : "suatu
hari saya melihat Rasulullah SAW duduk memangku Al Hasan dan Al
Husein. Lalu beliau berkata :
ul.~:<..J-"2 . .ililJY"....> Jt.2 :Jt.2 1 ''<1 ic .ilil~....> ~j ~ ~Lu,j we
. l -0g .''J c).-0 y.J 3 Log,, ... ] ~) ~I .~~I .J (,?~ I
17 ( (,? ~ _,.,, yll o I .J....>)
17 Bukhari, Shahih (Beirut : Dami Fikr, 1414 HI 199 I M), ha! 31, Juz. 5
21
" Kedua anak ini adalah anak-anakku dan anak-anak Fa1himah, Ya Allah, aku
mencintai kedua anak ini. maka cintailah keduanya dan cintailah juga orang
yang mencintai mereka berdua."
b. Abu Nu'aim dalam kitabnya Al Hilyah meriwayatkan sebuah hadits dari
Abubakar As Siddiq r.a. Abubakar berkata : "Pada suatu hari ketika
Rasulullah SAW tengah mengimami shalat Jama' ah ti:ba-tiba datanglah Al
Hasan r.a. disaat Rasulullah SAW sedang sujud Al Hasan kecil menaiki
punggung beliau, kemudian turun dan naik lagi kealas tengkuk beliau .
perlahan-lahan beliau mengangkat Al Hasan. Seusai shalat para sahabat
bertanya : " Ya Rasululiah, anda memperlakukan anak itu tidak seperti
perlakua yang anda berikan kepada siapapun juga". Maka beliau pun
menjawab:
I~ ul :(..)-Q • .&IJ_,.,.., .J Jlj :J\j .we .&I ~ .J ~ ..r.l UC.
~ Lr.H .&I~ 01 -,;;!'" .... -'~I~ ~I uJ.J ~ h:i)
18(~1y,.b_, ~1 ol_,.J).0J"l..,JI lJ.'>
"Anak ini adalah Rayhanahku. Anakku ini adalah sayyid. Semoga dengan
keberadaanya Allah akan mendamaikan dua golongan kaum muslimin yang
tengah bertikai."
18 ibid hal 32
22
c. Imam Ahmad Bin Hanbal, Imam Turmudzi, dim Imam Thabrany
meriwayatkan sebual1 hasdits dari Umar , Jabir, Abu Hurairoh, Ibnu Ady,
Amamah bin Zeid berasal dari Abdullah Bin Mas'ud r.a. : " Bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda :
~I :~ . .&I Jy.u-> J~ :J~ <l..lc~J ..1~ ().:I uc
19( ~1 ol3->).' "s ;.,_p.;.. ~~~13 ~I ~1 '-:-1\.~ I~ UJ'"'ll3
" Al Hasan dan Al Husein adalah dua orang pemuda penghuni sorga. Namun
ayah kedua anak ini lebih mulia."
d. Dalam kitab Fadhlu Ahlul Bait wa Huququhum karya Ibnu Taimiyah
disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Abu Hurairah
menceritakan kesaksiannya sendiri : "pada suatu hari sekembalinya bersama
Rasulullah SAW dari pasar Bani Qainuqa' beliau langsung menuju rumah
Fathimah r.a. beliau berkata : Apakah Laka ada ? , Apakah Laka ada disini ?
yang dimaksud Laka ialah Al Hasan r.a. kami berdua mengira AI Hasan
sedang dimandikan oleh ibundanya. Tiba-tiba Al Hasan datang, Rasulullah
SAW ptm langsung memeluknya seraya berkata : " Ya Allah aku
mencintainya, maka cintilah dia, dan cintai pula orang yang mencintainya."20
e. Abu I-Iurairah berkata : "Bahwa ia melihat sendiri Al Hasan r.a. masuk
kedalan1 kamar Rasulullah SAW lalu membelai-belai janggut dengan
19 ibid
23
jemarinya. Beliau merangkul anak itu, memasukkan lidahnya kemulut anak
itu seraya berkata: Ya Allah aku mencintainya maka cintailah ia.21
Hadits-hadits diatas adalah sebagian kecil dari sekian banyak hadits yang
menceritakan tentang kemesraan dan romantisme, yang te~jalin antara Rasulullah
SAW dengan Ahlul Baitnya, mengilustrasikan kemesraan yang tak terbatas. Dan
mengembalikan imajinasi serta ingatan pada era Nabi. Lunsinan perawai telal1
mengemukakan hadits-hadits keutamaan Ahlul Bait. Dibeberapa kitab rujukan Ahlus
Sunnah, seperti kitab Sahih Bukhary, Sal1ih Musllim, Kru1zul Ummal, Musnad
Ahmad bin Hanbal, An Nasa'iy, At Turmudzy, dan setumpuk kitab-kitab lain, hadits-
hadits semacam itu sangat banyak terpampang hampir disetiap sudut kitab. Saking
banyaknya, hingga bisa dikatakan, hadits-hadits yang membicarakan tentang Ahlul
Bait ini melebihi hadits-hadits yang menerangkan masalah lain.
C. KEUT AMAAN AHL UL BAIT
Madzab Ahlus Sunnal1 adalah madzab dengan pemeluk terbanyak di dunia.
Dalam pandangannya terhadap Ahlul Bait, Madzab ini tidak berbeda jauh dengan
madzab Syi 'ah yang meletakan konsep keimamahru1 - meyakini haJJya Ahlul Bait
saja yang berhak menggantikan posisi Khalifah setelah Nabi, sebagai konsep
ushuluddin (Aqidah). Sementara pandangan madzab Ahlus Smmah yang berkiblat
pada Imam Abu! HasaJJ Al Asy'ari lebih menitik beratkaJJ demokratisme ushuluddin
20 lbnu Taimiyah,Fadlt/11/ Ah/11/ Bait Wa H11q11q11lmm, 2l ibid
24
terhadap Ahlul Bait.pada akhirnya, demokratisasi tarekat melahirkan beberapa
pandangan yang tidak searah dengan induknya sendiri, yaitu paham Al Asy'ari.
Sebuah pandangan mengatakan setiap nasab berasal dari bapaknya bukan dari
ibunya. Rasulullah Saw tidak memiliki ketunman karena nasab Al Hasan dan Al
Husein menyambung pada anak perempuan Rasulullah SAW, yakni Fathimah Az
Zahra. Sebenarnya pandangan ini sudah bisa mencapai titik kebenaran seandainya
saja tidak ada nas!1-nash Rasulullah SAW yang berbunyi :
a. Abdul Khair dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari Al Abbas paman
Nabi : suatu hari Ali Bin Abi Thalib r.a. datang menghadap Rasulullah SA \V
dan ditempat itu hadir Al Abbas. Setelah Rasulullah SAW menjawab salan1
Ali Bin Abi Thalib, beliau berdiri lain merangk11l Ali dan mencium
keningnya. Kemndian beliau mempersilahkan Ali dnduk disebelah kanannya.
Al Abbas bertanya :
~ ~ ~ JS ~->j ~ J:., _,Jc .i.tluJ -ilA~ ~l ..t1 . .i.t1 _,
(r-Sl::.. o\ J.J). \~,.,\,a.} ~_)j ~ J
"Ya Rasulullah apakah anda mencintai dia? Beliau plm menjawab : "Demi
Allah, Allah lebih mencintai dia dari pada aku. Allah azza Wa Jalla
menjadikan keturunan Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah
menjadikan keturunarmya dari tulang sulbi orang ini."
25
b. At Thabrany meriwayatkan sebuah hadits dari Fathimah Az Zahra r.a.
bahwasanya Rasulullah Saw berkala :
"Semua anak yang dilahirkan ibunya bemasab pada ayahnya kecuali anak
Fathimah. Akulah Wali mereka, Akulah nasab mereka, dan Akulah ayah mereka."
Diceritakan, bahwa pada suatu kesempatan Khalifah Ha.run Al Rasyid pemah
bertanya pada Imam Musa Al Kadzhim bin Jafar As Shadiq, salah seorang cicit
Rasulullah Saw. Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa kalian adalah anak cucu
Rasulullah SAW sementara kalian adalah cucu Ali ? Sesungguhnya, seorang anak
bernasah pada kakek dari ayahnya bukan kakek ibunya. Imam Musa Al Kadzhim pun
menjawab :
"A udzubillahi ... dst. Bismillahirahmanirrahim Dan dari keturunan Daud, Sulaiman,
Ayyub, Yusuf, A1usa, dan Harun. Kepada mereka kami berikan ganjaran yang baik
22 Ahmad Muhammad bin Ali bin Jbn Hajar Al Haitsamy, Al Fatawa Al Haditsiyalt, (Beirut : Lubnan, Dar El lhya At Turaz Al Ghazaly, 1419 H) cet. Ke-I, ha!. 224
26
Begitu pula pada keturunan Zakariya, Yahya, Isa, Isa, dan IZvas.(selanjutnya Imam
Musa Al Kadzhim berlanya pada Harun Al Rasyid) bukankah Nabi Isa tidak memiliki
ayah ? itu adalah fakta, bahwa seorang Nabi bernasab pada Ibunya.
Begitu pula dengan kami. Nasab keturunan Nabi SAW melalui jalur ibunda karni
Fathirnah. "23
Mayoritas pandangan madzab Ahlus Sunnah lebih cenderw1g memihak pada
keabsahan nash-nash Ahlul Bait, begitupula pandangan madzab Syi'ah yang secara
absolut menyatakan dukungannya terhadap nash-nash diatas, yang berarti
keberpihakan dua madzab terbesar di .dunia pada Ahlul Bait begitu mendominasi di
kalangan kaum Muslimin dan telah mencukupi syarat dijadikan sebagai acuan serta
bahan rujukan.
Seperli yang telah dikemukakan pada halan1an sebelurnnya Ahlul Bait adalah
keluarga Rasulullah SAW yang mendapatkan keistimewaan dan keutamaan dari
Allah SWT. Keistimewaan dan keutamaan yang mereka peroleh tidak bisa dibilang
sedikit, mungkin seperti guyuran hujan yang menbasahi sudut·sudut setiap hal yang
berkaitan dengan mereka. Selain nash-nash komplit, fakta kongkrit tentang
keutamaan mereka juga telah menjadi bukti selama ini. Dibawah ini dicanturnkan
beberapa keistimewaan dan keutamaan mereka. Baik secara global maupun personal,
menurut nash atau bukti-bukti nyata :
l .Ahlul Bait Ma'shum (tidak merniliki dosa).
23 Ibnu Hajar ,As Sltawa'iqul Multriqalt, (Cairo: Maktabah Al Qahirah), h. 201
27
Nash : Allah SWT berfirman :
.I~ rS~3 ~\ JA,l ~_)I~ <~~illl-l:IY-WJ
( ii: yly..)t1)
"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai
Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-besihnya." (Q.S. As Ahzab :33)
1. seluruh kaum Muslimin wajib mencintai Ahlul Baiit
Nash:
a. Allah Berfirrnan :
"Katakanlah wahai Muhammad : Aku tidak rneminta upah atasnya
dakwahku, kecuali mengasihi kerabat (kn)." (Q.S, As Syura : 23)
b. At Turrnidzi dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits, bahwa
Rasulullah Saw bersabda :
:L>-"" .illlJ_,...,.,..J Jl.9 :J\..9 1,,e ic:. illl<.,?'.:.::...J 0"4':.LJ.:ll LP
~k:i ill\ y.::...l ~ ~ 3 ~104 ~ rS-, ~Will\ I~
('-§~>"yll _j rSL:.. ol3_)).~l l..§1J! JA,11_9';1.:..13
28
"Cintailah Allah yang dengan nikmat karunia-Nya memberikan kalian
makan. Cintailah aku karena kecintaan kalian kepada Allah SWT. Dan
cintailah Ahlul Bait-ku demi cinta kalian kepadaku.'"24
2. scluruh kaum Muslimin wajib mentaati Ahlul Bail
nash:
(llA:~WI ).~
"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, Taatilah Rasul, dan Ulul
Amri dari kalian." (Q.S. An Nisa : 58)
3. Ahlul Bait adalah pusaka peninggalan Nabi
Nash : diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
24 Muhannad Adrue Abdur Ra'uf AL Marbawy Al Azhary, M11kl1tasar Shal1il1 T11rm11tlzy, Mesir: Mustafa Al Bani Al Halaby, 1359 H/1940M)juz ke-14 25 Muslim,Sltaftilt, (Beirut: Darul Fikr, 1414H/1993 M). hal.451,juz,2
29
"Kutinggalkan kepada kalian dua pusaka: Kitab Al Qur'an dan Ahul Baitku.
Sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah hingga kembali padaku di telaga
haudh."
4. Wajib menyertakan Ahlul Bait dalam setiap Shalawat.
Nash : Sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh AbSa'id Al Khudry menyebutkan
ketika turun Ayat:
~I _,LI fal LJ:llll ~! y ~I ~ 0J~ ~--' .Jil u!
( D \: yl Y,:':JI). \ ,,) · .,-, I __,k 3
"Ses1111gguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya A1uhammad dan ucapkan
salam sejahtera baginya (S. Al Ahzab : 56).
Kemudian kami (para sahabat) bertanya : kami telah mengetahui bagaimana
cara mengucapkan salam kepada anda, lain bagaimanakah cara kami
mengucapkan shalawat anda? Rasulullah SAW menjawab :
"Ucapkanlah, Ya Allah , limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad."
5. Ahlul Bait penyelamat Ummat dari kesesatan
26 Bukhary,Sfla/zifl, (Beirut: Darul Fikr, 1414 H/l993M), hal.!51,juz, 6
30
Nash : Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Ahlul Baitku seperti bahtera Nabi Nuh. Barang siapa yang
menaikinya malca akan selamat, dan barang siapa yang tidak menaikinya maka ia
akan tengelam."
6. Ahlul Bait berhak diperhatikan kaum Muslimin
Nash : Ibnu Hajar dan At Thabrany meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa'id
Al Kudry, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya bagi Allah ada tiga
Hurumat -perkara yang tidak boleh dilanggar. Ba.rang siapa menjaga baik-baik
tiga perkara tersebut niscaya Allah akan me[\jaga urusan dunia akhiratnya. Barang
siapa yang tidak menjaga baik-baik tiga perkara tersebut maka Allah tidak akan
menjaga apapun urusannya. Tiga Hw·umat itu adalah : Hurumatul 11'/am
(Kewajiban terhadap agama Islam), Hurumat-ku (Kewajiban terhadap Rasulullah
SAW), dan Hurumat rahim-ku (Kewajiban terhadap Ahlul Bait Beliau)."
7. Ahlul Bait berhak mendapatkan Ghanimah dan KI111111v1s
Nash:
Allah berfirman :
27 Ibid
31
"Ketahuilah, sestmgguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,
kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil." (Q.S. Al
Anfal: 41)
8. Ahlnl Bait bernasabkan langsung pada Nabiynllah Ibrahim a.s.
Multammad SAW, bin Abdillah bin Abdul Muthalib, bin Hasyim bin Abdi Manaf
bin Qusay bin Ki/ab bin A!urrah, bin Ka 'ah bin Lu 'ay bin Ghalih bin Fhir bin
Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin
A!udhar bin Nizar bin Ala 'ad bin Adnan (dari bani Ismail bin Ibrahim a.s.). 28
9. Nasab Ahlul Bait tidak akan terputus sampai akhir zaman baik secara
vertikal ke atas maupun vertikal ke bawah
Nash : Al Hakim meriwayatkan sebnah Hadits yang berasal dari Musawwar bin
Makhramah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :
28 Al Allamah Zainal Abidin Al Alawy, Al Ajwibafl Al Gltaliyafl Fi Aqidafl Firqa11 All Najiyafl, (Jakmta: Studia Press, 1999) cet-l, hal 13 29 Muslim, Sl1altifl,(Beirut: Dar El Fikr, 1414 H/1993 M)juz ke-2, hal.446
32
"Sesungguhnya semua nasab akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab, sabab
dan menantuku."
D. ALA WIYYIN
Seiring dengan berlalunya waktu, populasi Ahlul Bait pun semakin
berkembang pesat. Keturunan mereka menyebar hampir di setiap sudut bumi, baik itu
ketur;;nan mereka berasal dari Al Hasan maupun Al Husein. Setelah berlulunya
peristiwa Karbala yang menggemparkan itu, sempat muncul asumsi, bahwa semua
keluarga Ahlul Bait telal1 dibantai habis pada peristiwa tersebut, hingga tak tersisa
satupun. Namun anggapan itu terkikis dengan sendirinya manakala sejaral1 sempat
merekam bahwa Ali Zainal Abidin salah satu putra Al Husein atau yang lebih dikenal
dengan julukan Ali As Sajjad, terbukti selamat dari pembantaian, ia masih hidup, dan
terns melanjutkan sisa hidupnya hanya untuk ibadal1 kepada Al lab SWT.
Memang, sewaktu insiden itu terjadi, seluruh keluarga Ahlul Bait ikut serta ke
medan karbala, namun saat itu kondisi Ali Zainal Abidin As Sujjud sedang sakit, usia
beliau pun barn menginjak sembilan talmn. Beliau tergeletak lemah didalam kemal1
bersama Zainab, bibiknya, juga para wanita keluarga Nabi.
Ali Zainal Abidin As Aujjud sempat diarak bersama para wanita keluarga nabi
dan kepala ayallandanya, Al Husein, yang diletakkan diatas tombak. Nabi ditangkap
sebagai tawanan perang, mereka berjalan terseokOseok mula\ dari Karbala hingga
Damaskus, dimana istana Yazid bin Mu'awiyah berada. Tadinya Yazid ingin
memenggal kepala Ali Zainal Abidin As Sujjud, beruntung niat Khalifall durjana itu
33
dapat dicegah Zainab, hingga keponakannya terhindar dari kematian seperti ayahnya.
Zainab telah ditakdirkan Allah menjadi juru penyelan1at generasi Nabi. Diriwayatkan
dalam menjalani sisa hidupnya Ali Zainal Abidin As Sujjud sempat menikah dan
memiliki lima belas orang anak.
Alawiyyin adalah sekelompok manusia keturunan Ahlul Bait atau keturunan
Rasulullah Saw. Mereka juga memiliki keutamaan dan keistimewaan dalam segi
derajat dan keturunan meski tidak sama persis dengan para Ahl.ul Bait. Di Indonesia,
keturunan mereka dikenal dengan sebutan Al;iwiyyin-Bani Alawi. Kata Alwaliyyin
berasal dari kata Awali yang diambil dari nama datuk sesepuh mereka yakni Alwi
putra Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa An Nagib bin Bagir bin Ali Zainal
Abidin As Sujjud r.a. Ahmad Al Muhajir disebut-sebut sebagai nenek rnoyang
dimulainya generasi Bani Alawiyyin, beliau berputra empat orang yakni Ali, Husein,
Muhammad, dan Ubaidillah. Kemudian dari Ubaidillal1 Ahmad Al Muhajir
rnemperoleh tiga orang cucu yakni Alwi, Jadid, dan Isma'il. Dipenghujung abad ke 6
Hijriah Isma'il dan Jadid punah dalam sejarah, sementara kerturunan Alwi eksis
lestari hingga saat ini. 30
Ahli sejarall Yaman, Muhammad bamuthir mengatakan bahwa Alawiyyin
atau kabilah Ba'alawi dianggap kabilah yang terbesar jumlahnya di hadhramaut
Y aman, dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Perkembangan
'0 Sayyid Umar Muhdar Syahab, Tu111u11a11 Ta11ggung Jawab Terliadap Ahlul Bait dan Kafa'ali,
(Jakarta: Yayasan Nusantara, 1419 H/1999 M) ha!. 31
34
selanjutnya, sebutan untuk para keturunan Ahlul Bait diwamai oleh bermacam nama
seperti Sayyid, Syarif, atau Habib.
I. ALA WIYYIN DALAM WA CANA
Pada Masa-Masa Perkembangan Islam yaitu sekitar awal abad ke 3 Hijriah.
Sebagian besar keturunan Ahlul Bait mengungsi dari Bas11fa, Iraq menuju
Hadhramaut, untuk melanjutkan dakwah dan mengejar di negeri tersebut. Kepindahan
mereka dari Bashra ke Madhramaut bukan lain karena disebabkan oleh kebengisan
Bani Abbasiyah pada rakyat, khususnya pada seluruh keturunan Ahlul Bait.
Kekejaman politik seperti penjara, penyiksaan, atau pembunuhan kerap dilakukan
rezim Abbasiyah terhadap para keturunan Nabi, yang hanya dilandasi oleh kecurigaan
yang tidak beralasa. Penguasa Abbasiyah berasun1si, para keluarga Nabi berniat
mengkudeta pemerintahnya. Padahal, anggapan itu tidak. benar sama sekali.
Kesyahidan datuk-datuk mereka, seperti Al Hasan, akibat penghianatan istrinya, atau
AL Husein, dimedan Karbala, akibat penghianatan pendnduk Iraq, telah menjadi
pelajaran berharga, bahwa politik, kepemimpinan, dan pendu:duk Iraq adalah racun
jahat bagi mereka. Bani Abbasiyah yang saat itu meajadi penguasa semenajung Arab
bertindak diktatorisme dalam menjalankan roda kepernerintahan, sehingga
menimbulkan rasa ketidakpuasan rakyat. Akibat dari kediktatoran rezim Abbasiyah,
banyak rakyat memutuskan untuk mengungsi, menjahui Iraq kemudian menetap di
Hadhramaut, bersama-sama dengan keturunan Ahlul Bait.31
31 Jdrus Alwi, Sekilas Tentang Kaum Alawiyyin, (Jakm1a : 2000) hal. 78
35
Kiprah para keturunan Ahlul Bait dalam menyebarkan ajaran Islam dan
berdakwah dimasa itu sungguh tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka jalani
hidup sebagaimana datuk-datuknya, para Ahlul Bait. Hidup Wara'zuhud dengan
warisan lautan ilmu yang mereka miliki dari datuk-datuk mereka, dan kemudian
mereka sebarkan dan tauladani para orang-orang. Dalam buku Riyyadul Jannah karya
Al Allamah Yusuf An Nabhany menyebutkan : "Sepanjang masa, umat Muhammad
di semua negeri mengakui, bahwa Bani Alawiyyin sebagai AhluL Bait nubuwwah
yang sah, baik ditilik dari segi keturunan, maupun kekerabatan. Mereka itu adalah
orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuaannya, paling banyak keutamaannya,
dan paling bagus budi pekertinya." 32
Seperti yang telah penulis kemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa
Alawiyyin adalah komunitas keturunan keluarga Rasulullah SAW, meski mereka
bukan termasuk dalam Ahlul Bait, akan tetapi mereka juga memiliki keutamaan dan
keistimewaan. Dalam kitab Jala 'ul Afham karya Ibnu Qasyyim mengatakan : "Bal1wa
ada 4 macam penafsiran mengenai Keluarga Rasulullah SAW: Penafsiran pertama,
dibagi menjadi tiga bagian. Y aitu :
A. Keluarga Muhrumnad adalah keturunan Bani Hasyim dan keturunan Bill1i
Muthallib. Ini adala pendapat Imam Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hanbal.
B. Keluarga Muhan1mad adalah khusus keturunan Bani Hasyim. Ini adalah pendapat
Imam Abu Hanifah.
32 ldrus Alwi, Sekilas Tentang Keutamaan Alawiyyin, (Jakarta :2000), ha!. 9
36
C. Keluarga Muhammad adalah semua orang yang bersisilah Bani Hasyim keatas
dan Bani Hasyim Kebawah hingga anak cucu Ghalib. Ini adalah pendapat
Asyhab, sahabat Imam Malik.
Penafsiran kedua mengatakan, bahwa keluarga Muhammad adalah keturunan
Rasulullah SAW khususnya pada istri beliau. lni pendapat Abdul Barr di dalam
hukunya At Tahmid bedasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik
yang berasal dari Nu'aim Al Mt\jmar, bahwa Rusulullah Saw sering berdo'a:
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad kepada keluarga Muhammad,
para Istri, dan para keturunannya."
Para pendukung penafsiran kedua ini mengatakan, bahwa do' a Rasul;ullah Saw
tersebut sebagai penafsiran keluarga li!uhammad, yang berarti para istri dan anak
cucu Rasulullah SAW. Selanjutnya mereka mengataka, jika seseorang bertemu istri
Rasulullah SAW, atau bertemu dengan salah seorang anak cucu beliau, maka ia boleh
mengucapkan :
"Allah melimpahkan kepada anda."
Dan bila ia tidak bertemu secara langsung. Malca ia boleh mengucapkan :
37
"Allah melimpahkan shalawat kepadanya."
Mereka melanjutkan, ucapan demikian tidak boleh ditunjukan kepada orang
lain selain istri-istri Rasulullah SAW dan anak cucu keturunan beliau.
Penafsiran ketiga mengatakan, bahwa keluarga Muhmnmad adalah semua
mengikuti Nabi Muhammad SAW. Ini adalah pendapat Abdul Barr. Pendapat ini
hanya didukung oleh segelintir orang saja, salah satunya adalah Syekh Muhyiddin An
Nawawi dalam kitab Syarah Muslim nya.
Penafsiran keempat mengatakan, keluarga Muhammad Adalah semua orang
yang bertaqwa. Ini adalah pendapat Al Qadhi Hisam.33
Bagaimana datuk-datuk mereka, Alawiyyin juga diharamkan memakan harta
zakat dan shadaqal1. Karena Allah S WT telah menggantikaru1ya dengan Ghanimah
dan Khumus. Allah SWT berfirman :
(.Sil _J J _,..., Y1 _J A "'.,,:.. Ju u~ ~ LJ-a ~ iC. WI I yak\ _J
( £ ':Jlii~l).J.H..JI U-:13 ~L..JI ~13 ~.).\\
"Ketahuilah, bahwa apa saja yang kamu peroleh sebagai rampasan Ghamimah, maka
sesunggnhnya seperlimanya untuk Allah , Rasul, Kerabat Rasul, Anak-anak Y atim,
orang-orang miskin dan para Musafir." (Q.S. Al Anfal :41)
Dalam kitab tafsir Fath AL Ghadir dan lbnu Katsir, disebutkan pendapat yang
mengatakan, bahwa Khumus adalah untuk Allali, Rasul, Kernbat Rasul, anak-anak
33 K.H. Abdullah bin Nub, (Semarang: Toha Putra, 1989) hal. 42
38
Yatim, orang-orang Miskin, serta para musafir. Sementara dalam kitab Majma' Al
Bayan disebutkan, Bahwa Khumus adalah hak keluarga Rasulullah SAW, Yaitu :
anak-anak Yatim keluarga beliau, orang-orang miskin dari keluarga beliau, dan para
musafir dari kalangan mereka.
At Thabary menerangkan dalam kitabtafsimya, bahwa Ali Zainal Abidin As
Sajjad pernah berkata : "Sesungguhnya Khumus adalah hak kami. Adapun yang
dimaksud kata anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan para musafir dari kalangan
kami. Hal itu dikamakan mereka telah diharanlkan menerima shadaqah yang
merupakan kotoran manusia. Maka sebagai solusi, Allah SWT menggantikannya
dengan Khumus.
Al Allanmh Al Mufti Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, seorang
Ulama besar dan Mufti resmi kerajaan Saudi Arabia dario kalangan madzab
Wah/zaby memberikan komentamya tentang keturunan Rasuh1llah SAW : "Orang
orang seperti mereka itu terdapat diberbagai tampat dan negara. Mereka terkenal juga
dengan gelar Syarif. sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli, mereka itu berasal
dari keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW, diantara mereka ada yang silsilahnya
berasal dari Al Hasan; ada pula yang berasal dari Al Huse:in; Ada yang dikenal
dengan gelar Sayyid; ada pula dikenal dengan gelar syarif. ltu merupakan kenyataan
yang diketahui umum di Y aman dan di negeri-negeri lain. Sesunggulmya mereka itu
wajib bertaqwa pada Allah dan harus menjaga diri dari segala hal yang diharanlkan
Allah. Semestinya mereka itu harus mejadi orang-orang yang paling menjahui segala
macam keburukan. Kemuliaan silsilah mereka wajib di hor:mati dan tidak boleh
39
disalah gunakan oleh orang-orang yang bersangkutan. Jika mereka diberi sesuatu dari
baitul ma!, maka itu adalah karunia yang diberikan Allah kepada mereka atau
pemberian lain berlabel yang bukan zakat, tidak salah bila mereka mau menerimanya.
Akan tetapi kalau silsilah yang mulia itu disalahgunakan, lalu ia beranggapan bahwa
orang yang memiliki silsilah itu dapat mewajibkan orang lain untuk memberi ini atau
itu, sungguh perbuatan yang sangat tidak patut. Keturunan Rasulullah SAW adalah
keturunan yang palir:g mulia dan Bani Hastim adalah suku yang paling mulia diantara
orang Arab. Karenanya tidak patut kalau mereka melakukan sesuatu yang
mencemarkan kemuliaan martabat mereka sendiri., baik berupa perbuatan, ucapan
ataupun perilaku yang rendah. Adapun soal menghormat.i mereka, mengakui
keutamaan mereka, dan memberikan kepada mereka apa ya11g telah menjadi hak
mereka, atau memberi maaf atas kesalahan mereka terhadap orang lain, serta tidak
mempersoalkan kekeliruan mereka yang tidak menyentuh soal agama, semua itu
adalah kebijakan. Dalam hadits, Rasulullah SAW berulangkali mewanti-wanti :
(.j.Q • .Ji I J_,.,..., .J J\.§ : Jt.9 <Uc .Ji I (,?""'~ .J ~ ~\fa. ~ uc
(<,.;-.J~\ol3.J).x1 .. ·<.,,~~ ~\ ~ !>fi ~
"Kalian kuingatkan kepada Allah dan Ahlul Baitku ... Kalian kuingatkan kepada
Allah dan Ahlul Baitku."
Maka berbuat baik terhadap mereka, memaafkan kekeliruan mereka yang
bersifat pribadi, menghargai mereka sesuai dengan derajatnya, dan membantu mereka
40
pada saat yang dibutuhkan, semua itu merupakan perbuatan baik dan kebijakan
kepada mereka .. "34
Demikian fatwa Al Allamah Syekh Abdul Aziz bib Baz, seorang Ulama
bermadzab Wahhabi yang sangat berpengaruh di negara Saudi Arabia. Fatwanya
tentang kedudukan para keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW ditengah-tengah
masyarakat dapat dijadikan perhatian bagi seluruh kaum Muslimin didunia,
bagaimana cara bersikap kepada keturunan Rasulullah SAW.
2. KlPRAH ALA WIYYIN DI INDONESIA
Saat ini, kita mendapati 180 juta jiwa pemeluk Is.lam tersebar diseluruh
Indonesia. Yang berarti 75% dari seluruh penduduk Indonesia yang be~jumlah 260
juta jiwa adalah pemeluk Islam. Bahkan, pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah
pemeluk Islam di indonesia mencapai 98% sungguh jumlah yang sangat fantastis
untuk sebuah negara berideologi sekuler dan liberal. 35 Meski Indonesia terdiri dari
beragam suku, agama, dan bahasa yang berbeda-beda, namun keutuhan bangsa tetap
terjaga. Masyarakat Indonesia hidup dalam suasana tenteram dan damai, seolah tidak
ingin terusik persoalan SARA yang akan mengakibatkan perpecahan dan disentegrasi
bangsa.
Mengamati kenyataan diatas, terbesit dalam pikiran, bahwa terwujudnya
keutuhan bangsa selama berabad-abad dalam sebuah negara ber-bhineka adalah
dihasilkan oleh upaya dan ke1ja keras; didapat dari jerih payah serta kucuran keringat
34 Majalah, Al Madi11all, no. 5692, 24 Oktober 1982 35 dari berbagai sumber
4!
dan harta yang tidak sedikit. Lain, timbul pertanyaan, atas jerih payah siapakah semua
itu tenvujud ? Dalam berbagai literatur yang menguak awal masuknya Islam ke
Indonesia, disebutkan, bahwa yang membawa ajaran Islam ke Indonesia adalah
golongan Alawiyyin. L.W.C. Van den Berg dalam bukunya Le Handramaut et les
Arab en India, mengatakan :
"'Adapun hasil yang nyata dalam penyiaran agama Islam adalah dari orang-orang
Sayyid Syarif. Dengan perantara mereka, agama Islan1 tersiar diantara raja-raja Hindu
di Jawa dan Jain-lainnya. Walaupun ada juga suku-suku Arab Hadhramaut Jain, tapi
mereka ini tidak meninggalkan bekas apa-apa, katanya. "Hal ini disebabkan bahwa
mereka itu ad al ah kcturunan manusia pembawa Islam (Nabi Muhammad SA W)."36
Dr. Nagib Saliby dalam bukunya Ethnological Studies in P,,foro Histmy. Law
And Relegion, menceritakan tentang penyiar agama Islam dikepulauan Filipina,
"Bahwa penyiar agama Islam itu adalah keturunan Alwi bin Muhammad bin Ali bin
Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdillah bin Ahmad bin Isa Al Muhajir. Mereka
ini datang dari Hadhramaut melalui India. Adapun penyiar agama Islam di Campa,
semenajtmg Melayu, Sumatra, dan Jawa, datang jauh lebih <lulu. Dalam sejarah Jawa
mereka ini dikenal dengan nama Sunan Awliya' atau Syarif Awliya' ."37
Pada tajuk dihalaman sebelumnya (Alawiyyin dan Wacana ) penulis telah
menguraikan tentang imigrasi besar-besaran yang dilakukan para keturunan
Rasulullal1 SAW dari Bashra (Iraq), menuju daerah atau wilayah yang menurut
36 ldrus Alwi, Seki/as Te11ta11g Ka11111 Alawiyyi11, (Jakarta : 2000), hal 79 37 Dr. Nageeb Saliby,
42
mereka lebih aman, seperti Hadhramaut, India, Sila (Sulawesi), Moro, (Filipina), atau
Tiongkok (Mongol). Hal itu disebabkan oleh intimidasi dan kekejan1an pemerintah
Bani Abbasiyah pada keturunan Nabi kerapkali diwujudkan dalam bentuk
pemenggalan, penyiksaan, dan meracuni mereka hingga mati. Bahkan jauh sebelum
Bani Abbasiyah berkuasa, yaitn saat kali pertama tampnk kekalifahan dipegang oleh
Bani Umayyah, para keturunan Nabi mendapat perlakuan tak jauh berbeda dengan
apa yang dialami pada era Abbasiyah.
Mengungsi ! Hanya kalimat itulah yang terlintas dalam pikiran para keturunan
Nabi. Sebuah tindakan untuk mengobati beban penderitaan yang telah mereka alami
setelah sekian lama melepas kepenatan hati akibat perlakuan Bani Umayyah dan
Abbasiyal1 yang selan1a ini mendera mereka secara turun temnrun. Pada akhirnya,
mengungsilah para keturunan Nabi beserta pengikut-pengikutnya ke beberapa daerah
dikawasan Hadhramaut seperti Sewoon, Tarim, Aden, Inat, Syibam, Al Ghorfah, As
Suweiry, atan Tm·ibah. Penduduk wilayah-wilayah tersebut menerima kedatm1gan
pengungsi dengan tangan terbuka. Para keturunan Nabi hidup didaerah baru hingga
turun-temurun, melahirkan generasi demi generasi, menjadi sebuah komunitas
terbesar di Hadhraniaut, mengalahkan komunitas lain. Terbagi menjadi Qabilali
qabilah, snku-snku besar dan kecil. Qabilah-qabilah terbesar diantaranya :
1. Abu Futeim 6. Al Habsyi 11. Al Kaff 16. Ba'agi
2. Al Attas 7. Al Haddad 12. Al Muhdar 17. Bafagih
3. Alaydrus 8. Al Haddar 13. Al Madehij 18. Bin Jidm1
r ~
Bahar
Barr
9. Al Hamid
I 0. Allufri
43
14. Al Maulakhela 19. Bin Smith
15. Al Saggaf 20. Bin Syekh Abubakar
Sumber diambil dari kitab: AL Mu'jam Al Latif Lil Asbab Wal Aqab Fi Nasab As
Syarif: Sayyid A1uhamad Ahmad Asy Syatiri.
Anggapan para anak cncu Nabi bahwa daerah-daerah tnjuan pengungs1an
adalah tempat imigrasi sementara yang cukup aman ketimbang Iraq, Makkah,
Madinah, Syam, Damaskus, atau daerah lainnya di jazirah Arab, ternyata tidak
meleset. Diberbagai daerah itu, mereka dapat lebih leluasa menjalani kegiatan ritual
maupun sosial, merasa lebih tenang tanpa intimidasi, juga tanpa ketakutan dibuntuti
untuk dibunuh. Dari sekian banyak wilayah tujuan untuk mengungsi, hanya
Hadhramaut dm1 Tiongkok yang mengalami sedikit rnasalali. Keberadaan keturunm1
Nabi dan para pengikutnya di Hadhramaut, rupanya telali terciurn oleh orang-orang
yang ditugasi menjadi mata-mata oleh rezim penguasa. Meski tindakan penguasa Iraq
tidalc separali dan sebrutal sewaktu berada di Iraq, tapi kehidupm1 para keturunan
Nabi di Hadhramaut kembali terusik. Setiap kegiatan yang dilakukan para keturunan
Nabi selalu diintai dan dirnata-matai. Ritinitas relijius seperti beribadah dan mengejar
pun otomatis menjadi terganggu. Sementara di Tiongkok, pm·a imigran anak susu
Nabi dan kaurn Muslimin lainnya mengalami perlakuan kesenjangan sosial dari
Kubilai Khan, Raja Tiongkok.
BAB III
EKSISTENSI KAFA 'AH MER UP AKAN UP A YA MENJAGA KEMULIAAN
DZAT AHLULBAIT
A. DEFJNISI KAFA'AH
Secara harafiah, Kaja 'ah atau Kufi1' adalah sebuah kalimat yang diambil dari
bahasa Arab. Bila diartikan kedalam bahasa Indonesia, Kafa'ah atau Kufu' memiliki
arti , persamaan, sepadan, atau sejodoh, yang hampir keseluruhan kamus Arab -
Indonesia mengartikan sama.
( l),_ \jS) jamaknya ( \,_ \jS ),kalimat ini sesuai dengan apa yang oleh Prof.
Mahmud Yunus dalam kamusnya "Kamus Arab - Indonesia". Dalam kamus Al
Munjid, tertera kalimat yang sama dengan .IJ'arah:
"Keadaau sesuatu sama dengau lainnya."
Untuk mencapai gambarau yang lebih kongkrit kalimat tersebut disandingkau
dengan kalimat lain yang memiliki signifikasi makna, yaitu >-\jS adalah bentuk
masdar >- \jS ; y_,...,.,... persamaan.
Demikian halnya kita dapatkan pengertian serupa dalam kitab Subulus salam ,
searti dengau l) __,L.....J\: ;JJiL.JI yaitu persamaan atau sepadau.
45
Dalam arti leksikel, kalimat Kafa'ah lazim dipakai dalam ungkapan bahasa
Indonesia. Pada kamus um um bahasa Indonesia (Poerwadaminta) Kufu • berarti
persamaan derajat, tolok, tara, sepadan, dan sebanding.
Menurut difinisi, Kafa'ah bermakna, pernikahan dalam keluarga atau
keturunan Nabi SAW yang sepadan atau sejodoh dalan1 tingkat status sosial maupun
keturunan - silsilah. Ada juga yang mengartikan bahwa selain pernikahan keluarga
atau keturunan Nabi SAW juga dinamakan Kafa'ah atau Kufu'.
A. KAFA' AH DALAM PERSPEKTIF ULAMA
Secara sosial, Islam telah mengajarkan kepada manusia bahwa nilai lebih
seseorang itu bukan terletak pada fisik rupa, harta benda, golongan, ataupun status
sosial. Akan tetapi, Islan1 lebih mengedepankan ilmu, amal, dan taqwa manusia.
Allah SWT berfirman :
"sesungguhnya kami ciptakan kalian sebagai laki-laki dan perempuan dan kami
jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.
Sesungguhnya orang termulia diantara kalian yang berada disisi Allah adalah orang
yang paling bertaqwa." (Q.S.Al Hujurat :13)
46
Ayat diatas menjelaskan, bahwa Allah SWT menilai manusia bukan dari
kemuliaan golongan, keagungan martabat, kecantikan, ataupun ketampanan wajah.
Manusia yang termulia di mata Allah adalah yang paling bertaqw!lo meskipun dia
seorang yang berkasta rendah, menunjukan bahwa Islam adalah aganm yang
mengajarkan kesetaraan derajat pada seluruh manusia dimuka bun1i. Namun, bukan
berarti tidak ada kesenjangan status. Justru kehidupan manusia didunia ini sarat oleh
kesenjangan status yang beragam, keberadaan manusia yang berkelompok-kelompok
dan bersuku-suku telall menelurkan butir-butir perbedaan status dan martabat.
Bahkan pada Nabi-nabi dan Rasul-rasul-Nya sekalipun. Seorang wanita dan seorang
pria misalnya, Allah menyamakan derajat kedua mahkluknya itu. Tetapi , Allal1 juga
membedakan status mereka dalam soal warisan, wanita hanya mendapat setengah
bagian sementara pria mendapat bagian penuh. Juga membedakan dalam soal
keutamaan. Allah SWT berfirman :
( 1 i : ~WI).~ L'""111 .)c t.JJAI _,s J~ _}I
"Laki-laki itu lebih berkuasa dibanding wanita." (Q.S. An Nisa: 34)
Disisi lain, wanita tidak bisa menjadi Imam, baik itu Imam Shalat (kecuali
bila ma'munmya wanita) maupun Imam pemimpin wilayah atau negara. Di antara
butir-butir lain kesenjangan antara manusia adalall :
1. Allah lebih memuliakan Rasulullah SAW dibanding Rasul-N ya yang lain.
2. Allah hanya menumnkan kitab sucinya hanya pada 4 orang Rasuh1ya (tidak pada
seluruhnya).
47
3. Allah menjadikan tmmt Muhammad SAW sebagi umat umat terbaik diantara umat
Rasul-rasul atau Nabi-nabi sebelumnya. Allah SWT berfirrnan :
.µluc U~3 u3yuJI U3.JA~ U"li.l.l LI?-_?.l 4..,,\~ ~
(''. : 01~J1)
"Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh
manusia berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran."
(Q.S. Ali !mran : 110)
4. Allah menjadikan manusia lebih mulia dari pada malaikat dan jin.
5. Allah menjamin kitab suci lain telah mengalami perubahan.
6. Allah SWT hanya mensucikan Ahlul Bait Nabi SAW, tidak mensucikan sahabat,
atau kerabat beliau yang lain.
7. Rasulullah SAW diperbolehkan memiliki istri lebih dari sembilan orang, sementara
tunatnya hanya diperbolehkan 4 orang.
Butir-butir yang tertera di atas menunjukan bahwa kesenjangan yang ada
bukan datang dari hamba-hambanya, bukan tercipta disebabkan karakter buruk
manusia, tapi memang Allah sendiri yang menciptakannya .(taqdir). Kesenjangan
status itu terbukti ada fakta.
Lebih lanjut, keutamaan atau kemuliaan yang diberikan Allah SWT itu
cenderung ada pada setiap sesuatu yang berkaitan dengan Rasulullah SAW. Sebagai
contoh pada salah satu butir yang tertera diatas, bahwa umat Nabi Muhammad itu
48
diciptakan sebaik-baik umat. Seperti kita ketahui jauh sebelum Rasulullah SAW
diutus, telah berlalu umat -umat para Rasul yang lain. Ada umat Nabi Musa yang lari
pontang-panting menyeberangi gurun tandus dan laut merah karena dikejar
balatentara Fir'aun. Ada umat Nabi Nuh yang ditertawakan kaum ingkar karena
membuat peralrn. J uga ada umat Nabi Isa yang sangat setia,tapi mengapa umat
Muhammad yang dipilih sebagai umat terbaik ? ltulah keutamaan, kemuliaan yang
diberikan Allah kepada umat Muhammad SAW. Akankah umat lain tidak suka
melihat keutamaan ini? Allah SWT berfirman:
"Ataukah mereka merasa iri hati terhadap orang-orang yang diberi keutamaan oleh
Allal1 ?" Q.S. A1111isa : 54
Memberikan keutamaan dan kemuliaan pada sesuatu ataupun mencabutnya
adalah hak Allah SWT. Tidak ada manusia yang mampu mencegalmya tidak juga
pada butir-butir kesenjangan diatas. Artinya, Islam tidak menafsirkan eksistensi
kesenjangan itu sendiri apalagi hal-hal yang berhubungan dengan Rasulullah SAW.
Kaja 'ah adalah pernikahan dua orang yang sepadan atau sebanding. Seorang
Muslimah tidak akan menikah dengan seorang pria non mnslim. Allah SWT telah
menetapkan pula ketidakbolehan wanita baik-baik menikah d1mgan pria berandalan.
Allah SWT berfirman:
(1· .:1\) ~I ·\ti-<«":! ·1 :1\ . _)_,... . ~ _) ' c....--:: ~ .Y
49
"Tidak akan menikah seorang pezina kecuali dengan wanita pezina pula."
(Q.S. An Nur : 3)
Kafa'ahjuga berlaku untuk Ahlul Bait Nabi SAW dan para keturunan mereka
- Alawiyyin. Baik itu yang laki-laki (Syarif) maupun perempuan (SyaTifah). Hal itu
disebabkan agar hubungan tali kekerabatan dengan Nabi tidak terputus. Sebagian
orang beranggapan bahwa pernikahan yang sekufu' - sepadan antara Syarif dan
Syarifah adalah adat tradisi Arab. Keharusan menikah zmtara seorang wanita
keturunan Nabi dengan pria yang sama disebabkan oleh faktor Fanatisme kesukuan
yang berlebih-lebihan.
Penerapan Kafa'ah bagi Syara'if (para Syarifah), bukan tradisi atau adat
istiadat, tidak bisa pula dikategorikan sebagai fanatisme yang berlebihan. Karena
Kafa'ah adalah bagian dari syariat pernikahan, Rasulullah SAW sendiri yang telah
mengatur prosesi pernikahan anak cucunya. Justru yang menganggap Kafa'ah sebagai
tradisi fanatisme, atau berupaya untuk menafikan clan menghapus Kafa'ah dalam
syariat Islam, adalah bentuk ketidakhormatan terhadap dzat Rasulullah SAW.
Pernikahan adalah ikatan yang sakral. Seberapa baik ia hingga berani menikali.i anak
cucu keturunan Na bi ? Bagaimana bila ia menyakiti Syarifah ? A tau tidak bisa
membahagiakannya ? Bukankah itu akan menyakiti hati datuk-datuk rnereka ?
Apakah pria seperti itu bisa dibilang baik, tidak mau menikah dengan wanita sekufu'
dengannya. Melainkan ingin menikah dengan Syarifah keturunan Nabi ?
Pertanyaannya, bukan kenapa Syarifah tidak diperbolehkan rnenikah dengan pria
yang tidak sekufu' tapi kenapa pria yang tidak selmfu' ingin menikahi Syarifah ?
50
Tidak adakah wanita yang sekufu' hingga ini harus menikah dengan anak cucu
keturunan Nabi ? Pernikahan Syarifah dengan yang tidak sekufu • bisa berarti tidak
sahnya pernikahan tersebut.
Permasalahan huhun Syari'at sepeninggal Rasulullah SAW tidak berarti
harus tercantum hukum-hukurnnya didalam Al Qur'an, seperti hukum diperbolehkan
atau tidaknya memakan kodok atau kepiting. Hukum Syari' at yang tidak tertera
dalam Al Qur'an, atau tertera tapi tidak jelas makna dan subtan~inya, maka bisa
mengambil hukurn lewat jalur htinbath ataupun Jumhur Ulan1a'-ijtihad Ulama,
contoh lain seperti hukum bayi tabung.
Mengenai Kafa'ah Allah SWT tidak mempertegas secara gamblang hukurn
tersebut. Nrunw1 allah sempat menyiggung permasalahru1 ini dalam sebuah ayat-Nya :
l~l o~ <.JA 4.:;>-1 _,jl _, .... < i"i J "JI 3 .&IJ_,Cµ.>J .J I 3~1y c) p.1 ul5. La_,
(' o :yl y.'"Jll). L,1loc .&l..llc. utS. p.i ~ u l
"Tidak boleh bagi kalian menyakiti Rasulullah, serta tidak boleh pula mengawini para
istrinya setelah beliau wafat selama-lamanya. Sesilllgguhnya perbuatan itu sangat
besar dosanya di mata Allah,'' (Q.S. Al Altzab :35)
Diharamkarmya mengawini para jru1da Rasulullah SAW setelah beliau wafat,
berdampak Allall dan Rasul-Nya murka. Hal itu disebabkan adanya ikatan tali
perkawinan antara Rasulullall SAW dengan istri-istrinya. Apalagi jika sampai
51
mengawini anak cucu Rasulullah SAW, yang jelas-jelas mereka mempunyai ikatan
darah serta nasab dengan beliau.
Bila ayat Allah di atas tidak cukup untuk memberlakukan hukum Kafa'ah,
maka peritiwa penolakan Rasulullah SAW ketika Abubakar r.a. dan Umar r.a. akan
meminang puteri beliau untuk sementara bisa dijadikan penopang landasan hukum.
Dulu, sebelum Rasulullah SAW menikahkan Fathimah dengan Ali beliau pernah
menolak pinangan Abubakar dan Umar pada putrinya, Fathimah Az Zahra. Mengapa
beliau menolak pinangan kedua sahabatnya ? Tidak cukup baikkah kedua sahabat itu
bagi Rasulullah SAW untuk menjadi suami Fathimah ? .
Dalam literatur sejarah Islam maupun barat, kedua sahabat besar itu sangat
banyak jasanya terhadap Islan1, Rasulullah SAW, dan kaum Muslimin. Mereka telah
mengorbankan harta, jiwa, raga, dan keluarganya demi tegaknya syi'ar Islam.
Disamping itu Rasulullah SAW pun menikahi putri kedua sahabatnya itu, yaitu
A'isyah dan Hafshah. Penolakan Rasulullah SAW saat itu karena AHah yang tidak
menghendaki salah satu dari mereka menjadi suami fathimah, sementara titik
penolakan Allah pada pinangan mereka, karena kedua sahabat itu tidak sekufu'
dengan Fathimah. Abubakar r.a. berasal dari golongan Bani Tamim, sementara Umar
r.a. dari golongan Bani Adi. Walaupun keduanya dari bangsa Quraisy, tapi mereka
bukan dari Bani Hasyim.
Kejadian diatas menjadi sebuah contoh untuk. seluruh kaum Muslimin, baik
semasa beliau hidup maupun setelah wafat. Bahwa, seperti itulah Rasulullah SAW
52
melaksanakan prosedur pernikahan dalam keluarganya, hanya pria sekufu'lah yang
berhak menikahi Fathimah.
Perlu ditegaskan sekali lagi, bahwa pribadi Rasulullah SAW adalah pribadi
yang Uswah Hasanah (suri tauladan), lvfakarimah Akhlaq (penyempurna akhlaq), 0
serta Khulg Al Mubin (berakhlaq mulia). Beruntunnya keutamaan dan kemuliaan
yang diberikan Allal1 pada anak cucu beliau, membuatnya merasa tidak enak hati
pada kaum Muslimin. Beliau takut karunia png diberikan Allah pada anak cucunya
akan menimbulkan prasangka buruk di mata kaum Muslimin. Mereka akan mengira
Allah dan Rasul-Nya berbuat nepotisme. Maka timbul kecemburuan sosial pada
keluarga Rasul dan anak keturunanya. Bisa kita perhatikan bagaimana asal usu! ayat :
( i V·o~WI) ~ · ~\ J "\ lA; I. J )\1·41..i • • • • • _) (..>" - ' y c::-: _9J-ll ~ -
"Sampaikanlah apa-apa yag Allah telah turunkan kepadamu." (Q.S. Al Maidalt :67)
Sebelum ayat itu turun, Rasulullah SAW diperintahkan Allah untuk
menyampaikan kepada 124.000 kaum Muslimin sepulangnya dari haji Wada', bahwa
sepeninggal beliau nanti hanya Ali yang berhak menjadi pemimpin. Namun
kelihatannya beliau berat untuk menyampaikan pesan itu karena sebab-sebab tadi.
Setelah Allah menurunkan ayat diatas, barulall beliau menyampaikannya.
C. FATWA ULAMA TENTANG KAFA'AHAHLULBAITDAN
KETURUNANNYA
53
Berkenaan dengan syari'at Kafa'ah beberapa Ulama sempat memberikan
fatwa-fatwanya tentang hukum Kafa'ah Syarif Abdurrahman Muhammad Al
Masyhur melansir fatwa-fatwa para Ulama tersebut dalam kitabnya Bughyah
Mustarsyidin:
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal wanita keturunan mulia-Syarifah itu hak
bagi seluruh walinya, baik yang dekat maupun yang jauh, jika salah seorang dari
mereka tidak rela dikawinkannya Syarifah tadi dengan pria yang tidak sekufu' maka
ia berhak membatalkan. Wanita Syarifah adalah hak Allah, ;;ekiranya seluruh wali
dan Syarifah itu semliri rela menerima laki-laki yang tidak sekufu' maka kerelaan
mereka tidak sah."
Menurut pendapat Imam Syafi'i seorang wanita keturunan Bani Hasyim tidak
boleh dinikahi oleh pria selain keturunan dari mereka. Aku melarang wanita-wanita
dari keturunan mulia (Syarifah) menikah dengan pria yang tidak sekufu' dengannya.
Bila wanita dikawinkan dengan pria yang tidak sekufu' sementara si wanita dan
walinya tidak rela. Maka perkawinannya batal. Selanjutnya beliau berkata pna
Quraisy tidak sekufu' dengan wanita Bani Hasyim dan wanita Bani Muthallib.
Adapun pendapat Imam Hanafi, Jika seseorang wanita menikah dengan
seseorang yang tidak sederajat-sekufu' tanpa persetujuan walinya, maka perkawinan
54
tersebut tidak sah, dan wali berhak menghalangi perkawinan tersebut. Karena
demikian itu akan menimbulkan aib bagi keluarga. 1
Mengenai hal ini, dalam kitab yang sama Syarif Abdurrahman sendiri
memberikan pemyataan :
Seorang Syarifah yang dipinang pria selain keturunan Rasulullah, maka yang
tidak melihat dihalalkannya pemikahan tersebut. Walaupun wanita keturunan Ahlul
Bait Nabi (Syarifal1) tadi daB walinya yang terdekat merestui. Ini disebabkan nasab
yang mulia tersebut tidak bisa diraih dan disan1aka. Bagi setiap pria yang mempunyai
hubungan kekerabatan dekat maupun jauh dengan keturunan Fathimah Az Zahra
adalah lebih berhak menikahi wanita tersebut.2
Sementara Sayyid Ustman Yahya seorang Mufti Betawi (Ahli fikih)
mengemukakan fatwa dalam kitabnya, Qawanin As Syar 'iyyah :
"Dalam masalah Kafa'ah tidak akan sah pemikahan seorang pria dengan wanita yang
tidak sekufu' apalagi wanita tersebut adalah seorang syarifah. Maka pria non Sayyid
tidak boleh menikahinya sekalipun orang yang bersangkutan (Syarifah) dan walinya
setuju.3
1 Sayyid Abdurrahman Muhammad Al Masyhur, Bugflya/1 M11starsyidini, (Beirut : Lebanon, 1418 H/1998 M), cetke-1, ha! 257-258 2 ibid, ha!. 260 3 Sayyid Utsman Yahya, Qmvanin As Syar'iyyafl, (Bogor : Arofat, 1314 H)
55
D. PERNIKAHAN SEKUFU'
Secara umum, pernikahan dianggap sebagai aktifitas pernyai1aan dua jiwa kedalain
sebuah ikatan yang sakral, membina rumah tangga lalu menurunkan generasi demi
generas1. Islam memandang pernikahan sebagai sunnah Nabi. Anjuran
memperbanyak keturunan juga sunnah. Yang dimaksudkan pula untuk
memperbanyak umat beliau. Kalangan muslim "liberal" da11 "modern!" berpendapat,
pernikahan itu hanya sekali seumur hidup. Mayoritas kalangan non muslim juga
berpendapat demikian. Sedangkan Islam memperbolehkan menikah 4 wanita
sekaligus-poligami. Tentunya dengan beberapa syarat yang hams dipenuhi.
Dinegara-negara liberal seperti Amerika, pernikahan tidak dianggap begitu
penting. Untuk berhubungan seks sepasang kekasih bisa bebas melakukannya,
mereka bisa tinggal serumah hanya berdasarkan suka sama suka. Free Sex, adalah
gaya hidup sejumlah pasangan di amerika dan negara-negara barat. bila bosan dengan
pasangannya mereka bisa pisah, berganti-ganti pasangan, kapai1pun mereka inginkan.
Bagi mereka, hubungan tanpa ikatan perkawinan terasa lebih efisien dan fleksibel.
Meski dinegara mereka terdapat banyak lembaga-lembaga pernikahan yang
birokrasinya lebih mudah dibanding Indonesia, namun jumlah angka pasangan "
Kumpul kebo" di Amerika hampir sebanding dengan pasangan yang menikah. Tak
heran, jumlah gadis yang hamil diluar nikah terus merMgkak naik dari hari ke hari
anak yang dilahirkan tanpa ayah dan tanpa status terns membengkak hingga rentan
timbul polemik dikemudian hari.
56
Islam dengan Syari'atnya, begitu respek dengan polemik sosial yang berlalrn
dimasyarakat seperli polemik diatas, yang hingga hari ini terns menjangkiti
masyarakal Amerika atau negara-negara baral lainnya. agar polemik sosial tidak
mewabah, Islan1 menertibkannya dengan pernika11an sebagai upaya memblokade itu
semua berikut dampak-dampaknya. Begitu teliti Islam mengatur sendiri demi sendiri
sendi kehidupan manusia sehingga menyentuh bagian dasar yang dianggap non
p;insipil tapi sebenarnya adalall prinsipil. Seperti menikall dengan pasangan yang
sekufu ' - sepadan. Baik dari segi sosial,harkat dan martabat, keturunan, pengetahuan,
wawasan, suku, ras, agama, atau lain-lain. Orang - orang bilang, bobot, bibit, dan
be bet.
Tidak dapat dipungkiri, ballwa secara naluriall setiap manusia mgm
mendapatkan pasangan hidup yang sekufu', bahkan yang lebih baik dari dirinya.
Contoh kecil, seorang pria lampan menginginkan istri yang cantik, seorang wanita
sarjana menginginkan suami sarjana, wanita kaya menginginkan pria yang lebih kaya.
Bal1kan, tak jarang kita dapatkan pria jelek mendambakan wanita cantik untuk
menjadi istrinya, atau wanita kampung mendambakan artis atau semacamnya untuk
menjadi pangeran dalam setiap rnimpinya. Di Amerika Serikat, yang gembar gembor
mengaku sebagai jagoan demokrasi, ternyata sebagian besar masyarakatnya masih
rasialis. Perkawinan antara black and white masih bisa dihitung dengan jari. Sangat
manusiawi, mengapa ? Nalurilall mereka membutuhkan adanya keserasian .daJam
pernikahan. Kesepadanan dalam pernikahan berarti kecocokan yang diperlukan untuk
membentuk keluraga sakinall. Sebaliknya, ketidaksepadanan dlalam pernikallan bisa
57
mengakibatkan ketimpangan yang akan menimbulkan kesenjangan sosial dalam
rumah tangga. Seorang wanita kaya berwajah cantik rupawan misalnya, menikah
dengan pria kampung berwajah burn. Tampak ada sedikit keganjilan ketika
mendengarnya. Semua bingung, kok bisa mereka menikah ? Mengapa si wanitanya
niau ? Dan setwnpuk pertanyaan lain. Kalau bagi yang mendengar saja sudah
merasakan ada keganjilan. Lalu bagaimana yang menjalaninya? Contoh lain, seorang
wanita shalehah menikah dengan pria tidak baik. Bisa dibayangkan, bagaimana
mereka menjalani hidup sehari-hari ? Ironis memang, sebagai seorang suami,
sepatutnya ia menjadi kepala rumah tangga yang baik serta menjadi suri tauladan bagi
istri. Tapi karena kelakuan yang buruk, membuat si istri hanya bisa mengurut dada
melihat kelakuan suaminya. Terkadang bila ditegur, suami malah tersinggwig dan
marah-marah. Beberapa bulan kemudian, sepasang suami istri yang tidak sekufu' itu
bercerai dengan meninggalkan kepedihan mendalam pada hati si wanita berikut titel
janda tentunya.
Sekian banyak contoh polemik dan perceraian dalam rumah tangga dewasa ini
sebenarnya dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum seseorang menentukan
pasangan hidup. Kenapa si anu bercerai ? Atau kenapa si anu berselingkuh ?
Memperhatikan terlebih dahulu kafa'ah adalah salah satu aspek terpenting sebelum
memasuki gerbang pernikahan. Karena mengetahui cocok atau tidaknya calon
pasangan hidup sebelum pernikahan itu jauh lebih baik ketimbang mengetahuinya
setelah berumah tangga. Selain itu, menerapkan kafa'ah bisa mengurangi tingkat
kesenjangan diantara suami istri serta mencegah seringnya pertengkaran dan
58
keributan dalam rwnah tangga. Namun, sepertinya para calon pasangan pengantin
tidak terlalu memusingkan masalah kafa'ah.mereka berpikir, kelanggengan rumah
tangga bisa terwujud hanya dilandasi oleh cinta. Kemumian cinta bisa mengalahkan
segala-galanya. Love is Blind kekuatannya begitu dasyat hingga sanggup mene~jang
apapun yang menghadang. Jika cinta sudah bicara, apa yang tidak bisa dilakukan ?
Adat istiadat akan dilabrak, kafa' ah akan didobrak, bahkan, besar kemungkinan
hukum agama dan negara akan di langgar, tidak peduli apalrnh itu halak1tau haram,
tak peduli itu dosa atau berujung menginap di penjara. Semua itu tidak berarti apa
apa bagi yang tengah kerasukan setan cinta. Namun ketika cinta mengarungi bahtera
rumah tangga, ketika prahara mengguncang dan menghantam keutuhan rumah tangga
mereka tersadar, bahwa cinta tidak menjamin segalanya menjadi lebih baik.
Berni at menikahi Syarifah tan pa landasan kafa' ah merupakan tuntutan maluri
yang terbentuk dari rasa ketidak puasan jiwa pada apa yang telah di berikan Allal1
SWT. diakibatkan pula oleh membumbungnya sifat tamale yang selalu ada menjadi
sahabat setia manusia. Terkadang ketan1akan mereka berlind.ung dibalik niat ingin
memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW, Hak Asasi Manusia
(HAM) atau pun tuntutan persamaan derajat manusia dimata Tuhan. Semua alasan itu
hanya usaha untuk melegalisasi hukum nikah terhadap Syarifah.
Menikal1i Syarifall tanpa Kafa'all bukan menyambung hubungan kekerabatan
dengan Nabi, justru malah memutuskan hubungan kekerabatan Syarifah dengan
beliau. Karena anak dari basil pemikallan mereka, tentu akan bemasab pada ayahnya,
bukan pada ibunya. Berteriak lantang tentang HAM kemudian melupakan HAM yang
59
lain sama saja dengan maling berteriak maling; jika mereka memiliki pedoman HAM
untuk menikah dengan siapapun, maka kalangan Syarifah dan para walinya berhak
pula memiliki pedoman HAM untuk menolak menikah atau menikahkan anaknya
dengan yang tidak sekufu'. Lalu, menuntut persamaan derajad diantara makhluk
Tuhan adalah kesombongan. Akan mengingatkan kita pada cerita gugatan iblis pada
ketentuan Allah yang membedakan dirinya dengan Nabi Adam a.s. Ketika Allah
SWT menyuruh iblis bersujud pada Adam. Tapi iblis menolak perintah Allah tersebut
sam bil berkata, aku terbuat dari api sementara Adam terbuat dari tanah. Akibat
perbuatanya itu, Allah mendakwa iblis takabbur dan melaknatnya hingga kiamat.
Allah telah menciptakan makhluknya berjenis-jenis; bergolong-golongan; dan
bersuku-suku, kemndian menjadikan diantara mereka lebih utama dari pada yang
lain. ltu adalah taqdir, dan taqdir adalah hak Allah. Ketidaksukaan pada taqdir
aadalah ujian manusia. Jika tidak suka melihat pria ditaqdirkan Allah lebih utama
ketimbang wanita. Itu cobaan. Menerima taqdir dengan hati fapang adalah perbuatan
kebajikan yang berbuah pahala.
Terlepas dari taqdir yang kita talcmampu untuk menghindarinya, dan kita
jugamengakui, sesungguhnya pernikal1an yang sekufu' adalah pemikahan bahagia
yang di dambakan, juga mengembalikan fungsi fitrah dalam diri masing-masing
setiap orang melewati fase demi fase membingungkan, dan memancing kita berfikir
tidak rasional, membangkitkan kecemburuan membabi buta. Yang entah kita
menyadarinya atau tidak, bahwa selama ini, Islam dan ajarannya telah menuntun kita
pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
60
Pen era pan Kafa' ah semestinya diresapi dan dihaya1i oleh semua pihak,
khususnya pihakyang bersangkutan, yaitu Syarifah sendiri. Adapun walinya,
keluarga, kerabat, atau teman-temannya hams mendukung penerapan Kafa'ah.
Sementara, orang-orang selain mereka - kalangan selain Alawiyyin, hendaknya ikut
melestarikan populasi keturunan Na bi S.A W dengan cara menjaga substansi Kafa' ah.
Karena terwujudnya silsilah mulia, mereka bukan berdasarkan pennintaan, melainkan
anugrah Ilahi. Tidak semua orang dapat memilikinya. Maka, bagi para Awaliyyin
seyogyanya mensyukuri nilonat tersebut.
A. KESIMPULAN
BAB IV
PENUTUP
Setelah melewati fase demi fase yang panjang,bab demi bab berliku-liku pada
pembahasan ini, penulis mengambil kesimpulan, bahwa pemikahan berlandaskan
Kafa'ah itu jauh lebih baik daripada pernikahan yang hanya berlandaskan cinta.
Pernikahan berdasGrkan Kafa' ah, kebahagiaan yang dirasakan semua pihak, kecil
kemungkinan, resiko problema timbul di hari-hari selanjutnya. Sementara pernikahan
yang hanya dilandasi cinta, tan pa Kafa' ah, kebahagiaanitu, hanya untuk yang
menikah. Dan mungkin, hanya berlangsung sementara. Namun, ada resikoyang harus
di tanggung. Dan adalah resiko sebagai konsekwensi dari tindakan menafikan
Kafa 'ah. Padahal, kebahagiaan dalam pernikahan itu membutukan kelegaan hati
semua pihak, yang berreaksi membuat semuanya tenang melangkah arungi bahtera
rumah tangga, tanpa beban apapun. Terkecuali, beban kewajiban dan hak masing
masing yang harus mereka laksanakan.
Berbagai beban akan menggantung tiap kali terjadi pemikahan
Syarifah yang dilaksanakan tanpa landasan Kafa' ah. Meski wali, kerabat, atau para
sahabat, menghindari pernikahan tersebut, dukungan restu yang didapat, tidak setulus
dukungan restu pemikahan Syarifah dengan Syarifah-sekufu''. Namun, diantara itu
semua, ada beban problema lebih berat menanti, yang akan menynlitkan pernikahan
mereka sendiri dikemudian hari. Setidak-tidaknya, pernikahan mereka itu menjadi
62
pertentangan batin semua pihak. Bahkan, di batin Syarifah itu sendiri, sekalipun ia
setuju dengan pernikal1a itu.
Dalam catatan penulis, telah terjadi beberapa kali pernikahan Syarifal1
dengan pria yang tidak sekufu' - namun masih bisa dihitw1g dengan jari. Yang ental1
kapan dimulai da11 siapa yang memulai, tapi, terlepas dari sah atau tidaknya
pernikahan itu, sudah barang tentu terlaksananya pernikahan itu disebabkan
keterkaitan oknwn yang bersangkutan. Dalam hal ini, Syarifah sebagai penemu. Dan
yang pasti orang tua atau wali lebih memiliki pengaruh kuat untuk menentukan boleh
atau tidaknya pemikahan itu.
Ternyata, setelah mereka menjalani kehidupru1 berwnah tru1gga,
ombak problema perlahan-lal1an mulai mengguncang setabilitas mmah tangga yang
sejak semula, memang instabil. Apalagi jika berlangsung tanpa persetujuan wali -
kaein lari, atau disebabkan oleh hal-hal lain. Kesimpulrumya, sangat tipis hru-apru1
untuk memperoleh kebahagiaan dari pernikalian tersebut. Dan tak kalah pentingnya,
ombak problema tadi semakin lama semakin membesar, yang akhirnya menerjang
dan alcan memporak-porru1dakan rwnah tangga.
Sesungguhnya, Kafa'alJ yang diterapkru1 untuk anak c:ucu RasulullalJ SAW
merupakan sebagai bentuk upaya menjaga kemuliaan dzat Ahlul Bait, juga diantara
alasan Iain, yaitu melestarikan kekerabatan yang terjalin antara Syru·ifah dengan
RasulullalJ SAW.
63
B. SARAN-SARAN
Saya menyarankan dengan sangat pada seorang yang memiliki hubungan
kekerabatan dengan Rasulullah SAW - Syarifah, yang memperoleh anugerah Allah,
agar menjaganya. Karena anugerah itu merupakan amanat, dan menjaga amanat
wajib. Seseorang yang memperoleh anugerah wajib rnenjaganya hingga arnanat itu
dian1bil kembali oleh pemiliknya. Menjaga an1anat adalah ciri-ciri seorang Muslim,
·~ebaliknya, berkhianat salah satu ciri orang munafik. Dalam kaitannya rnengenai ke
Syarifah, maka seorang Syarifah wajib menjaga kekerabatan dengan Rasulullah SAW
serta merlestarikan apa yang telal1 dikaruniakan Allah SWT kepadanya hingga akhir
hayat. Bila Kafa'ah dinafikan, apalagi oleh anak cuci1 beliau sendiri, jelas ini adalal1
upaya makar, penghianatan, membuang keutamaan, penolakan sebagai anak cucu
Nabi, atau tidak mensyukuri kekerabatan dengan Nabi sebagi karunia, atau bisa jadi
penghinaan terhadap dzat Rasulullah SAW, yang ironisnya justru malal1 dilakukan
oleh anak cucunya sendiri.
DAFT AR PUST AKA
AL Qur' anul Karim
AL Qur'anul Karim (le1jemah), versi Depag: Yayasan Penyeleoggara Pene1jemah Al Qur'an, Jakarta, 1978 M
Alawy Al, Zaenal Abidin, Al Ajwibah Al Ghaliyah Fi Aqidalii Fiqrah An Najiyah, Jakarta, Studia Press, 1999 M
Azra, Azumardi, Prof, Dr, Jari11gan Ulama Timur Tengalt dan kepulauan Nusantara abad XVII da11 XVllJ,Mizan
Bukhary, S!zalti/1,Beirut Dar El Fikr, 1991 M
BahsheiL Muhammad Said, Ad Duranm An Naq{valt fl Fad/ta 'iii Dzuriyyafr Klzairil Bariyyah,Cairo, Al Madani, 1389 H/1969 M
D11r11/ Ad, Ma11ts11r, Beirut, Dar El Fikr, Al Binayah Al Markaziyah, l 4 l 4H/l 999 M
Fakhruddin, Muhammad Razy, Tafsir Fakltrur Razy,Beirut, Lebanon, 1423 H
Hadad, "Al" Alwi Thaher, Al Qaulul Fast, Johor, 1344 H
Hadah "Al" Alwi Thaher, Mas11k11ya Islam di Tim11r Jauh (te1jemahan Kitab Al · Nadkhal ila Tariklz Dukfllll Al Islam ila Jaza'ir Al Syarq Al Aqslta), Jakarta
Lentera, 1995
Haitsami, "Al" Ibnu Hajar, As Sltawa 'iqul Multriqalt,Cairo, Maktaba El Khairiyyah,tt
I-Iaitsami "Al" Ahmad Muharmad. Al Fatawa Al Haditsiya/z, B•eirut, Lebanon, 1419 H/1998 M
Ibn Katsir, Tafsir Al Qur'anAIAdzflim, Beirut, 1990 M
Madi11alt Al, Majalah, 1982, no. 5692
Mahmud, Yunus, Prof, Dr, Kamus Arab Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penterjemal1 dan penafsiran Al Qur' an tt
Marbawy "Al" Abdurraufldris, Mukhtasar Shahih Turmudzy,. Mesir, Musthafa El Bani El Halaby, 1359 H/1940 M
Masyhur "Al" Abdurrahman Muhammad, Buglzyalz Mustarsyiddill, Beirut, Lebanon, 1418 H/1998 M
Masyhur, "Al" Edrus Alwi, Bunga Rampai Keutamaan Dzat Ahlul Bait Nabi SAW, Jakarta, I 404 H/2003 M
Munawwir, "Al" Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia Surabaya, Pustaka Progresif, 2002
Mu'jamAI Latif lilAsbab ivaf Alqabfi NasabAS Syarif, Jeddah, El Alam El Ma'rifah'', 1406 H/1986 M
Ma'luf, Luis, A!Munjid, Beirut, Al Kasulikiyah, I 908
Muslim, Sita/Jilt, Beirut Dar El Fikr, 1414 H/J 993 M
Nuh, Abdullah, K.H. Keutamaan Keluarga Rasulullah SAW, Semarang, CV. Toha Putera, 1989 M
Poerwodanninto, Kamus Umum Bahasa I11do11esia,Jakarta BaJai Pustaka, 1961 M
Saleeby, M. Nageeb, Dr, Studies in Moro History Law and Religion, Manila, Bureau of Republic Printing I 905
Syaliab, Muhdar Umar,Dr, Ttmtuta11 Ta11ggu11g Jawab Ter!tadap Altlul Bait dan Kafa'almya, Jakarta, Yayasan Nusantara, 1997 M
S1111a11, Beirut, Dar El Fikr, I 967 M
Tafsir Majma'Bayan Beirut, Dar El Fikr 1474 H
Thabaqat,Maktaba El Mu'abbad, 1405 H/1985 M
Thabathaba'I, Mohan1mad Hosein, Tnfsir Al Mizan, Beirut, Mu'assasah El A 'alami li!Matbu'at, 1411 H/1991 M
Y al1ya Bin, Utsman, Qaiva11i11 As Syar'iyyalt Bogor, Aro fat, 1314 H
--..,.,.. ( ) 1v
top related