blue print new
Post on 26-Jun-2015
78 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembang merupakan proses yang terjadi secara alamiah dalam hidup
manusia. Perkembangan adalah proses berkembang..
Perkembangan seorang anak secara umum digambarkan dalam periode-
periode, yaitu (1) periode prakelahiran (2) masa bayi (3) masa kanak-kanak awal (4)
masa kanak-kanak tengah dan akhir (5) masa remaja
Terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak agar
maksimal. Faktor intrinsik, yaitu proses kematangan, dalam hal fisik, kognitif,
emosional dan sosial. Faktor ekstrinsik, yaitu semua faktor yang terdapat di luar
pribadi anak yang dapat mempengaruhi perkembangan anak, seperti pola asuh
orangtua, lingkungan tempat anak tinggal, teman sebaya, dan lain-lain.
Faktor tersebut akan membantu anak dalam aktifitas-aktifitas yang dilakukan
anak. Dalam menjalankan aktifitas tersebut anak dituntut agar memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi. Rasa tanggung jawab tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap aspek perkembangan lain, misal inisiatif.
1
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa jauh pengaruh yang diberikan faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun?
2. Bagaimana pengaruh rasa tanggung jawab terhadap rasa inisiatif anak usia
3-5 tahun?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui seberapa jauh pengaruh yang diberikan faktor intrinsik dan
faktor ekstrinsik terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun
2. Mengetahui pengaruh rasa tanggung jawab terhadap rasa inisiatif anak
usia 3-5 tahun
D. Manfaat Penelitian
1. Membantu orang tua dalam mendidik anak
2. Sebagai referensi bagi penilitian selanjutnya
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang progresif dan bersifat
kualitatif ke arah kemajuan yang bersifat positif.
Menurut Gessel (dalam Crain, 2007), perkembangan anak memiliki dua
faktor, yaitu :
1. Faktor intrinsik, yaitu proses kematangan, dalam hal fisik, kognitif, emosional dan
sosial.
2. Faktor ekstrinsik, yaitu semua faktor yang terdapat di luar pribadi anak yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak, seperti pola asuh orangtua, lingkungan tempat
anak tinggal, teman sebaya, dan lain-lain.
Menurut Erikson (dalam Santrock, 2007), terdapat delapan tahapan dalam
perkembangan, yaitu 1) kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust versus mistrust).
2) otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu (automomy versus doubt and shame). 3)
inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt). 4) kerja keras versus rasa
inferior (industry versus inferiority). 5) identitas versus kebingungan identitas
(identity versus identity confusion). 6) keintiman versus isolasi (intimacy versus
3
isolation). 7) generativitas versus stagmasi. 8) integritas versus keputusasaan
(integrity versus despair).
B. Faktor Intrinsik
Menurut Gessel (dalam Crain, 2007), Faktor intrinsik, yaitu proses
kematangan, dalam hal fisik, kognitif, emosional dan sosial.
Pada masa prasekolah, proporsi tubuh anak sudah semakin mirip dengan
proporsi tubuh orang dewasa. Dengan proporsi tubuh tersebut, anak dimungkinkan
dapat melakukan aktivitas yang diperlukan untuk belajar, seperti duduk di bangku
sekolah dengan benar.
Pada usia prasekolah, perkembangan motorik anak sangat pesat. Ketika
berusia 4-5 tahun, anak dapat mengendalikan gerakan motorik kasar, yaitu gerakan
yang melibatkan bagian badan yang luas yang digunakan dalam berjalan, berlari,
melompat dan sebagainya (Santrock, 1995).
Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin
meningkat dan menjadi lebih tepat. Setelah anak berusia 5 tahun, terdapat
perkembangan yang lebih besar dalam pengendalian gerakan motorik halus, yang
melibatkan kontrol jari dan tangan yang semakin baik, dan menggunakan kelompok
otot yang lebih kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menggambar,
4
menggunakan alat, dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan tersebut sangat
bermanfaat bagi anak untuk belajar menulis dan menggambar (Triani, 2003; Hurlock,
1978). Keterampilan motorik halus juga membuat anak mendapatkan lebih banyak
kemandirian, seperti mengancingkan baju sendiri, mengikat tali sepatu, makan
sendiru, dan sebagainya (Papalia, dkk., 2003).
Salah satu perkembangan yang paling penting selama masa awal kanak-kanak
adalah perkembangan otak dan sistem syaraf. Bertambah matangnya otak,
digabungkan dengan peluang-peluang untuk mengalami dunia yang semakin luas
memberi sumbangan besar bagi lahirnya kemampuan-kemampuan kognitif anak
(Santrock, 1995).
Selama masa awal kanak-kanak, anak menunjukkan perkembangan pesat
dalam rentang perhatian dan kecepatan pengolahan informasi (Papalia, dkk., 2003).
Rentang perhatian adalah seberapa lama anak dapat berkonsentrasi pada suatu tugas.
Selain perkembangan memori, anak-anak juga mengembangkan sifat pelupa. Anak
dapat mempelajari sesuatu yang baru dan melupakan hal yang telah lebih dulu
dipelajari, atau sebaliknya (Kaplan, 1998).
Menurut Vaughn dkk. (2000), interaksi anak usia prasekolah dan usia
sekolah dengan teman sebaya akan meningkatkan kemampuan kognitif. Menurut
teori Vygotski (dalam Santrock, 1995), perkembangan kognitif anak yang banyak
berinteraksi sosial akan lebih baik daripada anak yang banyak menyendiri.
5
Salah satu nilai kognitif adalah kemampuan anak untuk beradaptasi terhadap
perubahan, baik perubahan pribadi maupun perubahan lingkungan (Hurlock, 1978).
Selain perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan kepribadian juga sangat
penting bagi anak. Anak belajar banyak dari berinteraksi dengan orang lain dan
ketika bermain (Kaplan, 1998).
Selama awal masa kanak-kanak, emosi sangat kuat. Pada masa ini, anak
mudah terbawa ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Emosi
yang tinggi ini biasanya disebabkan karena orangtua hanya memperbolehkan anak
melakukan beberapa hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak lagi,
sehingga ia melawan larangan orangtua. Selain itu, anak menjadi marah jika ia
ternyata tidak dapat melakukan sesuatu yang menurutnya mudah untuk dilakukan
(Hurlock, 1980). Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan
secara lebih lunak karena mereka harus mempelajari reaksi orang lain terhadap
luapan emosi yang berlebihan (Hurlock, 1978), anak juga menjadi lebih sadar akan
perasaan mereka dan perasaan orang lain (Papalia, dkk., 2003).
Apabila anak telah masak secara emosional, pernyataan emosi anak akan lebih
terkontrol, sehingga lebih rasional. Menurut Goleman (1996), mengajarkan
keterampilan emosional sangat penting untuk mempersiapkan anak belajar, karena di
sekolah anak harus dapat bekerjasama, saling menolong dan menunggu giliran.
6
Anak harus bisa bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok, karena
dalam kelas anak akan diberi tugas secara berkelompok dengan kelompok yang
berganti-ganti. Selain itu, anak juga harus mengembangkan sikap saling menolong,
baik itu menolong teman, maupun menolong guru. Kemampuan untuk menunda
kepuasan dan menunggu giliran juga merupakan hal yang harus dimiliki anak ketika
memasuki sekolah dasar. Anak harus menunggu jam istirahat untuk dapat makan
dan minum, dan bergiiliran menggunakan alat bermain yang digunakan bersama.
Kemasakan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan
dukungan sosial. Dukungan sosial dapat berupa perhatian, penghargaan, pujian, atau
nasihat yang pada dasarnya memberi kekuatan psikologis pada seseorang agar orang
tersebut merasa berdaya dan membuatnya mampu menghadapi situasi yang sulit dan
tidak gampang menyerah. Dukungan sosial yang memadai akan mampu
mengembangkan aspek-aspek kecerdasan emosional anak, sehingga menimbulkan
perasaan bahagia dan berdaya dalam mengembangkan kepribadian dan kontak
sosialnya.
Perkembangan sosial merujuk pada kemampuan anak untuk berinteraksi
secara sosial. Anak perlu bersosialisasi dengan teman-temannya, dan juga
beradaptasi dengan struktur lingkungan belajar mengajar yang formal. Kemampuan
adaptasi yang positif terhadap lingkungan sekolah membutuhkan kemampuan sosial
untuk saling pengertian dan bekerja sama (Fadlyana, 2006).
7
Perkembangan sosial dan emosional anak merupakan dasar bagi
perkembangan kognitif mereka. Interaksi sosial anak-anak dipengaruhi dan dibatasi
oleh kemampuan kognitif mereka. Seiring dengan perkembangan kognitif anak,
kemampuan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain juga semakin meningkat
(Kaplan, 1998).
C. Faktor Ekstrinsik
Menurut Gessel (dalam Crain, 2007), faktor ekstrinsik, yaitu semua faktor
yang terdapat di luar pribadi anak yang dapat mempengaruhi perkembangan anak,
seperti pola asuh orangtua, lingkungan tempat anak tinggal, teman sebaya, dan lain-
lain.
Pola asuh yang digunakan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Macam-macam gaya pengasuhan orang tua menurut Baumrind (dalam
Santrock, 2007) yaitu (1) pengasuhan otoritarian, dimana anak didesak untuk
mengikuti keinginan orang tua (2) pengasuhan otoritarif, dimana orang tua
menunjukkan kesenangan dan dukungan terhadap perilaku konstruktif anak (3)
pengasuhan yang mengabaikan, dimana orang tua tidak terlibat dalam kehidupan
anak (4) pengasuhan yang menuruti, dimana orang tua sangat terlibat dalam
kehidupan anak.
8
Hubungan pertemanan sering kali merupakan sumber dukungan yang penting
(Berndt,1999). Willard Hartup (1996, 2000) berhasil menyimpulkan bahwa anak-
anak sering menggunakan teman sebagai sumber daya sosial dan kognitif
D. Rasa Tanggung Jawab dan Inisiatif
Dalam tahap perkembangan Erikson yang ke-3 (inisiatif versus rasa bersalah),
terjadi selama tahun pra sekolah. Begitu anak pra sekolah memasuki dunia sosial
yang lebih luas, mereka mengahadapi lebih banyak tantangan daripada ketika mereka
bayi. Perilaku yang aktif dan bertujuan diperlukan untuk mengahadapi tantangan ini.
Anak diminta untuk memikirkan tanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan,
dan hewan peliharaan mereka. Mengembangkan rasa tanggung jawab meningkatkan
inisiatif. Meskipun demikian, rasa bersalah yang tidak nyaman dapat muncul, jika
anak tidak bertanggung jawab dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson memiliki
pandangan positif terhadap tahap ini. Ia percaya bahwa sebagian besar rasa bersalah
dengan cepat digantikan oleh rasa ingin berprestasi.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah anak usia pra
sekolah (usia Play Group dan Taman Kanak-kanak yang duduk di TK A dan TK
B)Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu Taman Kanak-kanak ABA, Condong
Catur serta Play Group dan Taman Kanak-kanak Ceria, Demangan
B. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi.
Dalam mengamati subjek, peneliti terlibat langsung dalam aktifitas subjek. Observasi
dilakukan selama dua hari. Hari pertama bertempat di Taman Kanak-kanak ABA.
Hari kedua bertempat di Play Group dan Taman Kanak-kanak Ceria.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hari pertama, Taman Kanak-kanak ABA, Condong Catur
a. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru,
misal keingintahuan terhadap orang yang baru dikenal serta terhadap
materi baru yang diberikan oleh gurunya (ditunjukkan melalui
pertanyaan yang diajukan anak kepada gurunya).
b. Rasa tanggung jawab anak terhadap tugas yang diberikan cukup baik,
namun ada beberapa anak yang tidak dapat menyelesaikan tugas dengan
baik disebabkan beberapa faktor, yaitu pengaruh teman sebaya yang
mengajak bermain, materi yang diberikan dianggap tidak menarik oleh
anak, kurangnya rasa percaya diri anak dalam menyelesaikan tugas.
Adanya diskriminasi kelompok dalam bermain, misal sekumpulan anak
hanya ingin bermain dengan kelompoknya saja.
c. Rasa inisiatif dalam menolong teman sebayanya belum tampak. Hal ini
ditunjukkan dengan saling menyalahkan antar teman yang lain apabila
salah satu dari mereka kesusahan, misalnya si A terjatuh karena
didorong oleh si B, namun si B tidak menolongkan tetapi menyalahkan
si C sehingga terjadi pertengkaran antar si A, B, dan C.
11
d. Anak-anak dituntut untuk memiliki rasa tanggung jawab dengan
merapikan mainan dan alat-alat yang telah dipakai. Anak-anak memiliki
motivasi untuk menyelesaikan tugasnya sebelum bermain. Hal ini
menunjukkan adanya rasa tanggung jawab yang mempengaruhi rasa
inisiatif anak dalam menyelesaikan tugasnya.
2. Hari kedua, Taman Kanak-kanak Ceria, Demangan
a. Kelompok playgroup (2 – 4 tahun)
Di dalam kelompok ini anak-anak diajarkan berbagai permainan, di
dalam kelompok ini belum diajarkan membaca dan menulis, namun
permainan yang diberikan mampu meningkatkan kemampuan kognitif
dan motorik anak. Anak-anak diajak bermain sambil bernyanyi.
Pengenalan bahasa asing diselipkan pada lagu yang dinyanyikan oleh
anak-anak. Anak diberikan suatu istilah baru atau peristiwa baru, seperti
idul adha, thanksgiving dan lain- lain. Keberanian anak mulai tampak
dalam forum diskusi walaupun apa yang disampaikan anak belum jelas
arah dan tujuannya. Untuk memaksimalkan perkembangan anak, dalam
proses belajar-mengajar guru berusaha mengurangi pemakaian kata-kata
negatif dalam menegur anak, seperti ”tidak boleh” dan ”jangan”.
b. Taman kanak-kanak (usia 4-5 tahun)
Berbeda dengan playgroup, anak usia TK ini sudah diajarkan
banyak hal seperti menghitung, membaca, menulis dan berbagai
keterampilan lainnya. Rasa tanggung jawab anak dituntut lebih dalam
12
menyelesaikan suatu permasalahan, misal ketika seorang anak
mematahkan stir mobil-mobilan, dia memiliki rasa bersalah terhadap
perbuatannya tersebut. Kemudian si anak melaporkan hal tersebut
kepada gurunya dan berusaha memperbaikinya dengan dibantu teman-
temannya. Keberanian dalam bercerita dan menanggapi cerita temannya
dilatih melalui sebuah forum diskusi kecil. Keterampilan dalam
memimpin dilatih dengan cara bergiliran menjadi ketua kelas. Anak-
anak dituntut untuk lebih mandiri dengan cara membersihkan dan
merapikan peralatan yang telah dipakainya, seperti mencuci piring
sendiri setelah makan, dan mengembalikan mainan ke tempatnya. Rasa
toleransi dikembangkan dengan menghormati teman yang lain, seperti
saat bermain bowling, anak-anak menunggu gilirannya hal ini agar anak-
anak tidak saling rebutan. Anak-anak dilatih fokus terhadap tugas yang
diberikan. Untuk memaksimalkan perkembangan anak, dalam proses
belajar-mengajar guru berusaha mengurangi pemakaian kata-kata negatif
dalam menegur anak, seperti ”tidak boleh” dan ”jangan”
B. Pembahasan
Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap insiatif, tanggung jawab,
kemampuan kognitif, dan kemampuan sosial anak-anak dipengaruhi faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik. Kematangan mental dan emosi anak serta pengaruh dari
lingkungan sekitar merupakan suatu kesinambungan dalam mencapai tahap-tahap
13
perkembangan yang dilalui anak. Pola asuh yang diberikan oleh guru mempengaruhi
proses perkembangan anak. Teman sebaya memberikan pengaruh yang besar
terhadap rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara tanggung jawab
dengan inisiatif. Semakin besar tanggung jawab yang dimiliki anak maka semakin
besar rasa inisiatif yang ditunjukkan anak tersebut. Rasa bersalah akan timbul apabila
anak tidak dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan atau terhadap
suatu permasalahan yang sedang dihadapinya.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor intrinsik dan faktor
ektrinsik terhadap perkembangan anak usia 3-5 tahun
2. Terdapat pengaruh antara rasa tanggung jawab terhadap inisiatif anak usia 3-
5 tahun. Semakin tinggi tanggung jawab, semakin tinggi pula inisiatif yang
dimiliki.
B. Saran
1. Hindari pemberian “label” tertentu pada anak
Pemberian label ini dapat menimbulkan efek negatif terhadap anak. Anak
akan merasa didiskriminasi dengan label tersebut
2. Hindari penggunaan kata-kata negatif dalam menegur anak, misal “tidak”
dan “jangan”
3. Dalam mendidik anak hendak orang tua dan guru memperhatikan keinginan
dan kemampuan anak dalam pencapaian tahap perkembangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Maharani, Astari Anindita. 2009. Kesiapan Bersekolah Siswa Taman Kanak-kanak
ditinjau dari Perilaku Prososial, Usia dan Jenis Kelamin. Jurnal Digital
Psikologi Perkembangan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Santrock, J. W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Edisi Kesebelas. Erlangga. Jakarta
____________. 2007. Perkembangan Anak Jilid 2. Edisi Kesebelas. Erlangga. Jakarta
Papalia, D.E., Olds, S.W. & Feldman, R.D. 2002. A Child’s World: Infancy Through
Adolescence. Ninth Edition. International Edition. McGraw-Hill Higher
Education. New York.
16
LAMPIRAN
1. Bermain dengan teman sebaya
2. Memperbaiki stir mobil yang rusak
17
3. Mencuci piring setelah makan
4. Seorang anak bercerita dalam forum diskusi
18
top related