f-blue (forest managements buletin)
DESCRIPTION
F-Blue edisi pertama dengan topik utama Alih Fungsi Lahan Hutan di Indonesia dan beberapa topik tambahan mengenai proker FMSC (Forest Management Students' Club) terdekat.TRANSCRIPT
Fm.sc- BluE
Buletin Mahasiswa Manajemen Hutan
What’s On ?Alih Fungsi Lahan Hutan di Indonesia
Agenda Proker FMSC Terdekat
Definisi Alih Fungsi Lahan Hutan
Factor Factor Penyebab Alih Fungsi Lahan Hutan di Indonesia
Dampak Alih Fungsi Lahan Hutan
Pengaruh Alih Fungsi Lahan Hutan Terhadap Ekonomi
ESM (IPB Carbon Count)
BHR (Bina Hutan Rakyat)
FFV (FMSC Forestry Visit)
EHHBK (Eksflorasi Hasil Hutan Bukan Kayu)
Organized by :
Edisi MEI 2016
EditorHai managers ?, Apa Kabar ?
FMSC mempersembahkan
buletin ( F-BluE) yang
merupakan buletin edisi pertama
dengan tema Alih Fungsi Lahan
Hutan di Indonesia. Buletin ini
menjelaskan informasi
mengenai seluk beluk serta
dampak alih fungsi lahan hutan
di Indonesia serta proker proker
(Program kerja) terdekat yang
akan diadakn oleh FMSC.
semoga buletin ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi
para pembacanya, so lets enjoy
it guys
Editor in Chief :
Agustyan A.P.
Layouter :
Reza Fahlevi, Linda Karisma,
Afifah Hanum, Faturrahman,
Rifqi N, Fima Pahlawati, Gilang
Raihan, Nurul Hofiah & Giri
Miharja.
Desain & Layout Buletin :
Gilang Raihan & Anugrah N.I
Contributor :
Luvya Syaliana & Rizki Dian P,
Tim Redaksi
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” halm.sc
Table of
Content
Alih Fungsi Lahan Hutan di Indonesia
Proker FMSC Terdekat
1
2
8
8
8
8
9
9
Ecological Social Mapping
Bina Hutan Rakyat
FMSC Forestry Visit
Eksflorasi Hasil Hutan BukanKayu
2
4
5
6
Faktor Penyebab Alih FungsiLahan Hutan
Dampak Positif dan NegatifAlih Fungsi Lahan Hutan
Pengaruh Alih Fungsi LahanTerhadap Ekonomi Masyarakat
Mangantisipasi Alih FungsiLahan
Did You Know ??
ALIH FUNGSILAHAN HUTAN DI INDONESIA
lih fungsi lahan atau lazimnya Adisebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain guna kepentingan tertentu. Kegiatan ini dilakukan karena kepentingan lain guna mendorong tujuan tujuan yang dianggap lebih penting dalam situasi tertentu. Sekarang ini telah marak terjadinya kegiatan alih fungsi lahan, terutama lahan hutan menjadi beberapa fungsi lain, seperti perkebunan sawit,
Alih fungsi lahan dilihat dari penyebab terjadinya di lapangan, bisa dikategorkan menjadi dua faktor. Faktor yang pertama yaitu faktor yang datang dari luar kehutanan atau faktor eksternal dan faktor yang kedua yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari diri orang kehutanan. Faktor eksternal terbagi menjadi tiga aspek yaitu aspek politik, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Aspek politik merupakan aspek yang dilihat dari birokrasi berkaitan antara stakeholder dan beberapa unsur subjek di lapangan. Salah satu contoh dari aspek politik yaitu dengan adanya otonomi daerah, maka lahan dan izin penggunaan lahan menjadi suatu komoditas politik. Menurut penuturan prof. Dudung Darusman, langkah ini merupakan bagian dari proses peminantan kepercayaan politik dari adanya kemenangan politik (kekuasaan) yang dijadikan asas fasilitas yang akan
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” hal
Faktor PenyebabAlih Fungsi Lahan Hutan
m.sc 2
Lanjutan .........
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” hal
“Sepert i para c a l o n p e m i m p i n l e g i s l a t i f y a n g memberikan janji-janji politik kepada m a s y a r a k a t a g a r memilihnya sebagai
pemimpin. Apabila Dia menjadi pemimpin maka orang-orang yang memilihnya akan mendapatkan izin dalam pembukaan lahan. Lahan-lahan yang tidak terpakai dijadikan komoditas politik olehnya. Hal tersebut memang sangat efektif. Setelah Dia menjadi pemimpin maka Dia berusaha memenuhi janji d e n g a n m e m a n f a a t k a n kekuasaannya”. Prof.Dr.Ir.Dudung Darusman, MA
S e l a n j u t n y a d a r i a s p e k ekonomi. Aspek ekonomi bisa dilihat dari hubungan antara masyaraat dengan kehutanan dalam ranah pemenuhan kebutuhan dan sumber pendapatan. Alih fungsi lahan memiliki prospek ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemnafaatan sumberdaya hutan. Sebagai contoh yaitu karena adanya permintaan minyak sawit dunia yang begitu besar namun tidak ada istilah jenuh sekarang ini. Justru tingkat permintaan dan produksi sawit terus meningkat. Sehingga orang begitu bersemangat u n t u k m e n a n a m s a w i t d a n menyebabkan areal-areal alih fungsi masih terus terjadi.
Lain halnya dengan aspek social. Secara umum, masyarakat banyak yang mengalihkan fungsi lahan untuk bekerja dengan tujuan menjaga kelestarian dari lahan tersebut. Jadi, alih fungsi lahan tidak menjadi masalah jika lahan tersebut digunakan untuk menjaga kelestarian lahan, namun akan menjadi suatu masalah ketika ada pihak yang ingin memanfaatkan lahan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. Ketika ada pihak yang melakukan alih fungsi lahan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata, maka pihak tersebut akan melakukan kegiatan apapun untuk mendapatkan keuntungan dari lahan mereka, tindakan tersebut bisa jadi mengancam kelestarian dari lahan itu sendiri. Masyarakat di daerah sangat membutuhkan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha. Selama ini orang kehutanan tidak pernah tidak cukup menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha. Sebagai contoh dengan adanya lahan sawit maka proses menanam, membersihkan, dan memanen setelah empat tahun ditanam membutuhkan tenaga kerja untuk hal tersebut. Lalu setiap bulannya secara terus menerus membutuhkan tenaga kerja juga dalam hal pemanenan. Inilah yang menyebabkan secara sosial sawit memberi lapangan kerja dan lapangan usaha lebih banyak.
Alih Fungsi LahanHutan di Indonesia
m.sc 3
Lanjutan .........
F- EBlu “Bulletinya FMSC”
Kemudian faktor yang berasal dari diri orang kehutanan atau faktor internal. Yang pertama, ada kaitannya dengan pengelolaan hutan yang memang kurang memberikan nilai ekonomi. artinya masih kurang memberikan kontribusi atau kurang produktif secara ekonomi dan kurang menghasilkan banyak pendapatan. Hal ini dikarenakan proses pengelolaan
Ÿ Dampak Positif
Dampak positif dari alih fungsi lahan diantaranya dari aspek ekonomi dan sosial menjadi lebih baik. Aspek ekonomi dan sosial masyarakat maupun pemerintah lebih baik karena pendapatan daerah meningkat. Dengan adanya lapangan kerja dan lapangan usaha maka kesjahteraan masyarakat meningkat. Selain itu gross domestic product pun ikut naik.
Ÿ Dampak Negatif
Dampak negatif dari alih fungsi lahan diantaranya lingkungan menjadi rusak sehingga timbul berbagai bencana seperti banjir, erosi, longsor, d a n k e k e r i n g a n . H a l t e r s e b u t merupakan sesuatu yang nyata seperti sekarang ini.
strategi kedua dari manajemen hutan atau pihak kehutanan cenderung menggunakan s t ra tegi defensif terhadap semua pihak yang melakukan alih fungsi lahan. Maksdunya adalah dari pihak kehutanan itu sering kali tidak berusaha untuk melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain tidak berminat atau tidak berpikiran terhadap pembukaan lahan hutan. Pihak kehutanan cenderung semua pihak yang meminta alih fungsi lahan itu dianggap lawan atau musuh. Bukannya menambah kawan namun lawan. Justru hal itulah yang membuat orang kehutanan semakin lemah
“manajemen hutan yang masih tradisional salah satu k e l e m a h a n m a n u s i a ke h u t a n a n s a a t i n i ” . P r o f . D r . I r . D u d u n g Darusman, MA
“ S e h a r u s nya d e n ga n m e n j a d i k a n o r a n g tersebut menjadi kawan m a k a a k a n a d a keuntungan dalam segi ekonomi dan socia l” . P r o f . D r . I r . D u d u n g Darusman, MA
Dampak Positif dan Negatif
Alih Fungsi Lahan Hutan
Alih Fungsi LahanHutan di Indonesia
Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan” hal 4m.sc
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” hal
Disamping ekonomi meningkat, n a m u n m s a y a r a k a t h a r u s mengeluarkan biaya untuk mengatasi dan menaggulangi dampak nega�f
P r o f . H a r d j a n t o menegaskan bahwa awal kegiatan dari alih fungs i l ahan pada u m u m n y a y a i t u D e f o r e s t a s i (penebangan hutan),
yang menyebabkan hilangnya ekosistem di dalamnya, termasuk spesies tumbuhan dan hewan langka. Padahal , 80 persen keanekaragaman hayati terdapat di dalam hutan. Deforestasi juga menyebabkan berkurangnya kemampuan menyerap emisi karbon dunia yang tentunya berimbas pada meningkatnya ancaman pemanasan global. Deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia menyangkut berbagai permasalahan yang saling terkait, t e r m a s u k p e r a m p a s a n d a n penguasaan hutan, kebakaran hutan, peladangan berpindah, pembalakan liar, perdagangan hasil hutan ilegal, dan kemiskinan. Pada tahun 2009, Pemerintah I n d o n e s i a b e r j a n j i a k a n
mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen secara mandiri dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menegaskan kembali janji tersebut m i n g g u i n i d a l a m s e b u a h p e r t e m u a n a n t a r a p e j a b a t Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta perwakilan dar i lembaga internasional . Prof.Dr.Ir.Hardjanto,M.si.
Pengaruh Alih Fungsi Lahan
Terhadap Ekonomi Masyarakat
A l i h f u n g s i l a h a n mempengaruhi ekonomi baik secara langsung maupun �dak langsung secara jangka panjang maupun jangka pendek. Pengaruh jangka pendek dari a l ih fungsi lahan diantaranya ekonomi masyarakat menjadi lebih baik dibanding dengan saat masih dalam kondisi hutan. Namun bisa saja penghasilan yang mereka dapatkan adalah hasi l mencuri kayu (il legal logging). Kegiatan pencurian kayu secara ekonomi memang menghasilkan nilai y a n g b e s a r n a m u n s e d i k i t pendapatannya dan sudah tentu mereka dikejar rasa �dak aman. Secara sosial dan ekonomi �dak sejahtera. Hal tersebut juga �dak akan dapat dipertahankan
m.sc
Lanjutan .........Alih Fungsi Lahan
Hutan di Indonesia
5
Lanjutan .........
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” hal
S e d a n g k a n p e n g a r u h j a n g k a panjangnya, alih fungsi lahan seperti sawit akan lebih rentan atau sensitif terhadap goncangan pasar. Karena komoditi sawit ini merupakan
“Ke�ka terjadi produksi b e r l e b i h a n t e t a p i permintaan turun, harga t u r u n t e t a p i b i a y a produksi tetap. Sehingga terjadilah kebangkrutan
petani kecil. Lalu petani kecil menjual lahan kepada petani besar. O l e h k a r e n a i t u m u n c u l a h polarisasi aset lahan. Terkumpulah lahan pada petani besar. Yang banyak semakin banyak. Dan yang s e d i k i t m a k i n � d a k p u n y a .
Mengantisipasi Alih FungsiLahan Hutan
Jika kita tidak menginginkan adanya alih fungsi lahan yang terus berlangsung, maka pengelolaan hutan harus mampu meningkatkan produktivitas ekonominya dan harus bisa mengungguli penggunaan alih fungsi lahan, yakni harus bisa lebih unggul dari sawit, kopi, karet, dsb. Lalu ada dua c i r i yang bisa dilakukan yaitu multi produk dan multi stakeholder .
Multi produk yaitu hutan mampu menyediakan berbagai komoditi dan harus dijadikan sebagai sumber penghasilan. Bukan hanya dari kayu, namun dari mata air yang baik kualitasnya. Seperti yang telah diterapkan perhutani yang dapat mengimpor air mineral. Selain itu ada wisata alam, hutan harus bisa dimanfaakan menjadi tempat r e k r e a s i a l a m y a n g m a m p u menghasilkan nilai ekonomi. Dari perusahaan air mineral ataupun wisata alam tersebut, akan ada banyak peker ja , o rang yang berjualan, ada pemandu dsb. Semua yang terlibat merupakan multi stakeholder. Artinya banyak orang yang bekerja sama dan berinteraksi di dalam manajemen hutan dan mendapatkan manfaat.
Pemerintah sebenarnya belum bisa mengelola secara keseluruhan sumberdaya alam yang ada dengan tangan tenaga kerjanya. Pemerintah m e m b u t u h k a n b a n t u a n d a r i masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam yang ada di sekitar. Namun bagaimanakah cara mengatur m a s y a r a k a t t e r s e b u t ? Ya , pemerintah memiliki satu kekuatan yang d inamakan kekuasaan . Kekuasaan itu berupa peraturan yang dibuat oleh pemerintah
Alih Fungsi LahanHutan di Indonesia
m.scF- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” hal
S e d a n g k a n p e n g a r u h j a n g k a panjangnya, alih fungsi lahan seperti sawit akan lebih rentan atau sensitif terhadap goncangan pasar. Karena komoditi sawit ini merupakan
“Ke�ka terjadi produksi b e r l e b i h a n t e t a p i permintaan turun, harga turun tetapi biaya produksi tetap. Sehingga terjadilah kebangkrutan petani kecil.
Lalu petani kecil menjual lahan kepada petani besar. Oleh karena itu munculah polarisasi aset lahan. Terkumpulah lahan pada petani besar. Yang banyak semakin banyak. Dan yang sedikit makin �dak punya. Dr.Ir.Yulius Hero,M.Sc
Mengantisipasi Alih FungsiLahan Hutan
Jika kita tidak menginginkan adanya alih fungsi lahan yang terus berlangsung, maka pengelolaan hutan harus mampu meningkatkan produktivitas ekonominya dan harus bisa mengungguli penggunaan alih fungsi lahan, yakni harus bisa lebih unggul dari sawit, kopi, karet, dsb. Lalu ada dua c i r i yang bisa dilakukan yaitu multi produk dan multi stakeholder .
Multi produk yaitu hutan mampu menyediakan berbagai komoditi dan harus dijadikan sebagai sumber penghasilan. Bukan hanya dari kayu, namun dari mata air yang baik kualitasnya. Seperti yang telah diterapkan perhutani yang dapat mengimpor air mineral. Selain itu ada wisata alam, hutan harus bisa dimanfaakan menjadi tempat r e k r e a s i a l a m y a n g m a m p u menghasilkan nilai ekonomi. Dari perusahaan air mineral ataupun wisata alam tersebut, akan ada banyak peker ja , o rang yang berjualan, ada pemandu dsb. Semua yang terlibat merupakan multi stakeholder. Artinya banyak orang yang bekerja sama dan berinteraksi di dalam manajemen hutan dan mendapatkan manfaat.
Pemerintah sebenarnya belum bisa mengelola secara keseluruhan sumberdaya alam yang ada dengan tangan tenaga kerjanya. Pemerintah m e m b u t u h k a n b a n t u a n d a r i masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam yang ada di sekitar. Namun bagaimanakah cara mengatur m a s y a r a k a t t e r s e b u t ? Ya , pemerintah memiliki satu kekuatan yang d inamakan kekuasaan . Kekuasaan itu berupa peraturan yang dibuat oleh pemerintah
m.sc
Lanjutan .........Alih Fungsi Lahan
Hutan di Indonesia
6
Lanjutan .........
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” hal
.Oleh karena itu, untuk mampu mengelola sumberdaya alam secara kese lu ruhan pemer in tah ha rus membuat aturan yang mengatur partisipasi masyarakat dimana aturan i tu berkembang sesuai dengan perkembangan karakter masyarakat tersebut.
Di zaman sekarang, peraturan pemerintah yang berlaku adalah UU Tata Ruang. UU Tata Ruang sudah mengatur pembagian lahan yang dibagi menjadi beberapa kawasan diantaranya kawasan budidaya, kawasan lindung, dan kawasan pemanfaatan. Oleh karena pembagian tersebut sudah jelas, seharusnya undang-undang ini dapat menjadi acuan pemerintah dalam pembangunan secara keseluruhan. Namun kenyataannya, pemerintah pun harus berbenah diri terlebih dahulu sebelum mampu menerapkan peraturan i n i , t e r u t a m a d a l a m m a s a l a h kedisiplinan.
Lalu bagaimana cara mengatasi permasalahan alih fungsi lahan ini, terutama lahan kehutanan? Mari kita pelajari fungsi hutan secara umum. Ada beragam fungsi hutan, diataranya hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan desa, dan hutan rakyat. Fungsi terhadap hutan ini terus berkembang sesuai dengan perubahan waktu. Kombinasi terbaik untuk pemanfaatan lahan kehutanan saat ini adalah agroforestry. Oleh karena itu p e m e r i n t a h d a p a t m e n c o b a menerapkan sistem agroforestry ini. Di dalam sistem agroforestry tersebut lahan terus memberi manfaatnya m a s i n g - m a s i n g . T i d a k p e r l u mempertahankan suatu lahan hanya untuk keuntungan semata, seperti lahan kelapa sawit yang dipertahankan karena dapat memberi keuntungan tinggi dalam waktu singkat. Lahan tersebut tidak selamanya akan memberi keuntungan, karena ada kalanya usaha sawit pun akan mengalami penurunan keuntungan. Justru ketika lahan diberi perlakuan yang tepat maka lahan akan menghasilkan keuntungan yang melebihi usaha sawit.
Disisi lain alih fungsi lahan b e l u m m e n j a d i k e s e p a k a t a n masyarakat. Hal ini akan menjadi masalah karena secara de facto ada masyarakat yang menganggap bahwa lahan yang telah mereka kelola adalah lahan milik mereka. Oleh karena itu dibutuhkan kesepakatan untuk menghindari adanya persilisihan antara pemerintah dan masyarakat
Alih Fungsi LahanHutan di Indonesia
m.sc 7
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” halm.sc
Proker FMSC Terdekat !!
ESM (Ecological Social Mapping) adalah salah satu program kerja FMSC berupa lapang secara langsung untuk melakukan pemetaan masyarakat guna menyelesaikan masalah, memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan mencari potensi alam disekitar untuk bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. ESM merupakan Program kerja yang diampu oleh divisi Keprofesian FMSC. ESM sudah berlangsung selamadua tahun kepengurusan dengan tempat ekspedisi yang berbeda, yaitu TNGHS (Taman Nasional gunung Halimun Salak),Lebak, Banten ( FMSC 2012/2013) dan TNGC ( Taman Nasional Gunung Ciremai), Kuningan Cirebon ( FMSC 2014/2015). Tahun ini ESM akan dilaksanakan di TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon), Banten. Pemilihan tempat dilandasi oleh penyesuaian dengan latar belakang dan tujuan ESM tahun ini yang lebih meni�kberatkan pada pemecahan masalah. “ ESM tahun ini lebih meni�kberatakn untuk mencoba menyelesaikan konflik yang ada di TNUK, terutama konflik antara masyarakat utara dan selatan. Hal ini sangat menarik karena kajian ini sangat berdampak pada kesejahteraan masyarakat TNUK dan sesuai dengan bidang sosek yang merupakan salah satu kelompok studi yang akan mengiku� kegiatan ESM. Selain itu adanya masalah distribusi sumberdaya alam yang kurang baik dirasa mampu dianalisis oleh kelompok studi perencanaan dan hidrologi yang juga akan ikut serta dalam rangkaian ini” ucap Lio Ade Putra ketua ESM 2016.
B i n a H u t a n R a k y a t ( B H R )
merupakan kegiatan turun lapang berupa
pembinaan bersama masyarakat sekitar
hutan yang dilakukan secara berkelanjutan
dengan analisa pengelolaan hutan di suatu
hutan rakyat. BHR bertujuan meningkatkan
�ngkat perekonomian masyarakat dan cinta
kepada lingkungan. BHR juga bertujuan
untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat
dari perkuliahan. BHR 2016 dengan tema
“Membina Rakyat Memajukan Hutan
Menuju Kesejahteraan”, mengkaj i
mengenai Agroforestry atau tumpang sari
y a n g d i r a s a d a p a t m e n i n g k a t k a n
perekonomian masyarakat sekitar hutan.
BHR 2016 dilaksanakan di kampung jeruk,
desa Sukaluyu, kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor Barat, tepatnya di
kelompok tani lamping dengan diketuai
bapak Muhid. “ diharapkan yang belajar di
BHR itu gak cuma masyarakat saja, tetapi
juga kita sebagai civitas akademisi”, ucap
Faiz ketua BHR 2016.
8
F- EBlu Edisi 1 “Alih Fungsi Lahan”“Bulletinya FMSC” halm.sc
Proker FMSC Terdekat !!
FFV (FMSC Forestry Vis it ) merupakan
kunjungan FMSC ke suatu instansi kehutanan untuk
melakukan pembelajaran dan mendapatkan informasi
lebih mengenai bidang kehutanan dan kriteria instansi
kehutanan, yang melipu� system kelembagaan seper�
informasi perencanaan, pemanfaatan dan social
ekonomi kebijakan. Program kerja ini dinaungi oleh
divisi organizing and networking FMSC dengan ketua
pelaksana Gianitra Hidayat ( MNH 50). Kegiatan ini
diiku� oleh pengurus FMSC yang terpilih melalui
seleksi dengan syarat kriteria kriteria tertentu. Hal ini
sesuai dengan pandangan ketua pelaksana, Gianitra
Hidayat “ Kegiatan ini akan diiku� oleh pengurus FMSC
yang memiliki kemauan dan komitmen �nggi terhadap
kegiatan ini. Kriteria tersebut akan kami nilai
berdasarkan hasil wawancara dan pengisian formulir.
Untuk jumlah pesertanya sendri kami �dak membatasi,
hanya menyesuaikan dari hasil seleksi yang sudah kami
lakukan”. Kegiatan FFV ini akan dilaksanakan di
Perhutani �ngkat III Jawa barat yang terletak di daerah
Bandung Selatan. Hal ini dikarenakan kondisi instansi
yang sesuai dengan konsep FFV tahun ini
EHHBK (Eksflorasi Hasil Hutan Bukan Kayu) adalah salah satu program kerja FMSC berupa turun lapang secara langsung untuk melakukan inventarisasi hasil hutan bukan kayu yang dijadikan bahan untuk informasi potensi HHBK di suatu daerah sebagai data landasan peningkatan potensi HHBK yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. EHHBK merupakan Program kerja yang diampu oleh divisi Keprofesian FMSC. EHHBK sudah berlangsung selama satu tahun kepengurusan , dengan tempat ekspedisi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat (FMSC 2014/2015). Tahun ini EHHBK akan dilaksanakan di Kawasan Hutan Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. Pemilihan tempat dilandasi oleh penyesuaian dengan latar belakang dan tujuan EHHBK tahun ini yang lebih meni�kberatkan pada peningkatan potensi HHBK agar dapat dimanfaatkan dengan nilai efek�vitas �nggi. “EHHBK tahun ini lebih meni�kberatkan pada inventarisasi HHBK di kawasan Hutan Alas Purwo. Kami akan mencoba untuk melakukan inventarisasi di kawasan pemanfaatan agar dapat di aplikasikan oleh masyarakat sekitar. Kegiatan ini dirasa sangat menguntungkan petani hutan jika memang potensi HHBK di kawasan ini sangat besar”, ucap Fachri Abdilla (MNH 50) Ketua EHHBK 2016.
END TU ST ’ S C LT UN BE FM OE RG EA SN TA RM Y T VS ISE IR T
OF
9
Organized by :
Fm.sc- BluE
Buletin Mahasiswa Manajemen Hutan
More Information
Instagram : FMSC_IPB
Twitter : FMSCFahutanIPB
Facebook : FMSCFahutanIPB
Web : fmsc.lk.ipb.ac.id
Line : @pmu9472p8