bahan kuliah-stuktur-gd-bertingkat-2
Post on 16-Apr-2017
357 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TARA CARA PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG Prosedur dan ketentuan umum
perancangan bangunan gedung merujuk pada SNI 03-1726-2002. untuk gempa
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983
GEMPA RENCANA DAN KATAGORI GEDUNG
Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 persen selama umur gedung 50 tahun.
Pengaruh gempa rencana harus dikalikan faktor keutamaan gedung ( diatur pada SNI 03-1726-2002. pasal 4.1.2)
STRUKTUR GEDUNG BERATURAN DAN TIDAK BERATURAN Struktur gedung beraturan harus memenuhi
ketentuan (SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1), dapat ditinjau sebagai pengaruh gempa ekivalen, sehingga dapat menggunakan analisis statik ekivalen.
Struktur gedung tdk beraturan, yang tidak memenuhi syarat SNI 03-1726-2002. pasal 4.2.1) , pengaruh gempa harus menggunakan pembebanan gempa dinamis. Sehingga menggunakan analisis respon dinamis
DAKTILITAS STRUKTUR BANGUNAN Daktail : kemampuan deformasi inelastis tanpa
kehilangan kekuatan yang berarti. Struktur daktail : kemampuam struktur mengalami
simpangan pasca elastis yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan yang cukup, sehingga struktur tetap berdiri, walaupun sudah berada di ambang keruntuhan.
Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan maksimum pada ambang keruntuhan dengan sempangan pertama yang terjadi pada pelelehan pertama.
DAKTAIL PENUH
suatu tingkat daktilitas struktur gedung, di mana strukturnya mampu
mengalami simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi di ambang
keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas
sebesar 5,3.
DAKTAIL PARSIAL
seluruh tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai faktor
daktilitas di antara struktur gedung yang elastik penuh sebesar
1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,3.
PERANCANGAN KAPASITAS Struktur gedung yang terjadi harus
memenuhi syarat “ Strong collomn-week beem”artinya ketika menerima gempa hanya boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung balok, kaki kolom , dan pada kaki dinding geser.
WILAYAH GEMPA DAN SPEKTRUM RESPONS
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah
wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6
dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini,
didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh
Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-
ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1 dan
Tabel 5.
PEMBEBANAN STRUKTUR DAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL
Beban mati : beban sendiri struktur yang bersifat tetap dan bagian lain yang tak terpisahkan dari gedung.
Beban hidup : semua beban yang terjadi akibat penghunian , termasuk beban yang tidak permanen.
Beban gempa : mencakup semua beban statis ekivalen yang bekerja pada gedung yang menirukan pengaruh gerakan tanah akibat gempa.
BEBAN GESER NOMINAL STATIS EKIVALEN YANG TERJADI DI TEKANAN DASAR TANAH DAPAT DIHITUNG :
Dimana: V = Beban gempa horizontal
C = Koefisien gempaI = Faktor keutamaan
gedung Wt = Berat total bangunanR = Faktor reduksi
Beban geser dasar nominal V menurut Pasal 6.1.2 harus dibagikan sepanjang
tinggi struktur gedung menjadi beban-beban gempa nominal statik ekuivalen Fi
yang menangkap pada pusat massa lantai tingkat ke-i menurut persamaan :
Dimana: Fi = Beban gempa horizontal pada lantai ke-iWi = Berat lantai ke- ihi = Tinggi lantai ke-iV = Beban geser dasar akibat beban gempa
Rencana
Apabila rasio antara tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus dianggap
sebagai beban horisontal terpusat yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang tinggi
struktur gedung menjadi beban- beban gempa nominal statik ekuivalen
menurut Pasal 6.1.3.
Waktu getar alami fundamentalWaktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dalam arah masing-
masing sumbu utama dapat ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut :
di mana Wi dan Fi mempunyai arti yang sama seperti yang disebut dalam Pasal 6.1.3, di adalah simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm dan ‘g’ adalah percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2.
Untuk mencegah penggunaan struktur bangunan yang terlalu fleksibel , nilai waktu getar alami fundamental dibatasi bergantung nilai ζ untuk wilayah gempa dan jenis struktur dengan rumus :
T1 < ζ
Apabila waktu getar alami fundamental T1 struktur gedung untuk
penentuan Faktor Respons Gempa C1 menurut Pasal 6.1.2 ditentukan
dengan rumus-rumus empirik atau didapat dari hasil analisis vibrasi bebas 3
dimensi, nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai yang
dihitung menurut Pasal 6.2.1.
KOMBINASI PEMBEBANAN
Dengan menyatan kekuatan ultimit suatu struktur gedung dan pembebanan ultimit sutu struktur gedung itu berturut-turut sebagai berikut :
Dimana :
KUAT TERFAKTOR HARUS DIPENUHI PERSYARATAN KEADAAN BATAS ULTIMIT SEBAGAI BERIKUT :
Faktor-faktor beban yang bekerja nilainya ditetapkan menurut standar yang berlaku.
KOMBINASI PEMBEBANAN (SNI 03-2847-2002 U = 1,4 D U = 1,2 D + 1,6 L U = 0,9 D + 1,0 E U = 1,2 D + 1,0 L + 1,0 E
TINJAUAN JENIS STRUKTUR ( SNI 03 -1726-2002) JENIS STRUKTUR DIBEDAKAN MENJADI 7 SITEM DAN SUBSISTEM :1. Sistem dinding penumpu ( Bearing wall system), sistem struktur yang
tidak memiliki rangka ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap, dinding penumpu atau sistem brecing memikul hampir semua beban grafitasi, beban lateral dipikul oleh dinding geser atau rangka brecing
2. Sistem rangka gedung (building frame system), Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul oleh dinding geser atau brecing.
3. Sistem rangka pemikul momen(momen resisting frame system), Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki ruang pemikul beban grafitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur.
4. Sistem ganda ( Dual system ), Rangka ruang memikul seluruh beban grafitasi Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau bresing, dengan rangka
pemikul momen. Rangka pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang-kurangnya 25 persen dari seluruh beban lateral.sedangkan sisanya akan dipikul oleh dinding geser.
Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama- sama seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem rangka pemikul momen denganm dinding geser.
5. Sistem struktur gedung kolom kantileversistem struktur yang memanfaatkan kolom kantilever untuk memikul beban lateral
6. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka7. Sub sistem tunggal
sub sistem struktur bidang yang akan membentuk struktur gedung secara keseluruhan.
STRUKTUR GEDUNG YANG TIDAK BERATURAN
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam
spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa Rencana menurut
Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R, di mana I adalah
Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah faktor reduksi gempa
representatif dari struktur gedung yang bersangkutan. Dalam hal ini, jumlah ragam
vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam menurut metoda ini harus
sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total
harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Pusat rotasi lantai tingkat suatu struktur gedung : adalah suatu
titik pada lantai tingkat itu yang bila suatu beban horisontal
bekerja padanya, lantai tingkat tersebut tidak berotasi, tetapi
hanya bertranslasi, sedangkan lantai-lantai tingkat lainnya yang
tidak mengalami beban horisontal semuanya berotasi dan
bertranslasi.
Antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus
ditinjau suatu eksentrisitas rencana ed. Apabila ukuran
horisontal terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu,
diukur tegak lurus pada arah pembebanan gempa, dinyatakan
dengan b,maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan sebagai
berikut :
- untuk 0 < e < 0,3 b :
ed = 1,5 e + 0,05 bAtaued = e - 0,05 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau;
- untuk e > 0,3 b : ed = 1,33 e + 0,1 bAtau ed = 1,17 e - 0,1 b
dan dipilih di antara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
Dalam perencanaan struktur gedung terhadap pengaruh Gempa
Rencana, eksentrisitas rencana ed antara pusat massa dan pusat rotasi lantai
tingkat menurut Pasal 5.4.3. harus ditinjau baik dalam analisis statik, maupun
dalam analisis dinamik 3 dimensi.
Wilayah Gempa ζ123456
0,200,190,180,170,160,15
Tabel koefisien waktu getar alami
Pengaruh P-Delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih
dari 10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu
suatu gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan
ke samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral
tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik
tangkapnya menyimpang ke samping.
Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap
struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan
menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi
bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada
arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Arah pembebanan gempa
5.8.1 Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh Gempa
Rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar
terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan.
Untuk mensimulasikan arah pengaruh Gempa Rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1 harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
Perencanaan struktur gedung beraturan
Beban gempa nominal statik ekuivalen
Struktur gedung beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan
gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam arah masing-
masing sumbu utama denah struktur tersebut, berupa beban gempa nominal
statik ekuivalen, yang ditetapkan lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut.
Perencanaan struktur gedung tidak beraturan
Ketentuan untuk analisis respons dinamikNilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh
diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik
struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka persyaratan
tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :
V > 0,8 V1
di mana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama
terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan :
Perhitungan respons dinamik
Struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh Gempa Rencana, dapat dilakukan dengan metoda
analisis ragam spektrum respons dengan memakai Spektrum Respons Gempa
Rencana menurut Gambar 2 yang nilai ordinatnya dikalikan faktor koreksi I/R,
di mana I adalah Faktor Keutamaan menurut Tabel 1, sedangkan R adalah
faktor reduksi gempa representatif dari struktur gedung yang bersangkutan.
Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons
ragam menurut metoda ini harus sedemikian rupa, sehingga partisipasi massa
dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.
Penjumlahan respons ragam yang disebut dalam Pasal 7.2.1 untuk struktur
gedung tidak beraturan yang memiliki waktu-waktu getar alami yang
berdekatan, harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi
Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic Combination atau CQC). Waktu getar
alami harus dianggap berdekatan, apabila selisih nilainya kurang dari 15%.
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang
berjauhan, penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda
yang dikenal dengan Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares
atau SRSS).
Kinerja Struktur Gedung
Kinerja Batas Layan1. Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat
akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan
baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah
kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-
tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut akibat
pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor Skala.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung menurut Pasal 8.1.1 tidak boleh melampaui kali tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil.
Kinerja batas ultimit
1. Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan
berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah
dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal 4.3.3 simpangan dan
simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali ξ
sebagai berikut :
- Untuk Struktur gedung beraturan :
- Untuk Struktur tidak gedung beraturan :
di mana R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan Faktor Skala adalah seperti yang ditetapkan dalam Pasal 7.2.3.
2. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung, dalam
segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur
gedung menurut Pasal 8.2.1 tidak boleh melampaui 0,02 kali tinggi tingkat
yang bersangkutan.
Contoh kerusakan gedung akibat gempa yang dimungkinkan karena tidak mengikuti konsep desain kapasitas
RANGKUMANPERATURAN PEMBEBANAN INDONESIA UNTUK GEDUNG - 1983
• POMBINASI PEMBEBANAN:• Pembebanan Tetap : M + H• Pembebanan Sementara : M + H + A • : M + H + G• Pembebanan Khusus : M + H + G• : M + H + A + K • : M + H + G + K
Dimana: M = Beban Mati, DL (Dead Load) H = Beban Hidup, LL (Live Load) A = Beban Angin, WL (Wind Load) G = Beban Hidup, E (Earthquake) K = Beban Khusus
Beban Khusus, beban akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya rem dari keran, gaya sentrifugal, getaran mesin.
PERENCANAAN KOMPONEN STRUKTURAL GEDUNG DIRENCANAKAN DENGAN KEKUATAN BATAS, MAKA BEBAN TERSEBUT PERLU DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN
Pada peninjauan beban kerja pada tanah dan pondasi, perhitungan Daya Dukung Tanah (DDT) izin dapat dinaikkan (lihat tabel).
Jenis TanahPondasi
Pembebanan Tetap
DDT izin
Pembebanan Sementara kenaikan DDT izin
(kg/cm2) (%)
Keras ≥ 5,0 50Sedang 2,0 – 5,0 30Lunak 0,5 – 2,0 0 - 30
Amat Lunak 0,0 - 0,5 0* Catatan 1 kg/cm2 = 98,0665 kPa (kN/m2) Faktor keamanan (SF ≥ 1,5)
tinjauan terhadap guling, gelincir dll.
BEBAN MATI, BERAT SENDIRI BAHAN BANGUNAN KOMPONEN GEDUNG
Baja 7.850 kg/m3Batu Alam 2.600 kg/m3Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1.500 kg/m3
BAHAN BANGUNAN
Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3Batu pecah 1.450 kg/m3Besi tuang 7.250 kg/m3Beton (1) 2.200 kg/m3Beton bertulang (2) 2.400 kg/m3Kayu (Kelas I) (3) 1.000 kg/m3Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, tanpa diayak) 1.650 kg/m3Pasangan bata merah 1.700 kg/m3Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3Pasangan batu cetak 2.200 kg/m3Pasangan batu karang 1.450 kg/m3Pasir (kering udara sampai lembap) 1.600 kg/m3Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850 kg/m3Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700 kg/m3Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3Tanah hitam 11.400 kg/m3
KOMPONEN GEDUNG ADUKAN, PER CM TEBAL :- dari semen 21 kg/m2- dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2Aspal, termasuk bahan-bahan mineral tambahan, per cm tebal 14 kg/m2Dinding Pas. Bata merah :- satu batu
450 kg/m2
- setengah batuDinding pasangan batako :
250 kg/m2
Berlubang :- tebal dinding 20 cm (HB 20)
200 kg/m2
- tebal dinding 10 cm (HB 10) 120 kg/m2Tanpa lubang- tebal dinding 15 cm
300 kg/m2
- tebal dinding 10 cm 200 kg/m2 Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari :
-semen asbes (eternit dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm
200
11
kg/m2
kg/m2
- kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit- 40 kg/m2langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum
7 kg/m2
5 m dan jarak s.k.s minimum 0,8 mPenutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2
50 kg/m2
bidang atapPenutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso per m2
40 kg/m2
bidang atapPenutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng
10 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa adukan, per cm tebalSemen asbes gelombang (tebal 5 mm)
2411
kg/m2kg/m2
Catatan :(1) Nilai ini tidak berlaku untuk beton pengisi(2) Untuk beton getar, beton kejut, beton mampat dan beton padat lain sejenis, berat sendirinya harus ditentukan sendiri.(3) Nilai ini adalah nilai rata-rata, untuk jenis kayu tertentu lihat PeraturanKonstruksi Kayu Indonesia
BEBAN HIDUP PADA LANTAI GEDUNG, SUDAH TERMASUK PERLENGKAPAN RUANG SESUAI DENGAN KEGUNAAN DAN JUGA DINDING PEMISAH RINGAN (Q ≤ 100 KG/M'). BEBAN BERAT DARI LEMARI ARSIP, ALAT DAN MESIN HARUS DITENTUKAN TERSENDIRI
Beban Hidup Pada Lantai Bangunan
a. Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang disebut dalam b. 200 kg/m2
b. Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-gudang tidak penting yang bukan untuk toko, pabrik atau bengkel.
150 kg/m2
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toko, toserba, restoran,hotel, asrama dan rumah sakit.
250 kg/m2
d. Lantai ruang olah raga 400 kg/m2
e. Lantai ruang dansa 500 kg/m2
f. Lantai dan balkon dalam dari ruang-ruang untuk pertemuan yang lain dari pada yang disebut dalam a s/d e, seperti masjid,gereja, ruang pagelaran, ruang rapat, bioskop dan panggung penonton
400 kg/m2
g. Panggung penonton dengan tempat duduk tidak tetap atau untuk penonton yang berdiri.
500 kg/m2
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c. 300 kg/m2i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f dan
g.500 kg/m2
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g. 250 kg/m2k. Lantai untuk: pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko buku,
toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin, harus direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri, dengan minimum
400 kg/m2
l. Lantai gedung parkir bertingkat:- untuk lantai bawah 800 kg/m2- untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2
m Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar harus direncanakan terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan, dengan minimum
300 kg/m2
* Catatan 100 kg/m2 = 0,980665 kN/m2
BEBAN HIDUP PADA ATAP GEDUNG, YANG DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL MINIMUM SEBESAR 100 KG/M2 BIDANG DATAR. ATAP DAN/ATAU BAGIAN ATAP YANG TIDAK DAPAT DICAPAI DAN DIBEBANI OLEH ORANG, HARUS DIAMBIL YANG MENENTUKAN (TERBESAR) DARI:
Beban terbagi rata air hujan Wah = 40 - 0,8 α
dengan,α = sudut kemiringan atap, derajat ( jika α > 50o dapat diabaikan).Wah = beban air hujan, kg/m2 (min. Wah atau 20 kg/m2)
Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg.
Balok tepi atau gordeng tepi dari atap yang tidak cukup ditunjang oleh dinding atau penunjang lainnya dan pada kantilever harus ditinjau kemungkinan adanya beban hidup terpusat sebesar minimum 200 kg.
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN BALOK INDUK DAN PORTAL (BEBAN HORISONTAL/GEMPA DAN ANGIN), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI.KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HIDUP
Penggunaan GedungKoefisien Reduksi beban Hidup
PeninjauanBeban Gravitasi
Peninjauan BebanGempa
PERUMAHAN/HUNIANRumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit 0,75 0,30PENDIDIKANSekolah, ruang kuliah 0,90 0,50PERTEMUAN UMUMMasjid, gereja, bioskop, restoran, ruang dansa, ruang pagelaran 0,90 0,50
PERKANTORANKantor, bank 0,60 0,30PERDAGANGANToko, toserba, pasar 0,80 0,80PENYIMPANANGudang, perpustakaan, ruang arsip 0,80 0,80INDUSTRIPabrik, bengkel 1,0 0,90TEMPAT KENDARAANGarasi, gedung parkir 0,90 0,50GANG DAN TANGGA- perumahan/hunian 0,75 0,30- pendidikan, kantor 0,75 0,50- pertemuan umum, perdagangan, penyimpanan, industri, tempat
kendaraan0,90 0,50
REDUKSI BEBAN HIDUP PADA PERENCANAAN ELEMEN VERTIKAL STRUKTUR (KOLOM, DINDING DAN PONDASI), DAPAT DIKALIKAN DENGAN FAKTOR REDUKSI. KECUALI UNTUK KEGUNAAN LANTAI BANGUNAN: LANTAI GUDANG, RUANG ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENYIMPANAN SEJENIS;LANTAI RUANG YANG MEMIKUL BEBAN BERAT TERTENTU YANG BERSIFAT TETAP, SEPERTI ALAT DAN MESIN. PADA PERENCANAAN PONDASI, BEBAN HIDUP PADA LANTAI YANG MENUMPU DI ATAS TANAH HARUS TURUT DITINJAU, DIAMBIL PENUH TANPA DIKALIKAN KOEFISIEN REDUKSI.KOEFISIEN REDUKSI BEBAN HIDUP KUMULATIF
Jumlah lantai yang dipikul(n)
Koefisien reduksi yang dikalikan kepada beban hidup kumulatif
1 1,02 1,03 0,94 0,85 0,76 0,67 0,5
n ≥ 8 0,4
BEBAN ANGIN, MENGANGGAP ADANYA TEKANAN POSITIF (PRESSURE) DAN TEKANAN NEGATIF/ISAPAN(SUCTION) BEKERJA TEGAK LURUS BIDANG YANG DITINJAU.Tekanan Tiup:
● daerah jauh dari tepi laut, diambil minimum 25 kg/m2.● di laut dan tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, diambil minimum 40 kg/m2 atau diambil dari rumus pendekatan
dengan,V = kecepatan angin, m/det (ditentukan instansi terkait)
top related