bab ii kajian pustaka a. deskripsi teori 1. a. pengertian kerja …repository.ump.ac.id/4917/3/bab...
Post on 28-Jan-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Kerja Keras
a. Pengertian Kerja Keras
Kerja keras sangat di perlukan seseorang dalam melakukan
suatu pekerjaan apapun untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.
Kerja keras menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 9)
adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kerja keras menurut
Kesuma (2012: 17) adalah suatu istilah yang melingkupi suatu
upaya yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam
menyelesaikan pekerjaan/yang menjadi tugasnya sampai tuntas.
Kerja keras bukan berarti bekerja sampai tuntas lalu berhenti,
istilah yang dimaksud adalah mengarah pada visi besar yang harus
dicapai untuk kebaikan/kemaslahatan manusia (umat) dan
lingkungannya.
Karakteristik kerja keras menurut Kesuma (2012: 19) adalah
perilaku seseorang yang dicirikan oleh kecenderungan berikut:
1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai
tuntas.
11
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
12
2) Mengecek/memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan/apa
yang menjadi tanggung jawabnya dalam suatu jabatan/posisi.
3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya.
4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk
menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kerja
keras adalah salah satu sikap yang merupakan usaha sungguh-
sungguh yang dilakukan oleh setiap orang dalam bekerja atau
mengerjakan tugas-tugas tertentu. Seseorang yang memiliki sikap
kerja keras mempunyai tujuan agar suatu pekerjaan atau tugas-
tugas tertentu dapat terselesaikan dengan baik, tanpa menyerah,
tanpa berhenti dan mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya. Kerja keras yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,
maka pekerjaan dan tugas-tugas tertentu dapat terselesaikan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan dengan sebaik-baiknya.
b. Indikator Kerja Keras
Indikator berfungsi bagi guru sebagai kriteria untuk
memberikan pertimbangan tentang perilaku peserta didik, untuk
nilai tertentu yang telah menjadi perilaku yang dimiliki peserta
didik. Indikator kerja keras untuk Sekolah Dasar menurut
Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 33), dapat dilihat pada
tabel 2.1 di bawah ini:
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
13
Tabel 2.1 Indikator Kerja Keras untuk SD
No Karakter Indikator untuk kelas 4-6
1. Kerja keras 1. Mengerjakan tugas dengan teliti dan
rapi.
2. Mencari informasi dari sumber-sumber
di luar sekolah.
3. Mengerjakan tugas-tugas dari guru
pada waktunya.
4. Fokus pada tugas-tugas yang diberikan
guru di kelas.
5. Mencatat dengan sungguh-sungguh
sesuatu yang dibaca, diamati, dan
didengar untuk kegiatan kelas.
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2010: 33)
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak
pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang
melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok
tertentu. Pengertian belajar menurut James O. Whittaker dalam
Aunurrahman (2011: 35) adalah proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Belajar menurut Gagne dalam Suprijono (2013: 2) adalah
perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
14
melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
Pengertian belajar secara psikologis dalam Slameto (2010: 2)
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh
aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai
berikut:
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang unuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Pengertian belajar menurut para ahli, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan secara
terus menerus oleh individu dalam mencari ilmu dan menambah
wawasan sehingga individu tersebut memperoleh perubahan
tingkahlaku dari yang tadinya belum tahu menjadi tahu, dari yang
tadinya tidak bisa menjadi bisa. Belajar dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman yang sangat berharga.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor yang mempengaruhi belajar
menurut Slameto (2010: 54) sebagai berikut:
1) Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor intern dikelompokkan menjadi 3
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
15
faktor antara lain faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan
dan cacat tubuh, faktor psikologis yang meliputi intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan,
kemudian faktor yang berikutnya adalah faktor kelelahan.
2) Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar dikelompokkan
menjadi 3 faktor, yaitu:
a) Faktor keluarga
Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang
kebudayaan.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah, meliputi metode mengajar yang dilakukan
oleh guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat, yang meliputi hal yang mempengaruhi
belajar siswa antara lain kegiatan siswa di masyarakat,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat, maka
dari itu, untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
16
dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa sehingga
dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil usaha yang harus dicapai
oleh siswa. Prestasi belajar menutut Arifin (2011: 12) merupakan
suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan
manusia, karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Prestasi belajar menurut Mulyasa (2014: 189) adalah hasil yang
diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar.
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
menurut Mulyasa (2014: 190-193) yaitu faktor internal dan faktor
eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor internal
Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor
diri (internal), baik secara fisiologis maupun psikologis,
beserta usaha yang dilakukannya. Faktor fisiologis berkaitan
dengan kondisi jasmani atau fisik seseorang, yang dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada
umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi
jasmani tertentu terutama panca indera, sedangkan faktor
psikologis, berasal dari dalam diri seseorang seperti
intelegensi, minat dan sikap.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
17
a) Inteligensi
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar.
Intelegensi yang rendah mempengaruhi hasil yang dicapai,
jika intelegensinya rendah maka kecenderungan hasil yang
dicapai akan rendah.
b) Minat (interest)
Minat yaitu kecenderungan dan gairah yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata
pelajaran tertentu.
c) Sikap
Sikap yang dimiliki seseorang itu berbeda-beda.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif,
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
(respon tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek orang, barang, baik secara positif maupun negatif.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik dapat digolongkan ke dalam faktor sosial
dan nonsosial. Faktor sosial menyangkut hubungan antar
manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Faktor
sosial ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
18
masyarakat pada umumnya, sedangkan faktor non sosial
seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya: keadaan rumah,
ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan
sebagainya.
Berdasarkan pengertian prestasi belajar menurut para
ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
usaha yang harus dicapai oleh siswa setelah dirinya menempuh
kegiatan belajar sepanjang kehidupan masing-masing. Prestasi
belajar yang baik tentu saja dilakukan dengan usaha yang baik
3. Matematika di Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan
pada anak sekolah dasar. Matematika menurut Ruseffendi dalam
Heruman (2007: 1) adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak
menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil. Belajar matematika menurut
Susanto (2013: 183) merupakan suatu syarat cukup untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, karena dengan
belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif,
dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
19
simbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami
terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Hakikat
matematika menurut Soedjadi dalam Heruman (2007: 1) yaitu
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan
pola pikir yang deduktif.
Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7
tahun, sampai 12 atau 13 tahun, menurut Piaget dalam Heruman
(2007: 1) mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam
proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika,
meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.
Usia perkembangan kognitif untuk siswa Sekolah Dasar
masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh
panca indera. Pembelajaran matematika yang abstrak, bagi siswa
sangat diperlukannya alat bantu berupa media, dan alat peraga
yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru
sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses
pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret,
semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.
Pembelajaran matematika setiap konsep yang abstrak yang
baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar
mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan
melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya, maka diperlukan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
20
adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak
hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini
akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, “Saya
mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya
berbuat maka saya mengerti”. Pepatah Cina tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran matematika harus benar-benar
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Proses belajar atau segala
sesuatu bila dikerjakan dengan bersungguh-sungguh maka akan
mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan.
b. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut
Heruman (2007: 2-3) bahwa dalam mengerjakan matematika, guru
harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda,
serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.
Tahapan aktivitas penguasaan materi pelajaran matematika di
dalam pembelajaran dalam buku Depdiknas (2009: 1) yaitu sebagai
berikut:
1) Tahap Penanaman Konsep
Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan
awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Tahap
penanaman konsep ini pengajaran memerlukan penggunaan
benda konkrit sebagai alat peraga.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
21
2) Tahap Pemahaman Konsep
Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjut
setelah konsep ditanamkan. Tahap pemahaman konsep ini
penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi
konkrit sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.
3) Tahap Pembinaan Keterampilan
Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang
tidak boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan
siap bagi siswa. Tahap pembinaan keterampilan ini diwarnai
dengan latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba.
Tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan
lagi.
4) Tahap Penerapan Konsep
Penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam
bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Tahap penerapan konsep ini disebut
juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.
Pengertian matematika dan uraian yang dikemukakan para
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ide-ide
abstrak yang berisi simbol-simbol, yang harus dipahami oleh siswa
dengan menggunakan benda-benda yang konkret, sehingga siswa
dapat dengan mudah memahami materi dalam pembelajaran
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
22
matematika. Pola pikir anak Sekolah Dasar tidak hanya sekedar
hafalan namun dengan perbutan dan juga pengertian.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar selalu berbeda.
Ciri-ciri pembelajaran matematika di Sekolah Dasar menurut
Suwangsih dan Tiurlina (2006: 25-26) yaitu sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.
Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan
dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika
selalu mengkaitkan atau menghubungkan dengan topik
sebelumnya. Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk
dapat memahami dan mempelajari suatu topik matematika.
2) Pembelajaran matematika bertahap. Materi pembelajaran
matematika selalu diajarkan bertahap yaitu dimulai dari
konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih
sulit. Pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret, ke
semi konkret dan akhirnya kepada konsep abstrak.
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif, namun karena sesuai
tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar digunakan pendekatan induktif.
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
23
artinya tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu
dengan kebenaran yang lainnya, suatu pernyataan dianggap
benar jika didasarkan kepada pernyataan-pernyataan
sebelumnya yang telah diterima kebenarannya.
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna. Pembelajaran
secara bermakna merupakan cara mengajarkan materi pelajaran
yang mengutamakan pengertian daripada hafalan.
Berdasarkan uraian dari ciri-ciri pembelajaran matematika di
atas, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran
matematika cara penyampaiannya harus bertahap. Penyampaian
dalam proses pembelajaran matematika harus bertahap artinya
siswa diajarkan dari konsep-konsep yang sederhana menuju
konsep-konsep yang lebih sulit agar siswa dapat memahami konsep
dalam pembelajaran matematika sekaligus siswa dapat menerima
materi yang dijelaskan oleh guru dengan baik.
d. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar secara
umum adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan
matematika, selain itu dengan pembelajaran matematika dapat
memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika.
Kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar menurut Depdiknas dalam Susanto (2013: 189-190)
yaitu sebagai berikut:
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
24
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan,
perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk
yang melibatkan pecahan.
2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun
ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas,
dan volume.
3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan dan sistem koordinat.
4) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan
penaksiran pengukuran.
5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran
tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan
menyajikannya.
6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan
mengomunikasikan gagasan secara matematika.
Tujuan pembelajaran matematika secara khusus di Sekolah
Dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto
(2013: 190) yaitu sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan daan pernyataan mmatematika.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
25
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tentang tujuan pembelajaran matematika
di Sekolah Dasar, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di sekolah dasar harus semaksimal mungkin dicapai.
Guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang membuat siswa
aktif dan mengembangkan pengetahuannya.
e. Materi Matematika
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
matematika, dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 SK dan KD Matematika yang akan Digunakan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Mengguanakan pecahan
dalam pemecahan masalah.
5.3 Mengalikan dan membagi
berbagai bentuk pecahan.
f. Pecahan
Pecahan adalah salah satu materi yang diajarkan pada siswa
sekolah dasar. Pengertian pecahan menurut Heruman (2007: 43)
dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Pecahan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
26
dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang
diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah
yang dinamakan pembilang. Bagian yang utuh adalah bagian yang
dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Simanjuntak
(1993: 153) menyatakan bahwa pengertian bilangan pecahan pada
matematika Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu
benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama, misalnya
seorang ibu yang baru pulang dari pasar membawa jeruk 3
sedangkan anaknya 2 orang, supaya anak mendapatkan bagian
yang sama maka, tiga buah tersebut harus dibagi 2.
Materi pecahan yang diajarkan di kelas V salah satunya
adalah mengalikan dan membagi pecahan:
1) Mengalikan Pecahan
Perkalian adalah penjumlahan berulang.
2 × 3 = 3 + 3 = 6
3 × 2 = 2 + 2 + 2 = 6
Dalam perkalian berlaku sifat komutatif (pertukaran), yaitu:
2 × 3 = 3 × 2
a) Mengalikan Pecahan Biasa
- 3 ×
=
+
+
=
=1
-
×
=
=
Atau bisa dicari dengan rumus di bawah ini:
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
27
b) Perkalian Pecahan Desimal
- 0,4 × 1,2 =
×
=
= 0,48
Atau dengan cara:
0,4 terdapat 1 angka di belakang tanda koma (,)
1,2 terdapat 1 angka di belakang tanda koma (,)
Pecahan desimal hasil perkaliannya mempunyai (1 + 1)
agka di belakang tanda koma.
Perhatikan:
4 × 12 = 48
0,4 × 1,2 = 0, 48
1 angka (1 + 1 = 2 angka)
1 angka
c) Perkalian Berbagai Bentuk Pecahan
Langkahnya: Ubah ke pecahan yang sejenis (ke bentuk
pecahan biasa atau bentuk pecahan desimal semua) lalu
kalikan pecahan-pecahan tersebut.
- 0,12 ×
=
×
=
=
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
28
- 15% × 2,4 = 0,15 × 2,4 = 0,36
- 20% × 1
=
×
=
=
2) Membagi Pecahan
Secara umum pembagian pecahan dapat ditulis seperti berikut:
a) Membagi Pecahan Biasa
-
=
Pada pembagian bilangan yang berpenyebut sama, cukup
bagilah pada pembilangnya.
-
- 2
=
b) Membagi Pecahan Desimal
- 3,6 : 0,3
=
diubah ke bentuk pecahan biasa
=
Atau dengan cara menyederhanakan pecahan biasa:
3,6 : 0,3 =
=
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
29
- 168 : 12 = 14
16,8 : 1,2 = 14
1,68 : 1,2 = 1,4
2 angka (2 – 1 = 1 angka)
1 angka
c) Pembagian Berbagai Bentuk Pecahan
Langkahnya: Ubah seluruh pecahan yang dioperasikan ke
bentuk pecahan sejenis (mengubah ke bentuk pecahan
biasa atau pecahan desimal semua), lalu bagi pecahan-
pecahan tersebut.
- 0,75 :
=
- 45% :
=
= 0,525
4. Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Pembelajaran akan menarik jika menggunakan media atau
alat peraga, sehingga sangat diperlukan media pembelajaran. Media
menurut Marshal Mcluhan dalam Anton Noornia yang dikutip dalam
buku Trianto (2009: 234) adalah suatu ekstensi manusia yang
memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan
kontak langsung dengannya. Media pembelajaran adalah sebagai
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
30
penyampai pesan (the carriers of messages) dari beberapa sumber ke
penerima pesan (the receiver of the messages).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran itu adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan pada saat proses pembelajaran, sehingga proses
belajar mengajar akan lebih menarik ketika seorang guru
menggunakan media pembelajaran ketika proses belajar mengajar.
Trianto (2009: 234) menyatakan bahwa media pembelajaran
diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa,
dan tidak bersifat verbalistik.
b. Metode pembelajaran lebih bervariasi.
c. Siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas.
d. Pembelajaran lebih menarik.
e. Mengatasi keterbatasan ruang.
Keuntungan dari media pembelajaran antara lain:
a. Gairah belajar meningkat.
b. Siswa berkembang menurut minat dan kecepatannya.
c. Interaksi langsung dengan ligkungan.
d. Memberikan perangsang dan mempersamakan pengalaman.
e. Menimbulkan persepsi akan sebuah konsep yang sama.
Proses pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam
penelitian yaitu menggunakan media/alat peraga transparansi berpetak
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
31
dan literan dalam materi mengalikan dan membagi pecahan.
Transparansi berpetak terbuat dari plastik mika yang memiliki warna
yang berbeda, kemudian literan bisa kita gunakan gelas atau
semacamnya.
a. Mengalikan pecahan menggunakan media transparansi berpetak.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Sediakan 2 mika yang berbeda warna dan pensil warna atau
spidol.
2) Gambarlah sebuah persegi panjang dengan panjang sisi-
sisinya sama dengan penyebut pada pecahan yang dikalikan.
Misalnya, mencari hasil kali dari
dan
. Kemudian arsirlah
lajur horizontal yang menggambarkan pecahan
dan arsir
lajur vertikal yang menunjukkan pecahan
.
3) Satukan mika horizontal yang menunjukkan pecahan
dengan
mika vertikal yang menunjukkan pecahan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
32
Kesimpulannya yaitu yang mendapat arsiran dua kali adalah
sebagai pembilang. Hitung berapa petak yang mendapat
arsiran dua kali, yaitu 8. Kemudian hitung jumlah keseluruhan
petak. Jumlah keseluruhan petak yaitu 21, itu sebagai
penyebut. Jadi kesimpulan dari perkalian
b. Membagi pecahan dengan menggunakan literan.
Contoh:
- 1 :
= 1
= 2
Artinya: =
-
Artinya:
=
5. Model Pembelajaran Dengar-Lihat-Kerjakan (Delikan)
Model mengajar Delikan menurut Sudjana (1991: 58-67)
merupakan salah satu model pembelajaran CBSA yang paling
sederhana, dikatakan sederhana karena mudah di praktekkan. Kadar
aktivitas belajar siswa memang tidak terlalu optimal sehingga
termasuk ke dalam kategori I (rendah). Model ini tepat digunakan
untuk mengajarkan bahan pengajaran yang sifatnya fakta dan konsep.
Aktivitas mental siswa dalam penggunaan model mengajar ini adalah
1 L
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
33
mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan dan
menerapkan. Model ini menekankan informasi dan partisipasi.
Model pembelajaran Delikan terdapat tiga aktivitas belajar
siswa, yakni yang pertama yaitu menyimak (dengar), artinya
memperhatikan dan menangkap makna uraian yang diberikan oleh
guru tentang bahan pengajaran. Proses dengar tidak terbatas pada
uraian guru, tetapi juga uraian-uraian dari media instruksional lainnya,
yaitu dari kaset (rekaman), diskusi, sandiwara atau sosiodrama yang
dilakukan oleh siswa, dan kegiatan lain yang sejenis. Metode yang
digunakan dalam proses dengar ini yaitu dengan menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
Aktivitas belajar yang kedua yaitu melihat. Aktivitas siswa
dalam proses lihat ini adalah mengamati peragaan guru, mengamati
cara kerja, mengamati contoh pemecahan masalah yang dikerjakan
oleh guru, membaca buku atau bacaan lainnya. Proses lihat adalah
kelanjutan proses dengar agar siswa lebih memahami bahan ajar yang
dijelaskan guru. Metode yang digunakan dalam proses lihat yaitu
demonstrasi dan pelatihan tugas.
Bekerja termasuk aktivitas belajar siswa yang ketiga, dalam
proses kerja ini siswa mengerjakan tugas belajar yang diberikan oleh
guru dalam rangka penerapan atau penggunaan konsep-konsep bahan
pengajaran, misalnya mengerjakan soal, mendiskusikan pemecahan
masalah, mengisi lembar kerja, atau menulis karangan cerita. Proses
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
34
kerja adalah pengembangan kegiatan belajar siswa setelah proses lihat
dan proses dengar. Proses kerja ini diharapkan siswa lebih menguasai
konsep-konsep bahan pengajaran yang telah dijelaskan oleh guru.
Metode yang digunakan dalam proses kerja ini yaitu diskusi kelompok
dan penugasan.
a. Prosedur Menggunakan Model
Prainstruksional: Tahap ini dimaksudkan untuk
mengondisikan kesiapan belajar dan memotivasi belajar. Kegiatan
apersepsi (mengulang bahan lama), memberitahukan TIK dan
bahan pengajaran (pokok-pokoknya) serta informasi kegiatan
belajar merupakan aktivitas yang harus dikerjakan oleh guru
sebelum membahas bahan pengajaran.
Kegiatan instruksional: Prosedur pembelajaran pada fase
kegiatan instruksional menempuh tiga tahapan, yakni:
1) Proses dengar
Proses dengar ini bertujuan mengantarkan siswa ke
dalam bahan pengajaran. Proses dengar ini siswa menyimak
pembahasan guru mengenai bahan pengajaran. Proses
pembelajaran dimulai dari uraian guru tentang bahan
pengajaran, uraian harus sistematis. Isi uraian dimulai dari
informasi konsep yang ada dalam bahan pengajaran, kemudian
diberikan contoh-contohnya. Alat peraga digunakan jika
dibutuhkan, beri siswa kesempatan untuk mengajukan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
35
pertanyaan jika belum jelas. Aktivitas siswa belum begitu
optimal sebab terbatas pada menyimak, menulis, dan bertanya.
Metode mengajar yang digunakan guru adalah ceramah dan
tanya jawab.
2) Proses lihat
Proses lihat ini bertujuan memperjelas pemahaman
bahan pengajaran yang telah dibahas pada langkah pertama,
untuk itu guru memperlihatkan contoh penggunaan konsep
bahan pengajaran dalam bentuk pemecahan masalah, misalnya
cara menggunakan rumus, proses kerja, dan pemecahan soal-
soal. Siswa dituntut untuk mengamatinya atau membaca uraian
yang ada dalam buku sumber, bila siswa masih belum jelas,
guru menunjuk siswa lain untuk mengerjakan salah satu contoh
penggunaan konsep bahan pengajaran dalam pemecahan
masalah di papan tulis. Metode mengajar yang digunakan guru
adalah peragaan dan pelatihan tugas.
3) Proses kerja
Proses kerja ini siswa melakukan aktivitas belajar
optimal. Guru memberikan soal atau tugas pemecahan masalah
dengan pola seperti dicontohkan dalam langkah kedua (proses
lihat).
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
36
Langkah yang ditempuh dalam model ini, jika dilukiskan,
adalah seperti dalam gambar 2.1 yaitu model mengajar Delikan
berikut.
Gambar 2.1 Model Mengajar Delikan
1. Prainstruksional
2. Instruksional
3. Evaluasi
4. Tindak lanjut
Absensi siswa, kegiatan apersepsi,
informasi TIK dan pokok-pokok
bahan pengajaran, informasi
kegiatan belajar yang akan dilakukan
oleh siswa.
Dengar
Lihat
Kerja
Proses
Siswa menyimak bahan
pengajaran yang dijelaskan oleh
guru, bertanya kepada guru bila
belum jelas.
Hasil
Penugasan dan pengayaan
belajar.
Tindak
lanjut
Siswa melihat peragaan guru,
contoh-contoh yang dibuat oleh
guru, membaca buku, dll.
Pemeriksaan hasil belajar,
pengajuan pertanyaan.
Siswa mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru.
Kesimpulan/
rangkuman
Guru + siswa membuat
kesimpulan.
Bimbingan guru, pemantauan
belajar, perbaikan belajar.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
37
Peran guru adalah memberikan bantuan dan bimbingan,
serta memberikan kemudahan belajar yang diperlukan (fasilitas
belajar), oleh sebab itu, sangat keliru bila dalam CBSA hanya
siswa yang aktif, dan guru meninggalkan kelas, pada saat siswa
bekerja atau belajar, guru melakukan pemantauan dan penilaian
terhadap aktivitas belajar siswa (penilaian proses). Guru menilai
bagaimana siswa melaksanakan tugas belajarnya, bagaimana cara
siswa belajar, bagaimana partisipasi siswa dalam diskusi dan
tanggungjawabnya dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya.
Guru menumbuhkan motivasi belajar siswa dan kegiatan lain yang
dipandang perlu. Metode mengajar yang digunakan antara lain
yang dipandang perlu. Metode mengajar yang digunakan antara
lain ialah tugas, kerja kelompok, eksperimen, diskusi, dan simulasi.
Kegiatan evaluasi: Tahap evaluasi ini, guru melakukan tiga
kegiatan, yakni:
1) Mengemukakan kekurangan proses belajar siswa pada waktu
proses kerja berdasarkan hasil pemantauan selama siswa
mengerjakan tugas-tugas belajarnya. Guru menjelaskan
bagaimana kekurangan itu harus diperbaiki dengan
memberikan saran-saran dan penyempurnaannya.
2) Memeriksa pekerjaan siswa dan memberikan penilaian.
Pemeriksaan bisa dilakukan satu per satu, bisa pula secara
bersama-sama dengan siswa. Guru bisa pula menunjuk
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
38
beberapa siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaannya
secara lisan di depan kelas atau secara tertulis di papan tulis.
Komentar terhadap pekerjaan siswa harus diberikan oleh guru
agar siswa tahu apa kekurangannya. Guru mengajukan
pertanyaan secara lisan atau tertulis mengenai bahan
pengajaran untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa
yang telah dipelajarinya. Pertanyaan tentunya telah dibuat oleh
guru dalam satuan pelajaran. Hasil penilaian butir (b) dan (c)
hendaknya dijadikan dasar dalam menentukan tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar. Jumlah siswa apabila
lebih dari 75% dapat mengerjakan tugas dengan benar dan
dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat minimal 75%
dari apa yang harus dikerjakannya, maka proses pembelajaran
termasuk berhasil, kurang dari itu berarti belum berhasil.
3) Membuat kesimpulan tentang proses pembelajaran. Guru
merangkum bahan pengajaran, misalnya menuliskan pokok-
pokok bahan pengajaran di papan tulis, dan siswa mencatat di
buku masing-masing, dalam batas-batas tertentu siswa dapat
juga diminta untuk membuat kesimpulan sendiri, atau
membuatnya bersama-sama oleh guru atau siswa.
Kegiatan tindak lanjut: Akhir proses pembelajaran adalah
kegiatan tindak lanjut. Ada dua kegiatan tindak lanjut, yakni:
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
39
1) Bila hasil evaluasi proses pembelajaran belum berhasil, guru
perlu memberikan tugas pekerjaan rumah kepada siswa
terutama yang berkenaan dengan bahan pengajaran yang
belum dipahaminya.
2) Bila hasil evaluasi dinilai telah berhasil, semua siswa diberi
tugas pengayaan agar penguasaan bahan pengajaran bisa lebih
dalam dan lebih luas.
Prosedur pembelajaran yang dikemukakan di atas sangat
sederhana sehingga mudah dipraktekkan oleh guru. Guru bisa
melakukan penyesuaian penggunaan prosedur di atas berdasarkan
situasi dan kondisi belajar yang dihadapinya.
b. Prasyarat Pembelajaran
Persyaratan yang harus dipenuhi agar penggunaan model ini
mencapai hasil yang optimal. Persyaratan yang dimaksud
umumnya berkenaan dengan kemampuan guru, sarana belajar,
bahan pengajaran dan penilaian.
1) Guru
Guru dituntut memiliki keterampilan dalam hal:
a) Menyajikan bahan pengajaran kepada siswa sehingga dapat
dipahami oleh semua siswa.
b) Menggunakan alat peraga, terutama dalam proses lihat.
c) Menentukan tugas-tugas belajar yang akan diberikan
kepada siswa dalam proses kerja.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
40
d) Memimpin kelas, terutama dalam memantau kegiatan
belajar siswa, memberikan dorongan kepada siswa,
mengaktifkan belajar para siswa, memberi petunjuk cara
belajar, dan menilai proses belajar siswa.
e) Mengenal pribadi dan karakteristik siswa agar dapat
menyesuaikan tugas-tugas belajar dengan minat dan
kemampuan siswa, dapat membina hubungan yang baik
dengan siswa.
2) Sarana belajar
Sarana belajar yang harus disiapkan antara lain:
a) Buku pelajaran dan bahan tertulis lainnya.
b) Alat-alat peraga pengajaran yang sesuai dan dapat
menunjang konsep-konsep yang ada dalam bahan
pengajaran.
c) Waktu yang cukup untuk aktivitas belajar siswa, terutama
untuk proses kerja.
d) Tempat belajar yang dapat diatur secara fleksibel sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa.
e) Suasana belajar yang kondusif agar siswa bebas
mengemukakan pendapatnya, bebas melakukan aktivitas
belajar, kesempatan mengadakan hubungan dengan siswa
lainnya dalam pembelajarannya.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
41
3) Bahan pengajaran
Bahan pengajaran yang akan dibahas hendaknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) Disusun secara sistematis sehingga jelas bahan mana yang
perlu diinformasikan pada tahap proses dengar, bahan apa
dari konsep bahan ajar yang perlu diberikan pada tahap
proses lihat, dan bahan apa yang perlu dibahas pada tahap
proses kerja.
b) Konsep-konsep yang ada dalam bahan pengajaran harus
disiapkan contoh-contohnya dan cara menggunakan konsep
tersebut dalam pemecahan masalah.
c) Apabila ada konsep yang harus dimanipulasikan, guru
sebaiknya mempersiapkan langkah-langkah simulasi.
d) Konsep dan prinsip yang perlu di pecahkan melalui diskusi
hendaknya ditentukan tema dan masalahnya serta ruang
lingkup pembahasannya.
e) Kesimpulan bahan pengajaran berupa pokok-pokoknya
harus disiapkan sebelumnya agar siswa memahami ruang
lingkup bahan pengajaran yang telah dipelajarinya serta
mengetahui hubungannya satu sama lain.
f) Pengembangan bahan pengajaran bersumber dari
kurikulum.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
42
4) Penilaian
a) Alat-alat penilaian proses belajar siswa.
b) Soal-soal untuk menilai hasil belajar siswa.
c) Kunci jawaban soal, lembar kerja, pemecahan masalah
dalam bentuk diskusi, tes yang diajukan pada akhir
pembelajaran.
d) Soal atau tugas yang akan diberikan kepada siswa sebagai
kegiatan tindak lanjut maupun untuk pengayaan.
e) Kriteria yang akan digunakan dalam menentukan tingkat
keberhasilan proses pembelajaran.
B. Hasi Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Irianto dan Eka, tahun 2011 dalam
ISSN 1979-7877 Educare International Journal for Educational Studies
dengan penelitian yang berjudul “The Impact of DELIKAN Learning
Towards Mathematics Achievement in Terms of Students Motivation: An
Experiment at the State Elementary School of Banyumas, Central Java,
Indonesia” menyatakan bahwa:
“The result of the analysis showed that the there was a significant
difference in the mathematics achievement of student taught using
DELIKAN and those taught with conventional learning; there was not
significant difference in motivation; and there was not significant
interrelationship in mathematics achievement as caused by DELIKAN,
conventional learning, and motivation.”
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perubahan signifikan dalam
prestasi belajar siswa mata pelajaran matematika dengan menggunakan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
43
model pembelajaran Delikan. Sebuah hasil dari eksperimen yang
dikatakan berhasil. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 di SD Negeri
Pasir Wetan dan SD Negeri 2 Kecila, dimana SD Negeri Pasir Wetan
merupakan kelas eksperimen yang diberi sebuah perlakuan berupa model
pembelajaran Delikan (Dengar, Lihat, dan Kerja), sedangkan SD Negeri 2
Kecila merupakan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan. Hasil yang di
dapat ternyata eksperimen ini berhasil dan model pembelajaran Delikan ini
merupakan model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
memperoleh prestasi yang tinggi dan nilai yang bagus. Model
pembelajaran Delikan ini bagus diterapkan dalam proses pembelajaran,
karena dengan menggunakan model ini guru dapat melakukan persiapan
yang bagus dalam segi materi, bahan ajar, media, dan alat peraga, melalui
model pembelajaran Delikan ini, guru dapat mengajar dengan
pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif, efektif dan menikmati
pembelajaran yang disampaikan.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal dengan melihat permaslahan yang tertulis dalam latar
belakang, yaitu masih terdapat dari sebagian siswa yang nilai UTS
(Ulangan Tengah Semester) di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah.
Masalah yang sering dijumpai guru dalam melaksanakan pembelajaran
matematika salah satunya adalah kurangnya antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika hanya 30% atau masih di bawah
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
44
50%, kurangnya sikap kerja keras siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
dari guru sangat rendah. Permasalahan tersebut dikarenakan mereka
menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sangat sulit.
Pendapat beberapa siswa mengatakan bahwa pembelajaran matematika
adalah pembelajaran yang sulit untuk dipahami. Pikiran seperti itulah yang
mengakibatkan rendahnya sikap kerja keras dan prestasi belajar siswa
belum maksimal dan belum mencapai KKM.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian yang akan
dilaksanakan yaitu menggunakan cara untuk dapat meningkatkan sikap
kerja keras dan prestasi belajar siswa. Proses pembelajaran akan lebih
menyenangkan jika siswa lebih aktif dan bekerja dalam proses belajar
mengajar. Guru diharapkan mampu menjadikan pembelajaran menjadi
lebih aktif dan menyenangkan. Guru harus mampu membantu dan
mendorong siswa untuk bekerja keras dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, dengan demikian, penelitian yang akan
dilaksanakan yaitu menggunakan model yang dapat menumbuhkan kerja
keras dan prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
Penelitian yang akan dilaksanakan yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran Delikan (Dengar, Lihat, Kerjakan). Model Delikan
yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menekankan informasi
partisipasi, memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat, mendengar
dan mengerjakan penjelasan atau perintah dari guru, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Delikan dapat meningkatkan
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
45
kerja keras dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan
oleh guru.
Hasil yang akan dicapai diharapkan sesuai dengan harapan, baik
sikap kerja keras meningkat maupun prestasi belajar yang terus meningkat.
Berdasarkan paparan di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir dalam Penelitian
KEADAAN AWAL
- Rendahnya kerja keras
siswa.
- Rendahnya prestasi
belajar siswa.
TINDAKAN
Penerapan model
pembelajaran Delikan
(Dengar, Lihat, Kerjakan)
Siklus I:
Dalam pembelajaran
menggunakan model
pembelajaran Delikan
Siklus II:
Dalam pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran
Delikan
Berhasil
Kerja Keras dan prestasi belajar
siswa meningkat
Selesai
Evaluasi siklus I
Evaluasi siklus II
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
46
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir di atas, dapat
disimpulkan hipotesis tindakan yang muncul dari permasalahan di muka,
sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Delikan akan dapat meningkatkan
sikap kerja keras siswa kelas V SD Negeri 3 Lesmana Kecamatan
Ajibarang Kabupaten Banyumas pada tahun ajaran 2015/2016 mata
pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian pecahan.
2. Penggunaan model pembelajaran Delikan akan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Lesmana Kecamatan
Ajibarang Kabupaten Banyumas pada tahun ajaran 2015/2016 mata
pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian pecahan.
Peningkatan Kerja Keras..., Anggraeni Krisna Pradani, FKIP, UMP, 2016
top related