(bab 8) kejujuran dalam akuntansi dan kontrol
Post on 24-Jul-2015
76 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEJUJURAN DALAM AKUNTANSI DAN KONTROL :
SEBUAH PEMBAHASAN MENGENAI “PENGARUH SISTEM
INFORMASI PADA KEJUJURAN DALAM LAPORAN MANAJERIAL:
SEBUAH PERSPEKTIF KEPERILAKUAN
1. Pendahuluan
“Menjadi jujur kepada mereka yang jujur, dan menjadi jujur kepada mereka yang
tidak jujur” (Lao Tzu)
“Di mana ada martabat kecuali ada kejujuran?”(Cicero)
“Kejujuran : tidak adanya seni yang hilang” (Mark Twain)
“Membayar kejujuran, tetapi ini tidak tampak cukup membayar untuk
menyesuaikan dengan sebagian orang” (Frank McKinney “Kin” Hubband)
Sedikit area yang lebih banyak menciptakan kontroversi dibandingkan
mereka yang menyangsikan keyakinan mengenai salah satu dasar dari sifat
manusia, kecenderungan kita untuk menceritakan kebenaran. Ketika tiga kutipan
pertama pada ilustrasi di atas, selama ribuan tahun dan melewati beberapa kultur
yang berbeda, jenis manusia telah menarik pada konsep bahwa “kejujuran adalah
kebijakan terbaik”. Bagaimanapun, ketika dinyatakan kutipan terakhir, ada
kecurigaan bahwa sedikit dari praktik kita yang mana kebijakan ketika keliru
pada muslihat kita. Dalam mempertahankan pandangan akhir ini merupakan teori
peragenan, barangkali paradigma yang dominan dalam penelitian manajemen
akuntansi. Teori agency mengasumsikan bahwa orang bertindak dalam
kepentingan diri mereka sendiri, adalah pekerjaan menentang dan, karena itu,
perlu dikontrol, dipantau, dan dihargai untuk melakukan apa yang “boss” mereka
1
ingin untuk dilakukan (Christensen dan Feltham 2005). Walaupun beberapa ahli
teori agency mengusulkan bahwa individu memiliki beberapa pilihan untuk jujur,
mereka menganjurkan bahwa ambang kejujuran adalah sangat rendah di mana
sebagian besar orang akan berdusta untuk pembayaran gaji sesedikit $0.25
(Baiman dan Lewis 1989). Walaupun teori agency terus memiliki implikasi yang
luas terhadap praktik dan penelitian akuntansi, studi seperti Hannan, Rankin, dan
Towry 2006 (selanjutnya HRT) meningkatkan pertanyaan mengenai kondisi
batasannya.
Pembahasan kita diatur sebagai berikut. Pertama, karena banyak dari
penelitian yang tersedia pada kejujuran dan kebohongan telah dilakukan dalam
disiplin yang lain dibandingkan akuntansi, kita memberikan suatu tinjauan
mengenai penemuan kunci dari studi mereka. Kedua, kita meringkas penelitian
sistem kontrol manajemen (MCS) yang telah dimotivasi oleh teori agency dan
kemudian difokuskan pada deteksi dan pencegahan kebohongan. Seperti bagian
dari ringkasan ini, kita juga membahas bukti bahwa ambang kejujuran tidak bisa
sama rendah dengan yang diusulkan oleh beberapa orang. Ketiga, kita secara kritis
mengevaluasi beberapa aspek prediksi, rancangan dan hasil HRT. Yang terakhir,
kita menggabungkan pandangan kejujuran kita dan penelitian kebohongan
dengan pengertian dari HRT untuk menghasilkan beberapa kemungkinan untuk
penelitian mendatang.
2. Penelitian organisasional pada kejujuran dan kebohongan
Para peneliti organisasional mendefinisikan kejujuran sebagai “suatu
kecenderungan tidak untuk berdusta, menipu atau mencuri” (Grover 2005, 148)
2
dan “penolakan terhadap realitas palsu…untuk berpura-pura bahwa faktanya
adalah orang lain bukannya mereka, apakah untuk dirinya sendiri atau orang lain”
(Smith 2003, 148). Kebohongan didefinisikan sebagai “suatu pernyataan yang
salah satunya diketahui palsu” (Grover 2005, 148); atau “suatu pernyataan bohong
yang disengaja salah satunya dimaksudkan untuk mencurangi yang lain atau
meramalkan kemungkinan untuk memperdayakan yang lain” (Sims 2000, 621).
Jadi, kebohongan adalah berlawanan dengan kejujuran, tetapi hanya untuk subset
yang tepat dari tindakan yang jujur, mereka yang salah satunya mengetahui pada
waktu ungkapan bohong.
Penemuan yang mengecewakan mengenai kecenderungan individu terhadap
kejujuran dan kebohongan
Ada bukti campuran pada perluasan kecenderungan individual terhadap
kejujuran atau kebohongan. Para peneliti berbasis-ekonomi (misalnya James Jr.
2002; Schulze dan Frank 2003; Somanathan dan Rubin 2004) seringkali
memecahkan teka-teki pada sejumlah kejujuran yang terjadi dalam laboratorium
bahkan ketika mereka menciptakan kondisi yang siap untuk berperilaku tidak
jujur (dengan sopan disebut “misrepresentasi" (gambaran yang keliru)). Bahkan,
ahli ekonomi berharap untuk menemukan bahwa hampir setiap orang rela untuk
berbohong ketika tidak ada pemantauan (yaitu, tidak mempengaruhi reputasi);
dan tugas dimediasi-komputer (yaitu, tidak ada akuntabilitas interpersonal).
Bahkan dengan kondisi ini di tempat, bukti percobaan menunjukkan bahwa
sampai dengan 35 persen dari peserta secara konsisten menceritakan kebenaran
(Somanathan dan Rubin 2004). Penemuan ini menantang asumsi dasar ahli
3
ekonomi bahwa semua perilaku digerakkan oleh yang berkaitan dengan
maksimalisasi-kekayaan (James Jr. 2002).
Dan sebaliknya, psikologis sosial, sosiologis, dan filosofer, beberapa dari
mereka yakin bahwa orang tidak dapat dipisahkan dari jujur, dikecewakan dengan
penemuan bahwa hanya sebagian kecil orang (kurang dari 10 persen) yang
melaporkan bahwa mereka akan jujur dalam semua situasi (Furnham dan Taylor
2004; Murphy 1993). Selanjutnya, survei menemukan bahwa sebagian besar
orang melaporkan menjalankan tindakan tidak jujur (Lewis 1993). Pada akhirnya,
mereka meratapi bahwa ini menimbulkan suatu insentif yang relatif kecil, menjadi
ekstrinsiknya (yaitu, moneter) atau intrinsik (yaitu, kepuasan-diri), untuk
mendapatkan sedikitnya sebagian orang yang berbohong di bawah kondisi
laboratorium (misalnya Baiman dan Lewis 1989; Berg, Daley, Gigler, dan
Kanodia 1990; Marwell dan Ames 1981). Karena itu, penemuan ini adalah
menakut-nakuti para peneliti yang mencari gambaran individu ketika
dikembangkan, orde-yang lebih tinggi dengan kata hati etis yang kuat (Bok 1978;
Bailey 1991; Serban 2001).
Penelitian pada kejujuran dan kebohongan
Para peneliti organisasional mempelajari kejujuran dan kebohongan
selama beberapa tahun dan sudah tiba pada kesimpulan di mana meningkatkan
kejujuran dan menghalangi kebohongan adalah dua masalah manajerial yang
berbeda yang tidak dapat dihubungkan dengan cara yang sama (Murphy 1993).
Kebijakan untuk meningkatkan kejujuran dalam suatu setting organisasi
melibatkan pemodelan perilaku jujur oleh semua pimpinan organisasi;
4
memfasilitasi diskusi dan menyediakan pelatihan mengenai etika bisnis dalam
konteks organisasi khusus; dan menetapkan kebijakan, peraturan dan struktur
(sebagai contoh, kode tingkah laku, hotline untuk melakukan tingkat laku yang
buruk) di mana kelompok pengharapan terhadap perilaku jujur sebagai norma
(Murphy 1993).
Grover (2005) mensurvei penelitian organisasi dan mendatangkan empat
kesimpulan mengenai kebohongan: (1) Kebohongan sulit untuk terdeteksi
(sebagai contoh, agen Pelayanan Rahasia U.S adalah salah satu dari beberapa
kelompok yang dapat secara konsisten mendeteksi kebohongan (Ekman dan
O’Sullivan 1991); (2) Kebohongan sebagian disebabkan oleh pemaksaan
struktural (sebagai contoh, sistem komputer yang membuat lebih mudah bagi para
karyawan untuk berbohong dibandingkan menemukan jawaban yang benar); dan
konflik antar perorangan (sebagai contoh, terkadang lebih mudah untuk
berbohong daripada berhubungan dengan konflik yang mendasari); (3) ada
perbedaan individu yang nyata ketika berbohong (Marwell dan Ames 1981;
Murphy 1993); dan (4) struktur penghargaan dapat meningkatkan kemungkinan
para pekerja berbohong (sebagai contoh, quota penjualan yang tidak realistis,
sistem evaluasi kinerja, dan lain sebagainya). Murphy mencatat bahwa pendekatan
untuk menurunkan kebohongan dalam organisasi meliputi sistem pengawasan
yang diperlakukan pada semua pekerja sama (sebagai contoh, jika kamera dalam
kamar kecil staf, kamera ini juga harus ada dalam kamar kecil eksekutif); nama
karyawan yang telah terjepit kebohongan dilaporkan di depan umum, (setidaknya
dalam organisasi); dan para karyawan yang melaporkan perilaku ketidakjujuran
5
dari yang lain dihargai di depan umum. Catatan bahwa tindakan manajerial ini
adalah berbeda dari pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan
kejujuran.
Tiga tema kunci muncul dari tinjauan singkat ini dari literatur non
akuntansi pada kejujuran dan kebohongan. Pertama, individu kelihatan memiliki
suatu pilihan untuk jujur kecuali dimodifikasi oleh kondisi lingkungan. Kedua,
para peneliti organisasional menyimpulkan bahwa peningkatan kejujuran dan
pencegahan kebohongan memerlukan dua kelompok kebijakan manajerial yang
berbeda. Pada akhirnya, dan dari relevansi langsung untuk para peneliti MCS,
ciri-ciri struktural dari setting organisasi, seperti sistem penghargaan berbasis-
budget, bisa mendukung bukannya mengecilkan hati orang yang berbohong.
3. Penelitian MCS pada kebohongan (dan kejujuran)
Penelitian pada pencegahan dan pendeteksian kebohongan
Benar-benar dipengaruhi oleh teori peragenan, mayoritas penelitian MCS
berbasis pada dasar pemikiran di mana tujuan dari sistem kontrol adalah untuk
mengurangi kebohongan, tidak untuk meningkatkan kejujuran. Memang, gagasan
di mana individual memiliki suatu tendensi yang melekat untuk berbohong yang
harus dikontrol sekitar beberapa dekade dalam literatur akuntansi manajemen,
khususnya dalam area budgeting. Argyris (1952) dan Lowe dan Shaw (1968)
adalah diantara pertama yang melaporkan bukti studi-lapangan menunjukkan
bahwa permasalahan kunci dengan menggunakan budget sebagai suatu arti dari
sumber-sumber pengalokasian dan kinerja pengevaluasian di mana manajer akan
memainkan sistem. Manajer bisa mencoba untuk menemukan atau mengacaukan
6
anggaran mereka dengan mengatur laporan pendapatan atau dengan membuat
keputusan jangka-pendek yang menghanyutkan nilai dalam jangka waktu yang
lama (Hansen, Otley, dan van der Stede 2003). Nama keluarga di saat belum
menikah, Sutcliff dan Heyns (2001) melaporkan bahwa, pada basis dari suatu
pandangan literatur pelaksana, salah satu dari permasalahan yang disebutkan
paling umum dengan sistem kontrol penganggaran yang mendukung permainan
dan perilaku jahat. Memang, beberapa mengusulkan bahwa seluruh proses
penganggaran perlu dipertimbangkan dan alat-alat kontrol lainnya
diimplementasikan karena, pada sebagian, pervasive manajer cenderung untuk
berbohong atau menipu ketika meluncurkan anggaran atau berupaya untuk
mencapainya (Hope dan Fraser 2003).
Rata-rata dengan MCS dapat digunakan untuk membatasi perilaku tidak
jujur yang diterima dengan perhatian penelitian yang tepat. Sejumlah studi
berbasis-teori-agency memeriksa efisiensi dari bentuk-bentuk kontrak insentif
yang berbeda dirancang dengan menghukum kebohongan (misalnya Chow,
Cooper, dan Waller 1988; Chow, Hirst, dan Shields 1994; Waller 1988). Studi ini
sering mempercayakan pada skema pembayaran gaji yang dikembangkan oleh
para peneliti analitis yang dimaksudkan untuk memotivasi laporan yang
sebenarnya (misalnya Ijiri, Kinard, dan Putney 1968; Weitzman 1976). Sesuai
dengan prediksi teori peragenan, studi ini menyediakan beberapa bukti bahwa
skema insentif “mempengaruhi-kebenaran” (Chow 1983) dapat mengurangi
penipuan dalam anggaran dan meningkatkan kinerja.
7
Para peneliti lainnya memfokuskan pada peranan tinjauan anggaran dan
penyelidikan varian sebagai suatu rata-rata pencegahan kebohongan sebelum
anggaran diakhiri atau mendeteksinya setelah hasil nyata diketahui. Seperti HRT,
studi ini menyelidiki cara-cara di mana asimetri informasi (yaitu alat-alat
kebohongan) dapat dikurangi. Kren (1993) menemukan bahwa adanya peninjauan
persetujuan perincian anggaran dapat mengurangi kekenduran anggaran
(penipuan). Webb (2002) melaporkan bahwa para peserta yang ditipu tidak
sebanyak pada submisi anggaran ketika dihadapkan dengan kemungkinan untuk
menjelaskan mengapa kinerja nyata mereka disimpangkan secara signifikan dari
anggaran.
Bukti kejujuran
Penelitian MCS yang ditinjau di atas memiliki yang biasa dipertahankan di
mana kebohongan adalah “alami” dan, oleh karena itu, sistem harus diletakkan
pada tempatnya dan mendeteksi ketidakjujuran. Seperti dicatat oleh HRT,
sejumlah studi MCS melaporkan hasil yang mengindikasikan bahwa individual
menunjukkan reaksi secara jujur bahkan ketika ada suatu penghargaan potensial
terhadap kebohongan. Sebuah penemuan umum dalam literatur penganggaran
adalah bahkan ketika individu diberikan insentif moneter terhadap kebohongan
melalui skema pembayaran gaji yang dipengaruhi-kekenduran dan memiliki
informasi pribadi mengenai kapabilitas kinerja mereka, mereka lebih jujur
dibandingkan prediksi teori agency (misalnya Chow et al. 1988; Waller 1988;
Young 1985; Webb 2002). Sebagai contoh, Chow et al. (1988) dan Waller (1988)
menemukan bahwa tingkat kebohongan secara berturut-turut hanya 34 persen dan
8
24 persen dari level kemungkinan maksimum dalam kondisi percobaan di mana
kompensasi meningkat pada proporsi langsung untuk memperluas kebohongan.
Ini tingkat kejujuran yang mengejutkan yang terlihat sehat dan kuat untuk kondisi
percobaan yang berbeda seperti Webb (2002), memanfaatkan suatu tugas yang
berbeda, laporan di mana kebohongan hanya 24 persen dari kemungkinan
maksimum. Seperti catatan Waller (1988, 96), ini nampak bahwa “faktor-faktor
dalam menambahkan untuk insentif pembayaran” mempengaruhi suatu
kecenderungan individu terhadap kejujuran.
Alasan-alasan untuk sejumlah sifat sebenarnya yang signifikan
didokumentasikan dalam studi MCS yang ditinjau di atas tampak berhubungan
dengan sifat individu yang menghendaki untuk terlihat sebagai “melakukan
sesuatu yang benar” karena tidak ada hukuman yang tegas terhadap kebohongan
dalam studi ini. Frederickson dan Cloyd (1998) dan Stevens (2002)
menganjurkan bahwa beberapa individu yang bisa mempertimbangkan
kebohongan mengenai anggaran mereka seperti tidak beretika. Stevens
menemukan suatu hubungan kebalikan yang signifikan antara kekenduran
anggaran (kebohongan) dan keyakinan individu yang berbohong dari jenis tidak
beretika ini. Sangat penting, Stevens menemukan bahwa keyakinan etika tidak
dipengaruhi oleh luasnya asimetri informasi – yaitu, tingkat di mana penciptaan
kekenduran dipertimbangkan tidak beretika yang tidak berhubungan dengan
jumlah informasi pribadi yang dimiliki oleh kebohongan peserta. Hasil Stevens
sesuai dengan bukti yang dipresentasikan lebih awal dari Grover 2005 yang
9
mengindikasikan bahwa, pada sebagian, keinginan untuk jujur merupakan suatu
karakteristik level-individu.
Para peneliti MCS lainnya menyelidiki kemungkinan di mana kejujuran
dapat ditingkatkan melalui eksistensi atau penegakan norma-norma atau
keyakinan sosial. Young (1985) menemukan bahwa individu merasakan tekanan
sosial untuk berkelakuan jujur, bahkan ketika tidak ada insentif keuangan yang
ada untuk melakukannya. Dengan cara yang sama, Stevens (2002) melaporkan
bahwa perhatian itu mengenai yang dilihat seperti yang dilakukan adalah sesuatu
yang benar (yaitu, meluncurkan suatu anggaran yang jujur) yang secara negatif
berhubungan dengan penciptaan kekenduran ( kebohongan). Jadi, sesuatu yang
diinginkan untuk memiliki suatu reputasi untuk jujur, yang mana, dalam studi
Stevens, meningkat ketika asimetri informasi yang menurun, dapat dihasilkan
dalam suatu perilaku jujur bahkan dalam ketiadaan suatu penghargaan untuk
reputasi. Hal yang penting, baik pada Young (1985) maupun pada Stevens
(2002), keinginan para peserta untuk memperlihatkan jujur bukan hasil arahan
dari percobaan yang menganjurkan bahwa kebenaran dinilai dalam pengaturan
tugas; rupanya, para peserta memiliki suatu sistem keyakinan yang memasukkan
suatu pilihan terhadap kejujuran ketika mereka sampai pada laboratorium.
Sebaliknya, Webb (2002) mengkomunikasikan para peserta di mana
penganggaran kejujuran adalah penting dalam pengaturan percobaannya sebagai
bagian dari reputasi individu. Dia menemukan bahwa bahkan dengan adanya
ketidakpastian pembayaran gaji terhadap kejujuran dengan rendahnya nilai yang
diharapkan, para peserta berbohong secara nyata ketika menceritakan bahwa
10
tendensi individual untuk menjadi jujur dapat diperkuat melalui penegakan dan
komunikasi dari suatu sistem keyakinan yang jelas mengindikasikan perilaku
yang dinilai oleh suatu organisasi.
Pada akhirnya, kita mempertimbangkan hasil dari Evans, Hannan,
Krishnan, dan Moser 2001, yang secara langsung mengevaluasi prediksi model
agency di mana pilihan individual terhadap kejujuran adalah minimal (Baiman
dan Lewis 1989). Sama dengan literatur kekenduran anggaran yang ditinjau di
atas, Evans wet al (2001) menyediakan sebuah perdagangan langsung antara
bertindak jujur dan memaksimalkan kekayaan. Dalam percobaan pertama mereka
menemukan bahwa level jujur melaporkan sekitar $16 ($66). Pada percobaan
kedua mereka meningkatkan pembayaran gaji yang tersedia melalui kebohongan
maksimum oleh suatu faktor dari lima dan masih menemukan level kejujuran
sekitar 43 persen, bahkan walaupun rata-rata (maksimum) pembayaran gaji
membatalkan peningkatan lebih dari $68 ($291). Level kejujuran tidak berbeda
secara signifikan antara dua percobaan, yang tidak konsisten dengan prediksi
berbasis-ekonomi (Brickley, Smith dan Zimmerman 1997) yang meningkatkan
pembayaran gaji terhadap kebohongan yang menghasilkan lebih banyak
kebohongan.
Tinjauan kita dari literatur MCS mengindikasikan bahwa fokus dominan
pada pengidentifikasian cara pencegahan atau pendeteksian kebohongan berbasis
pada asumsi di mana pilihan individu terhadap kejujuran adalah lemah.
Bagaimanapun, hasil dari kedua studi ini dan upaya yang lebih baru-baru ini
untuk memahami mengapa kebohongan tidak lebih pervasive memberi dukungan
11
kepada dugaan di mana individu melakukan suatu pilihan untuk jujur. Tinjauan
kita menganjurkan bahwa kedua faktor level individu (sebagai contoh, keyakinan
etika) dan faktor-faktor situasional yang tidak berhubungan dengan skema
kompensasi (sebagai contoh, sistem keyakinan, tinjauan anggaran, investigasi
varian) dapat memiliki dampak pada pilihan untuk bersikap jujur.
Asumsi yang berlawanan mengenai perilaku manusia
Pada basis penelitian yang ditinjau di atas, Tabel 1 (Panel A)
meringkaskan asumsi teori agency mengenai perilaku manusia dalam suatu setting
organisasional, seperti didokumentasikan dalam sebuah buku bacaan MCS yang
terkemuka (Anthony dan Govindarajan 2004, 582-3). Kita membedakan
kelompok asumsi standar ini yang disokong oleh Robert Simons (1995, 2000)
dalam penelitian dan buku bacaannya. Simons (2000) mengambil “suatu holistik
dan pandangan mengenai sifat manusia” didasarkan keduanya pada penelitian
MCS yang terbatas dalam bidang ini dan lebih secara luas pada psikologi sosial
dan penelitian perilaku organisasional. Simons mengusulkan sebagai fakta
bahwa MCS membangun pada tradisional, asumsi berbasis-teori-agency
mengenai perilaku manusia yang dihasilkan dalam sekurangnya lima
konsekuensi disfungsional yang potensial, tidak semua dari ini perlu diharapkan
(lihat Tabel 2). Ketika kita membedakan konsekuensi ini dengan penelitian
organisasional pada faktor-faktor yang dapat membawa pada peningkatan
kebohongan, kita melihat bahwa setiap konsekuensi berhubungan secara erat
dengan salah satu dari faktor. Secara paradoksial, MCS, pada basis asumsi
kepentingan-sendiri dan perilaku oportunis, dalam kenyataannya bisa
12
meningkatkan perilaku mereka yang berupaya untuk mengontrol sebagai upaya
individu untuk “mengacaukan sistem”.
Simon (1995, 2000) berpendapat bahwa harus lebih menekankan pada
keduanya yaitu mengkomunikasikan keyakinan organisasi kepada para
anggotanya dan mengidentifikasi dan memperkuat batas-batas yang tegas pada
apakah anggota organisasional tidak mengizinkan untuk melakukan ketika
pekerjaan mencapai tujuan organisasinya. Dalam konteks penelitian
organisasional yang ditinjau di atas, dia menganjurkan bahwa manajemen senior
mengkomunikasikan keyakinannya mengenai laporan norma-norma kejujuran.
Singkatnya, dia mendukung MCS yang fokus pada peningkatan kejujuran bahkan
pencegahan dan pendeteksian kebohongan.
4. Ulasan pada prediksi HRT, rancangan penelitian dan hasil
Prediksi HRT
Dua hipotesis HRT pertama berhubungan dengan permulaan era modern
dari penelitian akuntansi (misalnya Felthan 1968; Demski 1973) di mana mereka
menanyakan sebuah pertanyaan mendasar: apakah pengaruh dari kehadiran
sistem informasi pada laporan manajemen kepada para pemilik? HRT
memprediksi bahwa eksistensi suatu sistem informasi akan meningkatkan
kejujuran manajer ketika melaporkan biaya kepada pemilik. Jika kita
membandingkan adanya/tidak adanya suatu sistem informasi dengan apakah
penelitian organisasi dan MCS yang ditunjukkan menjadi efektif dalam
mengurangi jumlah kebohongan dalam organisasi, akankah kita mengharapkan
13
intervensi sistem informasi untuk menyukseskan pengurangan manajer dari
tidak adanya laporan biaya? Suatu sistem informasi harus mempertimbangkan
analogi pada suatu sistem pengawasan yang memperlakukan semua peserta
percobaan dengan cara yang sama. Jika analogi tersebut ditangani, kemudian
penelitian organisasi (Murphy 1993) menganjurkan bahwa harus ada sedikit
kebohongan ketika suatu sistem informasi hadir dibandingkan ketika sistem ini
belum ada. Dengan cara yang sama, pandangan literatur MCS mengenai sistem
informasi sebagai suatu alat-alat yang mengurangi asimetri informasi antara
manajer dan pemilik (Chow et al. 1988), yang akan mengurangi peluang
ketersediaan untuk berbohong. Jadi kita memiliki sedikit perdebatan dengan dua
prediksi HRT pertama.
Hipotesis ketiga dan keempat juga berhubungan dengan permulaan dari
era penelitian akuntansi modern dalam menujukan pertanyaan (misalnya Demski
1974): apakah pengaruh dari sistem informasi yang lebih tepat pada laporan
manajerial kepada para pemilik? Pertimbangan mengenai sistem informasi
“keindahan” (atau konseptualnya yang berlawanan, “kekasaran”) yang merupakan
suatu tema awal dalam penelitian akuntansi berbasis-agency (Demski 1974;
Baiman 1975) yang secara umum ditemukan bahwa, semua yang lain berpendapat
bahwa mereka tidak dapat memprediksi yang manakah pengaruh pengganti
kerugian akan mendominasi perilaku (yaitu, suatu pilihan terhadap kejujuran
melawan keuntungan dari penyajian yang keliru) dalam kehadiran sistem
informasi yang lebih tepat. Walaupun sistem yang lebih tepat mengurangi asimetri
informasi, ini membutuhkan manajer untuk lebih berbohong untuk mendapatkan
14
pembayaran gaji yang sama yang diberikan sistem penghargaan yang digunakan
oleh HRT.
Tabel 1
Asumsi dan pengharapan yang berlawanan mengenai perilaku manusia
dalam setting organisasional.
Panel A: Asumsi keprilakuan
Berbasis-teori-agency’Psikologi sosial dan berbasis+-penelitian perilaku organisasional
Karyawan sebagai agen dalam organisasi Bertindak dalam kepentingan-sendiri
- Waktu luang lebih suka untuk berusaha pada level kompensasi yang sama.
Menentang-kerja - Mereka menyusup
Menentang-resiko - Dalam kaitannya dengan
peningkatan tidak menggunakan kekayaan
“Pandangan holistik dan dirondekan dari sifat manusia”, Manusia secara umum: Ingin memperbesar Memilih untuk berbuat benar Berusaha untuk mencapai Suka berinovasi Ingin melakukan kerja yang
kompeten
Panel B: Pengharapan terhadap perilaku dalam organisasi Agen ekonomi Orang-orang modern kompleks
Menolak-usaha Memaksimalkan kekayaan Kepentingan-diri/oportunis Rasional
Berkomitmen kepada organisasi mereka
Termotivasi oleh penghargaan yang tegas dan hakiki
Sifat pilihan terhadap kejujuran Perhatian dalam meningkatkan –
personal dan kehidupan kerja.
Catatan : * Anthony dan Govindarajan 2004 (582-3)
+ Simons 2000 (13-4).
15
Kita setuju dengan HRT bahwa mempengaruhi ketelitian relatif dari
suatu sistem informasi yang tidak mudah untuk memprediksi pada basis tinjauan
kita dari penelitian organisasi dan MCS sebelumnya. Walaupun sistem yang lebih
baik akan mudah meningkat dengan pemilik yang dapat mendeteksi kebohongan
publik (Murphy 1993). Memang, rancangan percobaan (lebih pada di bawah ini)
mencegah kebohongan menjadi merakyat, dan suatu kesimpulan akhir
kebohongan hanya untuk periode tunggal karena tidak ada pengulangan interaksi
antar pemilik dan manajer. Oleh karena itu, pada basis dari pandangan kita
mengenai penelitian organisasi, kita memprediksi bahwa sistem informasi yang
lebih baik akan mengurangi kebohongan relatif pada suatu sistem yang lebih
mentah. Bagaimanapun, dalam setting percobaan HRT, pengaruh yang diberikan
kemungkinan dibatasi yang mana intervensi penurunan-kebohongan tidak
diimplementasikan. Literatur MCS juga menganjurkan beberapa pengurangan
dalam kebohongan yang akan terjadi sebagai hasil dari penggunaan sistem
informasi yang lebih baik karena dari pengurangan dalam asimetri informasi
berikutnya dihasilkan (sesuai dengan argumen HRT). Walaupun HRT
berpendapat bahwa hipotesis null adalah pengharapan yang tepat, analisa kita
mengarah pada keyakinan bahwa kejujuran akan meningkat (tidak menurun)
dengan ketelitian sistem informasi.
16
Tabel 2
Beberapa konsekuensi dari MCS berbasis-teori-agency dan desakan implisit dari
perilaku kebohongan
Konsekuensi organisasional MCS yang dirancang menggunakan asumsi teori agency* Hal yang menentukan kebohongan
Membuatnya sulit bagi orang untuk memahami bagaimana mereka dapat berkontribusi
Menciptakan tekanan dan godaan terhadap para pekerja
Menciptakan permintaan yang bersaing
Memberikan terlalu sedikit sumber daya kepada orang lain
Membuat orang lain takut terhadap resiko
Struktur
Penghargaan
Konflik
Struktur
Perbedaan individu
Rancangan Penelitian HRT
Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diberikan diajukan oleh HRT,
mereka tidak mencakup berbagai intervensi yang dianjurkan oleh penelitian
organisasional dan penelitian MCS baru-baru ini sebagai cara meningkatkan
perilaku jujur. Memang, perhatian yang besar diambil untuk memastikan bahwa
keyakinan dan batas-batas tidak dikomunikasikan kepada para peserta percobaan
mereka. Selanjutnya, HRT menciptakan suatu setting percobaan dengan kondisi
yang meningkatkan kebohongan, termasuk hal yang berikut:
Asuransi yang ada tidak memiliki konsekuensi negatif terhadap laporan
ketidakjujuran (yaitu, tidak ada interaksi ulangan, jadi reputasi yang berkaitan
tidak timbul);
17
Penghargaan yang meningkat ketika laporan ketidakjujuran meningkat
(khususnya dalam kondisi sistem informasi yang tepat); dan
Terbatasnya interaksi antar personal antara manajer dan pemilik (manajer
memegang pemilik bentuk anggaran, tidak ada diskusi yang berlangsung);
Sewajarnya, memaksimalkan HRT kemungkinan bahwa para peserta
percobaan mereka akan berbohong, jadi menyediakan peluang keduanya untuk
mereplikasi penemuan dasar dari Evans et al. 2001 dan untuk menemukan suatu
dampak dari ketelitian sistem informasi.
Untuk memeriksa pengaruh dari sistem informasi terhadap kejujuran
dalam laporan, HRT menggunakan suatu sistem yang tidak serupa yang sebagian
besar harus dilakukan oleh organisasi sebagai bagian dari MCS. Ini hanya laporan
yang kemungkinan besar berkisar (ketelitian 70 persen) dari hasil biaya nyata, dan
laporan yang disediakan untuk manajer dan pemilik sebelum laporan manajer
biayanya dianggarkan. Sistem informasi tidak digunakan untuk menghargai atau
menghukum, namun ini digunakan untuk memantau kinerja; ini disajikan hanya
untuk memanipulasi tingkat asimetri informasi antara manajer dan pemilik.
Untuk menguji pengaruh ketelitian, dua versi dari sistem informasi digunakan.
Hanya berbeda antara dua versi yang merupakan ketelitian dari range biaya yang
disediakan dalam laporan biaya. Sistem yang lebih baik melaporkan range yang
lebih kecil dari biaya nyata (0.20 lira) dibandingkan sistem yang lebih kasar (0.50
lira), tetapi dengan level ketelitian yang sama (70 persen) di mana biaya nyata
menurun di mana range dilaporkan. Operasionalisasi HRT dari sistem informasi
18
dan manipulasi mereka dari ketelitiannya adalah efektif dan dengan tepat
memberikan pertanyaan-pertanyaan penelitian mereka.
Hasil HRT
Laporan HRT bahwa pengenalan dari suatu hasil sistem informasi
(dengan tanpa sistem) dalam laporan manajerial yang lebih sebenarnya kepada
pemilik. Sesuai dengan penelitian organisasional dan MCS sebelumnya, beberapa
manajer selalu benar, bahkan dalam kondisi tanpa sistem informasi (lihat
histogram dalam Gambar HRT 1 dan 2). Ini menguatkan penemuan dari studi
yang ditinjau di atas mengindikasikan bahwa beberapa orang memiliki pilihan
yang kuat terhadap perilaku jujur yang mereka tidak akan bertindak secara tidak
jujur bahkan pada sebagian besar kondisi mencoba. HRT juga mencatat bahwa
dalam perlakuan tanpa sistem informasi, ada suatu titik fokal yang kuat terhadap
biaya yang dilaporkan (5.5, per Gambar 1, saluran A), yang mana hasilnya dalam
suatu divisi yang sama dari keuntungan antara manajer dan pemilik.
Hasil pada pengaruh ketelitian sistem laporan berlawanan dengan analisis
kita; sistem informasi yang lebih baik menghasilkan lebih banyak kebohongan
dibandingkan sistem informasi yang lebih kasar. Selanjutnya, hasil ini tampak
menjadi kuat pada berbagai spesifikasi uji statistik yang diperiksa oleh HRT.
Implikasi yang mengejutkan tampak menjadi jelas: membuat suatu investasi yang
mahal dalam informasi yang lebih tepat akan meningkatkan kebohongan. HRT
tampil untuk menemukan sebuah variabel struktural baru yang meningkatkan
kebohongan, ketelitian dari sistem informasi.
19
Kita yakin ada suatu interpretasi alternatif dari hasil HRT pada pengaruh
ketelitian sistem informasi. Ingat bahwa HRT melaporkan bahwa dalam kondisi
tanpa sistem informasi, kira-kira sama atau devisi yang “wajar” dari keuntungan
antara manajer dan pemilik yang merupakan suatu titik fokal yang tidak
diharapkan. Eksistensi ini dari titik fokal ini mengarah kepada pertimbangan
literatur akuntansi manajerial pada “kewajaran” (misalnya Luft dan Libby 1997;
Luft 1997) yang menunjukkan orang berusaha untuk menjadi wajar (sekalipun
terkadang dalam suatu mode kepentingan-sendiri) ketika mengalokasikan
pendapatan antar pihak. Tendensi ini telah dihubungkan dengan mengaitkan
keadilan distributif di mana individu membuat keputusan yang wajar berbasis
pada bagian bagaimana sumber-sumber dialokasikan (sebagai contoh,
keuntungan) (Libby 1999).
Analisis HRT kita pada sistem informasi yang tepat menunjukkan bahwa
ini lebih memerlukan kebohongan manajerial dalam rangka untuk menciptakan
suatu alokasi yang sama dari keuntungan antara pemilik dan manajer
dibandingkan dengan sistem yang lebih kasar. Karena itu, manajer tidak bisa
menimbang keuntungan dari penyajian yang keliru terhadap mereka dari kejujuran
yang muncul, seperti perkiraan HRT. Memang, manajer mungkin membuat
penjualan antara kewajaran dari alokasi keuntungan antar pihak dan keuntungan
dari kejujuran yang timbul. Dengan meningkatkan kebohongannya dalam kondisi
sistem informasi yang lebih tepat, manajer menciptakan suatu alokasi yang
“wajar” dari surplus antara dua pihak. “Kewajaran” yang sama dari alokasi
20
keuntungan dapat diperoleh dengan sangat sedikit kebohongan dalam perlakuan
sistem informasi yang lebih kasar.
Kita menganjurkan, pada basis analisis kita dari rancangan percobaan,
yaitu suatu interaksi antara sistem penghargaan dan ketelitian dari sistem
informasi, dibandingkan keindahan sendiri, yang menyebabkan hasil HRT.
Karena itu, kita tidak yakin bahwa HRT mengidentifikasi sebuah variabel
struktural baru yang meningkatkan kebohongan (yaitu, ketajaman sistem
informasi). Cukup, mereka menggambarkan efek bersama pada kejujuran dari
jenis khusus sistem penghargaan dan sebuah variabel struktural (sistem
informasi).
5. Kemungkinan penelitian masa mendatang
Hasil HRT menunjukkan bahwa dalam kondisi yang sangat kondusif
untuk berbohong, beberapa orang tidak akan pernah berbohong, beberapa orang
akan hampir selalu berbohong, dan beberapa (kelompok terbesar per HRT
Gambar 2) lebih suka menjadi jujur tetapi akan melaporkan ketidakjujuran di
bawah beberapa kondisi. Ini merupakan kelompok terakhir yang dapat dibantu
dengan merancang MCS yang mendukung pilihan individu terhadap kejujuran.
Para desainer MCS, bagaimanapun, perlu mengakui bahwa penelitian organisasi
dengan jelas menunjukkan bahwa sistem kontrol meningkatkan kejujuran yang
tidak sama seperti mereka yang bertujuan untuk mengurangi kebohongan. MCS
yang paling tradisional berbasis pada prinsip-prinsip pendeteksian dan
21
pencegahan kebohongan, bukan promosi kejujuran (misalnya Anthony dan
Govindarajan 2004).
Penelitian HRT dan studi serupa lainnya (misalnya Evans et al. 2001)
adalah permulaan untuk mendemonstrasikan, menggunakan teknik-teknik
penelitian konvensional, yang mana MCS perlu dirancang sebagai perilaku jujur
yang “lebih memungkinkan” (Aherns dan Chapman 2004), tidak hanya sebagai
pengontrol dan detektor dari perilaku ketidakjujuran. Seperti Davila (2005, 57),
dalam salah satu studi pertama untuk mempertimbangkan apakah MCS akan
melihat seperti pada basis peningkatan kejujuran, menganjurkan:
MCS tidak membebankan tanpa menghiraukan peristiwa khusus yang
dihadapi para karyawan; namun mereka mendukung kerja dengan
menjelaskan konteks, suara yang diberikan dan hak-hak keputusan untuk
disesuaikan dengan kebutuhan para karyawan. Selain itu, mereka
menangkap pengetahuan yang dikembangkan dan kodenya untuk
meningkatkan kemampuan dari tugas-tugas yang mendukung organisasi.
Beberapa kemungkinan khusus
Pada basis dari analisis kita, kita yakin penelitian berikutnya dibutuhkan
untuk menaksir generabilitas dari penemuan HRT di mana sistem informasi yang
lebih tepat menghasilkan kurangnya informasi. Seperti kita anjurkan, ini mungkin
bahwa keadilan distributif berkaitan para peserta dalam kondisi sistem informasi
yang lebih baik untuk mengorbankan beberapa kejujuran dalam suatu upaya
untuk menciptakan distribusi keuntungan yang lebih wajar. Penelitian selanjutnya
22
akan memeriksa pengaturan di mana skema insentif memerlukan penjualan
yang lebih kecil antara perolehan alokasi keuntungan yang wajar dan keuntungan
dari kejujuran yang dilaporkan. Para peneliti dapat juga menyelidiki setting di
mana manajer kurang pasti mengenai pengaruh dari tindakan mereka terhadap
alokasi keuntungan (sebagai contoh, ketika kasus dalam organisasi dengan pusat
tanggung jawab ganda). Menurunkan hal-hal yang penting dari penjualan yang
penting untuk menerima suatu distribusi keuntungan yang “wajar” bisa
mengurangi pengaruh dari ketelitian informasi yang dilaporkan oleh HRT.
Tinjauan kita dari literatur yang lebih luas pada kejujuran (dan
kebohongan) juga menganjurkan peluang untuk penelitian selanjutnya. Satu
kemungkinan untuk memeriksa tingkat di mana penekanan yang lebih besar pada
sistem keyakinan dan sistem batasan (yaitu, menarik pada pilihan individu
terhadap kejujuran) mungkin mengimbangi atau disajikan sebagai suatu pengganti
untuk alat-alat kontrol diagnostik yang lebih keras (sebagai contoh, pengaturan
anggaran dan menyelidiki varian) yang meminta berjudi dan perilaku
disfungsional. Khususnya, kita menanyakan apakah hasil HRT pada ketelitian
informasi akan menghasilkan pengaturan di mana kejujuran merupakan suatu
komponen yang diartikulasikan dengan jelas dari sistem nilai organisasi. Dalam
nada yang serupa, Tomkins (2001) menganjurkan bahwa penempatan penekanan
yang lebih besar pada pengembangan kepercayaan (yang menduga perilaku
jujur) dalam hubungan yang bisa mengurangi kebutuhan terhadap kontrol yang
lebih keras. Sebagai contoh, penelitian dapat memeriksa apakah eksistensi
kepercayaan yang lebih besar antar individu mengizinkan bagi MCS yang lebih
23
jarang pada subjektivitas dalam beberapa area (sebagai contoh, evaluasi kinerja),
dengan kurangnya penekanan yang ditempatkan pada kontrak yang berat
“melakukan ini, mendapatkan itu” sifat yang mengasumsikan ambang kejujuran
(Gibbs, Merchant, Van der Stede, dan Vargus 2004).
Ringkasnya, kita membantu bahwa HRT akan merangsang penelitian
yang selanjutnya memeriksa bagaimana suatu perubahan dalam asumsi mendasar
mengenai sifat manusia yang dapat memiliki konsekuensi langsung terhadap
rancangan dan menggunakan MCS. Kita yakin bahwa penggunaan suatu
anggapan dari suatu pilihan dasar terhadap kejujuran yang menyediakan suatu
fundamen yang kaya bagi para peneliti pencarian MCS untuk menemukan cara-
cara yang mempermudah penyelidikan modern kompleks dalam pemenuhan
setting organisasional.
24
top related