adat melayu jambi 1

Post on 13-Oct-2015

238 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

MAKALAH SISTEM KEKERABATAN DAN JARINGAN KEKUASAAN ADAT MELAYU DI JAMBI

OLEH:ADESH FEBRIYENI3133322041

PENDIDIKAN ANTROPOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI MEDAN2014

A.Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini akan membahas tentang Sistem Kekerabatan dan Jaringan Kekuasaan yang terdapat didalamnya. Sebagaimana yang diketahui, kehidupan suatu kelompok masyarakat diatur oleh kompleks aturan-aturan dan adat istiadat yang tidak ditentukan oleh nalurinya secara biologis,tetapi oleh kebudayaannya.Konsepsi logis dari keadaan seperti itu timbullah aneka warna bentuk kelompok-kelompok keluarga dan kekerabatan antara suku-suku bangsa dalam arti etnis yang tidak hanya terjadi pada kelompok-kelompok yang berjauhan,tetapi sering juga terjalin pada kelompok yang dekat dengan tempat tinggalnya.Sistem kekerabatan ini dimulai dari terjadinya sebuah perkawinan.Dimana akan terdapat seorang suami,seorang istri dan anak-anaknya.Secara sederhana,keluarga merupakan ikatan terkecil dalam bentuk masyarakat yang dapat membentuk sebuah struktur.Struktur yangdimaksud adalah sistem nilai dan norma serta aspek-aspek budaya yang mengikatnya.Pada umumnya,sistem kekerabatan yang ada pada keluarga inilah yang akan membangun suatu perubahan baik itu di bidang sosial,politik,ekonomi,dan budaya.Jika kita melihat pada sejarah berdirinya kota yang ada di Indonesia,umumnya dipegang oleh sebuah keluarga.Bahkan orang-orang yang ikut menjalankan serta mengatur pembangunan kota tersebut adalah berasal dari hubungan kekeluargaan.Hal ini dapat membuktikan betapa kuatnya sistem kekerabatan dalam perkembangan politik pada suatu daerah.Dengan adanya sistem kekerabatan ini,tidak menutup kemungkinan akan memperluas jaringan kekuasaan pada daerah-daerah lainnya.Melihat hal demikian,saya tertarik untuk mengkaji tentang sistem kekerabatan dan jaringan kekuasaan yang ada pada masyarakat Melayu di Jambi.Dimana suku ini termasuk suku yang sangat patuh pada adat, dan kebudayaanya sangat sedikit tercampur dengan kebudayaan asing.Apalagi ditambah dengan adanya suku pedalaman yang masih primitif (Suku Anak Dalam) yang masih mendiami daerah ini.Selain itu,Jambi juga mempunyai berbagai macam suku yang tersebar di Kabupatennya.

1Adapun tujuan saya dalam memaparkan kehidupan masyarakat Melayu yang ada di Jambi antara lain: Sebagai bahan untuk memeperkuat apresiasi budaya bangsa Sebagai bahan referensi bagi pembaca terutama dalam penelitian sejarah dan budaya Sebagai bahan untuk mengungkapkan identitas bangsa atau suku bangsa dalam memperkuat kepribadian bangsa,mengingat semakin memudarnya kebudayaan akibat kemajuan zaman.Provinsi Jambi meliputi areal seluas 53.244 km2.Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau,sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan,sebelah Timur berbatasan dengan Selat Berhala dan sebelah Barat berbatasan dengan Sumatra Barat.Secara administratif,kota Jambi dibagi atas satu Kotamadya dan lima Kabupaten,yaitu Kotamadya Jambi,Kabupaten Batang Hari,Kabupaten Bungo Tebo,Kabupaten Sarolangun,Kabupaten Kereinci dan Kabupaten Tanjung Jabung.Provinsi Jambi mempunyai penduduk asli yaitu penduduk yang nenek moyangnya telah menetap di daerah Jambi pada zaman dahulu . Termasuk dalam kategori penduduk asli ialah suku Kubu (suku anak dalam ), suku Bajau , Kerinci,dan orang Batin. Semuanya termasuk dalam penduduk asli yang secara etnis ras Melayu.Namu ada juga penduduk pendatang yaitu orang-orang Jawa,Minangkabau,orang Bugis,Banjar,Batak dan Palembang.Didalam daerah kabupaten diatas, banyak ditemukan suku anak dalam yang bertempat tinggal dipelosok daerah tersebut.Sebagai akibat dari kehidupan suku anak dalam yang terisolasi mengakibatkan tingkat kebudayaan dan peradaban mereka masih rendah.Hal ini dapat kita lihat dari bentuk rumah,susunan dan bangunannya serta tradisi-tradisi yang mereka lakukan yang masih berpegang pada kepercayaan nenek moyang.Jambi sebagai salah satu kelompok etnis Melayu di Nusantara selalu berpegang teguh kepada adat. Berbagai bentuk adat istiadat tersebut berpedoman pada ungkapan mereka yang mengatakan : adat bersendi Syarak, Syarak bersendi kitabullah. Artinya adat berintikan atau berlandaskan kepada hukum-hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran. Dengan demikian hampir semua orang Melayu di Jambi beragama Islam. Meskipun faktor geografis Jambi terletak di jalur lalu lintas perdagangan tentu tidak lepas dari kesempatan yang luas untuk mempunyai hubungan kebudayaan dari negri lain atau bangsa lain.2Walaupun kepercayaan Hindu tersebar luas di berbagai jagat Melayu pada abad lalu, tetapi pengaruh Islam pada daerah ini sudah mendarah daging . Namun pada kenyataannya pengaruh kepercayaan tradisional masih melekat kuat pada mereka. Karena mereka menganggap kepercayaan tradisional merupakan kelanjutan dari masuknya agama Islam ke daerah tersebut. Sehingga sukar sekali untuk mengubah sistem kepercayaan lama yang didasarkan pada apa yang disebut Animisme.Adanya jaringan kekuasaan semakin mendukung adanya bentuk kemampuan seseorang dalam memaksakan kehendaknya untuk mencapai tujuan tertentu.Sama halnya dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada daerah ini yang masih dipertahankan.Mulai dari sistem religi,pengetahuan,upacara bahkan sistem kesatuan hidup setempat mereka yang masih bersifat tradisional.Karena dalam pelaksanaannya,masyarakat ini diatur oleh pemimpin adat. Dari sini,dapat kita lihat bahwa sudah ada kekuasaan yang berlaku dari nenek moyang mereka agar kebudayaan itu tetap dipertahankan dan diwariskan secara turun-temurun.Apalagi bagi orang-orang Jambi sekaligus menjadi penduduk inti dari Kesultanan Jambi dahulu kala.Mereka di zaman kesultanan dibagi atas suku-suku yang mempunyai fungsi dalam kesultanan,yang disebut dengan suku dua belas.Hal ini ditandai juga dengan raja-raja yang pada zaman dahulu berkuasa di Jambi dengan berbagai peristiwa yang menyertai keberadaannya. Hal ini tercermin ketika masa kerajaan dipimpin oleh Datuk Paduko Berhalo. Paduko Berhalo aslinya bernama Ahmad Barus adalah keturunan ketujuh dari Sultan Saidina Zainul. Pengalihan masa kepemimpinan raja tersebut tidak lepas dari adanya hubungan kekerabatan yang diwariskan secara turun-temurun untuk mencapai tujuan untuk mensejahterakan kehidupan rakyatnya. Jaringan kekuasaan ini juga ditemui di tengah-tengah kehidupan keluarga yang akrab saling membantu serta saling menghormati. Hal ini tercermin dari berbagai peristiwa cerita pada sastra Melayu Jambi. Dimana pada saat Orang Kayo Hitam akan diangkat menjadi raja, para sanak keluarganya tidak hanya menunjukkan kesetiaannya tetapi juga menyumbagkan pikirannya, tenaga dan harta. Masing-masing anggota keluarga memiliki andil dalam membantu raja baru.

3Dengan demikian, kehidupan pada masa lalu belum ditemui adanya stratifikasi sosial yang pada umumnya menimbulkan konflik kekuasaan pada keturunan keluarga yang masih dalam kelompok kekerabatan yang dekat. Hal ini juga didukung biasanya melalui perkawinan antar Raja dimasa lalu. Selain unit politik, keluarga juga bisa dilihat sebagai unit ekonomi. Pertumbuhan atau perkembangan kerajaan bisa dilihat dari sejarah keluarga. Bahkan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah bisa juga dilihat dari peran yang dilakukan oleh suatu keluarga yang bergerak dalam kegiatan ekonomi. Jika kita lihat pada kehidupan masa kini yang bukan lagi seperti masa kerajaan dahulu. Di beberapa daerah, kita sering melihat tumbuhnya perusahaan-perusahaan yang bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama. Kebanyakan perusahaan tersebut merupakan instansi yang dibangun oleh keluarga bahkan terjadi proses regenerasi dalam perkembangannya.Dengan melihat fenomena sistem kekerabatan dapat membentuk suatu jaringan kekuasaan pada kehidupan manusia,saya melakukan analisis pada sumber pengamatan saya pada adat Melayu di Jambi. Hal ini juga sekaligus memperjelas teori-teori para ahli antropologi. Saya menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna.Kritik dan saran dari para pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan dalam penyusunan makalah ini.Akhir kata,semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Medan, 10 April 2014

Adesh Febriyeni

4B.Sistem Kekerabatan

Kekerabatan adalah menyangkut hububgan antar orang dalam pergaulan hidup.Salah satu cara terjadinya suatu kelompok kekerabatan adalah sebagai akibat dari adanya perkawinan.Hubunagn antara laki-laki dan perempuan memiliki keunikan tersendiri.Adanya hubungan biologis sebagai suatu kebutuhan mutlak manusia melahirkan suatu pranata yang dinamakan perkawinan.Di dalam perkawinan, terdapat serangkaian pereturan-peraturan yang menyesuaikan hubungan antara laki-laki dan perempuan.Menurut teori G.A Wilken bahwakeadaan perkembangan tertentu, manusia sedang membentuk kelompok keluarga inti di dalam masyarakat.Di dalam keluarga akan ada ibu,ayah dan anak-anaknya.Secara umum,terdapat tiga kelompok kekerabatan yaitu :1.Keluarga Batih (nuclear family) Keluarga batih adalah suatu unitkekerabatan yang terdiri atas pasangan suami istri yang menikah dan keturunannya secara langsung.Bentuk keluarga batih yang sederhan dan paling banyak dijumpai di seluruh pedesaan Jambi.Kelompok kekerabatan yang demikian, dapat juda disebut keluarga batih yang berdasarkan monogami,karena ada satuorang suami dan satu orang istri sebagai ayah ibi dari anak.Namun,pada daerah Jambi ada juga terdapat suatu bagian terkecil dari orang-orang laki-laki yang hidup dalam kelompok masyarakat yang melakukan poligini yang didominasi oleh orang yang kaya.Menurut mereka poligini ditimbulkan karena dorongan ingin memperoleh keturunan atau didorong oleh ikatan suatu tradisi tertentu yang dikaitkan dengan penguasaan atas sejumlah harta pusaka.2.Keluarga Luas(extended family) Keluarga besar adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari sejumlah keluarga batih yang menjadi satu dan bertindak sebagai satu kesatuan.Artinya,ikatan kekerabatan selanjutnya dapat diperluas sehinggadalam satu lingkungan kekerabatan.Pada masyarakat pedesaan di sepanjang pinggiran sungai Batanghari,dikenal pula kelompok keluarga luas,dimana kekerabatan selalu terjalin lebih dari satu keluarga batih.5Tetapi seluruhnya merupakan suatu satu kesatuan sosial yang yang amat erat dan tinggal bersama pada satu rumah atau pada satu pekarangan.Keluarga ini terbentuk berdasarkan suatu adat menetap sesudah nikah,dimana susunan keanggotaan keluarga terdiri dari suatu keluarga batih senior dengan keluarga batih dari anak-anak perempuan.Apabila ternyata di dalam suatu keluarga batih senior kebetulan mempunyai anak-anak perempuan yang seluruhnya terkena adat menetap setelah nikah,maka anak perempuan yang usia pernikahannya yang sudah lama akam memisahkan diri dari keluarga batih senior dan tinggal pada rumah khusus.Dalam istilah ilmiah kelompok ini disebut keluarga Uxorilokal.3.Persekutuan kelompok keturunan(corporate descet groups) Kelompok ini merupakan jaringan-jaringan individual yang menelusuri hubungan keturunan atau genealogis yang berasal dari suatu nenek moyang yang sama.Persekutuan kelompok ini meliputi lebih dari puluhan orang sebagai satuan-satuan kekerabatan tunggal atau yang terpisah.Demikian halnya,kelompok ini dijumpai di Kabupaten Kerinci.Dimana banyak dijumpai keluarga luas yang uxorilokal dan hidup terpecah ke dalam keluarga batih yang masing-masing tinggal dalam ruang atau petak rumah yang bergandengan samping kiri dan kanan.

Prinsip-prinsip KeturunanPrinsip keturunanmerupakan salah satu faktoruntuk mementukan batas-batas hubungan kekerabatan diantara kaum kerabat seseorang individu.Pembatasan ini sebenarnya mempunyai akibat,karena hal ini memnentukan siapakah diantara kaum kerabat yang jatuh dalam batashubungan kekerabatan dan yang diluar hubungan kekerabatan.Dalam hubungan kekerabatan dikenal tiga macam bentuk pokok dari prinsip keturunan yaitu: .Sistem kekerabatan patrilineal,yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan dari pihak ayah.

.Sistem kekerabatan matrilineal, yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan dari pihak ibu.

6Meskipun tidak menganut sistem kekerabatan ini,namun pada pedesaan dalam Kabupaten Bungo Tabo,diantaranya ada gabungan dari keluarga luas bilateral tetapi mempunyai tendensi terikat pada prinsip matrilineal.Hal ini nampak dalam sistem pergaulan kekerabatan mereka yang merasa lebih dekat dengan keluarga pihak ibu daripada keluarga pihak ayah.

Sistem kekerabatan bilateral, yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui garis keturunan dari pihak ayah maupun ibu.Dari ketiga prinsip kekerabatan diatas, pada dasarnya masyarakat pedesaan di Jambi menganut sistem bilateral,sebab setiap individu selalu menarik garis keturunannya yang menghubungkan dirinya kepada pihak ayah maupun pihak ibunya.Dengan perkataan lain hubungan kekerabatan antara seorang anak dengan kaum kerabat dari pihak ayah tetap sederajat dengan perhubungannya terhadap kaum kerabat ibunya.Oleh karena itu, dikenal pepatah Jambi yang mengatakan anak dipangku kemenakan dijinjing.Sistem kekerabatan bilateral ini dipraktekkan oleh orang-orang Batin yang berdiam di daerah Kabupaten Sarolangon Bangko dan Muara Bungo yang dianut oleh orang-orang Melayu Jambi.

Dengan adanya penggabungan sistem matrilineal dan patrilineal ini mengakibatkan kesenjangan dalam pelaksanaan upacara adat, maka partisipasi dari segenap kaum kerabat ibu dalam menunjang kegiatan itu lebih menonjol jika dibandingkan dengan kerabat pihak lainnya.Selain itu juga ditemui dalam penyelesaian masalah hak waris bagi anak perempuan dan laki-laki.Perwujudan sistem bilateral yang nampak secara terang benderang berorientasi hampir menyerupai keturunan matrilineal di pedusunan Kabupaten Kerinci.Dari hasil pengamatan menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang berdasarkan prinsip matrilineal berbentuk falsafah sekaligus struktur kemasyarakatannya yang disebut perut,kelebu dan lurah.Perut terdiri dari golongan kerabat keturunan ibu asal sampai masuk ke tingkat ke tiga dan kelebu juga berasal dari kaum kerabat keturunan ibu asal, dimana semua kerabat yang termasuk garis selanjutnya sesudah garis orang yang berasal moyang sampai pada batas tingkat kedua belas, adalah termasuk ke dalam hubungan satu kelebu. Sedangkan pada taraf yang selebihnya orang sudah masuk dalam satu lurah.7Sistem istilah kekerabatanHubungan antara sistem istilah kekerabatan dalam suatu bahasa dengan sistem kekerabatan dari masyarakat pendukungnya yang mengucapkannya sering mengalami gejala kesejajaran di antara keduanya.Demikian dengan penyebutan istilah untuk menyebut ayah dan saudara laki-laki ayah dalam sistem Jambi disebut dengan dua istilah yaitu ayah atau bapak dan paman.Menurut Prof.Dr. Koentjaraningrat, tiap-tiap bahasa mempunyai dua macam sistem istilah yaitu istilah menyapa atau terms adress dan istilah menyebut atau terms of reference.Istilah menyapa dipakai oleh si Ego untuk memanggil kerabat apabila ia berhadapan dengan kerabat lain dalam hubungan pembicaraan langsung.Sebaliknya istilah menyebut dipakai si Ego apabila ia berhadapan dengan seseorang yang lain,berbicara tentang seorang kerabat sebagai orang ketiga.

Sistem Kesatuan Hidup SetempatKesatuan hidup setempat tidak semata-mata terjadi karena ikatan kekerabatan tetapi dasar pokoknya adalah terletak pada adanya ikatan tempat kehidupan.Masyarakat yang tergabung dalam kesatuan hidup setempat pasti mempunyai tempat tinggal atau wilayah tertentu.Misalnya masyarakat suku anak dalam yang merupakan kelompok pengembara akan tetapi pada saat tertentu anggota-anggotanya berkumpul pada suatu tempat tertentu, apalagi pada saat melakukan acara adat perkawinan dan sebagainya.Masyarakat setempat ini bertjuan untuk mengawasi hubungan-hubungan sosial dengan wilayah tempat tinggalnya.Sebagai contoh,ada di beberapa tempat di lingkungan orang-orang batih dan orang Melayu Jambi yang masih mempertahankan tradisinya.Kesatuan hidup setempat ini juga sebagai ciri khasdari bahasa atau logat seseorang berasal.Mengenai kelompok kesatuan hidup setempat yang ada di daerah Jambi umumnya terdiri dari beberapa macam bentuk. Ada kelompok kesatuan yang membentuk karya tertentu.Misalnya, Organisasi Pegawai (KORPRI) dan Persatuan Guru (PGRI).Namun jika kita lihat pada masyarakat di Kabupaten Sarolangun Bangko yang kebanyakan bermata pencaharian bercocok tanam di ladang, maka kebiasaan mereka yang tidak tinggal menetap.Pada umumya, masyarakat pada daerah ini sangat menuakan kegiatan panen sehingga mereka sangat menjaga ladang tersebut.8Beda halnya dengan kehidupan di Kabupaten Kerinci, pola perkampungannya lebih mengelompok dibandingkan pedusunan orang-orang pedalaman lainnya.Banyak juga dijumpai di desa Batanghari yang hidup bertempat tinggal di sepanjang jalan,sungai.Dan suku anak dalam atau orang kubu yang ada di daerajh Jambi ini hidup berburu.Hal ini menunjukkan setiap kelompok identik mempertahankan suatu wilayah agar tidak didatangi oleh kelompok lain.Masyarakat yang umumnya menetap dengan cara kesatuan hidup setempat,selalu mempunyai pimpinan yang mencakup sebagian besar dari wilayah masyarakat.Biasanya,pemimpin adat ini dipilh pada orang yang sudah lama menetap dan merupakan keturunan penduduk tersebut.Pada orang-orang pedesaan di Bungo Tebo,kepala adat di dusun-dusun ialah Rio(kepala dusun).Namun,dusun-dusun dalam Kabupaten Kerinci juga mempunyai pemimpin yaitu kepala dusun yang dipengaruhi oleh faktor terotorial yang terbagi atas larik.Sebagaimana dengan adanya falsafah dalam sistem kemasyarakatan di daerah ini adalah:

Perut,diketuai oleh seorang Tengganai yang bertugas mengurus perkawinan,kenduri,pendirian rumah baru dan menyelesaikan perselisihan dan keputusan yangdibuat berdasarkan beliau

Kelebu, merupakan tingkat kesatuan genealogis yang berada diatas perut.Kepala dari kelebu adalah ninik mamak yang dipilih dari anggota perut dan kelebu.Ia memainkan peranan yang lebih penting dari tengganai,baik dalam persoalan adat maupun dalam pemerintahan dusun.

Lurah, adalah merupakan organisasi kemasyarakatan yang terbesar dalam sebuah dusun .Lurah dipimpin oleh Depati Lurah dan kedudukannya lebih tinggi dari ninik mamak.Tugasnya adalah mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan,pewarisan dan sebagainya

9C. Jaringan Kekuasaan

Pengertian kekuasaan selalu menjadi bahan perbincangan yang hadir dalam kehidupansehari-hari.Konsep kekuasaan ini juga sering diartikan berbeda-beda, misalnya kekuasaan dan politik yang ada dalam sebuah organisasi, pada stuktur kenegaraan.Namun, pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai bentuk jaringan kekuasaan sebagai akibat dari kuatnya sistem kekerabatan.Hal inilah yang juga melatarbelakangi munculnya defenisi kekuasaan dari beberapa para tokoh dan ahli dalam menjelaskan studi mengenai konsep kekuasaan tersebut.Defenisi yang cukup umum dapat kita temukan adalah kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang untuk menguasai orang lain, memaksa dan mengendalikan mereka sampai mereka patuh, mencampuri kebebasannya dan memaksakan tindakan-tindakan dengan cara-cara yang khusus. Menurut Fairholm,karakter kekuasaan itu antara lain:1,Kekuasaan bersifat sengaja karena meliputi kehendak dan bukan sekedar tindakan acak2.Kekuasaan adalah alat (instrumen) ialah alat guna untuk mencapai tujuan3.Kekuasaan bersifat terbatas, ia diukur dan diperbandingkan di aneka situasi atau dikaji kemunculannya.4.Kekuasaan melibatkan ketergantungan , terdapat kebebasan atau faktor ketergantungan yang melekat pada penggunaan kekuasaan5.Kekuasaan didasarkan pada oposisi atau perbedaan, partai harus berbeda sebelum mereka menggunakan kekuasaannya.Dari beberapa orang masih mempertahankan bahwa kekuasaan itu merupakan aspek organisasi,status, dan kedudukan dan bukan milik sifat individu.Jadi kita bisa menemukan batasan kekuasaan itu bermacam-macam sesuai dengan pendapat para ahli-ahli.Defenisi ini dijumpai pada masyarakat pedesaan di Jambi.Pembedaan kedudukan dan peranan bersifat minim,karena anggotanya yang sedikit dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya juga tidak banyak macam jumlahnya.

Pembedaan kedudukan orang dalam tiap-tiap masyarakat ada kalanya tidak sama,karena alasan-alasan yang diterima oleh pandangan umum dalam suatu masyarakat untuk mengukur kedudukan apakah yang tinggi dan yang rendah itu berbeda-beda.Kekayaan juga sebagai alasan untuk susunan berlapis,pada umumnya agak menonjol di kalangan masyarakat Melayu Jambi.Hal ini dikarenakan faktor geografis, dimana mereka kebanyakan hidup di sekitar perairan sungai Batanghari, dan juga dipengaruhi oleh segi-segi hubungan pergaulan dagang dengan masyarakat luar,sehaingga diantara mereka ada yang sempat kaya.Di lain pihak dan juga di lain masyarakat ada pula menempatkan kehormatan sebagai ukuran untuk memebang kekuasaan.Golongan-golongan ini pada umumnya memegang peranan tinggi.Sifat seperti inilah sebagai alasan untuk terjadinya lapisan-lapisan masyarakat.Dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat, diman penduduk yang merupakan keturunan dari penduduk-pen duduk inti yang pertama-tama membuka tanah sehingga pada akhirnya mendirikan suatu desa, sering dianggap sebagai lapisan yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan orang yang datang kemudian di dalam desa tadi.Oleh karena itu, mereka selalu menganggap dirinya lebih tinggi dan memiliki kekuasaan yang lebih daripada para pendatang.Keadaan seperti itu terjadi karena ada sangkut pautnya dengan hak atasorang-orang pertama datang lebih besar atas pertanian itu.Sebagai contoh konkret dapat dilihat dengan nyata bahwa sebagian besar areal tanah dan bangunan-bangunan toko pada pusat kota ambi masih dipunyai golongan-golongan tertentu dari penduduk inti.

Kekuasaan memiliki sejumlah karakteristik.Karakteristik tersebut mengarah pada kekuasaan selaku alat yang digunakan seseorang yaitu pemimpin dalam hubungan interpersonalnya.Menurut Johan Galtung membedakan antara otoritas dan wewenang.Kekuasaan cenderung menaruh kepercayaan pada kekuatan , sedangkan otoritas adalah kekuasaan yang dilegitimasikan dan mendapat pengakuan hukum.Dari defenisi tersebut, beliau juga membedakan ada tiga tipe dalam kekuasaan, antara lain:

Kekuasaan yang diperoleh karena sejak lahir yang berhubungan dengan dimensi ada(being power)

Kekuasaan yang diperoleh karena memilikisumber-sumber kemakmuran(having power)

Kekuasaan yang diperoleh karena kedudukan-nya dalam struktur(structure-power)

Ada tiga pembedaan atas kekuasan atas orang lain,antara lain:1.Kekuasaan Ideologis yaitu kekuasaan yang diperoleh melalui ide atau gagasan.Dasar untuk memperolek kekuasaan ini adalah persuasi.Maka itu, seseorang yamg mempunyai kepribadian menarik atau berkarisma besar, mempunyai daya persuasi besar untuk menanamkan pengaruh ideologis.Istilah lain untuk kekuasaan ideologis adalah kekuasaan normatif.Konkretnya kekuasaan ideologis dapat bekerja dan penerima kekuasaan harus mempunyai suatu kepatuhan.Kekuasaan ini dijumpai pada masyarakat daerah Jambi, tentang penduduk dan kebudayaanya yang pernah tertulis pada catatan sejarah.Penduduk daerah ini terdirindari dua golongan yaitu penduduk asli (suku Melayu) dan penduduk yang datang dari pulau Jawa, Sumbar, dan Tapanuli.Keadaan penduduk asli, ekonomi dan kebudayaannya belum dapat dikatakan maju.Sistem mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah bercocok tanam dan tergantung pada pertanian.Penduduk yang datang dari pulau Jawa, disamping bekerja sebagai buruh tani juga menyadap karet tuan tanah (pemilik atanah) dan juga bertani.Untuk bertani kaum tani harus menyewa tanah tuan tanah feodal (Pasirah) untuk kebetulan hidup kaum tani sehari-harinya biasanya disediakan oleh tuan tanah dan lintah darat.Ketidakadilan ini sering terjadi karena para penguasa tersebut dipegang oleh para pedagang-pedagang Tionghoa dengan berupa bahan-bahan sebagai pinjaman dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga pasaran, dengan ketentuan karet bagian kaum tani harus dijual pada mereka dengan harga yang jauh lebih murah dan pasaran.

12Keadaan seperti ini menyebabkan kehidupan para kaum tani tenggelam dengan hutang kepada tuan tanah dan lintah darat, karena terus diperas.Untuk menutupi keperluan hidup mereka sekeluarga, anak-anak kaum tani yang masih berada dibawah umur terpaksa bekerja keras membantu orangtuanya menyadap karet dan mencari kayu untuk dijual dan sebagainya.Kasus ini menunjukkan adanya suatu kekuasaan dari pihak yang dianggap memiliki kedudukan yang besar di suatu kelompoknya harus membuat suatu keharusan sebagai bentuk kekuasaannya, sehingga orang yang memerimanya harus patuh.2.Kekuasaan Remuneratif Kekuasaan remuneratif adalah kekuasaan karena mempunyai barang- barang untuk ditawarkan.Istilah remuneratifartinya membrikan hasil yang banyak atau menguntungkan.Dasar untuk jenis kekuasaan ini adalah kemempuan tawar- menawar atau berunding.Kekuasaan ini mengandung faktor ketergantungan (dependency) terhadap barang- barang yang dibutuhkan dari pihakpenerima kekuasaan.Bentuk kekuasaan ini juga dijumpai pada kaum tani yang berada di sekitar konsensi Niam Permindo (salah satu perusahaan minyak).Mayarakat di darah ini terancam oleh Permindo terhadap mereka karena sering dilakukan penangkapan- penangkapan.Penangkapan ini terjadi hanya atas pengaduan Permindo dengan alasan tuduhan yang tidak benar.Misalnya, sebatang pohon yang ditebang oleh kaum tani yang ujung dahannya yang rebah mengenai tiang kawat, terus diadukan dengan tuduhan telah merusak milik Permindo.Tanpa pemeriksaan terlebih dahulu, kaumtani ini sudah mendapat panggilan dari pihak Kepolisian.Disamping itu jika Permindo menemukan sumber minyak baru untuk keperluan pembangunan jalan dan sebagainya, mau tak mau kaum tani harus menyerahkan tanah mereka untuk keperluan perusahaan tersebut.Namun, sebelumnya telah diadakan perundingan antara perusahaan dan pihak kaum tani untuk memberikan uang ganti rugi, namun uang tersebut tidak sepenuhnya jatuh ke tangan kaum tani, beberapa persen daripadanya harus diserahkan kepada pemerintah (marga),Jumlah ini bergantung pada ketentuan Marga setempat.

13Keadaan ini sepenuhnya membenarkan masih berkembannya keuasaan sisa- sisa feodalisme di desa- desa akibat peraturan- peraturan yang meruguka kaum tani yang menempatkan mereka sebagai budak tuan tanah dan lintah darat.Kasus ini juga menunjukkan bentuk kekuasaan yang dilakukan penguasa untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan mengancam kehidupan orang lain3.Kekuasaan Punitif Kekuasaan punitif adalah kekuasaan karena mempunyai kejahatan yang sifatnya menghancurkan.Dasarnya adalah kekuatan atau kekerasan .Istilah punif yang berarti menghukum.Kekuasaan ini mengandalkan adanya ketakutan terhadap kejahatan dari orang lain.Tanpa ancaman dan kekerasan/ tindakan kekerasan itu sendiri pemaksaan tidak efektif.

Bentuk kekuasaan ini juga di jumpai pada kehidupan masyarakat Jambi.Penduduk yang mendatang (dari Sumbar dan Tapanuli), sebagian kecil bekerja pada berbagai instansi- instansi jawatan Pemerintahan.Pedagang- pedagang kecil termasuk pedagang pinggiran jalan, umumnya terdiri dari penduduk yang berasal dari Sumbar.Nasib pedagang pedagang ini tidak berbeda dengan nasib para kaum tani.Disamping tidak mempunyai modal, mereka juga dihisap terus- menerus oleh para pedagang yang besar,seperti orang yang mempunyai badan- badan usaha yang besar dan umumya dimiliki oleh orang- orang Tionghoa.Sejak pada zaman dahulu kaum Tionghoa merupakan pendatang ke daerah Jambi,dan sebagian besar mereka sukses menjalankan bisnis dagang mereka di kota ini.

Melihat hal ini, terjadi perselisihan antara pedagang kecil dan pengusaha Tionghoa.Hal ini ditandai dengan munculnya pemberontakan DB- PRRI berkuasa, beberapa dari pedagang- pedagang besar ini aktif ikut membantu kaum pemberontak dengan menyediakan bahan bakar dan kendaraan .Pemerintah melarang semua organisasi- organisai KMT (penguasa perang). Dareah ini diambil tindakan dengan menutup semua sekolah- sekolah Tionghoa.

14

Pergolakan ini sangat mempengaruhi situasi Jambi pada saat itu,administratif pemerintahannya yang tunduk pada Sumteng.Pada waktu itu dinyatakan berlaku di seluruh negri yaitu setelah kekuasaan dipegang oleh DB- PRRI. Timbul perjuangan untuk saling menguasau daerah Jambi.Untuk mencegah daerah Jambi sepenuhnya dikuasai , rakyat Jambi menyokong dan menganjurkan politik menuntuk Otonomi Tungkat I bagi daerah Jambi.Politik ini mendapat dukungan dari semua pihak.Otonomi ini menyangkut kepentingan semua golongan, maka kerjasama di kalangan partai- partai dapat diwujudkan.

Ikutnya kepala batu (kekuatan perjuangan) dalam perjuangan menuntut otonomi ini dengan tujuan untuk dapat terus berkuasa atau untuk mempertahankan kedudukannya dalam badan- badan instansi pemerintahan.Dlam perebutan kedudukan ini, terdapat kontrakdiksi yang tajam antara kekuatan yengah dengan kepala batu dari jabatan- jabatan penting, karena mereka sudah mempunyai jaringan- jaringan yang kuat sebelumnya.Adanya kelemahan pada kekuatan tengah dan kepala batu yang sama sama berkepentingan untuk mencegah timbulnya ukuran kekuatan dan kekuasaan di antara keduanya.

Pada kasus diatas semakin memperjelas bentuk konflik status, kedudukan bahkan kekuasaan yang terdapat dalam kelompok masyarakat.Dalam upaya dalam menguasai berbagai daerah di Jambi, muncul beberapa badan organisasi dan politik masyarakat dalam memperebutkan kekuasaan dan kehormatannya.Pembentkan badan tersebut dilandasi karena tujuannya dalam berjuang membela kepentingan daerah maupun kepentingan rakyat.Sehingga jelas tampak adanya saling adu kekuatan dalam mengambil posisinya dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

15D. Analisis

Manusia sebagai individu maupun sebagai masyarakat merupakan bagian yang sangat kompleks untuk dibicarakan. Karena seperti yang kita ketahui bahwa suatu masyarakat mempunyai bentuk- bentuk struktur sosial, seperti kelompok sosial, lembaga sosial, dan kekuasaan.Namun semuanya itu mempunyai derajat yang berbeda- beda dalam beberapa bidang tertentu.Struktur inilah yang menyebabkan pola perilaku, adat- istiadat maupun budaya masyarakat yang berbeda- beda pula.Tergantung dari tempat serta situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman.Pada mulanya, proses perkembangan masyarakat dan kebudayannya manusia akan melakukan ikatan perkawinan.Dengan kata lain di sebuah perkawinan akan terbentuk fungsi dan peran antara laki- laki dan perempuan.Adapun tujuan perkawinan itu adalah selain untuk mendapatkan keturunan, meningkatkan derajat status sosial laki- laki dan perempuan juga mendekatkan kembali hubungan kekerabatan yang dekat maupun yang berjauhan.Sesuai dengan objek yang saya bahas adalah sistem kekerabatan dan jaringan kekuasaan yang ada pada masyarakat Melayu Jambi.Menurut pandangan saya, kebudayaan Melayu Jambi belum sepenuhnya mengalami perubahan. Salah satu kebudayaan mereka yang masih melekat adalah sistem kepercayaannya.Sesuai dengan karangan buku seorang antropologi Inggris E. B. Tylor yang berjudul Primitive Cultures dikatakan bahwa makhluk halus yang berupa dewa itu berasal dari jiwa yang sudah lepas dari tubuh manusia dan hidup terus sepanjang masa.Di daerah Jambi,wujud dan tingkah laku yang bertujuan untuk memuja dewa terutama sangat terkenal di kalangan penduduk suku Anak Dalam (Kubu) yang menganggap dewa sebagai wujud nenek moyang yang memberikan kehidupan mereka yang aman dari malapetaka.Sama halnya dengan kebudayaan masyarakat Jambi dalam sistem kekerabatannya.Kebanyakan suku yang ada di daerah ini menganut sistem bilateral, dimana menarik garis keturunan dari pihak ibu dan ayah.

16Namunpada pelaksanaannya sistem kekerabatan ini tidak sepenuhnya berjalan dengan baik.Karena dalam praktek kehidupan orang Melayu di beberapa Kabupaten di Jambi ad yang berada di luar prinsip kekerabatannya.Karena selama ini sistem itu dipatuhi adat bilateral Melayu Jambi tidak akan pudar, walaupun beberapa sifat dalam sistem ini mengalami perubahan. Salah satu karakteristik sistem kekerabatan bilateral adalah setiap individu semua kaum kerabat ibu maupun kerabat ayahnya masuk dalam batas hubungan- hubungan kekerabatannya. Tetapi ada juga kelemahan yang dapat diamati dalam sistem ini.Hal ini ditandai dengan anak yang tidak dapat menyeimbangkan dan memihak antara ibu dan ayah. Apabila dalam sebuah kehidupan masyarakat satu orang tidak dapat melakukan kegiatan bersama dengan kerabat biologisnya, maka keadaan ini menyebabkan adanya motivasi suatu kelompok di daerah Jambi yang membawa prinsip patrilineal dan prinsip matrilineal.Sehingga ada semacam kombinasi antara keduanya.Pada prakteknya di kehidupan sehari- hari ada suku yang berdiam di Kabupaten Jambi berlainan dengan sistem bilateral yang umumnya dianut oleh orang- orang MelayuJambi. Di daerah ini ada penentuan batas hubungan kekerabatan dari seorang individu agak dipengaruhi oleh sistem matrilineal yang terdapat dalam Minangkabau.Sistem ini secara tidak langsung mengalami perubahan, seperti meregangnya hubungan antara anak dan kerabat pihak ayah karena hubungan kekerabatan lebih dekat dengan pihak ibu.Sebagai akibat dari pelaksanaan hubungan diatas, kebudayaan Melayu Jambi akan menciptakan konflik dalam keluarga.Pernyataan ini sesuai dengan sistem pembagian harta warisan, dimana suku Melayu masih berpatokan dengankebudayaan Arab yang terjalin pada masa lalu.Sehingga terkenal hukum kewarisan masyarakat patrilineal dan sebagian besar jatuh pada kerabat laki- laki. Sesungguhnya masyarakat Melayu Jambi sudah banyak melakukan pelaksanaan adat yang perlahan merubah sistem hubungan kekerabatannya.Lama kelamaan kebudayaan suku ini akan pudar .Melihat perkembangan masyarakat Melayu Jambi yang kurang terpusat ini, apalagi dipandang dari sudut sistem kemasyarakatannya yang menerapkan budaya sopan santun dalam melakukan hubugan sosial.Kebanyakan suku ini masih mempertahankan akan status dan kekuasaan yang mengarah pada teori Karl Max yang mengatakan untuk mencapai status dan kekuasaan diperlukan konsentrasi kekuatan.Mereka yang memiliki status sama atau setingkat melakukan konsentrasi bersama menjadi satu kelas sosial.17Tampaknya hal ini sudah lama terjadi karena masyarakat di daerah pedesaan.Warga suatu pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam dibandingkan hubungan mereka dengan masyarakat pedesaan lainnya.Sistem kehidupannya biasanya berkelompok atas dasar sisitem kekeluargaan.Hal ini sekaligus menjelaskan ciri- ciri relasi sosial yang ada di desa adalah pertama- tama mengutamaka hubungan kekerabatan.ini melihat kekayaan sebagai alasan untuk memiliki lapisan atau susunan tertentu dalam masyarakat.Siapa yang memiliki kekuatan besar, dialah yang memiliki kedudukan yang tinggi.Hal ini sudah terlihat pada doktrin masyarakat Jambi yang menganggap penduduk inti sendiri yang mempunyai kekuasaan lebih dibandingkan penduduk pendatang.Apalagi melihat kasus- kasus yang saya paparkan pada pembahasan diatas cukup memberikan pejelasan betapa kuatnya jaringan kekuasaan oleh sekelompok orang.Kejadian ini menandakan jaringan politik didalamnya untuk menguasai orang lain untuk patuh terhadap perintahnya.Jaringan politik yang sempat menggemparkan masyarakatnya pada daerah ini lebih mengacu kepada kekuatan orang- orang yang dianggap memilki kekuatan besar agar kedudukannya tidak dapat digantikan oleh pihak yang bukan berasal dari hubungan kekerabatannya.Menurut saya, kejadian dapat terjadi karena adanya perubahan- perubahan dalam stratifikasi sosial yang ada dalam daerah ini.Karena anggapan masyarakatnya yang masih melihat faktor kekayaan dan kedudukan itu yang menentukan posisi seseorang dalam masyarakat.Keadaan seperti inilah yang kemudian digunakan oleh sekelompok orang atau golongan- golongan tertentu untuk menggunakan kekuatannya sebagai alat untuk mencapai tujuannya.Namun, hal ini sebenarnya dapat di atasi apabila masyarakat Melayu Jambi isa membangun hubunga mereka agar tidak terjadi ketimpangan tingkatan status dan perannya di masyarakat.Rasanya perlu untuk di kaji kembali agar membangkitkan semangat masyarakat agar kejadian tersebut tidak terulang kembali terutama pada masa sekarang. Karena hal ini juga sangat bertolak belakang dengan kepribadian suku Melayu yang sangat patuh pada adatnya.Sebaiknya hal inilah yang harus dipertahankan oleh masyarakatnya untuk saling bekerjasama membangun relasi sosial bahkan jika berhadapan denganetnis maupun golongan diluar mereka.

18PENUTUP

Sistem perkawinan dan keluarga merupaka pranata dalam masyarakat yang berperan sangat penting dalam kehidupan manusia.Dari sistem ini pula muncul sisitem kekerabatan.Sistem kekerabatan sendiri merupakan bagian yang penting pula dalam struktur sosial.Kekerabatan adalah unit- unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan yang lainnya.Asal mula dan perkembangan keluarga dalam masyarakat telah lama menjadi perhatian para ahli- ahli dalm ilmu sosial.Dalam kajian antropologi ini ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar.Sistem kekerabatan disini diartikan sebagai hubungan- hubungan yang mempunyai latar silsilah yang sama, baik melalui keturun biologis, sosial, maupun budaya.Sistem kekerabatan dikenal istilah keluarga inti (hubungan kekerabatan yang terjadi karena tali pernikahan suami, istri dan anak).Ada juga bentuk keluarga luas lagi, bahkan sampai orang yang tinggal sama- sama satu lingkungan.Makalah ini juga mengatakan bahwa sistem kekerabatan atau sistem kekeluargaan yang salah tempat untuk menjadi kendala bagi pembangunan kota karena mendorong timbulnya kekeuasaan yang mengatas namakan kepentingan sendiri.Sistem kekerabatan seharusnya diletakkan pada posisi terhormat karena merujuk pada persamaan keturunan dan adat,sedangkan kekuasaan itu adalah mengambil sesuatu yang bukan haknya.Masalahnya, manusia menyakahgunakan sistem kekerabatan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.Dalam konteks ini, seseorang yang anggota keluarganya mempunyai kekuasaan (pejabat) cenderung menggunakan pengaruh keluarga itu untuk kepentingannya.SaranApabila di dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan,mohon dimaafkan.Saya sangat mengharapka kritik dan sarannya dari pembaca demi perbaikan makalah ini.Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

MAKALAH SISTEM KEKERABATAN DAN JARINGAN KEKUASAAN

OLEH:Sayro Situmeang3133322037

PENDIDIKAN ANTROPOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI MEDAN2014

DAFTAR PUSTAKAPoerwa Darminta, W.,J.S. Kmaus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai PustakaJams H. Donelly, JR, James L. Gibson, Jhon, M. Ivancevich. 1996. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Vol VIII. Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta.Konjoeningrat, Beberapa pokok Antropologi Sosial Jakarta,dian Rakyat,1967, Cetakan PertamaSimanjuntak, B.A. 2009.Konflik Ststus dan Kekuasaan Orang Batak Toba, Yayasan Pustaka Obor, Jakarta.

Zahari, A.M. 1981.Adat dan Upacara Perkawinan Wolio, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.Harian Kompas

Viva.news.comDetik.com.Windhu, I. Marsana. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung, Kanisisus, Yogyakarta.

top related