11 bab ii tinjauan pustaka hakekat belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/leni tri kuswiniarti bab...
Post on 20-Mar-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakekat Belajar
Menurut Baharudin (2007), Belajar merupakan proses manusia untuk
mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai
sejak manusia lahir sampai akhir khayat. Kemampuan manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi
masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan
memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan
bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan
budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi Bell-Gredler dalam Baharudin
(2007).
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan dalam dirinya melalui
pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar
dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku
juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Baharudin, 2007).
11
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
12
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dalam nilai
sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996).
Menurut Slameto (1991) menjelaskan bahwa belajar adalah proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk mempermudah suatu perubahan tingkah lakuyang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut Hilgrad dalam Sanjaya (2006), belajar diannggap sebagai proses
perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgrad
mengungkapkan “Learning is the process by wich an activity originates or
changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural
environment0 as distinguished from changes by factors not attributable to
training.” Menurutnya belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan
alamiah.
Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu
dengan lingkungan yang disadari.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan pada diri seseorang secara sadar, dalam hal ini terjadi
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
13
perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi
juga berbentuk kecakapan, keterampilan sikap, dan penyesuaian diri terhadap
suatu lingkungan.
2.2 Faktor yang mempengaruhi Belajar
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009), menjelaskan bahwa keberhasilan
dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya secara integrative dari setiap
faktor pendukungnya. Adapun faktor-faktor yang mepengaruhi keberhasilan
belajar, antara lain :
1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup :
a. Tingkat kecerdasan (intelligent quotient)
b. Bakat (aptitude)
c. Minat (interest)
d. Motivasi (motivation)
e. Keyakinan (belief)
f. Kesadaran (consciousness)
g. Kedisiplinan (discipline)
h. Tanggung jawab (responsibility)
2. Pengajar yang professional yang memiliki :
a. Kompetensi pedagodik
b. Kompetensi social
c. Kompetensi personal
d. Kompetensi professional
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
14
e. Kualifikasi pendidikan yang memadai
f. Kesejahteraan yag memadai
3. Atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif yang dimanifestasikan
dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah (multiple
communication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan
yaitu :
a. Komunikasi antara guru dengan peserta didik
b. Komunikasi antar peserta didik dengan peserta didik
c. Komunikasi kontekstual dan integrativ antar guru, peserta didik dan
lingkungannya.
4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta
didik merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk belajar, yang mencakup :
a. Lahan tanah, antar alain kebutuhan sekolah, halaman sekolah, halaman
dan lapangan olahraga.
b. Bangunan, antara lain bangunan kantor, kelas, laboratorium, perpustakaan
dan ruang aktivitas ekstra kurikuler
c. Perlengkapan, antara lainalat tulis kantor, media pembelajaran, baik
elektronik maupun manual.
5. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus meneganai perubahan
perilaku (behavior change) peserta didik secara integral, baik yang berkaitan
dengan kognitif, afektif maupun psikomotor.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
15
6. Lingkungan agama, social, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi serta
lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Lingkungan ini
merupakan faktor peluang (opportunity) untuk terjadinya belajar kontekstual.
7. Atmosfer kepemimpan yang sehat, partisipasif, demokratis dan situasional
yang membangun kebahagian intelektual (intellectual happiness), kebagaiaan
emosional (emotional happiness), kebahagiaan dalam merekayasa ancamann
menjadi peluang (adversity happiness) dan kebahagiaan spiritual (spitritual
happiness).
8. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya
pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah,
orangtua, maupun skateholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah
maju dari sebagai pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue).
2.3 Pemahaman Konsep
2.3.1 Pengertian Pemahaman
Menurut Sardiman (2010) Pemahaman atau comprehension dapat
diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Belajar berarti harus mengerti
secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi –
aplikasinya, sehingga menyeabkan siswa dapat memahami suatu situasi.
Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya
menangkap makna dari sebuah proses pemelajaran.comprehension atau
pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
16
bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap
tidak akan bermakna.
2.3.2 Kemampuan Pemahaman Konsep
Menurut Wardhani (2006) menjelaskan bahwa indikator pencapaian
aspek pemahaman konsep adalah sebagai berikut :
a. Menyatakan ulang sebuah konsep.
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
konsepnya.
c. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk presentasi.
e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan
mempunyai kemampuan pemahaman konsep apabila siswa mampu
mendefinisikan dan mengidentifikasikan konsep serta menyajikan konsep
dalam bentuk presentasi. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai
kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan
melakukan prosedur secara efisien dan tepat dalam menyelesaikan atau
memecahkan masalah.
2.4 Hakikat IPA Biologi
Menurut Marsetio dalam Trianto (2010), hakikat IPA pada dasarnya
dibangun atas produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu IPA
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
17
dibangun pula sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur. Sebagi
proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakanpengetahuan
tetang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk
artinya sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah
atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. IPA
sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu riset pada umumnya yang lazim diseut metode ilmiah .
Hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (kelimuan), tetapi
lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi dimana dengan
memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan
keyakinan akan adanya sang pencipta yaitu Allah SWT (Trianto, 2010).
2.5 Keterampilan Proses Sains
2.5.1 Pengertian Keterampilan Proses
Menurut Indrawati dalam Triyanto (1999), Keterampilan proses
merupakan keseluruhan suatu keterampilan ilmiah yang terarah (baik
kognitif maupun psikomotorik) yang dapat untuk menemukan suatu
konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan (falsifikasi) yang akan berperan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Keterampilan Proses Sains merupakan suatu pendekatan belajar-
mengajar yang mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
18
keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi
atau hal – hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun
pengembangan sikap dan nilai (Dwiyanti & Siswaningsih, 2005).
Menurut Juliato (2003) Keterampilan Proses Sains bermanfaat
dalam rangka :
a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan
c. Meningkatkan daya ingat.
d. Memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan
sesuatu.
e. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.
Keuntungan dengan Keterampilan Proses
a. Siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar.
b. Siswa lebih menghayati materi karena menghadapi langsung dengan
obyek belajar.
c. Sikap ingin tahu, kemampuan kreatifitas, sikap kritis, sistematis,
terbuka, jujur dapat ditumbuhkembangkan.
d. Siswa dilibatkan secara optimal baik mental maupun fisik, sehingga
pengetahuan mudah meresap dan tahan lama.
2.5.2 Jenis-jenis keterampilan proses
Keterampilan proses sains yang harus dikuasai oleh siswa antara
lain yaitu mengamati, mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan,
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
19
menghitung, mengukur, menafsirkan, melakukan percobaan,
memprediksi, melaksanakan tehnik manipulasi, mengklasifikasikan,
menggunakan alat, memformulasikan hipotesis, meramalkan,
menganalisis, mensintesis, menarik kesimpulan, mengartikan data,
menguasai dan memanipulasikan variable (faktor ubah), membentuk
suatu model dan menyusun satu definisi yang operasional (Julianto,
2003).
2.5.3 Kemampuan Bertanya
Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bertanya adalah
meminta keterangan atau penjelasan. Dalam hal ini bertanya agar
memperoleh keterangan atau penjelasan yang lebih baik dari yang tidak
diketahui atau yang diketahui sebelumnya. Kemampuan bertanya dapat
dilatih dengan mengamati secara seksama dan mempertanyakan mengapa
sesuatu itu memiliki kekhususan bentuk, warna, ukuran, bagian, symbol
dan sebagainya (Harsanto dalam Kurniasih (2011)).
Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009), bertanya merupakan
ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenali.
Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal
yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus
efektif yang mendorong kemampuan berfikir.
Menurut Tim LP3I (2010), kemampuan bertanya adalah suatu
pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
20
melibatkan/menggunakan tanya jawab. Kemampuan bertanya merupakan
kemampuan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari
orang lain.
Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa kemampuan bertanya
merupakan suatu cara untuk meminta respons berupa keterangan atau
penjelasan dari sesuatu yang belum diketahui ataupun sudah diketahui.
Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan
pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Menurut Sanjaya (2006),
pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa,
diataranya :
a. Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sebab berfikir itu
sendiri pada hakikatnya adalah bertanya.
c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa
untuk menentukan jawaban.
d. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.
Dalam penerapan model pembelajaran seperti CTL,
keberhasilannya sangat ditentukan oleh kemampuan siswa dalam
bertanya. Hal tersebut, karena model pembelajaran yang demikian tidak
menempatkan siswa sebagai objek belajar yang hanya bertugas
mendengarkan, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Akan tetapi,
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
21
mendorong siswa untuk berperan secara aktif dalam mencari dan
menemukan sendiri pengetahuannya. Proses mendorong siswa untuk
menemukan itu sangat dipengaruhi oleh kemampun guru dalam
membimbing siswa melalui proses bertanya (Sanjaya, 2006).
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa
kemampuan bertanya sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Selain itu,
kemampuan bertanya akan menjadikan siswa aktif dilihat dari siswa yang
mengajukan pertanyaan.
2.6 Model CTL (Contextual Teaching And Learning)
2.6.1 Pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning)
Menurut Sanjaya (2006), Contextual Teaching and Learning
(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009), Contextual Teaching and
Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan
untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara
bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata,
baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, social, ekonomi,
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
22
maupun cultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari suatu
onteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.
Menurut Sagala (2003) pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran CTL (Contextual teaching and learning) adalah model
pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran
dan mengaitkan dengan kenyataan yang dialaminya. Guru dalam model
pembelajaran ini hanya berperan sebagai fasilitator, sehingga
pembelajaran tidak terpusat kepada guru saja tetapi siswa diharuskan aktif
untuk mencari tahu apa yang menjadi permasalahan dalam materi yang
sedang dipelajari.
Menurut Sanjaya (2006), dari konsep tersebut ada tiga hal yang
harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan
pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks
CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
23
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari degan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ni sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan
tetatpi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarainya, akan tetap bagaimna materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan
kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
Lebih lanjut menurut (Sanjaya, 2006), terdapat lima karaketeristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL
yaitu :
1. Dalam CTL, pembelajarn merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang usdah ada (active knowledge), artinya apa yang akan dipelajari
tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
24
demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan
yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
memperoleh dan meambah baru (accquiring knowledge). Pengetahuan
baru yang diperoleh dengan cara deduktif artinya pembelajaran
dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian
memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding konowledge), artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untu dipahami
dan diyakini, misalnya denan cara meminta tanggapan dari yang lain
tentang pengetahuan yang diperolahnya dan berdasarkan tanggapan
tersebut baru pengetauan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knwoledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
2.6.2 Asas-asas CTL (Contextual Teaching and Learning)
CTL (Contextual teaching and learning) memiliki 7 asas. Asas-asas
ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
25
model CTL. Asas dalam model ini disebutjuga komponen-komponen
CTL.
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut baldawin dan Piaget dalam Sanjaya (2006),
menyatakan bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek
semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut konstruktivisme,
pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi
oleh dan dari dalam diri seseorang. oleh sebab itu pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan
pegamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan ojek
tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian
pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung
individu yang melihat dan mengkonstruksinya.
2) Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada
pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi
hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
26
harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental
seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental
itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik itelektual,
mental, emosional, maupun pribadi.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah yaitu :
a. Merumuskan masalah
b. Mengujikan hipotesis
c. Mengumpulkan data
d. Menuji hipotesis berdasarkan data yang ditentukan
e. Membuat kesimpulan
3) Bertanya (Questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab
pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari
keingintahuan setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses
pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begiti
saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.
Karena itu peran serta bertanya sangat penting, sebab melalui
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
27
pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan
siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya
akan sangat berguna untuk :
a. Menggali informasi tetang kemampuan siswa dalam penguasaan
materi pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama
dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam
lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh
dari hasil sharing denan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang
sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki
pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
28
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok –kelompok yang anggotanya
bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan
belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
Dalam hal tertentu, guru dapat mengundang orang-orang yang
dianggap memiliki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa.
Misalnya dokter untuk memberikan atau membahas masalah
kesehatan, para petani tukang reparasi radio dan lain-lain. Pada
pembelajaran masyarakat belajar, setiap orang bisa saling terlihat, bisa
saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman.
5) Pemodelan (Modeling)
Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan
adanya pemodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan
(identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan
dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk
menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu (Hanafiah dan
Suhana, 2009).
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berfikir tentang apa
yang baru dipelajarinya atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yag
sudah dilakukan atau dipelajarinya di masa lalu. Refleksi pembelajaran
respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang
baru diterima dari proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
29
mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai wujud pengayaan
atau revisi dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya (Hanafiah
dan Suhana, 2009) .
Menurut Sanjaya (2006) dalam proses pembelajaran yang
menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas
siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat
menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah
siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa
memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik
intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan
proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekananya
diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
30
2.7 Hasil Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Baihaki (2010) tentang peningkatan aktifitas belajar melalui
pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak materi Asma'ul Husna Kelas IV Semester II di MINU Pucang
Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009 – 2010. Hasil yang dilaporkan adalah terjadi
peningkatan aktifitas belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak materi Asmaul khusna dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I
(80,53%) dan siklus II (83,62%).
2. Rusdiyanto (2008) melakukan penelitian untuk meningkatkan minat belajar
peserta didik kelas VII B Mts Negeri Model Purwokerto, penelitian tersebut
menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana model CTL (Contextual teaching
and Learning) mampu meingkatkan minat belajar siswa.
3. Penelitian mengenai model CTL (Contextual teaching and Learning) juga
pernah dilakukan oleh Ayunani (2010) untuk meningkatkan daya analisis
siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden , hasil yang dilaporkan bahwa model
pembelajaran CTL (Contextual teaching and Learning) mampu meningkatkan
daya analisis siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden.
4. Yulianto (2006) melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar pada
mata pelajaran ekonomi pada siswa SMA Negeri 11 Semarang. Hasil yang
dilaporkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari 45% menjadi 70%.
5. Marlina (2010) juga melakukan penelitian menggunakan model CTL
(Contextual teaching and Learning) untuk meningkatkan daya kreativitas
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
31
mahasiswa pada perkuliahan dasar (rias kecantikan wajah dan rambut) di
Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil yang dilaporkan bahwa model CTL
(Contextual teaching and Learning) mampu meningkatkan kreativitas
mahasiswa terutama untuk membentuk dan mengembangkan konsep pada diri
mahasiswa dengan cara aplikasi ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
2.8 Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas VIII D SMP
Negeri 1 Sokaraja pada tanggal 10 Desember 2011 diketahui bahwa 62%
responden menjawab tidak bertanya jika mengalami kesulitan dalam pelajaran.
Hal tersebut terjadi karena beberapa alasan yaitu siswa masih malu untuk
bertanya, takut untuk mengutarakan pertanyaan dan malas berkomunikasi
dengan guru yang membosankan. Rendahnya kemampuan bertanya siswa
menjadikan pemahaman siswa terhadap konsep IPA materi Biologi menjadi
kurang. Hal ini dapat diketahui dari wawancara terhadap guru IPA kelas VIII D
mengatakan bahwa pemahaman siswa kelas VIII D terhadap konsep IPA Biologi
selama ini masih rendah prosentase siswa VIII D yang tuntas pada ulangan
harian ketiga sebesar 17%. Akar permasalahan kemampuan bertanya siswa yang
masih rendah disebabkan karena penggunaan model pembelajaran yang belum
menekankan pada keterampilan proses sains salah satunya kemampuan bertanya
sehingga pemahaman konsep IPA materi Biologi pada siswa kelas VIII D
rendah yang berdampak rendah terhadap hasil belajar siswa.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
32
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPA Biologi perlu
menggunakan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan bertanya
siswa. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada pencapaian salah
satu keterampilan proses yaitu kemampuan bertanya adalah model pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning). Dari permasalahan tersebut, maka
pemecahan masalahnya adalah menggunakan model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan bertanya
pada pembelajaran IPA Biologi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1
Sokaraja.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
top related