11 bab ii tinjauan pustaka hakekat belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/leni tri kuswiniarti bab...

22
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Belajar Menurut Baharudin (2007), Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir khayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi Bell-Gredler dalam Baharudin (2007). Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Baharudin, 2007). 11 Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Upload: trinhkhue

Post on 20-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Belajar

Menurut Baharudin (2007), Belajar merupakan proses manusia untuk

mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai

sejak manusia lahir sampai akhir khayat. Kemampuan manusia untuk belajar

merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk

hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi

masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus akan

memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan

bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan

budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi Bell-Gredler dalam Baharudin

(2007).

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan

perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan dalam dirinya melalui

pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar

dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap,

maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku

juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa

menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Baharudin, 2007).

11

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 2: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

12

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dalam nilai

sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996).

Menurut Slameto (1991) menjelaskan bahwa belajar adalah proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk mempermudah suatu perubahan tingkah lakuyang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Menurut Hilgrad dalam Sanjaya (2006), belajar diannggap sebagai proses

perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgrad

mengungkapkan “Learning is the process by wich an activity originates or

changed through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural

environment0 as distinguished from changes by factors not attributable to

training.” Menurutnya belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau

prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan

alamiah.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah

mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya

perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu

dengan lingkungan yang disadari.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses perubahan pada diri seseorang secara sadar, dalam hal ini terjadi

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 3: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

13

perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi

juga berbentuk kecakapan, keterampilan sikap, dan penyesuaian diri terhadap

suatu lingkungan.

2.2 Faktor yang mempengaruhi Belajar

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009), menjelaskan bahwa keberhasilan

dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya secara integrative dari setiap

faktor pendukungnya. Adapun faktor-faktor yang mepengaruhi keberhasilan

belajar, antara lain :

1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, yang mencakup :

a. Tingkat kecerdasan (intelligent quotient)

b. Bakat (aptitude)

c. Minat (interest)

d. Motivasi (motivation)

e. Keyakinan (belief)

f. Kesadaran (consciousness)

g. Kedisiplinan (discipline)

h. Tanggung jawab (responsibility)

2. Pengajar yang professional yang memiliki :

a. Kompetensi pedagodik

b. Kompetensi social

c. Kompetensi personal

d. Kompetensi professional

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 4: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

14

e. Kualifikasi pendidikan yang memadai

f. Kesejahteraan yag memadai

3. Atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif yang dimanifestasikan

dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah (multiple

communication) secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan

yaitu :

a. Komunikasi antara guru dengan peserta didik

b. Komunikasi antar peserta didik dengan peserta didik

c. Komunikasi kontekstual dan integrativ antar guru, peserta didik dan

lingkungannya.

4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, sehingga peserta

didik merasa betah dan bergairah (enthuse) untuk belajar, yang mencakup :

a. Lahan tanah, antar alain kebutuhan sekolah, halaman sekolah, halaman

dan lapangan olahraga.

b. Bangunan, antara lain bangunan kantor, kelas, laboratorium, perpustakaan

dan ruang aktivitas ekstra kurikuler

c. Perlengkapan, antara lainalat tulis kantor, media pembelajaran, baik

elektronik maupun manual.

5. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus meneganai perubahan

perilaku (behavior change) peserta didik secara integral, baik yang berkaitan

dengan kognitif, afektif maupun psikomotor.

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 5: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

15

6. Lingkungan agama, social, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi serta

lingkungan alam sekitar, yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran

secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Lingkungan ini

merupakan faktor peluang (opportunity) untuk terjadinya belajar kontekstual.

7. Atmosfer kepemimpan yang sehat, partisipasif, demokratis dan situasional

yang membangun kebahagian intelektual (intellectual happiness), kebagaiaan

emosional (emotional happiness), kebahagiaan dalam merekayasa ancamann

menjadi peluang (adversity happiness) dan kebahagiaan spiritual (spitritual

happiness).

8. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin (recurrent budget) maupun biaya

pembangunan (capital budget) yang datangnya dari pihak pemerintah,

orangtua, maupun skateholder lainnya sehingga sekolah mampu melangkah

maju dari sebagai pengguna dana (cost) menjadi penggali dana (revenue).

2.3 Pemahaman Konsep

2.3.1 Pengertian Pemahaman

Menurut Sardiman (2010) Pemahaman atau comprehension dapat

diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Belajar berarti harus mengerti

secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi –

aplikasinya, sehingga menyeabkan siswa dapat memahami suatu situasi.

Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya

menangkap makna dari sebuah proses pemelajaran.comprehension atau

pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 6: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

16

bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap

tidak akan bermakna.

2.3.2 Kemampuan Pemahaman Konsep

Menurut Wardhani (2006) menjelaskan bahwa indikator pencapaian

aspek pemahaman konsep adalah sebagai berikut :

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai

konsepnya.

c. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk presentasi.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari konsep.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan

mempunyai kemampuan pemahaman konsep apabila siswa mampu

mendefinisikan dan mengidentifikasikan konsep serta menyajikan konsep

dalam bentuk presentasi. Pemahaman konsep dapat diartikan sebagai

kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan

melakukan prosedur secara efisien dan tepat dalam menyelesaikan atau

memecahkan masalah.

2.4 Hakikat IPA Biologi

Menurut Marsetio dalam Trianto (2010), hakikat IPA pada dasarnya

dibangun atas produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu IPA

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 7: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

17

dibangun pula sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur. Sebagi

proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakanpengetahuan

tetang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. IPA sebagai produk

artinya sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah

atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran pengetahuan. IPA

sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk

mengetahui sesuatu riset pada umumnya yang lazim diseut metode ilmiah .

Hakikat IPA semata-mata tidaklah pada dimensi pengetahuan (kelimuan), tetapi

lebih dari itu, IPA lebih menekankan pada dimensi nilai ukhrawi dimana dengan

memerhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan

keyakinan akan adanya sang pencipta yaitu Allah SWT (Trianto, 2010).

2.5 Keterampilan Proses Sains

2.5.1 Pengertian Keterampilan Proses

Menurut Indrawati dalam Triyanto (1999), Keterampilan proses

merupakan keseluruhan suatu keterampilan ilmiah yang terarah (baik

kognitif maupun psikomotorik) yang dapat untuk menemukan suatu

konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada

sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan (falsifikasi) yang akan berperan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.

Keterampilan Proses Sains merupakan suatu pendekatan belajar-

mengajar yang mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 8: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

18

keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi

atau hal – hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun

pengembangan sikap dan nilai (Dwiyanti & Siswaningsih, 2005).

Menurut Juliato (2003) Keterampilan Proses Sains bermanfaat

dalam rangka :

a. Membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan

c. Meningkatkan daya ingat.

d. Memberikan kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan

sesuatu.

e. Membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

Keuntungan dengan Keterampilan Proses

a. Siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar.

b. Siswa lebih menghayati materi karena menghadapi langsung dengan

obyek belajar.

c. Sikap ingin tahu, kemampuan kreatifitas, sikap kritis, sistematis,

terbuka, jujur dapat ditumbuhkembangkan.

d. Siswa dilibatkan secara optimal baik mental maupun fisik, sehingga

pengetahuan mudah meresap dan tahan lama.

2.5.2 Jenis-jenis keterampilan proses

Keterampilan proses sains yang harus dikuasai oleh siswa antara

lain yaitu mengamati, mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan,

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 9: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

19

menghitung, mengukur, menafsirkan, melakukan percobaan,

memprediksi, melaksanakan tehnik manipulasi, mengklasifikasikan,

menggunakan alat, memformulasikan hipotesis, meramalkan,

menganalisis, mensintesis, menarik kesimpulan, mengartikan data,

menguasai dan memanipulasikan variable (faktor ubah), membentuk

suatu model dan menyusun satu definisi yang operasional (Julianto,

2003).

2.5.3 Kemampuan Bertanya

Menurut Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) bertanya adalah

meminta keterangan atau penjelasan. Dalam hal ini bertanya agar

memperoleh keterangan atau penjelasan yang lebih baik dari yang tidak

diketahui atau yang diketahui sebelumnya. Kemampuan bertanya dapat

dilatih dengan mengamati secara seksama dan mempertanyakan mengapa

sesuatu itu memiliki kekhususan bentuk, warna, ukuran, bagian, symbol

dan sebagainya (Harsanto dalam Kurniasih (2011)).

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009), bertanya merupakan

ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenali.

Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal

yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus

efektif yang mendorong kemampuan berfikir.

Menurut Tim LP3I (2010), kemampuan bertanya adalah suatu

pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 10: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

20

melibatkan/menggunakan tanya jawab. Kemampuan bertanya merupakan

kemampuan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari

orang lain.

Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa kemampuan bertanya

merupakan suatu cara untuk meminta respons berupa keterangan atau

penjelasan dari sesuatu yang belum diketahui ataupun sudah diketahui.

Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan

pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Menurut Sanjaya (2006),

pertanyaan yang baik memiliki dampak yang positif terhadap siswa,

diataranya :

a. Bisa meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam proses

pembelajaran.

b. Dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, sebab berfikir itu

sendiri pada hakikatnya adalah bertanya.

c. Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa serta menuntun siswa

untuk menentukan jawaban.

d. Memusatkan siswa pada masalah yang sedang dibahas.

Dalam penerapan model pembelajaran seperti CTL,

keberhasilannya sangat ditentukan oleh kemampuan siswa dalam

bertanya. Hal tersebut, karena model pembelajaran yang demikian tidak

menempatkan siswa sebagai objek belajar yang hanya bertugas

mendengarkan, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Akan tetapi,

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 11: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

21

mendorong siswa untuk berperan secara aktif dalam mencari dan

menemukan sendiri pengetahuannya. Proses mendorong siswa untuk

menemukan itu sangat dipengaruhi oleh kemampun guru dalam

membimbing siswa melalui proses bertanya (Sanjaya, 2006).

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kemampuan bertanya sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran,

sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna. Selain itu,

kemampuan bertanya akan menjadikan siswa aktif dilihat dari siswa yang

mengajukan pertanyaan.

2.6 Model CTL (Contextual Teaching And Learning)

2.6.1 Pengertian CTL (Contextual Teaching and Learning)

Menurut Sanjaya (2006), Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan

mereka.

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009), Contextual Teaching and

Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan

untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara

bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata,

baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, social, ekonomi,

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 12: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

22

maupun cultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan

dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari suatu

onteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.

Menurut Sagala (2003) pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran CTL (Contextual teaching and learning) adalah model

pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dalam pembelajaran

dan mengaitkan dengan kenyataan yang dialaminya. Guru dalam model

pembelajaran ini hanya berperan sebagai fasilitator, sehingga

pembelajaran tidak terpusat kepada guru saja tetapi siswa diharuskan aktif

untuk mencari tahu apa yang menjadi permasalahan dalam materi yang

sedang dipelajari.

Menurut Sanjaya (2006), dari konsep tersebut ada tiga hal yang

harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan

pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks

CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan

tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 13: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

23

Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari degan situasi kehidupan nyata, artinya siswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di

sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ni sangat penting, sebab dengan

dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata,

bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan

tetatpi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,

sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat

memahami materi yang dipelajarainya, akan tetap bagaimna materi

pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan

kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi

kehidupan nyata.

Lebih lanjut menurut (Sanjaya, 2006), terdapat lima karaketeristik

penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL

yaitu :

1. Dalam CTL, pembelajarn merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang usdah ada (active knowledge), artinya apa yang akan dipelajari

tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 14: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

24

demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan

yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka

memperoleh dan meambah baru (accquiring knowledge). Pengetahuan

baru yang diperoleh dengan cara deduktif artinya pembelajaran

dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian

memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding konowledge), artinya

pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untu dipahami

dan diyakini, misalnya denan cara meminta tanggapan dari yang lain

tentang pengetahuan yang diperolahnya dan berdasarkan tanggapan

tersebut baru pengetauan itu dikembangkan.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak

perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knwoledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik

untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

2.6.2 Asas-asas CTL (Contextual Teaching and Learning)

CTL (Contextual teaching and learning) memiliki 7 asas. Asas-asas

ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 15: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

25

model CTL. Asas dalam model ini disebutjuga komponen-komponen

CTL.

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman. Menurut baldawin dan Piaget dalam Sanjaya (2006),

menyatakan bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek

semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang

menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut konstruktivisme,

pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi

oleh dan dari dalam diri seseorang. oleh sebab itu pengetahuan

terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan

pegamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan ojek

tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian

pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung

individu yang melihat dan mengkonstruksinya.

2) Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada

pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi

hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses

perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 16: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

26

harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus

dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental

seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental

itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik itelektual,

mental, emosional, maupun pribadi.

Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa

langkah yaitu :

a. Merumuskan masalah

b. Mengujikan hipotesis

c. Mengumpulkan data

d. Menuji hipotesis berdasarkan data yang ditentukan

e. Membuat kesimpulan

3) Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari

keingintahuan setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses

pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begiti

saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri.

Karena itu peran serta bertanya sangat penting, sebab melalui

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 17: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

27

pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan

siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya

akan sangat berguna untuk :

a. Menggali informasi tetang kemampuan siswa dalam penguasaan

materi pelajaran.

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan

sesuatu.

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar (learning community) dalam CTL

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama

dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai

bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam

lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh

dari hasil sharing denan orang lain, antar teman, antar kelompok, yang

sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki

pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain.

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat

dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 18: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

28

belajar. Siswa dibagi dalam kelompok –kelompok yang anggotanya

bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan

belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.

Dalam hal tertentu, guru dapat mengundang orang-orang yang

dianggap memiliki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa.

Misalnya dokter untuk memberikan atau membahas masalah

kesehatan, para petani tukang reparasi radio dan lain-lain. Pada

pembelajaran masyarakat belajar, setiap orang bisa saling terlihat, bisa

saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman.

5) Pemodelan (Modeling)

Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan

adanya pemodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan

(identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan

dengan cara untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk

menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu (Hanafiah dan

Suhana, 2009).

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berfikir tentang apa

yang baru dipelajarinya atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yag

sudah dilakukan atau dipelajarinya di masa lalu. Refleksi pembelajaran

respon terhadap aktivitas atau pengetahuan dan keterampilan yang

baru diterima dari proses pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 19: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

29

mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai wujud pengayaan

atau revisi dari pengetahuan dan keterampilan sebelumnya (Hanafiah

dan Suhana, 2009) .

Menurut Sanjaya (2006) dalam proses pembelajaran yang

menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau

mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas

siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat

menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang

dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah

siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa

memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik

intelektual maupun mental siswa.

Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan

proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekananya

diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 20: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

30

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Baihaki (2010) tentang peningkatan aktifitas belajar melalui

pendekatan contextual teaching and learning pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak materi Asma'ul Husna Kelas IV Semester II di MINU Pucang

Sidoarjo Tahun Pelajaran 2009 – 2010. Hasil yang dilaporkan adalah terjadi

peningkatan aktifitas belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Aqidah

Akhlak materi Asmaul khusna dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I

(80,53%) dan siklus II (83,62%).

2. Rusdiyanto (2008) melakukan penelitian untuk meningkatkan minat belajar

peserta didik kelas VII B Mts Negeri Model Purwokerto, penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang cukup baik, dimana model CTL (Contextual teaching

and Learning) mampu meingkatkan minat belajar siswa.

3. Penelitian mengenai model CTL (Contextual teaching and Learning) juga

pernah dilakukan oleh Ayunani (2010) untuk meningkatkan daya analisis

siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden , hasil yang dilaporkan bahwa model

pembelajaran CTL (Contextual teaching and Learning) mampu meningkatkan

daya analisis siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden.

4. Yulianto (2006) melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar pada

mata pelajaran ekonomi pada siswa SMA Negeri 11 Semarang. Hasil yang

dilaporkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari 45% menjadi 70%.

5. Marlina (2010) juga melakukan penelitian menggunakan model CTL

(Contextual teaching and Learning) untuk meningkatkan daya kreativitas

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 21: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

31

mahasiswa pada perkuliahan dasar (rias kecantikan wajah dan rambut) di

Universitas Pendidikan Indonesia. Hasil yang dilaporkan bahwa model CTL

(Contextual teaching and Learning) mampu meningkatkan kreativitas

mahasiswa terutama untuk membentuk dan mengembangkan konsep pada diri

mahasiswa dengan cara aplikasi ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

2.8 Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas VIII D SMP

Negeri 1 Sokaraja pada tanggal 10 Desember 2011 diketahui bahwa 62%

responden menjawab tidak bertanya jika mengalami kesulitan dalam pelajaran.

Hal tersebut terjadi karena beberapa alasan yaitu siswa masih malu untuk

bertanya, takut untuk mengutarakan pertanyaan dan malas berkomunikasi

dengan guru yang membosankan. Rendahnya kemampuan bertanya siswa

menjadikan pemahaman siswa terhadap konsep IPA materi Biologi menjadi

kurang. Hal ini dapat diketahui dari wawancara terhadap guru IPA kelas VIII D

mengatakan bahwa pemahaman siswa kelas VIII D terhadap konsep IPA Biologi

selama ini masih rendah prosentase siswa VIII D yang tuntas pada ulangan

harian ketiga sebesar 17%. Akar permasalahan kemampuan bertanya siswa yang

masih rendah disebabkan karena penggunaan model pembelajaran yang belum

menekankan pada keterampilan proses sains salah satunya kemampuan bertanya

sehingga pemahaman konsep IPA materi Biologi pada siswa kelas VIII D

rendah yang berdampak rendah terhadap hasil belajar siswa.

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012

Page 22: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hakekat Belajarrepository.ump.ac.id/3003/3/LENI TRI KUSWINIARTI BAB II.pdf13 perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga

32

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPA Biologi perlu

menggunakan model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan bertanya

siswa. Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada pencapaian salah

satu keterampilan proses yaitu kemampuan bertanya adalah model pembelajaran

CTL (Contextual Teaching and Learning). Dari permasalahan tersebut, maka

pemecahan masalahnya adalah menggunakan model pembelajaran CTL

(Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan bertanya

pada pembelajaran IPA Biologi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1

Sokaraja.

Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012