alloy emas
DESCRIPTION
Alloy EmasTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KLASIFIKASI LOGAM CAMPUR
Logam campur dapat diklasifikasikan menurut (1) penggunaan (digunakan sebagai
inlay penuh,mahkota jembatan, restorasi logam keramik, gigi tiruan sebagaian lepasan, dan
implant); (2) unsure utama (emas, palladium, perak, nikel, kobalt, atau titanium); (3)
kandungan logam mulianya (sangat mulia, mulia ,atau domain logam dasar); (4) tiga unsur
utama (emas-paladium- perak, palladium-perak-timah, nikel-kromium-berilium, kobalt-
kromium-molibbdenum, titanium-alumunium-vanadium,besi-nikel-kromium); dan (5) system
fase yang domain (isomorfus [ fase tunggal ], eutetik peritetik, atau antar logam)
(Anusavice,2003).
Jika ada dua unsure, akan terbentuk dua logam campur binner; jika ada tiga atau
empat logam campur akan terbentuk logam campur terrner atau kuarter, dan
seterusnya.dengan meningkatkan elemen lebih dari dua, struktur yang terbentuk akan lebih
komplek. Oleh sebab itu, hanya logam campur biner yang akan dibicarakan secara rinci pada
bagian ini (Anusavice,2003).
Logam campur paling sederhana adalah logam dimana atom-atom dari kedua logam
saling bercampur secara acak pada ruang geometri yang sama. Dengan mikroskop, butiran
logam campur ini dapat dilihat seperti butiran logam murni; strukturnya homogen karena
hanya terbentuk fase selama pemadatan. Kedua logam ini dinamakan pemadatan secara
mutual pada keadaan padat dan logam campur ini disebut larutan padat. Sebagaian besar
logam emas yang digunakan dalam kedokteran gigi didominasi tipe larutan pada, meskipun
mengandung lebih dari dua logam (Anusavice,2003).
Seperti komponen-komponen dari beberapa larutan cair, logam yang membentuk
larutan padat dapat tidak larut sempurna satu sama lainpada segala proporsi; logam ini
mungkin larut hanya sebagaian. Pada keadaan ini, fase intermediate juga ada yang tidak larut
secara mutual pada keadaan padat. Begitu batas terlampaui keadaan padat terdiri atas
campuran dua atau lebih fase padat yang berbeda. Beberapa logam campur yang bukan
larutan padat adalah logam campur eutatik, logam campur peritetik, senyawa antar logam dan
kombinasinya (Anusavice,2003).
SIFAT YANG DIHARAPKAN DARI LOGAM CAMPUR COR
Logam cor digunakan di laboratorium untuk membuat inlay, onlay, mahkota,
jembatan konvensional yang seluruhnya terdiri atas logam, jembatan logam-keramik,
jembatan logam resin, pasak endodontic, dan gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam.
Logam-logam ini harus menunjukkan kecocokan biologis, mudah untuk dicairkan, dicor,
dilas (disolder) dan dipoles, mengalami sedikit penyusutan ketika memadat, bereaksi minimal
terhadap bahan mold, mempunyai ketahanan abrasi yang baik, berkekuatan tinggi dan
terhadap tahan terhadap tekanan (logam campur logam-keramik) serta tahan terhadap karat
dan porosi. Pada umumnya, logam campur emas konvensional Tipe 2 dan menjadi standar
perbandingan bagi kinerja logam campur cor lainnya (Anusavice,2003).
LOGAM CAMPUR LOGAM DASAR UNTUK RESTORASI LOGAM
COR
Penelitian terhadap 1000 pemilik laboratorium gigi pada tahun 1978 mengungkapkan
bahwa hanya 29% dari mereka yang menggunakan logam campur Ni-Cr atau Co-Cr untuk
resotarasi logam cor. Pada tahun 1980 dan 1981, presentasi laboratorium yang menggunakan
logam campur logam dasar ini meningkat menjadi 66% dan 70% karena tidak stabilnya harga
logam mulia pada saat itu. Presentasi logam dasar yang digunakan di bidang kedokteran gigi
telah menurun sejak tahun 1981 dan 1995. Sebagian besar laboratorium gigi lebih memilih
logam campur Ni-Cr dibandingkan NI-Co-Cr. (Anusavice,2003).
Resiko dan Penanganan
Teknisi laboratorium kadang –kadang atau selalu berkontak dengan debu yang
mengandung berilium dan nikel dalam konsentrasi tinggi dan uap berilium. Meskipun
konsentrasi berilium di dalam logam campur gigi jarang melebihi 2% berat, jumlah uap
berilium yang dilepaskan ke ruangan selama pencairan logam campur cukup banyak untuk
periode yang lama. Sebenarnya, potensi bahaya dari berilium harus didasrkan pada
konsentrasi atomnya dan bukan konsentrasi beratnya di dalam sebuah logam campur.
(Anusavice,2003).
Risiko kontak dengan uap berilium terbesar yang di alami teknisi gigi adalah selama
pencairan logam campur, terutama jika tidak ada system pembuangan dan penyaringan udara.
The Occupational Health and Safety Administration (OSHA) menetapkan bahwa dengan
debu berilium di udara harus dibatasi sampai konsentrasi 2µg/m³ udara (untuk partikel-
partikel yang bisa dan tidak terhirup) ditetapkan dalam liputan selama 8 jam.
(Anusavice,2003).
Potensi Bahaya Bagi Pasien
Bagi pasien gigi kekhawatiran terbesar adalah kontak dengan nikel di dalam mulut,
terutama untuk pasien yang alergi terhadap unsure ini. Dermatitis akibat kontak dengan
cairan nokel sudah dilaporkan sejak tahun 1889. Penghirupan, penelanan, dan kontak kulit
dengan nikel atau logam campur yang mengandung nikel sering terjadi karena nikel
ditemukan pada sumber-sumber lingkungan seperti uadar, tanah, makanan serta benda-benda
sintetis seperti koin, peralatan dapur, dan perhiasan. Konsentrasi nikel di dalam udara relative
rendah kecuali di daerah di mana terdapat pencemaran lingkungan akibat pemrosesan nikel
atau pembakaran bahan bakar fosil. (Anusavice,2003).
Ringkasan dari Pertimbangan Kecocokan Biologis
Hanya sedikit riset yang telah dulakukan untuk menentukan potensi karsinogenik dari
nikel pada teknisi laboratorium gigi. Selain itu dperlukan kaji lebih lanjut untuk menentukan
efek dari pemajanan nikel dan berilium pada system reproduksi. Sementara ini perlulah
diidentifikasi peralatan dan fasilitas khusus yang dapat meminimalkan pemejanan debu dan
uap pada teknisi gigi, untuk mengurangi konsentrasi nikel dan berilium yang terkandung di
udara di laboratorium dan tempat praktik gigi sehingga juga meminimalkan pemajanan
personil terhadap sisa-sisa logam campur logam mulia, amalgam, porselen, dan bahan gigi
lainnya yang terkandung didlam udara. (Anusavice,2003).
LOGAM CAMPUR UNTUK RESTORASI LOGAM PENUH DAN VINIR RESIN
Pada tahun 1927, the bureau of standards ( sekarang the national institute of standards and
tecnology) menetapkan logam campur emas cor Tipe I sampai IV menurut fungsinya dalam
kedokteran gigi, dengan kekerasan yang meningkat dari Tipe I sampai ke Tipe IV.
Berdasarkan spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun 1989, empat logam campur berikut
ini diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya dan bukan menurut komposisinya (Anusavice,
2004).
Tipe I ( lunak)- inlai kecil, mudah diadaptasi (burnish), dan hanya mendapat sedikit tekanan.
Tipe II ( sedang) – inlai yang terkerna tekanan sedang, termasuk mahkota tiga perempat yang
tebal , abutmen, pontik, dan mahkota penuh.
Tipe III( keras) – Inlai yang terkena tekanan besar , termasuk mahkota tiga perempat yang tipis,
backing logam cor yang tipis, abutment, pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan , serta gigi
tiruan sebagian cekat yang pendek. Beberapa logam campur emas Tipe III biasanya semakin
keras dengan bertambahnya usia, terutama yang mengandung tembaga sekurangnya 8% Wt.
Tipe IV (sangat keras) – inlai yang terkena tekanan yang sangat besar, termasuk lempeng basis dan
cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat
yang panjang. Komposisi logam campur ini biasanya terdiri atas sebagian besar emas atau
perak; logam campur emas dapat mengeras menirit pertambahan usia melelui teknik
pemanasan yang sesuai.
Logam campur Tipe i dan II sering disebut sebagai logam campur inlai. Perkembangan
bahan-bahan restorasi langsung dan tidak langsung yang modern dan berwarna seperti gigi
telah menghapus penggunaan logam campur Tipe I dan II. Logam campur tradisional Tipe
III dan IV biasanya disebut logam campur mahkota dan jembatan, meskipun logam campur
Tipe IV kadang-kadang juga digunakan untuk menerima tekanan besar, misalnya gigi tiruan
sebagian lepasan rangka logam (Anusavice, 2004).
Pemanasan Logam Campur Sangat Mulia dan Logam Mulia. Logam campur emas dapat
diperkeras cukup besar jika logam campur mengandung tembaga dalam jumlah yang cukup.
Logam campur Tipe I dan II biasanya tidak mengeras, atau mengeras dalam tingkat yang
lebih rendah daripada Tipe III dan IV. Mekanisme yang sebenarnya dalam pengerasan
mungkin merupakan hasil dari beberapa perubahan kepadatan yang berbeda-beda. meskipun
mekanismenya yang sesungguhnya masih diragukan, kriteria keberhasilan pengerasan adalah
waktu dan temparatur (Anusavice, 2004).
Logam campur yang dapat dikeraskan, tentu saja dapat dilunakkan. Didalam terminologi
metarlugi, pemanasan untuk melunakkan disebut tindakan panas untuk mencairkan
(Anusavice, 2004).
Pemanasan Untuk Melunakkan. Logam cor ditempatkan didalam tungkuh elekrik selama
10 menit pada temparatur 7000C (12920F) kemudian dicelupkan kedalam air. selama periode
ini, semua fase pertengahan dianggap sudah berubah menjadi cairan padat yang tidak
beraturan, dan pencelupan yang cepat mencegah terjadinya pengerutan selama pendinginan.
kekuatan tarik, batas proposional dan kekerasan akan berkurang oleh tindakan seperti itu,
tetapi kelenturaqnnya meningkat (Anusavice, 2004).
Pemanasan untuk melunakkan dianjurkan untuk struktur yang akan digerus, dibentuk,
atau dimanipulasi dalam keadaan dingin baik di dalam maupun diluar mulut. Meskipun
temparatur 7000 celsiusw adalah suhu pelunakan yang rata-rata memadai, masing-masing
logam campur mempunyai temparatur optimal, dan pabrik pembuatan seharusnya
mencantumkan temperatur dan waktu yang diinginkannya (Anusavice, 2004).
Pemanasan untuk Mengeraskan. Pengerasan usia atau pemanasan untuk mengeraskan
logam campur dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya yang paling praktis
adalah dengan merendam atau men-tua-kan logam cor pada temperatur tertentu untuk jangka
waktu tertentu , biasanya 15 sampai 30 menit, sebelum dicelupkan kedalam air. Suhu
penuaan tergantung pada komposisi logam campur tetapi pada umumnya di antar 2000C
(4000F) dan 4500C ( 8400F) . waktu dantemperatur yang tepat umumnya di cantumkan oleh
pabrik pembuatnya (Anusavice, 2004).
Idealnya sebelum logam campur dipanaskan untuk mengerakan , harus mengalami
tindakan pemanasan untuk melunakan agar semua tegangan pengerasan yang ada bisa
dihilangkan, dan agar tindakan pemanasan untuk nmengeraskan dapat dimulai dengan logam
campur yang berada dalam keadaan cairan padat yang tidak beraturan. Jika ini tidak
dilakukan, proses pengerasan tidak terkontrol dengan benar, karena keneikan kekuatan, batas
proporsional dan kekerasan, serta penurunan kelenturan dikendalikan oleh jumlah perubaham
kepadatan yang terjadi. sementara perubahan kepadatan dikendalikan oleh temperatur dan
waktu dari tindakan pemanasan untuk pengerasan (Anusavice, 2004).
Karena batas proporsional meningkat selama pemanasan untuk pengerasan , dapat
diperkirakan terjadinya b peningkatan yang cukup besar pada modulus resilien. Tindakan
pemanasan untuk mengeraskan dianjurkan untuk gigi tiruan sebagiaqn dari logam, sadel,
jembatan dan struktur-struktur sejenisnya. Untuk struktur yang kecil seperti inlai biasanya
tidak dilakukan pemanasan untuk pengerasan (Anusavice, 2004).
Kekuatan luluh, batas proporsional, dan batas elastisitas, semuanya mengukur sifat
yang pada dasarnya sama .Sifat ini mencerminkan kemampuan sebuah logam campur untuk
menahan tekanan mekanis tanpa mengalami perubahan bentuk yang menetap. pada
umumnya kekuatan luluh meningkat dari logam campur Tipe I ke Tipe IV. Tindakan
pemanasan untuk mengeraskan akan meningkat kekuatan luluh( dalam suatun kasus
meningkat hampir 100%) (Anusavice, 2004).
Nilai kekerasan untuk logam campur logam mulia berkolerasi dengan kekuatan luluh.
menurut tradisi, angka kekerasan digunakan untuk menunjukkan kecocokan sebuah logam
campur untuk jenis penggunaan klinis tertentu (Anusavice, 2004).
Perpanjang atau elongasi adalah ukuran kelenturan atau derajat deformasi plastis
yang dapat dialami oleh logam campur sebelum terjadinya fraktur. Diperlukan jumlah
elongsi yang cukup besar jika penggunaan klinisnya menbutukan deformasi dari struktur
pasca-cor, seperti untuk cengraman, penyesuaian tepi dan perbunisan. Tindakan pemanasan
untuk pengerasan akan mengurang elongasi, , yang dalam beberapa kasus sangat besar.
Logam campur dengan elongasi rendah merupakan bahan yang rapuh dan mudah pata bila
berubah bentuk (Anusavice, 2004).
Penyusutan Cor. Kebanyakan logam dan logam campur, termasuk emas dan logam campur
mulia, akan menyusut ketika berubah dari bentuk cair kebentu padat. seperti yang akan kita
lihat, pertimbangan ini penting dalam prosedur pengecoran (Anusavice, 2004).
Penyusutan terjadi dalam tiga tahap: (1) Kontraksi termal dari cairan logam diantara
temperatur pemanasan dan titik cair nya; (2) Kontraksi logam yang terjadi ketika berubah
bentuk dari cair ke padat: (3) kontraksi termal dari logam padat yang terhadi ketika
temperatur menurun ke temperatur kamar (Anusavice, 2004).
Nilai penyusutan cor berbeda-beda pada berbagai logaqm campur karena perbedaan
komposisinya. Misalnya telah ditunjukkan bahwa platinum, palladium, dan tembaga
semuanya efektif untuk mengurangi penyusutan cor dari logam campur. Cukup menarik
bahwah nilai penyusutan dari emas murni hapir sama dengan nilai kontraksi termal linear
maksimalnya (Anusavice, 2004).
Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa penyusutan termal dari lapisan
pemadatan yang pertama dan lemah ini pada awalnya dicegah oleh adhesi mekanisnya
dengan dinding-dinding mold. selama perode ini, logam malah meregang karena keterikatan
mekanisnya dengan bahan tanam. jadi setiap kontraksi yang terjadi selama pemadatan bisa
dihilangkan. selain itu sebagian dari kontraksi termal total juga dapat dihilangkan, sehingga
penyusutan cor menjadi lebih rendah dari pada yang diduga berdasarkan tahap-tahap
penyusutan yang mungkin terjadi (Anusavice, 2004).
Karena kontraksi termal ketika logam campur mendingin ketemperatur kamar
mendominasi penyusutan cor, semakin tinggi titik cair logam campur semakin besar
penyusutannya. ini harus diimbangi pada teknik pengecoran jika ingin didapatkan ukuran
yang tepat (Anusavice, 2004).
Logam Campur Perak- Palladium. Logam campur ini berwarna putih dan komposisinya
didominasi perak, tetapi juga mempunyai kandungan palladium yang cukup
besar( 25%)untuk menjadikan logam campur logam mulia dan meningkatkan daya tahan
terhadap karat dari peraknya. Logam campur ini dapat mengandung atau tidak mengandung
tembaga dan sejumlah kecil emas. Temperatur pengecorannya adalah seperti logam campur
emas kuning. Logam campur Ag-Pd yang bebas tembaga mungkin menggandung 70%
samapi 72% perak dan 25% palladium serta memiliki sifat fisik dari logam campur emas Tipe
III. Logam campur lain yang berbahan perak dapat mengandung perak 60%, palladium 25%,
dan tembaga 15% atau lebih, dan mempunyai sifat fisik serti loGAM CAMPUR EMAS tiPE
iv. Diluar laporan-laporan awal tentang tentang kurangnya kemampuan cor, logam campur
Ag-Pd dapat menghasikan hasil pengecoran yang memuaskan. Keterbatasan utama dari
logam campur Ag-Pd pada umumnya, dan logam campur Ag-Pd-Cu pada khususnya, adalah
potensi karat dan korosinya yang lebih besar . Logam campur ini tidak boleh dirancukan
dengan logam campur Ag-Pd yang dirancang untuk restorasi keramik (Anusavice, 2004).
Logam Campur Nikel-kromium dan Kobalt-kromium. Logam campur ini dijelaskan
lebih rinci pada bagian tentang restorasi logam-keramik san gigi tiruan tiruan sebagian.
Jarang di gunakan untuk restorasi logam penuh (Anusavice, 2004).
Titanium dan Logam Campur Titanium. Logam ini dapat digunakan untuk restorasi
logam penuh, logam-keramik, maupun gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam. karena
tidak sering digunakan untuk dua kegunaan pertama (Anusavice, 2004).
Logam Campur Aluminium Perunggu. Setidaknya ada satu logam campur yang berbahan
utama tembaga yang diakui oleh ADA. Meskipun perunggubiasanya dirumuskan sebagai
logam campur tembaga yang kaya tembaga dan timah( Cu-Sn) dengan atau tampa unsur-
unsur lain seperti seng dan fosfor, pada dasarnya terdapar logam campur perunggu dua
komponen (biner), tiga komponen (terner), dan empat komponen( kuartener) yang tidak
menggandung timah, seperti aluminium perunggu ( tembaga – aluminium [Cu-Al]) , silikon
perunggu ( tembaga-silikon [cu-Si ]) dan berilium perungg ( tembaga-berilium [ Cu-Be ]) .
Keluarga logam campur aluminium perunggu termasuk salah satu yang diakui oleh ADA
dapat mengandung tembaga 81-88% wt, alumunium 7-11% ,wt, nikel 12-4% wt, dan besi 1-
4% wt. Hanya sedikit data klinis yang tersedia tentanglogam campur alumunium perunggu
ini. Logam campur tembaga berpotensi untuk bereaksi dengan beleran (sulfur), membentuk
tembaga-sulfida yang menimbulkan karat pada permukaan logam campur, seperti perak
sulfida dapat menggelapkan permukaan logam campur yang berbahan dasar emas atau perak
dan mengandung perak dalam jumlah yang cukup besar (Anusavice, 2004).
LOGAM CAMPUR LOGAM SANGAT MULIA UNTUK RESTORASI LOGAM-
KERAMIK
Penolakan utama dari penggunaan porselen gigi sebagai bahan restorasi adalah
rendahnya kekuatan tarik dan kekuatan gesernya. Meskipun porselen dapat menahan
kekuatan kompresi dengan cukup berhasil, desain substrukturnya tidak memungkinkan
bentuk-bentuk dimana kekuatan kompresi merupakan daya utamanya.
Sebuah metode untuk mengurangi kekurangan ini adalah mengikat porselen secara
langsung pada substruktur logam campur cor yang dibuat pas untuk gigi yang sudah
dipreparasi. Jika ikatan yang kuat antara lapisan porselen dengan logam dapat diperoleh, vinir
porselen ini menjadi lebih kuat. jadi, resiko patah karena sifat rapuhnya dapat dihindari, atau
paling sedikit, dikurangi.
Untuk membuat tambalan seperti ini, sebuah substruktur logam akan dibuat model
malamnya, dicor logam, diselesaikan, dan dipanaskan (oksidasi). Kemudian lapisan tipis dari
porselen yang berwarna opak digabungkan ke substruktur logam untuk mengawali ikatan
porselen-logam dan menutup warna dari substruktur tersebut. Selanjutnya, porselen dentin
dan email, yang kadang-kadang disebut sebagai porselin badan dan porselen insisal,
digabungkan ke hasil pengecoran, dibentuk, diwarnai untuk memperbaiki tampilan
estetiknya, kemudian diglazing.
Logam campur-keramik asli mengandung 88% emas dan terlalu lunak untuk restorasi
yang harus menahan tekanan, misalnya gigi tiruan sebagian cekat. karena tidak ada bukti dari
ikatan kimia antara logam campur dan porselen gigi, retensi mekanis dan underkut digunakan
untuk mencegah terlepasnya vinir keramik. Telah dikembangkan suatu tes dimana tekanan
dipusatkan pada antar-muka porselen-logam. Dengan menggunakan tes ini, ditemukan bahwa
kekuatan ikatan dari porselen dengan logam campur jenis ini adalah lebih rendah daripada
kekuatan kohesif dari porselen itu sendiri. ini berarti bahwa jika terjadi kegagalan dari
restorasi logam-keramik, maka kemungkinan besar ini muncul di antar-muka porselen-logam.
Dengan menambahkan kurang dari 1 % unsur-unsur pembentuk oksida, seperti besi, indium,
dan timah pada logam campur yang banyak mengandung emas ini, kekuatan iktan antara
logam dan porselen meningkat tiga kali lipat. Besi juga meningkatkan batas proporsional dan
kekuatan dari logam campur.
Hanya diperlukan penambahan 1% logam dasar pada logam campur emas, palladium,
dan platinum untuk menghasilkan sedikit lapisan oksida di permukaan substruktur agar
diperoleh tingkat kekuatan ikatan logam-porselen yang melebihi kekuatan kohesif dari
porselen itu sendiri. Jenis logam campur yang baru ini, dengan penambahan sedikit logam
dasar, menjadi standar untuk restorasi logam-keramik. sebagai respons terhadap tekanan
ekonomi, telah muncul logam campur logam-keramik lain yang berbahan dasar emas dan
palladium.
Meskipun komposisi kimianya sangat berbeda, semua logam campur di dalam
kategori berikut mempunyai sedikitnya tiga ciri yang sama : (1) berpotensi untuk mengikat
porselen gigi; (2) mempunyai koefisien kontraksi termal yang cocok dengan porselen gigi,
(3) titik padatnya cukup tinggi sehingga aplikasi porselen bersuhu penggabungan rendah
dimungkinkan.
Logam campur Berbahan Dasar Emas untuk Restorasi Logam-Keramik. Logam campur
ini mengandung emas lebih dari 40% beratnya dan sedikitnya 60% logam mulia (emas
ditambah platinum dan palladium dan/atau logam-logam mulia lainnya), dan umumnya
diklasifikasikan sebagai logam campur sangat mulia untuk memenuhi peraturan komposisi.
Logam campur Emas-Platinum-Palladium. Logam campur ini mempunyai kandungan
emas berkisar sampai 88% dengan berbagai jumlah palladium, platinum, dan sejumlah kecil
logam dasar. Beberapa dari logam campur ini berwarna kuning. Jenis logam campur ini peka
terhadap perubahan bentuk seperti menggantung, dan penggunaannya sebagai gigi tiruan
sebagian cekat harus dibatasi hanya untuk protesa tiga unit, kantilever anterior, atau mahkota.
Logam Campur Emas Palladium-Perak. Logam campur ini mengandung sekitar 39% sampai
77% emas, palladium 35% dan perak 22%. Perak meningkatkan koefisien kontraksi termal,
tetapi juga cenderung mengubah warna beberapa porselen.
Logam Campur Emas-Palladium. kandungan emasnya berkisar antara 44% sampai 55%
dan tingkat palladiumnya sebesar 35-45%. Logam campur tetap populer meskipun harganya
relatif tinggi. Tidak adanya perak mengakibatkan berkurangnya koefisien kontraksi termal
dan kecenderungan perubahan warna pada porselen. Logam campur jenis ini harus digunakan
bersama porselen yang mempunyai koefisien kontraksi termal yang rendah untuk
menghindari terjadinya tekanan tarik aksial dan sirkumferensial (lengkung) pada porselen
selama proses pendinginan dari siklus pembakaran porselen.
LOGAM CAMPUR LOGAM MULIA UNTUK RESTORASI LOGAM-KERAMIK
Logam Campur Berbahan Dasar Palladium.
Menurut klasifikasi ADA tahun 1984, logam campur logam mulia harus mengandung
sedikitnya 25% logam mulia tetapi tidak perlu mengandung emas. Klasifikasi umumnya
mengacu pada semua logam campur berbahan dasar palladium yang mengandung 54-88%
palladium,tetapi juga mengacu pada logam campur Aa-Pd untuk restorasi logam penuh atau
restorasi bervinir resin yang hanya mengandung palladium 25%. Logam campur mulia
berbahan dasar palladium menawarkan kompromi antara loam campur sangat mulia dan
logam campur berbahan utama logam dasar. Kepadatan logam campur palladium berada di
tengah-tengah antara kepadatan logam campur logan dasar dan logam campur logam sangat
mulia (Anusavice, 2003).