alloy emas

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA KLASIFIKASI LOGAM CAMPUR Logam campur dapat diklasifikasikan menurut (1) penggunaan (digunakan sebagai inlay penuh,mahkota jembatan, restorasi logam keramik, gigi tiruan sebagaian lepasan, dan implant); (2) unsure utama (emas, palladium, perak, nikel, kobalt, atau titanium); (3) kandungan logam mulianya (sangat mulia, mulia ,atau domain logam dasar); (4) tiga unsur utama (emas-paladium- perak, palladium-perak-timah, nikel-kromium- berilium, kobalt-kromium-molibbdenum, titanium-alumunium- vanadium,besi-nikel-kromium); dan (5) system fase yang domain (isomorfus [ fase tunggal ], eutetik peritetik, atau antar logam) (Anusavice,2003). Jika ada dua unsure, akan terbentuk dua logam campur binner; jika ada tiga atau empat logam campur akan terbentuk logam campur terrner atau kuarter, dan seterusnya.dengan meningkatkan elemen lebih dari dua, struktur yang terbentuk akan lebih komplek. Oleh sebab itu, hanya logam campur biner yang akan dibicarakan secara rinci pada bagian ini (Anusavice,2003). Logam campur paling sederhana adalah logam dimana atom-atom dari kedua logam saling bercampur secara acak pada ruang geometri yang sama. Dengan mikroskop, butiran logam campur ini dapat dilihat seperti butiran logam murni; strukturnya homogen karena hanya terbentuk fase selama pemadatan. Kedua logam ini dinamakan pemadatan secara mutual pada keadaan padat dan logam campur ini disebut larutan padat.

Upload: madherisa-paulita

Post on 02-Feb-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Alloy Emas

TRANSCRIPT

Page 1: Alloy Emas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 KLASIFIKASI LOGAM CAMPUR

Logam campur dapat diklasifikasikan menurut (1) penggunaan (digunakan sebagai

inlay penuh,mahkota jembatan, restorasi logam keramik, gigi tiruan sebagaian lepasan, dan

implant); (2) unsure utama (emas, palladium,  perak, nikel, kobalt, atau titanium); (3)

kandungan logam mulianya (sangat mulia, mulia ,atau domain logam dasar); (4) tiga unsur

utama (emas-paladium- perak, palladium-perak-timah, nikel-kromium-berilium, kobalt-

kromium-molibbdenum, titanium-alumunium-vanadium,besi-nikel-kromium); dan (5) system

fase yang domain (isomorfus [ fase tunggal ], eutetik peritetik, atau antar logam)

(Anusavice,2003).

            Jika ada dua unsure, akan terbentuk dua logam campur binner; jika ada tiga atau

empat logam campur akan terbentuk logam campur terrner atau kuarter, dan

seterusnya.dengan meningkatkan elemen lebih dari dua, struktur yang terbentuk akan lebih

komplek. Oleh sebab itu, hanya logam campur biner yang akan dibicarakan secara rinci pada

bagian ini (Anusavice,2003).

            Logam campur paling sederhana adalah logam dimana atom-atom dari kedua logam

saling bercampur secara acak pada ruang geometri yang sama. Dengan mikroskop, butiran

logam campur ini dapat dilihat seperti butiran logam murni; strukturnya homogen karena

hanya terbentuk fase selama pemadatan. Kedua logam ini dinamakan pemadatan secara

mutual pada keadaan padat dan logam campur ini disebut larutan padat. Sebagaian besar

logam emas yang digunakan dalam kedokteran gigi didominasi tipe larutan pada, meskipun

mengandung lebih dari dua logam (Anusavice,2003).

            Seperti komponen-komponen dari beberapa larutan cair, logam yang membentuk

larutan padat dapat tidak larut sempurna satu sama lainpada segala proporsi; logam ini

mungkin larut hanya sebagaian. Pada keadaan ini, fase intermediate juga ada yang tidak larut

secara mutual pada keadaan padat. Begitu batas terlampaui keadaan padat terdiri atas

campuran dua atau lebih fase padat yang berbeda. Beberapa logam campur yang bukan

larutan padat adalah logam campur eutatik, logam campur peritetik, senyawa antar logam dan

kombinasinya (Anusavice,2003).

 SIFAT YANG DIHARAPKAN DARI LOGAM CAMPUR COR

Logam cor digunakan di laboratorium untuk membuat inlay, onlay, mahkota,

jembatan konvensional yang seluruhnya terdiri atas logam, jembatan logam-keramik,

Page 2: Alloy Emas

jembatan logam resin, pasak endodontic, dan gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam.

Logam-logam ini harus menunjukkan kecocokan biologis, mudah untuk dicairkan, dicor,

dilas (disolder) dan dipoles, mengalami sedikit penyusutan ketika memadat, bereaksi minimal

terhadap bahan mold, mempunyai ketahanan abrasi yang baik, berkekuatan tinggi dan

terhadap tahan terhadap tekanan (logam campur logam-keramik) serta tahan terhadap karat

dan porosi. Pada umumnya, logam campur emas konvensional Tipe 2 dan menjadi standar

perbandingan bagi kinerja logam campur cor lainnya (Anusavice,2003).

LOGAM CAMPUR LOGAM DASAR UNTUK RESTORASI LOGAM

COR

Penelitian terhadap 1000 pemilik laboratorium gigi pada tahun 1978 mengungkapkan

bahwa hanya 29% dari mereka yang menggunakan logam campur Ni-Cr atau Co-Cr untuk

resotarasi logam cor. Pada tahun 1980 dan 1981, presentasi laboratorium yang menggunakan

logam campur logam dasar ini meningkat menjadi 66% dan 70% karena tidak stabilnya harga

logam mulia pada saat itu. Presentasi logam dasar yang digunakan di bidang kedokteran gigi

telah menurun sejak tahun 1981 dan 1995. Sebagian besar laboratorium gigi lebih memilih

logam campur Ni-Cr dibandingkan NI-Co-Cr. (Anusavice,2003).

Resiko dan Penanganan

Teknisi laboratorium kadang –kadang atau selalu berkontak dengan debu yang

mengandung berilium dan nikel dalam konsentrasi tinggi dan uap berilium. Meskipun

konsentrasi berilium di dalam logam campur gigi jarang melebihi 2% berat, jumlah uap

berilium yang dilepaskan ke ruangan selama pencairan logam campur cukup banyak untuk

periode yang lama. Sebenarnya, potensi bahaya dari berilium harus didasrkan pada

konsentrasi atomnya dan bukan konsentrasi beratnya di dalam sebuah logam campur.

(Anusavice,2003).

Risiko kontak dengan uap berilium terbesar yang di alami teknisi gigi adalah selama

pencairan logam campur, terutama jika tidak ada system pembuangan dan penyaringan udara.

The Occupational Health and Safety Administration (OSHA) menetapkan bahwa dengan

debu berilium di udara harus dibatasi sampai konsentrasi 2µg/m³ udara (untuk partikel-

partikel yang bisa dan tidak terhirup) ditetapkan dalam liputan selama 8 jam.

(Anusavice,2003).

Potensi Bahaya Bagi Pasien

Bagi pasien gigi kekhawatiran terbesar adalah kontak dengan nikel di dalam mulut,

terutama untuk pasien yang alergi terhadap unsure ini. Dermatitis akibat kontak dengan

Page 3: Alloy Emas

cairan nokel sudah dilaporkan sejak tahun 1889. Penghirupan, penelanan, dan kontak kulit

dengan nikel atau logam campur yang mengandung nikel sering terjadi karena nikel

ditemukan pada sumber-sumber lingkungan seperti uadar, tanah, makanan serta benda-benda

sintetis seperti koin, peralatan dapur, dan perhiasan. Konsentrasi nikel di dalam udara relative

rendah kecuali di daerah di mana terdapat pencemaran lingkungan  akibat pemrosesan  nikel

atau pembakaran bahan bakar fosil. (Anusavice,2003).

Ringkasan dari Pertimbangan Kecocokan Biologis

Hanya sedikit riset yang telah dulakukan untuk menentukan potensi karsinogenik dari

nikel pada teknisi laboratorium gigi. Selain itu dperlukan kaji lebih lanjut untuk menentukan

efek dari pemajanan nikel dan berilium pada system reproduksi. Sementara ini perlulah

diidentifikasi peralatan dan fasilitas khusus yang dapat meminimalkan pemejanan debu dan

uap pada teknisi gigi, untuk mengurangi konsentrasi nikel dan berilium yang terkandung di

udara di laboratorium dan tempat praktik gigi sehingga juga meminimalkan pemajanan

personil terhadap sisa-sisa logam campur logam mulia, amalgam, porselen, dan bahan gigi

lainnya yang terkandung didlam udara.   (Anusavice,2003).

LOGAM CAMPUR UNTUK RESTORASI LOGAM PENUH DAN VINIR RESIN

Pada tahun 1927, the bureau of standards  ( sekarang the national institute of standards and

tecnology) menetapkan logam campur emas cor Tipe I sampai IV menurut fungsinya dalam

kedokteran gigi, dengan kekerasan yang meningkat dari Tipe I sampai ke Tipe IV. 

Berdasarkan spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun 1989, empat logam campur berikut

ini diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya dan bukan menurut komposisinya  (Anusavice,

2004).

Tipe I ( lunak)- inlai kecil, mudah diadaptasi (burnish), dan hanya mendapat sedikit tekanan.

Tipe II ( sedang) – inlai yang terkerna tekanan sedang, termasuk mahkota tiga perempat yang

tebal , abutmen, pontik, dan mahkota penuh.

Tipe III( keras) – Inlai yang terkena tekanan besar , termasuk mahkota tiga perempat yang tipis,

backing logam cor yang tipis, abutment, pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan , serta gigi

tiruan sebagian cekat yang pendek. Beberapa logam campur emas Tipe III biasanya semakin

keras  dengan bertambahnya usia, terutama yang mengandung tembaga sekurangnya 8% Wt.

Tipe IV (sangat keras) – inlai yang terkena tekanan yang sangat besar, termasuk lempeng basis dan

cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian  cekat

yang panjang. Komposisi logam campur ini biasanya terdiri atas sebagian besar emas atau

perak;  logam campur emas dapat mengeras menirit pertambahan usia melelui teknik

pemanasan yang sesuai.

Page 4: Alloy Emas

Logam campur Tipe i dan II sering disebut sebagai logam campur inlai. Perkembangan

bahan-bahan restorasi  langsung dan tidak langsung yang modern  dan berwarna seperti gigi

telah menghapus penggunaan logam campur Tipe I dan II.  Logam campur tradisional Tipe

III dan IV  biasanya disebut logam campur mahkota dan jembatan, meskipun logam campur

Tipe IV kadang-kadang juga digunakan untuk menerima tekanan besar, misalnya gigi tiruan

sebagian lepasan rangka logam (Anusavice, 2004).

Pemanasan Logam Campur Sangat Mulia dan Logam Mulia. Logam campur emas dapat

diperkeras cukup besar jika logam campur mengandung tembaga dalam jumlah yang cukup.

Logam campur Tipe I dan II biasanya tidak mengeras,  atau mengeras dalam tingkat yang

lebih rendah daripada Tipe III dan IV. Mekanisme yang sebenarnya dalam pengerasan

mungkin merupakan hasil dari beberapa perubahan kepadatan yang berbeda-beda. meskipun 

mekanismenya yang sesungguhnya masih diragukan, kriteria keberhasilan pengerasan adalah

waktu dan temparatur (Anusavice, 2004).

 Logam campur yang dapat dikeraskan, tentu saja dapat dilunakkan. Didalam terminologi

metarlugi, pemanasan untuk melunakkan disebut tindakan panas untuk mencairkan

(Anusavice, 2004).

Pemanasan Untuk Melunakkan. Logam cor ditempatkan didalam tungkuh elekrik selama

10 menit pada temparatur 7000C (12920F) kemudian dicelupkan kedalam air. selama periode

ini, semua fase pertengahan dianggap sudah berubah menjadi cairan padat yang tidak

beraturan, dan pencelupan yang cepat mencegah terjadinya pengerutan selama pendinginan.

kekuatan tarik, batas proposional dan kekerasan akan berkurang oleh tindakan seperti itu,

tetapi kelenturaqnnya meningkat (Anusavice, 2004).

            Pemanasan untuk melunakkan dianjurkan untuk struktur yang akan digerus, dibentuk,

atau dimanipulasi dalam keadaan dingin baik di dalam maupun diluar mulut. Meskipun

temparatur 7000 celsiusw adalah suhu pelunakan yang rata-rata memadai, masing-masing 

logam campur mempunyai temparatur optimal, dan pabrik pembuatan seharusnya

mencantumkan temperatur dan waktu yang diinginkannya (Anusavice, 2004).

Pemanasan untuk Mengeraskan. Pengerasan usia atau pemanasan untuk mengeraskan

logam campur dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya yang paling praktis

adalah dengan merendam atau men-tua-kan logam cor pada temperatur tertentu  untuk jangka

waktu tertentu , biasanya 15 sampai 30 menit, sebelum dicelupkan kedalam air. Suhu

penuaan tergantung pada komposisi  logam campur tetapi pada umumnya di antar 2000C

(4000F) dan 4500C ( 8400F) . waktu dantemperatur yang tepat umumnya di cantumkan oleh

pabrik pembuatnya (Anusavice, 2004).

Page 5: Alloy Emas

            Idealnya sebelum logam campur dipanaskan untuk mengerakan , harus mengalami

tindakan pemanasan untuk melunakan agar semua tegangan pengerasan yang ada bisa

dihilangkan, dan agar tindakan pemanasan untuk nmengeraskan dapat dimulai dengan logam

campur yang berada dalam keadaan cairan padat yang tidak beraturan.  Jika ini tidak

dilakukan, proses pengerasan tidak terkontrol dengan benar, karena keneikan kekuatan, batas

proporsional dan kekerasan, serta penurunan kelenturan dikendalikan oleh jumlah perubaham

kepadatan yang terjadi. sementara perubahan kepadatan dikendalikan oleh temperatur dan

waktu dari tindakan pemanasan untuk pengerasan (Anusavice, 2004).

            Karena batas proporsional meningkat selama pemanasan untuk pengerasan , dapat

diperkirakan terjadinya b peningkatan yang cukup  besar pada modulus resilien.  Tindakan

pemanasan untuk mengeraskan dianjurkan  untuk gigi tiruan sebagiaqn dari logam, sadel,

jembatan dan struktur-struktur sejenisnya. Untuk struktur yang kecil seperti inlai biasanya

tidak dilakukan pemanasan untuk pengerasan (Anusavice, 2004).

            Kekuatan luluh, batas proporsional, dan batas elastisitas, semuanya mengukur sifat

yang pada dasarnya sama .Sifat ini mencerminkan kemampuan sebuah logam campur untuk

menahan tekanan mekanis  tanpa mengalami perubahan bentuk yang menetap. pada

umumnya kekuatan luluh meningkat dari logam campur Tipe I ke Tipe IV. Tindakan

pemanasan untuk mengeraskan akan meningkat kekuatan luluh( dalam suatun kasus

meningkat hampir 100%) (Anusavice, 2004).

            Nilai kekerasan untuk logam campur logam mulia berkolerasi dengan kekuatan luluh.

menurut tradisi, angka kekerasan digunakan untuk menunjukkan kecocokan sebuah logam

campur untuk jenis penggunaan klinis tertentu (Anusavice, 2004).

            Perpanjang atau elongasi adalah ukuran kelenturan atau derajat deformasi plastis

yang dapat dialami oleh logam campur sebelum terjadinya fraktur. Diperlukan  jumlah

elongsi yang cukup besar jika penggunaan klinisnya menbutukan deformasi dari struktur

pasca-cor,  seperti untuk cengraman,  penyesuaian tepi dan perbunisan. Tindakan pemanasan

untuk pengerasan akan mengurang elongasi, , yang dalam beberapa kasus sangat besar. 

Logam campur dengan elongasi rendah merupakan bahan yang rapuh dan mudah pata bila

berubah bentuk (Anusavice, 2004).

Penyusutan Cor. Kebanyakan logam dan logam campur, termasuk emas dan logam campur

mulia, akan menyusut ketika berubah dari bentuk cair kebentu padat. seperti yang akan kita

lihat, pertimbangan ini penting dalam prosedur pengecoran (Anusavice, 2004).

            Penyusutan terjadi dalam tiga tahap: (1) Kontraksi termal dari cairan logam  diantara

temperatur  pemanasan dan titik cair nya; (2) Kontraksi logam yang terjadi ketika berubah 

Page 6: Alloy Emas

bentuk dari cair ke padat: (3) kontraksi termal dari logam padat yang terhadi ketika

temperatur menurun ke temperatur kamar (Anusavice, 2004).

            Nilai penyusutan  cor berbeda-beda pada berbagai logaqm campur karena perbedaan

komposisinya. Misalnya telah ditunjukkan bahwa platinum,  palladium, dan tembaga

semuanya efektif  untuk mengurangi penyusutan cor dari logam campur.  Cukup menarik

bahwah nilai penyusutan dari emas murni hapir sama dengan nilai kontraksi termal linear

maksimalnya (Anusavice, 2004).

            Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa penyusutan termal dari lapisan

pemadatan yang pertama dan lemah ini pada awalnya dicegah oleh adhesi mekanisnya 

dengan dinding-dinding mold. selama perode ini, logam malah meregang karena keterikatan 

mekanisnya dengan bahan tanam. jadi setiap kontraksi yang terjadi selama pemadatan  bisa

dihilangkan. selain itu sebagian dari kontraksi termal  total juga dapat dihilangkan, sehingga

penyusutan cor menjadi lebih rendah dari pada yang diduga  berdasarkan tahap-tahap

penyusutan yang mungkin terjadi (Anusavice, 2004).

             Karena kontraksi termal ketika logam campur mendingin ketemperatur kamar

mendominasi penyusutan cor, semakin tinggi titik cair logam campur semakin besar

penyusutannya. ini harus diimbangi pada teknik pengecoran jika ingin didapatkan ukuran

yang tepat (Anusavice, 2004).

Logam Campur Perak- Palladium.  Logam campur ini berwarna putih dan komposisinya

didominasi perak, tetapi juga mempunyai kandungan palladium yang cukup

besar( 25%)untuk menjadikan logam campur logam mulia dan meningkatkan daya tahan

terhadap karat dari peraknya.  Logam campur ini dapat mengandung atau tidak mengandung

tembaga dan sejumlah kecil emas. Temperatur pengecorannya adalah seperti logam campur

emas kuning. Logam campur Ag-Pd  yang bebas tembaga mungkin menggandung 70%

samapi 72% perak dan 25% palladium serta memiliki sifat fisik dari logam campur emas Tipe

III. Logam campur lain yang berbahan perak dapat mengandung perak 60%, palladium 25%,

dan tembaga 15% atau lebih, dan mempunyai sifat fisik serti loGAM CAMPUR EMAS tiPE

iv.  Diluar laporan-laporan awal tentang tentang kurangnya kemampuan cor, logam campur

Ag-Pd  dapat menghasikan hasil pengecoran yang memuaskan. Keterbatasan utama dari

logam campur Ag-Pd pada umumnya, dan logam campur Ag-Pd-Cu pada khususnya, adalah

potensi karat dan korosinya yang lebih besar . Logam campur ini tidak boleh dirancukan

dengan logam campur Ag-Pd  yang dirancang untuk restorasi keramik (Anusavice, 2004).

Page 7: Alloy Emas

 Logam Campur Nikel-kromium dan Kobalt-kromium. Logam campur ini dijelaskan

lebih rinci pada bagian tentang restorasi logam-keramik san gigi tiruan tiruan sebagian.

Jarang di gunakan untuk restorasi logam penuh (Anusavice, 2004).

Titanium dan Logam Campur Titanium.  Logam ini dapat digunakan untuk restorasi

logam penuh, logam-keramik, maupun gigi tiruan sebagian lepasan rangka logam. karena

tidak sering digunakan untuk dua kegunaan pertama (Anusavice, 2004).

Logam Campur Aluminium Perunggu. Setidaknya ada satu logam campur yang berbahan

utama tembaga yang diakui oleh ADA. Meskipun perunggubiasanya dirumuskan sebagai

logam campur tembaga yang kaya tembaga dan timah( Cu-Sn)  dengan atau tampa unsur-

unsur lain seperti seng dan fosfor,  pada dasarnya terdapar logam campur perunggu dua

komponen (biner), tiga komponen (terner), dan empat komponen( kuartener) yang tidak

menggandung timah, seperti aluminium perunggu ( tembaga – aluminium [Cu-Al]) , silikon

perunggu ( tembaga-silikon [cu-Si ]) dan berilium perungg ( tembaga-berilium [ Cu-Be ]) .

Keluarga logam campur aluminium perunggu termasuk salah satu yang diakui oleh ADA

dapat mengandung tembaga 81-88% wt, alumunium 7-11% ,wt, nikel 12-4% wt, dan besi 1-

4% wt.  Hanya sedikit data klinis yang tersedia tentanglogam campur alumunium perunggu

ini. Logam campur tembaga berpotensi untuk bereaksi dengan beleran (sulfur), membentuk

tembaga-sulfida yang menimbulkan karat pada permukaan logam campur, seperti perak

sulfida dapat menggelapkan permukaan logam campur yang berbahan dasar emas atau perak

dan mengandung perak dalam jumlah yang cukup besar (Anusavice, 2004).

LOGAM CAMPUR LOGAM SANGAT MULIA UNTUK RESTORASI LOGAM-

KERAMIK

            Penolakan utama dari penggunaan porselen gigi sebagai bahan restorasi adalah

rendahnya kekuatan tarik dan kekuatan gesernya. Meskipun porselen dapat menahan

kekuatan kompresi dengan cukup berhasil, desain substrukturnya tidak memungkinkan

bentuk-bentuk dimana kekuatan kompresi merupakan daya utamanya.

            Sebuah metode untuk mengurangi kekurangan ini adalah mengikat porselen secara

langsung pada substruktur logam campur cor yang dibuat pas untuk gigi yang sudah

dipreparasi. Jika ikatan yang kuat antara lapisan porselen dengan logam dapat diperoleh, vinir

porselen ini menjadi lebih kuat. jadi, resiko patah karena sifat rapuhnya dapat dihindari, atau

paling sedikit, dikurangi.

            Untuk membuat tambalan seperti ini, sebuah substruktur logam akan dibuat model

malamnya, dicor logam, diselesaikan, dan dipanaskan (oksidasi). Kemudian lapisan tipis dari

porselen yang berwarna opak digabungkan ke substruktur logam untuk mengawali ikatan

Page 8: Alloy Emas

porselen-logam dan menutup warna dari substruktur tersebut. Selanjutnya, porselen dentin

dan email, yang kadang-kadang disebut sebagai porselin badan dan porselen insisal,

digabungkan ke hasil pengecoran, dibentuk, diwarnai untuk memperbaiki tampilan

estetiknya, kemudian diglazing.

            Logam campur-keramik asli mengandung 88% emas dan terlalu lunak untuk restorasi

yang harus menahan tekanan, misalnya gigi tiruan sebagian cekat. karena tidak ada bukti dari

ikatan kimia antara logam campur dan porselen gigi, retensi mekanis dan underkut digunakan

untuk mencegah terlepasnya vinir keramik. Telah dikembangkan suatu tes dimana tekanan

dipusatkan pada antar-muka porselen-logam. Dengan menggunakan tes ini, ditemukan bahwa

kekuatan ikatan dari porselen dengan logam campur jenis ini adalah lebih rendah daripada

kekuatan kohesif dari porselen itu sendiri. ini berarti bahwa jika terjadi kegagalan dari

restorasi logam-keramik, maka kemungkinan besar ini muncul di antar-muka porselen-logam.

Dengan menambahkan kurang dari 1 % unsur-unsur pembentuk oksida, seperti besi, indium,

dan timah pada logam campur yang banyak mengandung emas ini, kekuatan iktan antara

logam dan porselen meningkat tiga kali lipat. Besi juga meningkatkan batas proporsional dan

kekuatan dari logam campur.

            Hanya diperlukan penambahan 1% logam dasar pada logam campur emas, palladium,

dan platinum untuk menghasilkan sedikit lapisan oksida di permukaan substruktur agar

diperoleh tingkat kekuatan ikatan logam-porselen yang melebihi kekuatan kohesif dari

porselen itu sendiri. Jenis logam campur yang baru ini, dengan penambahan sedikit logam

dasar, menjadi standar untuk restorasi logam-keramik. sebagai respons terhadap tekanan

ekonomi, telah muncul logam campur logam-keramik lain yang berbahan dasar emas dan

palladium.

            Meskipun komposisi kimianya sangat berbeda, semua logam campur di dalam

kategori berikut mempunyai sedikitnya tiga ciri yang sama : (1) berpotensi untuk mengikat

porselen gigi; (2) mempunyai koefisien kontraksi termal yang cocok dengan porselen gigi,

(3) titik padatnya cukup tinggi sehingga aplikasi porselen bersuhu penggabungan rendah

dimungkinkan.

Logam campur Berbahan Dasar Emas untuk Restorasi Logam-Keramik. Logam campur

ini mengandung emas lebih dari 40% beratnya dan sedikitnya 60% logam mulia (emas

ditambah platinum dan palladium dan/atau logam-logam mulia lainnya), dan umumnya

diklasifikasikan sebagai logam campur sangat mulia untuk memenuhi peraturan komposisi.

Logam campur Emas-Platinum-Palladium. Logam campur ini mempunyai kandungan

emas berkisar sampai 88% dengan berbagai jumlah palladium, platinum, dan sejumlah kecil

Page 9: Alloy Emas

logam dasar. Beberapa dari logam campur ini berwarna kuning. Jenis logam campur ini peka

terhadap perubahan bentuk seperti menggantung, dan penggunaannya sebagai gigi tiruan

sebagian cekat harus dibatasi hanya untuk protesa tiga unit, kantilever anterior, atau mahkota.

Logam Campur Emas Palladium-Perak. Logam campur ini mengandung sekitar 39% sampai

77% emas, palladium 35% dan perak 22%. Perak meningkatkan koefisien kontraksi termal,

tetapi juga cenderung mengubah warna beberapa porselen.

Logam Campur Emas-Palladium. kandungan emasnya berkisar antara 44% sampai 55%

dan tingkat palladiumnya sebesar 35-45%. Logam campur tetap populer meskipun harganya

relatif tinggi. Tidak adanya perak mengakibatkan berkurangnya koefisien kontraksi termal

dan kecenderungan perubahan warna pada porselen. Logam campur jenis ini harus digunakan

bersama porselen yang mempunyai koefisien kontraksi termal yang rendah untuk

menghindari terjadinya tekanan tarik aksial dan sirkumferensial (lengkung) pada porselen

selama proses pendinginan dari siklus pembakaran porselen.

LOGAM CAMPUR LOGAM MULIA UNTUK RESTORASI LOGAM-KERAMIK

Logam Campur Berbahan Dasar Palladium.

Menurut klasifikasi ADA tahun 1984, logam campur logam mulia harus mengandung

sedikitnya 25% logam mulia tetapi tidak perlu mengandung emas. Klasifikasi umumnya

mengacu pada semua logam campur berbahan dasar palladium yang mengandung 54-88%

palladium,tetapi juga mengacu pada logam campur Aa-Pd untuk restorasi logam penuh atau

restorasi bervinir resin yang hanya mengandung palladium 25%. Logam campur mulia

berbahan dasar palladium menawarkan kompromi antara loam campur sangat mulia dan

logam campur berbahan utama logam dasar.  Kepadatan logam campur palladium berada di

tengah-tengah antara kepadatan logam campur logan dasar dan logam campur logam sangat

mulia (Anusavice, 2003).