aktivitas sitotoksik dan apoptosis sel khamir … · penulisan skripsi ini dengan baik. shalawat...

33
AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN APOPTOSIS SEL KHAMIR EKSTRAK KLOROFORM KAPANG ENDOFIT Evodia suaveolens AZMI AZHARI DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: trinhlien

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN APOPTOSIS SEL KHAMIR

EKSTRAK KLOROFORM KAPANG ENDOFIT

Evodia suaveolens

AZMI AZHARI

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

ABSTRAK

AZMI AZHARI. Aktivitas Sitotoksik dan Apoptosis Sel Khamir Ekstrak

Kloroform Kapang Endofit Evodia suaveolens. Dibimbing oleh WARAS

NURCHOLIS dan DIMAS ANDRIANTO.

Kanker dapat terjadi apabila jumlah sel tidak dapat dipertahankan dalam

jumlah tetap. Sel yang mengalami gagal apoptosis akan mengalami pembelahan

terus menerus. Apoptosis adalah suatu kematian sel terprogram. Apoptosis pada

sel khamir dapat dijadikan sebagai model, karena siklus sel khamir mirip dengan

sel manusia. Evodia suaveolens dapat menghasilkan senyawa evodiamin yang

dapat memicu apoptosis. Kapang endofit dapat menghasilkan senyawa bioaktif

yang mirip inang tanamannya. Sebanyak 8 isolat kapang endofit telah diisolasi

dari batang Evodia suaveolens. Kapang endofit lalu difermentasi dan diekstraksi

metabolit sekundernya dengan kloroform. Ekstrak diujikan sitotoksitasnya dengan

menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test). Nilai LC50 dari setiap

kapang endofit Evodia suaveolens adalah kapang 1 bernilai 315 ppm, kapang 3

bernilai 270 ppm, kapang 5 bernilai 400 ppm, kapang 7 bernilai 19.7 ppm dan

kapang 8 bernilai 403 ppm. Kapang 2, 4, dan 6 tidak toksik pada konsentrasi 500,

100, 50 dan 10 ppm. Konsentrasi LC50 masing-masing isolat dipakai untuk

induksi apoptosis pada sel khamir. Secara berturut-turut persen frekuensi sel

khamir yang mengalami petit dari kapang 1, kapang 3, kapang 5, kapang 7, dan

kapang 8 adalah 69%, 75%, 86%, 90% dan 90.4%. Persen frekuensi ini

membuktikan isolat 1, 3, 5, 7 dan 8 kapang endofit Evodia suaveolens dapat

menginduksi apoptosis pada sel khamir.

ABSTRACT

AZMI AZHARI. Cytotoxic and Apoptosis Activities in Yeast of Chloroform

Extract from Endophytic Molds Evodia suaveolens. Supervised by WARAS

NURCHOLIS and DIMAS ANDRIANTO.

Cancer can occur if the cell cannot be sustained in the amount fixed. Cells that

have failed apoptosis, they will division continously. Apoptosis is the process of

programmed cell death. Apoptosis in yeast cell can be used as model because

yeast cell cycle similar to human cell. Evodia suaveolens produce evodiamine, it

trigger apoptosis. Endophytic mold produce bioactive compounds that similar to

its host plant. Eight isolates endophytic mold have been isolated from steam of

Evodia suaveaolens. Endophytic mold then was fermented and secondary

metabolites was extracted with chloroform. Then the extracts was tested using

cytotoxic activity with BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method. Values of

LC50 from each endophytic mold of Evodia suaveolens are 315 ppm (mold 1), 270

ppm (mold 3), 400 ppm (mold 5), 19.7 ppm (mold 7), and 403 ppm (mold 8).

Mold 2,4, and 6 is not toxic in 500, 100, 50, and 10 concentration. Each

concentration of LC50 used for apoptosis induction in yeast cell. Percentation of

yeast cell that have petite from mold 1, mold 3, mold 5, mold 7, and mold 8 are

69%, 75%, 86%, 90%, and 90.4% respectively. This percentation showed that

isolate 1, 3, 5, 7, 8 from endophytic mold Evodia suaveolens can induction

apoptosis in yeast cell.

AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN APOPTOSIS SEL KHAMIR

EKSTRAK KLOROFORM KAPANG ENDOFIT

Evodia suaveolens

AZMI AZHARI

G84080050

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Judul Skripsi : Aktivitas Sitotoksik dan Apoptosis Sel Khamir Ekstrak

Kloroform Kapang Endofit Evodia suaveolens

Nama : Azmi Azhari

NIM : G84080050

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Diketahui,

Tanggal Lulus :

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc

Ketua Departemen Biokimia

Waras Nurcholis, M.Si

Ketua

Dimas Andrianto, M.Si

Anggota

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

berkah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai

akhir zaman. Penelitian ini berjudul Aktivitas Sitotoksik dan Apoptosis Sel

Khamir Ekstrak Kloroform Kapang Endofit Evodia suaveolens. Kegiatan

penelitian yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains pada

Departemen Biokimia ini dilakukan dari bulan Februari hingga Juni 2012,

bertempat di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Ucapan terima kasih kepada DIKTI selaku sumber pendanaan dari penelitian ini

yang merupakan PKM-P (Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian) yang

berjudul Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Evodia suaveolens sebagai

Antikanker yang disusun oleh Ridho Pratama, Affan Iqbal, dan Ayu Arthuria.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Waras Nucholis, M.Si. sebagai

ketua pembimbing dan Dimas Andrianto, M.Si. sebagai anggota pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, dan kritiknya. Terima kasih

kepada kedua orang tua tercinta, adik, Laita dan seluruh keluarga atas segala kasih

sayang, perhatian, doa, dan dukungan yang tak henti-hentinya diberikan kepada

penulis dan sangat berarti bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan selama penelitian

Affan, Ridho, Khoerotunnisa atas saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu,

penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Biokimia 45,

rekan penelitian satu lab, Ines, Mega, Didit, Dian, Aros, Anisa Utami, Daniel,

Elvita, Yoan, Rian, seluruh warga kosan Kingstone Perwira dan juga sahabat-

sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, saran, dan

motivasi yang diberikan. Penulis berharap semoga hasil penelitian dan karya

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2012

Azmi Azhari

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kabupaten Cirebon pada tanggal 6 Maret 1990 dari ayah

bernama Drs. Khudlori dan ibu bernama Dra. Rodliyah Zaenudin M.Ag. Penulis

merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan penulis dimulai dari TK Khatulistiwa dan SDN II Pegagan,

kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Kota Cirebon. Tahun 2008 penulis

menyelesaikan pendidikan di MAN Darussalam Ciamis dan pada tahun yang

sama lolos seleksi masuk dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Di IPB penulis mengambil

mayor Biokimia di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi komti (ketua kelas) dari sejak

TPB (Tingkat Persiapan Bersama) hingga masuk departemen Biokimia. Penulis

juga aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan di IPB dan organisasi

mahasiswa daerah, diantaranya penulis pernah aktif sebagai Kordinator CIC

(Communication and Information Center) Community Research and Education of

Biochemistry periode 2009/2010, dan staf humas Ikatan Kekeluargaan Cirebon

2011/2012. Selain itu, penulis yang hobinya menulis ini menjadi ketua dan

tergabung komunitas FIKSI (Forum Imajinasi dan Kreativitas Sastra IPB) yang

baru dibentuknya untuk menampung bakat menulis sastra. Penulis juga sering

menulis di kompasiana.com dan mengikuti berbagai agendanya.

Penulis juga pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan seperti panitia lomba

penulisan cerpen dan film dokumenter TPB IPB 2008, Masa perkenalan Kampus

Mahasiswa Biokimia tahun 2009, Pesta Sains Nasional 2008 dan 2009, Biokimia

Expo 2010, dan beberapa kepanitiaan lainnya. Penulis melakukan Praktik Lapang

di Laboratorium Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Cibinong Bogor, dengan judul Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Kloroform

Kapang Endofit Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) dengan Enzim α-

glukosidase. Penulis dalam bidang karya ilmiah pernah mendapat hibah dana

bersaing dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam Pekan

Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk kategori Bidang Penelitian pada tahun 2012

menggantikan Ayu Arthuria dengan judul Pemanfaatan Senyawa Metabolit

Sekunder Kapang Endofit Evodia suaveolens sebagai antikanker dan menjadi

pembicara makalah lomba karya ilmiah dalam kegiatan seminar kesehatan

nasional 2012. Penulis juga pernah memenangkan penghargaan setara emas PKM-

GT (Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis) pada PIMNAS (Pekan

Ilmiah Nasional) ke 25 pada tahun 2012 dengan judul Asuransi Pertanian Berbasis

Indeks Iklim sebagai Solusi Penyelamatan Petani dari Gagal Panen Akibat Iklim

Ekstrim di Indonesia.

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 1

Kanker ................................................................................................................. 1

Apoptosis ............................................................................................................. 2

Sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) .............................................................. 2

Evodia suaveolens ............................................................................................... 3

Kapang endofit .................................................................................................... 3

Fermentasi ........................................................................................................... 4

Ekstraksi .............................................................................................................. 4

BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) ................................................................... 4

BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 5

Alat dan Bahan .................................................................................................... 5

Metode ................................................................................................................. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6

Hasil Isolasi Kapang Endofit Evodia suaveolens ................................................ 6

Hasil Fermentasi dan Ekstrak Klorofom Kapang Endofit Evodia suaveolens .... 7

Hasil Uji Sitotoksik dengan BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) ...................... 8

Kurva Pertumbuhan Sel Khamir ......................................................................... 9

Hasil Uji Induksi Apoptosis pada Sel Khamir .................................................. 10

SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 11

Simpulan ............................................................................................................ 11

Saran .................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

LAMPIRAN .......................................................................................................... 14

DAFTAR TABEL Halaman

1. Rendemen ekstrak kloroform hasil fermentasi kapang endofit Evodia

suaveolens ...................................................................................................... 8

2. Hasil frekuensi sel khamir yang mengalami petite akibat induksi ekstrak

kloroform kapang endofit Evodia suaveolens ................................................ 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Sel khamir yang mengalami apoptosis ............................................................ 2

2. Saccharomyces cerevisiae pembesaran 10 x 40.............................................. 3

3. Tanaman Evodia suaveolens ........................................................................... 3

4. Kapang endofit A dan B Evodia suaveolens ................................................... 7

5. Isolat kapang endofit Evodia suaveolens ........................................................ 8

6. Fase kloroform pada proses ekstraksi kapang endofit Evodia suaveolens ..... 8

7. Nilai LC50 dari uji sitotoksik BSLT ekstrak kloroform kapang endofit

Evodia suaveolens ........................................................................................... 9

8. Kurva pertumbuhan sel khamir berdasarkan nilai bobot sel ........................... 9

9. Perbandingan ukuran sel normal (A) dan sel petite (B) .................................. 10

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tabel kapang endofit Evodia suaveolens ........................................................ 15

2. Tabel khamir yang mengalami petite setelah perlakuan ekstrak .................... 17

3. Nilai LC50 ........................................................................................................ 19

4. Strategi penelitian............................................................................................ 21

5. Induksi apoptosis (pembuatan media) ............................................................. 22

6. Perlakuan induksi apoptosis ............................................................................ 23

1

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang dikenal

dengan keanekaragaman hayatinya yang

tinggi. Salah satunya adalah tanaman yang

berkhasiat sebagai antikanker seperti Zodia

atau Evodia suaveolens. Tanaman ini berasal

dari daerah Papua (Kardinan 2007), dan dapat

digunakan untuk mengusir nyamuk. Studi

terbaru mengatakan Evodia suaveolens dapat

menghasilkan senyawa evodiamin (Humbert

et al. 2012). Senyawa ini mempunyai aktivitas

yang baik sebagai antikanker yang mana dapat

menghambat proliferasi, metastasis dan

mempercepat apoptosis beragam sel kanker

(Jiang 2009). Namun, pengembangan obat

yang berbahan dasar Zodia masih menghadapi

kendala, senyawa aktif yang diperoleh dari

tanaman ini tidaklah banyak sehingga

diperlukan tanaman yang banyak untuk

mendapatkan senyawa tersebut. Terbatasnya

sumber daya alam, dan waktu tumbuh

tanaman yang lama membuat efisiensi

produksi obat ini menjadi turun.

Kanker merupakan penyakit degeneratif

yang mematikan. WHO (World Health

Organization) (2012) memprediksi kasus

kanker dunia yang menyebabkan kematian

akan mengalami 13.1 juta jiwa tahun 2030.

Sebagian besar penyakit kanker disebabkan

oleh lingkungan dan gaya hidup. Faktor

lingkungan yang menyebabkan kanker antara

lain polusi, asap rokok, radiasi, dan infeksi

organisme. Faktor gaya hidup yaitu kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol, makanan yang

mengandung bahan tambahan pangan yang

karsinogenik, dan makanan berlemak trans

serta obesitas (Jemal 2011). Teknologi untuk

terapi kanker seperti pembedahan, radiasi,

terapi hormon dan kemoterapi banyak

dikembangkan saat ini, tapi pengobatan ini

memerlukan biaya yang mahal dan memiliki

efek samping yang tidak baik bagi tubuh.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu

pengobatan yang dapat mengobati kanker

dengan kemampuan mengobati yang kuat dan

tanpa efek samping.

Pengembangan teknologi produksi

senyawa aktif dari tanaman obat merupakan

teknologi yang memiliki prospek yang baik.

Salah satu bioteknologi yang dapat digunakan

untuk menghasilkan senyawa obat dalam

skala besar adalah dengan menggunakan

metabolit sekunder yang diekstrak dari kapang

endofit. Penggunaan kapang endofit dapat

meningkatkan efisiensi produksi senyawa

antikanker, masa berkembang biak kapang

endofit yang relatif singkat dengan laju

pertumbuhan yang tinggi memungkinkan

produksi senyawa antikanker dan penginduksi

apoptosis semakin efisien dalam jumlah besar.

Senyawa bioaktif antikanker yang akan

digunakan untuk produk antikanker harus

diujikan terlebih dahulu dengan uji sitotoksik.

Uji sitotoksik merupakan salah satu

pengembangan metode untuk memprediksi

keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada

sel (Kurnijasanti et al. 2008). Studi

eksperimental kanker dapat dilakukan

terhadap sel khamir melalui induksi apoptosis

sehingga akan memberikan informasi yang

berkaitan efek modulator apoptosis tersebut

terhadap sel (Sukardiman et al. 2006).

Penelitian ini menggunakan ekstrak kloroform

kapang endofit isolat dari batang Evodia

suaveolens. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menguji aktivitas sitotoksik dan apoptosis sel

khamir dari ekstrak tersebut. Hipotesis dari

penelitian ini adalah ekstrak kloroform kapang

endofit Evodia suaveolens memiliki aktivitas

sitotoksik dan dapat menginduksi apoptosis

pada sel khamir. Manfaat penelitian ini adalah

untuk mengetahui aktivitas dari sitotoksik dan

apoptosis pada sel khamir ekstrak kloroform

kapang endofit Evodia suaveolens yang

nantinya dapat dipakai sebagai antikanker.

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker

Kanker dapat disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu penggunaan tembakau, infeksi,

radiasi, kurangnya aktivitas fisik, makanan

yang tidak sehat, obesitas, dan polusi

lingkungan (Anand et al. 2008). Kanker

merupakan penyakit kedua terbesar di dunia,

dan 80 % kematian akibat kanker terjadi pada

negara industri.

Penyakit kanker terus meningkat dalam

skala global. Kanker dapat menyerang

manusia pada segala usia yaitu dapat

menyerang anak-anak dan dapat beresiko

lebih tinggi dengan semakin bertambahnya

usia. Pada tahun 2007 kanker menyebabkan

13 % kematian terhadap jumlah penduduk

dunia (Mattias 2001).

Terdapat 150 tipe kanker yang dapat

dikategorikan menjadi kanker paru-paru,

prostat, kulit, perut, dan kanker kolon yang

disebut karsinoma dan yang dikelompokkan

sebagai tumor padat. Sarkoma adalah kanker

yang terbentuk pada tulang dan jaringan yang

meliputi organ, kanker ini padat yang jarang,

namun mematikan jika membentuk tumor

yang ganas. Leukimia terbentuk pada darah

dan tulang sumsum, kanker ini termasuk

2

tumor tidak padat yang disebabkan oleh

produksi sel darah putih yang tidak normal.

Lymphoma adalah kanker yang terjadi di

pembuluh limfa, kanker ini dibagi menjadi 2

katagori yaitu hodkin’s dan non-hodgkins.

Myeloma merupakan tumor-tumor yang

terbentuk di dalam antibodi yang membentuk

plasma sel pada beberapa jaringan.

Apoptosis

Apoptosis adalah suatu kematian sel

secara alami dan terprogram. Apoptosis dapat

terjadi jika sel mengalami suatu kerusakan

yang tidak dapat diperbaiki lagi diakibatkan

oleh terinfeksi virus, stress akibat kelaparan,

kerusakan DNA, dan radikal bebas. Fungsi

apoptosis adalah untuk melenyapkan sel-sel

yang mengalami kerusakan dan tidak dapat

lagi menjalankan fungsinya, serta mencegah

penularan virus dan berperan penting dalam

mencegah kanker. Sel yang mengalami

kegagalan dalam apoptosis, akan mengalami

pembelahan terus menerus dan berkembang

menjadi tumor. Tumor dapat terjadi jika

jumlah sel tidak dapat dipertahankan pada

jumlah tetap. Pada apoptosis terjadi

serangkaian transduksi sinyal akibat dari

serangkaian reaksi biokimiawi yang dapat

menyebabkan perubahan ciri morfologis yaitu

pengkerutan sel, fragmentasi inti sel,

kerusakan membran dan sel tersebut dapat

pecah menjadi beberapa vesikel yang disebut

badan apoptosis (Algiansyah 2009).

Apoptosis berbeda dengan nekrosis.

Nekrosis adalah suatu kematian sel yang

diakibatkan oleh infeksi. Pada nekrosis terjadi

perubahan pada inti sel yang pada akhirnya

menyebabkan inti menjadi lisis dan membran

plasma menjadi pecah. Pada apoptosis terjadi

kematian sel terprogram, membran sel tidak

pecah, dan inti mengalami fragmentasi yang

kemudian mengirimkan sinyal kepada sel

yang berada didekatnya untuk difagosit.

Proses apoptosis dikendalikan oleh berbagai

sinyal tingkat sel yaitu dari ekstrinsik dan

intrinsik. Sinyal ekstrinsik bisa berasal dari

hormon, faktor pertumbuhan, nitrit oksida,

dan sitokin. Sinyal tersebut harus bisa

menembus membran plasma ataupun

transduksi sinyal untuk mendapatkan respon.

Sinyal intrinsik apoptosis merupakan suatu

respon yang diinisiasi oleh sel sebagai respon

terhadap stress dan akhirnya dapat

mengakibatkan kematian sel. Pengikatan

reseptor nuklear oleh glukokortikoid, panas,

radiasi, kekurangan nutrisi, infeksi virus, dan

hipoksia merupakan keadaan yang dapat

menimbulkan pelepasan sinyal intrinsik

melalui kerusakan sel (Lumongga 2008).

Koloni khamir yang mengalami apoptosis

dapat dibedakan dari koloni normalnya.

Koloni yang mengalami apoptosis berubah

menjadi koloni petit akibat dari disfungsi

mitokondria (kehilangan kemampuan respirasi

pada mitokondria) sehingga laju pertumbuhan

sel khamir menjadi jauh lebih lambat dari sel

khamir normal (Gambar 1) (Madigan et al

2000). Sel khamir yang mengalami petite

mendapatkan energi dari proses glikolisis dan

tidak mampu menggunakan sumber karbon

yang tidak dapat difermentasikan, sedangkan

sel khamir normal tidak hanya memperoleh

energi dari glikolisis, tetapi juga dari proses

respirasi. Oleh sebab itu, koloni yang

mengalami petit terlihat lebih kecil. Koloni

khamir yang mengalami petit jarang terjadi

secara alami, karena jumlah glukosa di alam

melimpah sehingga bukan pembatas untuk

pertumbuhan khamir, apalagi oksigen yang

jumlahnya juga melimpah (Algiansyah 2009).

Sel khamir (Saccharomyces cerevisiae)

Khamir adalah suatu organisme

uniselular, eukariot yang bereproduksi secara

aseksual melalui pertunasan, bisa juga dengan

pembelahan biner dan memproduksi semacam

spora haploid untuk bereproduksi secara

seksual. Saccharomyces cervisiae adalah

organisme yang biasa dipakai oleh masyarakat

indonesia untuk dimanfaatkan pembuatan roti

dan tape singkong. Selain itu, khamir jenis ini

juga dipakai pada berbagai industri yaitu

proses produksi minuman beralkohol (Ahmad

2005).

Saccharomyces cerevisiae merupakan

khamir sejati secara morfologi hanya

membentuk blastospora berbentuk bulat

lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang

dipengaruhi oleh strainnya (Gambar 2).

Penampilan makroskopik mempunyai koloni

a b

Gambar 1 Sel khamir yang mengalami

apoptosis: a. SEM (Scanning

Electron Micrograph) b. TEM

(Transmission Electron

Micrograph) (Granot 2003)

3

berbentuk bulat, warna kuning muda,

permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan

memiliki sel bulat dengan askospora 1-8 buah

(Ahmad 2005).

Taksonomi Saccharomyces cerevisiae

menurut Sanger (2004) diklasifikasikan

sebagai berikut super kingdom Eukaryota,

phylum Fungi, subphylum Ascomycota, kelas

Saccharomycetes, ordo Saccharomycetales,

family Saccharomycetaceae, genus

Saccharomyces, spesies Saccharomyces

cerevisae.

Evodia suaveolens

Tanaman Zodia (Evodia suaveolens

Scheff) merupakan tanaman asli Indonesia

yang berasal dari Irian (Papua) yang pada

umumnya ditanam di pekarangan rumah,

tanaman yang mempunyai tinggi antara 50 cm

hingga 200 cm (rata-rata 75 cm), dipercaya

mampu mengusir nyamuk dan serangga

lainnya dari sekitar tanaman. Oleh sebab itu,

tanaman ini sering ditanam pada pekarangan

rumah untuk menghalau nyamuk. Aroma yang

dikeluarkan oleh tanaman Zodia cukup wangi.

Tanaman ini dapat mengeluarkan aroma

apabila tanaman tergoyang oleh tiupan angin

sehingga diantara daunnya saling menggosok,

maka keluarlah aroma yang wangi. Saat ini

sebagian masyarakat menyimpan tanaman

Zodia pada pot di dalam ruangan sehingga

selain memberikan aroma yang khas, juga

aromanya dapat menghalau nyamuk dari

ruangan. Selain itu, manfaat yang lainnya

adalah sebagai antikanker (Kardinan 2007).

Evodia suaveolens diklasifikasikan ke

dalam kingdom Plantae (tumbuh-tumbuhan),

subkingdom Tracheobionta (tumbuhan

berpembuluh), super divisi Spermatophyta

(menghasilkan biji), divisi Magnoliophyta

(tumbuhan berbunga), kelas Magnoliopsida

(berkeping dua), sub kelas Rosidae, ordo

Sapindales, family Rutaceae (suku jeruk-

jerukan), genus Evodia, spesies Evodia

suaveolens Scheff.

Kapang endofit

Endofit secara bahasa berasal dari kata

endon yang berarti di dalam dan phyton yang

berarti tanaman (Schulz & Boyle 2005).

Secara umum, endofit adalah makhluk hidup

yang berada di dalam tanaman dapat bersifat

parasitik atau simbiotik. Kapang endofit

adalah fungi yang menginfeksi jaringan

tanaman yang sehat tanpa menyebabkan sakit

(Clay 2004).

Cendawan atau fungi adalah suatu

organisme heterotrof, dan memerlukan

senyawa organik untuk pertumbuhannya.

Organisme ini tidak berklorofil dan

mempunyai sel yang kaku. Cendawan dapat

dibagi menjadi dua bagian yaitu khamir

(yeast) yang berbentuk uniselular dan kapang

(mold) yang berbentuk benang (filamen). Fase

khamir timbul jika organisme itu hidup

sebagai parasit (merugikan) dalam jaringan

dan ada juga yang bersifat saprofit

(menguntungkan) dalam jaringan. Fase

kapang ini dapat tumbuh dalam organisme

tersebut, jika hidup sebagai saprofit (Gandjar

& Sjamsuridzal 2006).

Winarno (2006) menemukan bahwa

hasil pemurniaan mikroba endofit dari batang

kina Cinchona ledgeriana Moens diperoleh

dua jenis kapang yang dapat menghasilkan

senyawa alkaloid kinin dan sinkonin. Kedua

senyawa tersebut biasanya terkandung dalam

batang Kina yang memiliki aktivitas

antimalaria. Hubungan antara mikroba endofit

dan tanaman dalam menghasilkan metabolit

sekunder sangat menarik dipelajari. Sejak

tahun 1993 penelitian produksi taxol yang

merupakan obat kanker oleh kapang endofitik

Taxomyces andreanae dan Pestalotiopsis

microspora telah dilaporkan. Pada

perkembangan senyawa aktif yang dihasilkan

oleh kapang endofit ternyata tidak selalu sama

dengan senyawa yang dihasilkan oleh

tanaman inangnya sehingga kapang endofit

menjadi sumber senyawa aktif baru yang

sangat menjanjikan. Disamping itu pencarian

senyawa baru dari mikroba endofit diharapkan

Gambar 2 Saccharomyces cerevisiae

pembesaran 10 x 40 (Ahmad

2005)

Gambar 3 Tanaman Evodia suaveolens

(Anonim 2012)

4

dapat mengurangi kerusakan lingkungan

akibat pemanfaatan tanaman secara besar-

besaran untuk mendapatkan senyawa aktif

(Strobel et al. 2004).

Hasil penelitian terhadap kapang

endofit menunjukkan bahwa bagian tanaman

yang berbeda dari satu tanaman inang

memperlihatkan isolat kapang endofit yang

berbeda. Perbedaan habitat dan ekosistem

tanaman inang ini juga menunjukkan

perbedaan kapang endofit.

Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses

perubahan biokimia yang terjadi di dalam

substrat organik sebagai akibat kerja zat-zat

katalis kimia (enzim) yang diproduksi oleh

mikroba tertentu. Fermentasi secara teknik

dapat didefinisikan sebagai suatu proses

oksidasi anaerobik atau partial anaerobik

karbohidrat yang menghasilkan alkohol serta

beberapa asam, namun banyak proses

fermentasi yang menggunakan substrat

protein dan lemak (Muchtadi &

Ayustaningwarno 2010).

Fermentasi terbagi menjadi dua, yaitu

fermentasi spontan dan tidak spontan

(membutuhkan starter). Fermentasi spontan

adalah fermentasi yang biasa dilakukan

menggunakan media penyeleksi, seperti

garam, asam organik, asam mineral, dan pati.

Media penyeleksi tersebut akan menyeleksi

bakteri patogen dan menjadi media yang baik

bagi tumbuh kembang bakteri selektif yang

membantu jalannya fermentasi. Fermentasi

tidak spontan adalah fermentasi yang

dilakukan dengan penambahan kultur

organisme bersama media penyeleksi

sehingga proses fermentasi dapat berlangsung

lebih cepat (Rejeki 2011).

Mikroba yang melakukan fermentasi

membutuhkan energi yang umumnya

diperoleh dari glukosa. Dalam keadaan aerob,

mikroba mengubah glukosa menjadi air, CO2

dan energi (ATP). Beberapa mikroba hanya

dapat melangsungkan metabolisme dalam

keadaan anaerob dan hasilnya adalah substrat

yang setengah terurai. Hasil penguraiannya

adalah air, CO2, energi dan sejumlah asam

organik lainnya, seperti asam laktat, asam

asetat, etanol serta bahan-bahan organik yang

mudah menguap (Muchtadi &

Ayustaningwarno 2010).

Kapang endofit menyimpan potensi

ekonomi yang tidak terbatas dan belum

banyak diaplikasikan dalam industri farmasi

dan pertanian sumber bahan obat, enzim dan

senyawa biologis pengendali hama di masa

depan. Proses fermentasi memegang peranan

penting dalam produksi senyawa tersebut

secara masal dalam skala industri. Produksi

senyawa bioaktif melalui fermentasi jamur

endofit ini berpotensi besar bagi industri

karena reprodusibel, penyediaannya bisa tidak

terbatas karena tidak dibatasi jumlah tanaman

(Sugijanto 2008).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan

beberapa zat atau senyawa dengan pelarut

tertentu. Pemisahan terjadi berdasarkan

kemampuan yang berbeda dari komponen-

komponen dalam campuran. Pelarut yang

digunakan adalah pelarut dengan kemampuan

menjerap bahan yang dibutuhkan (Purba

2011).

Proses ekstraksi terdiri dari beberapa

tahapan yaitu pencampuran bahan dengan

pelarut, pemisahan dan isolasi ekstrak. Pada

pencampuran bahan ekstrak dengan pelarut

dibiarkan saling berkontrak sehingga terjadi

perpindahan masa. Setelah terjadi penjerapan,

maka pemisahan dilakukan dengan alat

pemisah. Pemisahan bertujuan untuk

memisahkan larutan ekstrak dan pelarut.

Setelah didapatkan fase ekstrak pelarut, maka

pelarut lalu diuapkan dan didapatkan ekstrak

murni. Ekstraksi dilakukan berulang sehingga

zat yang dijerap lebih optimal (Dirjen POM

2000).

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

pelarut kloroform. Kloroform adalah suatu

pelarut non polar yang dapat digunakan untuk

ekstraksi alkaloid (Winarno 2006). Evodiamin

adalah senyawa alkaloid yang dihasilkan oleh

Evodia suaveolens. Alkaloid dalam bentuk

bebas tidak dapat larut di dalam air, namun

dapat larut di dalam kloroform (Jiang 2009).

BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)

Uji toksisitas adalah suatu uji pendahuluan

untuk mengetahui aktivitas farmakologi suatu

senyawa. Prinsipnya komponen bioaktif selalu

bersifat toksik jika diberikan dengan dosis

tinggi dan menjadi obat pada dosis rendah.

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

merupakan salah satu uji untuk mengetahui

toksisitas suatu senyawa (Zebua 2011).

Artemia salina Leach merupakan

organisme sejenis udang-udangan yang

berukuran kecil dan dikenal dengan nama

brine shrimp. Artemia salina Leach digunakan

sebagai hewan uji untuk menentukan

ketoksikan suatu senyawa dalam ekstrak

tumbuhan yang diwujudkan sebagai racun

(Baraja 2008).

5

Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) sering digunakan untuk praskrining

terhadap senyawa aktif yang terkandung

dalam ekstrak tumbuhan karena murah, cepat,

mudah dan dapat dipercaya. Suatu metode

yang menggunakan Artemia salina Leach

telah diperkenalkan sebagai metode bioassay

yang sederhana untuk penelitian produk alam.

Sifat toksisitas suatu senyawa dapat

dibandingkan dengan uji kultur sel sehingga

dapat diasosiasikan dengan aktivitas

antikanker (Baraja 2008).

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Laminar Air Flow (LAF),

neraca analitik, autoklaf, oven, tabung reaksi,

cawan petri, labu Erlenmeyer, lempeng

pemanas, pengaduk magnetik, jarum ose,

pembakar spirtus, pinset, lampu UV,

inkubator bergoyang (shaker incubator),

sumur BSLT, sentrifus, tabung sentrifus,

homogenizer, lemari es, tabung Eppendorf,

kaca sebar, mikro pipet, tip (biru, kuning,

putih), kertas aluminium, colony counter, dan

plastik penyegel.

Bahan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tanaman Evodia suaveolens yang

didapatkan dari toko tanaman hias di

Baranangsiang Bogor, isolat kapang endofit

dari batang tanaman Evodia suaveolens,

ekstrak metabolit sekunder dari kapang

endofit Evodia suaveolens, khamir

Saccharomyces cerevisiase, akuades, etanol,

glukosa, kloroform, natrium hipoklorit 5.3%,

kloramfenikol, PDA (Potatos Dextrose Agar),

PDB (Potatos Dextrose Broth), air laut,

Artemia salina, YEPD (Yeast Extract,

Dextrose, Pepton) padat, cair dan petit.

Metode

Penelitian ini terdiri beberapa tahapan

yaitu isolasi dan pemurnian kapang endofit,

peremajaan kapang endofit, fermentasi,

ekstraksi senyawa metabolit sekunder, uji

sitotoksik dengan BSLT (Brine Shrimp

Lethality Test) LC50 dan induksi apoptosis

pada sel khamir.

Isolasi dan pemurnian kapang endofit

Batang tanaman Evodia suaveolens

dengan panjang 2 cm dan lebar 1 cm dicuci

dengan air mengalir, lalu disterilkan dengan

etanol 70% selama 1 menit, natrium hipoklorit

5,3% selama 5 menit, dan etanol 75% selama

0,5 menit. Bagian batang dibelah dua secara

longitudinal, lalu diletakkan di atas cawan

petri berisi PDA yang telah dicampur dengan

kloramfenikol 0,05 mg/mL (Theantana et al.

2007). Keduanya diinkubasi selama 3 hari

pada suhu 25oC. Koloni dipindahkan ke PDA

dalam cawan petri dan diinkubasi lagi pada

suhu 25oC dan dilakukan pengecekan secara

berkala untuk pemurnian lebih lanjut. Masing-

masing endofit diisolasi melalui beberapa kali

ditanam pada agar miring (PDA) dan

diinkubasi dalam inkubator suhu 25oC dan

diremajakan.

Peremajaan kapang endofit dari isolat

Inokulasi isolat kapang endofit dilakukan

secara aseptis di dalam laminar. Laminar

terlebih dahulu disterilkan dengan penyinaran

sinar ultraviolet selama 1 jam, dan kemudian

seluruh bagian dalam laminar dan bagian luar

kaca disemprot dengan etanol 70%. Isolat

kapang endofit dari agar miring diinokulasi ke

dalam media PDA kemudian diinkubasi

selama dua hari pada suhu kamar (Pelczar &

Chan 1996).

Fermentasi kapang endofit

Isolat kapang yang telah diremajakan

masing-masing diinokulasikan ke dalam

tabung Erlenmeyer berisi 50 ml media PDB.

Tiap tabung Erlenmeyer dilakukan fermentasi

dengan metode statik pada suhu kamar selama

12 hari dan diuji juga dengan fermentasi

dinamis dengan agitasi 171 rpm selama 5 hari.

Perbedaan ini untuk mengetahui perbandingan

fermentasi tersebut untuk menghasilkan

ekstrak lebih banyak (Kumala dan Muhamad

2005).

Ekstraksi metabolit sekunder

Kapang endofit dalam Erlenmeyer

diekstrak dengan pelarut kloroform masing-

masing sebanyak tiga kali ekstrak dan pada

tiap ekstraksi digunakan pelarut sebanyak 50

ml. Fase pelarut ditampung dalam botol yang

telah diketahui bobot kosongnya. Hasil

ekstraksi diuapkan dalam ruang asam hingga

tertinggal residunya. Bobot ekstrak diperoleh

dari selisih antara bobot botol berisi ekstrak

dan bobot botol kosong. Ekstrak di dalam

botol dipindahkan ke vial yang lebih kecil

dengan dilarutkan terlebih dahulu dengan

pelarutnya (Kumala dan Muhamad 2005).

Uji toksistas dengan BSLT (Brine Shrimp

Lethality Test)

Telur udang Artemia salina L

sebanyak 1 sudip dilarutkan dalam 250

ml air laut dalam sebuah gelas piala,

6

dimasukkan aerator, dan didiamkan

selama 1x24 jam agar menjadi larva

udang. Selanjutnya, disiapkan larutan

sampel dengan konsentrasi masing-

masing 500 ppm, 100 ppm, 50 ppm, dan

10 ppm setelah ditambah air laut dan

Artemia salina. Perhitungan larva yang

masih hidup dan yang mati dilakukan

setelah 24 jam untuk menentukan nilai

LC50 (Meyer et al. 1982).

Induksi apoptosis pada sel khamir

Induksi apoptosis pada sel khamir

meliputi beberapa tahapan yaitu pembuatan

media, peremajaan sel khamir, inkubasi dan

pemanenan sel khamir, serta perlakuan

induksi apoptosis pada sel khamir (Granot

2003).

Pembuatan Media (Campbell 1991).

Media yang digunakan untuk induksi

apoptosis pada sel khamir meliputi media cair

dan padat, serta media padat petit YEPD

(Yeast Extract Peptone Dextrose). Media cair

YEPD memiliki komposisi 1% yeast extract,

2 % pepton, 2% glukosa, 1.8% baktoagar, dan

akuades hingga 100 ml, lalu disterilkan

dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 15

menit dengan tekanan 10 atm. Semua media

yang dibutuhkan dalam penelitian ini

memiliki komposisi dan cara pembuatan yang

hampir sama. Perbedaannya terletak pada

penambahan baktoagar di medium padat

YEPD. Sementara pada media petit dilakukan

pengurangan jumlah glukosa menjadi 0.1%,

penambahan etanol 2%.

Peremajaan Sel Khamir (Campbell

1991). Sel-sel khamir diremajakan pada media

YEPD padat dengan menggoreskan 2 ose

khamir dan diinkubasi pada suhu 27°C selama

2 hari. Hasil peremajaan akan digunakan

sebagai biakan perlakuan.

Inkubasi dan Pemanenan Sel Khamir

(Campbell 1991). Proses inkubasi ini

dilakukan untuk mengetahui kurva

pertumbuhan dari sel khamir. Kurva ini

didapatkan dengan menghitung bobot kering

sel khamir. Pada awalnya, sel-sel khamir

ditumbuhkan pada media padat YEPD,

kemudian sebanyak 1 ose sel khamir

dipindahkan ke medium cair YEPD dan

dipindahkan sebanyak 200 µl ke masing-

masing 5 tabung untuk diukur jumlah khamir

selama 5 hari. Sel dipanen dengan proses

sentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama

10 menit dan peletnya dicuci 2 kali dengan

akuades secukupnya. Pelet yang sudah dicuci

kemudian diukur bobotnya dan dicatat,

selanjutnya dilakukan metode gravimetri

untuk didapatkan bobot kering sel. Bobot

akhir sel khamir kemudian didapatkan melalui

perhitungan sebagai berikut:

Bobot Akhir Sel Khamir = Bobot Basah –

Bobot Kering

Perlakuan Induksi Apoptosis (Granot

2003). Percobaan ini akan dilakukan pada

beberapa perlakuan, yaitu ekstrak metabolit

sekunder kapang endofit Evodia suaveolens

yang telah diseleksi dari uji toksistas BSLT,

glukosa 2% sebagai kontrol positif, dan

akuades sebagai kontrol negatif. Konsentrasi

yang dipakai untuk induksi adalah nilai

konsentrasi LC50 dari masing-masing kapang

endofit. Ekstrak metabolit sekunder sebanyak

400 µl lalu dimasukan ke dalam Eppendorf

yang berisi 100 µl kultur sel khamir dan

ditambahkan 500 µl YEPD. Campuran itu

dihomogenisasi terlebih dahulu, kemudian

diinkubasi pada 37°C selama 24 jam. Sama

halnya pada perlakuan ekstrak kapang endofit

Evodia suaveolens, perlakuan kontrol positif

ditambahkan glukosa 2% dan kontrol negatif

akuades untuk mengganti ekstrak pada

perlakuan.

Uji Frekuensi Petit (Granot 2003). Pada

24 jam dilakukan pengambilan sebanyak 15 µl

sel dari biakan perlakuan yang telah

diencerkan sebanyak 10-6

kali. Sel-sel khamir

tersebut disebar merata ke cawan petri yang

berisi media padat petit dan diinkubasi pada

suhu 28°C selama 24 jam, kemudian

dilakukan perhitungan koloni petit. Sel-sel

khamir yang berubah menjadi koloni petit

tampak berukuran lebih kecil dibandingkan

sel-sel khamir normal. Sel-sel khamir yang

berubah menjadi koloni petit dihitung

frekuensi petitnya dengan rumus :

x 100 %

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Isolasi Kapang Endofit Evodia

suaveolens

Tanaman dan mikroorganisme saling

berhubungan erat satu dengan yang lain.

Mikroorganisme ada yang bersifat menyerang

tanaman tersebut dan menyebabkan penyakit,

sementara ada pula yang bersifat

menguntungkan. Kapang adalah cendawan

yang hidup pada tumbuhan, dan bersifat

menguntungkan (saprofit) bagi inangnya. Ada

dua jenis kapang yang berasal dari tumbuhan

yaitu epifit yang berasal dari luar tanaman,

dan endofit yang berasal dari dalam (Winarno

2006). Kapang endofit yang digunakan adalah

berasal dari dalam batang Evodia suaveolens.

7

Tahapan pertama penelitian ini adalah

isolasi dengan tujuan mengisolasi kapang

yang terdapat di dalam batang dari Evodia

suaveolens. Batang yang dicuci, sebelum

proses pemotongan dan isolasi dilakukan

bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang

berada diluar batang. Setelah itu dilakukan

sterilisasi berurutan dengan menggunakan

etanol, sodium hipoklorit (NaOCl), dan

etanol. Hal ini dimaksudkan agar mikrob yang

berada di luar batang, tidak ikut tumbuh pada

media isolasi. Media PDA (Potatos Dextrose

Agar) ditambahkan kloramfenikol sebagai

antibakteri (Sukandar 2010). Beberapa

perlakuan tersebut berguna pada proses isolasi

kapang endofit yang berada pada batang

Evodia suaveolens.

Isolat kapang endofit yang didapatkan

dari Evodia suavelones beragam dan

dibedakan dari penyebaran hifa, warna

kapang, dan bentuk permukaan kapang

tersebut. Pada saat kapang tersebut telah

tumbuh, hifa diambil dan dipindahkan pada

media PDA yang baru. Pada Gambar 4,

kapang endofit A dan B dilakukan isolasi.

Kedua kapang tersebut bentuk morfologinya

berbeda sehingga dipindahkan pada media

PDA baru. Setelah kapang tersebut tumbuh

selama tiga hari, maka diamati lagi. Jika

kapang endofit tumbuh lebih dari satu, maka

dimurnikan lebih lanjut. Isolat kapang endofit

dari Evodia suavelolens yang telah

didapatkan, akan disamakan satu dengan yang

lain sehingga isolat kapang endofit diyakini

berbeda dari satu sama lain. Beberapa kapang

yang terlihat sama, dicoba ditumbuhkan lebih

lama untuk melihat warna pada saat umur tua.

Jika warnanya sama, maka isolat satunya

dieliminasi. Proses isolasi ini menghasilkan

kapang endofit Evodia suaveolens yang

beragam.

Banyaknya isolat yang akan dihasilkan

bergantung pada media yang digunakan.

Penggunaan media yang berbeda akan

menghasilkan kekayaan spesies yang berbeda

(Nurhasanah 2008). Dari media PDA

(Potatoes Dextrose Agar) terdapat 8 kapang

endofit (Gambar 5). Media ini bersifat tidak

selektif dan dapat digunakan untuk

menumbuhkan atau mengidentifikasi kapang.

Media ini mengandung sumber karbohidrat

dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20%

ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga

baik untuk pertumbuhan kapang tetapi kurang

baik untuk pertumbuhan bakteri (Julianingsih

2012). Keterangan mengenai warna, bentuk

permukaan dan pola setiap kapang disajikan

pada Lampiran 1.

Hasil Fermentasi dan Ekstrak Klorofom

Kapang Endofit Evodia suaveolens

Fermentasi adalah suatu proses merubah

substrat menjadi produk. Tujuannya untuk

menumbuhkan dan menghasilkan produk

senyawa aktif. Isolat kapang endofit Evodia

suaveolens ditumbuhkan pada media PDB

(Potato Dextrose Broth) yang telah

disterilisasi sebelumnya pada autoklaf. Media

PDB biasa dipakai untuk pertumbuhan,

Gambar 4 Kapang Endofit A dan B Evodia

suaveolens

Kapang 1

Kapang 3

Kapang 2

Kapang 4

Kapang 5

Kapang 7

Kapang 6

Kapang 8

Gambar 5 Isolat Kapang Endofit dari

Evodia suaveolens

A

B

8

pemanenan dan produksi kapang

(Simanjuntak 2011). Fermentasi dilakukan

secara statis dan dinamis. Tujuannya untuk

mengetahui perbandingan ekstrak yang

didapatkan antara keduanya. Fermentasi statis

tanpa agitasi selama 12 hari dan fermentasi

dinamis selama 5 hari dengan agitasi 171 rpm.

Pada fermentasi substrat yang terdapat

pada media PDB (Potato Dextrose Broth)

dimanfaatkan kapang endofit tersebut untuk

kebutuhan pertumbuhannya. Setiap kapang

endofit, menghasilkan produk yang

kemungkinan berbeda. Fermentasi ini

diharapkan dapat memproduksi evodiamin

dari salah satu isolat kapang endofit Evodia

suaveolens. Kapang endofit dapat

menghasilkan senyawa yang mirip dengan

inangnya yaitu Evodia suaveolens sehingga

diharapkan senyawa evodiamin yang

didapatkan dapat menginduksi apoptosis pada

sel khamir (Jiang 2009).

Ekstraksi dilakukan setelah fermentasi

selesai dilakukan dengan tujuan mengekstrak

senyawa yang diinginkan. Ekstraksi ini

menggunakan kloroform karena dapat dipakai

untuk mengekstrak alkaloid (Winarno 2006).

Evodiamine adalah senyawa alkaloid yang

dihasilkan dari Evodia suaveolens sehingga

diekstraksi dengan kloroform. Pengocokan

dilakukan pada ekstraksi dengan tujuan agar

ekstrak terjerap secara menyeluruh.

Pengocokan ini menghasilkan dua fase yaitu

fase air dan fase kloroform. Fase kloroform

berada pada bagian bawah (Gambar 6) dan

dipisahkan dengan pipet. Ekstraksi dilakukan

tiga kali untuk memperbanyak senyawa yang

terjerap oleh kloroform. Kloroform diuapkan

sampai tertinggal residunya. Bobot residu ini

ditimbang dan didapatkan dari bobot botol

yang berisi ekstrak dikurangi dengan bobot

kosong.

Bobot ekstrak disajikan pada Tabel 1.

Dari tabel tersebut, didapatkan residu terbesar

dari ekstrak adalah kapang 1 untuk fermentasi

statis yaitu sebanyak 0.41 gram dan kapang 1,

2, 5, 6, dan 7 untuk fermentasi statis sebanyak

0.03 gram. Fermentasi statis menghasilkan

senyawa yang lebih banyak dibandingkan

fermentasi dinamis. Fermentasi secara

dinamis menghasilkan residu ekstrak yang

lebih sedikit, disebabkan oleh metabolit yang

dihasilkan kemungkinan dimakan kembali

oleh kapang tersebut (Simanjuntak 2002).

Ekstrak dilarutkan lagi dalam kloroform,

dipindahkan pada botol vial dan diuapkan

kembali untuk uji sitotoksik dengan BSLT

dan senyawa yang memiliki bioaktif dari

seleksi sitotoksik, diinduksi pada sel khamir

untuk mengetahui daya apoptosisnya.

Hasil Uji Sitotoksik dengan BSLT (Brine

Shrimp Lethality Test)

Senyawa bioaktif antikanker yang akan

digunakan untuk produk antikanker harus

diujikan terlebih dahulu dengan uji sitotoksik.

Uji sitotoksik merupakan salah satu

pengembangan metode untuk memprediksi

keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada

sel (Kurnijasanti et al. 2008). Salah satu

metode uji sitotosisitas adalah Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) yang digunakan untuk

praskrining terhadap senyawa yang diduga

berkhasiat sebagai anti tumor (Widyastuti

2008). Uji BSLT merupakan uji pendahuluan

di National Cancer Institute (NCI) Amerika.

Hewan uji yang digunakan dalam BSLT

adalah Artemia salina L.

Tujuan utama dari tahapan ini adalah

untuk mengetahui ekstrak yang dihasilkan

oleh kapang endofit dari Evodia suaveolens

yang paling berpotensi. Selain itu, tujuannya

adalah mengetahui konsentrasi yang dapat

membunuh dari setengah populasi Artemia

salina. Nilai tersebut menggambarkan

bioaktivitas metabolit yang dihasilkan dari

kapang endofit Evodia suaveolens. Semakin

kecil nilai konsentrasi yang dapat membunuh

setengah populasi larva maka akan semakin

tinggi bioaktivitasnya, begitu pula sebaliknya.

Gambar 6 Fase kloroform (A) pada proses

ekstraksi kapang endofit Evodia

suaveolens

Tabel 1 Rendemen ekstrak kloroform hasil

fermentasi kapang endofit Evodia

suaveolens Nomor

Kapang

Bobot Ekstrak

(Gram)

Fermentasi

Dinamis

Bobot Ekstrak

(Gram)

Fermentasi

Statis

Kapang 1

Kapang 2

Kapang 3

Kapang 4

Kapang 5

Kapang 6

Kapang 7

Kapang 8

0.03

0.03

0.02

0.02

0.03

0.03

0.03

0.02

0.41

0.21

0.10

0.11

0.06

0.05

0.08

0.10

A

9

Pada uji ini akan dipilih ekstrak kapang

endofit Evodia suaveolens yang memiliki

bioaktivitas yang terbaik. Nilai LC50 (Gambar

7 dan lampiran 3) dari kapang endofit Evodia

suavelolens telah dibandingkan. Dari Gambar

7, diperjelas bahwa kapang 1 memiliki nilai

315 ppm, kapang 3 memiliki nilai 270 ppm,

kapang 5 memiliki nilai 400 ppm, kapang 7

memiliki nilai 19.7 ppm dan kapang 8

memiliki nilai 403 ppm. Nilai tersebut

menunjukkan konsentrasi yang dapat

membunuh dari setengah populasi Artemia

salina. Berbeda pada kapang 2, 4, dan 6,

ketiganya tidak memiliki daya toksik pada

konsentrasi 500, 100, 50 dan 10 ppm.

Ketiganya memiliki nilai toksik diatas 500

ppm

Kapang endofit tersebut memiliki nilai

Lethal Concentration (LC50) yang bervariasi.

Pada kapang 7 didapatkan 19.6 ppm.

Konsentrasi ini sudah dapat membunuh

setengah populasi Artemia salina. Beda

halnya dengan kapang endofit lainnya, yang

memiliki dosis konsentrasi kematian diatas

200 ppm. Kapang 7 paling berpotensi

digunakan sebagai agen penginduksi

apoptosis, karena memiliki bioaktivitas yang

tinggi dan kapang 2, 4, dan 6 (warna hijau)

memiliki bioaktivitas diatas 500 ppm sehingga

ketiganya tidak diuji lebih lanjut karena sudah

tidak berpotensial. Semakin kecil konsentrasi,

berarti bioaktivitasnyapun tinggi (Zebua

2011).

Konsentrasi yang dipakai dari nilai LC50

lima kapang endofit (kapang 1, 3, 5, 7, 8)

digunakan sebagai konsentrasi untuk induksi

apoptosis pada sel khamir dan tiga kapang

endofit yaitu kapang 2, 4, dan 6 tidak diuji

karena sudah tidak potensial.

Kurva Pertumbuhan Sel Khamir

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui

pertumbuhan pada sel khamir. Kurva

pertumbuhan pada sel khamir didapatkan dari

metode gravimetri dengan mengukur bobot sel

dengan mengurangkan bobot basah sel dengan

bobot kering. Laju pertumbuhan ini akan

berguna untuk membuat kurva pertumbuhan

dan akan dipakai untuk menentukan awal fase

stasioner dari sel khamir. Pada tahapan ini sel

khamir telah mencapai pertumbuhan dan

aktivitas yang maksimum (Granot & Snyder

1991). Fase ini dipakai pada saat induksi

metabolit sekunder pada sel khamir.

Sel khamir pada media YEPD (Yeast

Extract Peptone Dextrose) dipindahkan pada

media cair YEPD merupakan media starter

dengan tujuan agar khamir mengalami proses

adaptasi (Rizqiyanti 2012). Setelah adaptasi,

sel mengalami pembelahan yang sangat

rendah, karena baru selesai tahap penyesuaian

diri. Fase ini adalah fase pertumbuhan awal.

Setelah mengalami proses adaptasi sel

khamir akan memasuki fase log (fase

eksponensial). Fase ini ditandai dengan

pertumbuhan sel yang cepat. Hal ini terlihat

pada peningkatan jumlah sel khamir pada 0

Nilai LC50

K=Kapang Endofit

Gambar 7 Nilai LC50 dari uji sitotoksik BSLT

ekstrak kloroform kapang endofit

Evodia s.

315 270

400

19,6

403

0

100

200

300

400

500

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8

Gambar 8 Kurva pertumbuhan sel khamir berdasarkan nilai bobot sel

Jam ke-

24 48 72 94 108 120

Bo

bo

t (G

ram

)

0.5

55 0.4

0.3

0.2

= 0.1

5

0

>500 >500 >500

10

jam sampai 48 jam. Pada fase ini sel khamir

memproduksi zat-zat metabolit yang

dibutuhkan untuk memenuhi nutrisinya.

Hasil penelitian menunjukkan fase

stasioner terjadi setelah inkubasi 48 jam. Pada

kurva tersebut (Gambar 8) laju pertumbuhan

tidak lagi pesat karena sel khamir memasuki

fase kematian. Hal ini sesuai dengan

penelitian Granot & Snyder (1991) dan

penelitian Rizqiyanti (2012) bahwa sel

mengalami fase stasioner pada waktu setelah

48 jam. Oleh sebab itu, fase ini adalah fase

yang tepat pada saat inkubasi dengan

perlakuan ekstrak. Pada fase ini, khamir juga

membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhannya.

Perlakuan ekstrak juga ditambahkan medium

nutrisi baru sehingga sel khamir akan

mengalami pertumbuhan yang baik (Granot &

Snyder 1991). Hal ini ditunjukan juga pada

penelitian Granot et al. (2003), induksi

glukosa 2% menyebabkan apoptosis pada sel

khamir.

Hasil Uji Induksi Apoptosis pada Sel

Khamir

Sel khamir respirasi aerob dan anaerob.

Sel khamir pada kondisi normal memperoleh

energi dari glikolisis dan siklus krebs. Sel

yang mengalami petite (Gambar 9B)

berukuran lebih kecil dibandingkan dengan sel

normal (Gambar 9A). Hal ini disebabkan sel

telah kehilangan kemampuan untuk

berespirasi akibat rusaknya mitokondria

akibat mekanisme apoptosis sehingga laju

pertumbuhan menjadi lebih lambat (Madigan

et al. 2000). Sel khamir memiliki kemampuan

untuk tetap hidup meskipun dalam keadaan

kekurangan nutrisi serta kerusakan organel

mitokondria. Hal ini disebabkan karena sel

khamir masih menjalankan proses glikolisis

(respirasi anaerob) tanpa mitokondria dengan

mengubah glukosa menjadi ATP melalui

fermentasi etanol (Muray et al. 2006). Hal ini

menjadikan mekanisme apoptosis khamir

dapat dideteksi dengan visualisasi pada cawan

sebar.

Ekstrak metabolit sekunder dari kapang

endofit Evodia suaveolens yang diujikan

adalah dari kapang 1, kapang 3, kapang 5,

kapang 7 dan kapang 8 dengan konsentrasi

berturut-turut 315 ppm, 270 ppm, 400 ppm,

19.7 ppm dan 403 ppm. Konsentrasi dari

kelima kapang endofit tersebut berasal dari

nilai LC50 uji toksisitas BSLT (Brine Shrimp

Lethality Test). Konsentrasi ini dipakai untuk

induksi apoptosis pada sel khamir dengan

tujuan untuk mengetahui frekuensi jumlah sel

yang mengalami petite akibat induksi senyawa

aktif tersebut.

Berdasarkan Tabel 2, frekuensi sel

khamir yang mengalami petite tertinggi adalah

berasal dari senyawa aktif kapang 7 dan 8

yaitu 90%. Keduanya dapat menginduksi

apoptosis 90% dengan konsentrasi 19.7 ppm

dan 403 ppm. Frekuensi petite sel khamir

terkecil berasal dari induksi senyawa kapang 1

yaitu 69% dengan konsentrasi 315 ppm. Pada

penelitian Rizqianti (2012), ekstrak flavonoid

murni dari daun salam dapat menginduksi

apoptosis pada sel khamir sebesar 99.1%.

Jumlah frekuensi petite sel khamir ini lebih

besar, karena flavonoid yang diekstrak dari

daun salam telah murni, berbeda dengan

ekstrak alkaloid (evodiamin) yang belum

murni sehingga ada senyawa lain yang dapat

berpengaruh terhadap apoptosis sel khamir.

Pada saat ekstraksi kloroform senyawa dari

A

B

Gambar 9 Perbandingan ukuran sel normal

(A) dan sel petite (B)

Tabel 2 Hasil frekuensi sel khamir yang

mengalami petite akibat induksi

ekstrak kloroform kapang endofit

Evodia suaveolens

Nomor

Kapang

Konsentra

si

Sel

Peti

te

Sel

Nor

mal

Persen

Petite

K 1

K 3

K 5

K 7

K 8

Kontrol

+

Kontrol

315 ppm

270 ppm

400 ppm

19,7 ppm

403 ppm

(Glukosa

2%)

(Akuades)

32

42

167

36

19

69

0

14

14

67

4

2

20

32

69%

75%

86%

90%

90.4%

77%

0%

11

kapang endofit kemungkinan tidak hanya

alkaloid, namun bisa juga senyawa lain

terekstrak (Winarno 2006). Selain itu,

flavonoid dan alkaloid kemungkinan berbeda

khasiatnya dalam menyebabkan apoptosis.

Sel-sel khamir yang ditumbuhkan pada

media petite padat (semua perlakuan) tidak

semuanya menjadi menjadi koloni petite. Hal

ini disebabkan oleh sel khamir yang dapat

beradaptasi pada kadar glukosa yang terbatas,

walaupun pada media petite sumber utama

karbon pada media petit adalah etanol (sumber

karbon yang tidak dapat difermentasikan).

Sel-sel khamir yang berubah menjadi koloni

petite hanya mampu menggunakan glukosa

yang jumlahnya sangat terbatas (karena

mengalami disfungsi mitokondria akibat

proses apoptosis). Hal ini mengindikasikan

bahwa glukosa sebagai sumber karbon utama

pada media yang memiliki nutrien lain yang

terbatas dapat menginduksi terjadinya

apoptosis seperti yang dilaporkan Granot

(2003). Pada kontrol positif dengan pemberian

glukosa dapat memicu apoptosis lebih banyak

disebabkan oleh khamir kurang mampu

beradaptasi dengan sumber karbon yang

terlalu banyak (Algiansyah 2009).

Pelarut yang digunakan untuk melarutkan

ekstrak adalah akuades steril yang pada

dasarnya tidak menginduksi apoptosis seperti

diperlihatkan pada kontrol negatif.

Penggunaan glukosa sebagai kontrol positif

disebabkan karena glukosa 2% dapat

menginduksi apoptosis yang ditunjukan

dengan perubahan sel menjadi petit (Granot et

al. 2003). Pada penelitian Granot (2003)

bahwa pemberian glukosa dengan konsentrasi

tinggi dapat memicu apoptosis dengan

perubahan morfologi menjadi sel yang

berukuran kecil (petit), fragmentasi DNA,

tingginya produksi spesies oksigen reaktif dan

membran blebbing (kerusakan membran).

Dari penelitian ini, ekstrak kapang endofit

yang potensial adalah kapang endofit 7

dengan konsentrasi 19.7 ppm dapat memicu

apoptosis dengan frekuensi 90%. Kapang 1, 3,

5, dan 8 juga mampu menginduksi apoptosis

pada konsentrasi diatas 200 ppm. Kapang 2,

kapang 4, dan kapang 6 tidak diujikan pada

induksi apoptosis, sebab sebelumnya telah

diujikan pada BSLT (Brine Shrimp Lethality

Test) tidak memiliki daya toksik pada

konsentrasi 500 ppm. Oleh sebab itu, kapang

2, 4 dan 6 tidak perlu lagi diujikan.

Pertumbuhan koloni yang mengalami

petit yang disebabkan oleh induksi ekstrak

metabolit sekunder dari kapang endofit

Evodia suaveolens yaitu kapang 1, 3, 5, 7 dan

8 merupakan salah satu indikasi adanya

mekanisme apoptosis. Hal ini menunjukkan

metabolit sekunder tersebut memiliki suatu

senyawa yang dapat memicu apoptosis pada

sel khamir.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah isolasi

terhadap kapang endofit dari Evodia

suaveolens menghasilkan 8 isolat. Hasil

aktivitas sitotoksik menunjukkan toksik

tertinggi terdapat dari kapang 7 yaitu 19.7

ppm. Kapang ini juga mampu menginduksi

apoptosis pada sel khamir dicirikan dengan

frekuensi petite sebesar 90%. Nilai ini

membukitkan ekstrak kloroform kapang

endofit dari Evodia suaveolens memiliki daya

toksiksitas yang cukup baik dan dapat

menginduksi apoptosis pada model sel

khamir.

Saran

Perlu dikaji lebih lanjut jenis kapang

endofit yang diisolasi dari Evodia suaveolens,

dan senyawa metabolit sekunder yang

dihasilkan dari masing-masing kapang.

Penelitian mengenai mekanisme induksi

apoptosis perlu diujikan lebih lanjut dengan

isolasi DNA dan elektroforesis untuk

mengetahui fragmentasi DNA, visualisasi

dengan mikroskop pemindai (SEM) untuk

melihat kerusakan membran, dan uji aktivitas

enzim caspase yang memiliki peran penting

dalam peristiwa apoptosis.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad RZ. 2008. Pemanfaatan khamir

Saccharomyces cerevisiae untuk ternak.

Wartazoa 15 (1): 49-55

Algiansyah. 2009. Kemampuan ekstrak

dedaunan berpotensi antioksidan untuk

memodulasi apoptosis pada sel khamir

[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.

Anand P, Sundaram C, Jhurani S,

Kunnumakkara AB, Aggarwal BB. 2008.

Curcumin and cancer an old-age disease

with an age-old solution. Cancer Letters

267 : 133–164.

Anonim. 2011. Zodia tanaman anti nyamuk

[terhubung berkala] http://ccd.co.id/wp-

content/uploads/2011/02/zodia.bmp [20

Juni 2012].

12

Baraja M. 2008. Uji toksistas ekstrak daun

Ficus elastica Nois ex Blume terhadap

Artemia salina Leach dan profil

kromatografi lapis tipis [skripsi].

Surakarta: Fakultas Farmasi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Campbell I, Duffus JH. 1991. Yeast a

practical approach. Leeds : IRL Press.

Clay K. 2004. Fungi and the food of the gods.

Nature 427: 401-402

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI

Gandjar I, Sjamsuridzal W. 2006. Mikologi

Dasar dan Terapan. Ed 1.

Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Granot D, Levine A, Dor-Hefetz E. 2003.

Sugar-induced apoptosis in yeast cells.

FEMS Yeast Research 4:7-13.

Granot D, Snyder M. 1991. Glucose induces

cAMP-independent growth related

changes in stationery-phase cells of

Saccharomyces cerevisiae. Proc. Natl

Acad. Sci. 88:5724-5728

Humbert et al. penemu: United States Patent

Application Publication. 19 Jan 2012.

Extract of Evodia suaveolens scheff

repellent compositions and use thereof.

US 20120015054A1

Jemal A et al. 2011. Global cancer statistics.

CA Cancer J Clin 61 (2): 69–90.

Jiang J, Hu C. 2009. Evodiamine: A Novel

Anti-Cancer alkaloid from Evodia

rutaecarpa. Molecules 14: 1852-1859

Julianingsih D. 2012. Sterilisasi dan Media

Mikroba. [terhubung berkala]

http://tekpan.unimus.ac.id/index.php?opt

ion=com_content&view=article&id=105

:sterilisasi-dan-media-mikroba-olehdewi

-julianingsih&catid=34:tugas mahasiswa

&Itemid=55 [4 Juni 2012]

Kardinan A. 2007. Tanaman Pengusir dan

Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Kumala S, Muhammad G. 2005. Isolasi dan

Penapisan Kapang Endofit Tanaman

Secang (Caesalpinia sappan L.) sebagai

Penghasil Senyawa Antibakteri.

MEDICINUS (Scientific Journal of

Pharmaceutical Development and

Medical Application) 21 :15 [terhubung

berkala] http://lib.atmajaya.ac.id/

default.aspx?tabID=61&id=129265&src

=a [28 September 2011].

Kurnijasanti R, Hamid IS, Rahmawati K.

2008. Efek sitotoksis in vitro dari

ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa) terhadap kultur sel kanker

mieloma. J. Penelit. Med. Eksakta 7 ( 1)

: 48-54.

Lumongga F. 2008. Apoptosis. [terhubung

berkala] repository.usu.ac.id/bitstream/1

23456789/2061/1/09E01457.pdf [10

Juni 2012]

Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2000.

Brock Biology of Microorganisms. Edisi

ke-9. New Jersey: Prentice Hall.

Matthias R. 2001. Cancer. First edition. Sta

Clara: MR publishing

Mayer A, Gustafson K. 2008. Marine

Pharmacology in 2005–2006:

Antitumour and Cytotoxic Compounds.

European Journal of Cancer 44: 2357–

2387

Melliawati et al. 2006. Pengkajian bakteri

endofit penghasil senyawa bioaktif

untuk proteksi tanaman. Biodiversitas

7(3): 221-224.

Meyer BN et al. 1982. Brine shrimp: a

convenient general bioassay for active

plants constituent. J Medical Plant Res

45:31-34.

Michael L. 2003. Beating cancer with natural

medicine. USA: Bloomington.

Muchtadi TR, Ayustaningwarno F. 2010.

Teknologi Proses Pengolahan Pangan.

Bandung: Alfabeta.

Murray et al. 2006. Harper’s Illustrated

Biochemistry 27th

Edition. USA: The

McGraw-Hill Companies.

Nurhasanah. 2008. Isolasi mikroba endofitik

penghasil senyawa antimikroba pada

tanaman ciremai (Phyllanthus acidus)

dan meniran (Phyllanthus niruri). Warta

Akab 19:20-32

Pelczar JR, Chan ES. 1996. Dasar-dasar

Mikrobiologi. Jakarta: UI Pr.

Purba CYC. 2011. Bioaktivitas ekstrak kayu

teras suren (Toona sinensis Roemor) dan

profil kromatografi lapis tipis fraksi

aktifnya [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

Rejeki YS. 2011. Pengaruh kondisi kultivasi

terhadap produksi antibakteri dari

bakteri asam laktat asal bekasam ikan

sepat rawa (Trichogaster trichopterus)

13

[Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rizqianti AA. 2012. Ekstrak flavonoid daun

salam (Syzygium polyanthum Wight.)

Sebagai agen proapotosis sel khamir

[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor.

Sanger 2004, diacu dalam Ahmad Riza

Zainuddin. 2008. Pemanfaatan Khamir

Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak.

Wartazoa 15 (1), 49-55

Schulz B, Boyle C. 2005. The endophytic

continuum. Mycol 109 (6) : 661-686

Simanjuntak P. 2011. Indonesia Gudang

Mikroba Antikanker dan Antidiabetes.

[terhubung berkala] http://www.biotek.

lipi.go.id/index.php/news/biotek/755ind

onesia-gudang-mikroba-antikanker-dan-

antidiabetes-?PHPSESSID=275d90261d

f7e82c864cb9992fb7a347 [4 Juni 2012]

Simanjuntak P. et al. 2002. Produksi alkaloid

kuinina oleh beberapa mikroba endofit

dengan penambahan zat induser (studi

mikroba endofit tanaman Cinchona sp.

(2)). Majalah Farmasi Indonesia 13(1):

1-6

Strobel G, Daisy, Castillo, Harper J. 2004.

Natural product from endophytic

microorganism. J. Nat. Prod. 67 : 257-

268

Sugijanto NE, Indrayanto G, Zaini NC. 2008.

Paradigma baru produksi antibiotika

menggunakan jamur endofit dari

tanaman Alyxia Reinwardtii [terhubung

berkala] http://repo.unair.ac.id/data/

richfiles/abstrak%20EKSAK%200610%

20_upload_(81).pdf [19 Juli 2012].

Sukandar et al. 2010. Karakterisasi senyawa

aktif antibakteri ekstrak air bunga

kecombrang (Etlingera elatior) sebagai

bahan pangan fungsional. Valensi 2

(1):333-339

Sukardiman et al. 2006. Uji antikanker dan

induksi apoptosis fraksi kloroform dari

daun pepaya (Carica papaya) terhadap

kultur sel kanker. Media Kedokteran

Hewan 22 (2): 110-113

Theantana T, Hyde S, Lurnyong. 2007.

Asparaginase production by endophytic

fungi isolated from some thai medical

plants. KMITL Science Technology·

Journ 7 (1): 13-18

[WHO] World Health Organization. 2012.

Cancer [terhubung berkala].

http://www.who.int/mediacentre/factshe

es/fs297/en/ [18 Juni 2012].

Widyastuti S. 2008. Uji toksisitas ekstrak

daun iprih (Ficus glabella Blume)

terhadap Artemia salina Leach dan profil

kromatografi lapis tipis. Jurusan Farmasi

Universitas Muhamadiyah Surakarta

Winarno EK. 2006. Produksi alkaloid oleh

mikroba endofit yang diisolasi dari

batang kina Cinchona ledgeriana Moens

dan Cinchona Pubescens Vahl

(Rubiaceae). Jurnal Kimia Indonesia.

(2):8-15

Zebua NI. 2011. Aktivitas hambatan

gabungan ekstrak kunyit (Curcuma

domestica Va), temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb), dan Lempuyang

(Zingiber zerumbet) terhadap proliferasi

sel kanker usus besar HCT (ATCC-CCL

116) [Skripsi]. Bogor: Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Pertanian Bogor

14

LAMPIRAN

15

Lampiran 1 Tabel Kapang Endofit Evodia suaveolens

No

Kapang

Warna Permukaan Pola Foto

Tengah Samping Belakang

1 Putih Putih Putih Tidak rata Tumbuh

seperti kapas

dan tersebar

tidak merata

2 Putih Putih Putih Tidak rata Kapas

tersebar

dengan

merata

3 Putih Putih Putih Tidak rata Kapas tumbuh

lebat

ditengah

4 Putih Putih Putih Rata Tumbuh

seperti kapas

dan tersebar.

5 Kehitaman Putih Hitam

keabuan

Rata Kapas tumbuh

acak

6 Putih Putih Putih Rata Tumbuh

banyak

disamping

samping

cawan seperti

kapas putih

16

7 Hijau Hijau Hijau Rata Kapas

berwarna

hijau yang

tersebar

8 Hitam Putih Hitam Rata Seperti kapas

yang tersebar

merata

17

Lampiran 2 Tabel Khamir yang mengalami petite setelah perlakuan masing-

masing ekstrak

No. Jenis

Perlakuan

Konsentrasi Foto Khamir

1 Kapang 1 315 ppm

2 Kapang 3 270 ppm

3 Kapang 5 400 ppm

4 Kapang 7 19.7 ppm

18

5 Kapang 8 403 ppm

6 Kontrol

positif

Glukosa 2%

7 Kontrol

negatif

Akuades

19

Lampiran 3 Nilai LC50

Nomor Kapang Konsentrasi (ppm) Persen Udang Mati Nilai LC50 (ppm)

Kapang 1

Kapang 2

Kapang 3

Kapang 4

Kapang 5

Kapang 6

Kapang 7

Kapang 8

500

100

50

10

500

100

50

10

500

100

50

10

500

100

50

10

500

400

300

200

100

50

10

500

100

50

10

500

100

50

10

8

6

4

2

500

100

50

10

80

20

0

0

0

0

0

0

100

10

0

0

20

10

0

0

100

20

20

0

0

0

0

20

0

0

0

100

100

100

80

20

20

10

0

60

20

10

10

315

-

270

-

400

-

19.7

403

Contoh perhitungan:

Kapang 3= Y= -7.765+0.1659x

50= -7.765+0.1659x

X=270 ppm

20

Gambar 10 Grafik LC50 Kapang 3

y = -7.765+0.1659X

0

100

200

300

400

500

600

0 20 40 60 80 100 120

Ko

nse

ntr

asi

(p

pm

)

Persen Udang Mati

21

Lampiran 4 Strategi Penelitian

Isolasi dan Pemurnian Kapang Endofit

Peremajaan Kapang Endofit dari Isolat

Fermentasi Kapang Endofit

Ekstraksi Metabolit Sekunder

Induksi Apoptosis pada Sel Khamir

Uji Sitotoksitas dengan BSLT (Brine

Shrimp Lethality Test)

22

Lampiran 5 Induksi Apoptosis (Pembuatan Media)

Pembuatan media

terdiri dari media cair

YEPD, media padat

YEPD dan media

padat petit

Media cair YEDP

dibuat dari 1% yeast

ekstrak, 2% pepton,

2% glukosa, dan

akuades hingga 100 ml

Media padat YEDP

dibuat dari 1% yeast

ekstrak, 2% pepton,

2% glukosa, 1.8%

baktoagar, dan

akuades hingga 100 ml

Sterilisasi

autoklaf suhu

1200C, 15 menit

10 atm.

Media petit YEDP

dibuat dari 1% yeast

ekstrak, 2% pepton,

0.1 % glukosa, 1.8%

baktoagar, etanol 2%,

dan akuades hingga

100 ml

23

Lampiran 6 Perlakuan Induksi Apoptosis

Ekstrak

dihomogenisasi

terlebih dahulu,

kemudian diinkubasi

pada 37°C selama 24

jam.

Ekstrak kapang endofit:

Tambahkan 400 µl ekstrak dengan

konsentrasi LC50 dari masing-masing

kapang endofit ke eppendorf seberisi

100 µl kultur sel khamir, 500 µl YEPD

cair Perlakuan terdiri dari

ekstrak metabolit

sekunder kapang endofit,

glukosa 2% sebagai

kontrol positif dan

akuades sebagai kontrol

negatif

perlakuan kontrol positif:

ekstrak kapang endofit diganti dengan

glukosa 2%

perlakuan kontrol negatif : ekstrak

kapang endofit diganti akuades 400 µl

24