ahmad khairul umam, s.si., m.si. prodi matematika

13
Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika, Universitas Billfath ANALISIS REAL 1 Himpunan Proposisi : Kalimat deklaratif yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak dapat sekaligu keduanya. Aksioma : Proposisi yang diasumsikan benar. Aksioma tidak memerlukan pembuktian kebenaran lagi. Teorema : Proposisi yang sudah terbukti benar. Bentuk khusus dari teorema adalah lemma dan corolarry. Lemma : Teorema sederhana yang digunakan dalam pembuktian teorema lain. Corolarry(akibat) : Teorema yang dapat dibentuk langsung dari teorema yang telah dibuktikan. Himpunan(set) : Kumpulan objek-objek yang berbeda. Simbol-simbol baku: β„• = Himpunan bilangan asli. β„€ = Himpunan bilangan bulat. ℝ = Himpunan bilangan real. β„š = Himpunan bilangan rasional. β„‚ = Himpunan bilangan kompleks. Notasi pembentuk himpunan : {| syarat yang harus dipenuhi oleh }. Tanda β€˜|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga. Algoritma : urutan logis langkah-langkah penyelesaian masalah yang disusun sistematis. Kuantor Universal : βˆ€ (untuk setiap atau untuk semua) Kuantor Eksistensial : βˆƒ (ada atau beberapa) Negasi/ingkaran: ∼ [βˆ€, ()] = βˆƒ, ∼ () ∼ [βˆƒ, ()] = βˆ€, ∼ () Bilangan Asli (β„•) Bilangan Bulat (β„€) Bilangan Rasional (β„š) Bilangan Real (ℝ) Bilangan Kompleks (β„‚) Definisi 1. Dua himpunan dikatakan sama jika mereka memuat elemen-elemen yang sama. Jika himpunan A dan B sama, maka dinotasikan dengan A=B. Operasi pada Himpunan: 1. A irisan B (∩) S A B

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si.

Prodi Matematika, Universitas Billfath

ANALISIS REAL 1

Himpunan

Proposisi : Kalimat deklaratif yang bernilai benar atau salah, tetapi tidak dapat sekaligu keduanya.

Aksioma : Proposisi yang diasumsikan benar. Aksioma tidak memerlukan pembuktian kebenaran

lagi.

Teorema : Proposisi yang sudah terbukti benar. Bentuk khusus dari teorema adalah lemma dan

corolarry.

Lemma : Teorema sederhana yang digunakan dalam pembuktian teorema lain.

Corolarry(akibat) : Teorema yang dapat dibentuk langsung dari teorema yang telah dibuktikan.

Himpunan(set) : Kumpulan objek-objek yang berbeda.

Simbol-simbol baku:

β„• = Himpunan bilangan asli.

β„€ = Himpunan bilangan bulat.

ℝ = Himpunan bilangan real.

β„š = Himpunan bilangan rasional.

β„‚ = Himpunan bilangan kompleks.

Notasi pembentuk himpunan : {π‘₯| syarat yang harus dipenuhi oleh π‘₯}.

Tanda β€˜|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga.

Algoritma : urutan logis langkah-langkah penyelesaian masalah yang disusun sistematis.

Kuantor Universal : βˆ€π‘₯ (untuk setiap atau untuk semua)

Kuantor Eksistensial : βˆƒπ‘₯ (ada atau beberapa)

Negasi/ingkaran:

∼ [βˆ€π‘₯, 𝑝(π‘₯)] = βˆƒπ‘₯, ∼ 𝑝(π‘₯)

∼ [βˆƒπ‘₯, 𝑝(π‘₯)] = βˆ€π‘₯, ∼ 𝑝(π‘₯)

Bilangan Asli (β„•)

Bilangan Bulat (β„€)

Bilangan Rasional (β„š)

Bilangan Real (ℝ)

Bilangan Kompleks (β„‚)

Definisi 1. Dua himpunan dikatakan sama jika mereka memuat elemen-elemen yang sama. Jika

himpunan A dan B sama, maka dinotasikan dengan A=B.

Operasi pada Himpunan:

1. A irisan B (𝑨 ∩ 𝑩)

S A B

Page 2: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

2. A gabungan B (𝑨 βˆͺ 𝑩)

S A B

3. A minus B (𝑨 βˆ’ 𝑩)atau (𝑨 βˆ– 𝑩)

S A B

Teorema 1. Jika A, B, C adalah sebarang himpunan, maka

1. 𝐴 βˆ– (𝐡 βˆͺ 𝐢) = (𝐴 βˆ– 𝐡) ∩ (𝐴 βˆ– 𝐢)

2. 𝐴 βˆ– (𝐡 ∩ 𝐢) = (𝐴 βˆ– 𝐡) βˆͺ (𝐴 βˆ– 𝐢)

Bukti

1. Jika π‘₯ di dalam 𝐴 βˆ– (𝐡 βˆͺ 𝐢) maka π‘₯ di dalam 𝐴 tetapi tidak di (𝐡 βˆͺ 𝐢). Akibatnya π‘₯ di 𝐴 tetapi

tidak di 𝐡 dan tidak di 𝐢. Berarti π‘₯ ∈ 𝐴 βˆ– 𝐡 dan π‘₯ ∈ 𝐴 βˆ– 𝐢. Jadi π‘₯ ∈ (𝐴 βˆ– 𝐡) ∩ (𝐴 βˆ– 𝐢).

2. Jika π‘₯ di dalam 𝐴 βˆ– (𝐡 ∩ 𝐢) maka π‘₯ di dalam 𝐴 tetapi tidak di (𝐡 ∩ 𝐢). Bisa juga ada π‘₯ di 𝐴

yang juga ada di 𝐢 tetapi tidak di 𝐡. Selanjutnya, bisa juga ada π‘₯ di 𝐴 yang juga ada di 𝐡 tetapi

tidak di 𝐢. Berarti π‘₯ ∈ 𝐴 βˆ– 𝐡 atau π‘₯ ∈ 𝐴 βˆ– 𝐢. Jadi π‘₯ ∈ (𝐴 βˆ– 𝐡) βˆͺ (𝐴 βˆ– 𝐢).

Contoh

1. Diberikan sebarang himpunan 𝐴 dan 𝐡, tunjukkan bahwa himpunan 𝐴 ∩ 𝐡 dan 𝐴 βˆ– 𝐡 adalah

saling asing!

Bukti

Jika π‘₯ ada di dalam 𝐴 ∩ 𝐡, maka π‘₯ di dalam 𝐴 dan di dalam 𝐡. Untuk π‘₯ yang ada di dalam 𝐴 tetapi

tidak ada di dalam 𝐡 berarti tidak berada di dalam 𝐴 ∩ 𝐡. Jika π‘₯ ada di dalam 𝐴 βˆ– 𝐡 maka π‘₯ di

dalam 𝐴 tetapi tidak ada di dalam 𝐡. Karena tidak ada π‘₯ di dalam 𝐴 ∩ 𝐡 dan juga di dalam 𝐴 βˆ– 𝐡

maka 𝐴 ∩ 𝐡 dan 𝐴 βˆ– 𝐡 adalah saling asing.

Definisi 2. Himpunan A dan B dikatakan ekivalen (mempunyai kardinalitas yang sama) jika

terdapat suatu fungsi korespondensi 1-1 dari A kepada B, ditulis A ~ B.

Definisi 3. Diberikan suatu himpunan sebarang A, maka:

1. A dikatakan berhingga jika 𝐴~𝐽𝑛

2. A dikatakan tak berhingga jika A bukan himpunan berhingga

3. A dikatakan terbilang jika 𝐴~β„•

4. A dikatakan tak terbilang jika A bukan himpunan yang berhingga atau yang terbilang

Contoh

1. Buktikan himpunan bilangan asli kurang dari 100 adalah himpunan berhingga!

2. Buktikan himpunan bilangan real ℝ himpunan tak berhingga!

3. Buktikan himpunan 𝐢 = {0, 1, 2, 3, … } adalah himpunan terbilang!

4. Buktikan bahwa himpunan semua bilangan bulat!

5. Buktikan himpunan semua bilangan rasional β„š terbilang!

Page 3: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

Jawab

1. Himpunan bilangan asli kurang dari 100 yaitu

𝐴 = {1, 2, 3, . . . ,99}.

Terlihat himpunan A berhingga.

2. Karena tidak ada batas atas dari bilangan real ℝ.

3. Dibentuk fungsi 𝑓: β„• β†’ 𝐢 dengan 𝑓(𝑛) = 𝑛 βˆ’ 1 untuk setiap 𝑛 ∈ β„•.

4. Dibentuk fungsi 𝑓: β„• β†’ β„€ dengan

𝑓(π‘₯) =

𝑛

2 , untuk 𝑛 genap

βˆ’(π‘›βˆ’1)

2, untuk 𝑛 ganjil

5. Terbilang, karena bisa dibuat bentuk seperti ini

Fungsi

Definisi 4. Diberikan fungsi 𝑓: 𝐴 β†’ 𝐡, maka:

1. Fungsi 𝑓 dikatakan injektif (satu-satu) jika untuk setiap π‘₯1 β‰  π‘₯2, maka 𝑓(π‘₯1) β‰  𝑓(π‘₯2).

2. Fungsi 𝑓 dikatakan surjektif (pada/onto) jika 𝑓(𝐴) = 𝐡.

3. Fungsi 𝑓 dukatakan bijektif jika 𝑓 fungsi injektif dan surjektif.

Cara membuktikan:

1. Fungsi Injektif : untuk setiap π‘₯1, π‘₯2 di A, jika 𝑓(π‘₯1) = 𝑓(π‘₯2), maka π‘₯1 = π‘₯2.

2. Fungsi Surjektif : untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐡 terdapat paling sedikit satu π‘₯ ∈ 𝐴 sedemikian sehingga

𝑓(π‘₯) = 𝑏.

Contoh

1. Diberikan 𝑓(π‘₯) =π‘₯

π‘₯βˆ’1 dimana π‘₯ ∈ ℝ , π‘₯ β‰  1. Buktikan bahwa 𝑓(π‘₯) bijektif!

2. Apakah fungsi 𝑓: ℝ β†’ ℝ dengan 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 merupakan fungsi surjektif? Berikan alasan!

3. Berikan contoh dua fungsi 𝑓 dan 𝑔 pada ℝ ke ℝ sehingga𝑓 β‰  𝑔 tetapi 𝑓 ∘ 𝑔 = 𝑔 ∘ 𝑓!

Bukti

1. Pertama akan dibuktikan 𝑓(π‘₯) injektif. Anggap 𝑓(π‘₯1) = 𝑓(π‘₯2), sehingga π‘₯1

π‘₯1 βˆ’ 1=

π‘₯2

π‘₯2 βˆ’ 1

π‘₯1(π‘₯2 βˆ’ 1) = π‘₯2(π‘₯1 βˆ’ 1)

π‘₯1π‘₯2 βˆ’ π‘₯1 = π‘₯1π‘₯2 βˆ’ π‘₯2

π‘₯1 = π‘₯2

(Terbukti)

Kedua akan dibuktikan 𝑓(π‘₯) surjektif. Nilai fungsi 𝑓 ditulis 𝑦 =π‘₯

π‘₯βˆ’1, π‘₯ β‰  1 dan dapat ditulis

menjadi

𝑦(π‘₯ βˆ’ 1) = π‘₯

𝑦π‘₯ βˆ’ 1 = π‘₯

Page 4: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

π‘₯𝑦 βˆ’ π‘₯ = 1

π‘₯(𝑦 βˆ’ 1) = 1

π‘₯ =1

(𝑦 βˆ’ 1), 𝑦 β‰  1

Karena semua nilai 𝑦 ∈ ℝ , 𝑦 β‰  1 merupakan hasil dari 𝑓(π‘₯) maka terbukti 𝑓(π‘₯) surjektif.

2. Tidak. Karena ada 𝑦 < 0 ∈ ℝ dimana 𝑓(π‘₯) β‰  𝑦.

3. 𝑓(π‘₯) = 3π‘₯ + 5

𝑔(π‘₯) =4π‘₯ + 5

2

Latihan Soal

1. Diberikan 𝑓(π‘₯) = 2π‘₯ dimana 𝑓: ℝ β†’ ℝ. Buktikan bahwa 𝑓(π‘₯) bijektif!

2. Diberikan 𝑓(π‘₯) = 5π‘₯ + 2 dimana 𝑓: ℝ β†’ ℝ. Buktikan bahwa 𝑓(π‘₯) bijektif!

Induksi Matematika

Cara membuktikan menggunakan induksi matematika:

1. 𝑛 = 1 Benar

2. Misal 𝑛 = π‘˜ Benar

Maka 𝑛 = π‘˜ + 1 Benar

Contoh

1. Buktikan bahwa

1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 =𝑛(𝑛 + 1)

2

Untuk setiap 𝑛 β‰₯ 1!

Jawab

𝑛 = 1

1 =1(1 + 1)

2

1 =1(2)

2

1 = 1 (Benar)

𝑛 = π‘˜

1 + 2 + 3 + β‹― + π‘˜ =π‘˜(π‘˜+1)

2 (Benar)

𝑛 = π‘˜ + 1

1 + 2 + 3 + β‹― + π‘˜ + (π‘˜ + 1) =(π‘˜ + 1)((π‘˜ + 1) + 1)

2

π‘˜(π‘˜ + 1)

2+ (π‘˜ + 1) =

(π‘˜ + 1)(π‘˜ + 2)

2

π‘˜(π‘˜ + 1)

2+

2(π‘˜ + 1)

2=

(π‘˜ + 1)(π‘˜ + 2)

2

(π‘˜ + 1)(π‘˜ + 2)

2=

(π‘˜ + 1)(π‘˜ + 2)

2 (Benar)

(Terbukti)

Latihan Soal

1. Buktikan bahwa

1 + 3 + 5 + β‹― + (2𝑛 βˆ’ 1) = 𝑛2

untuk setiap 𝑛 ∈ β„•!

Page 5: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

2. Buktikan melalui induksi matematika

1(2) + 2(3) + β‹― + 𝑛(𝑛 + 1) =𝑛(𝑛 + 1)(𝑛 + 2)

3

untuk 𝑛 β‰₯ 1!

Bilangan Real

Definisi 5. Diberikan himpunan terurut S dengan urutan ≀ dan 𝐸 βŠ‚ 𝑆. Himpunan 𝐸 dikatakan

terbatas ke atas jika terdapat suatu elemen π‘š ∈ 𝑆 sehingga untuk setiap π‘₯ ∈ 𝐸 berlaku π‘₯ ≀ π‘š.

Elemen π‘š disebut batas atas himpunan 𝐸.

Definisi 6. Diberikan himpunan terurut S dengan urutan ≀ dan 𝐸 βŠ‚ 𝑆. Himpunan 𝐸 dikatakan

terbatas ke bawah jika terdapat suatu elemen 𝑛 ∈ 𝑆 sehingga untuk setiap π‘₯ ∈ 𝐸 berlaku π‘₯ β‰₯ 𝑛.

Elemen 𝑛 disebut batas bawah himpunan 𝐸.

Definisi 7. Diberikan himpunan terurut S dengan urutan ≀, himpunan 𝐸 βŠ‚ 𝑆 terbatas ke atas. Suatu

elemen π‘Ž ∈ 𝑆 dikatakan batas atas terkecil (supremum) himpunan 𝐸 jika memenuhi ketentuan

berikut:

a. π‘Ž batas atas himpunan E.

b. Jika 𝑝 batas atas himpunan E, maka π‘Ž ≀ 𝑝

Definisi 8. Diberikan himpunan terurut S dengan urutan ≀, himpunan 𝐸 βŠ‚ 𝑆 terbatas ke bawah.

Suatu elemen 𝑏 ∈ 𝑆 dikatakan batas bawah terbesar (infimum) himpunan 𝐸 jika memenuhi

ketentuan berikut:

a. 𝑏 batas bawah himpunan E.

b. Jika π‘ž batas bawah himpunan E, maka 𝑏 β‰₯ π‘ž

Berikut gambar nilai supremum dan infimum:

Contoh

1. Tentukan batas atas 𝐸 = {1, 2, βˆ’1, 4, 7}!

2. Tentukan Supremum dan Infimum dari himpunan 𝐸 = {1, 2, βˆ’1, 4, 7}!

Jawab

1. Batas atas 𝐸 adalah π‘₯ β‰₯ 7.

2. Sup E = {7}

Inf E = {βˆ’1}

Latihan Soal

1. Tentukan batas atas dan bawah 𝐴 = {1

𝑛, 𝑛 ∈ β„•}!

2. Apakah himpunan bilangan asli β„• terbatas?

3. Misalkan 𝐴 = {π‘₯ ∈ ℝ | π‘₯2 βˆ’ π‘₯ βˆ’ 2 β‰₯ 0} dan 𝐡 = {π‘₯ ∈ ℝ | π‘₯2 βˆ’ 4 < 0}. Tentukan:

a. 𝐴 ∩ 𝐡

b. 𝐴 βˆͺ 𝐡

c. 𝐴 βˆ’ 𝐡

4. Misal 𝐴 = {π‘Ž, 𝑏, 𝑐, 𝑑} dan 𝐡 = {1,2,3,4}. Selidiki apakah himpunan pasangan berurutan berikut

ini merupakan fungsi atau bukan:

Page 6: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

β„Ž = {(π‘Ž, 2), (𝑏, 2), (𝑐, 3), (𝑑, 1), (π‘Ž, 1)}!

5. Misalkan 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 dimana 𝑓: ℝ β†’ ℝ . Apakah fungsi 𝑓 injektif? Jelaskan!

6. Buktikan dengan induksi matematika bahwa 𝑛3 + 2𝑛 adalah kelipatan 3 untuk semua 𝑛 β‰₯ 1!

7. Tentukan Supremum dan Infimum dari himpunan 𝐸 = {1

𝑛, 𝑛 ∈ β„•}! Tentukan juga apakah

Supremum dan Infimum berada di dalam E?

8. Tentukan Supremum dan Infimum dari himpunan 𝑆 = {π‘₯2 < 9, π‘₯ ∈ ℝ}!

9. Misalkan 𝐴 = {1

2+ β‹― +

1

2𝑛 |𝑛 ∈ β„•}. Buktikan bahwa sup 𝐴 = 1!

Teorema 2. Jika π‘Ž ∈ ℝ dan 0 ≀ π‘Ž < πœ€ untuk setiap πœ€ > 0, maka π‘Ž = 0.

Bukti

Anggap π‘Ž > 0. Dapat diambil πœ€0 =1

2π‘Ž dimana 0 < πœ€0 < π‘Ž. Hal ini kontradiksi karena seharusnya

π‘Ž < πœ€ untuk setiap πœ€ > 0. Maka haruslah π‘Ž = 0.

Latihan Soal

1. Tentukan semua bilangan real yang memenuhi ketaksamaan di bawah ini:

a. 1

π‘₯< π‘₯

b. 1

π‘₯< π‘₯2

2. Buktikan bahwa ketaksamaan

2𝑛 > 2𝑛 + 1

benar untuk semua bilangan asli 𝑛 β‰₯ 3!

3. Buktikan (Ketaksamaan Bernoulli) jika π‘₯ > βˆ’1 maka (1 + π‘₯)𝑛 β‰₯ 1 + 𝑛π‘₯ untuk semua 𝑛 ∈ β„•!

4. Tentukan apakah fungsi 𝑓(π‘₯) = 3π‘₯2 βˆ’ 1 injektif?

5. Tentukan apakah fungsi 𝑔(π‘₯) = 2π‘₯ surjektif?

6. Tentukan apakah fungsi β„Ž(π‘₯) = π‘₯3 bijektif?

7. Tentukan Supremum dan Infimum dari himpunan-himpunan berikut:

a. 𝑆 = {1, 2, 3, 0, 4, 5}

b. 𝑇 = (1,3) βˆͺ [4,5) βˆͺ [7,9]

c. 𝑀 = {βˆ’1 < π‘₯ ≀ 3, π‘₯ ∈ ℝ}

d. 𝐸 = {π‘₯2 ≀ 4, π‘₯ ∈ ℝ}

8. Tentukan himpunan 𝐸 dimana sup 𝐸 = inf 𝐸 !

9. Tentukan Supremum dan Infimum dari himpunan-himpunan berikut

a. 𝐴 = {βˆšπ‘›, 𝑛 ∈ β„•}

b. 𝐡 = {1

𝑛2 , 𝑛 ∈ β„•}

10. Tentukan juga apakah Supremum dan Infimum berada di dalam himpunan tersebut?

Medan

Definisi 9. Himpunan terurut Ϝ yang dilengkapi dengan operasi penjumlahan dan perkalian disebut

suatu Medan jika memenuhi:

Aksioma Penjumlahan

J1. Jika π‘₯, 𝑦 ∈ Ϝ, maka π‘₯ + 𝑦 ∈ Ϝ

J2. Jika π‘₯, 𝑦 ∈ Ϝ, maka π‘₯ + 𝑦 = 𝑦 + π‘₯ (komutatif)

J3. Untuk semua π‘₯, 𝑦, 𝑧 ∈ Ϝ, maka (π‘₯ + 𝑦) + 𝑧 = π‘₯ + (𝑦 + 𝑧)

J4. Ϝ memuat elemen 0 sehingga 0 + π‘₯ = π‘₯, untuk setiap π‘₯ ∈ Ϝ

J5. Untuk setiap π‘₯ ∈ Ϝ, terdapat βˆ’π‘₯ ∈ Ϝ dan π‘₯ + (βˆ’π‘₯) = 0

Page 7: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

Aksioma Perkalian

K1. Jika π‘₯, 𝑦 ∈ Ϝ, maka π‘₯𝑦 ∈ Ϝ

K2. Untuk semua π‘₯, 𝑦 ∈ Ϝ, maka π‘₯𝑦 = 𝑦π‘₯ (komutatif)

K3. Untuk semua π‘₯, 𝑦, 𝑧 ∈ Ϝ, maka (π‘₯𝑦)𝑧 = π‘₯(𝑦𝑧)

K4. Ϝ memuat elemen 1 β‰  0 sehingga 1π‘₯ = π‘₯ untuk setiap π‘₯ ∈ Ϝ

K5. Jika π‘₯ β‰  0 ∈ Ϝ, maka terdapat suatu elemen 1

π‘₯∈ Ϝ dan π‘₯ (

1

π‘₯) = 1

Hukum Distributif

Untuk setiap π‘₯, 𝑦, 𝑧 ∈ Ϝ berlaku π‘₯(𝑦 + 𝑧) = π‘₯𝑦 + π‘₯𝑧.

Proposisi 1. Aksioma-aksioma penjumlahan mengakibatkan berlakunya pernyataan berikut:

i Jika π‘₯ + 𝑦 = π‘₯ + 𝑧 maka 𝑦 = 𝑧

ii Jika π‘₯ + 𝑦 = π‘₯ maka 𝑦 = 0

iii Jika π‘₯ + 𝑦 = 0 maka 𝑦 = βˆ’π‘₯

iv βˆ’(βˆ’π‘₯) = π‘₯

Bukti

i 𝑦 = 0 + 𝑦 = (βˆ’π‘₯ + π‘₯) + 𝑦 = βˆ’π‘₯ + (π‘₯ + 𝑦) = βˆ’π‘₯ + (π‘₯ + 𝑧) = (βˆ’π‘₯ + π‘₯) + 𝑧 = 0 + 𝑧 = 𝑧

ii Karena π‘₯ + 𝑦 = π‘₯, maka berdasarkan (i) dapat diambil 𝑧 = 0 sehingga 𝑦 = 0

iii Dengan mengambil 𝑧 = βˆ’π‘₯, bersadarkan (i) diperoleh 𝑦 = βˆ’π‘₯

iv Dari (iii) jika π‘₯ + 𝑦 = 0 maka 𝑦 = βˆ’π‘₯, karena βˆ’π‘₯ + π‘₯ = 0 maka π‘₯ = βˆ’(βˆ’π‘₯).

Proposisi 2. Aksioma-aksioma perkalian mengakibatkan berlakunya pernyataan berikut:

i Jika π‘₯ β‰  0 dan π‘₯𝑦 = π‘₯𝑧 maka 𝑦 = 𝑧

ii Jika π‘₯ β‰  0 dan π‘₯𝑦 = π‘₯ maka 𝑦 = 1

iii Jika π‘₯ β‰  0 dan π‘₯𝑦 = 1 maka 𝑦 =1

π‘₯

iv Jika π‘₯ β‰  0 maka 1/1

π‘₯= π‘₯

Bukti

i Karena π‘₯ β‰  0 dan π‘₯𝑦 = π‘₯𝑧, maka menurut aksioma perkalian,

𝑦 = 𝑦1 = 𝑦 (π‘₯ (1

π‘₯)) = (𝑦π‘₯) (

1

π‘₯) = (π‘₯𝑦) (

1

π‘₯) = (π‘₯𝑧) (

1

π‘₯) = (𝑧π‘₯) (

1

π‘₯) = 𝑧 (π‘₯ (

1

π‘₯)) = 𝑧1 = 𝑧

ii Karena π‘₯𝑦 = π‘₯, maka berdasarkan (i) dapat diambil 𝑧 = 1 sehingga 𝑦 = 1

iii Karena π‘₯ β‰  0 dengan mengambil 𝑧 =1

π‘₯, bersadarkan (i) diperoleh 𝑦 =

1

π‘₯

iv Dari (iii) jika π‘₯ β‰  0 dan π‘₯𝑦 = 1 maka 𝑦 =1

π‘₯, karena (

1

π‘₯) π‘₯ = 1 maka π‘₯ = 1/

1

π‘₯.

Proposisi 3. Untuk sebarang π‘₯, 𝑦, 𝑧 ∈ Ϝ berlaku pernyataan-pernyataan berikut:

i 0π‘₯ = 0

ii Jika π‘₯ β‰  0 dan 𝑦 β‰  0 maka π‘₯𝑦 β‰  0

iii (βˆ’π‘₯)𝑦 = βˆ’(π‘₯𝑦) = π‘₯(βˆ’π‘¦)

iv (βˆ’π‘₯)(βˆ’π‘¦) = π‘₯𝑦

Bukti

i Menurut aksioma distributif

0π‘₯ + 0π‘₯ = (0 + 0)π‘₯ = 0π‘₯

Menurut proposisi 1 no.(ii) didapatkan

0π‘₯ = 0

Page 8: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

ii Disini akan dibuktikan dengan kontradiktif. Andaikan untuk π‘₯ β‰  0, 𝑦 β‰  0 dan π‘₯𝑦 = 0, maka

1 = (1

𝑦) 𝑦 = (

1

𝑦) 1𝑦 = (

1

𝑦) π‘₯ (

1

π‘₯) 𝑦 = (

1

𝑦) (

1

π‘₯) π‘₯𝑦 = (

1

𝑦) (

1

π‘₯) 0 = 0 atau 1 = 0, adalah suatu

kontradiksi. Jadi pernyataan (ii) benar.

iii Mengingat aksioma distributif, maka π‘₯𝑦 + (βˆ’π‘₯)𝑦 = (π‘₯ + (βˆ’π‘₯))𝑦 = 0𝑦 = 0, sehingga

menurut proposisi 1 no.(iii) (βˆ’π‘₯)𝑦 = βˆ’π‘₯𝑦. Demikian juga π‘₯𝑦 + π‘₯(βˆ’π‘¦) = π‘₯(𝑦 + (βˆ’π‘¦)) =

π‘₯0 = 0, sehingga menurut proposisi 1 no.(iii) π‘₯(βˆ’π‘¦) = βˆ’π‘₯𝑦. Jadi terbukti (βˆ’π‘₯)𝑦 = βˆ’(π‘₯𝑦) =

π‘₯(βˆ’π‘¦).

iv Dengan menggunakan (iii) dan proposisi 1 no.(iv) diperoleh

(βˆ’π‘₯)(βˆ’π‘¦) == βˆ’(π‘₯(βˆ’π‘¦)) = βˆ’(βˆ’π‘₯𝑦) = π‘₯𝑦

Definisi 10. Suatu medan Ϝ dikatakan medan terurut jika Ϝ merupakan himpunan terurut dengan

sifat:

i Jika π‘₯, 𝑦, 𝑧 ∈ Ϝ dan 𝑦 < 𝑧, maka π‘₯ + 𝑦 < π‘₯ + 𝑧

ii Jika π‘₯, 𝑦 ∈ Ϝ dengan π‘₯ > 0 dan 𝑦 > 0 maka π‘₯𝑦 > 0

Jika π‘₯ > 0 maka π‘₯ disebut elemen positif, dan jika π‘₯ < 0 maka π‘₯ disebut elemen negatif.

Proposisi 4. Dalam medan terurut Ϝ berlaku pernyataan-pernyataan berikut:

i Jika π‘₯ > 0 maka – π‘₯ < 0 dan sebaliknya

ii Jika π‘₯ > 0 dan 𝑦 < 𝑧 maka π‘₯𝑦 < π‘₯𝑧

iii Jika π‘₯ < 0 dan 𝑦 < 𝑧 maka π‘₯𝑦 > π‘₯𝑧

iv Jika π‘₯ β‰  0 maka π‘₯2 > 0

v Jika 0 < π‘₯ < 𝑦 maka 1

𝑦<

1

π‘₯

Bukti

i Jika π‘₯ > 0 maka βˆ’π‘₯ = βˆ’π‘₯ + 0 < βˆ’π‘₯ + π‘₯ = 0, jadi – π‘₯ < 0. Jika π‘₯ < 0 maka – π‘₯ = βˆ’π‘₯ +

0 > βˆ’π‘₯ + π‘₯ = 0, jadi – π‘₯ > 0.

ii Karena 𝑦 < 𝑧 maka menurut definisi 10 no. (i) 0 = βˆ’π‘¦ + 𝑦 < βˆ’π‘¦ + 𝑧 = 𝑧 βˆ’ 𝑦. Karena π‘₯ > 0

maka menurut definisi 10 no. (ii) π‘₯(𝑧 βˆ’ 𝑦) > 0. Untuk π‘₯𝑧 = π‘₯𝑧 βˆ’ π‘₯𝑦 + π‘₯𝑦 = π‘₯(𝑧 βˆ’ 𝑦) +

π‘₯𝑦 > 0 + π‘₯𝑦 = π‘₯𝑦. Jadi π‘₯𝑦 < π‘₯𝑧.

iii Karena π‘₯ < 0 maka menurut (i) – π‘₯ > 0. Jadi menurut (ii) berlaku (βˆ’π‘₯)𝑦 < (βˆ’π‘₯)𝑧.

Selanjutnya berdasarkan proposisi 3 no. (iii) berlaku βˆ’(π‘₯𝑦) < βˆ’(π‘₯𝑧), sehingga menurut

definisi 10 no. (i) berlaku 0 = π‘₯𝑦 βˆ’ π‘₯𝑦 < π‘₯𝑦 βˆ’ π‘₯𝑧 atau π‘₯𝑦 > π‘₯𝑧.

iv Jika π‘₯ β‰  0, maka π‘₯ > 0 atau π‘₯ < 0. Untuk π‘₯ > 0 maka menurut definisi 10 no. (ii) berlaku

π‘₯. π‘₯ = π‘₯2 > 0. Jika π‘₯ < 0 maka menurut (i) – π‘₯ > 0. Berdasarkan proposisi 3 no. (iv) bahwa

(– π‘₯)(– π‘₯) = π‘₯. π‘₯ = π‘₯2 > 0.

v Menurut (ii) dan proposisi 3 no. (i) berlaku pernyataan

Jika 𝑦 > 0 dan 𝑧 ≀ 0, maka 𝑦𝑧 ≀ 0

Jadi pernyataan berikut juga benar

Jika 𝑦𝑧 > 0 dan 𝑦 > 0, maka 𝑧 > 0

Karena 𝑦 (1

𝑦) = 1 > 0 dan 𝑦 > 0 maka

1

𝑦> 0. Karena 0 < π‘₯ < 𝑦 maka

1

π‘₯> 0. Karena

1

π‘₯> 0

dan 1

π‘₯> 0 maka menurut definisi 10 no. (ii) berlaku (

1

π‘₯) (

1

𝑦) > 0. Dari ketaksamaan π‘₯ < 𝑦

diperoleh

(1

π‘₯) (

1

𝑦) π‘₯ < (

1

π‘₯) (

1

𝑦) 𝑦 atau

1

𝑦<

1

π‘₯.

Page 9: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

Nilai Mutlak

Definisi 11. Untuk setiap π‘₯ ∈ ℝ didefinisikan fungsi nilai mutlak

|π‘₯| = { π‘₯, π‘₯ β‰₯ 0βˆ’π‘₯, π‘₯ < 0

Bentuk |π‘₯| disebut nilai mutlak (absolute value) dari π‘₯ ∈ ℝ yang nilainya selalu positif.

Teorema 3. Untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ ℝ, berlaku:

i |π‘₯| = √π‘₯2

ii βˆ’|π‘₯| ≀ π‘₯ ≀ |π‘₯|

iii |π‘₯𝑦| = |π‘₯||𝑦|

iv |π‘₯ + 𝑦| ≀ |π‘₯| + |𝑦|

v |π‘₯| βˆ’ |𝑦| ≀ |π‘₯ βˆ’ 𝑦| dan |𝑦| βˆ’ |π‘₯| ≀ |π‘₯ βˆ’ 𝑦|

Bukti

i Jika π‘₯ β‰₯ 0, maka |π‘₯|2 = π‘₯2 atau |π‘₯| = √π‘₯2. Jika π‘₯ < 0, maka |π‘₯|2 = (βˆ’π‘₯)2 = π‘₯2 atau |π‘₯| =

√π‘₯2.

ii Jika π‘₯ β‰₯ 0, maka βˆ’|π‘₯| = βˆ’π‘₯ ≀ π‘₯ ≀ |π‘₯|. Jika π‘₯ < 0, maka βˆ’|π‘₯| = βˆ’(βˆ’π‘₯) = π‘₯ ≀ βˆ’π‘₯ ≀ |π‘₯|.

iii Dari (i) didapat |π‘₯𝑦| = √(π‘₯𝑦)2 = √π‘₯2𝑦2 = √π‘₯2βˆšπ‘¦2 = |π‘₯||𝑦|

iv Dari (i) |π‘₯ + 𝑦|2 = (π‘₯ + 𝑦)2 = π‘₯2 + 2π‘₯𝑦 + 𝑦2

Dari (ii) ≀ π‘₯2 + 𝑦2 + 2|π‘₯𝑦|

Dari (i) dan (iii) = |π‘₯|2 + |𝑦|2 + 2|π‘₯||𝑦|

= (|π‘₯| + |𝑦|)2

Atau

|π‘₯ + 𝑦| ≀ |π‘₯| + |𝑦|

v |π‘₯| = |π‘₯ βˆ’ 𝑦 + 𝑦| ≀ |π‘₯ βˆ’ 𝑦| + |𝑦| atau |π‘₯| βˆ’ |𝑦| ≀ |π‘₯ βˆ’ 𝑦|. Dengan cara yang sama dapat

dibuktikan |𝑦| βˆ’ |π‘₯| ≀ |π‘₯ βˆ’ 𝑦|.

Ruang Euclides

Definisi 12. Untuk setiap bilangan positif π‘˜, dibentuk himpunan pasangan terurut-π‘˜ (π‘˜-tuple) dari

bilangan-bilangan real.

β„π‘˜ = {οΏ½Μ…οΏ½ = (π‘₯1, π‘₯2, … , π‘₯π‘˜)|π‘₯𝑗 ∈ ℝ, 1 ≀ 𝑗 ≀ π‘˜}

Bilangan-bilangan real π‘₯1, π‘₯2, … , π‘₯π‘˜ disebut koordinat.

Definisi 13. Untuk setiap οΏ½Μ…οΏ½ = (π‘₯1, π‘₯2, … , π‘₯π‘˜) di dalam β„π‘˜ didefinisikan fungsi β€–. β€–: β„π‘˜ β†’ ℝ,

dengan

β€–οΏ½Μ…οΏ½β€– = (βˆ‘ π‘₯𝑗2

π‘˜

𝑗=1

)

12

yang disebut Norma vektor οΏ½Μ…οΏ½. Fungsi β€–. β€– disebut Norm.

Perluasan Sistem Bilangan Real

Definisi 14. Sistem bilangan real yang diperluas dinotasikan dengan β„βˆ—. Sistem bilangan real yang

dperluas didefinisikan

βˆ’βˆž ≀ π‘₯βˆ— ≀ +∞, untuk setiap π‘₯βˆ— ∈ β„βˆ—.

Sifat-sifat:

i Untuk setiap bilangan real π‘₯ ∈ ℝ, berlaku:

β€’ π‘₯ + ∞ = ∞

β€’ π‘₯ βˆ’ ∞ = βˆ’βˆž

Page 10: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

β€’ π‘₯

+∞=

π‘₯

βˆ’βˆž= 0

ii Jika π‘₯ > 0, maka

β€’ π‘₯(+∞) = +∞

β€’ π‘₯(βˆ’βˆž) = βˆ’βˆž

iii Jika π‘₯ < 0, maka

β€’ π‘₯(+∞) = βˆ’βˆž

β€’ π‘₯(βˆ’βˆž) = +∞

The Archimedean Property

Teorema 4. (sifat Archimedes) Jika π‘₯, 𝑦 ∈ ℝ dan π‘₯ > 0 maka terdapatlah suatu bilangan bulat

positif 𝑛 ∈ β„• sedemikian sehingga 𝑛π‘₯ > 𝑦.

Bukti

Ditinjau himpunan

𝐴 = {𝑛π‘₯ | 𝑛 ∈ β„• dan π‘₯ > 0}

Anggap teorema di atas salah, maka untuk setiap 𝑛 ∈ β„• berlaku 𝑛π‘₯ ≀ 𝑦. Dengan demikian

himpunan 𝐴 tidak kosong dan terbatas ke atas dengan suatu batas atas 𝑦 ∈ ℝ. Karena 𝐴 βŠ‚ ℝ dan ℝ

mempunyai sifat batas atas terkecil, maka terdapatlah π‘Ž ∈ ℝ dan π‘Ž = sup A. Karena π‘₯ > 0 maka

π‘Ž βˆ’ π‘₯ < π‘Ž dan π‘Ž βˆ’ π‘₯ bukan batas atas dari 𝐴. Ini berarti terdapat π‘š ∈ β„• sehingga π‘Ž βˆ’ π‘₯ < π‘šπ‘₯,

dimana π‘šπ‘₯ ∈ 𝐴. Dari ketaksamaan π‘Ž βˆ’ π‘₯ < π‘šπ‘₯ diperoleh π‘Ž < (π‘š + 1)π‘₯. Karena (π‘š + 1) ∈ β„•

maka (π‘š + 1)π‘₯ ∈ 𝐴 dan berlaku π‘Ž < (π‘š + 1)π‘₯. Hal ini kontradiksi dengan π‘Ž = sup A. Jadi

pernyataan pada teorema 2 benar.

Ruang Metrik

Definisi 15. Diberikan himpunan tidak kosong 𝑋. Fungsi 𝑑: 𝑋 π‘₯ 𝑋 β†’ ℝ+ βˆͺ {0} disebut metrik pada

𝑋 jika memenuhi aksioma-aksioma:

M1. 𝑑(π‘₯, 𝑦) β‰₯ 0 untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ 𝑋

M2. 𝑑(π‘₯, 𝑦) = 0 jika dan hanya jika π‘₯ = 𝑦

M3. 𝑑(π‘₯, 𝑦) = 𝑑(𝑦, π‘₯) untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ 𝑋

M4. 𝑑(π‘₯, 𝑦) ≀ 𝑑(π‘₯, 𝑧) + 𝑑(𝑧, 𝑦) untuk setiap π‘₯, 𝑦 dan 𝑧 ∈ 𝑋.

Himpunan 𝑋 yang dilengkapi dengan fungsi jarak 𝑑, disebut ruang metrik dan dinyatakan dengan

(𝑋, 𝑑).

Contoh

1. Garis bilangan real ℝ dengan fungsi jarak 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦| untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ ℝ merupakan

metrik.

Bukti

M1. 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦| β‰₯ 0 untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ ℝ.

M2. (β‡’) 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦| = 0, maka π‘₯ = 𝑦.

(⇐) Diberikan π‘₯ = 𝑦, maka 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦| = |𝑦 βˆ’ 𝑦| = |0| = 0.

M3. 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦| = |𝑦 βˆ’ π‘₯| = 𝑑(𝑦, π‘₯) untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ ℝ.

M4. 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦| = |π‘₯ βˆ’ 𝑧 + 𝑧 βˆ’ 𝑦| ≀ |π‘₯ βˆ’ 𝑧| + |𝑧 βˆ’ 𝑦| = 𝑑(π‘₯, 𝑧) + 𝑑(𝑧, 𝑦) untuk setiap

π‘₯, 𝑦 dan 𝑧 ∈ ℝ.

Latihan Soal

1. Buktikan Fungsi

𝑑(π‘₯, 𝑦) = {1, jika π‘₯ β‰  𝑦0, jika π‘₯ = 𝑦

Page 11: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

untuk setiap π‘₯, 𝑦 ∈ ℝ adalah metrik !

2. Diberikan π‘₯ = ℝ2. Didefinisikan fungsi 𝑑: 𝑋 π‘₯ 𝑋 β†’ ℝ dengan

𝑑(οΏ½Μ…οΏ½, οΏ½Μ…οΏ½) = π‘šπ‘Žπ‘˜π‘ {|π‘₯1 βˆ’ 𝑦1|, |π‘₯2 βˆ’ 𝑦2|}

untuk setiap οΏ½Μ…οΏ½ = (π‘₯1, π‘₯2), οΏ½Μ…οΏ½ = (𝑦1, 𝑦2) ∈ ℝ2. Buktikan bahwa fungsi 𝑑 adalah metrik !

3. Diberikan fungsi 𝑑 yang didefinisikan oleh 𝑑(𝑝, π‘ž) = √(π‘Ž1 βˆ’ 𝑏1)2 + (π‘Ž2 βˆ’ 𝑏2)2, dengan 𝑝 =

(π‘Ž1, π‘Ž2) dan π‘ž = (𝑏1, 𝑏2) adalah titik dalam bidang ℝ2. Buktikan bahwa 𝑑 adalah metrik pada

ℝ2 !

Persekitaran/neighbourhood

Definisi 16. Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑), titik 𝑝 ∈ 𝑋 dan bilangan π‘Ÿ > 0. Himpunan berbentuk

π‘π‘Ÿ(𝑝) = {π‘₯ ∈ 𝑋|𝑑(𝑝, π‘₯) < π‘Ÿ} disebut persekitaran titik 𝑝 dengan jari-jari π‘Ÿ > 0. Titik 𝑝 disebut

pusat persekitaran π‘π‘Ÿ(𝑝).

Contoh

1. Jika 𝑋 = ℝ dan 𝑑(π‘₯, 𝑦) = |π‘₯ βˆ’ 𝑦|. Persekitaran titik 𝑝 ∈ ℝ adalah

π‘π‘Ÿ(𝑝) = {π‘₯ ∈ 𝑋||𝑝 βˆ’ π‘₯| < π‘Ÿ} = (𝑝 βˆ’ π‘Ÿ, 𝑝 + π‘Ÿ)

merupakan interval terbuka.

( | )

𝑝 βˆ’ π‘Ÿ 𝑝 𝑝 + π‘Ÿ ℝ

Latihan Soal

1. Jika 𝑋 = ℝ2 dan 𝑑(οΏ½Μ…οΏ½, οΏ½Μ…οΏ½) = √(π‘₯1 βˆ’ 𝑦1)2 + (π‘₯2 βˆ’ 𝑦2)2, untuk setiap οΏ½Μ…οΏ½ = (π‘₯1, π‘₯2), οΏ½Μ…οΏ½ =

(𝑦1, 𝑦2) ∈ ℝ2. Tentukan persekitaran dari titik οΏ½Μ…οΏ½ = (𝑝1, 𝑝2) ∈ ℝ2 !

2. Jika 𝑋 = ℝ3 dengan metrik

𝑑(οΏ½Μ…οΏ½, οΏ½Μ…οΏ½) = √(π‘₯1 βˆ’ 𝑦1)2 + (π‘₯2 βˆ’ 𝑦2)2 + (π‘₯3 βˆ’ 𝑦3)2,

untuk setiap οΏ½Μ…οΏ½ = (π‘₯1, π‘₯2, π‘₯3), οΏ½Μ…οΏ½ = (𝑦1, 𝑦2, 𝑦3) ∈ ℝ3. Tentukan persekitaran dari titik οΏ½Μ…οΏ½ =

(𝑝1, 𝑝2, 𝑝3) ∈ ℝ3!

Titik Interior

Definisi 17. Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan himpunan 𝐻 βŠ‚ 𝑋. Titik 𝑝 ∈ 𝐻 dikatakan titik

interior dari 𝐻 jika terdapat persekitaran titik 𝑝 dengan radius π‘Ÿ > 0 yaitu π‘π‘Ÿ(𝑝) sedemikian

sehingga π‘π‘Ÿ(𝑝) βŠ‚ 𝐻.

Contoh

1. Himpunan semua titik interior dari 𝐴 = [π‘Ž, 𝑏) adalah 𝐴∘ = (π‘Ž, 𝑏).

2. 𝐡 = (1,5)

𝐡∘ = (1,5)

3. 𝐻 = [7,5]

𝐻∘ = (7,5)

Latihan Soal

1. Tentukan titik interior dari:

a. 𝐴 = [4,5)

b. 𝐡 = {5} βˆͺ (11,14)

Titik Eksterior

Definisi 18. Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan himpunan 𝐻 βŠ‚ 𝑋. Titik 𝑝 ∈ 𝐻𝑐 dikatakan titik

eksterior dari 𝐻 jika terdapat persekitaran π‘π‘Ÿ(𝑝) sedemikian sehingga π‘π‘Ÿ(𝑝) βŠ‚ 𝐻𝑐. (π‘’π‘˜π‘ (𝐻) =

𝐻𝑒 = 𝐼𝑛𝑑(𝐻𝑐))

Contoh

Page 12: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

1. Misalkan 𝐻 = (2,4), untuk 𝐻𝑐 = (βˆ’βˆž, 2] βˆͺ [4, +∞) maka 𝐻𝑒 = (βˆ’βˆž, 2) βˆͺ (4, +∞). Titik

batas dari 𝐻 = (2,4) adalah 𝐻𝑏 = {2,4}.

Latihan Soal

1. Tentukan titik eksterior dan titik batas dari:

a. 𝑁 = (βˆ’βˆž, 5)

b. 𝐴 = (1,2] βˆͺ {3}

Titik batas

Definisi 19. Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan himpunan 𝐻 βŠ‚ 𝑋. Titik 𝑝 ∈ 𝑋 dikatakan titik batas

himpunan 𝐻 jika setiap persekitaran titik 𝑝 dengan radius π‘Ÿ > 0 yaitu π‘π‘Ÿ(𝑝) maka π‘π‘Ÿ(𝑝)\𝐻 β‰  βˆ…

dan π‘π‘Ÿ(𝑝)\𝐻𝑐 β‰  βˆ….

Himpunan semua titik batas 𝐻 ditulis 𝐻𝑏 , dan titik batas himpunan 𝐻 yang merupakan anggota 𝐻

dinamakan titik fountier.

Contoh

1. Misalkan himpunan 𝐻 βŠ‚ ℝ dengan 𝐻 = [π‘Ž, 𝑏). Tentukan titik batas himpunan 𝐻!

2. Tentukan titik batas dari 𝐷 = (4,9)!

Jawab

1. 𝐻𝑏 = {π‘Ž, 𝑏}.

2. 𝐷𝑏 = {4,9}

Latihan Soal

1. Tentukan titik batas dari:

a. 𝐸 = [1,7)

b. 𝐹 = {2} βˆͺ (4,7]

Titik limit

Definisi 20. Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan himpunan 𝐻 βŠ‚ 𝑋. Titik 𝑝 ∈ 𝑋 dikatakan titik limit

himpunan 𝐻 jika setiap persekitaran titik 𝑝 dengan radius π‘Ÿ > 0 yaitu π‘π‘Ÿ(𝑝) maka {π‘π‘Ÿ(𝑝)\{𝑝}} ∩

𝐻 β‰  βˆ….

Contoh

1. Misalkan himpunan 𝐻 βŠ‚ ℝ dengan 𝐻 = [π‘Ž, 𝑏) βˆͺ {𝑐} dan 𝑐 > 𝑏. Tentukan titik limitnya!

2. Tentukan titik limit dari 𝐴 = (1,2)!

Jawab

1. 𝐻′ = [π‘Ž, 𝑏]

2. 𝐴′ = [1,2]

Latihan Soal

1. Tentukan titik limit dari:

a. 𝐡 = (2,5]

b. 𝐢 = {1} βˆͺ [3,7]

Teorema 5. Di dalam sebarang ruang metrik 𝑋, himpunan berhingga 𝐻 βŠ‚ 𝑋 tidak mempunyai titik

limit.

Penutup himpunan (closure)

Definisi 21. Diberikan ruang metrik 𝑋, 𝐸 βŠ‚ 𝑋 dan 𝐸′ himpunan semua titik limit himpunan 𝐸.

Penutup himpunan (closure) 𝐸 dinotasikan dengan οΏ½Μ…οΏ½ adalah himpunan οΏ½Μ…οΏ½ = 𝐸 βˆͺ 𝐸′.

Contoh

1. Misalkan 𝐸 βŠ‚ ℝ dan 𝐸 = (π‘Ž, 𝑏), tentukan closure 𝐸!

Page 13: Ahmad Khairul Umam, S.Si., M.Si. Prodi Matematika

2. Tentukan closure dari 𝐴 = (1,2]!

Jawab

1. 𝐸 = (π‘Ž, 𝑏), 𝐸′ = [π‘Ž, 𝑏]

οΏ½Μ…οΏ½ = 𝐸 βˆͺ 𝐸′ = (π‘Ž, 𝑏) βˆͺ [π‘Ž, 𝑏] = [π‘Ž, 𝑏].

2. οΏ½Μ…οΏ½ = [1,2]

Latihan Soal

1. Tentukan closure dari:

a. 𝐡 = (3,4)

b. 𝐢 = [5,7]

c. 𝐷 = {5} βˆͺ (7,9)

Himpunan terbuka dan tertutup

Definisi 22. Diberikan ruang metrik 𝑋 dan 𝐺 adalah himpunan bagian tak kosong dari 𝑋. Himpunan

𝐺 dikatakan terbuka jika setiap anggotanya merupakan titik interior himpunan 𝐺.

Definisi 23. Diberikan ruang metrik 𝑋 dan 𝐹 adalah himpunan bagian tak kosong dari 𝑋. Himpunan

𝐹 dikatakan tertutup jika setiap titik limitnya termuat di dalam himpunan 𝐹.

Contoh

1. Tentukan apakah himpunan berikut himpunan terbuka, tertutup, atau bukan keduanya:

a. 𝐴 = (1,5)

b. 𝐡 = [0,3]

c. 𝐢 = (βˆ’1,10]