acfta

25
PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP PEREKOMIAN INDONESIA 1.1 Latar Belakang Pada masa era globalisasi ini, melakukan suatu hubungan luar negeri sangatlah penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. termasuk salah satunya dengan melakukan kegiatan perdagangan, yaitu perdagangan internasional. Dalam kegiatan perdagangan internasional, salah satu hal yang lazim menjadi tindakan dalam melakukan hubungan luar negeri adalah dengan melakukan perjanjian internasional. Perjanjian tersebut dapat dilaksanakan dengan negara atau subjek hukum internasional manapun baik bersifat bilateral, regional maupun internasional. Perdagangan Internasional, secara umum berkembang ke arah perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional maupun global, cenderung mengadakan kerja sama dalam bentuk penurunan atau penghapusan sama sekali hambatan- hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif untuk menciptakan suatu mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. Negara-negara semakin memahami arti pasar bebas termasuk manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari mekanisme perdagangan demikan. ASEAN (Association of Shoutheast Asia Nations) merupakan organisasi Geo- politik dan Ekonomi Negara-negara di kawasan Asia tenggara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, Thailand, laos dan kamboja. Pembentukan organisasi regional ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama multilateral antarnegara di kawasan Asia tenggara bentuk kerjasama antarnegara

Upload: herman

Post on 07-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PENGARUH ACFTA TERHADAP EKONOMI INDONESIA

TRANSCRIPT

PENGARUH PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA) TERHADAP PEREKOMIANINDONESIA1.1 Latar BelakangPada masa era globalisasi ini, melakukan suatu hubungan luar negeri sangatlah penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. termasuk salah satunya dengan melakukan kegiatan perdagangan, yaitu perdagangan internasional. Dalam kegiatan perdagangan internasional, salah satu hal yang lazim menjadi tindakan dalam melakukan hubungan luar negeri adalah dengan melakukan perjanjian internasional. Perjanjian tersebut dapat dilaksanakan dengan negara atau subjek hukum internasional manapun baik bersifat bilateral, regional maupun internasional.Perdagangan Internasional, secara umum berkembang ke arah perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara-negara secara bilateral, regional maupun global, cenderung mengadakan kerja sama dalam bentuk penurunan atau penghapusan sama sekali hambatan-hambatan perdagangan, tarif maupun non tarif untuk menciptakan suatu mekanisme perdagangan yang lebih kondusif, agresif dan progresif. Negara-negara semakin memahami arti pasar bebas termasuk manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari mekanisme perdagangan demikan.ASEAN (Association of Shoutheast Asia Nations) merupakan organisasi Geo-politik dan Ekonomi Negara-negara di kawasan Asia tenggara seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, Thailand, laos dan kamboja. Pembentukan organisasi regional ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama multilateral antarnegara di kawasan Asia tenggara bentuk kerjasama antarnegara itu meliputi bidang ekonomi, sosial dan budaya, serta pertahanan keamanan dan perdamaian antar negara ASEAN.ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA)merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Cina.China merupakan salah satu kekuatan utama ekonomi dunia, dan bersama dengan dua Negara Asia Timur lainnya yaitu Jepang dan Korea Selatan telah menjadi mitra dagang terpenting Indonesia dan juga asean dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan China, ASEAN, di mana Indonesia menjadi salah satu anggota yang menyepakati kerjasama perdagangan bebas dalam kerangka ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Dalam kerangka perjanjian tersebut, Negara-negara yang menjadi anggota perjanjian saling memberikan prefential treatment di tiga sector yaitu, sector barang jasa dan investasi dengan tujuan memacu percepatan aliran barang, jasa dan investasi diantara Negara-negara anggota sehingga dapat terbentuk suatu kawasan perdagangan bebas. Preferential treatment adalah perlakuan khusus yang lebih menguntungkan dibandingkan perlakuan yang diberikan kepada Negara mitra dagang lain non anggota pada umumnya.Di setiap perjajnjian kerjasama suatu Negara pasti akan saling mempengaruhi, maupun itu pengaruh yang baik ataupun pengaruh buruk. Berdasarkan latar belakang ini, saya ingin membahas pengaruh yang terjadi di perekonomian Indonesia akibat dari pembentukan perdagangan bebas ASEAN-China (ASEAN China free trade area).1.2 Tujuan Penulisan1. Bagaimana pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia setelah mendatangani ASEAN-China (ACFTA)?2. Bagaimana peluang perdagangan Indonesia-China setelah Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA)?3. Bagaimana peluang ACFTA terhadap jumlah investasi China ke Indonesia?4. Bagaimana dampak ACFTA terhadap keberlangsungan industry kecil menengah?

BAB IITINJAUAN LITERATUR1. Teori Perdagangan InternasionalPerdagangan internasional tejadi karena masing-masing pihak yang terlibat memperoleh manfaat dengan adanya perdagangan. Manfaat perdagangan internasional yang diperoleh suatu Negara adalah perdagangan internasional akan memperluas pasar dan merancang investasi, pendapatan dan tabungan melalui alokasi sumber daya dengan lebih efisien. Dan jika dilakukan upaya ekspornya, maka upaya-upaya ini cenderung meluaskan pasar bagi hasil produksinya.Perdagangan internasional akan mendorong lebih banyak pemakaian mesin, mendorong penemuan dan pembaharuan di berbagai bidang ekonomi, meningkatkan produktivitas tenaga buruh, menurunkan biaya produksi dan membawa perekonomian Negara kea rah pembangunan ekonomi yang lebih berhasil. Di banyak Negara perdagangan internasional menjadi salah satu factor utama untuk meningkatkan GDP.2.1 Teori Klasik1. Absolute Advantage dari Adam SmithTeori ini lebih mendasarkan pada besaran atau variabel rill sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini berkaitan pada variabel rii seperti nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka akan semakin tinggi nilai barang tersebut (labor Theory of Value). Adam Smith juga mengemukakan bahwa sumber efisiensi dan produktivitas berasal dari keunggulan absolute suatu Negara karena anugerah alam (factor endowment) seperti sumberdaya alam yang melimpah dan sumberdaya manusia yang murah.2. Comperative Cost dari David RicardoTeori perdagangan internasional yang melandasi terjadinya globalisasi ekonomi adalah teori keuntungan Komparatif dari David Ricardo merupakan penyempurnaan dari teori keunggulan absolut Adam Smith.a. Cost Comperative Advantage ( labor Eficiency).Menurut teori ini suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengespor barang dimana Negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di mana Negara tersebut tidak dapat memproduksi barang tersebut secara efisien.b. Production Comperative Advantage (labor Productifity)Menurut teori ini suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesiafilisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang dimana Negara tersebut tidak dapat memproduksi barang tersebut secara efisien.Teori ini mencoba melihat keuntungan atau kerugian dalam perbandingan relative. Teori ini berlandaskan asumsi :1. Labor Theory of value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghsilkan barang tersebut, dimana nilai barang yang ditujar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksinya.2. Perdagangan internasional dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.3. Tidak diperhitungkannya biaya dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran.4. Produksi dijalankan dengan biaya tetap, yang berarti skala produksi tidak berpengaruh.Kesimpulannya David Ricardo lebih menekankan keunggulan relative yang dimiliki suatu Negara dibanding Negara lain dalam hal biaya produksi yang lebih murah dibanding Negara lain.2.2 Teori Modern1. Teori Hecksher-Ohlin (H-O)Hecks-Ohlin menyatakan, suatu Negara akan melakukan perdagangan degan Negara lain disebabkan Negara tersebut memiliki keunggulan komparatife yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan factor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah :1. Factor Endowment, yaitu kepemilikan factor-faktor produksi di dalam suatu Negara.2. Factor Intensity, yaaitu factor teknologi yang digunakan dalam prosese produksi, baik laborintensity maupun capital intensity.2. Paradoks LeontiefWassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui studi empiris yang dilakukannya pada tahun 1953, menemukan fakta mengenai sturktur perdagangan luar neheri (ekspor-impor).Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata paradoks Leontief dapat terjadi karena empat sebab utama, yaitu :1. Intensitas factor produksi yang berkebalikan2. Tariff dan non tariff barrier3. Perbedaan dalam skill dan humon capital4. Perbedaan dalam faktor sumber daya alam.3. Teori Siklus Hidup Produk Internasional ( Internasional Lifestyle Product) VernonVernon menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi karena barang dan jasa yang sudah tidak laku dijual di suatu Negara (biasanya Negara maju) bisa mudah kembali dengan dijual di Negara lain (biasanya Negara sedang berkembang). Teori keunggulan kompetetif dari Micheal Porter menyatakan bahwa ada beberapa unsure yang bisa diciptakan oleh Negara dan perusahaan untuk bersaing di pasar internasional.4. Teori non-arus utama atao Teori heterodeoksTeori ini berpendapat bahwa perdagangan bebas hanya akan saling menguntungkan kalau kekuatan ekonomi Negara-negara yang terlibat di dalamnya relative seimbang. Jika keekuatan ekonomi antar Negara yang terlibat di dalam kerjasama perdagangan bebas tidak seimbang maka Negara dengan kekuatan ekonomi yang lebih kuat akan lebih diuntungkan dibanding Negara yang lebih lemah.2. ACFTANovember 2001, Negara-negara ASEAN mengadakan perjanjian perdagangan internasional dengan Negara China yang dikenal dengan ACFTA dan Indonesia mengimplementasikannya pada 1 januari 2010 yang lalu.Komitmen kerangka perjanjian ini terus matangkan dalam penandatanganan perjanjian pada tahun-tahun berikutnya. Indonesia telah meratifikasi Ratifikan Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui keputusan Presiden No 48 Tahun 2004 pada 15 Juni 2004.Dalam perjanjian itu menyepakati pelaksanaan liberalisasi penuh pada tahun 2010 terhadap wnam Negara ASEAN termasuk Indonesia dengan China. Menyusul di 2015, juga akan berlaku bagi Negara ASEAN lainnya yakni Kamboja, Laos, Vietnam, dan Myanmar.Seiring dengan proses pematangan konsep perdagangan bebas itu, beberapa keputusan Menteri Keuangan terbit untuk menyenergikan kebijakan nasional dengan perjanjian ACFTA. Salah satunya adalah tentang penetapan tariff bea masuk atas impor barang. Masalah tariff bea masuk menjadi salah satu isu penting dalam kesepakatan ini. Tujuan dari ACFTA adalah untuk memprkecil bahkan menghilangkan hambatan perdagangan untuk meningkatkan perdagangan. Selain itu, diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dalam produksi dan konsumsi Negara-negara anggota.Selain itu tujuan dari Framework Agreement on ACFTA tersebut, adalah :1. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi kedua pihak.2. Merealisasikan perdagangan barang jasa dan investasi3. Mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua belah pihak4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan Negara baru anggota ASEAN dan menjembatani gap yang berkembang di kedua belah pihak.Proses menuju perdagangan bebas asean-china yang seutuhnya berlangsung selama sepuluh tahun. Upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan hal tersebut meliputi :Pertama, memajukan penurunan hambatan tariff dan non tariff dalam setiap perdagangan barang.Kedua,memajukan liberalisasi perdagangan dalam setiap sector.Ketiga, mendirikan suatu rezim investasi terbuka dan kompetetif yang memfasilitasi penanaman investasi dalam ASEAN-China FTA.Keempat,memberikan perlakuan yang berbeda dan fleksibel kepada Negara-negara anggota baru ASEAN.Kelima,memberikan perlakuan yang fleksibel terhadap barang-barang yang termasuk kategori barang sensitive, ketentuan terhadap hal tersebut di atur berdasarkan kesepakatan yang telah di buat antara kedua belah pihak terlibat.Keenam, membentuk ukuran fasilitas investasi dan perdagangan yang efektif serta menyederhanakan peraturan atau prosedur yanag harus dilalui dalam proses perdagangan dan investasi.Ketujuh,pengembangan kerjasama ekonomi merupakan hasil kesepakatan bersama antara anggota yang akan menghasilkan hubungan antara anggota.Kedelapan,membentuk mekanisme yang sesuai untuk penerapan kebijakan secara efektif.Kerjasama perdagangan bebas ASEAN dan China meliputi lima prioritas bidang yaitu pertanian, teknologi informasi dan telekomunikasi, pengembangan sumberdaya manusia, investasi, serta pengembangan sungai Mekong. Kerjasama tersebut dapat berkembanag di bidang-bidang yang lain seperti bank dan keuangan, parawisata, kerjasama industry, transportasi, bio teknologi , hak kekayaan intelektual, usaha kelas kecil dan kelas menengah, lingkungan, kehutanan dan hasil hutan, pertambangan dan energy.BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Liberalisasi PerdaganganChina lebih mengunggulkan produk tiruan mereka tetapi produk China di Indonesia berkembang dengan pesat, hal ini dikarenakan produk-produk China yang banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Banyaknya produk-produk China di dunia, membawa dampak positif dan negative di ASEAN bahkan di Indonesia dalam system ekspor dan impor Indonesia baik dalam negeri maupun luar negeri.Semenjak diberlakukannya free trade area dengan China, ekspor Indonesia tidak pernah melebihi impor barang dan jasa dari China. Dengan demikian jelas terlihat bahwa adanya liberalisasi perdagangan sangat merugikan Indonesia dari sisi neraca perdagangan.Table 1. Neraca Perdagangan Indonesia China

Pada tahun 2007-2011 perkembangan perdagangan Indonesia dan China semakin mengalami defisit. Adanya ACFTA mendorong produk-produk China untuk lebih banyak masuk ke Indonesia. Kesepakatan ACFTA menghilangkan tarif dan kuota ekspor impor antara Negara ASEAN dan China termasuk Indonesia membuat China bebas melakukan impor barang dan jasa. Sehingga harga barang-barang dan impor dari China di dalam negeri cenderung lebih murah dibandingkan dengan barang dalam negeri. Hal ini merupakan salah satu kerugian yang diterima oleh Indonesia sehingga neraca perdagangan Indonesia China semakin defisit setiap tahunnya. Liberalisasi perdagangan meliputi kebijakan yang bertujuan untuk perekonomian terbuka dengan mengurangi hambatan perdagangan dalam bentuk pengurangan tariff dan peningkatan FDI dengan sstimulasi PDB.Gejala liberalisasi lainnya adalah keikutsertaan Indonesia pada G-20. Perkembangan perekonomian Indonesia yang cukup stabil di tengah ketidakpastian perekonomian global merupakan salah satu masalahh yang dibahas dalam konferensi G-20 pada tahun 2013. Salah satu ukuran keberhasilan Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi yang masih bisa mencapai 6% bahkan realisasi tahun 2012 mencapai 6,23% ditengah krisis global yang melanda dunia beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dipandang lebih tinggi dari Amerika Serikat dan Negara-Negara Eropa.Table 2 Perekonomian Negara G-20 Percepatan Liberalisasi perekonomian melalui G-20 tidak banyak memberikan manfaat bagi Indonesia. dengan kestabilan perekonomian dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dianggap tinggi, Indonesia belum mampu mengambil manfaat dari konferensi G-20. Unsur politik dari kebijakan perekonomian industri Indonesia yang belum strategis, menjadi salah satu kendala eksistensi Indonesia pada konferensi G-20 ini. Liberalisasi ekonomi politik di Indonesia lebih mengarah pada sektor pertanian yang sangat sulit, karena share tenaga kerja di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain. Menurut Pasadilla (2006) kasus pada negara berkembang (Indonesia, Filipina, dan Thailand) dimana jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian lebih dominan, lobi-lobi yang intents oleh kelompok-kelompok pertanian membuat pemerintah lebih berhati-hati. Berbeda dengan negara-negara industri seperti China dan Amerika yang selalu dapat memperoleh manfaat dari adanya G-20.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak menjamin pada posisi politik suatu negara di mata internasional. Hal itu dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum bisa mengindikasikan bahwa kondisi dan kebijakan perekonomian suatu negara tepat dan benar. Misalnya, Indonesia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relative lebih tinggi dari beberapa negara, disisi lain tingkat daya saing global Indonesia masih rendah, dengan tingkat daya saing yang rendah, Indonesia belum mampu bersaing baik secara ekonomi maupun secara politik pada G-20. Oleh karena itu, pengaruh Indonesia dalam pengambilan keputusan masih lah sangat rendah.Free tradetidak terlepas dari penguatan kawasan untuk bersama-sama menghadapi situasi yang serba kompleks di dunia internasional dalam bentuk regionalisme. Pada tahun 2015 kawasan ASEAN akan membentuk regionalisme ASEAN Economy Community (AEC) yang memiliki tujuansingle marketdalam kawasan ASEAN. Konsep AEC dimulai dari Declaration of ASEAN concord II di Bali pada Oktober 2003 yang lalu. Dalam hal ini AEC merupakan salah satu perwujudan dari ASEANVisionbersama-sama dengan ASEANSecurity Community(ASC) dan ASEANSocio-Cultural Community(ASCC) dengan tujuan akhir integrasi ekonomi.Liberalisasi perekonomian negara ASEAN sudah terjadi sejak dibentuknya ASEAN. Namun, pembentukan AEC merupakan penegasan integrasi perekonomian yang sangat kental dengan aspek ekonomi politik. Menurut Winantyo (2008) pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian untuk mencipatakan kawasan integrasi ekonomi.Dalam pelaksanaan AEC 2015 mendatang terdapat lima pilar perekonomian utama yaitu:1. Aliran Bebas Barang2. Aliran Bebas Jasa3. Aliran Bebas Investasi4. Aliran Bebas Tenaga Kerja Terampil5. Aliran Bebas ModaKelima pilar tersebut menunjukan arah liberalisasi perdagangan dan perekonomian. Indonesia menjadi koridor coordinator dalam bidang otomotif dan agribisnis.3.2 Pertumbuhan ekspor impor dan Prospek Perdagangan Indonesia sebelum dan setelah mendatangani ASEAN-China (ACFTA).Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu Negara ke Negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke Negara lain. Ekspor barang secara umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di Negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian paling penting dalam perdagangan internasional.Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu Negara ke Negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di Negara pengirim maupun penerima. Impor juga merupakan bagian terpenting dalam perdagangan internasional.latif Adam (2003) melakukan studi tentang ACFTA dalam perspektif hubungan dagang Indonesia China. Menurut Adam ada dua perspektif dalam hubungan dagang antara Indonesia China yaitu : Pola perdagangan , dan Struktur perdagangan.Dengan melihat pola perdagangan Indonesia China, ACFTA berpotensi menganggu eksistensi perekonomian nasional. Berbagai indicator mengenai pola perdagangan antara kedua Negara menunjukkan bahwa produk Indonesia semakin lama semakin inferior terhadap produk China. Secara eksplisit, hal ini terindikasi cukup jelas dari perkembangan ekspor dan impor.Table 3

TABEL 4Perkembangan Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Berdasarkan Tujuan 2007-2009Nilai ekspor Indonesia ke China mengalami peningkatan yang berkelanjutaan sejak tahun 2002 dengan nilai kumulatif per tahun sebesar 15-45%, sepanjang periode 2002-2007. Krisis financial global yang terjadi pada tahun 2008 sempat menurunkan nilai ekspor ke China dengan cukup dalam. Namun, hal ini lebih signifikan terjadi pada nilai ekspor ke Negara lainnya.Jika dilihat proposi nilai ekspor berdasarkan negrara tujuan, nilai ekspor non migas dengan tujuan Jepang dan Amerika Serikat mengalami penurunan daari tahun ke tahun. Jumlah ekspor dengan tujuan AS dan Jepang pada semester I 2007 masing-masing sebesar 11,98% dan 15,52% , menurun menjadi masing-masing sebesar 11,50% dan 11,91% pada semester I 2008. Pada semester I 2009, nilai tersebut kembali menurun menjadi masing-masing sebesar 11,24% dan 11,58%.Hal ini berbeda dengan China dan India pada semester I 2007, jumlah ekspor nonmigas dengan tujuan China dan India masing-masing sebesar 7,36% dan 5,23%, kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 8,02% dan 6,05% pada semester I 2008. Pada semester I 2009, nilai tersebut kembali meningkat lagi menjadi masing-masing 8,39% dan 7,65%.Pada persamaan fungsi impor menunjukkan bahwa koefisien variabel-variabel ada yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh negative. Pada table 5 menunjukkan koefisien regresi variabel harga impor 1= 0,273 yang berarti harga impor berpengaruh negative pada impor Indonesia. Koefisien regresi variabel ekspor Negara China 3= 0,239 yang berarti ekspor Negara China berpengaruh positif terhadap laju impor Indonesia. Koefisien regresi variabel impor China ke Indonesia 4= 0,158 yang berarti impor China ke Indonesia berpengaruh positif terhadap permintaan impor Indonesia.Tabel 5

3.3 Dampak penerapan ACFT Terhadap Keberlangsungan IKM IKMmerupakan salah satu oenggerak yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di banyak Negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini karena, IKM membantu menyerap tenaga kerja di Indonesia dalaam rangka mengurangi pengangguran. Selain itu, IKM memegang peran penting dalam penciptaan lapangan kerja.Berdasarkan survei HSBC Indonesia yang dirangkum dalam Bisnis Indonesia, sebanyak 55% responden IKM tidak merasakan dampak dari ACFTA, tetapi lebih dirasakan dampak pada perdagangan bebas tersebut sebesar 15%, sementara 30% masih dalam proses penyesuaian dalam 2-3 tahun mendatang. Dapat dilihat pada gambar 1 berikut.Gambar `1Hasil survey Dampak ACFTA terhadaap IKM di Indonesia

Sejak ditandatanganinya perjanjian ACFTA membuat IKM harus lebih giat dalam meningkatkan kualitas produknya. Hal ini disebabkan banyak Negara di dunia berlomba untuk dapat memasarkan prduk dan jasa mereka ke seluruh penjuru dunia tanpa hambatan apapun, dengan demikian maka produk dalam negeri harus mampu bersaing dengan produk luar negeri di dalam Negara sendiri.Banyak penelitian yang pro mengenai adanya ACFTA ataupun perdagangan bebas terhadap idustri kecil ataupun usaha kecil menengah di Indonesia. Menurut Tambunan (2011) dengan tujuan penelitiannya untuk menganalisis dampak liberalisasi perdagangan terhadap pengembangan UKM di Negara Bagian, menyatakan bahwa barang-barang konsumsi, makanan, dan tekstil dan pakaian selama era Soeharto, sama sekali tidak kompetetif. Sebaliknya, perusahaan dalam industry yang kurang dilindungi lebih mampu menangani dengan tekanan persaingan dari barang impor. Selain itu Tambunan juga menjelaskan bahwa ternyata perkembangan industry dalam jangka panjang masih di pertanyakan, di sisi input, industry cenderung menderita kelangkaan meningkat dan meningkatnya biaya.Dampak penerapan ACFTA terhadap IKM yaitu terjadinya kenaikan harga domestic dan penurunan kuantitas IKM. Hal ini ditunjukkan pada hasil estimisi 3sls, di mana dummy variabel berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga dan berpengaruh negative secara signifikan terhadap kuantitas. Kondisis mengindikasikan bahwa penerapan perdagangan bebas ACFTA memiliki dampak negative terhadap keberlangsungan IKM. Adanya ACFTA membuka banyak pemain China masuk dalam pasar Indonesia yang menyebabkan kuantitas IKM menurun. Secara rinci Dapat dilihat pada gambar 2.Gambar 2

Gambar 2 menunjukkan terdapat tambahan pelaku ekonomi yang bebas masuk pasar setelah di terapkannya ACFTA, yaitu China. Gambar tersebut menunjukkan sebuah tataniaga perdagangan yang umumnya dilakukan oleh IKM.Kenyataannya surplus produsen ternyata tidak dinikmati oleh IKM, hal ini dikarenakan adanya perantara pedagangan dalam penguasaan pasar. Sehingga penerapan kebijakan ACFTA cenderung merugikan konsumen dan IKM.Adanya ACFTA ini jusrtu menguntungkan bagi perantara, karena mereka bisa memainkan harga. Ketika permintaan naik yang menyebabkan harga barang juga akan naik, perantara akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk mengimpor barang yang biasanya lebih murah. Apabila pasar belum tercukupi dan barang impor tidak bisa memenuhi, baru perantara akan mengambil barng dari IKM. Sehingga kuantitas IKM cenderung lebih turun karena banyaknya barang impor yang masuk dalam pasar domesticDampak negative adanya penerapan ACFTA ini dapat disebabkana oleh dua hal, yaitu, (i) adanya permainan perantara dan (ii) adanya disparitas harga yang cukup tinggi. Pertama, perantara sebagai pemilik informasi mudah untuk memainkan harga. Kedua, adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara produsen IKM dan importor. Hal ini sering dimanfaatkan oleh perantara perdagangan. Perantara lebih memilih untuk mengimpor barang karena adanya ACFTA tentu tidak ada hambatan tariff yang harus dibayar oleh perantara. Selain itu produk China cenderung lebih murah jika jika dibandingkaan dengan produk-produk yang dibuat oleh IKM. Perdagangan bebas ACFTA lebih menguntungkan bagi perantara bukan bagi produsen.3.4 Kekuatan, Kelemahan, Peluang serta Ancaman Investasi China ke Indonesia Setelah Pembentukan ACFTA.Banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia dan jumlah perdagangan yang dilakukan Indonesia ke luar negeri tergantung dari pendapatan perkapita suatu NegaraGambar 3

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara ACFTA dengan perekonomian Indonesia, khususnya pada sector investasi dan perdagangan Indonesia, serta hubungan pendapata perkapita China terhadap jumlah ekspor Indonesia. Gambar tersebut merupakan suatu kerangka pemikiran yang sistematis.1. KekuatanPeningkatan investasi China ke Indonesia bisa dicapai dengan mudah karena Indonesia mempunyai banyak keunggulan, seperti stabilitasi ekonomi yang relative baik, masalah sosial politik yang cukup kondusif, yang berarti risk country Indonesia semakin menurun.Kekuatan utama lainnya adalah dari sumber daya alam. Kenyataan bahwa Indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Bukan hanya sumber daya alam baahkan sumber energy, seperti minyak dan gas bumi, batu bara, selain itu juga sumber daya manusia di Indonesia yang terbilang murah. Dengan berbagai kekuatan dan kelebihan ini diharapkan para investor China akan tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.2. KelemahanInfrastruktur untuk mendukung peningkatan investasi di Indonesia masih belum memadai. Infrastruktur tersebut berkaitan dengan investasi lunak seperti iklim usaha, pelayanan, undang-undang, komunikasi, dan lain-lain. Dan juga infrastruktur keras seperti sarana transportasi, sarana komunikasi, pelabuhan, jalan, dan lain-lain.Pelayanan dan birokarasi di Indonesia yang masih belum optimal juga merupakan kelemahan bagi Indonesia, banyaknya pungutan yang menimbulkan biaya tinggi, serta isu tingginya korupsi di Indonesia. Itu semua menjadi timbangan para investor asing untuk menanamkan modal mereka di Indonesia.3. PeluangDari segi investasi maupun penanaman modal membawa pengaruh yang cukup baik, mengingat kebijakana pemerintah yang berencana merestrukturisasi perekonomian mereka dengan melakukan ekspansi dan investasi di luar negeri. Hal ini akan membawa Indonesia sebagai pasar potensial yang dapat menarik investor China untuk membuka perusahaan sebagai basis produksi dan menanamkan modal mereka di Indonesia. Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk meningkatkan investasi dari China. Factor utama peluang lainnya adalah keunggulan Indonesia karena mempunyai sumber-sumber yang melimpah.BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanDengan diterapkannya perdagangan bebas ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) dengan tariff 0% telah memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan Industri Kecil Menengah (IKM). Di mana, perdagangan bebas ini membuat harga cenderung naik dan omset cenderung turun. Hala ini menunjukkan bahwa produk-produk China telah membanjiri pasar local, terutama sejak diterapkannya ACFTA.Adanya liberalisasi perdagangan dunia menimbulkan banyak dampak bagi masing-masing negara. dampak-dampak yang diperoleh tergantung dari kekuatan ekonomi politik yang diterapkan oleh masing-masing pemerintah negara-negara tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi politik yang lebih rendah di bandingkan dengan beberapa negara maju didunia. Oleh sebab itu, perlu adanya penguatan ekonomi politik dari pemerintah untuk mendongkrak posisi Indonesia di mata dunia.Dampak liberalisasi ekonomi terhadap perekonomian nasional tidak dapat dipisahkan dalam arti positif dan negative atau untung dan rugi. Kedua hal tersebut akan saling berinteraksi dan akhirnya seberapa besar manfaat yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh sejauh mana perekonomian nasional dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan investasi.Dampak liberalisasi ekonomi terhadap kesejahteraan dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu pertama, lingkup liberalisasi: apakah multilateral, regional, atau unilateral. Kedua, komitmen untuk menjalankan liberalisasi: terpaksa atau komitmen yang sukarela. Ketiga, cakupan skema liberalisasi: contohnya apakah hal ini melibatkan pengurangan distorsi domestic, pengurangan hambatan non tariff atau hanya pengurangan dari hambatan tariff. Terakhir, kecepatan proses skema liberalisasi. Interaksi antara keempat factor tersebut akan menentukan perubahan dalam alokasi sumber daya dan jumlah kerugian/keuntngan yang akana diterima oleh masing-masing Negara.Aspek ekonomi dari liberalisasi perdagangan dunia adalah efisiensi biaya, yang disandingkan dengan aspek politik penghapusan hambatan-hambatan perdagangan internasional. dari keseluruhan perjanjian dan organisasi perdagangan internasional yang diikuti oleh Indonesia, menerapkannon tariff barriresuntuk memaksimalkan keuntungan masing-masing negara.Hal tersebut menjadi salah satu tantangan bagi Indonesia saat ini. Kebijakan tegas dari pemerintah Indonesia diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian dari seluruh kerjasama perdagangan bebas yang dilaksanakan. Salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah Indonesia adalah mendorong daya saing nasional di kancah global. Daya saing produk somestik yang tinggi akan membawa keberhasilan dalam era liberalalisasi perdagangan. Penguatan daya saing domestic perlu dilakuakan mulai dari aspek modal, sumber daya manusi, dan juga teknologi. Penguatan aspek modal dapat dilakukan dengan kerjasama dengan pihak-pihak perbankan yang ada di Indonesia. penguatan daya saing sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan tingkat pendidikan, dan mendorong penguatan skill tenaga kerja. Sedangkan penguatan teknologi dapat dilakukan dengan cara mendongkrak inovasi dan kreatifitas masyarakat Indonesia.Tujuan kebijakan utama pemerintah adalah mengarahkan aspek politik dan ekonomi untuk membawa liberalisasi perdagangan dunia lebih bermanfaat bagi Indonesia. Dengan demikian aspek politik yang berupa kebijakan dari pemerintah dapat digunakan untuk mentrigger aspek perekonomian Indonesia dengan tujuan kesejahteraan masyarakat Indonesia.DAFTAR PUSTAKASBM, Nugroho. 2011. Pro-Kontra Perdagangan Bebas ASEAN-China(ACFTA). Jurnal Media Ekonomi Dan Manajemen, vol. 24, No .2.Sihombing, Jonker. 2013. Kerjasama ASEAN: Manfaat Dan Tantangannya Bagi Indonesia. Law Review, Vol. 8, No .2.Indriastuti, Suyani. 2005. Pembentukan Perdagangan Bebas ASEAN-China(ACFTA) Dan Dampaknya Bagi Petani Di Indonesia. Vol.1, No.2.Wahyuni, Sri. Indrayani. 2010. Analisis Pengaruh Ekspor-Impor China Terhadap Laju Pertumbuhan Ekspor Dan Impor Indonesia Menjelang ACFTA Di Implementasi. Vol.2, No.4.Muslikhati. 2010. Analisis Perdagangan Indonesia Pasca Pemberlakuan ACFTA (Studi Komporatif Indonesia-China). Vol.2, No.4.Dias Sastria, Farah Wulandari. Akktualisasi Nilai-Nilai Konstitusi Dalam Kebijakan Perdagangan Indonesia Di Tingkat Regional dan Multirateral.Gandhi, Arie I, Atom. 2011. Profil Potensi Dan Pola Strategi Bisnis Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Mengadapi Persaingan Paska Perjanjian ACFTA. Vol.2, No.Suatma, Jasa. 2012. Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Jurnal STIE Semarang, Vol.4, No.1.Rifqi, Muhammad. 2013. Dampak Globalisasi Perdagangan Antara ASEAN-5 dan China. Jurnal Ilmiah, Vol.2, No,2.Widyastutik, Ahmad Zaaenal Ashiqin. 2011. Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia Kee China, Malaysia, Dan Singapura Dalam SkemaASEAN-China Free Trade Agreement. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 8, No. 2.Yusida, Ernita. 2013. Dampak PenerapanASEAN-China Free Trade Agreement(ACFTA) Terhadap Kelangsungan Indusrti Kecil Menengah Dilihat Dari Perspektif Varian Produk IKM Di Jawa.Suspim G.P, Budiman Ginting, Mahmul Siregal. 2013. Tinjauan Yuridis Terhadap ASEAN-ChinaFree Trade Agreement(ACFTA) Dan Implikasinya Terhadap Pengaturan Penanaman Modal. Jurnal Hukum Ekonomi, vol.1, No, 1.Gunadi, Ariawan. 2013. Perdagangan Bebas Dalam Perdagangan Internasional: Peluang Dan Tantangan Indonesia Dalam ASEAN-ChinaFree Trade Agreement(ACFTA). Jurnal Ekonomi, Vol. 18, No. 2.Haryanti, Setyani Sri. Indonesia Harus Tingkatkan Daya Saing Dalam CAFTA.Wargionto. Manejemen Rantai Pasokan Menghasilkan Kemampuan untuk Bersaing Pada Liberalisasi Perdagangan The ASEAN-ChinaFree Trade Agreement(ACFTA).Ari Ratna, Afifah, setyo Widagdo. Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UKKM) Dari Dampak Adanya Perjanjian ASEAN-ChinaFree Trade Agreement(ACFTA).