abstrak syafaat

Upload: amalia-hikmayanti

Post on 02-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    1/15

    RESPON VARIETAS TANAMAN KEDELAI (Glycine max.L) TERHADAP

    BEBERAPA JENIS PUPUK KOMPOS

    Syafaat1

    Ir. Fatimah, MP2

    Dra. Yusmanidar Arifin M.si3

    Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi

    Universitas Tamansiswa Padang

    ABSTRAK

    Percobaan tentang respon varietas tanaman kedelai (Glycine max.L) terhadap

    beberapa jenis pupuk kompos telah dilakukan dilahan kantor UPT Balai Penyuluhan

    Kecamatan Gunuang Tuleh Kabupaten Pasaman Barat. Pelaksanaannya dimulai dari bulan

    Mei sampai Agustus 2014 dengan jenis tanah Podzolik Merah Kuning dan ketinggian 40

    m.dpl. Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui interaksi varietas kedelai dengan tigajenis pupuk kompos terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Rancangan yang digunakan

    dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun dalam bentukfaktorial. Faktor I adalah varietas kedelai yaitu Anjasmoro (V1), Grobogan (V2), Singgalang

    (V3). Faktor ke 2 adalah jenis pupuk kompos yaitu : Pukan kotoran sapi (K1), kotoran sapi +titonia (K2), kotoran sapi + krinyuh (K3) yang masing-masing diulang 3 kali. Data yang

    didapat dianalisa secara statistik dengan menggunakan uji F pada taraf 5% bila F hitung lebih

    besar dari nilai F tabel maka dilanjutkan dengan Duncan New Multiple Range Test

    (DNMRT). Paramater yang diamati antara lain : tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen,

    persentase polong bernas per tanaman, persentase polong pecah di lapangan, bobot 100 biji,

    bobot biji kering per tanaman dan bobot biji kering per plot dan per hektar.Hasl percobaan

    menunjukkan interaksi yang nyata antara kompos pukan + krinyuh. Kompos pukan + krinyuh

    sama baiknya dengan kompos pukan + titonia. Dan varietas Singgalang menunjukkan hasiltebaik dengan hasil biji kering 1,4 ton per hektar.

    Kata kunci : kacang kedelai, kompos kotoran sapi, tithonia dan krinyuh

    1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi Universitas Tamansiswa Angkatan 20102 Pembimbing I dan Dosen Universitas Tamansiswa Padang

    3 Pembimbing II dan Dosen Universitas Tamansiswa padang

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    2/15

    PENDAHULUAN

    A.Latar belakang

    Kedelai merupakan salah satu

    komoditas tanaman pangan yang

    memegang peranan penting di Indonesia,

    karena kedelai memiliki kandungan gizi

    yang tinggi, Suprapto (2002) menyatakan

    bahwa biji kedelai memiliki kandungan

    gizi yang terdiri dari 40% - 45% Protein,

    18% lemak, 24%- 36 % karbohidrat, 8%

    kadar air, asam amino dan kandungan gizi

    lainnya yang bermanfaat bagi manusia.

    Disamping itu, kedelai juga dapat

    digunakan sebagai bahan baku industri,

    pakan ternak dan juga untuk pembuatan

    minyak.

    Banyaknya manfaat yang diperoleh

    dari tanaman kedelai dan seiring dengan

    meningkatnya pertumbuhan penduduk

    menyebabkan kebutuhan kedelai dari

    tahun ke tahun semakin meningkat, begitu

    juga permintaan terhadap impor kedelai

    yang juga meningkat. Sementara produksi

    yang dicapai belum mampu mengimbangi

    kebutuhan tersebut. Pada tahun 2010

    produksi kedelai diperkirakan sebesar

    927,38 ribu ton biji kering, menurun

    sebanyak 47,13 ribu ton (4,84%)

    dibandingkan tahun 2009 (Anonim, 2010).

    Untuk memenuhi kekurangan dan

    kebutuhan akan kedelai maka pemerintah

    melakukan berbagai upaya untuk

    mendorong peningkatan produksi kedelai,

    baik melalui aspek teknis maupun strategi

    dalam pengolahannya.

    Fenomena ini terjadi karena

    beberapa faktor, salah satunya disebabkan

    oleh rendahnya produktifitas kedelai

    sehingga sulit untuk mengimbangi

    permintaan, padahal sebenarnya dengan

    melihat potensi yang ada produksi masih

    bisa ditingkatkan. Salah satu upaya yang

    mungkin dilakukan adalah menghasilkan

    varietas unggul yang berproduksi tinggi.

    Beberapa contoh varietas unggul

    diantaranya Anjasmoro, Grobogan dan

    Singgalang. Anjasmoro adalah varietas

    yang rentan terhadap kutu kebul. Pada

    serangan yang sangat parah dapat

    menyebabkan kerusakan daun mencapai

    80% dan hanya mampu menghasilkan biji

    0,15 t/ha dari potensi hasil 2,03-2,25

    t/ha(Inayati dan Marwoto, 2012).

    Grobogan adalah varietas kedelai yang

    hasilnya mencapai 2,2 ton per ha jauh

    diatas produktivitas ditingkat Nasional

    yang hanya mencapai 1,49 ton per ha.

    Varietas ini mempunyai keunggulan yakni

    umur pendek (76 hari), ukuran polong

    besar, produksi tinggi, kandungan protein

    lebih tinggi mencapai 43,9 persen dan

    daun rontok saat jelang panen. Singgalang

    adalah varietas kedelai yang hasilnya

    mencapai 1.65 ton per ha jauh diatas

    produktivitas ditingkat Nasional yang

    hanya mencapai 1,49 ton per ha.

    Keunggulan varietas ini adalah umur

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    3/15

    pendek (80 hari), ukuran polong besar,

    produksi tinggi, kandungan protein lebih

    tinggi mencapai 43,9 persen (Balai

    Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

    umbian, 2008).

    Untuk mencapai hasil tanaman

    kedelai yang maksimal perlu dilakukan

    pemberian pupuk, kegiatan ini diharapkan

    akan mempercepat pertumbuhan serta

    perkembangan tanaman, meningkatkan

    daya tahan terhadap serangan hama dan

    penyakit serta meningkatkan kualitas dan

    kuantitas hasil. Pupuk yang digunakan

    sebaiknya pupuk ramah lingkungan,

    diantaranya seperti pupuk kompos. Bahan

    kompos yang sering digunakan adalah

    pukan kotoran sapi, daun titonia dan daun

    krinyu. Pukan kotoran sapi adalah pupuk

    kandang yang memiliki kandungan serat

    yang tinggi, pupuk ini tidak bisa

    diaplikasikan dalam bentuk segar, karena

    apabila diaplikasikan tanpa pengomposan

    akan terjadi perebutan unsur N antara

    tanaman dengan proses dekomposisi

    kotoran sapi(Soeryoko, 2011).

    Tithonia (Tithonia diversifolia,L)

    merupakan salah satu gulma liar yang

    memiliki kandungan hara yang cukup

    tinggi dan baik untuk meningkatkan

    produksi tanaman. Daun tithonia kering

    mengandung 3,5-4% N,0,35-0,38% P,3,5-

    4,1% K, 0,59% Ca, dan 0,27% Mg

    (Marzuki dan Soeprapto, 2007). Krinyuh

    (Chromolena odorata,L) merupakan

    gulma semak berkayu dengan tinggi 2-3

    m. Gulma kirinyuh sangat berpotensi

    untuk dijadikan pupuk kompos karena

    kandungan unsur hara dalam jaringannya

    yang tinggi. Biomassa krinyuh memiliki

    kandungan hara 2.65 % N, 0.53 % P dan

    1.9 % K sehingga dapat dimanfaatkan

    sebagai sumber bahan kompos yang

    potensial untuk perbaikan kesuburan tanah

    (Suntoro, Syekhfani, Handayanto, dan

    Soemarno, 2001).

    Menurut penelitian Sari (2013),

    bahwa pemberian pupuk kompos tithonia

    dapat meningkatkan pertumbuhan dan

    hasil tanaman kubis pada dosis 5 ton /ha

    sampai 20 ton /ha.Pemanfaatan kompos

    cair krinyuh pada tanaman selada yang

    diteliti Duaja (2012), mampu memacu

    peningkatan hasil tanaman selada pada

    dosis 5 sampai 15 ml.

    Selain penggunaan kompos

    pemilihan varietas yang tepat juga

    menentukan hasil tanaman kedelai.

    Varietas tanaman kedelai yang

    dikembangkan dilokasi percobaan antara

    lain Singgalang, Anjasmoro dan

    Grobogan.Diharapkan pemberian beberapa

    jenis kompos pukan sapi mampu

    meningkatkan pertumbuhan dan hasil

    beberapa varietas kedelai di Pasaman

    Barat.

    Berdasarkan hal tersebut diatas,

    maka penulis telah melakukan penelitian

    dengan judul Respon varietas tanaman

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    4/15

    kedelai (Glycine max. L) terhadap

    beberapa jenis pupuk kompos.

    B. Tujuan

    Mengetahui interaksi varietas kedelai

    dengan tiga jenis pupuk kompos terhadap

    pertumbuhan dan hasil kedelai.

    BAHAN DAN METODA

    Penelitian ini berbentuk plot

    percobaan yang dilakukan di lahan kantor

    UPT Balai Penyuluhan Kecamatan

    Gunuang Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

    Pelaksanaannya dimulai dari bulan Mei

    sampai Agustus 2014 dengan jenis tanah

    Podzolik Merah Kuning dan ketinggian

    40 m.dpl.

    Bahan-bahan yang digunakan

    dalam percobaan ini adalah 3 varietas

    tanaman kedelai yaitu Anjasmoro,

    Grobogan, Singgalang. Pupuk yang

    digunakan adalah 3 jenis pupuk kompos

    yaitu Pukan kotoran sapi, daun

    titonia, daun krinyu dan pupuk buatan

    adalah Urea, SP36, dan KCl sedangkan

    alat-alat yang digunakan adalah cangkul,

    meteran, tali palstik, hands sprayer, tugal,

    papan label, plastik pagar serta alat tulis.

    A.Rancangan percobaan

    Rancangan yang digunakan dalam

    percobaan ini adalah Rancangan Acak

    Kelompok (RAK) yang disusun dalam

    bentuk faktorial. Faktor I adalah varietas

    kedelai yaitu Anjasmoro (V1), Grobogan

    (V2), Singgalang (V3). Faktor ke 2 adalah

    jenis pupuk kompos yaitu : Pukan kotoran

    sapi (K1), kotoran sapi + titonia (K2),

    kotoran sapi + krinyuh (K3) yang masing-

    masing diulang 3 kali. Data yang didapat

    dianalisa secara statistik dengan

    menggunakan uji F pada taraf 5% bila F

    hitung lebih besar dari nilai F tabel maka

    dilanjutkan dengan Duncan New Multiple

    Range Test (DNMRT). Kombinasi

    perlakuan ialah V1K1, V1K2, V1K3,

    V2K1, V2K2, V2K3, V3K1, V3K2,

    V3K3.

    Pelaksanaan kegiatan penelitian :

    pengolahan tanah, pemasangan label dan

    ajir, pemberian perlakuan, penanaman,

    pemupukan, penyisipan, pemeliharaan.

    Pengamatan yaitu :1) Tinggi tanaman, 2)

    Jumlah cabang, 3) Umur berbunga, 4)

    Umur panen, 5) Persentase polong pecah

    di lapangan, 6) Persentase polong bernas

    per tanaman, 7) Bobot 100 biji, 8) Bobot

    biji kering per tanaman, 9) Bobot biji

    kedelai per plot dan per hektar.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.Tinggi Tanaman

    Sidik ragam tinggi tanaman

    beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian kompos yang memperlihatkan

    interaksi tidak nyata. Tinggi tanaman

    kedelaidisajikan pada Tabel 1.

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    5/15

    Tabel 1.Tinggi tanaman beberapa varietas kedelai dengan pemberian jenis kompos yang

    berbeda.

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- (cm) ---------------------Pukan kotoran sapi 48,33 43,73 44,33 45,46Kotoran sapi + Tithonia 40,86 39,20 45,60 41,88

    Kotoran sapi + Krinyuh 36,73 40,86 52,33 43,31

    Rata-rata 41,97 41,26 47,42

    KK (%) = 18,13

    Angka pada baris dan kolom tinggi tanaman berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%.

    Tabel 1 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis kompos terhadap tinggi

    tanaman tidak nyata. Rata-rata Tinggi

    tanaman yang dihasilkan pada varietas

    Singgalang yaitu 47,42 cm, varietas

    Anjasmoro 41,97 cm dan Grobogan yaitu

    41,26 cm.

    Pemberian jenis kompos yang

    berbeda pada masing-masing perlakuanberbeda tidak nyata menurut uji statistik,

    pemberian pupuk kotoran sapi

    menghasilkan tinggi tanaman kedelai yaitu

    45,46 cm, kompos kotoran sapi + tithonia

    yaitu 41,88 cm dan kompos kotoran sapi +

    krinyuh yaitu 43,31 cm. Hal ini diduga

    semua varietas memperoleh perlakuan

    yang sama yaitu berupa unsur hara dari

    kompos dengan jumlah yang cukup dan

    jumah yang sama , sehingga akhirnya hasil

    yang diperoleh juga sama. Selain itu faktor

    genetik tanaman juga berperan dalam

    menentukan tinggi tanaman sehingga

    pemberian jenis kompos dan beberapa

    varietas tidak berpengaruh. Tidak

    berbedanya masing-masing perlakuan

    kemungkinan juga disebabkan oleh

    kandungan unsur hara Nitrogen yang

    sangat dibutuhkan oleh tanaman. Menurut

    Siska (2000) pemberian pupuk organik

    yang mengandung unsur N akan

    mendorong dan mempercepat

    pertumbuhan dan pertambahan tinggitanaman. Lingga dan Marsono (2001)

    menambahkan unsur N yang diserap oleh

    akar digunakan untuk pertumbuhan secara

    keseluruhan, khususnya batang, cabang

    dan daun.

    B.Jumlah Cabang Per Tanaman

    Sidik ragam jumlah cabang per

    tanaman beberapa varietas tanaman

    kedelai dengan pemberian jenis kompos

    yang berbeda memperlihatkan interaksi

    yang berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut

    jumlah cabang per tanaman kedelai

    disajikan pada Tabel 2.

    Tabel 2.Jumlah cabang per tanaman beberapa varietas kedelai dengan pemberian jenis

    kompos yang berbeda.

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    6/15

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang

    -------------------------------------------

    Pukan kotoran sapi 7,93Aa 5,60Ba 6,86 BaKotoran sapi + Tithonia 7,20Aa 8,00Ab 7,73Aa

    Kotoran sapi + Krinyuh 7,26Aa 8,00Ab 8,33AbKK (%) = 7,74

    Angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris dan huruf kecil yang sama pada kolom

    berbeda tidak nyata menurut DMRTtaraf 5%.

    Tabel 2 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas tanaman

    kedelai dengan pemberian jenis kompos

    terhadap jumlah cabang per tanaman

    berbeda nyata. Interaksi varietas

    Singgalang dengan pemberian pupuk

    kompos kotoran sapi + krinyuh

    menghasilkan jumlah cabang per tanaman

    tertinggi yaitu 8,33 buah berbeda tidak

    nyata dengan perlakuan kompos kotoran

    sapi + titonia, dan yang terendah adalah

    varietas Grobogan dengan pemberian

    pukan kotoran sapi yaitu 5,60

    buah,berbeda nyata jika dibandingkan

    dengan varietas Singgalang dengan

    pemberian pupuk kompos kotoran sapi +

    tithonia yaitu 6,86 buah.

    Dengan meningkatnya jumlah

    cabang, maka transportasi fotosintat dari

    daun ke bagian tanaman lain menjadi lebih

    baik, karena daundaun yang berada

    dicabang yang sama memberikan hasil

    fotosintesisnya pada polong dalam cabang

    tersebut. Winartoet al, (2002), yang

    menyatakan bahwa jumlah cabang

    berpengaruh terhadap fotosintat yang

    diproduksi.

    C.Umur Berbunga 75 % (hari)

    Sidik ragam umur berbunga

    beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis kompos yang berbeda

    memperlihatkan interaksi yang

    berpengaruh tidak nyata. Hasil uji lanjut

    umur berbunga pertanaman kedelai

    disajikan pada Tabel 3.

    Tabel3. Umur berbunga per tanaman beberapa varietas kedele dengan pemberian jeniskompos yang berpengaruh tidak nyata

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- (hari) ---------------------

    Pukan kotoran sapi 34,70 35,36 35,40 35,15Kotoran sapi + Tithonia 34,06 35,20 33,73 34,00

    Kotoran sapi + Krinyuh 34,73 35,16 34,58 34,84

    Rata-rata 34,50 34,91 34,58

    KK (%) = 3,20

    Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata

    menurut DMRTtaraf 5%.

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    7/15

    Tabel 3 memperlihatkan bahwa

    umur berbunga berberapa varietas kedelai

    dengan pemberian jenis kompos yang

    berbeda memperlihatakan interaksi yang

    berpengaruh tidak nyata pada umur

    berbunga berkisar antara 34,06 sampai

    35,40 hari setelah tanam. Jika dikaitkan

    dengan deskripsi masing-masing varietas

    terlihat bahwa varietas Anjasmoro umur

    berbunga 35,7-39,4 hari, varietas

    Grobogan 30-32 hari dan varietas

    Singgalang 35-38 hari. Dimana varietas

    Singgalang dan Anjasmoro sudah sesuai

    dengan deskripsi sedangkan varietas

    Gobogan terlihat lebih lambat 2 hari

    dibandingkan dengan deskripsi.

    Pada dasarnya umur berbunga

    tanaman kedelai tergantung pada varietas,

    lingkungan tumbuh (kesuburan tanah) dan

    lama penyinaran. Tanaman kedelai

    diIndonesia pada umumnya mulai

    berbunga pada umur 30-50 HST.

    Pembungaansangat dipengaruhi oleh lama

    penyinaran dan suhu. Suhu optimum yang

    dibutuhkan oleh tanaman kedelai yaitu 30

    C, tanaman kedelai termasuk tanaman

    hari pendek, yang berarti tanaman tidak

    akan berbunga, bila lama penyinaran

    melebihi batas kritis, yaitu sekitar 15 jam

    Suprapto (2000). Jadi untuk semuavarietas

    kedelai yang diuji masih tergolong dalam

    umur berbunga yang normal.

    D.Umur Panen (hari)

    Sidik ragam umur panen beberapa

    varietas kedelai dengan pemberian jenis

    kompos yang berbeda memperlihatkan

    interaksi yang berpengaruh tidak nyata.

    Hasil uji lanjut umur panen per tanaman

    kedelai disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Umur panen per tanaman beberapa varietas kedelai dengan pemberian jenis komposyang berpengaruh tidak nyata

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- (hari) ---------------------

    Pukan kotoran sapi 80,53 81,70 77,70 79,97

    Kotoran sapi + Tithonia 81,76 79,80 80,00 80,52Kotoran sapi + Krinyuh 77,70 79,80 78,60 79,56

    Rata-rata 80,98 80,31 78,76

    KK (%) = 4,87

    Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata

    menurut DMRTtaraf 5%.

    Tabel 4 memperlihatkan bahwa

    umur panen berberapa varietas kedelai

    dengan pemberian jenis kompos yang

    berbeda memperlihatkan interaksi yang

    berpengaruh tidak nyata pada umur panen

    berkisar antara 77,70 sampai 81,76 hari

    setelah tanam. Jika dikaitkan dengan

    deskripsi masing-masing varietas terlihat

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    8/15

    bahwa varietas Anjasmoro umur panen

    82,5-92,5 hari, varietas Grobogan 76 hari

    dan varietas Singgalang 80-85 hari.

    Dimana varietas grobogan dan Singgalang

    sudah sesuai dengan deskripsi sedangkan

    varietas anjasmoro terlihat lebih lambat 1

    hari dibandingkan dengan deskripsi.

    Umur panen pada tanaman sangat

    erat hubungannnya dengan umur

    berbunga. Sehingga dapat diketahui berapa

    lama suatu varietas kedelai melakukan

    pengisian biji dan mencapai saat panen.

    Tanaman kedelai yang mempunyai

    umurberbunga lebih cepat, cenderung

    mempunyai umur panen yang lebih cepat

    pula.

    E.Persentase polong bernas per

    tanaman kedelai (%)

    Sidik ragam persentase polong

    bernas per tanaman beberapa varietas

    kedele dengan pemeberian jenis kompos

    yang berbeda memperlihatkan interaksi

    yang berpengaruh tidak nyata namun

    beberapa varietas tanaman kedelai

    berpengaruh nyata, dan pemberian jenis

    kompos berpengaruh tidak nyata. Hasil uji

    lanjut persentase polong bernas per

    tanaman kedelai disajikan pada Tabel 5.

    Tabel 5.Persentase polong bernas per tanaman pada beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis kompos yang berbeda.

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- ( % ) ---------------------Pukan kotoran sapi 37,13 28,86 41,46 35,82

    Kotoran sapi + Tithonia 31,86 25,46 40,20 32,51Kotoran sapi + Krinyuh 36,66 23,40 46,53 35,91

    Rata-rata 35,22 A 25,91 B 42,73 A

    KK (%) = 18,13

    Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata

    menurut DMRT taraf 5%.

    Tabel 5 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas kedelaidengan

    jenis pupuk kompos yang berbeda

    terhadap persentase polong bernas per

    tanaman terlihat berbeda tidak nyata,

    namun varietas kedelai berpengaruh nyata

    terhadap persentase polong bernas

    pertanaman. Persentase polong bernas

    tertinggi dijumpai pada varietas

    Singgalang yaitu 42,73% tidak berbeda

    dengan varietas Anjasmoro yaitu 35,22%,

    namun berbeda jika dibandingkan dengan

    varietas Grobogan yaitu 25,91%. Hal ini

    disebabkan varietas Singgalang lebih

    mampu beradaptasi dengan lingkungan

    lokasi percobaan. Pemberian jenis kompos

    yang berbeda pada masing-masing

    perlakuan t idak berbeda nyata menurut uji

    statistik, pemberian pupuk kompos kotoran

    sapi + Krinyuh menghasilkan persentase

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    9/15

    polong bernas per tanaman kedelai yaitu

    35,91% selanjutnya diikuti pemberian

    pukan kotoran sapi yaitu 35,82% dan

    pemberian pupuk kompos kotoran sapi +

    tithonia yaitu 32,51%.

    Hal ini erat hubungannya dengan

    jumah air yang tersedia dalam tanah,

    karena air yang diberikan dibatasi dan

    setiap varietas yang berbeda dalam

    memanfaatkannya. Dalam proses laju

    fotosintesis bagi tanaman, air salah satu

    yang memegang peran penting, dengan

    terbatasnya penyediaan air maka laju

    fotosintesis tentu hasilnya juga berkurang

    dan salah satu penyebab dari sebahagian

    polong-polong yang sudah terbentuk tidak

    terisi atau menjadi hampa. Selanjutnya

    Mustamu (2009) menyatakan rendahnya

    jumlah polong isi membuktikan bahwa

    banyak polong yang tidak terbentuk pada

    saat cuaca ekstrim karena cahaya

    memegang peranan penting dalam proses

    fotosintesis yaitu proses pembentukan

    karbohidrat. Karbohidrat merupakan

    energi yang dibutuhkan untuk

    metabolisme dalam tanaman dan

    kesuburan tanah yang rendah pada lahan

    sawah sehingga selama pengisian biji yang

    dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah

    biji per polong (Hartoko, 2005).

    F.Persentase Polong Pecah di

    Lapangan Per Tanaman (%)

    Sidik ragam terhadap persentase

    polong pecah di lapangan per tanaman

    beberapa varietas kedelai dengan

    pemeberian jenis kompos yang berbeda

    memperlihatkan interaksi yang

    berpengaruh tidak nyata. Rata-rata

    persentase polong pecah di lapangan per

    tanaman kedelai disajikan pada Tabel 6.

    Tabel 6.Persentase polong pecah di lapangan per tanaman beberapa varietas kedelai denganpemberian jenis kompos yang berbeda.

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- ( % ) ---------------------

    Pukan kotoran sapi 6,73 1,26 5,80 6,26

    Kotoran sapi + Tithonia 5,26 5,46 6,26 5,66Kotoran sapi + Krinyuh 6,20 5,01 5,33 5,51

    Rata-rata 6,06 5,57 5,80

    KK (%) = 23,67

    Angka pada baris dan kolom tinggi tanaman berbeda tidak nyata pada uji F taraf 5%.

    Tabel 6 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis kompos yang berbeda

    terhadap persentase polong pecah di

    lapangan per tanaman terlihat berbeda

    tidak nyata. Rata-rata persentase polong

    pecah di lapangan per tanaman pada

    varietas Grobogan yaitu 5,57% selanjutnya

    varietas Singgalang yaitu 5,80% dan

    Anjasmoro yaitu 6,06%. Hal yang sama

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    10/15

    juga terjadi pada pemberian jenis kompos.

    Pemberian pupuk kompos kotoran sapi +

    Krinyuh menghasilkan polong pecah di

    lapangan per tanaman kedelai terendah

    yaitu 5,51% jika dibandingkan dengan

    kompos kotoran sapi + tithonia yaitu

    5,66% dan pukan kotoran sapi yaitu

    6,26%.

    Terjadinya hal tersebut diatas

    tingginya jumlah polong pecah yang

    terbentuk disebabkan oleh serangan hama

    dan penyakit. Menurut Hartoko (2005)

    sifatmorfologi atau sifat fisiologis

    sebagian dikontrol oleh gen tunggal.

    Peranangenetik terhadap banyaknya

    polong pecah berhubungan dengan

    ketahanan tanaman terhadap serangan

    hama dan penyakit tanaman serta keadaan

    lingkungan yang ekstrim seperti tergenang.

    G.Bobot 100 Biji (g)

    Sidik ragam terhadap bobot 100

    biji beberapa varietas kedelai dengan

    pemeberian jenis kompos yang berbeda

    memperlihatkan interaksi yang

    berpengaruh tidak nyata namun beberapa

    varietas tanaman kedelai berpengaruh

    nyata terhadap bobot 100 biji. Hasil uji

    lanjut bobot 100 biji kedelai disajikan pada

    Tabel 7.

    Tabel 7.Bobot 100 biji beberapa varietas kedelai dengan pemberian jenis kompos yangberbeda.

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- (g) ---------------------Pukan kotoran sapi 15,34 19,58 15,42 16,78

    Kotoran sapi + Tithonia 15,38 19,61 15,29 16,76

    Kotoran sapi + Krinyuh 15,41 19,52 15,44 16,79

    Rata-rata 15,38 B 19,57A 15,38 B

    KK (%) = 1,56

    Angkayang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata

    menurut DMRTtaraf 5%.

    Tabel 7 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis kompos yang berbeda

    terhadap bobot 100 biji terlihat berbeda

    tidak nyata namun varietas kedelai

    berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji.

    Bobot 100 biji tertinggi dijumpai pada

    varietas Grobogan yaitu 19,57 berbeda

    dengan varietas Anjasmoro yaitu 15,38dan varietas Singgalang yaitu 15,38

    tetapivarietas Anjasmoro dan Singgalang

    tidak berbeda nyata meningkatkan bobot

    100 biji tanaman kedelai. Pemberian jenis

    kompos yang berbeda pada masing-masing

    perlakuan t idak berbeda nyata menurut uji

    statistik, pemberian pupuk kompos kotoran

    sapi + Krinyuh menghasilkan bobot 100

    biji tertinggi yaitu 16,79 selanjutnya

    diikuti pemberian pukan kotoran sapi yaitu

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    11/15

    16,78 dan pemberian pupuk kompos

    kotoran sapi + tithonia yaitu 16,76.

    Kebutuhan unsur hara dan air sangat

    mempengaruhi proses pengisian biji

    tanaman kedelai, diduga unsur hara pada

    masing-masing jenis kompos pada

    perlakuan sama. Menurut Suprapto (2002)

    bahwa kekurangan unsur P yang berat

    akan dapat memperlambat proses

    pembungaandan pematangan sehingga biji

    yang dihasilkan akan berkerut. Oleh

    karena itu kekurangan unsur P dapat

    menyebabkan menurunnya hasil,

    kualitasdan kadar protein biji. Hal ini

    berarti semakin sempurna perkembangan

    biji maka semakin tinggi pula bobot 100

    biji tanaman.

    H.Bobot biji kering per tanaman(g)

    Sidik ragam terhadap bobot biji

    kering per tnaman beberapa varietas

    kedelai dengan pemberian jenis kompos

    yang berbeda memperlihatkan interaksi

    yang berpengaruh tidak nyata namun

    beberapa varietas tanaman kedelai

    berpengaruh nyata terhadap bobot biji

    kering per tanaman. Hasil uji lanjut bobot

    biji kering per tanaman kedelai disajikan

    pada Tabel 8.

    Tabel 8.Bobot biji kering per tanaman beberapa varietas kedelai dengan pemberian jenis

    kompos yang berbeda.

    Jenis komposVarietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- ( g ) ---------------------Pukan kotoran sapi 5.35 4.45 5.13 5,70

    Kotoran sapi + Tithonia 5.54 4.84 4.44 5,09

    Kotoran sapi + Krinyuh 6.22 5.99 6.95 5,51

    Rata-rata 4,98 B 4,94 B 6,39 A

    KK (%) = 19,03

    Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata

    menurut DMRTtaraf 5%.

    Tabel 8 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas kedelai denganpemberian jenis pupuk kompos yang

    berbeda terhadap bobot biji kering per

    tanaman terlihat berbeda tidak nyata,

    namun varietas kedelai berpengaruh nyata

    terhadap bobot biji kering per tanaman.

    Bobot biji kering per tanaman tertinggi

    dijumpai pada varietas Singgalang yaitu

    6,39 berbeda dengan varietas Anjasmoro

    yaitu 4,98dan varietas Grobogan yaitu 4,94

    tetapi varietas Anjasmoro dan Grobogantidak berbeda nyata meningkatkan bobot

    biji keringper tanaman kedelai. Pemberian

    jenis kompos yang berbeda pada masing-

    masing perlakuan tidak berbeda nyata

    menurut uji statistik, pemberian pukan

    kotoran sapi yaitu 5,70 menghasilkan

    bobot biji kering per plot tertinggi,

    selanjutnya pemberian pupuk kompos

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    12/15

    kotoran sapi + Krinyuh yaitu 5,51 dan

    pemberian pupuk kompos kotoran sapi +

    tithonia yaitu 5,09.

    Ukuran biji maksimum ditentukan

    oleh faktor genetis, sedangkan ukuran biji

    sesungguhnya yaitu dari hasil yang

    diproduksi. Hasil ditentukan oleh faktor

    lingkungan tumbuh yaitu faktor biotik dan

    abiotik, faktor biotik karena pengaruh

    hama dan penyakit, faktor abiotik yaitu

    karena iklim, suhu, air dan kesuburan

    tanah yang rendah, sehingga rendahnya

    bobot biji pertanaman. Cuaca basah

    selama pengisian biji mengakibatkan

    berkurangnya ukuran biji (Siti

    Sarah,2011).

    I. Bobot biji kering per plotdan per

    hektar (g)

    Sidik ragam bobot biji kering per

    plot beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis kompos yang berbeda

    memperlihatkan interaksi yang

    berpengaruh tidak nyata, namun beberapa

    varietas tanaman kedelai berpengaruh

    nyata terhadap bobot biji kering per plot.

    Hasil uji lanjut bobot biji kering per plot

    dan per hektar disajikan pada Tabel 9.

    Tabel 9.Bobot biji kering per plot dan per hektar beberapa varietas kedelai dengan pemberian

    jenis kompos yang berbeda.

    Jenis kompos

    Varietas kedelai

    Anjasmoro Grobogan Singgalang Rata-rata

    ------------------------- ( g ) ----------------------------

    Per plot(g)

    Perha(ton)

    Per plot(g)

    Per ha(ton)

    Per plot(g)

    Per ha(ton)

    Pukan kotoran

    sapi 385,44 398,88 447,28 410,72

    Kotoran sapi +Tithonia 320,88 348,48 431,28 366,88

    Kotoran sapi +Krinyuh 369,36 319,92 500,40 396,56

    Rata-rata 358,56 B 1,1 355,76 B 1,09 459,84 A 1,4

    KK (%) = 1,56

    Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama berbeda tidak nyata

    menurut DMRT taraf 5%.

    Tabel 9 memperlihatkan bahwa

    interaksi beberapa varietas kedelai dengan

    pemberian jenis pupuk kompos yang

    berbeda terhadap bobot biji kering per

    plotdan per hektar terlihat berbeda tidak

    nyata, namun beberapa varietas kedelai

    berpengaruh nyata terhadap bobot biji

    kering per plot dan per hektar. Bobot biji

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    13/15

    kering per plot tertinggi dijumpai pada

    varietas Singgalang yaitu 459,84 gram per

    plot setara dengan 1,4 ton per hektar

    berbeda dengan varietas Anjasmoro dan

    varietas Grobogan dengan hasil masing

    masing yaitu 358,56 setara 1,1 ton per

    hektar, dan varietas Grobogan yaitu 355,76

    setara dengan 1,09 ton per hektar, tetapi

    varietas Anjasmoro dan Grobogan tidak

    berbeda nyata meningkatkan bobot biji

    kering tanaman kedelai.

    Pemberian jenis kompos yang

    berbeda pada masing-masing perlakuan

    berbeda tidak nyata menurut uji statistik,

    pemberian pukan kotoran sapi

    menghasilkan bobot biji kering per plot

    410,72selanjutnya pemberian pupuk

    kompos kotoran sapi + Krinyuh yaitu

    396,56 dan pemberian pupuk kompos

    kotoran sapi + tithonia yaitu 366,88.

    Ukuran biji maksimum ditentukan

    oleh faktor genetik,sedangkan ukuran biji

    sesungguhnya hasil yang diproduksi

    ditentukan olehkondisi lingkungan. Bobot

    biji yang tinggi menunjukkan daya

    adaptasi tanaman yang tinggi terhadap

    cuaca ekstrim dan kesuburan tanah,

    sedangkan bobot biji yang rendah

    menunjukkan bahwa daya adaptasi

    tanaman semakin rendah terhadap cuaca

    ekstrim dan kesuburan tanah. Mustamu

    (2009) menyatakan bahwa lama

    penyinaran yang pendek akan

    menghasilkan bijiyang kecil sedangkan

    lama penyinaran yang panjang dan suhu

    yang tinggi sampai batas tertentu

    mengakibatkan biji yang besar.

    KESIMPUAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil percobaan dapat

    disimpulan :

    1. Interaksi terbaik terdapat pada jenis

    pupuk kompos kotoran sapi + krinyuh

    dengan variteas Singgalang.

    2. Jenis kompos kotoran sapi + krinyuh

    dan kompos kotoran sapi + titonia sama

    baiknya terhadap pertumbuhan dan

    hasil tanaman kedelai.

    3.

    Varietas singgalang menunjukkan hasil

    paling baik terhadap pertumbuhan dan

    hasil tanaman kedelai dengan hasil

    459,84 per plot setara dengan 1,4 ton

    per hektar

    Berdasarkan kesimpulan dapat

    disarankan untuk mendapatkan hasil

    pertumbuhan dan hasil terbaik tanaman

    kedelai dapat digunakan kompos kotoran

    sapi + krinyuh atau kompos kotoran sapi +

    titonia dan varietas Singgalang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Adisarwanto. 2005. Budidaya Kedelaidengan Pemupukan yang Epektif

    dan Pengoptimalan Peran BintilAkar. Penebar Swadaya . Jakarta.

    Andrianto dan Indarto. 2004. Budidaya

    dan Analisis Usaha Tani : Kedelai,

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    14/15

    Kacang Hijau, dan kacang panjang.

    Yogyakarta. 37 hal

    Anonim. 2010. Budidaya tanaman kedelai.

    Kanisius. Jakarta

    Balai Penelitian Kacang-kacangan dan

    Umbi-umbian program

    Swasembada Kedelai tahun 2008.

    Balit Tanah. 2006. Aplikasi Bahan

    Organik terhadap Tanaman. Bogor. 52 hal

    Brady. 2000. Pengaruh Bahan Organik

    terhadap Tanaman. Penebar

    Swadaya. Jakarta

    Delgado dan Follet. 2002. Manfaat dan

    kegunaan bahan organik bagitanaman. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Duaja, D. M. 2012. Pengaruh Bahan

    Kompos dan Dosis Kompos Cair

    Terhadap Pertumbuhan Selada

    (Lactuca Sativa SP) Skripsi

    Fakultas Pertanian. Universitas

    Jambi.

    Fachrudin. 2000. Budidaya kacang-

    kacangan. Kanisus. Yogyakarta. 77hal

    Hartoko, D. A,2005. Penampilan beberapa

    mutan kedelai (Glycine

    max(L)Merril) dilahan kering pada

    generasi kedua. Penebar Swadaya.

    Jakarta

    Inayati dan Marwoto. 2012. Budidaya

    Kedelai dan Pasca Panen. Kanisus.Yogyakarta

    Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk

    penggunaan pupuk. Penebar

    Swadaya. Jakarta. 43 Hal.

    Margarettha. 2002. Pengaruh Molybdenum

    Terhadap Nodulasi dan HasilKedelai yang Diinokulasi

    Rhizobium pada Tanah Ultisol.

    Jurnal MAPETA. Vol X (22). No

    2 hal 4-7.

    Marzuki, R. dan H.S. Soeprapto. 2007.

    Bertanam Kacang Hijau. PenebarSwadaya. Jakarta. 55 hal

    Mustamu, Y. A. 2009. Seleksi KedelaiGenerasi F4 Terhadap Intensitas

    CahayaRendah di Dua Lingkungan.

    Tesis Pasca Sarjana Institut

    Pertanian Bogor.

    Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Kanasius .

    Yogyakarta. 61 hal

    Purwono dan Heni Purnawati 2007.

    Budidaya 8 Jenis Tanaman PanganUnggul. Penebar Swadya. Jakarta.

    Sarah, S. 2011. Pendugaan Parameter

    Genetik dan Metode Seleksi

    Kedelai(Glycine max L. Merril)

    Berdaya Hasil Tinggi di Manokwari.

    Skripsi fakultas pertanian dan

    teknologi pertanian UNIPA

    Manokwari. 52 hal.

    Sari, E. D. 2013. Respon Pertumbuhan dan

    Hasil Tanaman kubis(brassica

    olereceaL. Var. CapitataL.) Akibat

    pemberian beberapa dosis titonia.

    Skripsi. Universitas muhammadiyah.

    Padang

    Siska, R. 2000. Respon tanaman melon

    (Cucumis melon) pada Beberapa

    Takaran Bokashi Tithonia. Skripsi.Universitas Andalas. Padang. 50

    hal.

    Soeryoko. 2011. Kiat Pintar Memproduksi

    Kompos dengan Pengurai Buatansendiri. Yogyakarta : Andi

    Suntoro, Syekhfani, E. Handayanto, dan

    Soemarno. 2001. Penggunaan

    BahanPangkasan Krinyu

    (Chromolaena odorata) UntukMeningkatkan Ketersediaan P, K,

  • 7/26/2019 abstrak Syafaat

    15/15

    Ca, dan Mg 116 Pada Oxic

    Dystrudepth di

    Jumapolo,Karanganyar,

    JawaTengah. Agritivia. XXIII (1):

    20 26.

    Suprapto. H.S 2002 Bertanam jagung-cet 2

    (edisi revisi)- Penebar Swadaya

    Jakarta. 207 hal.

    Winarto A. et al, 2002. Peningkatan

    Produktifitas, Kualitas dan Efisiensi

    SistemProduksi Tanaman Kacang

    kacangan dan Umbi umbian

    MenujuKetahanan Pangan dan

    Agribisnis.Erlangga : Jakarta