aakkkuunnntttaaabbbiiilliitttaaasss n...

68
L LA AP P O O R R A AN N A A K K U U N NT TA A B B I I L L I I T TA A S S K K I I N NE E R RJ J A A I I N NS S T TA A N NS S I I P P E EM M E ER R I I N N T TA A H H T TA A H HU U N N 2 2 0 0 1 1 6 6 BPTP Balitbangtan Sumatera Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2017

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LLLAAAPPPOOORRRAAANNN AAAKKKUUUNNNTTTAAABBBIIILLLIIITTTAAASSS KKKIIINNNEEERRRJJJAAA IIINNNSSSTTTAAANNNSSSIII PPPEEEMMMEEERRRIIINNNTTTAAAHHH

    TTTAAAHHHUUUNNN 222000111666

    BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

    Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Kementerian Pertanian

    2017

  • LLAAPPOORRAANN AAKKUUNNTTAABBIILLIITTAASS KKIINNEERRJJAA IINNSSTTAANNSSII PPEEMMEERRIINNTTAAHH

    TTAAHHUUNN 22001166

    BPTP Balitbangtan Sumatera Barat

    Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Kementerian Pertanian

    2017

  • KATA PENGANTAR

    Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP ) Balai Pengkajian

    Teknologi Pertanian Sumatera Barat sebagai salah satu instansi penerintah

    disusun sebagai pertanggung jawaban terhadap akuntabilitas kinerjanya sesuai

    dengan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan pengelolaan sumberdaya yang

    ditetapkan sebelumnya.

    Hal ini sesuai dengan Inpres No. 7 tahun 1999 yang mengamanatkan tentang setiap instansi

    pemerintah wajib menyusun LAKIP setiap akhir tahun anggaran, sesuai keputusan Kepala Balai

    Pengkajian Teknologi Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian mengemban mandate membina dan

    mengkoordinasikan pelaksanaan , pengembangan, dan perakitan teknologi spesifik lokasi yang dilakukan

    Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (B/LPTP) Oleh karena itu, BB Pengkajian juga berkewajiban

    untuk melaporkan Akuntabilitas Kinerja BPTP secara keseluruhan.

    Kepada semua pihak yang telah beradaptasi dan berkontribusi dalam penyusunan laporan ini

    disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BB

    Pengkajian dan BPTP dalam perbaikan kinerja kedepan.

    Solok, Januari 2017

    Kepala Balai,

    Dr. Ir. Chandra Indrawanto, M.Sc

    NIP. 19640218 198903 1 001

  • IKHTISAR EKSEKUTIF

    LAKIP ini dibuat dan disampaikan setelah selesainya pelaksanaan kegiatan penelitian,

    pengkajian, dan diseminasi tahun anggaran 2016 sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban Balai

    Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat sebagai instansi pemerintah.

    Pada tahun anggaran 2016, kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi yang dilaksanakan

    BPTP Sumatera Barat mendapat dukungan pendanaan APBN melalui DIPA BPTP Sumatera Barat; DIPA

    BBP2TP dan DIPA Badan Litbang Pertanian.

    Kegiatan yang telah dilaksanakan terdiri dari satu program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi

    dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan, dengan sub program Pengkajian dan Percepatan

    Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 8 kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi

    unggulan spesifik lokasi; (2) Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna; (3) Kegiatan

    strategis nasional/ Daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan dapat mencapai

    target sasarannya; (4) Kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian; (5)

    Rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian; (6) Dukungan pengkajian dan percepatan

    diseminasi inovasi teknologi pertanian; (7) Jumlah Produksi Benih Sumber; (8) Model Pengembangan

    Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.

    Persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) masukan (input) Sumber Daya Manusia

    (SDM) yang terlibat dalam kegiatan penelitian, pengkajian, diseminasi, dan kegiatan lain adalah sebesar

    100%, sedangkan realisasi keluaran output secara keseluruhan mencapai 108,41%. Sedangkan

    persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) realisasi keuangan termasuk relatif tinggi, yaitu

    mencapai (90,90%).

    Tercapainya realisasi ini disebabkan antara lain: (1) Kerjasama yang baik antara pene liti,

    penyuluh, litkayasa, dan seluruh staf administrasi/ keuangan BPTP Sumatera Barat; (2) Kegiatan

    monitoring dan evaluasi secara terus menerus dan berkala; (3) Terintegrasinya beberapa kegiatan

    seperti pendampingan dan pengawalan UPSUS, pendampingan pengembangan kawasan pertanian

    nasional komoditi hortikultura, komoditi sapi potong, dan tanaman pangan (4) Kerjasama yang terjalin

    baik dengan dinas/instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah; dan (5) Perhatian dan dukungan

    yang tinggi dari Kepala BPTP Sumatera Barat.

  • DAFTAR ISI

    Kata Pengantar Kata Pengantar Kata Pengantar

    Kata Pengantar

    Ikhtisar Eksekutif

    Daftar Isi

    Daftar Tabel

    Daftar Gambar

    Bab I. Pendahuluan

    1.1. Visi dan misi

    1.2. Kebijakan dan program

    1.3. Strategi

    1.4. Tugas pokok dan fungsi

    1.5. Struktur organisasi

    Bab II. Sumberdaya Manusia

    Bab III. Sarana dan Prasarana

    3.1 . Sarana

    3.2. Anggaran

    BAB IV. Program dan Evaluasi

    BAB V. Sinopsis Hasil Litkaji dan Diseminasi

    5.1. Hasil Litkaji

    5.2. Diseminasi

    5.3. Kerjasama

    Bab IV. Penutup

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Analisis Kandungan Bioetanol Bahan Baku

    16

    Tabel 2. Jenis, Varietas dan Jumlah Tanaman Buah yang Dilakukan Pemeliharaan dan Penanaman Baru pada Lokasi KP Sukarami, 2015

    21

    Tabel 3. KTI yang Telah Dihasilkan pada Tahun 2015 22

    Tabel 4. Jumlah Petani Peserta Pelatihan Budidaya Padi Teknologi Salibu

    pada 8 Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015

    26

    Tabel 5. Hasil Padi Salibu di Kecamatan Pariangan, Lima Kaum dan Sungai

    Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Tahun 2015

    27

    Tabel 6. Pembuatan dan Perbanyakan Ulang Media Informasi (Leaflet,

    Brosur, Banner, Poster dan DVD Teknologi

    29

    Tabel 7. Kegiatan Diseminasi Tahun 2015, Melalui Promosi dan Partisipasi Pameran dalam Berbagai Iven Tingkat Daerah dan Nasional

    30

    Tabel 8. Kegiatan Peningkatan Kapasitas Peyuluh 34

    Tabel 9. Hasil Perbanyakan Benih Sumber Padi Tahun 2015 70

    Tabel 10. Perkiraan Jumlah Benih Yang Akan Diperoleh dari Pertanaman yang

    Masih Berada di Lapangan

    76

    Tabel 11. Anggaran Perjenis Belanja BPTP Sumatera Barat dari TA 2015 85

    Tabel 12. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BPTP Sumbar per

    Desember 2015

    86

    Tabel 13. Sarana Bangunan dan Tanah BPTP Sumatera Barat 88

    Tabel 14. Sarana Kendaraan Bermotor BPTP Sumatera Barat 89

    Tabel 15. Perkembangan Kerjasama BPTP Sumbar TA 2015 92

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Temu Lapang dan Pelatihan Budidaya Jagung dan Kedelai 7

    Gambar 2 Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kacang Tanah 7

    Gambar 3 Peta Administrasi Kabupaten Solok Selatan 9

    Gambar 4 Peta satuan Lahan Analisis Kabupaten Solok selatan 9

    Gambar 5 Peta Operasional Lapangan Kabupaten Solok Selatan 9

    Gambar 6 Peta Tanah Semi Detail Kabupaten Solok Selatan 10

    Gambar 7 Peta Zona Agroekologi Kabupaten Solok Selatan 10

    Gambar 8 Peta Satuan Lahan Analisis Kabupaten Padang Pariaman 11

    Gambar 9 Peta Operasional Lapangan Kabupaten Padang Pariaman 11

    Gambar 10 Peta Tanah Semi Detail Kabupaten Padang Pariaman 12

    Gambar 11 Peta Zona Agroekologi Kabupaten Padang Pariaman 12

    Gambar 12 Peta Administrasi Kota Pariaman 12

    Gambar 13 Peta Tanah Semi Detail Kota Pariaman 13

    Gambar 14 Peta Zona Agroekologi Kota Pariaman 13

    Gambar 15 Peta Administrasi Kota Padang 14

    Gambar 16 Peta Satuan Lahan Analisis Kota Padang 14

    Gambar 17 Peta Operasional Lapangan Kota Padang 15

  • Gambar 18 Suasana Industri Keripik Ganepo 16

    Gambar 19 Kulit Umbi Ubikayu 17

    Gambar 20 Pengeringan Kulit Umbi Ubikayu 17

    Gambar 21 Onggok ( Limbah Olahan Tepung Tapioka ) 17

    Gambar 22 Hidrolisis Onggok 17

    Gambar 23 Jeruk sunkis 18

    Gambar 24

    Keragaan Koleksi Tanaman Jeruk di KP Sukarami 19

    Gambar 25

    Keragaan Koleksi Tanaman 20

    Gambar 26

    Kondisi Tanaman Berumur 3 Minggu Untuk Kegiatan Pengkajian 21

    Gambar 27

    Persiapan dan Operasional Alat Tanam Indo Jarwo Transplanter 24

    Gambar 28

    Sapi Pesisir di Lapangan yang Digunakan di Kandang KP Sitiung 25

    Gambar 29

    Pembuatan Pakan dan Kompos di Kandang KP Sitiung 25

    Gambar 30

    Sosialisasi Padi Teknologi Padi Salibu di Tingkat Kabupaten dan

    Kecamatan

    26

    Gambar 31

    Kondisi Awal Lahan Yang Baik untuk Penerapan Teknologi SALIBU

    Pertumbuhan Awal Tanaman Salibu ( umur 21 hsp )

    27

    Gambar 32

    Pameran dalam Rangka Pameran Gelar Teknologi Pangan Nusantara

    di Padang dan Hari Pangan Sedunia, di Palembang

    30

    Gambar 33

    Partisipasi dalam Raker Badan Litbang Pertanian dan 30

    Gambar 34

    Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan UPSUS, Pengembangan

    Kawasan Horti, Pengembangan Klaster Sayuran Antara Dinas

    Pertanian Tanaman Pangan Prov. Sumbar, Dinas Pertanian Kota Payakumbuh dan Bank Indonesia

    31

    Gambar 35

    Kondisi Tanaman Agro Inovasi BPTP Sumatera Barat 33

    Gambar 36

    Sosialisasi Kegiatan Diseminasi Inovasi Teknologi Budidaya Bawang

    Merah di BPK Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman

    35

    Gambar 37

    Sekolah Lapangan Pengolahan Lahan, Pemupukan Dasar dan

    Penanaman Bawang Merah

    35

    Gambar 38

    Diskusi dan Bimbingan di Lapangan Pada Stadia Berbunga Sitiung 37

    Gambar 39

    Diskusi Bersama Keapala BPTP Sumbar dan Rouging di Sitiung 37

    Gambar 40

    Monev dari Puslitbangtan dan Rouging di Sijunjung 37

    Gambar 41

    Kegiatan Pelaksanaan Baseline Survai dan Pelatihan Teknologi pada

    Kegiatan Pendampingan GP-PTT Padi Sawah dalam Kawasan

    Pengembangan Padi sawah Kabupaten Dharmasraya

    39

    Gambar 42

    Keragaan Displai VUB Inpari 30 pada Kegiatan Pendampingan GP-

    PTT Padi Sawah dalam Kawasan Pengembangan Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya

    39

    Gambar 43 Temu Lapang dan Panen Perdana Kegiatan Pendampingan GP-PTT 39

  • Padi sawah di Kaupaten Dharmasraya yang Dihadiri Oleh Bupati

    Gambar 44

    Kabupaten Pasaman Barat ( Kecamatan Talu ) 40

    Gambar 45

    Kabupaten Pasaman Barat ( Kecamatan Luhak Nan Duo ) 41

    Gambar 46

    Kabupaten 50 Kota ( Kecamatan Akabiluru ) 41

    Gambar 47

    Kota Padang panjang ( Kecamatan Padang Panjang Barat ) 41

    Gambar 48

    Kabupaten Solok ( Kecamatan Danau Kembar ) 42

    Gambar 49

    Kota Padang ( Kecamatan Koto Tangah ) 42

    Gambar 50

    Kabupaten Tanah Datar ( Kecamatan Tanjung Baru ) 42

    Gambar 51

    Pertumbuhan dan Saat Panen Bawang Merah pada Demplot di

    Kabupaten Agam

    44

    Gambar 52

    Kegiatan Temu Lapang 44

    Gambar 53

    Penimbangan Ternak Sapi pada Kelompok Amanah Bunda ( Non BLP),

    Kabupaten Agam dan Kelompok Ternak Sapi Pada Kelompok Setia

    Karya ( BLP ) Kabupaten Pasaman Barat

    45

    Gambar 54

    Kondisi Awal Sebelum Dilakukan Pendampingan di Kabupaten

    Sijunjung, Terlihat Kotoran Kerbau Hanya Menjadi Limbah yang

    Mengotori Lingkungan

    45

    Gambar 55

    Pelatihan Pengolahan Pupuk Organik Didampingi oleh Tim BPTP

    Sumatera Barat

    46

    Gambar 56

    Hasil Pelatihan dari Pengolahan Kotoran Menjadi Pupuk Organik,

    Terlihat Anggota KWT Ranah Bingkuang Menimbang Hasil Olahan sebelum Dikemas

    46

    Gambar 57

    Koordinasi Upsus Swasembada Pangan yang Dihadiri Menteri

    Pertanian dan Gubernur Sumbar serta Penyerahan Benih Inpari 21

    Batipuah oleh Menteri Pertanian

    48

    Gambar 58

    Kegiatan Koordinasi Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS

    Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

    49

    Gambar 59

    Kegiatan Tanam Perdana dan Apel Akbar Penyuluh Sumatera Barat Dalam Program Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS

    Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

    50

    Gambar 59

    Kegiatan Monev Program Pendampingan dan Pengawalan Program

    Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Kabupaten

    Padang Pariaman

    51

    Gambar 60

    Kegiatan Pemberdayaan Petani Terpadu Melalui Gerakan Tanaman

    Serentak Oleh Bapak Menteri Pertanian oleh Kepala Badan SDMP

    Pertanian, Gubernur sumbar di Kecamatan Batang Anai Kabupaten

    Padang Pariaman

    52

    Gambar 61

    Kegiatan Rapat Koordinasi di kabupaten / Kota Program

    Pendampingan dan Pengawalan UPSUS Mendukung Percepatan

    Swasembada Pangan di Sumatera Barat

    53

    Gambar 62

    Kegiatan Pencanangan Perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Provinsi Sumbar dan Kabupaten/Kota Pelaksana Program Pendampingan dan

    54

  • Pengawalan Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di

    Sumatera Barat

    Gambar 63

    Keragaan demplot VUB dan sistem tanam jajar legowo di Kota

    Pariaman dan Kota Payakumbuh

    55

    Gambar 64

    Foto Kegiatan GP-PTT Padi Sawah Pendampingan dan Pengawalan

    Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

    56

    Gambar 65

    Kegiatan Perbaikan Jaringan Irigasi Pendampingan dan Pengawalan

    Upsus Mendukung Percepatan Swasembada Pangan di Sumatera Barat

    57

    Gambar 66

    Kegiatan Pelatihan inovasi teknologi padi sawah untuk PPL dan

    buruh tanam di Kota Padang

    58

    Gambar 67

    Kegiatan Pelatihan inovasi teknologi padi sawah untuk PPL dan buruh

    tanam di Kota Payakumbuh

    59

    Gambar 68

    Kegiatan Panen dan Penyerahan Caplak Sistem Tanam Jajar Legowo

    dan Benih Unggul Inpari 21-Batipuah Dari Kepala BPTP Sumbar

    Kepada Walikota Sawahlunto

    60

    Gambar 69

    Kegiatan Panen dan Penyerahan Caplak Sistem Tanam Jajar Legowo

    dan Benih Unggul Inpari 21-Batipuah Dari Kepala BPTP Sumbar

    Kepada Walikota Sawahlunto

    62

    Gambar 70

    Revitalissai kelompok dasa Wisma Melati (KRPL) RawangKota Padang 62

    Gambar 71

    Keragaan KBD Dasawisma Korong Gadang Kota Padang 63

    Gambar 72

    Keragaan KBD KWT Rawang Kota Padang 63

    Gambar 73

    Keragaan pekarangan anggota yang ditanami sayuran 63

    Gambar 74

    Penampilan sebagian Kawasan Display Teknologi TTP Guguk,

    Kabupaten Lima Puluh Kota setelah dilakukan penanaman dan

    penataan.

    65

    Gambar 75

    Beberapa gambar dan kegiatan penerapan teknologi di lahan petani

    dalam proses pelaksanaan Taman teknologi Pertanian Guguk

    Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2015

    65

    Gambar 76

    Proses penyelesaian bangunan yang diadakan dalam pelaksanaan TTP

    Guguk Kabupaten Limapuluh Kota, tahun 2015

    65

    Gambar 77

    Sosialisasi dan rapat dalam upaya pembentukan Kelembagaan

    Petani mitra pelaksana Taman Teknologi Pertanian Guguk,

    Kabupaten Lima Puluh Kota, tahun 2015

    66

    Gambar 78

    Diskusi penjajakan kerjasama dengan Politani Payakumbuh, Bappeda

    dan DPRD Provinsi Sumatera Barat.

    66

    Gambar 79

    Lokasi verifikasi (a) Tabek Palah, Kabupaten Solok; (b) Koto lua,Kota

    Padang; (c) Pekan Sinayan, Kabupaten Agam; (d) Sungei Pasak, Kota Pariaman; dan (e) Sitakuak, kabupaten Tanah Datar

    68

    Gambar 80

    Penampilan pertanaman dan tongkol tanaman jagung pada kegiatan

    produksi benih hibrida di KP Sukarami

    74

    Gambar 81

    Penampilan fisik tanaman dan calon benih pada perbanyakan di kebun

    BBI Ladang Laweh

    74

    Gambar 82

    Penampilan pertumbuhan tanaman pada kegiatan perbanyakan benih

    jagung di KP Rambatan, KP Sukarami dan KP Sitiung, Desember 2015

    75

    Gambar 83

    Keragaan tanaman jagung kegiatan budidaya dalam upaya

    peningkatan produktivitas jagug hibrida

    77

  • Gambar 84

    Keragaan jagung hibrida kegiatan perbanyakan benih jagung hibrida

    Bima 19-URI dan Bima 20-URI.

    78

    Gambar 85

    Keragaan ternak sapi dan pakan sapi dari fermentasi batang dan daun

    jagung

    78

    Gambar 86

    Pelatihan budidaya jagung dan pembuatan silase batang dan daun

    jagung untuK pakan ternak sapi

    79

    Gambar 87

    Temu lapang dan panen perdana jagung hibrida Bima 19-URI dan

    Bima 20-URI

    79

    Gambar 88

    Pelatihan pembuatan kompos ampas kempaan daun gambir 82

    Gambar 89

    Pelatihan pengemasan teh daun gambir dan pembuatan permen jelly

    gambir

    83

    Gambar 90

    Sumberdaya BPTP Sumatera Barat berdasarkan Jenjang Pendidikan 87

    Gambar 91

    Trend Jumlah Pegawai Lingkup BPTP Sumatera Barat, 2010-2014

    88

  • I. PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Lapoaran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan pertanggung

    jawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi pada tahun anggaran tahun 2016 dan alat kendali

    serta alat pemacu peningkatan kinerja setiap organisai di lingkingan pemerintah. Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BPTP Sumatera Barat (Sumbar) Tahun 2016 merupakan

    LAKIP tahun pertama Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

    (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang merupakan tahun awal penuntasan kinerja tahun 2015-2019.

    LAKIP BPTP Sumbar yang disusun mengacu pada peraturan Pemerintah No.8 Tahun 2006

    tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden No. Tahun

    1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 5 Tahun

    2004 Tantang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Badan Litbang

    Pertanian. Fungsi LAKIP antar lain adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai

    wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BPTP Sumbar menuju terwujudnya good

    governance dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Inpres

    No. 7 Tahun 1999 pada dasarnya mengamanatkan kepada seluruh Instansi Pemerintah sebagai

    unsur penyelenggara manajemen pemerintahan wajib membuat laporan LAKIP pada setiap akhir

    tahun anggaran. Inpres ini diperbarui dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara

    No.239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah dan PERMENPAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman

    Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

    Petunjuk Teknis dari Inpres tersebut adalah Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi

    Negara (LAN) No. 239 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyusunan Laporan Akuntabilitas

    Kinerja Instansi Pemerintah.

    Dalam pelaksanaannya kinerja instansi suatu pemerintahan juga perlu dilakukan evaluasi.

    Evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain,

    implementasi, dan manfaat aktifitas dan program suatu instansi pemerintah. Evaluasi juga

    dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi

    pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Evaluasi yang dilakukan untuk

  • mengukur kinerja dari instansi pemerintah adalah Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi ini merupakan perkembangan dari suatu review atas

    kinerja organisasi dengan dukungan informasi dan pengumpulan data melalui riset terapan

    (applied research) sehinnga hasil evaluasi akan lebih komprehensif untuk melihat organisasi dan

    kontribusinya pada peningkatan kinerja pemerintahan secara keseluruhan.Pola pendekatan yang

    demikian akan mendukung simpulan hasil evaluasi yang lebih menyeluruh (makro) sehingga

    dapat menghindari resiko bias yang lebih besar. Dalam pengukuran kinerja dilakukan

    perbandingan antara kinerja yang sesungguhnya pada periode atau pada saat pengukuran

    dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan, rencana, standar,

    atau bencmarch tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-

    penjelasan atas outcome yang di observasi dan memahami logika- logika di dalam intervensi

    publik. System pengukuran kinerja yang di desain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai

    salah satu dari bentuk evaluasi.

    Menurut Rider Dale (2004), evaluasi dari kinerja suatu pekerjaan dapat dilaksanakan

    selama pelaksanaan program atau setelah program itu selesai dilaksanakan, tergantung dari

    tujuan evaluasi. Secara keseluruhan, evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi

    formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja program

    yang dievaluasi melalui pembelajaran dari pengalaman yang diperoleh. Sementara evaluasi

    sumatif dilakukan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan atau evaluasi dari suatu program secara

    keseluruhan.Adapun LAKIP adalah suatu kegiatan untuk menilai konsep dari suatu program

    serta desain manajemen. Dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja

    Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik

    yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi dan berorientasi pada

    pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Menurut Azwar

    Abubakar, bahwa SAKIP merupakan integrasi dari suatu perencanaan, system penganggaran dan

    system pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan system Akuntabilitas Keuangan.

    Output SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan Kinerja yang dicapai oleh suatu Instansi

    Pemerintah atas pelaksnaan program dan kegiatan yang di biayai oleh APBN/APBD.

    Evaluasi untuk penilaian LAKIP meliputi 5 komponen yaitu adalah perencanaan kinerja

    yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan (kinerja bobot 35), pengukuran

    kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi

  • pengukuran (bobot 20), pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari

    pemenuhan pelaporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja (bobot

    15), evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, serta pemanfaaatan

    hasil evaluasi (bobot 10), dan pencapain kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan

    outcome), dan kinerja lainnya (bobot 20), nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA

    (memuaskan) skor 85-100, sedangkan A (sangat baik) skor 75-85, B(baik) skor 65-75, CC

    (cukup baik) skor 50-65, C (agak kurang) skor 30-50, D (kurang) skor 0-30.

    I.2 Tugas, Fungsi dan Organisasi Balai Pengkajian Teknologi dan Pertanian Sumatera

    Barat.

    BPTP Sumatera Barat merupakan lembaga pengkajian regional yang mempunyai tugas pokok

    melaksanakan kegiatan penelitian, pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat

    guna spesifik lokasi. Sedangkan fungsinya adalah: (1) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi

    kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (2) Pelaksanaan pengkajian dan perakitan

    teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi

    hasil pengkajian, serta perakitan materi penyuluhan pertanian; (4) Pelaksanaan administrasi kerjasama,

    diseminasi, promosi, dan dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil -hasil penelitian

    dan pengkajian spesifik lokasi; (5) Pemberian pelayanan terhadap kegiatan pengkajian, perakitan, dan

    pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; dan (6) Pelaksanaan urusan Tata Usaha

    dan Rumah Tangga Balai.

    Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tersebut, BPTP Sumatera Barat bertugas

    menyediakan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung pembangunan

    pertanian daerah. Teknologi pertanian tepat guna yang dihasilkan bersifat spesifik lokasi, dapat

    memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam secara dinamis, dan dapat memanfaatkan sumberdaya

    pertanian secara efektif dan efisien, serta berdaya saing tinggi.

    Struktur Organisai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian adalah diatur berdasarkan

    Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013, tentang

    Organisai dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Pimpinan tertinggi adalah

    Kepala Balai, membawahi Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU), Kepala Seksi

    Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP), Kasubag TU membawahi urusan Kepegawaian,

    Rumahtangga dan Perlengkapan, Pengkajian, Kasubsie Monev Pelaporan, Kasubsie

  • Perpustakaan, Website dan Publikasi, sementara itu Koordinasi Program dan Kelompok Jabatan

    Fungsional berada langsung di bawah Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat saat ini mengelola 184 pegawai.

    Menurut jenjang pendidikan masih didominasi oleh tingkat SLTA sebesar 49%, sedangkan diurutan

    selanjutnya adalah S1 sebesar 27 %, S2 sebesar 15 %, S3 sebesar 4%, SLTP/SD sebesar 3% dan D3

    sebesar 2%

    Gambar 90. Sumberdaya BPTP Sumatera Barat berdasarkan Jenjang Pendidikan

    Pada tahun 2014 jumlah jabatan fungsional peneliti mencapai 33 orang dan penyuluh 14 orang,

    dan 2 orang Pustakawan. Secara umum jumlah sumberdaya manusia kurang proporsional antara peneliti

    dan penyuluh dengan non peneliti. Kebijakan Badan Litbang Pertanian, Balai besar Pengkajian dan BPTP

    Balitbangtan Sumatera Barat secara bertahap, telah mengarahkan dan memfasilitasi bagi calon peneliti/

    Penyuluh untuk segera menjadi menjadi pejabat peneliti melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan

    dasar fungsional. Kedepan, pengembangan sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor yang

    mempengaruhi kinerja pengkajian dan diseminasi, mesti mempertimbangkan trend pertumbuhan SDM

    yang tampak sebagai berikut.

  • Gambar 91. Trend Jumlah Pegawai Lingkup BPTP Sumatera Barat, 2010-2014

    I.3 Tujuan

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT)

    yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, dengan

    tujuan sebagai berikut :

    1. Mengidentifikasi, mengkarakterisasi dan menghasilkan teknologi pemanfaatan potensi

    sumberdaya tanah/lahan, air dan agroklimat secara optimal mendukung sistem pertanian

    industrial daerah.

    2. Menghasilkan dan mendesiminasikan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi dan strategis

    untuk meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing produk unggulan pertanian daerah.

    3. Mengeksplorasi, mengidentifikasi, mengkarakterisasi, mengkonservasi dan meningkatkan

    manfaat potensi sumberdaya genitik pertanian spesifik lokasi.

    4. Menghasilkan rekomendasi kebijakan sosial, ekonomi, dan rekayasa kelembagaan dalam

    rangka mendukung pengembangan agribisnis dan pembangunan daerah.

    5. Merancang dan membangun model pengembangan agribisnis berbasis komoditas

    agroekosistem dan atau wilayah yang didukung dengan teknologi dan strategi.

    6. Meningkatkan kualitas, kapasitas dan profesionalisme sumberdaya manusia, ketersediaan dan

    pemberdayaan sarana/prasarana serta budaya kerja inovatif dan beroreientasi bisnis.

  • II. PERENCANAAN KINERJA

    1. Perencanaan Strategis

    Renstra merupakan acuan dan arahan bagi Unit Kerja di lingkup Balitbangtan

    dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian dan pengembangan pertanian pertanian

    periode 2015 – 2019 secara menyeluruh terintegrasi, dan sinergis, baik di dalam maupun antar

    sub- sektor terkait. Penyusunan renstra Balitbangtan mengacu kepada: 1) Undang-undang

    nasional, 2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025, 3) Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, dan 4) Renstra

    Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.

    Inovasi pertanian merupakan komponen kunci dalam pembangunan pertanian, teruta ma

    dalam menghadapi kondisi sumberdaya yang semakin terbatas serta perubahan iklim global.

    Dinamika tersebut, ditambah dengan perubahan lingkungan strategis serta respon terhadap

    perubahan strategi pembangunan pertanian nasional, menuntut ketersediaan inovasi pertanian

    yang semakin meningkat. Dengan demikian BPTP Sumatera Barat sebagai institusi yang

    mendapatkan tugas untuk melaksanakan pengkajian teknologi pertanian, memiliki ruang yang

    besar untuk berkiprah dalam mendukung pembangunan pertanian.

    Merespon tantangan di atas, serta memperhatikan tumbuh kembangnya institusi lingkup

    BPTP Sumatera Barat, diperlukan arahan untuk lebih memfokuskan perencanaan dan

    pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi spesifik lokasi, khususnya pada

    periode tahun 2015-2019.

    Prioritas program Badan Litbang Pertanian dalam mendukung Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah 2015-2019 Kementan, maka pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat

    menjamin ketahanan pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional. Secara umum

    arah kebijakan pembangunan pertanian dalam RPJMN 2015-2019 antara lain:

    1. Meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal

    pertanian.

    2. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian.

    3. Meningkatkan produksi dan diversifikasi sumber daya pertanian.

    4. Pengelolaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati.

    5. Memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

    Dalam spektrum yang lebih luas, penajaman Renstra ini juga merespon kebijakan

    pembangunan pemerintah yang tertuang dalam Perpres RI Nomor 32 tahun 2011 tentang

    Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI ini

    merupakan upaya percepatan pencapaian target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

    2011–2025. Fokus dari pengembangan MP3EI, ini meliputi 8 program utama, yaitu pertanian,

    pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan

    kawasan strategis, yang kemudian dirinci ke dalam 22 kegiatan ekonomi utama, dimana lima

    diantaranya terkait dengan pertanian, yaitu sub sektor pertanian pangan, sub sektorkelapa sawit,

    kakao, karet, dan sub sektor peternakan. Pendekatan MP3EI merupakan integrasi dari

  • pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi

    keunggulannya. BPTP Sumatera dapat berperan lebih besar dengan penyediaan inovasi teknologi

    dan diseminasi teknologi spesifik lokasi untuk mendukung pengembangan komoditas unggulan

    dalam kawasan ekonomi khusus tersebut. Peningkatan peran BPTP Sumatera Barat tersebut

    memerlukan arah dan kebijakan, serta strategi pencapaian sasaran.

    Penajaman Rencana strategis ini tetap berpegang pada koridor tugas pokok dan fungsi

    utama yang diemban BPTP Sumatera Barat untuk melaksanakan pengkajian, perakitan dan

    pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi seperti tertuang dalam Peraturan

    Menteri Pertanian No. 20/Permentan OT.140/3/2013. Implementasi Tupoksi BPTP Sumatera

    Barat ini didukung oleh penerapan Reformasi Birokrasi, yang salah satunya melalui penerapan

    ISO 9001:2008. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan birokrasi, maka dituntut

    untuk memiliki standar performance sesuai standar mutu dalam pelayanan terhadap masyarakat,

    mempunyai konsistensi dan komitmen terhadap mutu manajemen dalam pelaksanaan tupoksi dan

    fungsi organisasi dengan baik. Lebih lanjut, Renstra diarahkan demi terlaksananya pemanfaatan

    sumberdaya spesifik wilayah yang berbasis inovasi dengan kualitas produk pertanian yang

    optimal dan bernilai tambah, serta bermuara pada tercapainya kesejahteraan petani. Pada tahap

    berikutnya, rencana kinerja yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan,

    strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan pertanian yang

    akan dilaksanakan oleh BPTP Sumatera Barat ini dituangkan dalam sebuah penetapan kinerja

    antara Kepala BPTP Sumatera Barat dengan Kepala BBP2TP dalam bentuk dokumen Pernetapan

    Kinerja (PK) sebagai acuan penilaian terhadap akuntabilitas pelaksana kegiatan lingkup

    Balitbangtan.

    2. Tata Nilai

    Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya BPTP Sumatera Barat menganut beberapa

    tata nilai yang menjadi pedoman dalam pola kerja dan mengikat seluruh komponen yang ada di

    Balitbangtan. Tata nilai tersebut antara lain:

    1. Balitbangtan adalah lembaga yang terus berkembang dan merupakan Fast Learning

    Organization.

    2. Dalam melaksanakan pekerjaan selalu mengedepankan prinsip efisiensi dan efektivitas

    kerja.

    3. Menjunjung tinggi integritas lembaga dan personal sebagai bagian dari upaya

    mewujudkan corporate management yang baik.

    4. Selalu bekerja secara cerdas, keras, ikhlas, tuntas dan mawas

    3. Sasaran Strategis

    Sasaran strategis Balitbangtan adalah:

    1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan

    memanfaatkan advanced technology dan bioscience.

    2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, dan prototipe alsintan berbasis

    bioscience dan bioenjinering dengan memanfaatkan advanced techonology, seperti teknologi

    nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif.

  • 3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim, dan sumberdaya

    genetik) berbasis bio- informatika dan geo-spasial dengan dukungan IT.

    4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan, dan rekomendasi

    kebijakan pembangunan pertanian.

    5. Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta,

    data, dan informasi) dan materi transfer teknologi.

    6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian

    yang handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI.

    4. Indikator Kinerja Utama

    Tabel 12. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Balitbangtan 2015-2019

    No Sasaran Indikator Kinerja Utama

    1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan

    advanced technologydan bioscience

    1. Jumlah varietas dan galur/klon unggul baru

    2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, danprototipe alsintan berbasis bioscience danbioenjineringdengan memanfaatkanadvanced techonology, seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif

    1. Jumlah teknologi pengelolaan lahan, air, agroklimat, dan sumberdaya genetik

    2. Jumlah teknologi budidaya, 3. Jumlah teknologi spesifik

    lokasi 4. Jumlah prototipe alsintan 5. Jumlah teknologi pasca

    panen dan pengolahan

    3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan sumberdaya genetik)berbasis bio-informatika dan geo-spasial

    dengan dukungan IT

    1. Jumlah peta tematik sumberdaya lahan dan genetik

    4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, dan rekomendasi kebijakan

    pembangunan pertanian

    1. Jumlah model pengembangan inovasi pertanian bio-industri spesifik lokasi

    2. Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian

    5. Tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta, data, dan informasi) dan materi transfer

    teknologi

    1. Jumlah benih/bibit sumber tanaman/ternak

    2. Jumlah teknologi yang diseminasikan ke pengguna

    6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian yang handal dan terkemuka serta

    1. Jumlah kerja sama 2. Jumlah HKI

  • No Sasaran Indikator Kinerja Utama

    meningkatkan HKI

    4. Perencanaan Kinerja

    BPTP Sumbar sebagai institusi pemerintah yang bersentuhan langsung dengan pengguna

    dan pemangku kepentingan di berbagai level terutama di daerah, dituntut untuk berperan secara

    nyata apa, bagaimana, serta dimana kegiatan tersebut telah dilaksanakan, termas uk hasil-hasil

    kegiatan pengkajian dan diseminasi lingkup BB Pengkajian. Berbagai program yang dilakukan

    oleh BPTP Sumbar untuk mendukung empat sukses Kementerian Pertanian yaitu: a) Pencapaian

    swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) Peningkatan diversifikasi pangan, c)

    Peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor, dan d) Peningkatan kesejahteraan petani.

    Sejalan dengan mekanisme perencanaan seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor

    25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Rencana Kinerja

    merupakan penjabaran dari rencana kerja (Renja). Renja merupakan rencana kerja tahunan di

    tingkat kementerian atau lembaga yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

    Sementara RKP merupakan rencana kerja pemerintah tahunan (annual plan) yang merupakan

    bagian integral dari perencanaan pembangunan Kementerian jangka menengah (RPJM

    Kementerian), yang terdokumentasikan dalam Renstra.

    Program Badan Litbang periode 2015-2019 adalah Penciptaan teknologi dan

    Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, sesuai dengan

    anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementerian dan Lembaga

    (RKA-KL) pada Tahun 2016, lingkup BPTP Sumbar telah mengimplementasikan Kegiatan

    Prioritas Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui

    beberapa kegiatan utama dan indikator kinerja, yang berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk

    Operasional Kinerja) lingkup BPTP Sumbar Tahun 2016, telah disusun Rencana Kinerja

    Tahunan (RKT) 2016. Penyusunan Rencana kinerja kegiatan tersebut diselaraskan dengan

    sasaran Renstra BPTP Sumbar 2015-2019. Rencana Kinerja tersebut memuat sasaran strategis

    kegiatan yang akan dilaksanakan; Indikator Kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara

    terukur, efektif, efisien, dan akuntabel; serta target yang akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang

    telah disusun ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) guna mendorong pengembangan

    menuju Good Government. Adapun matriks RKT kegiatan Balai Pengkajian Teknologi

    Sumatera Barat disajikan pada tabel berikut.

    Tabel 13. Rencana Kinerja Tahunan BPTP Sumatera Barat Tahun 2016

    No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

    1. Tersedianya teknologi

    pertanian spesifik lokasi

    Jumlah teknologi spesifik lokasi 4

    Teknologi

    2. Terdiseminasikannya

    inovasi teknologi

    pertanian spesifik lokasi

    Jumlah teknologi diseminasi yang

    didistribusikan ke pengguna

    7

    Teknologi

  • 3. Terlaksananya kegiatan

    strategis nasional/Daerah

    melalui pendampingan

    oleh BPTP

    Jumlah laporan kegiatan strategis

    nasional/Daerah melalui

    pendampingan oleh BPTP dan

    dapat mencapai target sasarannya

    6 Laporan

    4. Terlaksananya kerjasama

    pengkajian,

    pengembangan dan

    pemanfaatan inovasi

    pertanian

    Jumlah laporan kerjasama

    pengkajian, pengembangan dan

    pemanfaatan inovasi pertanian

    1 Laporan

    5. Dihasilkannya rumusan

    rekomendasi kebijakan

    mendukung

    pembangunan pertanian

    Jumlah rekomendasi kebijakan

    mendukung pembangunan pertanian

    1

    Rekomen

    dasi

    Kebijakan

    Spesifik

    Lokasi

    6. Dihasilkannya sinergi

    operasional serta

    terciptanya manajemen

    pengkajian dan

    pengembangan inovasi

    pertanian unggul spesifik

    lokasi

    Dukungan pengkajian dan

    percepatan diseminasi inovasi

    teknologi pertanian

    12 Bulan

    7. Tersedianya Benih

    sumbermendukung sistem

    perbenihan

    Jumlah produksi benih sumber 49 Ton

    8. Tersedianya Model

    Pengembangan Inovasi

    Teknologi Pertanian

    Bioindustri

    Jumlah Model Pengembangan

    Inovasi Teknologi Pertanian

    Bioindustri

    2 Model

    Jumlah anggaran:

    Kegiatan Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian: Rp.

    38.804.383.000,-

    Sukarami, Januari 2017

    Kepala BPTP Sumatera Barat

  • Dr.Chandra Indrawanto,MSc

    NIP. 19640218 198903 1 001

    5. Penetapan Kinerja

    Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan

    akuntabel, Balai Besar Pengkajian terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang

    meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran

    (output), dan outcome. Sejalan dengan dinamika kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan

    melihat kebutuhan stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan

    balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan dan operasionalisasi program/kegiatan

    di BB Pengkajian disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika yang ada serta a lokasi

    penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan demikian, Rencana Kinerja yang telah

    ditetapkan kemudian disahkan menjadi kontrak Kinerja BPTP Sumbar untuk Tahun 2016

    melalui Penetapan Kinerja Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja

    sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Balai Besar Pengkajian.

    PENETAPAN KINERJA TAHUN 2016

    BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIANSUMATERA BARAT

    No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

    1

    Tersedianya teknologi

    pertanian spesifik lokasi

    Jumlah teknologi spesifik lokasi

    komoditas strategis

    3 Teknologi

    Jumlah teknologi spesifik lokasi

    komoditas lainnya

    1 Teknologi

    2 Tersedianya Model

    Pengembangan Inovasi

    Jumlah Model Pengembangan

    Inovasi Pertanian Bioindustri

    2 Model

  • Teknologi Pertanian

    Bioindustri

    Spesifik Lokasi

    3

    Terdiseminasikannya

    inovasi teknologi

    pertanian spesifik lokasi

    Jumlah teknologi komoditas

    strategis yang terdiseminasi ke

    pengguna

    6 Teknologi

    Jumlah teknologi komoditas

    lainnya yang terdiseminasi ke

    pengguna

    2 Teknologi

    4 Tersedianya benih sumber

    mendukung sistem

    perbenihan

    Jumlah Produksi Benih Sumber 49 Ton

    5 Tersedianya Taman Sains

    Pertanian (TSP) dan

    Taman Teknologi

    Pertanian (TTP)

    Jumlah Kabupaten lokasi TSP

    dan TTP

    2 Kabupaten

    6 Dihasilkannya rumusan

    rekomendasi kebijakan

    mendukung desentralisasi

    rencana aksi

    (Decentralized Action

    Plan/DAP)

    Jumlah Rekomendasi kebijkan

    pembangunan pertanian wilayah

    1 Rekomendasi

    7 Dihasilkannya sinergi

    operasional serta

    terciptanya manajemen

    pengkajian dan

    pengembangan inovasi

    pertanian unggul spesifik

    lokasi

    Jumlah Dukungan pengkajian

    dan percepatan diseminasi

    inovasi teknologi pertanian

    12 Bulan

    Tabel 14. Anggaran Kegiatan berdasar Sasaran Strategis

    Kegiatan Anggaran

    Kegiatan pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian

    Rp 38.804.383.000,-

    1. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas

    strategis Rp 1.295.505.000,-

    2. Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas Rp 150.000.000,-

  • lainnya

    3. Jumlah Model pengembangan Inovasi teknologi

    pertanian Bioindustri Rp 700.000.000,-

    4. Jumlah teknologi diseminasi yang didistribusikan

    ke pengguna komoditas strategis Rp 3.051.528.000,-

    5. Jumlah teknologi diseminasi yang didistribusikan

    ke pengguna komoditas lainnya Rp 1.300.000.000,-

    6. Jumlah rekomendasi kebijakan Rp 194.570.000,-

    7. Jumlah Produksi benih sumber Rp 1.033.583.000,-

    8. Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian (gaji, operasional

    perkantoran, modal)

    Rp 20.615.097.000,-

    9. Jumlah TSP Rp 7.500.000.000,-

    10.Jumlah TTP Rp 2.964.100.000,-

    Tabel 15. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi

    No Jenis Teknologi Jumlah Teknologi

    1 Teknologi Spesifik Lokasi Padi 1

    2 Teknologi Spesifik Lokasi Jagung 1

    3 Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung

    Swasembada Daging 1

    4 Teknologi Plasma Nutfah Spesifik Lokasi

    (komoditas strategis dan lainnya) 1

    Total 4

    Tabel 16. Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

    No Komoditas Jumlah Model

    1 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Pangan

    1

    2 Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri Berbasis Tanaman Perkebunan

    1

  • Total 2

    Tabel 17. Jumlah Teknologi Diseminasi yang Didistribusikan ke Pengguna

    No Jenis Teknologi yang didiseminasikan Jumlah Materi

    Diseminasi

    1 Teknologi Tanaman Pangan 2

    2 Teknologi Hortikultura 2

    3 Teknologi Peternakan 1

    4 Diseminasi teknologi 1

    5 Teknologi diseminasi yang didistribusikan ke pengguna mendukung komoditas lainnya

    1

    Total 7

    Tabel 18. Jumlah Rekomendasi Kebijakan

    No Jenis Rekomendasi Jumlah rekomendasi

    1 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Responsif dan Antisipatif

    1

    Total 1

    Tabel 19. Produksi Benih

    Padi (ton) Kedelai (ton) Jagung (ton)

    FS SS FS SS FS SS

    13 26 0 0 10 0 Total 39 Total 0 Total 10

    Tabel 20. Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian Dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian selama 12 bulan layanan.

    Operasional Perkantoran Sakter BPTP

    Tabel 21. Taman Sains Pertanian (TSP) dan Taman Teknologi Pertanian (TTP)

    Taman Teknologi Pertanian (TTP) TTP terdapat di kabupaten Limapuluh Kota Taman Sain Pertanian (TSP)

    Jumlah TTP 1 Kabupaten Jumlah TSP 1 Provinsi

    Bogor, Maret 2016 Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

    Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat,

    Abdul Basit Hardiyanto

    III. AKUNTABILITAS KINERJA

  • A. Akuntabilitas Kinerja BPTP Sumbar

    Dalam tahun anggaran 2016, BPTP Sumbar telah menetapkan lima sasaran strategis

    yang akan dicapai yaitu: Sasaran Strategis yang ingin dicapai pada periode 2015-2019 yaitu:

    1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi

    2. Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi;

    3. Terlaksananya kegiatan strategis nasional/ Daerah melalui pendampingan oleh BPTP;

    4. Terlaksananya kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi

    pertanian

    5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian

    6. Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan

    pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

    7. Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan

    8. Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri

    Selanjutnya, delapan sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 8indikator kinerja

    output berupa: 1) Jumlah teknologi spesifik lokasi; 2) Jumlah teknologi diseminasi yang

    didistribusikan ke pengguna; 3) Jumlah laporan kegiatan strategis nasional/ daerah yang

    memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan dapat mencapai target sasarannya; 4)

    Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian; 5)

    Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian; 6) Dukungan pengkajian

    dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian; 7) Jumlah Produksi Benih Sumber; 8)

    Jumlah Model Pengembangan Inovasi Teknologi Pertanian Bioindustri.

    B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2016

    Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan dengan

    cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis.

    Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu

    dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan.Pengukuran keberhasilan kinerja

    suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran.Pengertian

    indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat

    pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan

    indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat

    sebagai berikut: (1) Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat

  • kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus berguna

    untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (5)

    harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat

    dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi

    yaitu (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan (2)

    membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja.

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Sumbar diawali dengan perencanaan

    dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses,

    menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat.Oleh

    karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara

    rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna.Adapun kriteria

    keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan,

    serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan.

    C. Analisis Capaian Kinerja

    Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 BPTP Sumbar dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    Sasaran.

    1

    Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

    Indikator Kinerja Target Realisasi %

    Jumlahteknologi

    spesifik lokasi

    4 4 100

    Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2016 telah tercapai

    sebesar 100 persen, atau terealisasi 4teknologi dari target 4 teknologi.Sehingga dapat

    dikatakan berhasil.

    Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan

    sebagai berikut:

    Tabel 1. Jumlah Teknologi Spesifik Lokasi

    No KEGIATAN/SUB KEGIATAN Jumlah

  • Teknologi

    1 Kajian teknologi padi 2

    2 Jagung 1

    3 Plasma Nutfah 1

    Total 4

    Paket Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Strategis

    Pada tahun 2016, BPTP Sumbar menghasilkan teknologi budidaya tanaman pangan padi

    spesifik lokasi sebagai berikut:

    1. Kajian Inovasi Teknologi Salibu Mendukung Ketahanan Pangan di Sumatera

    Barat

    Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan perluasan areal tanam dan

    areal panen. Perluasan areal tanam dilakukan dengan pencetakan lahan sawah baru,

    tetapi biayanya relatif sangat mahal. Peningkatan produktiv itas sumberdaya lahan

    diantaranya melalui peningkatan intensitas pertanaman, khususnya pada lahan sawah

    beririgasi teknis. Upaya lain yang sangat potensial untuk meningkatkan produksi dan

    indeks panen padi sawah adalah dengan penerapan teknologi padi salibu, karena

    rentang waktu produksi menjadi lebih pendek.

    Padi salibuadalah suatu teknologi budidaya dengan memanfaatkan batang bawah padi

    setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan padi yang akan

    dipelihara/dibudidayakan. Tunas ini berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistem

    tanam pidah. Teknologi padi salibu adalah salah satu inovasi untuk memacu

    peningkatan produksi padi dan produktiv itas lahan melalui peningkatan produksi per

    satuan waktu dan peningkatkan indeks panen per tahun. Kajian inovasi teknologi Padi

    salibu telah dilaksanakan di Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten

    Padang Pariaman pada tahun 2016. Komponen teknologi yang diterapkan disajikan pada

    Tabel 4.

  • Tabel 4. Komponen teknologi Padi Salibuyang diterapkan pada kajian di Nagari Sintuk,

    Kecamatan Sintuk Toboh Gadang tahun 2016.

    No. Komponen Teknologi Uraian

    1. Panen tanaman MT-1 Lebih awal 8-10 hari

    2. Persiapan lahan Membersihkan lahan dari gulma

    3. Pemotongan batang sisa

    panen

    Pemotong batang sisa panen

    dilakukan saat 7 -10 hari setelah

    panen

    4. Penjarangan umur 15-20 hari setelah

    pemotongan jerami

    5. Penyisipan umur 15-20 hari setelah

    pemotongan jerami

    6. Pemupukan Sesuai rekomendasi

    7. Penyiangan pertama dan

    pembenaman jerami

    Lebih awal (umur 20-25 hari

    setelah pemotongan batang)

    8. Penyiangan kedua Umur 40-45 hari

    9. Pengendalian hama dan

    penyakit

    Standar PHT

    10. Umur panen Lebih awal 10-15 hari.

    Hasil kajian menunjukkan bahwa masing-masing sistem tanam menunjukkan pengaruh

    yang nyata terhadap hasil gabah kering panen (GKP). Persentase peningkatan hasil

    gabah kering panen sistem tanam jajar legowo pada tanam pindah berkisar 11,81-

    24,41% sedangkan pada teknologi Padi Salibu persentase peningkatan hasil berkisar

    1,56-19,01%, dibandingkan dengan sistem tanam tegel. Terdapat perbedaan hasil GKP

    antara tanam pindah dengan teknologi Padi Salibu sebesar 18% (Tabel 5).

    Dibandingkan dengan teknologi tanam pindah, pada teknologi Padi Salibu terjadi

    penurunan hasil, hal ini disebabkan karena serangan hama tikus pada fase primordia.

    Akan tetapi, keuntungan usahatani dengan penerapan teknologi Padi Salibu (Rp.

    15.805.000) lebih tinggi dibanding sistem tanam pindah (Rp. 15.443.000) (Tabel 6). Hal

    ini dimungkinkan karena penerapan teknologi Padi Salibu dapat menekan biaya

    usahatani sebesar 31,29% dibandingkan tanam pindah.

    Tabel 5. Hasil GKP (t/ha) teknologi Tanam Pindah dan teknologi Padi Salibu di Nagari

    Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman, tahun 2016.

    Sistem Tanam Tanam Teknologi Perbedaan

  • Pindah Salibu

    Hasil

    Jajar legowo 2:1 5,81 ab 5,32

    a

    0,09

    Jajar legowo 4:1 Tipe 2 6,32 a 4,92

    b

    0,28

    Jajar legowo 4:1 Tipe 1 5,68 b 4,54

    b

    0,25

    Tegel 5,08 c 4,47

    b

    0,13

    Rataan 5,72 4,81 0,18

    Tabel6.Analisis Usahatani Teknologi Tanam Pindah dan Teknologi Padi Salibu di Kabupaten

    Padang Pariaman, tahun 2016.

    No Uraian Jumlah (Rp.)

    Tanam Pindah Teknologi

    Salibu

    A Biaya Upah

    1 Membajak 1.000.000 -

    2 Menggaru 250.000 -

    3 Menyemai 225.000 -

    4 Cabut bibit 300.000 -

    5 Tanam 1.575.000 -

    6 Memotong sisa batang

    panen

    - 600.000

    7 Penyisipan tanaman - 375.000

    8 Menyiang I dan II 1.500.000 1.500.000

    9 Memupuk I dan II 300.000 300.000

    10 Panen 4.017.000 3.640.000

    Jumlah ……… ….. …..

    B Biaya Saprodi

    1 Benih 300.000 -

    2 Pupuk Urea 900.000 1.200.000

    3 Pupuk SP-36 350.000 350.000

    4 Pupuk KCl 520.000 520.000

    5 Rodentisida 100.000 -

    - 150.000

    Jumlah ………….. 2.170.000 2.220.000

    C. Total Pengeluaran 11.337.000 8.635.000

    Penerimaan

    Padi Tanam Pindah 26.780.000 -

    Padi Salibu - 24.440.000

    D. Keuntungan bersih 15.443.000 15.805.000

    B/C Ratio 1,36 1,83

    R/C Ratio 2,36 2,83

  • Gambar … Pemotongan batang padi sesudah panen untuk budidaya Padi Salibu (kiri)

    dan penampilan padi salibu pada fase generatif (kanan).

    2. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Tanaman Pangan Dan Hortikultura

    Lokal Sumbar.

    Keragaman plasma nutfah merupakan kekayaan yang sangat berharga untuk kemajuan

    pertanian. Pada spesies-spesies lokal yang ada kita dapat menggali potensi yang dimiliki

    plasmanutfah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber tetua atau sumber bahan gen

    dalam perakitan varietas baru yang memiliki daya saing tinggi.Di samping sebagai sumber gen,

    plasma nutfah yang memiliki sifat-sifat agronomis unggul juga dapat digunakan secara

    langsung melalui upaya pemutihan atau pemurnian.

    Agroekosistem di Provinsi Sumatera Barat sangat beragam, dari dataran rendah sampai

    dataran tinggi. Kondisi ini menimbulkan keragaman plasma nutfah yang cukup luas. Namun

    demikian, tekanan lingkungan, pertambahan jumlah penduduk, dan meluasnya penggunaan

    varietas-varietas baru mendorong terjadinya kehilangan tanaman yang memiliki karakter

    berguna (erosi gen). Untuk menghindari hal ini, maka kekayaan plasma nutfah yang tersedia

    perlu dikelola dengan baik. Dengan banyaknya kasus spesies-spesies lokal yang punah, maka

    konservasi sumber daya genetik indijenes merupakan isu yang penting dewasa ini.

    Pada tanaman pangan padi, keragaman varietas unggul yang memenuhi preferensi

    konsumen Sumatera Barat (rasa nasi pera) relatif masih sempit. Hal ini adalah karena mayoritas

    varietas unggul tanaman padi yang dihasilkan berbagai lembaga penelitian lebih dominan

    memiliki tekstur nasi pulen. Dengan rendahnya jenis padi yang nasinya bersifat pera, maka

    peran aktiv itas inventarisasi, eksplorasi serta pelestarian varietas padi lokal menjadi sangat

  • tinggi.

    Dari kegiatan pada tahun 2016 telah dideskripsi 13 asesiubi kayu dan 11 asesianggrek.

    Uji potensi padi lokal secara organik telah dilakukan pada 2 lokasi, yaitu di Kasang, Kecamatan

    Lembah Anai (Kabupaten Pariaman) serta di Lubuak Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara

    (Kabupaten Tanah Datar). Telah dilakukan pula proses awal pendaftaran 2 varietas tanaman

    padi lokal (Mundam Putiah dan Pulau Batu) dan 1 varietas ubi kayu lokal (Roti). Pada kebun

    koleksi telah ditanam berbagai jenis tanaman lokal seperti kedondong, mangga, belimbing,

    rambutan, jambu air (jambu jambak), duku, kayumanis, dan asam gelugur.

    3. Percepatan Penyebaran VUB Jagung Hibrida Melalui Pemberdayaan Kelompok

    Penangkar Benih.

    Di Sumatera Barat, sebagian besar petani jagung (>95%) menggunakan benih jagung

    hibrida yang diproduksi oleh swasta. Hanya sebagian kecil yang memakai benih komposit.

    Permasalahannya, mahalnya harga benih hibrida yang diproduksi swasta menyebabkan

    menurunnya pendapatan petani. Malah ditemukan juga dibeberapa daerah petani yang

    menanam turunan hibrida (F1) kembali akibat kekurangan biaya untuk membeli benih. Pada

    hal, bila petani dapat memproduksi sendiri benih hibrida maka pengeluaran usahatani dari

    benih dapat ditekan. Balitbangtan, khususnya Balitsereal mengembangkan program terbaru

    jagung, yaitu JURI (Jagung Untuk Rakyat Indonesia). Program ini dilatarbelakangi dengan

    mahalnya harga benih hibrida yang diproduksi oleh swasta yang mencapai Rp.80.000 per kg

    (Rp.1,6 juta/ha). Melalui program ini, harga benih dapat ditekan sampai lebih separonya, sekitar

    Rp.30.000 per kg (Rp.0,6 juta/ha).

    Kegiatan ini merupakan diseminasi hasil teknologi pertanian yang dikemasdalam bentuk

    kegiatan “demonstrasi plot dan pelatihan”. Dilaksanakan pada Kelompok Tani Karya Sepakat di

    Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,0 hektare pada bulan Maret sampai

    September 2016.Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkuat sistem perbenihan dan

    penangkar benih jagung hibrida di Provinsi Sumatera Barat. Secara terperinci, tujuan dari

    pelaksanaan kegiatan ini antara lain untuk: (a) Membina satu kelompok penangkar benih; dan (b)

    Memproduksi benih jagung hibrida sebanyak 2 ton oleh kelompok penangkar.

    Hasil kegiatan menyimpulkan, antara lain: (1) Telah dilaksanakan pembinaan

    penangkaran benih jagung hibrida pada Kelompok Tani Karya Sepakat Kecamatan Rambatan

    Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,0 hektare. Pemberdayaan kelompok tani dimulai dari

  • penguatan kapasitas kelompok, teknologi perbanyakan benih di lapangan, dan sertifikasi benih,

    serta packing benih; (2) Sosialisasi dan pelatihan penangkaran benih jagung hibrida selain

    dilakukan pada keltan kooperator, juga keltan penangkar se Kabupaten Tanahdatar; (3) Jumlah

    benih yang dihasilkan sebanyak 2.140 kg, lebih tinggi dari target sebanyak 2.000 kg atau lebih

    tinggi 7% dibanding target hasil yang telah ditetapkan; dan (4) Benih jagung hibrida sebanyak

    2.140 kg ini setara dengan harga Rp.64.200.000 dan dapat memenuhi kebutuhan pertanaman

    jagung seluas 107 hektare. Jika petani menggunakan benih jagung hibrida yang dihasilkan oleh

    swasta, diperlukan dana sebanyak Rp.171.200.000,-. Artinya, pengeluaran untuk pembelian

    benih dapat dihemat sebanyak Rp.107.000.000,-.

    4. Pengkajian Integrasi Ternak-Tanaman Di Kp Sitiung, Sumatera Barat

    Kajian ini memperlihatkan bahwa hasil ikutan tanaman sawit (silase hijauan sawit dan BIS)

    berpotensi digunakan sebagai salah satu sumber utama pakan ternak lokal, khususnya

    sapi Pesisir di Sumatera Barat.

    Komposisi silase pelepah sawit terdiri dari 80% pelepah sawit, 10% bungkil inti sawit, 5%

    molasses dan 5% dedak padi yang diberikan sebanyak 5 kg/ekor/hari, disamping 1 kg

    jerami padi dan 2,5 kg rumput segar/ekor/hari memberi hasil pertumbuhan ternak yang

    cukup memuaskan.

    Pengukuran hasil buah sawit selama bulan Januari-Juni memperlihatkan bahwa

    pemberian pupuk organic memberi hasil yang hampir sama, hal ini diduga belum ada

    pengaruh yang signifikan dari pemberian tambahan pupuk organic sebanyak 25; 50 dan

    75 kg/pohon. Diprediksi bahwa pengaruh pemberian pupuk organic baru akan terlihat

    setelah beberapa waktu ke depan.

    Pemeliharaan ternak terus dilanjutkan sampai akhir tahun, seperti pemberian pakan

    berbasis tanaman sawit, pengamatan terhadap pertumbuhannya dan aspek reproduksi.

  • Gambar. Sapi Pesisir di lapangan dan yang digunakan di Kandang KP Sitiung

    Gambar. Pembuatan pakan dan kompos di kandang KP. Sitiung

    Capaian kinerja BPTP Sumatera Barat TA 2015-2019.

    Tabel 10.Capaian -Jumlah Kinerja Teknologi Spesifik Lokasi BPTP Sumatera Barat 20152019.

    SASARAN INDIKATOR

    KINERJA Realisasi (%)

    2015 2016 2017 2018 2019 Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

    Jumlah teknologi spesifik lokasi

    140 100

    Sasaran2 Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri

  • Spesifik Lokasi.

    Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi yang didesiminasikan

    kepada pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut :

    Indikator kinerja Target Realisasi %

    Jumlah Teknologi Model

    pengembangan inovasi pertanian

    bioindustri spesifik lokasi

    2

    2

    100

    Model Pengembangan Inovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi :

    1. Implementasi Model Bioindustri Berbasis Gambir Mendukung Pengembangan Gambir di Sumatera Barat

    Tanaman gambir (Uncaria gambir Hunte Roxb) komoditas spesifik Sumatera Barat,

    dimana tanaman ini tumbuh dan berkembang secara baik di daerah Sumbar dan merupakan

    mata pencaharian pokok serta memegang peranan penting dalam pendapatan masyarakat.

    Gambirdiusahakan masyarakat secara konvensional, denganjumlah petani mengusahakan

    125.000 rumah tangga petani (RTP) dengan luas garapan 1-2,0 ha/RTP. Tahun 2012 luas

    pertanaman gambir 21.412 ha dengan produksi 14.220 ton dan produktivitas rata-rata 0,72 t/ha,

    sedangkan potensi produksi gambir bisa mencapai rata-rata 2100 kg/ha. Implementasi model

    bioindustri gambir diharapkan tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi peningkatan nilai

    tambah menjadi sangat penting karena jika hanya dari produksi getah gambir pada masa

    tertentu petani akan collaps karena getah gambir merupakan komoditas ekspor, harga jual

    sangat berfluktuatif tergantung negara pengimpor. Oleh karena itu perlu dicari inovasi teknologi

    guna meningkatkan nilai tambah dan antisipasi turunnya harga jual getah gambir.Pengkajian

    dilaksanakandi tanah petani Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota, pelaksanaan

    kegiatan merupakan tahun kedua yang dilaksanakan Januari sampai Desember 2016.Kegiatan

    bertujuan antara lain: (a) Memanfaatkan ampas kempaan daun gambir menjadi teknologi

    terbarukan menghasilkan produk bernilai tambah, (b) Membangun industri olahan teh celup

    sebagai demplot percontohan, dan (c) Membangun sistem dan mekanisme (desain) pertanian

    bioindustri gambir spesifik lokasi serta penguatan kapasitas SDM. Pengkajian dilakukan dengan

    pendekatan: (a) Demplot implementasi inovasi teknologi bioindustri gambir, (b) Penumbuhan

    embrio industri olahan melalui pelatihan kelompok tani, dan (c) Penumbuhan mitra

    kelembagaan bioindustri gambir. Hasil pengkajian sebagai berikut: (a) Implementasi model

    bioindustri gambir dapat meningkatkan produksi gambir dari 545 kg gambir kering/ha dengan

  • cara petani meningkat menjadi 1.022 kg/ha dengan inovasi teknologi pemupukan NPK 150 kg +

    5 ton kompos ampas kempaan gambir, (b) Penumbuhan embrio industri olahan teh celup daun

    gambir dan permen jelly sudah berhasil dilakukan di KWT Sambal dan KWT Simpang Tigo dan

    sudah mulai dipromosikan dan dipasarkan serta produknya telahmemiliki PIRT, dan (c)

    Kemitraan dengan Pemda Kabupaten Lima Puluh Kota dan SKPD terkait telah terlaksana yang

    dibuktikan dengan ada program pembibitan gambir dan Dinas Koperindag membantu

    pemasaran produk olahan gambir diantaranya dengan mengikuti pameran-pameran dan

    membantu launching dan bantuan dari Bupati sebanyak Rp.50.000.000 untuk pengembangan

    olahan teh celup dan permen jelly daun gambir, dan nagari Mungka menerima dana sebesar

    Rp.25.000.000 untuk pengembangan kawasan gambir, (d) Kegiatan SL dapat meningkatkan

    pengetahuan peserta dari nol sebelum SL menjadi 42,86% setelah SL. Lounching produk

    diversifikasi olahan gambir telah dilaksanakan oleh Bupati Kabupaten Lima puluh Kota dihadiri

    OPD terkait, pemilik swalayan, pelaku usaha, dan asosiasi gambir dan peneliti BPTP Sumbar.

    Bupati meminta kepada OPD terkait agar mempersiapkan anggaran untuk tahun 2017 untuk

    membantu pengembangan olahan dan pemasaran produk dari tanaman gambir. Model

    bioindustri gambir mampu meningkatkan penerimaan pelaku usaha dari Rp. 8.272.500,-

    /ha/tahun secara tradisional menjadi Rp.27.660.000/ha/ tahun

    GambarPelatihan Keamanan Pangan oleh Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam

    rangka pengurusan P-IRT produk teh gambir

  • Gambar kegiatan penguatan kelembagaan

    Gambar Pelatihan pembuatan kompos ampas kempaan daun gambir

  • Gambar produksi olahan gambir

    Gambar lounching produk olahan gambir

    2. Implementasi Model Bio Industri Berbasis Tanaman Jagung di Sumbar

    Bio industri merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya

    saing, pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan konsep bio-industri

  • (zero waste) seluruh komponen dari komoditi harus menjadi produk yang mempunyai nilai jual,

    sehingga penggunaan sumber daya menjadi efisien dan dapat menekan biaya produksi.Salah

    satu implementasi kegiatan bioindustri dikembangkan adalah bioindustri jagung integrasi

    dengan ternak di Kabupaten Tanah Datar. Pengelolaan secara terpaduusahatani tanaman

    jagung dan ternak sapidiharapkan mampu memberikan kontribusi peningkatan pendapatan,

    meningkatkanbahan organik tanah yang nantinya dapatmengurangi ketergantungan

    penggunaanpupuk anorganik, sedangkan limbahtanaman berupa jerami jagung dapatdigunakan

    sebagai pakan ternak yangpotensial. Melalui pengelolaan tanamanjagung-sapi yang tepat akan

    diperolehpeningkatan produktiv itas tanaman danternak secara berkesinambungan. Kegiatan

    penelitian dilaksanakan di KP. Rambatan dan TP. Rambatan Kabupaten Tanah Datar dari bulan

    Januari s/d Desember 2016. Kegiatan bertujuan: (a) Meningkatkan produktiv itasjagung dan

    bobot badan sapi minimal dan efisiensi penggunaan input untuk tanaman jagung dan pakan

    ternak berbasis bio-industri, (b) Meningkatkan nilai tambah pengolahan limbah jagung untuk

    pengembangan bio-industri, (c) Meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan

    penggunaan benih unggul jagung hibrida oleh petani dalam upaya peningkatan produksi

    jagung, dan (d) Menumbuhkan dan pembinaan lembaga kemitraan pengelolaan bioindustri

    jagung. Ruang lingkup kegiatan meliput i: (1) Produksi Benih Jagung Hibrida Bima 20-URI, (2)

    Perbaikan dan penerapan budidaya jagung optimal dalam peningkatan produktiv itas, (3) Sistem

    Integrasi Tanaman dan Ternak, (4) Pengembangan dan penerapan teknologi biogas dari

    kotoran sapi, (5) Pengolahan dan pemanfaatan limbah jagung untuk pakan ternak dan kompos

    tanaman, dan (6) Pengolahan limbah kotoran sapi untuk pupuk tanaman jagung. Hasil kegiatan

    implementasi bioindustri jagung sbb: (a) Produksi benih jagung hibida Bima 20-URI seberat

    3.000 kg/ha, dimana sebagian produksi benih telah didiseminasikan ke petani sekitar lokasi

    penelitian dengan hasil 5,4 s/d 6,5 t per ha. Setoran PNBP sebesar 8,7 juta dari hasil sebagian

    produksi benih dan budidaya optimal jagung hibrida, (b) Pemberian pupuk kompos kotoran sapi

    7 ton per ha dan pemberian 50% pupuk buatan (NPK-Phonska) untuk VUB Bima 19-URI,

    Lamuru dan Bima 20-URI memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

    pemberian kompos dengan varietas unggul lainnya, (b) Dengan pemberian 50% silase dan

    50% HMT serta pemberian 75% silase dan 25% HMT untuk pakan ternak sudah cukup

    memberikan peningkatan berat badan sapi, (c)Kotoran padat sapi telah diolah menjadi bio-

    kompos plus dan telah dimanfaatkan untuk budidaya jagung serta urine sapi telah diolah

    menjadi bio-urine, kedua produk ini telah dipacking dan siap untuk dipasarkan. Pengolahan

  • kotoran sapi telah diolah menjadi biogas, (d) Pelatihan telah dilakukan dengan materi inovasi

    teknologi budidaya optimal jagung, teknologi pengolahan silase biomas jagung dan teknologi

    pengolahan kotoran sapi untuk biogas untuk 50 orang anggota kelompok tani sekitar lokasi

    penelitian bioindustri jagung, (e)Dari 6 (enam) ekor induk sapi Simnetal telah melahirkan 2

    (dua) ekor, (f) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan mitra (Asosiasi kelompok

    bioindustri Amanah Tanah Datar) telah dilaksanakan dan pembinaan pada anggota kelompok

    tani sekitar lokasi peneltian tersebar pada 7 (tujuh) kelompok tani, serta juga dilakukan

    pembinaan untuk kemitraan dengan kelembagaan lainnya.

    Foto keragaan Bima 19-URI dan 20-URI pada kegiatan

    implementasi bioindustri jagung

  • Bio-kompos plus dan bio-urine produksi bioindustri jagung BPTP Sumbar

    yang telah dipasarkan.

    Foto instalasi pengolahan kotiran sapi menjadi biogas

  • Foto kegiatan pelatihan teknologi budidaya optimal, pembuatan silase

    dan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas.

    Foto keragaan pemeliharaan sapi dengan pemberian pakan silase jagung dan anak sapi jenis Simental di KP. Rambatan

  • Capaian kinerja BPTP Sumatera BaratTA 2015-2019.

    Tabel.Capaian Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi BPTP

    Sumatera Barat 2015-2019.

    SASARAN INDIKATOR KONERJA

    Realisasi (%) 2015 2016 2017 2018 2019

    Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi.

    Jumlah Teknologi Pada Model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi

    100 100

    Sasaran

    3

    Teknologi komoditas strategis yang

    terdesiminasi ke pengguna

    Jumlah teknologi komoditas

    strategis yang terdesiminasi

    ke pengguna

    Target

    7

    Realisasi

    7

    %

    100

    3. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura

    Dalam lima tahun terakhir produksi cabai di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan

    tendensi peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun. Sementara itu, produktiv itas cabai

    terlihat tendensi meningkat pada tahun 2009-2012 dan selanjutnya menurun, yaitu: 6,25 t/ha,

    6,74 t/ha, 7,42 t/ha, 8,63 t/ha, dan 8,18 t/ha, berturut-turut dari tahun 2009 sampai 2013.

    Pada daerah sentra produksi cabai, produktiv itas ini sangat bervariasi antara 5,23-12,71 t/ha).

    Produktiv itas ini jauh lebih rendah dibanding potensi cabaidapat mencapai 20 t/ha. Tujuan

    kegiatanadalah: (a) Melakukan pendampingan dalam rangka meningkatkan kemampuan

    dan kemauan petani untuk penerapan inovasi teknologi PTT cabai; dan (2) Meningkatkan

    produktiv itas dan mempercepat penerapan inovasi teknologi PTT cabai. Kegiatan ini merupakan

    diseminasi hasil teknologi yang dikemasdalam bentuk kegiatan “demplot dan pelatihan”.

    Kegiatan demplot PTT cabai dan pelatihan dilaksanakan di Kecamatan SungayangKenagarian

  • Minang Kabau Kabupaten Tanah Datar, Nagari Gantiang Kota Padang Panjang, Nagari

    Lambuang Bukiik Kota Padang, dan Nagari Bayang Kabupaten Pesisir Selatan sedangkan

    kegiatan pelatihan PTT cabai dilaksanakan dimasing-masing BPK Sungayang Kabupaten Tanah

    Datar, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Kota Padang,

    dan Padang Panjangpada bulan Januari sampai Desember 2016.Dari hasil kegiatan

    Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian nasional hortikultura komoditas cabaisampai

    laporan ini ditulis dapat disimpulkan, antara lain: (1) Telah dilaksanakan sebanyak enam kali

    pertemuan dalam bentuk pelatihan dan diskusi lapang pada enam kabupaten/kota yang

    melibatkan sekitar 220 orang, dengan topik “Inovasi teknologi budidaya cabai”; dan “Penyakit

    virus Kuning Cabai dan Cara Pengendaliannya“, (2) Setelah selesai pelatihan petani dibekali

    dengan leaflet Teknologi Budidaya Tanaman Cabai Merah dan leaflet Penyakit Virus Kuning dan

    Pengendaliannya, (3)Pada lokasi demplot telah dilakukan bimbingan mulai dari persemaian,

    tanam dan pemeliharaan tanaman cabai,(4) Variertas yang digunakan adalah varietas Kencana

    dari BALITSA dan varietas cabai lokal setempat, pada demplot Kabupaten Pesisir Selatan

    menggunakan 3 varietas yaitu varietas Kencana, Varietas lokal dan varietas cabai yang bersal

    dari Panah Merah,dan (5) Pertumbuhan tanaman terbaik adalah Lokasi di Nagari Minang

    Kabau Kabupaten Tanah Datar, baik varietas lokal maupun varietas Kencana, dengan jumlah

    hasil panen varietas Kencana43,4 kg, dengan jumlah tanaman260 batang, sedangkan hasil

    panen varietas lokal sebanyak 439,8 Kg dengan jumlah tanaman 900 batang dengan frekwensi

    panen sebanyak 18 X kali panen (2 x dalam 1 minggu).

  • Gambar Keragaan demplot budidaya cabai dan pendampingan pengembangan

    kawasan hortikultura di Sumatera Barat

    4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan

    Meningkatnya kebutuhan konsumsi daging dalam negeri mendorong adanya permintaan

    impor yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan rendahnya produktiv itas ternak dalam

    negeri yang diindikasikan oleh rendahnya pertumbuhan dan lambatnya perkembangan populasi

    ternak. Untuk meningkatkan produktiv itas sapi dan kerbau secara cepat makapemerintah telah

    mencanangkan pelaksanaan “Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK)”.

    Program ini mengupayakan peningkatan produksi ternak lokal yang optimal melalui perbaikan

    pada berbagai lini termasuk perbaikan penyediaan pakan pembibitan ternak, dan meningkatkan

    kelahiran anak setiap tahunnya di atas kebutuhan pemotongan ternak yaitu sekitar 3,0 juta

    ekor/tahun. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan angka kelahiran anak sapi

    dari hanya 21% dari populasi menjadi minimal 75%/tahun. Jarak kelahiran anak yang relatif

    panjang (18-21 bulan) harus diperpendek menjadi 12-15 bulan. Kegiatan Pendampingan

    Pengembangan Kawasan Peternakan Sapi Potong dan Kerbau di Sumatera Barat telah

    dilakukan di Kabupaten Pasaman Barat, dan Sijunjung. Kegiatan bertujuan untuk: (1)

    Diseminasi 2 (dua) inovasi teknologi budidaya ternak ruminansia besar (ternak sapi dan kerbau)

    di Kabupaten terpilih (2). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok ternak sapi

    dan kelompok ternak kerbau di Sumatera Barat. Kegiatan Pendampingan dilaksanakan pada

    bulan Januari sampai dengan Desember 2016 Pengkajian dilaksanakan dengan metode survei

    pada awal, dan akhir pelaksanaan pengkajian dan pelaksanaan diseminasi dengan metode yaitu

    (1) Demplot pembuatan dan pemberian pakan pelepah daun sawit sebagai pakan ternak sapi,

    (2) Demplot pengolahan kotoran sapi menjadi kompos dan demplot pembuatan biogas dari

    kotoran sapi pada kelompok tani Tanjung Keramat dan Sepakat Jaya. Inovasi teknologi berupa

    pelatihan dan sekolah lapang adalah peternak sapi dan petani sawit sebanyak 60 orang anggota

    kelompok tani. Kegiatan untuk ternak kerbau antara lain : (1) Menganalisa kondisi awal lokasi

    kegiatan baik peternak dan sumberdaya alam dengan menggunakan kuisioner dan indept

    interview, (2) Mengupayakan peningkatan tingkat reproduksi ternak melalui perbaikan pakan

    dan sistem pemeliharaan, dan (3) Pengolahan kotoran kerbau menjadi kompos pada kelompok

    tani Ranah Bingkuang dan Koto Tinggi. Data yang dikumpulkan antara lain: (1) Pertambahan

  • berat badan sapi, (2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak sapi dan kerbau di

    Kabupaten terpilih. Data dianalisis secara deskriptif dan tabulasi dengan ukuran persentase dan

    rata-rata. Hasil kegiatan pendampingan menunjukkan:(1) Pembuatan dan pemberian pakan

    silase pelepah sawit 5 kg ditambah rumput lapang 10 kg dan ternak sapi digembalakan dapat

    meningkatkan pertambahan berat badan sapi sebanyak 0,52 kg/ekor/hari, (2) Inovasi teknologi

    pengolahan limbah ternak mulai berkembang menjadi usaha ekonomi di kelompok tani

    pelaksana, dan tidak ada lagi kotoran ternak ruminansia besar yang menumpuk di sekitar

    kandang karena telah dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dan biogas.

    Gambar Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan di Sumatera Barat.

  • 5. Pendampingan dan Pengawalan Program Uspus Mendukung Swasembada Pangan di Sumbar

    Pemerintah Republik Indonesia telah menentukan 7 (tujuh) komoditas strategis pertanian

    (padi, jagung, kedelai, cabei, bawang merah, tebu dan daging sapi), dimana komoditas utama

    tersebut ditargetkan mencapai peningkatkan produksi, bahkan menargetkan bahwa dalam 3

    (tiga) tahun kedepan (2017) Indonesia harus mencapai swasembada untuk komoditas padi dan

    jagung. Mendukung program tersebut Kementerian Pertanian melaksanakan program Upaya

    Khusus (UPSUS) percepatan peningkatan produktivitas padi sawah dan jagung, cetak sawah

    baru, padi organik, dan bantuan sarana produksi pertanian seperti: benih, pupuk dan alat

    pengolah tanah (Hand Traktor) serta alat panen pada kelompok tani. Disamping itu tahun 2017

    Pemerintah menargetkan 4 juta lahan sawah mendapatkan saluran irigasi, untuk itu pada tahun

    2016 dilakukan identifikasi sumberdaya air untuk tujuan air irigasi padi sawah. Tujuan dari

    kegiatan pendampingan dan pengawalan UPSUS antara lain adalah: (1)

    Meningkatkanproduktiv itaspadi dan jagung dan meningkatkan pemanfaatan inovasi teknologi

    padi dan jagung di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan sumberdaya pendamping dan petani

    dalam mengadopsi inovasi teknologi padi dan jagung di Sumatera Barat; (3) Memonitor dan

    mencatat luas tambah tanam (LTT) padi sawah pada 8 (delapan) Kabupaten/Kota di Sumatera

    Barat, (4) Memperbanyak dan menyebarkan 4 (empat) jenis inovasi teknologi melalui media

    cetak dan terekam di Sumatera Barat. Pengkajian dilaksanakan pada 19 Kabupaten/Kota di

    Sumatera Barat dari bulan Januari sampai dengan Desember 2016. Metodologi kegiatan

    meliputi: (a) Supervisi, Pengawalan dan Pendampingan; (b) Koordinasi dan Sosialisasi; (c)

    Pelatihan dan Narasumber Inovasi Teknologi; (d)Perbanyakan dan Pendistribusian Media Cetak;

    (e) Temu Lapang dan Temu Teknis, dan (e) Identifikasi Sumber Daya Air Untuk Lahan Irigasi.

    Hasil pengkajian menunjukkan antara lain: (1) Mendukung peningkatan produktiv itas padi

    sawah dan jagung di Sumatera Barat telah dilakukan kegatan peningkatan produktiv itas padi

    sawah dan jagung serta padi sawah oragnik; (2) Telah dilakukan pelatihan inovasi teknologi

    padi sawah, jagung, sawah bukaan baru, budidaya salibu dan padi organik untuk PPL dan

    anggota kelompok tani; (3) Monitoring dan pencatatan luas tambah tanam (LTT) padi sawah

    pada 8 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat dilaksanakan dari bulan Januari sampai Desember

    2016; (4) Telah diperbanyak dan disebarkan media cetak inovasi teknologi padi sawah dan

    jagung untuk PPL dan petani serta stakeholder lainnya; (5)Untuk mendiseminasikan inovasi

    teknologi telah dilakukan temu lapang dan temu teknis inovasi teknologi sawah bukaan baru,

  • dan (6) Identifikasi sumberdaya air untuk irigasi telah dilakukan dimana di Sumatera Barat

    tercatat seluas 24.456 ha dapat mengairi sawah.

    Gambar. Pendampingan dan Pengawalan Program UPSUS Mendukung

    Swasembada Pangan di Sumbar

    6. Pendampingan kalender tanam terpadu padi sawah, jagung dan kedelai di

    Sumatera Barat

    Sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh berbagai fenomena cuaca dan iklim yang

    terjadi baik dalam skala temporal singkat (harian) sampai skala temporal bulanan (musim).

    Faktor cuaca dan iklim dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Dalam

  • hal ini, salah satu contoh adalah pengaruh cuaca dan iklim terhadap perkembangan hama

    dan penyakit tanaman yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan proses

    produksi pertanian.Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor iklim berperan penting dalam

    kegiatan budidaya pertanian terutama pada komoditas tanaman pangan. Dalam

    antisipasinya diperlukan berbagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, dimana

    Badan Litbang Kementan telah merilis peta kalender tanam terpadu (katam). Kegiatan

    dilaksanakan dari Januari s/d Desember 2016 di Provinsi Sumatera Barat. Tujuan dari

    kegiatan al: (a) Menyebarluaskan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu ke stakeholder

    serta mengumpulkan umpan balik; (b) Mendukung proses penyusunan Sistem Informasi

    Kalender Tanam Terpadu, (c) Melaksanakan monitoring ancaman dan kejadian bencana

    serta penerapan rekomendasi teknologi, dan (d) Melaksanakan analisis dan litkajibangrap

    terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pendekatan kegiatan dilakukan

    melalui: (a) Kegiatan verifikasi mengumpulkan data yang meliputi data luas baku sawah,

    rencana luas tanam, produktivitas padi sawah pada tahun sebelumnya, penyebaran varietas,

    dosis pemupukan, daerah rawan bencana, tingkat serangan OPT, kondis i eksisting disetiap

    wilayah, (b) Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu ke dinas terkait di Provins i dan Kabupaten/

    Kota di Sumatera Barat sampai tingkat penyuluh dan gapoktan, dan (c) Membuat bahan

    diseminasi berupa poster mengenai SI Katam Terpadu, bahan diseminasi tersebut segera

    didistribusikan ke dinas terkait di Provinsi dan Kabupaten/kota. Hasil pengkajian meliputi: (a)

    Kegiatan advokasi kepada mitra kerja BPTP dalam hal ini Staklim Sicincin dan Stasiun GAW

    Bukit Koto Tabang telah dilakukan dan mendapat respon yang sangat baik. Namun, rencana

    tindak lanjut dari diskusi belum terlaksana dikarenakan terjadi pergantin kepemimpina di dua

    unit kerja tersebut, (b) Kegiatan pendampingan Katam untuk tanaman padi, jagung dan

    kedelai tahun ini telah mensosialisasikan materi tersebut kepada stakeholder sebanyak tujuh

    kali tatap muka. Masih banyak masukan dari peserta sosialisasi untuk perbaikan Katam ke

    depan. Sementara success story katam telah dipresentasikan oleh perwakilan tim GT Katam

    di Thailand, (c) Bahan diseminasi dicetak berupa poster sebanyak 250 buah terkait

    memahami katam dan 250 buah mengenai cara mengakses. Posterini didistribusikan ke

    Dinas Pertanian dan penyulihan di 18 Kabupaten/ Kota di Sumatera Barat, sert Dinas terkait

    di provinsi. Sementara untuk FGD ke pusat telah dilaksanakan sebanyak 2 kali, dan (d)

    Monitoring bencana tahun ini memonitor bencana banjir, kekeringan dan serangan OPT di

    Sumatera Barat. Dan daerah yang mengalami dampak banjir, kekeringan terluas yaitu

  • Kabupaten Limapuluh Kota. Sementara serangan OPT hampir selalu ada sepanjang tahun di

    hampir semua daerah.

    Gambar Kegiatan pendampingan kalender tanam terpadu di Sumatera Barat.

    5. 5.1.5.Kajian Teknis dan Ekonomis Mini Combine (Mico) Harvester untuk Menekan

    Susut Hasil Panen Padi di Sumatera Barat

    Mahalnya upah tenaga kerja untuk usahatani padi merupakan salah satu kendala

    mencapai dan mempertahankan swasembada padi. Untuk itu perlu masukan teknologi mekanis

  • yang tepat guna, mampu menghemat tenaga kerja, biaya dan waktu, serta mudah untuk

    diaplikasikan di tingkat petani maupun kelompok tani. Salah satu inovasi teknologi mekanis

    mendukung usahatani padi adalah MINI COMBINE (MICO) HARVESTER hasil rekayasa Balai

    Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP MEKTAN) Badan Litbang Pertanian.

    Agar alsintan yang akan digunakan dan dikembangkan dapat menyebar di masyarakat,

    maka perlu diuji lebih dahulu kinerja alat secara spesifik lokasi, dengan memperhatikan faktor

    efisiensi yang bekaitan erat akan memberikan nilai tambah bagi petani dan pemakai alsintan.

    Pengkajian untuk mengetahui kinerja teknis dan kelayakan ekonomis MINI COMBINE (MICO)