891_kebiasaan yang diulang

4
KEBIASAAN YANG DIULANG Oleh Fauzan Arrasyid* Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papansasaran serta 100 buah anak panah. Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya. Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran. Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?" Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaanyang terlatih." Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol

Upload: muh-sin

Post on 15-Jan-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KKK;

TRANSCRIPT

Page 1: 891_kebiasaan Yang Diulang

KEBIASAAN YANG DIULANG

Oleh Fauzan Arrasyid*

Di Tiongkok pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papansasaran serta 100 buah anak panah.

 Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya.

 Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.

 Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian?"

 Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaanyang terlatih."

 Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!

 Panglima dan rakyat tercengang. Mereka bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."

__________________________________________

 Membaca kisah diatas, saya menjadi teringat dengan sebuah mahfudzot/pepatah arab yang berbunyi "Jarrib wa Laahizh Takun A`rifan" - Coba dan pahamilah sampai kamu memahaminya.

 Atau, masih ingatkan Anda dengan sebuah hadist yang berbunyi ;

Page 2: 891_kebiasaan Yang Diulang

 “Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungannya … (satu di antaranya ialah) pemuda yang sejak kecil selalu beribadah kepada Allah.” (HR. Syaikhani)

 Ternyata, kebiasaan yang selalu diulang setiap saat dapat menjadi satu kekuatan baru. The Power Of Habit.

Kebiasaan dapat mengubah segalanya. Yang sulit menjadi mudah-bahkan yang tidak mungkin menjadi mungkin dilaksanakan.

 Begitu juga dalam menjalankan Syariat dan Hukum-hukum Islam. Ketika kita telah membiasakan diri dalam rutinitas ibadah-kata "hukum" yang sering menjadi momok menakutkan bagi remaja akan terasa ringan dan mudah. 

 Mengapa Harus Membiasakan Diri ?

 Lawan dari Membiasakan Diri adalah Mencoba-coba. Untuk mendapatkan jawaban diatas, tidak salah jika saya tuliskan kata kunci ; Mencoba-coba VS Membiasakan Diri.

 Satu contoh sederhana pentingnya membiasakan diri ;

 Kalau Mencoba ; Ibarat kita mencoba-coba makanan, jika ternyata makanan itu enak-kita lanjut memakannya. Tapi jika ternyata makanan itu tidak enak - kita langsung berhenti.

 Berbeda dengan Membiasakan Diri ; Ibarat kita pindah ke sebuah daerah yang terasa asing. Dari budaya, bahasa, hingga makanan. Tentu, diawal kita merasa semua makanan terasa asing. Namun jika kita bertekad hingga dapat membiasakan diri dengan makanan itu, lama-kelamaan makanan itu akan menjadi nikmat dan lezat.

 So, Ternyata membiasakan diri itu sangat penting. Sebab-tidak akan mungkin mental Pemuda Islam tumbuh kreatif, inovativ, dan cerdas dengan sendirinya. Dibutuhkan sikap membiasakan diri dari semua kegiatan dan ibadah yang sudah diwajibkan.

 Ada Bukti ?

 Jelas, ada bukti yang dapat menguatkan. Masih ingat dengan  Umar bin Khattab ,  Zaid bin Haritsah, Sa’ad bin Abi Waqash, dan juga Ali Bin Abi Thalib ? .Dapat dikatakan, kontribusi yang mereka berikan kepada Islam itu hasil gemblengan Rasulullah. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah …” (QS. Ali Imran : 110)

 Dengan kata lain-waktu yang tepat membiasakan diri dalam segala kegiatan adalah Dimasa Muda.

Page 3: 891_kebiasaan Yang Diulang

Hingga akhirnya, Rasulullah memberikan perhatian yang khusus kepada pemuda. Sabda Rasulullah : “Perjuangan Aku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu wasiat yang baik untuk mereka.”

 Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab, & lain sebagainya.

 Mari kita siap melatih, memelihara, dan mengembangkan kebiasaan berpikir sukses dan bermental sukses secara berkesinambungan. Sehingga, karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kesuksesan di setiap perjuangan kehidupan kita.

 Sekali lagi: Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!

*Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ahwalul Syahsiah/Hukum Perdata Islam Fak.Syariah IAIN-SU Semester IV. Telah aktif menulis semenjak Aliyah. Kunjungi facebooknya di [email protected] atau ketik FAUZAN ARRASYID.