75339859-makalah-pernikahan

26
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang paling utama yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini untuk memakmurkan, memelihara, mengelolah, memanfaatkan dan menyelenggarakan kehidupan di muka bumi ini dalam rangka pengapdian kepada Allah SWT itu tidak putus, maka manusia dibekali keinginan terhadap lawan jenis dan saling membutuhkan untuk menumpahkan rasa kasih sayang sekaligus sebagai realisasi penyaluran kebutuhan biologisnya. Perkawinan merupakan jalan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan sejahtera yang diridhoi dan diberkahi oleh Allah SWT. Perkawinan juga merupakan sunnah Rasulullah SAW, dimana sebagai umatnya kita harus mengikuti. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengertian perkawinan menurut islam ? 2. Bagaimana tujuan perkawinan ? 1

Upload: putrimaulinda

Post on 16-Apr-2015

199 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang paling utama yang diciptakan oleh Allah SWT

di muka bumi ini untuk memakmurkan, memelihara, mengelolah, memanfaatkan dan

menyelenggarakan kehidupan di muka bumi ini dalam rangka pengapdian kepada

Allah SWT itu tidak putus, maka manusia dibekali keinginan terhadap lawan jenis

dan saling membutuhkan untuk menumpahkan rasa kasih sayang sekaligus sebagai

realisasi penyaluran kebutuhan biologisnya.

Perkawinan merupakan jalan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia

dan sejahtera yang diridhoi dan diberkahi oleh Allah SWT. Perkawinan juga

merupakan sunnah Rasulullah SAW, dimana sebagai umatnya kita harus mengikuti.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengertian perkawinan menurut islam ?

2. Bagaimana tujuan perkawinan ?

3. Bagaimana hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga ?

I.3. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penulisan ini mempunyai

tujuan sebagai berikut :

1. untuk mengetahui peranan perkawinan dalam kehidupan

2. untuk mengetahui tujuan dari pernikahan

3. untuk mengetahui hikmah pernikahan

1

Page 2: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Nikah Menurut Islam

Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar dari pernikahan

adalah nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Menurut bahasa

Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syari’at, nikah itu

berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan serta menghalalkan pergaulan antara keduanya

dengan dasar suka rela dan persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga (rumah

tangga) bahagia, sakinah, mawaddah, dan rahmah yang diridhai oleh Allah SWT, dan

dilangsungkan menurut ketentuan syari’at-syari’at Islam.

Nikah termasuk kepada contoh perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW atau sunah rasul. Dalam hal ini, disebutkan dalam hadis Rasulullah

SAW yang atinya, “Dari Anas bin Malik r.a., bahwasanya Nabi SAW memuji Allah

SWT dan menyanjung-Nya, beliau bersabda, ‘Akan tetapi aku sholat, tidur, berpuasa,

makan, dan menikahi wanita, barangsiapa yang tidak suka dengan perbuatanku,

maka dia bukanlah dari golonganku.’” (H.R. Bukhari dan Muslim)

II.2. Hukum-Hukum Nikah

1. Jaiz Atau Mubah

Perkawinan hukum asalnya adalah mubah (boleh). Pada prinsipnya, setiap

manusia yang telah memiliki persyaratan untuk menikah, dibolehkan untuk

menikahi seseorang yang menjadi pilihannya. Hal ini didasarkan atas firman

Allah SWT.

�اَع� َب َو�ُر� �َل�َث� َو�ُث �ى َن َم�ْث اِء� �َس� الَن َم�َن� �ْم �ُك ل َط�اَب� َم�ا ُك�ُح�وا َف�اْن �اَم�ى �َت َي ال َف�ي �ْق َس�ُط�وا ُت �ّل� َأ �ْم ِخ�ْف َت �ْن َو�ِإ

�وا �ُع�ول ُت �ّل� َأ �ى �ْد ْن َأ �َك� َذ�ل �ْم �ُك َم�اْن �ْي َأ �ْت �ُك َم�َل َم�ا َو� َأ َف�و�اِح�َد�ًة2 �وا �ُع َد�ل ُت �ّل� َأ �ْم ْف َت ِخ� �ْن َف�ِإ

2

Page 3: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

“Dan jika kalian khawatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak

perempuan yatim (bilamana kalian menikahinya), maka nikahilah wanita-

wanita lain yang kalian senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kalian

khawatir tidak dapat berlaku adil maka nikahilah seorang wanita saja atau

budak-budak perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat

untuk kalian tidak berlaku aniaya.” (Q.S. An-Nisa, 4: 3)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi,

Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat hal yang merupakan ajaran para rasul,

yaitu memiliki rasa malu, memakai wangi-wangian, bersiwak, dan menikah.”

2. SUNAH

Perkawinan hukumnya sunah bagi mereka yang telah mampu dan

berkeinginan untuk menikah. Perkawinan yang dilakukannya mendapat pahala

dari Allah SWT. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW. dalam sebuah

hadis yang diriwayatkan oleh semua ahli hadis, yang artinya:

“Hai para pemuda, barangsiapa diantara kamu yang mampu serta

berkeinginan untuk menikah, hendaklah dia menikah. Karena sesungguhnya

perkawinan itu dapat menundukkan pandangan mata terhadap orang yang

tidak halal dilihat dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan

barangsiapa yang tidak mampu menikah, hendaklah dia berpuasa. Karena

dengan puasa hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang”.

3. WAJIB

Perkawinan yang dilakukan seseorang yang sudah memiliki kemampuan,

baik secara materi maupun mental hukumnya wajib. Jika ia menangguhkannya,

justru dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kesesatan.

3

Page 4: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

4. MAKRUH

Perkawinan menjadi makruh hukumnya apabila dilakukan oleh orang-

orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu melangsungkan perkawinan

dan belum mampu member nafkah kepada istri dan anak-anaknya kelak.

Kepada mereka dianjurkan untuk berpuasa.

5. HARAM

Perkawinan menjadi haram hukumnya apabila dilakukan oleh seorang yang

bertujuan tidak baik dan bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi

dalam perkawinannya atau bisa juga untuk menyakiti hati seseorang.

Perkawinan dengan motivasi yang demikian dilarang oleh ajaran Islam dan

sangat bertentangan dengan tujuan mulia dari perkawinan itu sendiri.

Tujuan perkawinan adalah sebagai firman Allah SWT dalam Al-Quran

Surat Ar-Rum, 30: 21

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu

istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram

kepadanya. Dan dijadikan di antara kamu rasa kasih sayang, sesungguhnya

pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”. (QS.

Ar-Rum : 21)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah

terciptanya ketentraman dan munculnya rasa dan kasih sayang di antara suami

dan istri. Termasuk ke dalam perkawinan yang diharamkan ialah perkawinan

yang dilakukan dengan maksud menganiaya dan mengambil harta orang. Hal

ini disebabkan niat perkawinan tersebut bukan karena Allah SWT., tetapi hanya

karena harta atau materi.

4

Page 5: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

II.3. Syarat Dan Rukun Nikah

Suatu pernikahan tidak sah apabila tidak memenuhi syarat-syarat dan rukunnya.

Syarat merupakan unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum, sementara rukun

merupakan unsur pokok yang mesti dipenuhi.

1. SYARAT NIKAH

Secara rinci, syarat-syarat pernikahan dalam islam adalah sebagai berikut:

Adanya persetujuan antara kedua calon mempelai

Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus

mendapat izin dari kedua orang tuanya

Antara kedua calon mempelai tidak ada larangan untuk menikah

Masing-masing tidak terkait tali perkawinan, kecuali bagi calon mempelai

laki-laki bila mendapat izin dari pengadilan (atas persetujuan isterinya)

Kedua calon pengantin tidak pernah terjadi dua kali perceraian

Telah lepas dari masa iddah atau jangka waktu tunggu karena putusnya

perkawinan.

2. RUKUN NIKAH

Rukun nikah berarti ketentuan-ketentuan dalam pernikahan yang harus

dipenuhi agar pernikahan itu sah. Rukun nikah tersebut ada lima macam, yakni

sebagai berikut:

Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19

tahun), beragama islam, tidak dipaksa/terpaksa, tidak sedang dalam ihram

haji atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.

Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (16 tahun),

bukan perempuan musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang

lain, bukan mahram bagi calon suami dan tidak dalam keadaan haji atau

umrah.

5

Page 6: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai wanita dengan

mempelai laki-laki atau mengizinkan pernikahannya. Rasulullah SAW

dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam yang empat kecuali An-Nasa’I

dan disahkan oleh Abu ‘Awamah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim yang

arinya:

“Dari Aisyah r.a. ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah bersabda , “Siapa

pun perempuan yang menikah dengan tidak seizin walinya, maka batallah

pernikahannya.’”

Ada dua orang saksi, dengan syarat beragama Islam, laki-laki, balig

(dewasa), dan berakal sehat, dapat melihat, dapat berbicara, adil, dan

tidak sedang ihram haji atau umrah.

Ada akad nikah yakni ucapan ijab kabul. Ijab adalah ucapan wali (dari

pihak mempelai wanita), sebagai penyerahan kepada mempelai laki-laki.

Sedangkan Qabul adalah ucapan mempelai laki-laki sabagai tanda

penerimaan. Suami wajib memberikan mas kawin (mahar) kepada

istrinya, karena merupakan syarat nikah, tetapi mengucapkannya dalam

akad nikah hukumnya sunah. Suruhan untuk memberikan mas kawin

terdapat dalam Al-Qur’an:

“Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan….” (Q.S.An-Nisa, 4: 4)

6

Page 7: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

II.4. Orang-Orang Yang Berhak Menikahkan (Wali Nikah)

Dalam pernikahan yang islami adanya wali nikah itu merupakan suatu

kewajiban. Oleh karena itu, sebelum kita mempelajari orang-orang yang menjadi wali

nikah, maka kita harus mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang

wali nikah. Adapun syarat-syarat untuk menjadi wali nikah adalah sebagai berikut:

a. Beragama Islam, orang yang tidak beragama Islamtidak sah menjadi wali

nikah, seperti dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali ‘Imran ayat

28 yang artinya:

“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali

dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian,

niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara

diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu

terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).”

b. Laki-laki

c. Balig dan berakal

d. Merdeka dan bukan hamba sahaya

e. Bersifat adil

f. Tidak sedang ihram, haji atau umrah

Setelah kita mengetahui syarat-syarat untuk menjadi wali nikah, maka baru kita

mempelajari pembagian atau orang-orang yang berhak menjadi wali, yaitu sebagai

berikut:

1. WALI NASAB

Wali nasab adalah wali yang mempunyai pertalian darah dengan

mempelai wanita yang akan dinikahkan.

Adapun urutan wali nasab adalah sebagai berikut :

Ayah

Kakek ( keatas)

Saudara laki-laki ( kakak / adik ) seayah seibu ( kebawah)

Saudara laki-laki ( kakak / adik ) se ayah ( kebawah)

7

Page 8: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

Anak Saudara laki-laki ( kakak / adik ) se ayah se ibu

Anak saudara laki-laki ( kakak / adik ) se ayah

Uwak / paman (saudara laki-laki ayah) se ayah se ibu

Uwak / paman (saudara laki-laki ayah) se ayah

Anaknya uwak paman (saudara laki-laki ayah) se ayah se ibu

Anaknya Uwak / paman (saudara laki-laki ayah) se ayah

dst.

2. WALI HAKIM

Wali hakim yaitu kepala Negara yang beragama Islam. Di Negara

Indonesia wewenang presiden sebagai ahli hakim dilimpahkan kepada

pembantunya, yaitu Menteri Agama. Kemudian Menteri Agama mengangkat

pembantunya unuk bertindak sebagai ahli hakim, yaitu Kepala Kantor Urusan

Agama Islam yang berada disetiap kecamatan. Wali hakim bertindak sebagai

wali nikah, jika wali nasab tidak ada atau tidak bisa memenuhi tugasnya.

8

Page 9: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

II.5. Pernikahan Yang Diharamkan

Dalam syari’at Islam pernikahan yang dilarang dapat dikategorikan kepada dua

kelompok:

1. Larangan Untuk Selama-lamanya Bagi Seorang Laki-Laki dengan

Perempuan

a) Hubungan pertalian darah terdekat:

Dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari keturunan ayah

atau ibu tanpa batas

Dalam garis menyamping lurus ke atas dan lurus ke bawah dari

keturuna ayah atau ibu tanpa batas

b) Hubungan persusuan:

Ibu susuan, anak susuan, saudara sesusuan, keponakan sesusuan, bibi

susuannya.

c) Hubungan persemendaan:

Ibu tiri, menantu/ cucu menantu, Ibu mertua/ nenek mertua, anak tiri/

cucu tirinya.

2. Larangan Untuk Sementara Waktu

a) Talak Bain Kubra

Larangan ini tidak berlaku lagi, apabila isteri yang telah ditalak tersebut telah

dinikahi dengan sah oleh laki-laki lain dan telah mengadakan hubungan,

kemudian diceraikan dan telah habis pula masa iddahnya dari laki-laki

tersebut.

b) Permaduan

Seorang laki-laki dilarang memperisterikan dua orang perempuan bersaudara

dalam waktu ysng bersamaan, contohnya dua orang perempuan kakak

beradik, saudara perempuan dari ibu isterinya atau saudara perempuan dari

bapak isterinya.

9

Page 10: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

c) Jumlah Poligami

Pernikahan dari seorang laki-laki yang telah memiliki empat orang isteri yang

akan melakukan pernikahan untuk calon isteri ke-lima akan menjadi batal

(karena hokum).

d) Masih Bersuami/ dalam Iddah

Seorang laki-laki dilarang menikahi seorang perempuan yang masih dalam

ikatan pernikahan dan seorang perempuan yang masih dalam masa iddahnya.

e) Perbedaan Agama

Seorang laki-laki muslim dilarang menikahi perempuan non-muslim dan

demikian pula sebaliknya. Namun demikian, seoranglaki-laki muslim

dibolehkan menikah dengan perempuan ahli kitab yang beragama Yahudi atau

Nasrani.

f) Ihram

Laki-laki ataupun perempuan yang sedang melakukan ihram haji atau umrah

dilarang melangsungkan akad nikah, karena tidak sah atau batal menurut

hukum.

10

Page 11: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

II.6. Hikmah Pernikahan

Fuqaha (ulama fikih) menjelaskan tentang hikmah-hikmah pernikahan yang

islami, antara lain:

Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridhai Allah (cara yang

islami), dan menghindari cara yang dimurkai Allah seperti perzinaan atau

homoseks (gay atau lesbian). Pemenuhan kebutuhan seksual dengan cara

yang diridhai Allah tentu akan mendatangkan banyak manfaat (Q.S. Ar-

Rum, 30: 21). Sedangkan pemenuhan seksual dengan cara yang dimurkai

Allah tentu akan mendatangkan bencana.

Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan diridhai Allah untuk

memperoleh anak serta mengembangkan keturunan secara sah. Rasulullah

bersabda, “Nikahilah wanita yang bisa memberikan keturunan yang

banyak karena saya akan bangga, sebagai nabi yang memiliki umat yang

banyak dibandingkan nabi-nabi yang lain di akherat kelak.” (H.R.

Ahmad bin Hanbali)

Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab

membaginya dalam rangka memelihara, mengasuh dan mendidik anak-

anaknya, sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk

membahagiakan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Bila

dalam suatu rumah tangga, suami dan istri telah melaksanakan

kewajibannya dengan sebaik-baiknya, tentu rumah tangganya akan

menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah (damai

sejahtera, saling mnegasihi, dan menyayangi).

Menjalin hubungan silaturrahmi antara keluarga suami dengan keluarga

istri, sehingga sesame mereka salinh menolong dalam kebaikan dan

ketakwaan serta tidak tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.

11

Page 12: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Manusia adalah makhluk yang paling utama yang diciptakan oleh Allah SWT

di muka bumi ini untuk memakmurkan, memelihara, mengelolah, memanfaatkan dan

menyelenggarakan kehidupan di muka bumi ini dalam rangka pengapdian kepada

Allah SWT itu tidak putus, maka manusia dibekali keinginan terhadap lawan jenis

dan saling membutuhkan untuk menumpahkan rasa kasih sayang sekaligus sebagai

realisasi penyaluran kebutuhan biologisnya.

Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Kata dasar dari pernikahan

adalah nikah. Kata nikah memiliki persamaan dengan kata kawin. Menurut bahasa

Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Dalam istilah syari’at, nikah itu

berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang

laki-laki dengan seorang perempuan serta menghalalkan pergaulan antara keduanya

dengan dasar suka rela dan persetujuan bersama, demi terwujudnya keluarga (rumah

tangga) bahagia, sakinah, mawaddah, dan rahmah yang diridhai oleh Allah SWT, dan

dilangsungkan menurut ketentuan syari’at-syari’at Islam.

Nikah termasuk kepada contoh perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW atau sunah rasul. Dalam hal ini, disebutkan dalam hadis Rasulullah

SAW yang atinya, “Dari Anas bin Malik r.a., bahwasanya Nabi SAW memuji Allah

SWT dan menyanjung-Nya, beliau bersabda, ‘Akan tetapi aku sholat, tidur, berpuasa,

makan, dan menikahi wanita, barangsiapa yang tidak suka dengan perbuatanku,

maka dia bukanlah dari golonganku.’” (H.R. Bukhari dan Muslim)

12

Page 13: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Nasrul H.S, dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam Bernuansa Soft Skills Untuk

Perguruan Tinggi. Padang: UNP Press

http://www.google.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan

13

Page 14: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

MAKALAH

PERNIKAHAN

Disusun oleh :

Nama : Ana Munawati Dewi

NPM : 0620073212

Kelas : Pagi B

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2012

14

Page 15: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT. yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehinggga dengan limpahan rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “

PERNIKAHAN”.

Sholawat dan salam penulis mohonkan kepada ALLAH SWT.semoga tetap di

limpahkan kepada Nabi MUHAMMAD SAW, yang telah membawa umatnya dari

alam kebodohan sampai ke alam serba berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hasan Bisri selaku dosen

pengampu yang telah menuntun penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca

demi kesempurnaan makalah ini, di masa yang akan datang dan bermanfaat bagi kita

semua.

                                                                                                                     

PENULIS

15ii

Page 16: 75339859-MAKALAH-PERNIKAHAN

DAFTAR ISI

Halam Judul........................................................................................ i

Kata Pengantar................................................................................... ii

Daftar Isi.............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

I.1 Latar Belakang.............................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah......................................................... 2

I.3 Tujuan Penulisan........................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 3

II.1 Pengertian Nikah Menurut Islam.................................. 3

II.2 Hukum-Hukum Nikah................................................... 3

II.3 Syarat Dan Rukun Nikah............................................... 7

II.4 Orang-Orang Yang Berhak Menikahkan (Wali Nikah) 10

II.5 Pernikahan Yang Diharamkan...................................... 12

II.6 Hikmah Pernikahan.......................................................

BAB IIIPENUTUP.............................................................................. 12

III.1 Kesimpulan.................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

16iii