57-159-1-pb

21
1 PEMAKNAAN ILUSTRASI CERPEN DAN CERPEN “PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH” KARYA ELLY DELFIA DI HARIAN UMUM HALUAN (TINJAUAN SEMIOTIK) Oleh : Ismail Idola ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua alasan. Pertama, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh memiliki potensi untuk dikaji menggunakan pendekatan semiotik. Kedua, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sarat dengan tanda-tanda yang mengindikasikan fenomena budaya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pembacaan heuristik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh, (2) mendeskripsikan pembacaan hermeneutik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis dan penyajian hasil analisis. Pada penggumpulan data, mengunakan metode kualitatif dengan teknik penelusuran kepustakaan. Selanjutnya, pengumpulan analisis secara induktif dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, yang diawali dengan pembacaan heuristik, dan disempurnakan melalui pembacaan hermeneutik. Operasi semiotik Riffaterre ini pada akhirnya menghasilkan pemaknaan yang utuh dan mendalam. Hasil analisis data disajikan cara deskriptif menggunakan kutipan-kutipan penunjang dari sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh juga mengindikasikan munculnya hubungan, perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Kata kunci: ilustrasi, cerpen, perempuan menyusuri subuh, semiotik 1. PENDAHULUAN Karya sastra memaparkan kehidupan manusia dengan sekelumit persoalannya, baik persoalan individu, kelompok atau sosial. Karya sastra hadir di tengah-tengah khalayak (pembaca) dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah drama dan lainnya. Karya-karya itu menggambarkan soal budaya, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial, dan agama yang berangkat dari realitas.

Upload: nukhbatul-bidayati-haka

Post on 21-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: 57-159-1-PB

1

PEMAKNAAN ILUSTRASI CERPEN DAN CERPEN “PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH” KARYA ELLY DELFIA

DI HARIAN UMUM HALUAN (TINJAUAN SEMIOTIK)

Oleh : Ismail Idola

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua alasan. Pertama, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh memiliki potensi untuk dikaji menggunakan pendekatan semiotik. Kedua, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sarat dengan tanda-tanda yang mengindikasikan fenomena budaya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pembacaan heuristik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh, (2) mendeskripsikan pembacaan hermeneutik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis dan penyajian hasil analisis. Pada penggumpulan data, mengunakan metode kualitatif dengan teknik penelusuran kepustakaan. Selanjutnya, pengumpulan analisis secara induktif dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, yang diawali dengan pembacaan heuristik, dan disempurnakan melalui pembacaan hermeneutik. Operasi semiotik Riffaterre ini pada akhirnya menghasilkan pemaknaan yang utuh dan mendalam. Hasil analisis data disajikan cara deskriptif menggunakan kutipan-kutipan penunjang dari sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh juga mengindikasikan munculnya hubungan, perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Kata kunci: ilustrasi, cerpen, perempuan menyusuri subuh, semiotik

1. PENDAHULUAN

Karya sastra memaparkan kehidupan manusia dengan sekelumit persoalannya,

baik persoalan individu, kelompok atau sosial. Karya sastra hadir di tengah-tengah

khalayak (pembaca) dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah drama dan lainnya.

Karya-karya itu menggambarkan soal budaya, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial,

dan agama yang berangkat dari realitas.

Page 2: 57-159-1-PB

2

Salah satu genre karya sastra tersebut adalah cerpen. Cerpen merupakan karya

sastra yang diciptakan oleh seorang penulis. Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh

sastrawan bukan untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan

amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan harapan, apa yang

disampaikan itu menjadi masukan, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan

dan menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan

hidupnya.

Beberapa cerpen yang diterbitkan di koran dan majalah ada ditemukan

ilustrasi/gambar yang mendukung cerpen tersebut. Namun, ditemukannya ilustrasi

cerpen tidak lepas dari adanya usaha penerbit untuk menghadirkan ilustrasi cerpen

guna menarik minat khalayak untuk membaca cerpen tersebut. Selain itu, usaha

penerbit untuk menghadirkan ilustrasi cerpen bertujuan untuk meningkatkan kualitas

yang bersifat komersial. Ilustrasi memberikan penjelasan secara visual kepada

pembaca untuk memahami cerpen. Ilustrasi yang berbentuk tokoh dalam cerita,

kejadian dalam cerita dan lain-lainnya memberikan keindahan tersendiri dalam

mengambarkan cerita cerpen.

Ilustrasi cerpen digunakan untuk membantu menginformasikan pesan dengan

cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari cerpen. Ilustrasi cerpen

sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa

gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun

ilustrasi cerpen merupakan penarik perhatian yang paling efektif, namun akan lebih

efektif lagi bila ilustrasi cerpen tersebut juga menunjang pesan yang terkandung

dalam cerpen

Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh karya Elly Delfia

yang diterbitkan Minggu, 26 Februari 2012 di harian umum Haluan memunculkan

tanda-tanda sebagai pemahaman terhadap karya sastra. Digunakan (tinjauan)

semiotik, yang menekankan pemaknaan terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen.

Pemaknaan ilustrasi cerpen ini ditujukan sebagai literatur yang bermanfaat dalam

memberikan informasi yang cukup memadai mengenai makna sebuah ilustrasi cerpen.

Page 3: 57-159-1-PB

3

2. TEORI SEMIOTIK

Semiotik adalah sebuah pendekatan yang menitik beratkan pada pengkajian

tanda. Mengkaji sistem-sistem, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda

tersebut mempunyai arti. Menurut Aart van Zoest (1995:5) semiotik adalah studi

tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya,

hubungannya dengan tanda- tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh

mereka yang mempergunakannya.

Menurut Pierce (dalam Zaimar, 2008: 2) yang disebut tanda adalah sesuatu

yang mewakili seseorang atau sesuatu yang lain dalam hal dan kapasitas tertentu.

Nurgiyantoro (2007: 40) menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili

sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan

lain-lainnya. Oleh karena itu, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya

bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini.

Karya sastra merupakan ekspresi bahasa yang dapat dipahami apabila

pembacanya menguasai konvensi bahasa. Namun pembacaan berdasarkan konvensi

bahasa tersebut belum mencukupi untuk memahami makna karya sastra

sesungguhnya (Riffaterre, 1978: 2). Hal ini disebabkan karena pembacaan konvensi

bahasa belum menjangkau pada sesuatu yang lain yang dimaksudkan. Bahasa karya

sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari akibat adanya displacing, distorsing dan

creating meaning dari bahasa sehari-hari (Riffaterre, 1978: 2).

Pembacaan atas dasar konvensi bahasa oleh Riffaterre (1978: 5) disebut

sebagai pembacaan heuristik (semiotika tataran pertama). Pembacaan heuristik adalah

pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik adalah

berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 1994:109).

Mengingat pembacaan heuristik belum mencukupi untuk makna yang sesungguhnya,

maka pembacaan dilanjutkan pada tataran kedua yaitu pembacaan berdasarkan

konvensi kesusastraan disebut pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik

(Riffaterre 1982: 5).

Pembacaan hermeneutik yang berdasarkan konvensi sastra dan budaya

(semiotika tataran kedua) pembacaan ini harus bergerak lebih jauh untuk memperoleh

kesatuan makna secara menyeluruh (Riffaterre dalam Christomy, 2004: 229).

Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan

Page 4: 57-159-1-PB

4

makna. Lebih lanjut, pembacaan yang melibatkan matriks, model, dan hipogram

pontensial unutk menghasilkan pemaknaan teks secara utuh dan menyeluruh.

3. PEMAKNAAN TERHADAP TANDA DALAM ILUSTRASI CERPEN

DAN CERPEN PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH (PEMBACAAN

HEURISTIK & PEMBACAAN HERMENEUTIK)

3.1 Pembacaan heuristik

3.1.1 Pembacaan heuristik pada ilustrasi cerpen

3.1.1.1 Sepasang burung

Sepasang burung mengacu pada dua ekor burung yang berbeda jenis kelamin

yang memiliki kecocokan atau kesesuaian sebagai pasangannya. Pada

gambar/ilustrasi tersebut juga terlihat bahwa sepasang burung memiliki bulu berwarna

putih. Warna putih pada sepasang burung terlihat mendominasi tubuh sepasang

burung mulai dari leher, badan sampai ekornya. Dari gambar/ilustrasi tersebut, terlihat

sepasang burung tersebut membentuk lambang menyerupai daun hati ditengah-

tengahnya. Dalam hal ini, gambaran sepasang burung berkaitan dengan gambaran

daun hati. Daun hati mengacu pada bagian yang tipis lebar seperti daun yang

berbentuk hati. Daun hati yang terbentuk merupakan sepasang burung yang saling

mendekatkan kepala dan dadanya hingga leher sepasang burung tersebut melengkung

seperti daun hati.

Page 5: 57-159-1-PB

5

3.1.1.2 Perempuan berjilbab

Perempuan berjilbab secara mimesis mengacu pada seorang perempuan

muslim yang menggunakan atau memakai jilbab untuk menutupi dirinya, tubuhnya,

auratnya dengan balutan kain panjang, tidak ketat, dan tidak menerawang.

3.1.1.3 Telepon seluler

Telepon seluler mengacu pada wahana komunikasi berupa perangkat seluler

yang mewadahi terjadinya hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi jarak jauh

yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Telepon seluler merupakan

salah satu alat komunikasi dua arah. Tanpa bertatatap langsung, seseorang dapat

melakukan komunikasi dengan telepon seluler. Telepon seluler saat ini tidak hanya

menerima suara melalui sinyal, fitur-fitur lainnya yang mendukung dalam telepon

seluler seperti SMS, layanan internet dan sebagainya.

3.1.1.4 Motif kaluak paku

Kaluak paku merupakan nama salah satu motif ukiran di Minangkabau.

Berasal dari motif gulungan (kelukan/kaluak) pada ujung tanaman pakis (paku) yang

masih muda. Pengertian harfiah tersurat pada kaluak paku berarti gelung tanaman

pakis yang memiliki keindahan dan kedinamisan. Berdasarkan konsep tersebut, motif

kaluak paku mengacu pada sebuah pola atau corak ukiran Minangkabau yang

berbentuk kelukan pada ujung tanaman paku yang masih muda yang memiliki

keindahan dan kedinamisan ( Murad, 2012:31).

3.1.2 Pembacaan heuristik pada teks cerpen

3.1.2.1 Sepasang angsa

Angsa merupakan salah satu dari spesies burung yang ada di dunia. Angsa

dengan ciri fisiknya adalah salah satu hewan yang menawan, cantik, anggun dan

berwarna putih. Gambaran mengenai sepasang angsa tersebut ada pada kutipan

berikut.

Kamar pengantin bertabur romansa merah jambu air kesukaan Rum. Sepasang angsa dari selimut tebal yang juga merah jambu air sudah menanti di peraduan. Sepasang angsa lambang kesetiaan penghuni kamar (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Page 6: 57-159-1-PB

6

Pada kutipan tersebut, digambarkan bahwa sepasang angsa mengacu pada dua

ekor itik besar yang berleher panjang, berwarna putih dan berbeda jenis kelamin yang

memiliki kecocokan atau kesesuaian sebagai pasangannya.

3.1.2.2 Blackberry

Salah satu merek telepon seluler saat ini adalah blackberry. Blackberry

mengacu pada konsepsi wahana komunikasi berupa perangkat seluler yang mewadahi

terjadinya hubungan komunikasi. Dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh

gambaran mengenai blackberry terlihat pada kutipan berikut.

Ia menanti Rum dan lelaki yang setiap subuh membisikan kata-kata manis ke telinga Rum lewat Blackberry (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa blackberry adalah salah

satu telepon seluler yang memiliki kemampuan layanan push e-mail, telepon, SMS,

menjelajah internet, BBM dan berbagai kemampuan lainnya yang digunakan sebagai

alat komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, interpretasi

mimesis tergambar dari tokoh Rum yang berkomunikasi menggunakan blackberry

untuk berhubungan dengan lelaki pasangannya. Lelaki yang memhubungi Rum

dengan kata-kata manis dan kemesraan seperti layaknya seorang pasangan.

3.1.2.3 Perempuan menyusuri subuh

Perempuan Menyusuri Subuh merujuk pada tokoh Rum yang merupakan

seorang perempuan yang memiliki ciri-ciri fisik sesuai dengan kodrat yang dimiliki

perempuan, dapat menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui yang menuruti bagian

yang tepi dari atau menelusuri sesuatu dari waktu antara terbit fajar dan menjelang

terbitnya matahari atau waktu subuh.

3.1.2.4 Baralek gadang

Baralek gadang mengacu pada pesta yang dilakukan secara besar, pesta besar

yang dalam budaya Minangkabau seperti pesta perkawinan, melantik penghulu dan

sebagainya. Gambaran mengenai baralek gadang tersebut tergambar pada kutipan

berikut.

Page 7: 57-159-1-PB

7

Gadis-gadis itu ingin memastikan pengantin benar-benar bak raja dan ratu sehari selama baralek gadang (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat baralek gadang adalah pesta besar

pada suatu pernikahan yang dihadiri banyak tamu undangan dan orang-orang terdekat

seperti sanak saudara yang membantu selama pesta, seperti membantu persiapan

baralek, perlengkapan baralek, makanan dan minuman baralek serta alat-alat yang

diperlukan saat perhelatan baralek.

3.2 Pembacaan hermeneutik

3.2.1 Sepasang burung angsa

Menurut pembacaan hermeneutik, sepasang burung angsa berimplikasi

terhadap munculnya kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaan. Sepasang burung

angsa mengandung makna kebahagiaan. Sebagai sebuah kebahagiaan, maka

gambaran sepasang burung angsa memiliki makna dalam kehidupan, sepasang burung

angsa bermakna sebuah kebahagiaan yaitu perasaan atau keadaan senang dan tentram

baik lahir maupun batin. Sepasang burung angsa tidak hanya menyangkut perasaan

atau keadaan pribadi. Namun dimaknai lebih luas dari itu yakni perasaan atau keadaan

terhadap hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia baik dengan

kekasih, saudara dan orang lain.

Konsepsi kebahagiaan pada sepasang burung angsa muncul karena berbagai

tututan dan keterbatasan hidup, terutama menyangkut hubungan, kebutuhan, dan

keberadaan. Sehingga demi sebuah kesetiaan, maka sepasang burung angsa bermakna

sebuah perjuangan sepasang insan untuk saling berpegang teguh pada janji dan

pendirian. Konsepsi tersebut terlihat dalam kutipan berikut.

Sepasang angsa lambang kesetiaan penghuni kamar (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Pada teks terlihat bahwa sepasang burung angsa, salah satunya merujuk pada

kesetiaan. Sepasang burung angsa merupakan substansi yang mengandung hakikat

sebuah pernikahan. Pernikahan yang suci dengan janji-janji yang mencerminkan

kesetiaan pada pasangan, hal ini terlihat dalam kutipan berikut.

Page 8: 57-159-1-PB

8

Tak ada kesetiaan antara tiga orang. Kesetiaan itu hanya milik dua orang. Aku memutuskan tidak mengikuti perjanjian kesetiaan yang ia buat (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Pada teks terlihat bahwa kesetiaan itu hanya milik dua insan yang tidak dapat

dimasuki oleh siapapun. Selain burung angsa, kesetiaan pada pasangan juga

tergambar pada sepasang burung merpati. Merpati merupakan burung yang setia pada

pasangannya, seekor merpati jantan tidak akan berganti pasangan dengan merpati

betina selain pasangannya.

Selanjutnya dalam konteks semiosis, konsepsi cinta dalam sepasang burung

angsa berimplikasi terhadap kasih sayang, ikatan dan suka. Cinta merupakan bentuk

perasaan terhadap sesama manusia, terhadap Tuhan dan terhadap lingkungannya. Hal

itu tampak dalam kutipan berikut.

Cinta tanpa kata-kata manis. cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima. Cinta yang ingin Rum jalani sampai akhir. (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Manusia yang saling mencintai telah memberikan suatu kasih sayang bagi

dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki cinta mendapatkan

kebahagiaan dalam hidupnya. Manusia juga memiliki cinta terhadap Tuhannya, cinta

kepada Tuhan mengindikasikan keberadaan Tuhan memberikan cinta yang tanpa

batas, cinta yang tidak memandang apapun dari yang mencintai-Nya. Tuhan

memberikan cinta kepada yang mengingatnya. Dengan cinta-Nya, manusia

mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin serta cinta yang tidak pernah habis.

Mengacu pada sesuatu yang ada dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai

tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian, maka dimunculkan

tanda daun hati. Daun hati adalah gambaran yang melengkapi implikasi sepasang

burung angsa pada perasaan batin dan rasa pengertian antara dua insan, perasaan batin

dan rasa pengertian yang sama, saling melengkapi dalam cinta, kebahagiaan,

kesetiaan dan lain sebagainya.

3.2.2 Perempuan berjilbab

Menurut pembacaan hermeneutik yang diinterpretasi berdasarkan pemahaman

lingual, perempuan berjilbab berimplikasi terhadap konsepsi tanggung jawab, harga

Page 9: 57-159-1-PB

9

diri, kehormatan, kebanggaan, keteguhan, kepercayaan, kesucian, Islam, iman dan

taqwa. Perempuan berjilbab menurut interpretasi semiosis menunjukkan konsepsi

yang dalam bagi seorang perempuan. Dalam agama Islam, jilbab merupakan sebuah

kewajiban bagi seorang perempuan dewasa. Sebagai seorang muslimah, berjilbab

merupakan tanggung jawab yang diharuskan karena dalam Al-quran surat An Nur

ayat 31 sudah dijelaskan Allah SWT yang maksudnya, bagi orang-orang perempuan

mukmin supaya memakai pakain tutup atau tudung (jilbab) untuk menutupi kepala

mereka, dan tudung itu hendaknya diulurkan atau ditarik dari atas kepala ke atas

dahinya. Agar di leher dan dada tidak kelihatan, hendaknya tudung itu pula dibelitkan

di lehernya dan diulurkan di atas dadanya. Hal ini tergambar dalam hadis berikut.

Nabi Muhammad SAW pun bersabda bahwa anak perempuan yang telah dewasa itu tidak patut dan tidak halal menampakkan tubuhnya kepada orang lelaki lain, yang bukan dari mahramnya, melainkan kedua tapak tangannya dan mukanya (Hadist Riwayat Imam At Thabarany dari St. aisyah r.a).

Perempuan berjilbab juga dimaknai sebagai harga diri , kebanggaan dan

kehormatan. Berjilbab bagi perempuan merupakan bentuk ibadah yang diharuskaan

oleh Allah SWT. Menggunakan jilbab memberikan kehormatan dan kebanggaan bagi

seorang perempuan. Hal tersebut terlihat dalam Al-quran dalam Surat Al Ahzab ayat

59 yang maksudnya, bagi perempuan mukmin supaya mengenakan tudung kepala

atau jilbab agar mereka memelihara kehormatan dirinya sebagai seorang perempuan.

Dengan demikian, berjilbab merupakan sebuah kebanggaan dan menjauhkan diri dari

kejahatan dengan kata lain jilbab memberikan perlindungan kepada perempuan

mukmin.

Selanjutnya, berjilbab berimplikasi pada iman dan takwa seorang hamba

kepada Tuhan-Nya. Iman merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT,

nabi, kitab dan sebagainya. Seorang perempuan yang beriman kepada Allah SWT

melakukan kewajibanya sebagai seorang perempuan dewasa untuk menggunakan

kerudung (jilbab). Jilbab menggambarkan kecintaan seorang perempuan muslim yang

sudah dewasa terhadap keyakinan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Kecintaan yang

terjalin menjadikan seorang hamba terpelihara untuk tetap taat melaksanakan perintah

Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain, kesalehan hidup

Page 10: 57-159-1-PB

10

seorang perempuan yang mengunakan jilbab adalah sebuah keinsafan yang

memberikan ketenangan batin manusia. Ketakwaan terhadap Tuhan menciptakan

kebahagian seorang hamba yang mencintai Tuhan-Nya dengan keiklhasan sampai

akhir hidup. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.

Cinta tanpa kata-kata manis. Cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima. Cinta yang ingin Rum jalani sampai akhir hidup (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

3.2.3 Telepon seluler

Secara hermeneutik, telepon seluler mengandung konsepsi: hubungan,

perubahan, wahana budaya, aktifitas harapan dan isytiak (perasaan tertarik hati

seorang hamba kepada Allah SWT ketika berkomunikasi dengan-Nya untuk

mendapatkan kenikmatan). Telepon seluler mengandung makna hubungan, hubungan

adalah bentuk aktifitas manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, baik

itu hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dengan Tuhan. Hubungan

mencerminkan keakraban manusia dalam hidup berdampingan. Dinyatakan bahwa

telepon seluler adalah cara manusia dalam berhubungan, dan dalam aktifitasnya

sehari-hari hubungan memberikan kemudahan dalam menyampaikan maksud, tujuan,

kesan, dan sebagainya. Dengan demikian, telepon seluler identik dengan kepentingan

pribadi karena sebagian besar telepon seluler digunakan oleh seseorang bukan dua

atau tiga orang.

Dalam konteks semiosis, telepon seluler dimaknai sebagai wahana budaya.

Telepon seluler dalam hal ini mengindikasikan adanya gaya hidup modern untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Saat ini menjadi trend yang terus berubah-ubah

yang ditandai dengan kemampuan memiliki barang canggih, khususnya dalam hal

berkomunikasi. Telepon seluler juga menjelaskan tingkat sosial anggota masyarakat,

bagi yang memiliki blackberry dianggap sebagai kalangan yang ekonominya

mencukupi atau menengah ke atas. Dengan demikian, keberadaan telepon seluler

mengindikasikan adanya hubungan komunikasi suatu masyarakat.

Telepon seluler memfasilitasi aktivitas kehidupan untuk berkomunikasi dalam

masyarakat. Di samping itu, eksistensi telepon seluler sebagai wahana komunikasi

Page 11: 57-159-1-PB

11

dan bagian aktivitas budaya juga menjadi ukuran tingkat sosial. Telepon seluler

adalah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan alat komunikasi saat ini

dalam masyarakat. Kemampuan masyarakat memiliki barang canggih seperti telepon

seluler sebagai alat komunikasi merupakan indikator kondisi masyarakat saat ini.

Blackberry merupakan salah satu jenis telepon seluler yang mengindikasikan

perubahan tingkat sosial yang tinggi. Perubahan gaya hidup modern yang didukung

perekonomian yang memadai menyebabkan orang mudah untuk memiliki telepon

seluler seperti blackberry.

Selanjutnya, dalam konteks semiosis, blackberry dimaknai sebagai hubungan

komunikasi dengan Tuhan merupakan sebuah kebahagiaan, kebahagiaan lahir dan

batin dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki keyakinan. Dengan

demikian, perasaaan tertarik hati seorang hamba kepada Allah SWT ketika

berkomunikasi dengan-Nya untuk mendapatkan kenikmatan yang disebut isytiak. Hal

ini terlihat dalam kutipan berikut.

Rum belajar melupakan lelaki yang setiap subuh mengirim kata-kata manis lewat Blackberry. Di usia memasuki kepala tiga, Rum berharap lelaki lain akan datang menawarkan cinta. Cinta tanpa kata-kata manis. Cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Dengan demikian, telepon seluler merupakan implikasi dari komunikasi yang

mengambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Hal itu berkorelasi dengan tanda

(sign) subuh dan jilbab.

3.2.4 Motif kaluak paku

Secara hermeneutik, motif kaluak paku mengandung konsepsi: tanggung

jawab, sosialisasi, kedinamisan, martabat dan introspeksi. Kaluak paku

menggambarkan sifat kodrati manusia yang lahir, tumbuh ,dan berkembang dalam

dinamika menuju keberhasilan dan keindahan hidup. Pucuak paku pada awal

pertumbuhannya melingkar ke dalam, yang kemudian akhirnya tumbuh melingkar ke

arah luar. Begitu juga manusia, yang pada tahap awal mengenal dirinya terlebih

Page 12: 57-159-1-PB

12

dahulu sebelum melakukan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungannya. Selain itu,

juga bermakna pentingnya instrospeksi diri; bergelung ke dalam lebih dahulu, setelah

itu barulah bergelung kearah luar. Koreksi kesalahan sendiri, setelah itu baru layak

mengoreksi kesalahan orang lain.

Kaluak paku lekat dengan konsepsi tanggung jawab dan martabat. Dalam adat

Minangkabau dinyatakan bahwa seorang lelaki memiliki tanggung jawab. Yaitu

tanggung jawab kepada generasi penerus, sebagai ayah dari anak-anaknya dan sebagai

mamak dari kemenakan (keponakan). Bertanggung jawab semua hal yang

berhubungan dengan kewajiban sebagai lelaki di Minangkabau. Dengan demikian,

menjalankan tanggung jawab memcerminkan lelaki yang bermartabat di tengah-

tengah masyarakat di Minangkabau. Sebaliknya jika lelaki melalaikan tanggung

jawabnya maka dipandang lelaki yang tidak bermartabat.

Di samping itu kaluak paku juga mengandung konsepsi sosialisasi,

kedinamisan dan introspeksi. Kaluak paku dalam budaya Minangkabau

menggambarkan aktifitas kehidupan masyarakat Minangkabau. Aktifitas masyarakat

yang hidup berdampingan dan berinteraksi dengan lingkungannya mencerminkan

sosialisasi dan kedinamisan. Konsepsi introspeksi terlihat dalam bentuk sikap

bersosialisasi di kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat Minangkabau sikap

meninjau atau koreksi terhadap sikap diri sendiri merupakan anjuran yang diajarkan

sejak dini, agar setelah dewasa dapat memahami dirinya sendiri. Hal tersebut terdapat

dalam kutipan berikut. Rum perempuan yang dibesarkan dengan kias dan tanda. Rum mempelajari cara terbaik menjaga diri di mata lelaki. Rum mempelajari cara terbaik menjadi perempuan ideal di ranah ini (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Pada teks terlihat bahwa sebagai manusia haruslah mawas diri sejak kecil, dan

perlu belajar sejak dini mulai dari keluarga. Pendidikan dalam keluarga menjadi bekal

utama untuk menjalani kehidupan di masyarakat.

3.2.5 Perempuan menyusuri subuh

Rum tokoh dalam Perempuan Menyusuri Subuh merujuk pada perempuan

yang mengawali kehidupannya dari sepi. Lebih lanjut, penggunaan Perempuan

Page 13: 57-159-1-PB

13

Menyusuri Subuh sebagai judul merupakan sumber pemaknaan yang mencakup

keseluruhan sistem tanda yang dikomunikasikan teks maupun ilustrasi. Berdasarkan

pembacaan semiosis, tanda Perempuan Menyusuri Subuh mengindikasikan pengaruh

budaya Islam yaitu Subuh. Subuh mengandung konsepsi awal dan shalat. Subuh

mengandung makna awal. Sebagai sebuah awal, dalam ajaran Islam Subuh adalah

perintah Allah SWT yang wajib dikerjakan. Perintah mendirikan shalat lima waktu

yang diawali dari melaksanakan shalat Subuh. Hal ini disebutkan Allah SWT dalam

surat Al-Isro ayat 78 sebagaimana Allah memerintahkan untuk melaksanakan shalat-

shalat, akan tetapi Allah mengkhususkan shalat Subuh dengan memberikan pujian

yang lebih, yaitu shalat Subuh ini disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah SWT.

Allah memberikan balasan dari pelaksanaan ibadah-ibadah ini dengan

ditinggikannya derajat dan dinaikkannya kedudukan serta menjadi orang-orang yang

dikaruniai nikmat oleh Allah. Subuh adalah awal yang bersifat sepi, awal yang

dimulai dengan motivasi pribadi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Subuh

juga mengandung makna saat-saat kehidupan mulai bernafas dalam kemudahan,

kegembiraan, keakraban, kecintaan, dan kerelaan hati.

Subuh secara semiosis adalah langkah awal manusia memulai kehidupan.

Awal diartikan sama halnya dengan fajar sebagai permulaan kehidupan manusia.

Sebagai permulaan, fajar adalah waktu di mana manusia memulai langkah

kehidupannya sendiri. Fajar berhubungan dengan timur, seperti matahari yang terbit

di sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Timur dimaknai dengan awal mula

kehidupan dan barat sebagai akhir dari kehidupan. Dalam pandangan masyarakat

Minangkabau, orang Minangkabau harus memikirkan masa depan dan apa yang akan

ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa sesudah mati. Masyarakat Minangkabau

dinasehatkan untuk selalu mengunakan waktu untuk sesuatu yang bermakna, sebagai

yang dikatakan pepatah duduak marauik ranjau, tagak maninjau jarak yang

merupakan manifestasi untuk mengisi waktu sebaik-baiknya pada masa sekarang.

Membangkitkan batang terendam merupakan refleksi dari masa lalu sebagai pedoman

untuk berbuat pada masa sekarang.

Subuh bermakna muda, muda adalah gambaran perjalanan hidup manusia dari

lahir. Manusia dilahirkan ke dunia untuk memulai dan menjalani kehidupannya dari

Page 14: 57-159-1-PB

14

awal. Hal itu tidak dapat diubah atau dihindari karena Tuhan telah mengatur

kehidupan manusia sesuai kodratnya.

Islam menganjurkan bahwa memulai aktifitas hidup ditandai dari fajar, fajar

identik dengan timur. Saat fajar di sebelah timur memberikan tanda kaum muslim

menjalankan shalat Subuh. Islam menjelaskan hanya kepada Allah manusia bisa

memulai sesuatu dengan baik. Allah memberikan jalan kepada manusia yang

mengingat-Nya dan berserah diri kepada-Nya sehingga diberikan kebahagiaan.

3.2.6 Baralek gadang

Menurut pembacaan hermeneutik, baralek gadang berimplikasi terhadap

munculnya ikatan, kebahagiaan, kebersamaan, sosialsasi, dan rasa syukur. Baralek

gadang mengandung makna ikatan yang berujung kepada menyatukan hal yang sudah

disepakati dan disaksikan secara bersama. Adanya ikatan dengan sendirinya akan

menciptakan kebahagiaan. Sebagai sebuah kebahagiaan, maka gambaran baralek

gadang memiliki makna dalam kehidupan manusia yaitu perasaaan atau keadaan

senang dan tentram lahir dan batin dalam suatu ikatan baik perkawinan maupun

pengangkatan jabatan. Namun lebih luas dimaknai dengan hubungan antara manusia

dengan manusia lainnya dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.

Selanjutnya, dalam masyarakat Minangkabau baralek gadang merupakan

bentuk kebersamaan dan sosialisasi kepada orang-orang dilingkungannya. Terutama

kebersamaan dengan saudara-saudara yang terdekat. Selain itu, baralek gadang

merupakan bentuk rasa syukur manusia kepada Tuhan atas berkah yang telah

diberikan. Tuhan memberikan rezeki kepada orang-orang yang bersyukur kepada-

Nya. Selain itu, rezeki yang didapat tidak hanya dinikmati sendiri melainkan bersama-

sama sebagai bentuk sosialisasi kepada kerabat dan orang lain.

Selain itu, baralek gadang dimaknai sebagai fenomena budaya. Baralek

gadang dalam hal ini mengindikasikan adanya kebanggaan masyarakat Minangkabau

tentang kehidupan sosial dan kemampuan untuk menghadirkan kehormatan di tengah

masyarakat. Sebagai gejala budaya, baralek gadang merupakan kebiasaan masyarakat

Minangkabau dalam menyambut suatu peristiwa yang dianggap sakral. Hal tersebut

terlihat pada pelaksanaan baralek gadang, semua kerabat berupaya menghadirkan

Page 15: 57-159-1-PB

15

sebuah perhelatan yang meriah di tengah masyarakat. Bentuk kemeriahan tersebut

terlihat dari pakaian yang dikenakan oleh mempelai dan keluarga mempelai.

Pakaian mempelai dan keluarga mempelai di Minangkabau umumnya

menggunakan warna merah sebagai warna dasar, sebab latar budaya masyarakat

Minangkabau yang menanggap merah sebagai salah satu warna kebesaran di

Minangkabau selain hitam dan kuning. Warna yang digunakan pada pakaian

mempelai memberikan tanda bahwa keluarga mempelai berbahagia dengan kehadiran

anggota keluarga baru dan kegembiraan atas pernikahan, dan berharap pernikahan

tersebut akan selalu membawa kebahagiaan . Kehadiran tersebut digambarkan dengan

perhelatan yang dilakukan sebagai bentuk kebanggaan di tengah masyarakat kerena

kedatangan anggota keluarga melalui ikatan perkawinan.

Sebagai gejala budaya, baralek gadang menggambarkan martabat suatu

keluarga di tengah masyarakat Minangkabau. Martabat mengandung makna adanya

kemampuan keluarga mempelai mengadakan baralek gadang sebagai cara untuk

memberitahukan kepada masyarakat tentang tambahan jumlah keluarga dalam ikatan

perkawinan. Hal tersebut, menciptakan harmoni dalam bermasyarakat dan

kebanggaan keluarga di tengah masyarakat Minangkabau.

Selanjutnya, keinginan keluarga mempelai untuk mengadakan perhelatan

yang mewah dan meriah merupakan nuansa untuk menghadirkannya di tengah

masyarakat. Dengan demikian, nuansa yang dihadirkan sesuai dengan kemampuan

keluarga untuk melaksanakan perhelatan yang gadang dilingkungannya

bermasyarakat. Hal ini mengindikasikan gejala budaya masyarakat Minangkabau

untuk menghadirkan sebuah kebanggaan suatu keluarga di tengah masyarakat di

lingkungannya.

3.3 Hipogram

Hipogram merupakan sistem tanda yang berisi setidak-tidaknya satu

pernyataan, dan dapat sama luasnya dengan teks. Hipogram dapat bersifat pontensial

karena dapat dilihat pada bahasa, dan bersifat aktual yang dapat dilihat pada teks-teks

terdahulu atau yang ada sebelumnya. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa dalam

sistem tanda adalah bahwa sebuah tanda dalam karya sastra harus mempertimbangkan

tidak hanya hubungannya dengan hipogram non tekstual melainkan dalam

Page 16: 57-159-1-PB

16

hubungannya dengan matriks, keseluruhan teks. Dalam hal ini sistem hipogram

memiliki orientasi positif dan negatif yang merefleksi konotasi-konotasi kata inti

(Riffaterre, 1982: 63-64). Hipogram aktual diistilahkan oleh Riffaterre dengan istilah

intertekstualitas.

Lebih lanjut, rangkaian perubahan selalu memindahkan penilaian hipogram,

sehingga signifikansi memiliki dua sisi, positif dan negatif. Dua sisi tersebut adalah

dua sisi model dari satu matriks yang sama. Jika tanda yang mereferensi ke hipogram

dibuat dari beberapa kata, maka hubungan kata-kata dengan hipogram merupakan

komponen-komponen unit signifikansi tunggal (Riffaterre 1982: 63-64).

Hipogram yang terdapat dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan

Menyusuri Subuh karya Elly Delfia ini adalah sebagai berikut.

3.3.1 Shalat sebagai rukun Islam kedua

Dalam agama Islam dikenal adanya rukun Islam. Rukun Islam merupakan

tiang utama dalam agama Islam. Rukun Islam dibagi menjadi 5 rukun diantaranya,

mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa, berzakat, dan

mengerjakan ibadah haji bagi yang mampu.

Mendirikan shalat adalah rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah

SWT yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang telah dewasa menjalankan

perintah agama, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu. Dimulai dengan takbir dan

diakhiri dengan salam (Rifa’i, 1998:34).

Perintah Allah kepada umat Muslim untuk menjalankan shalat terdapat di

dalam kitab Alquran dalam surat Al-Baqarah ayat 43 dan surat Al-Ankabut ayat 45

yang artinya sebagaimana di antara shalat-shalat yang ada, shalat Subuh adalah yang

mengawali hari, ia adalah shalat yang harus dijaga betul pelaksanaannya, sebab tidak

semua orang bisa konsisten dalam melaksanakannya, bahkan shalat ini terasa amat

berat bagi orang-orang munafik. Di mana nabi Muhammad SAW bersabda:

“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isyak dan Subuh” (HR Imam Ahmad).

Page 17: 57-159-1-PB

17

Shalat Subuh adalah tolok ukur sejauh mana kejujuran dan keimanan seorang

Muslim dalam menjalankan kewajibannya kepada Allah SWT. Lebih lanjut,

digambarkan shalat Subuh bermakna shalat fajar. Berdasarkan defenisinya, fajar

adalah cahaya di waktu pagi, tepatnya adalah warna merah matahari yang keluar pada

saat pekatnya malam. Waktu Subuh yang sesungguhnya tidak terjadi kecuali pada

waktu ini (Husain, 2006: 30)

Dalam syariat Islam shalat memiliki waktu-waktu tertentu dalam

pelaksanaannya, diawali dengan seruan untuk mengajak orang melakukan shalat

(azan) ketika masuk waktu masing-masing shalat tersebut. Kewajiban dalam hal ini

terlihat pada firman Allah SWT sebagai berikut.

“Sesungguhnya shalat diwajibkan atas orang-orang beriman dengan penetapan yang sudah ditetapkan waktunya” (QS An-Nisa ayat 103).

Maksud dari ayat tersebut, batasan waktu-waktu shalat tercantum di dalam

sunnah yang mulia. Seperti halnya waktu shalat Subuh, awal waktu shalat Subuh

adalah ketika terbit fajar. Lebih lanjut, mengenai kapan waktu fajar, dijelaskan dalam

sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut. “Di sana ada dua fajar, adapun dzanbu s-sarhan maka itu tidak menghalalkan atau mengharamkan apa pun. Sedangkan yang membentang dan menyebar ke seluruh ufuk, saat itulah diperkenankan shalat (Subuh) dan diharamkan makanan” (HR Daruquthni).

Allah SWT memerintahkan kepada umat Muslim untuk melaksanakan shalat-

shalat, tetapi shalat Subuh disebutkan secara khusus dalam firman Allah SWT surat

Al Isro ayat 78 bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat-shalat, akan tetapi

Allah mengkhususkan shalat Subuh dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu

shalat Subuh ini disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah.

3.3.2 Pernikahan sebagai sunatullah

Sebagaimana diketahui bahwa pernikahan merupakan hukum Allah SWT yang

disampaikan kepada umat manusia melalui para rasul atau undang-undang keagamaan

yang ditetapkan oleh Allah SWT yang tercantum di dalam Alquran.

Firman Allah SWT yang tersebut di dalam Alquran, menjelaskan segenap

makhluk hidup yang ada di muka bumi melangsungkan kehidupan dengan jalan

Page 18: 57-159-1-PB

18

berjodoh, berpasangan-pasangan, seperti halnya manusia yang berpasangan antara

laki-laki dan perempuan. Hal tersebut terdapat dalam firman Allah yang artinya

sebagai berikut.

“Maha suci Allah yang telah jadikan jodoh-jodoh bagi segenapnya dari segala tumbuhan-tumbuhan bumi, dan dari manusia sendiri dan dari segala sesuatu yang mereka (manusia) tidak tahu” (QS Yaasin ayat 36).

Maksud dari ayat tersebut, bahwa makhluk yang dijadikan oleh Allah SWT

baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan jenis manusia, ataupun benda-

benda yang bagi manusia belum mengetahuinya, semuanya dijadikan berpasang-

pasangan (Chalil, 1984:181).

Oleh sebab itu, hasrat berpasangan yang dalam arti sebenarnya ialah

percampuran atau perkawinan antara lelaki dan perempuan tidak dapat dilepaskan,

tidak akan mungkin dihindarkan dengan cara apapun. Karena memang demikianlah

asal mula dari kejadian manusia. Lebih lanjut, dalam surat Ar-Rum ayat 21 Allah

berfirman. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS Ar-Rum ayat 21).

Maksud dari ayat tersebut, bahwa Allah SWT menciptakan manusia dan

menjadikannya berpasang-pasangan dari jenisnya sendiri, yaitu mempunyai kesamaan

jasmani dan kesamaan dalam bidang tujuan, ilmu, rohani dan lain-lain. Dengan

demikian, masing-masing dapat memahami dengan baik fungsinya dan menjalankan

kewajiban dan haknya dengan baik. Suami sebagai imam dalam rumah tangga, dan

istri sebagai wakilnya. Selanjutnya, masing-masing sudah saling memahami sifat

pasangan masing-masing, seiring dan sejalan dalam mewujudkan tujuan berumah

tangga yang tentram.

Lebih lanjut, mencintai tidak hanya didasarkan atas keadaan fisik atau

ekonomi semata, tetapi telah timbul perasaan saling mencintai yang dalam karena

Allah SWT, yang tidak tergoyahkan oleh godaan-godaan apapun. Selain itu, manusia

hendaknya benar-benar menjalankan pernikahan tanpa adanya halangan yang

mengganggu, dan dapat terus berpasangan menuju rahmat Allah SWT.

Page 19: 57-159-1-PB

19

Pernikahan merupakan sunatullah agar manusia dapat melangsungkan hidup di

dunia, melangsungkan keturunan sebagai makhluk hidup. Gambaran mengenai

pernikahan tersebut tanpak pada kutipan berikut.

“Membicarakan pernikahan anak gadis adalah kesenangan tersendiri bagi para perempuan di kampung itu sembari membayangkan kebahagiaan menimang cucu” (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pernikahan merupakan sebuah kebahagiaan

di antara dua insan dan keluarga dalam sebuah ikatan. Pernikahan yang digambarkan

pada kutipan tersebut lebih kepada menjalankan sunatullah untuk mendapatkan

keturunan untuk kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut dijelaskan dalam surat

An-Nisaa ayat 1 sebagai berikut. “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (An-Nisaa ayat 1).

4. KESIMPULAN

Pemaknaan terhadap tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan

Menyusuri Subuh dapat ditemukan dengan pembacaan heuristik dan pembacaan

hermeneutik. Dari pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen

Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen

Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan

makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus

mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Budaya Minangkabau berimplikasi

terhadap motif kaluak paku yang menginterpretasikan tanggung jawab, sosialisasi,

kedinamisan, martabat dan introspeksi yang merupakan sikap yang diharuskan

terhadap lelaki di Minangkabau. Selain itu, marawa menginterpretasikan kebesaran,

pembagian alam, dan pola kepemimpinan di Minangkabau. Adanya pengaruh budaya

Islam berimplikasi terhadap perempuan berjilbab yang menginterpretasikan tanggung

jawab, harga diri, kehormatan, kebanggaan, keteguhan, kesucian, taqwa, dan

kepercayaan seorang perempuan muslim. Perempuan berjilbab merupakan sosok

tokoh Rum dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. yang juga mengindikasikan

pengaruh budaya Islam yaitu Subuh. Subuh yang menginterpretasikan sebuah awal

Page 20: 57-159-1-PB

20

perjalanan hidup dan ibadah shalat. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen

Perempuan Menyusuri Subuh juga mengindikasikan munculnya hubungan,

perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter

dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh.

Page 21: 57-159-1-PB

21

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Chalil, Moenawwar K.H.1984. Nilai Wanita. Semarang: Ramadhani

Christomy, Tommy & Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Pendidikan Kemasyarakatan dan Budaya direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi . Ketiga Jakarta: Balai Pustaka

Harian umum Haluan. Edisi Minggu tanggal 26 Februari 2012.

Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Munguak Misteri Kemuliaan dalam Sholat Subuh. Solo: Wacana Ilmiah Press.

Murad, Yazirman dkk. 2012. Budaya Alam Minangkabau untuk SMP/MTs.Padang: MGDP BAM SMP/MTs Dinas Pendidikan Kota Padang.

Nugiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Madsa University Press

Pradopo, Rachmat Djoko.1994. Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik dalam Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia IKIP Muhammadiyah

Qur’an Tawjid dan terjemahannya. Departemen Agama RI: Maghfirah Pustaka.

Rifa’I, Moh. 1998. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics Of Poetry. London: Indiana Universitas Press.

Saydam, Gauzali.2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat.

Zaimar, Okke K.S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Zoes, Aart van. 1991. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramnedia Pustaka Utama.