57-159-1-pb
DESCRIPTION
pendidikanTRANSCRIPT
1
PEMAKNAAN ILUSTRASI CERPEN DAN CERPEN “PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH” KARYA ELLY DELFIA
DI HARIAN UMUM HALUAN (TINJAUAN SEMIOTIK)
Oleh : Ismail Idola
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua alasan. Pertama, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh memiliki potensi untuk dikaji menggunakan pendekatan semiotik. Kedua, ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sarat dengan tanda-tanda yang mengindikasikan fenomena budaya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pembacaan heuristik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh, (2) mendeskripsikan pembacaan hermeneutik terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis dan penyajian hasil analisis. Pada penggumpulan data, mengunakan metode kualitatif dengan teknik penelusuran kepustakaan. Selanjutnya, pengumpulan analisis secara induktif dengan menggunakan pendekatan semiotik Riffaterre, yang diawali dengan pembacaan heuristik, dan disempurnakan melalui pembacaan hermeneutik. Operasi semiotik Riffaterre ini pada akhirnya menghasilkan pemaknaan yang utuh dan mendalam. Hasil analisis data disajikan cara deskriptif menggunakan kutipan-kutipan penunjang dari sumber data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh juga mengindikasikan munculnya hubungan, perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. Kata kunci: ilustrasi, cerpen, perempuan menyusuri subuh, semiotik
1. PENDAHULUAN
Karya sastra memaparkan kehidupan manusia dengan sekelumit persoalannya,
baik persoalan individu, kelompok atau sosial. Karya sastra hadir di tengah-tengah
khalayak (pembaca) dalam bentuk puisi, cerpen, novel, naskah drama dan lainnya.
Karya-karya itu menggambarkan soal budaya, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial,
dan agama yang berangkat dari realitas.
2
Salah satu genre karya sastra tersebut adalah cerpen. Cerpen merupakan karya
sastra yang diciptakan oleh seorang penulis. Karya sastra ditulis atau diciptakan oleh
sastrawan bukan untuk dibaca sendiri, melainkan ada ide, gagasan, pengalaman, dan
amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan harapan, apa yang
disampaikan itu menjadi masukan, sehingga pembaca dapat mengambil kesimpulan
dan menginterpretasikannya sebagai sesuatu yang dapat berguna bagi perkembangan
hidupnya.
Beberapa cerpen yang diterbitkan di koran dan majalah ada ditemukan
ilustrasi/gambar yang mendukung cerpen tersebut. Namun, ditemukannya ilustrasi
cerpen tidak lepas dari adanya usaha penerbit untuk menghadirkan ilustrasi cerpen
guna menarik minat khalayak untuk membaca cerpen tersebut. Selain itu, usaha
penerbit untuk menghadirkan ilustrasi cerpen bertujuan untuk meningkatkan kualitas
yang bersifat komersial. Ilustrasi memberikan penjelasan secara visual kepada
pembaca untuk memahami cerpen. Ilustrasi yang berbentuk tokoh dalam cerita,
kejadian dalam cerita dan lain-lainnya memberikan keindahan tersendiri dalam
mengambarkan cerita cerpen.
Ilustrasi cerpen digunakan untuk membantu menginformasikan pesan dengan
cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari cerpen. Ilustrasi cerpen
sebagai gambaran pesan yang tidak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa
gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun
ilustrasi cerpen merupakan penarik perhatian yang paling efektif, namun akan lebih
efektif lagi bila ilustrasi cerpen tersebut juga menunjang pesan yang terkandung
dalam cerpen
Ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan Menyusuri Subuh karya Elly Delfia
yang diterbitkan Minggu, 26 Februari 2012 di harian umum Haluan memunculkan
tanda-tanda sebagai pemahaman terhadap karya sastra. Digunakan (tinjauan)
semiotik, yang menekankan pemaknaan terhadap tanda-tanda dalam ilustrasi cerpen.
Pemaknaan ilustrasi cerpen ini ditujukan sebagai literatur yang bermanfaat dalam
memberikan informasi yang cukup memadai mengenai makna sebuah ilustrasi cerpen.
3
2. TEORI SEMIOTIK
Semiotik adalah sebuah pendekatan yang menitik beratkan pada pengkajian
tanda. Mengkaji sistem-sistem, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda
tersebut mempunyai arti. Menurut Aart van Zoest (1995:5) semiotik adalah studi
tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya,
hubungannya dengan tanda- tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh
mereka yang mempergunakannya.
Menurut Pierce (dalam Zaimar, 2008: 2) yang disebut tanda adalah sesuatu
yang mewakili seseorang atau sesuatu yang lain dalam hal dan kapasitas tertentu.
Nurgiyantoro (2007: 40) menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang mewakili
sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan
lain-lainnya. Oleh karena itu, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya
bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini.
Karya sastra merupakan ekspresi bahasa yang dapat dipahami apabila
pembacanya menguasai konvensi bahasa. Namun pembacaan berdasarkan konvensi
bahasa tersebut belum mencukupi untuk memahami makna karya sastra
sesungguhnya (Riffaterre, 1978: 2). Hal ini disebabkan karena pembacaan konvensi
bahasa belum menjangkau pada sesuatu yang lain yang dimaksudkan. Bahasa karya
sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari akibat adanya displacing, distorsing dan
creating meaning dari bahasa sehari-hari (Riffaterre, 1978: 2).
Pembacaan atas dasar konvensi bahasa oleh Riffaterre (1978: 5) disebut
sebagai pembacaan heuristik (semiotika tataran pertama). Pembacaan heuristik adalah
pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik adalah
berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama (Pradopo, 1994:109).
Mengingat pembacaan heuristik belum mencukupi untuk makna yang sesungguhnya,
maka pembacaan dilanjutkan pada tataran kedua yaitu pembacaan berdasarkan
konvensi kesusastraan disebut pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik
(Riffaterre 1982: 5).
Pembacaan hermeneutik yang berdasarkan konvensi sastra dan budaya
(semiotika tataran kedua) pembacaan ini harus bergerak lebih jauh untuk memperoleh
kesatuan makna secara menyeluruh (Riffaterre dalam Christomy, 2004: 229).
Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan
4
makna. Lebih lanjut, pembacaan yang melibatkan matriks, model, dan hipogram
pontensial unutk menghasilkan pemaknaan teks secara utuh dan menyeluruh.
3. PEMAKNAAN TERHADAP TANDA DALAM ILUSTRASI CERPEN
DAN CERPEN PEREMPUAN MENYUSURI SUBUH (PEMBACAAN
HEURISTIK & PEMBACAAN HERMENEUTIK)
3.1 Pembacaan heuristik
3.1.1 Pembacaan heuristik pada ilustrasi cerpen
3.1.1.1 Sepasang burung
Sepasang burung mengacu pada dua ekor burung yang berbeda jenis kelamin
yang memiliki kecocokan atau kesesuaian sebagai pasangannya. Pada
gambar/ilustrasi tersebut juga terlihat bahwa sepasang burung memiliki bulu berwarna
putih. Warna putih pada sepasang burung terlihat mendominasi tubuh sepasang
burung mulai dari leher, badan sampai ekornya. Dari gambar/ilustrasi tersebut, terlihat
sepasang burung tersebut membentuk lambang menyerupai daun hati ditengah-
tengahnya. Dalam hal ini, gambaran sepasang burung berkaitan dengan gambaran
daun hati. Daun hati mengacu pada bagian yang tipis lebar seperti daun yang
berbentuk hati. Daun hati yang terbentuk merupakan sepasang burung yang saling
mendekatkan kepala dan dadanya hingga leher sepasang burung tersebut melengkung
seperti daun hati.
5
3.1.1.2 Perempuan berjilbab
Perempuan berjilbab secara mimesis mengacu pada seorang perempuan
muslim yang menggunakan atau memakai jilbab untuk menutupi dirinya, tubuhnya,
auratnya dengan balutan kain panjang, tidak ketat, dan tidak menerawang.
3.1.1.3 Telepon seluler
Telepon seluler mengacu pada wahana komunikasi berupa perangkat seluler
yang mewadahi terjadinya hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi jarak jauh
yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Telepon seluler merupakan
salah satu alat komunikasi dua arah. Tanpa bertatatap langsung, seseorang dapat
melakukan komunikasi dengan telepon seluler. Telepon seluler saat ini tidak hanya
menerima suara melalui sinyal, fitur-fitur lainnya yang mendukung dalam telepon
seluler seperti SMS, layanan internet dan sebagainya.
3.1.1.4 Motif kaluak paku
Kaluak paku merupakan nama salah satu motif ukiran di Minangkabau.
Berasal dari motif gulungan (kelukan/kaluak) pada ujung tanaman pakis (paku) yang
masih muda. Pengertian harfiah tersurat pada kaluak paku berarti gelung tanaman
pakis yang memiliki keindahan dan kedinamisan. Berdasarkan konsep tersebut, motif
kaluak paku mengacu pada sebuah pola atau corak ukiran Minangkabau yang
berbentuk kelukan pada ujung tanaman paku yang masih muda yang memiliki
keindahan dan kedinamisan ( Murad, 2012:31).
3.1.2 Pembacaan heuristik pada teks cerpen
3.1.2.1 Sepasang angsa
Angsa merupakan salah satu dari spesies burung yang ada di dunia. Angsa
dengan ciri fisiknya adalah salah satu hewan yang menawan, cantik, anggun dan
berwarna putih. Gambaran mengenai sepasang angsa tersebut ada pada kutipan
berikut.
Kamar pengantin bertabur romansa merah jambu air kesukaan Rum. Sepasang angsa dari selimut tebal yang juga merah jambu air sudah menanti di peraduan. Sepasang angsa lambang kesetiaan penghuni kamar (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
6
Pada kutipan tersebut, digambarkan bahwa sepasang angsa mengacu pada dua
ekor itik besar yang berleher panjang, berwarna putih dan berbeda jenis kelamin yang
memiliki kecocokan atau kesesuaian sebagai pasangannya.
3.1.2.2 Blackberry
Salah satu merek telepon seluler saat ini adalah blackberry. Blackberry
mengacu pada konsepsi wahana komunikasi berupa perangkat seluler yang mewadahi
terjadinya hubungan komunikasi. Dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh
gambaran mengenai blackberry terlihat pada kutipan berikut.
Ia menanti Rum dan lelaki yang setiap subuh membisikan kata-kata manis ke telinga Rum lewat Blackberry (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa blackberry adalah salah
satu telepon seluler yang memiliki kemampuan layanan push e-mail, telepon, SMS,
menjelajah internet, BBM dan berbagai kemampuan lainnya yang digunakan sebagai
alat komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini, interpretasi
mimesis tergambar dari tokoh Rum yang berkomunikasi menggunakan blackberry
untuk berhubungan dengan lelaki pasangannya. Lelaki yang memhubungi Rum
dengan kata-kata manis dan kemesraan seperti layaknya seorang pasangan.
3.1.2.3 Perempuan menyusuri subuh
Perempuan Menyusuri Subuh merujuk pada tokoh Rum yang merupakan
seorang perempuan yang memiliki ciri-ciri fisik sesuai dengan kodrat yang dimiliki
perempuan, dapat menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui yang menuruti bagian
yang tepi dari atau menelusuri sesuatu dari waktu antara terbit fajar dan menjelang
terbitnya matahari atau waktu subuh.
3.1.2.4 Baralek gadang
Baralek gadang mengacu pada pesta yang dilakukan secara besar, pesta besar
yang dalam budaya Minangkabau seperti pesta perkawinan, melantik penghulu dan
sebagainya. Gambaran mengenai baralek gadang tersebut tergambar pada kutipan
berikut.
7
Gadis-gadis itu ingin memastikan pengantin benar-benar bak raja dan ratu sehari selama baralek gadang (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat baralek gadang adalah pesta besar
pada suatu pernikahan yang dihadiri banyak tamu undangan dan orang-orang terdekat
seperti sanak saudara yang membantu selama pesta, seperti membantu persiapan
baralek, perlengkapan baralek, makanan dan minuman baralek serta alat-alat yang
diperlukan saat perhelatan baralek.
3.2 Pembacaan hermeneutik
3.2.1 Sepasang burung angsa
Menurut pembacaan hermeneutik, sepasang burung angsa berimplikasi
terhadap munculnya kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaan. Sepasang burung
angsa mengandung makna kebahagiaan. Sebagai sebuah kebahagiaan, maka
gambaran sepasang burung angsa memiliki makna dalam kehidupan, sepasang burung
angsa bermakna sebuah kebahagiaan yaitu perasaan atau keadaan senang dan tentram
baik lahir maupun batin. Sepasang burung angsa tidak hanya menyangkut perasaan
atau keadaan pribadi. Namun dimaknai lebih luas dari itu yakni perasaan atau keadaan
terhadap hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia baik dengan
kekasih, saudara dan orang lain.
Konsepsi kebahagiaan pada sepasang burung angsa muncul karena berbagai
tututan dan keterbatasan hidup, terutama menyangkut hubungan, kebutuhan, dan
keberadaan. Sehingga demi sebuah kesetiaan, maka sepasang burung angsa bermakna
sebuah perjuangan sepasang insan untuk saling berpegang teguh pada janji dan
pendirian. Konsepsi tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Sepasang angsa lambang kesetiaan penghuni kamar (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Pada teks terlihat bahwa sepasang burung angsa, salah satunya merujuk pada
kesetiaan. Sepasang burung angsa merupakan substansi yang mengandung hakikat
sebuah pernikahan. Pernikahan yang suci dengan janji-janji yang mencerminkan
kesetiaan pada pasangan, hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
8
Tak ada kesetiaan antara tiga orang. Kesetiaan itu hanya milik dua orang. Aku memutuskan tidak mengikuti perjanjian kesetiaan yang ia buat (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Pada teks terlihat bahwa kesetiaan itu hanya milik dua insan yang tidak dapat
dimasuki oleh siapapun. Selain burung angsa, kesetiaan pada pasangan juga
tergambar pada sepasang burung merpati. Merpati merupakan burung yang setia pada
pasangannya, seekor merpati jantan tidak akan berganti pasangan dengan merpati
betina selain pasangannya.
Selanjutnya dalam konteks semiosis, konsepsi cinta dalam sepasang burung
angsa berimplikasi terhadap kasih sayang, ikatan dan suka. Cinta merupakan bentuk
perasaan terhadap sesama manusia, terhadap Tuhan dan terhadap lingkungannya. Hal
itu tampak dalam kutipan berikut.
Cinta tanpa kata-kata manis. cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima. Cinta yang ingin Rum jalani sampai akhir. (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Manusia yang saling mencintai telah memberikan suatu kasih sayang bagi
dirinya dan orang lain. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki cinta mendapatkan
kebahagiaan dalam hidupnya. Manusia juga memiliki cinta terhadap Tuhannya, cinta
kepada Tuhan mengindikasikan keberadaan Tuhan memberikan cinta yang tanpa
batas, cinta yang tidak memandang apapun dari yang mencintai-Nya. Tuhan
memberikan cinta kepada yang mengingatnya. Dengan cinta-Nya, manusia
mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin serta cinta yang tidak pernah habis.
Mengacu pada sesuatu yang ada dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai
tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian, maka dimunculkan
tanda daun hati. Daun hati adalah gambaran yang melengkapi implikasi sepasang
burung angsa pada perasaan batin dan rasa pengertian antara dua insan, perasaan batin
dan rasa pengertian yang sama, saling melengkapi dalam cinta, kebahagiaan,
kesetiaan dan lain sebagainya.
3.2.2 Perempuan berjilbab
Menurut pembacaan hermeneutik yang diinterpretasi berdasarkan pemahaman
lingual, perempuan berjilbab berimplikasi terhadap konsepsi tanggung jawab, harga
9
diri, kehormatan, kebanggaan, keteguhan, kepercayaan, kesucian, Islam, iman dan
taqwa. Perempuan berjilbab menurut interpretasi semiosis menunjukkan konsepsi
yang dalam bagi seorang perempuan. Dalam agama Islam, jilbab merupakan sebuah
kewajiban bagi seorang perempuan dewasa. Sebagai seorang muslimah, berjilbab
merupakan tanggung jawab yang diharuskan karena dalam Al-quran surat An Nur
ayat 31 sudah dijelaskan Allah SWT yang maksudnya, bagi orang-orang perempuan
mukmin supaya memakai pakain tutup atau tudung (jilbab) untuk menutupi kepala
mereka, dan tudung itu hendaknya diulurkan atau ditarik dari atas kepala ke atas
dahinya. Agar di leher dan dada tidak kelihatan, hendaknya tudung itu pula dibelitkan
di lehernya dan diulurkan di atas dadanya. Hal ini tergambar dalam hadis berikut.
Nabi Muhammad SAW pun bersabda bahwa anak perempuan yang telah dewasa itu tidak patut dan tidak halal menampakkan tubuhnya kepada orang lelaki lain, yang bukan dari mahramnya, melainkan kedua tapak tangannya dan mukanya (Hadist Riwayat Imam At Thabarany dari St. aisyah r.a).
Perempuan berjilbab juga dimaknai sebagai harga diri , kebanggaan dan
kehormatan. Berjilbab bagi perempuan merupakan bentuk ibadah yang diharuskaan
oleh Allah SWT. Menggunakan jilbab memberikan kehormatan dan kebanggaan bagi
seorang perempuan. Hal tersebut terlihat dalam Al-quran dalam Surat Al Ahzab ayat
59 yang maksudnya, bagi perempuan mukmin supaya mengenakan tudung kepala
atau jilbab agar mereka memelihara kehormatan dirinya sebagai seorang perempuan.
Dengan demikian, berjilbab merupakan sebuah kebanggaan dan menjauhkan diri dari
kejahatan dengan kata lain jilbab memberikan perlindungan kepada perempuan
mukmin.
Selanjutnya, berjilbab berimplikasi pada iman dan takwa seorang hamba
kepada Tuhan-Nya. Iman merupakan keyakinan dan kepercayaan kepada Allah SWT,
nabi, kitab dan sebagainya. Seorang perempuan yang beriman kepada Allah SWT
melakukan kewajibanya sebagai seorang perempuan dewasa untuk menggunakan
kerudung (jilbab). Jilbab menggambarkan kecintaan seorang perempuan muslim yang
sudah dewasa terhadap keyakinan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Kecintaan yang
terjalin menjadikan seorang hamba terpelihara untuk tetap taat melaksanakan perintah
Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan kata lain, kesalehan hidup
10
seorang perempuan yang mengunakan jilbab adalah sebuah keinsafan yang
memberikan ketenangan batin manusia. Ketakwaan terhadap Tuhan menciptakan
kebahagian seorang hamba yang mencintai Tuhan-Nya dengan keiklhasan sampai
akhir hidup. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
Cinta tanpa kata-kata manis. Cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima. Cinta yang ingin Rum jalani sampai akhir hidup (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
3.2.3 Telepon seluler
Secara hermeneutik, telepon seluler mengandung konsepsi: hubungan,
perubahan, wahana budaya, aktifitas harapan dan isytiak (perasaan tertarik hati
seorang hamba kepada Allah SWT ketika berkomunikasi dengan-Nya untuk
mendapatkan kenikmatan). Telepon seluler mengandung makna hubungan, hubungan
adalah bentuk aktifitas manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, baik
itu hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dengan Tuhan. Hubungan
mencerminkan keakraban manusia dalam hidup berdampingan. Dinyatakan bahwa
telepon seluler adalah cara manusia dalam berhubungan, dan dalam aktifitasnya
sehari-hari hubungan memberikan kemudahan dalam menyampaikan maksud, tujuan,
kesan, dan sebagainya. Dengan demikian, telepon seluler identik dengan kepentingan
pribadi karena sebagian besar telepon seluler digunakan oleh seseorang bukan dua
atau tiga orang.
Dalam konteks semiosis, telepon seluler dimaknai sebagai wahana budaya.
Telepon seluler dalam hal ini mengindikasikan adanya gaya hidup modern untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Saat ini menjadi trend yang terus berubah-ubah
yang ditandai dengan kemampuan memiliki barang canggih, khususnya dalam hal
berkomunikasi. Telepon seluler juga menjelaskan tingkat sosial anggota masyarakat,
bagi yang memiliki blackberry dianggap sebagai kalangan yang ekonominya
mencukupi atau menengah ke atas. Dengan demikian, keberadaan telepon seluler
mengindikasikan adanya hubungan komunikasi suatu masyarakat.
Telepon seluler memfasilitasi aktivitas kehidupan untuk berkomunikasi dalam
masyarakat. Di samping itu, eksistensi telepon seluler sebagai wahana komunikasi
11
dan bagian aktivitas budaya juga menjadi ukuran tingkat sosial. Telepon seluler
adalah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan alat komunikasi saat ini
dalam masyarakat. Kemampuan masyarakat memiliki barang canggih seperti telepon
seluler sebagai alat komunikasi merupakan indikator kondisi masyarakat saat ini.
Blackberry merupakan salah satu jenis telepon seluler yang mengindikasikan
perubahan tingkat sosial yang tinggi. Perubahan gaya hidup modern yang didukung
perekonomian yang memadai menyebabkan orang mudah untuk memiliki telepon
seluler seperti blackberry.
Selanjutnya, dalam konteks semiosis, blackberry dimaknai sebagai hubungan
komunikasi dengan Tuhan merupakan sebuah kebahagiaan, kebahagiaan lahir dan
batin dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki keyakinan. Dengan
demikian, perasaaan tertarik hati seorang hamba kepada Allah SWT ketika
berkomunikasi dengan-Nya untuk mendapatkan kenikmatan yang disebut isytiak. Hal
ini terlihat dalam kutipan berikut.
Rum belajar melupakan lelaki yang setiap subuh mengirim kata-kata manis lewat Blackberry. Di usia memasuki kepala tiga, Rum berharap lelaki lain akan datang menawarkan cinta. Cinta tanpa kata-kata manis. Cinta yang lugu. Cinta yang mengalir, seperti cinta lelaki terakhir yang datang pada Mak Naima (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Dengan demikian, telepon seluler merupakan implikasi dari komunikasi yang
mengambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Hal itu berkorelasi dengan tanda
(sign) subuh dan jilbab.
3.2.4 Motif kaluak paku
Secara hermeneutik, motif kaluak paku mengandung konsepsi: tanggung
jawab, sosialisasi, kedinamisan, martabat dan introspeksi. Kaluak paku
menggambarkan sifat kodrati manusia yang lahir, tumbuh ,dan berkembang dalam
dinamika menuju keberhasilan dan keindahan hidup. Pucuak paku pada awal
pertumbuhannya melingkar ke dalam, yang kemudian akhirnya tumbuh melingkar ke
arah luar. Begitu juga manusia, yang pada tahap awal mengenal dirinya terlebih
12
dahulu sebelum melakukan sosialisasi dan interaksi dengan lingkungannya. Selain itu,
juga bermakna pentingnya instrospeksi diri; bergelung ke dalam lebih dahulu, setelah
itu barulah bergelung kearah luar. Koreksi kesalahan sendiri, setelah itu baru layak
mengoreksi kesalahan orang lain.
Kaluak paku lekat dengan konsepsi tanggung jawab dan martabat. Dalam adat
Minangkabau dinyatakan bahwa seorang lelaki memiliki tanggung jawab. Yaitu
tanggung jawab kepada generasi penerus, sebagai ayah dari anak-anaknya dan sebagai
mamak dari kemenakan (keponakan). Bertanggung jawab semua hal yang
berhubungan dengan kewajiban sebagai lelaki di Minangkabau. Dengan demikian,
menjalankan tanggung jawab memcerminkan lelaki yang bermartabat di tengah-
tengah masyarakat di Minangkabau. Sebaliknya jika lelaki melalaikan tanggung
jawabnya maka dipandang lelaki yang tidak bermartabat.
Di samping itu kaluak paku juga mengandung konsepsi sosialisasi,
kedinamisan dan introspeksi. Kaluak paku dalam budaya Minangkabau
menggambarkan aktifitas kehidupan masyarakat Minangkabau. Aktifitas masyarakat
yang hidup berdampingan dan berinteraksi dengan lingkungannya mencerminkan
sosialisasi dan kedinamisan. Konsepsi introspeksi terlihat dalam bentuk sikap
bersosialisasi di kehidupan bermasyarakat. Dalam masyarakat Minangkabau sikap
meninjau atau koreksi terhadap sikap diri sendiri merupakan anjuran yang diajarkan
sejak dini, agar setelah dewasa dapat memahami dirinya sendiri. Hal tersebut terdapat
dalam kutipan berikut. Rum perempuan yang dibesarkan dengan kias dan tanda. Rum mempelajari cara terbaik menjaga diri di mata lelaki. Rum mempelajari cara terbaik menjadi perempuan ideal di ranah ini (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Pada teks terlihat bahwa sebagai manusia haruslah mawas diri sejak kecil, dan
perlu belajar sejak dini mulai dari keluarga. Pendidikan dalam keluarga menjadi bekal
utama untuk menjalani kehidupan di masyarakat.
3.2.5 Perempuan menyusuri subuh
Rum tokoh dalam Perempuan Menyusuri Subuh merujuk pada perempuan
yang mengawali kehidupannya dari sepi. Lebih lanjut, penggunaan Perempuan
13
Menyusuri Subuh sebagai judul merupakan sumber pemaknaan yang mencakup
keseluruhan sistem tanda yang dikomunikasikan teks maupun ilustrasi. Berdasarkan
pembacaan semiosis, tanda Perempuan Menyusuri Subuh mengindikasikan pengaruh
budaya Islam yaitu Subuh. Subuh mengandung konsepsi awal dan shalat. Subuh
mengandung makna awal. Sebagai sebuah awal, dalam ajaran Islam Subuh adalah
perintah Allah SWT yang wajib dikerjakan. Perintah mendirikan shalat lima waktu
yang diawali dari melaksanakan shalat Subuh. Hal ini disebutkan Allah SWT dalam
surat Al-Isro ayat 78 sebagaimana Allah memerintahkan untuk melaksanakan shalat-
shalat, akan tetapi Allah mengkhususkan shalat Subuh dengan memberikan pujian
yang lebih, yaitu shalat Subuh ini disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah SWT.
Allah memberikan balasan dari pelaksanaan ibadah-ibadah ini dengan
ditinggikannya derajat dan dinaikkannya kedudukan serta menjadi orang-orang yang
dikaruniai nikmat oleh Allah. Subuh adalah awal yang bersifat sepi, awal yang
dimulai dengan motivasi pribadi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Subuh
juga mengandung makna saat-saat kehidupan mulai bernafas dalam kemudahan,
kegembiraan, keakraban, kecintaan, dan kerelaan hati.
Subuh secara semiosis adalah langkah awal manusia memulai kehidupan.
Awal diartikan sama halnya dengan fajar sebagai permulaan kehidupan manusia.
Sebagai permulaan, fajar adalah waktu di mana manusia memulai langkah
kehidupannya sendiri. Fajar berhubungan dengan timur, seperti matahari yang terbit
di sebelah timur dan terbenam di sebelah barat. Timur dimaknai dengan awal mula
kehidupan dan barat sebagai akhir dari kehidupan. Dalam pandangan masyarakat
Minangkabau, orang Minangkabau harus memikirkan masa depan dan apa yang akan
ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa sesudah mati. Masyarakat Minangkabau
dinasehatkan untuk selalu mengunakan waktu untuk sesuatu yang bermakna, sebagai
yang dikatakan pepatah duduak marauik ranjau, tagak maninjau jarak yang
merupakan manifestasi untuk mengisi waktu sebaik-baiknya pada masa sekarang.
Membangkitkan batang terendam merupakan refleksi dari masa lalu sebagai pedoman
untuk berbuat pada masa sekarang.
Subuh bermakna muda, muda adalah gambaran perjalanan hidup manusia dari
lahir. Manusia dilahirkan ke dunia untuk memulai dan menjalani kehidupannya dari
14
awal. Hal itu tidak dapat diubah atau dihindari karena Tuhan telah mengatur
kehidupan manusia sesuai kodratnya.
Islam menganjurkan bahwa memulai aktifitas hidup ditandai dari fajar, fajar
identik dengan timur. Saat fajar di sebelah timur memberikan tanda kaum muslim
menjalankan shalat Subuh. Islam menjelaskan hanya kepada Allah manusia bisa
memulai sesuatu dengan baik. Allah memberikan jalan kepada manusia yang
mengingat-Nya dan berserah diri kepada-Nya sehingga diberikan kebahagiaan.
3.2.6 Baralek gadang
Menurut pembacaan hermeneutik, baralek gadang berimplikasi terhadap
munculnya ikatan, kebahagiaan, kebersamaan, sosialsasi, dan rasa syukur. Baralek
gadang mengandung makna ikatan yang berujung kepada menyatukan hal yang sudah
disepakati dan disaksikan secara bersama. Adanya ikatan dengan sendirinya akan
menciptakan kebahagiaan. Sebagai sebuah kebahagiaan, maka gambaran baralek
gadang memiliki makna dalam kehidupan manusia yaitu perasaaan atau keadaan
senang dan tentram lahir dan batin dalam suatu ikatan baik perkawinan maupun
pengangkatan jabatan. Namun lebih luas dimaknai dengan hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya dan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Selanjutnya, dalam masyarakat Minangkabau baralek gadang merupakan
bentuk kebersamaan dan sosialisasi kepada orang-orang dilingkungannya. Terutama
kebersamaan dengan saudara-saudara yang terdekat. Selain itu, baralek gadang
merupakan bentuk rasa syukur manusia kepada Tuhan atas berkah yang telah
diberikan. Tuhan memberikan rezeki kepada orang-orang yang bersyukur kepada-
Nya. Selain itu, rezeki yang didapat tidak hanya dinikmati sendiri melainkan bersama-
sama sebagai bentuk sosialisasi kepada kerabat dan orang lain.
Selain itu, baralek gadang dimaknai sebagai fenomena budaya. Baralek
gadang dalam hal ini mengindikasikan adanya kebanggaan masyarakat Minangkabau
tentang kehidupan sosial dan kemampuan untuk menghadirkan kehormatan di tengah
masyarakat. Sebagai gejala budaya, baralek gadang merupakan kebiasaan masyarakat
Minangkabau dalam menyambut suatu peristiwa yang dianggap sakral. Hal tersebut
terlihat pada pelaksanaan baralek gadang, semua kerabat berupaya menghadirkan
15
sebuah perhelatan yang meriah di tengah masyarakat. Bentuk kemeriahan tersebut
terlihat dari pakaian yang dikenakan oleh mempelai dan keluarga mempelai.
Pakaian mempelai dan keluarga mempelai di Minangkabau umumnya
menggunakan warna merah sebagai warna dasar, sebab latar budaya masyarakat
Minangkabau yang menanggap merah sebagai salah satu warna kebesaran di
Minangkabau selain hitam dan kuning. Warna yang digunakan pada pakaian
mempelai memberikan tanda bahwa keluarga mempelai berbahagia dengan kehadiran
anggota keluarga baru dan kegembiraan atas pernikahan, dan berharap pernikahan
tersebut akan selalu membawa kebahagiaan . Kehadiran tersebut digambarkan dengan
perhelatan yang dilakukan sebagai bentuk kebanggaan di tengah masyarakat kerena
kedatangan anggota keluarga melalui ikatan perkawinan.
Sebagai gejala budaya, baralek gadang menggambarkan martabat suatu
keluarga di tengah masyarakat Minangkabau. Martabat mengandung makna adanya
kemampuan keluarga mempelai mengadakan baralek gadang sebagai cara untuk
memberitahukan kepada masyarakat tentang tambahan jumlah keluarga dalam ikatan
perkawinan. Hal tersebut, menciptakan harmoni dalam bermasyarakat dan
kebanggaan keluarga di tengah masyarakat Minangkabau.
Selanjutnya, keinginan keluarga mempelai untuk mengadakan perhelatan
yang mewah dan meriah merupakan nuansa untuk menghadirkannya di tengah
masyarakat. Dengan demikian, nuansa yang dihadirkan sesuai dengan kemampuan
keluarga untuk melaksanakan perhelatan yang gadang dilingkungannya
bermasyarakat. Hal ini mengindikasikan gejala budaya masyarakat Minangkabau
untuk menghadirkan sebuah kebanggaan suatu keluarga di tengah masyarakat di
lingkungannya.
3.3 Hipogram
Hipogram merupakan sistem tanda yang berisi setidak-tidaknya satu
pernyataan, dan dapat sama luasnya dengan teks. Hipogram dapat bersifat pontensial
karena dapat dilihat pada bahasa, dan bersifat aktual yang dapat dilihat pada teks-teks
terdahulu atau yang ada sebelumnya. Namun, yang perlu diperhatikan bahwa dalam
sistem tanda adalah bahwa sebuah tanda dalam karya sastra harus mempertimbangkan
tidak hanya hubungannya dengan hipogram non tekstual melainkan dalam
16
hubungannya dengan matriks, keseluruhan teks. Dalam hal ini sistem hipogram
memiliki orientasi positif dan negatif yang merefleksi konotasi-konotasi kata inti
(Riffaterre, 1982: 63-64). Hipogram aktual diistilahkan oleh Riffaterre dengan istilah
intertekstualitas.
Lebih lanjut, rangkaian perubahan selalu memindahkan penilaian hipogram,
sehingga signifikansi memiliki dua sisi, positif dan negatif. Dua sisi tersebut adalah
dua sisi model dari satu matriks yang sama. Jika tanda yang mereferensi ke hipogram
dibuat dari beberapa kata, maka hubungan kata-kata dengan hipogram merupakan
komponen-komponen unit signifikansi tunggal (Riffaterre 1982: 63-64).
Hipogram yang terdapat dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan
Menyusuri Subuh karya Elly Delfia ini adalah sebagai berikut.
3.3.1 Shalat sebagai rukun Islam kedua
Dalam agama Islam dikenal adanya rukun Islam. Rukun Islam merupakan
tiang utama dalam agama Islam. Rukun Islam dibagi menjadi 5 rukun diantaranya,
mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa, berzakat, dan
mengerjakan ibadah haji bagi yang mampu.
Mendirikan shalat adalah rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah
SWT yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim yang telah dewasa menjalankan
perintah agama, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu. Dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam (Rifa’i, 1998:34).
Perintah Allah kepada umat Muslim untuk menjalankan shalat terdapat di
dalam kitab Alquran dalam surat Al-Baqarah ayat 43 dan surat Al-Ankabut ayat 45
yang artinya sebagaimana di antara shalat-shalat yang ada, shalat Subuh adalah yang
mengawali hari, ia adalah shalat yang harus dijaga betul pelaksanaannya, sebab tidak
semua orang bisa konsisten dalam melaksanakannya, bahkan shalat ini terasa amat
berat bagi orang-orang munafik. Di mana nabi Muhammad SAW bersabda:
“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat Isyak dan Subuh” (HR Imam Ahmad).
17
Shalat Subuh adalah tolok ukur sejauh mana kejujuran dan keimanan seorang
Muslim dalam menjalankan kewajibannya kepada Allah SWT. Lebih lanjut,
digambarkan shalat Subuh bermakna shalat fajar. Berdasarkan defenisinya, fajar
adalah cahaya di waktu pagi, tepatnya adalah warna merah matahari yang keluar pada
saat pekatnya malam. Waktu Subuh yang sesungguhnya tidak terjadi kecuali pada
waktu ini (Husain, 2006: 30)
Dalam syariat Islam shalat memiliki waktu-waktu tertentu dalam
pelaksanaannya, diawali dengan seruan untuk mengajak orang melakukan shalat
(azan) ketika masuk waktu masing-masing shalat tersebut. Kewajiban dalam hal ini
terlihat pada firman Allah SWT sebagai berikut.
“Sesungguhnya shalat diwajibkan atas orang-orang beriman dengan penetapan yang sudah ditetapkan waktunya” (QS An-Nisa ayat 103).
Maksud dari ayat tersebut, batasan waktu-waktu shalat tercantum di dalam
sunnah yang mulia. Seperti halnya waktu shalat Subuh, awal waktu shalat Subuh
adalah ketika terbit fajar. Lebih lanjut, mengenai kapan waktu fajar, dijelaskan dalam
sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut. “Di sana ada dua fajar, adapun dzanbu s-sarhan maka itu tidak menghalalkan atau mengharamkan apa pun. Sedangkan yang membentang dan menyebar ke seluruh ufuk, saat itulah diperkenankan shalat (Subuh) dan diharamkan makanan” (HR Daruquthni).
Allah SWT memerintahkan kepada umat Muslim untuk melaksanakan shalat-
shalat, tetapi shalat Subuh disebutkan secara khusus dalam firman Allah SWT surat
Al Isro ayat 78 bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat-shalat, akan tetapi
Allah mengkhususkan shalat Subuh dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu
shalat Subuh ini disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah.
3.3.2 Pernikahan sebagai sunatullah
Sebagaimana diketahui bahwa pernikahan merupakan hukum Allah SWT yang
disampaikan kepada umat manusia melalui para rasul atau undang-undang keagamaan
yang ditetapkan oleh Allah SWT yang tercantum di dalam Alquran.
Firman Allah SWT yang tersebut di dalam Alquran, menjelaskan segenap
makhluk hidup yang ada di muka bumi melangsungkan kehidupan dengan jalan
18
berjodoh, berpasangan-pasangan, seperti halnya manusia yang berpasangan antara
laki-laki dan perempuan. Hal tersebut terdapat dalam firman Allah yang artinya
sebagai berikut.
“Maha suci Allah yang telah jadikan jodoh-jodoh bagi segenapnya dari segala tumbuhan-tumbuhan bumi, dan dari manusia sendiri dan dari segala sesuatu yang mereka (manusia) tidak tahu” (QS Yaasin ayat 36).
Maksud dari ayat tersebut, bahwa makhluk yang dijadikan oleh Allah SWT
baik yang berupa tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan jenis manusia, ataupun benda-
benda yang bagi manusia belum mengetahuinya, semuanya dijadikan berpasang-
pasangan (Chalil, 1984:181).
Oleh sebab itu, hasrat berpasangan yang dalam arti sebenarnya ialah
percampuran atau perkawinan antara lelaki dan perempuan tidak dapat dilepaskan,
tidak akan mungkin dihindarkan dengan cara apapun. Karena memang demikianlah
asal mula dari kejadian manusia. Lebih lanjut, dalam surat Ar-Rum ayat 21 Allah
berfirman. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih sayang Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS Ar-Rum ayat 21).
Maksud dari ayat tersebut, bahwa Allah SWT menciptakan manusia dan
menjadikannya berpasang-pasangan dari jenisnya sendiri, yaitu mempunyai kesamaan
jasmani dan kesamaan dalam bidang tujuan, ilmu, rohani dan lain-lain. Dengan
demikian, masing-masing dapat memahami dengan baik fungsinya dan menjalankan
kewajiban dan haknya dengan baik. Suami sebagai imam dalam rumah tangga, dan
istri sebagai wakilnya. Selanjutnya, masing-masing sudah saling memahami sifat
pasangan masing-masing, seiring dan sejalan dalam mewujudkan tujuan berumah
tangga yang tentram.
Lebih lanjut, mencintai tidak hanya didasarkan atas keadaan fisik atau
ekonomi semata, tetapi telah timbul perasaan saling mencintai yang dalam karena
Allah SWT, yang tidak tergoyahkan oleh godaan-godaan apapun. Selain itu, manusia
hendaknya benar-benar menjalankan pernikahan tanpa adanya halangan yang
mengganggu, dan dapat terus berpasangan menuju rahmat Allah SWT.
19
Pernikahan merupakan sunatullah agar manusia dapat melangsungkan hidup di
dunia, melangsungkan keturunan sebagai makhluk hidup. Gambaran mengenai
pernikahan tersebut tanpak pada kutipan berikut.
“Membicarakan pernikahan anak gadis adalah kesenangan tersendiri bagi para perempuan di kampung itu sembari membayangkan kebahagiaan menimang cucu” (Delfia, 26 Februari 2012: Haluan halaman 19).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa pernikahan merupakan sebuah kebahagiaan
di antara dua insan dan keluarga dalam sebuah ikatan. Pernikahan yang digambarkan
pada kutipan tersebut lebih kepada menjalankan sunatullah untuk mendapatkan
keturunan untuk kelangsungan hidup manusia. Hal tersebut dijelaskan dalam surat
An-Nisaa ayat 1 sebagai berikut. “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (An-Nisaa ayat 1).
4. KESIMPULAN
Pemaknaan terhadap tanda dalam ilustrasi cerpen dan cerpen Perempuan
Menyusuri Subuh dapat ditemukan dengan pembacaan heuristik dan pembacaan
hermeneutik. Dari pemaknaan semiosis terhadap ilustrasi cerpen dan cerpen
Perempuan Menyusuri Subuh dapat disimpulkan bahwa ilustrasi cerpen dan cerpen
Perempuan Menyusuri Subuh sebagai sumber pemaknaan menimbulkan hubungan
makna yang lekat dengan fenomena budaya masyarakat Minangkabau, sekaligus
mengindikasikan pengaruh budaya Islam. Budaya Minangkabau berimplikasi
terhadap motif kaluak paku yang menginterpretasikan tanggung jawab, sosialisasi,
kedinamisan, martabat dan introspeksi yang merupakan sikap yang diharuskan
terhadap lelaki di Minangkabau. Selain itu, marawa menginterpretasikan kebesaran,
pembagian alam, dan pola kepemimpinan di Minangkabau. Adanya pengaruh budaya
Islam berimplikasi terhadap perempuan berjilbab yang menginterpretasikan tanggung
jawab, harga diri, kehormatan, kebanggaan, keteguhan, kesucian, taqwa, dan
kepercayaan seorang perempuan muslim. Perempuan berjilbab merupakan sosok
tokoh Rum dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh. yang juga mengindikasikan
pengaruh budaya Islam yaitu Subuh. Subuh yang menginterpretasikan sebuah awal
20
perjalanan hidup dan ibadah shalat. Pemaknaan terhadap Ilustrasi cerpen dan cerpen
Perempuan Menyusuri Subuh juga mengindikasikan munculnya hubungan,
perubahan, kebahagiaan, keselarasan, cinta dan kesetiaaan yang menjadi karakter
dasar cerita dalam cerpen Perempuan Menyusuri Subuh.
21
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Chalil, Moenawwar K.H.1984. Nilai Wanita. Semarang: Ramadhani
Christomy, Tommy & Untung Yuwono. 2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Pendidikan Kemasyarakatan dan Budaya direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi . Ketiga Jakarta: Balai Pustaka
Harian umum Haluan. Edisi Minggu tanggal 26 Februari 2012.
Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Munguak Misteri Kemuliaan dalam Sholat Subuh. Solo: Wacana Ilmiah Press.
Murad, Yazirman dkk. 2012. Budaya Alam Minangkabau untuk SMP/MTs.Padang: MGDP BAM SMP/MTs Dinas Pendidikan Kota Padang.
Nugiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Madsa University Press
Pradopo, Rachmat Djoko.1994. Penelitian Sastra dengan Pendekatan Semiotik dalam Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia IKIP Muhammadiyah
Qur’an Tawjid dan terjemahannya. Departemen Agama RI: Maghfirah Pustaka.
Rifa’I, Moh. 1998. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics Of Poetry. London: Indiana Universitas Press.
Saydam, Gauzali.2004. Kamus Lengkap Bahasa Minang. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM) Sumatera Barat.
Zaimar, Okke K.S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Zoes, Aart van. 1991. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: Gramnedia Pustaka Utama.