2. tinjauan pustaka 2.1. state of the art · berkaitan dengan rencana perancangan musem aliran...

27
8 Universitas Kristen Petra 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art Beberapa perancangan museum yang subject dan object matter-nya berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada Perancangan Interior Museum Teh di Surabaya, Andrie W.L., 2013 Perancangan Museum Teh di Surabaya merupakan salah satu proyek desain yang bertujuan sebagai wadah dipamerkannya jenis-jenis teh serta sejarah teh di Indonesia. Ruang lingkup perancangan mencakup museum, workshop dan perpustakaan mini sebagai sarana edukasi dan fasilitas tambahan berupa kafe dan giftshop sebagai sarana rekreasi. Kelebihan perancangan Museum Teh di Surabaya adalah pemanfaatan site yang dapat mendukung alur sirkulasi dengan maksimal melalui pengaplikasian sirkulasi dengan jenis linear. Alur sirkulasi linear juga memberikan dampak positif dalam penyampaian informasi dalam museum mengenai sejarah sehingga konten yang akan disajikan tersampaikan dengan baik. Museum ini juga memaksimalkan pencahayaan alami sehingga suasana yang ingin dihadirkan dapat sesuai dengan konsep yang ditentukan oleh perancangan. Kelemahan perancangan Museum Teh di Surabaya adalah kurangnya inovasi desain yang diterapkan di dalamnya. Sistem display yang digunakan terlihat monoton dan kurang memaksimalkan space yang ada dalam museum sehingga museum kurang menggambarkan object matter yang dibahas. 2. Perancangan Interior Museum Musik Klasik Berbasis Media Berteknologi Tinggi Untuk Anak-anak di Surabaya, Sugianto Wijaya, 2013 Kelebihan Perancangan Interior Museum Musik Klasik Berbasis Media Berteknologi Tinggi Untuk Anak-anak di Surabaya adalah rendahnya biaya operasional karena penggunaan material non-finishing yang terjadi akibat penerapan gaya desain industrial. Selain itu, fasilitas yang tersedia di dalam

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

8 Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. State Of The Art

Beberapa perancangan museum yang subject dan object matter-nya

berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta

antara lain:

1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada Perancangan Interior Museum

Teh di Surabaya, Andrie W.L., 2013

Perancangan Museum Teh di Surabaya merupakan salah satu proyek

desain yang bertujuan sebagai wadah dipamerkannya jenis-jenis teh serta sejarah

teh di Indonesia. Ruang lingkup perancangan mencakup museum, workshop dan

perpustakaan mini sebagai sarana edukasi dan fasilitas tambahan berupa kafe dan

giftshop sebagai sarana rekreasi.

Kelebihan perancangan Museum Teh di Surabaya adalah pemanfaatan site

yang dapat mendukung alur sirkulasi dengan maksimal melalui pengaplikasian

sirkulasi dengan jenis linear. Alur sirkulasi linear juga memberikan dampak positif

dalam penyampaian informasi dalam museum mengenai sejarah sehingga konten

yang akan disajikan tersampaikan dengan baik. Museum ini juga memaksimalkan

pencahayaan alami sehingga suasana yang ingin dihadirkan dapat sesuai dengan

konsep yang ditentukan oleh perancangan.

Kelemahan perancangan Museum Teh di Surabaya adalah kurangnya

inovasi desain yang diterapkan di dalamnya. Sistem display yang digunakan terlihat

monoton dan kurang memaksimalkan space yang ada dalam museum sehingga

museum kurang menggambarkan object matter yang dibahas.

2. Perancangan Interior Museum Musik Klasik Berbasis Media Berteknologi

Tinggi Untuk Anak-anak di Surabaya, Sugianto Wijaya, 2013

Kelebihan Perancangan Interior Museum Musik Klasik Berbasis Media

Berteknologi Tinggi Untuk Anak-anak di Surabaya adalah rendahnya biaya

operasional karena penggunaan material non-finishing yang terjadi akibat

penerapan gaya desain industrial. Selain itu, fasilitas yang tersedia di dalam

Page 2: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

9 Universitas Kristen Petra

museum ini sudah mewadahi kebutuhan pengguna museum klasik terutama untuk

anak-anak.

Kelemahan Perancangan Interior Museum Klasik Berbasis Media

Berteknologi Tinggi untuk Anak-anak di Surabaya adalah tidak sesuainya hasil

desain akhir terhadap subject dan object matter-nya. Tidak ada gambaran secara

visual yang menunjukkan bahwa ini adalah museum klasik ditambah lagi pemilihan

warna dan gaya desain yang diaplikasikan tidak sesuai dengan target pengunjung,

yaitu anak-anak, karena menggunakan material dengan warna yang monoton dan

bentuk yang statis.

3. Perancangan Interior Museum Songket di Lombok, Melina Agustina T., 2013

Perancangan Interior Museum Songket di Lombok menekankan aspek

informatif, edukatif dan rekreatif dimana disediakan beberapa fasilitas seperti area

lobby, café, souvenir shop, gallery, workshop, perpustakaan, ruang perawatan dan

taman pewarna alam yang menggambarkan segala informasi mengenai tenun

Songket.

Kelebihan Perancangan Interior Museum Songket di Lombok adalah

fasilitas yang disediakan sudah mewadahi aktivitas pengunjung dan pengelola

museum.

Kelemahan Perancangan Interior Museum Songket di Lombok adalah

pemilihan warna dan bentuk yang diaplikasikan pada elemen pembentuk dan

pengisi ruang tidak unity karena p

4. Perancangan Interior Museum Purbakala Di Situs Purbalaka Patiaayam,

Kudus, Jessica Nathania P., 2017

Kelebihan Perancangan Interior Museum Purbakala Di Situs Purbakala

Payiayam Kudus adalah konsep purbakala zaman dahulu yang cenderung kuno

dapat diterapkan dan dikemas secara modern sehingga lebih menarik minat

pengunjung tanpa mengurangi kualitas konten yang disajikan. Fasilitas ruang yang

disajikan memadahi aktivitas pengguna museum dengan memperhatikan alur

sirkulasi yang luas sehingga dengan bentuk site yang melingkar tidak terkesan

sempit.

Kelemahan Perancangan Interior Museum Purbakala Di Situs Purbakala

Payiayam Kudus adalah banyak ruang-ruang yang belum diolah secara maksimal

Page 3: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

10 Universitas Kristen Petra

dalam hal pemilihan material dan warnanya karena secara keseluruhan museum

terlihat monoton dan kurang menarik secara visual.

5. Implementasi Konsep East Kalimantan Journey pada Interior Museum Provinsi

Kalimantan Timur “Mulawarman” di Tenggarong, Sherren Presentia G., 2017

Kelebihan Perancangan Interior Museum Provinsi Kalimantan Timur

“Mulawarman” di Tenggarong adalah perancangan mampu menggambarkan

suasana di tiap zona pamer dengan baik dan maksimal. Pengaplikasian alur sirkulasi

merupakan keputusan yang tepat karena mengajak pengunjung untuk menikmati

dan menyerap informasi yang disajikan dalam museum secara keseluruhan dengan

alur yang jelas.

Kelemahan Perancangan Interior Museum Provinsi Kalimantan Timur

“Mulawarman” di Tenggarong adalah sebagian ruang terlihat terlalu gelap. Tidak

adanya signage dalam area pamer sehingga dapat membingungkan pengunjung.

Pembagian zona yang sudah tertata dengan baik pada layout tidak didukung dengan

adanya signage yang baik.

Dari beberapa contoh perancangan di atas, perancang dapat menyimpulkan

bahwa sebagian besar perancangan memiliki kelebihan yang terlihat secara fisik

saja dan tidak ada makna yang mendalam. Sebagian juga ada yang terlalu fokus

terhadap konsep dan tema desain sehingga perancangan yang dihasilkan kurang

menjawab permasalahan desain dengan tepat. Namun, perancangan-perancangan di

atas telah menyediakan fasilitas-fasilitas yang lengkap yang mewadahi seluruh

kebutuhan pengguna dalam beraktivitas dalam museum.

Perancangan Museum Aliran Kepercayaan akan menjadi perancangan

yang tidak hanya fokus terhadap bentuk visual desain saja melainkan memiliki nilai

filosofis dalam desain sehingga mampu memberikan dampak sosial bagi

masyarakat. Perancangan museum ini akan secara tidak langsung memberikan

penakanan terhadap sikap toleransi akan perbedaan kepercayaan dan agama yang

kini kian menipis. Ditambah dengan pemanfaatan media berteknologi tinggi yang

menjadi daya tarik museum sehingga pengunjung dapat tertarik untuk datang ke

dalam museum.

Page 4: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

11 Universitas Kristen Petra

2.2. Tinjauan Aliran Kepercayaan

2.2.1. Pengertian Aliran Kepercayaan

Aliran kepercayaan atau bisa juga disebut dengan aliran kebatinan tidak

muncul secara spontan melainkan membutuhkan sebuah perjalanan dan proses yang

panjang sejak ratusan tahun yang lalu. Aliran yang merupakan hasil dari proses

perkembangan budaya di berbagai daerah serta filsafat nenek moyang, yang

kemudian menjadi adat istiadat masyarakat yang dijalankan secara turun temurun

hingga sekarang.

Jumlah dan macam aliran kebatinan selalu bertambah dan berkurang setiap

tahunnya dilihat dari sejarah perkembangan dan kehidupannya. Masing-masing

aliran kepercayaan yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia memiliki arti

dan definisi yang berbeda-beda sesuai dengan adat yang dianut. Oleh karena itu,

belum ada definisi pasti mengenai aliran kepercayaan. Aliran kepercayaan dapat

juga disebut sebagai kerohaniaan, kejawen, kejiwaan, dan lain sebagainya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aliran kepercayaan merupakan

paham yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, tetapi tidak termasuk atau

tidak berdasarkan ajaran salah satu dari keenam agama yang resmi (Islam, Katolik,

Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu).

Menurut Prof. Kamil Kartapradja dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

dan Syarif Hidayatullah Jakarta, bahwa aliran kepercayaan adalah keyakinan dan

kepercayaan rakyat Indonesia di luar agama, dan tidak termasuk ke dalam salah

satu agama. Aliran kepercayaan itu ada dua macam:

a. Kepercayaan yang sifatnya tradisional dan animistis, tanpa filosofi dan tidak

ada pelajaran mistiknya, seperti kepercayaan orang-

orang Perlamin dan Pelebegu di Tapanuli.

b. Golongan kepercayaan yang ajarannya ada filosofinya, juga disertai mistik,

golongan inilah yang disebut atau menamakan dirinya golongan kebatinan.

Golongan kebatinan ini dalam perkembangannya akhirnya menamakan dirinya

sebagai Golongan Kepercayaan Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa (“Aliran”

par. 1).

Page 5: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

12 Universitas Kristen Petra

2.2.2. Sejarah Munculnya Aliran Kepercayaan di Indonesia

Aliran kepercayaan di Indonesia dapat muncul karena disebabkan oleh

pengalaman hidup manusia yang sengsara dan pengalaman manusia untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi bahkan terhadap masalah yang munkin tidak

terpecahkan. Pada dasarnya aliran kepercayaan muncul karena mendapat jawaban

atas permasalahan yang datang dari lingkungan sekitar tempat manusia hidup.

Menurut Rahmat Subagyaimbulnya aliran kepercayaan di Indonesia dapat

diantaranya dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Agama yang mengutamakan aspek lahir seperti mencari kekuasaan, show,

jumlah besar, efek mercusuar, mengeraskan suara dalam bahasa asing (p. 15)

b. Pergeseran kearah formalism dan legalisme (p. 16)

c. Keterasingan budaya karena agama-agama baru menggunakan Bahasa dan

budaya yang lain sama sekali (p.18)

d. Individualisme (p. 20)

e. Tidak merespon kepada akhlak sosial, seperti praktik beragama yang rajin

tetapi tidak peduli pada perilaku yang merugikan banyak orang seperti korupsi

(p. 26)

f. Kecenderungan internasional lahirnya gnotisme yang diakibatkan karena

hancurnya nilai-nilai tradisional (p. 33)

2.2.3. Aliran Kepercayaan di Indonesia

Aliran kepercayaan sudah tersebar di beberapa daerah di Indonesia sejak

ratusan tahun yang lalu. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ada

beberapa aliran kepercayaan yang terdaftar resmi pada instansi pemerintah yang

telah dibagi berdasarkan asal daerahnya (“Aliran Kepercayaan …”, p.1-3):

a. Riau

1. Batin Suku Akit

b. Lampung

1. Paguyuban Pendidikan Ilmu Kerohanian (PPIK)

2. Ilmu Goib

3. Ilmu Goib Kodrat Alam

4. Pendidikan Kerohanian Luhur (PKL)

Page 6: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

13 Universitas Kristen Petra

5. Bumi Hantono

c. Sumatra Utara

1. Balai Pustaka Adat Marga Silma (PAMENA)

2. Golongan Siraja Batak

3. Persatuan Ugamo Parmalim Adat Budaya Beringin Indonesia (PAMBI –

PABBI)

4. Purwo Madio Wasono

5. Ugomo Malim (Parmalim)

6. Galih Puji Rahayu

7. Habonaron Do Bona

8. Ilmu Roso Sejati

9. Rumah Sipitu Ruang

10. Persatuan Warga Rahayu Slamet (PWRS)

11. Ugamo Bangso Batak (UBB)

12. Organisasi Siraja Batak

d. Nusa Tenggara Barat

1. Hidup Sejati

2. Sabuk Belo

e. Nusa Tenggara Timur

1. Uis Neno

2. Era Wulan Tana Ekan

3. Jingitiu

4. Marapu

f. Sulawesi Utara

1. Pahmekatan

2. Tonaas Walian

3. Tolottang

g. Bali

1. Budi Suci

2. Sanggar Pengayoman Warga Kebatinan “Majapahit” (Sanggar

Pengayoman Majapahit)

3. Wisnu Budha / Eka Adnyana

Page 7: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

14 Universitas Kristen Petra

4. Kekeluargaan

5. Dharma Mukti

6. Paguyuban Penghayat Kuntji

7. Perguruan Tenaga Dalam Bambu Kuning

8. Perguruan Kebathinan dan Kanuragan Surya Candra Bhuana

9. Gereja Adat Musi

10. RAMAI (Rumuat, Ali, Marie, Ayax, Ifrid)

11. Masade

12. KALKIKAN

h. Banten & Jakarta Barat

1. Gayuh Urip Utami (GAUTAMI)

i. DKI Jakarta

1. Budhi Rahayu

2. Aliran Kebatinan Perjalanan

3. Budi Daya

4. Aliran Kepercayaan “Aji Dipa”

5. Buka Salira Pribadi (BUSADI)

6. Kajiwaan Ibu Pertiwi

7. Yayasan Radhasoami Satsang Beas

j. D.I. Yogyakarta

1. Angesti Sampurnaning Kautaman (ASK)

2. Anggayuh Panglereming Nafsu

3. Hak Sejati

4. Hangudi Bawono Tata Lahir Batin

5. Imbal Wacono

6. Kasampurnan Jati

7. Mardi Santosaning Budi (MSB)

8. Ngesti Roso

9. Ngesti Roso Sejati

10. Paguyuban Kawruh Hardo Pusoro

11. Paguyuban Traju Mas

12. PEKKRI – Bondan Kejawen

Page 8: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

15 Universitas Kristen Petra

13. Persatuan Eklasing Budi Murko (PEBM)

14. Sumarah Purbo

15. Persatuan Warga Sapta Dharma (PERSADA)

16. Yayasan Sosrokartono

17. Paguyuban Sangkoro Mudo

18. Minggu Kliwon

19. Lepasing Budi

20. Budi Rahayu

21. Tri Soka

22. Pakempalan Guyub Rukun Lahir Batin “Sukoreno”

23. Paguyuban Hangudi Lakuning Urip (HLU)

24. Kasunyatan Bimo Suci

25. Keluarga Besar Palang Putih Nusantara Kejawen Urip Sejati

k. Jawa Timur

1. Jendro Hayuningrat Widada Tunggal (PANDHAWA)

2. Paguyuban Kawruh Kebatinan Jowo Lugu

3. Kasampurnan Ketuhanan Awal dan Akhir

4. Kawruh Budhi Jati

5. Kawruh Kasampurnan Kasunyatan Ketuhanan Budi Utomo

6. Kebatinan og Pambuko Jiwo

7. Ketuhanan Kasampurnan

8. Paguyuban Lebdho Guno Gumelar

9. Ngudi Utomo

10. Paguyuban Darma Bakti

11. Paguyuban Ilmu Sungkan Paraning Durnadi “Sanggar Kencono”

12. Paguyuban Kawruh Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan (KBTTPK)

13. Murti Tomo Waskito tunggal (MTWT)

14. Paguyuban Ngesti Budi Sejati

15. Paguyuban Pangudi Katentreman (PATREM)

16. Paham Jiwa diri Pribadi

17. Kawruh Pamungkas Jati Titi Jaya Sempurna

18. Perguruan Ilmu Sejati

Page 9: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

16 Universitas Kristen Petra

19. Perhimpunan Peri Kemanusiaan

20. Purwo Ayu Mardi Utomo (PAMU)

21. Purwane Dumadi Kautaman/Kasampurnan (PDKK)

22. Badan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “RILA”

23. Roso Jati

24. Paguyuban Kawruh Sangkan Paran Kasampurnan

25. Paguyuban Sapta Sila

26. Suci Rahayu Sujud Nembah Bekti

27. Paguyuban Urip Sejati

28. Aliran Kebatinan Tak Bernama

29. HIMUWIS RAPRA

30. Kepercayaan Sapta Darma

31. Paguyuban Satriyo Mangun Mardiko Dununge Urip

32. Kawruh Sedulur Sejati

33. Perhimpunan Kepribadian Indonesia

34. Panembah Jati

35. Paguyuban Hamesu Budi Lukitaning Janmo

36. Budi Sejati

37. Kawruh Jowo Dipo

38. Aku Sejatimu

39. Jawa Domas

40. Wahyu Sejati Perguruan Ilmu Jiwa

41. Amung Rogo Panggugah Ilmu Jiwa

42. Among Rogo Panggugah Sukmo

43. Paguyuban Sungkan Paraning Dumadi “Sri Jayabaya”

44. Kawruh Budi Lestari Adjlning Djiwo (BULAD)

45. Ilmu Kasedan Jati Indonesia (IKJ)

46. Paguyuban Kapitayan “Suaka Adat Wewarah Gesang”

47. Naluri Budaya Leluhur (NBL)

48. Paguyuban Marganing Kamulyan

l. Jawa Tengah

1. Hidup Betul

Page 10: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

17 Universitas Kristen Petra

2. Kejaten

3. Paguyuban Kawruh Kodrating Pangeran (PKKP)

4. Paguyuban Kulowargo Kapribaden

5. Paguyuban Pancasila Handayaningrat (PAPANDAYA)

6. Paguyuban Pangudi Lawruh Kasuksman Panunggalan

7. Paguyuban Pangudi Kerokhanian “Mahayana”

8. Pangudi Rahayuning Bawono (PARABA)

9. Paseban Jati

10. Pelajar Kawruh Jiwa (PKJ)

11. Perguruan Tri Jaya

12. Perhimpunan Kamanungsan

13. Perjalanan Tri Luhur

14. Setia budi Perjanjian 45 (SPB 45)

15. Tunggul Sabda Jati

16. Badan Keluarga Kebatinan Wisnu

17. Paguyuban Kejiwaan

18. Esa Tunggal Sejati (SATU JATI)

19. Kawruh Kepribadian

20. Swatmaya

21. Kawruh Naluri Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan Jati

22. Sastro Jendro Hayuningrat Mustiko Sejati

23. Kekadangan Wringin Seto

24. Ngesthi Kasampurnan

25. Persatuan Warga Theosofi Indonesia (PERWATHIN)

26. Paguyuban Anggayuh Katentremaning Urip (AKU)

27. Organinasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Paguyuban Noormanto (PKPN)

28. Pangudi Rahayuning Budi (PRABU)

29. Jaya Sampurna

30. Himpunan Kebatinan Rukun Wargo

31. Paguyuban Resik Kubur Jero Tengah (PRKJT)

32. Sukmo Sejati

Page 11: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

18 Universitas Kristen Petra

33. Kawruh Hak

34. Pramono Sejati

35. PAKARTI

36. Kawruh Jawa Jawata

37. Paguyuban Medal Urip

38. Pengudian Tri Tunggal Bayu

39. Paguyuban Jawa Sejati (PAJATI)

40. Kepribadian Sabdo Tunggal

41. Paguyuban Purnomosidi

42. Perguruan Sumber Nyawa

43. Cahya Buwana

44. Waspada

45. Suci Hati Kasampurnan (SHK)

46. Paguyuban Masyarakat Pancasila Resi Songgo Buwono

47. Paguyuban Budaya Bangsa (PBB)

48. Badan Kebatinan Indonesia

49. Yayasan Prana Jati

50. Paguyuban Kerukunan Sedulur Sikep

51. MANEGES

52. Jawa Dumas

53. Paguyuban Kaweruh Hak 101

2.2.3.1. Kepercayaan Parmalim di Kabupaten Samosir dan Toba

Samosir Sumatera Utara

Parmalim atau Ugamo Malim adalah aliran kepercayaan kuno yang

berasal dari Tanah Tapanuli, Sumatera Utara. Praktik dan penyebaran agama ini

sudah ada bahkan sebelum penyebaran agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen

menyebar di Indonesia. Konon ajaran ini memiliki beberapa kemiripan dengan

kepercayaan Yahudi Kuno di masa lalu. Saat ini Ugamo Malim kurang lebih

dipeluk 35 generasi suku Batak dengan jumlah 11 ribu penduduk dan sudah eksis

sejak 800 tahun lalu. Parmalim mengenal Sang Pencipta dengan sebutan Debata

Mula Jadi Na Bolon (Tuhan pencipta manusia, bumi dan segala isinya).

Page 12: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

19 Universitas Kristen Petra

Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama asli

Batak tidak memiliki nama sendiri, tetapi pada penghujung abad kesembilan belas

muncul sebuah gerakan anti kolonial. Pemimpin utama mereka adalah Guru

Somalaing Pardede. Agama Malim pada hakikatnya merupakan agama asli Batak,

namun terdapat pengaruh agama Kristen, terutama Katolik, dan juga pengaruh

agama Islam. (Mufid, p. 11-56)

2.2.3.2. Sistem Kepercayaan Sedulur Sikep (Samin) di Kabupaten Blora,

Jawa Tengah

Gerakan Samin adalah gerakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial

Belanda. Gerakan tersebut terjadi di beberapa daerah di Indonesia, terutama pada

abad ke 18 dan 19. Data sejarah Nampak bahwa perlawanan-perlawanan tersebut

dipimpin oleh orang-orang dari golongan tertentu dalam masyarakat. Diantara

meraka yang melakukan perlawanan itu adalah Samin Surosentiko. (Wahib, p.1)

Dalam sejarahnya yang panjang, keberadaan pengikut kepercayaan lokal

seperti Samin seringkali tidak bisa mendefinisikan dirinya sendiri. Karena itu,

eksistensi mereka sering didefinisikan orang lain dengan menggunakan perspektif

keagamaannya sendiri. Dalam kaitan ini agama sering didefinisikan dengan

memberi unsur-unsur: adanya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

memiliki sistem hukum yang jelas bagi para penganutnya, memiliki kitab suci, dan

seorang nabi. Dari sinilah komunitas pengikut kepercayaan lokal menjadi gagap

dengan dirinya sendiri. (Mufid, p. 179, par. 3)

2.2.3.3. Paham Towani Tolotang di Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan

Towani Tolotang merupakan salah satu kelompok sosial yang mendiami

kelirahan Amparita lama (sekarang: Kelurahan Amparita, Toddang Pulu, Baula,

Arateng). Tolotang juga merupakan sebutan bagi aliran kepercayaan yang mereka

anut, namun kelompok ini menurut asal usulnya bukanlah penduduk asal Amparita.

Menurut asal usulnya, nenek moyang Tolotang, berasal dari desa Wani sebuah desa

di Kabupaten Wajo. (Mufid, p. 221, par. 1)

Istilah Tolotang semula dipakai oleh raja Sidenreng sebagai panggilan

kepada pengungsi yang baru datang di negerinya. To (Tau) dalam Bahasa Bugis

Page 13: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

20 Universitas Kristen Petra

berarti arah selatan, maksudnya adalah sebelah selatan Amparita, terdapat

pemukiman pendatang, jadi Tolotang artinya orang-orang yang tinggal di sebelah

selatan kelurahan Amparita, sekaligus menjadi nama bagi aliran kepercayaan

mereka. (Mufid, p.221, par. 3)

Setiap masyarakat mempunyai sistem pelapisan sosial yang berbeda antara

satu golongan dengan golongan yang lainnya, pada komunitas Tolotang pelapisan

masyarakat didasarkan pada sistem pertalian darah dan keturunan, namun dalam

gelar bangsawan Tolotang tidaklah sama dengan yang dipakai dikalangan

masyarakat Bugis, ukuran ini tidak lepas dari sejarah Tolotang itu sendiri. Golongan

Uwa menempati posisi tertinggi, pada tingkatan ini terbagi pada dua gologan yakni

Uwatta sebagai tokoh sentral dan Uwa yang berada satu tingkat di bawahnya,

kemudian golongan To Sama, yang terdiri dari masyarakat biasa. (Mufid, p.224-

225)

Setiap agama yang ada di muka bumi ini tentunya mempunyai konsep

masing-masing, baik untuk kehidupan duniawi maupun dalam kerangka kehidupan

akhirat. Masyarakat Towani Tolotang yang menganut ajaran agama Tolotang

mempercayai bahwa agama yang mereka anut berasal dari Sawerigading yang

menerima Sadda dari Dewata SewwaE. (Mufid, p. 227)

2.3. Tinjauan Museum

2.3.1. Pengertian Museum

Menurut ICOM (International Council of Museum) yang telah

merumuskan definisi museum dalam musyawarah umum ke-11 (Eleventh General

Asssembly of ICOM, Copenhagen, 14 Juni 1974) adalah sebagai berikut:

a. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan-ruangan pameran yang secara tetap

diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan.

b. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan etnografis,

peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang mempunyai corak museum,

karena kegiatan-kegiatannya dalam pengadaan, perawatan dan komunikasinya

dengan masyarakat.

Page 14: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

21 Universitas Kristen Petra

c. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup, seperti kebun-

kebun tanaman dan binatang, akuarium, makhluk dan tetumbuhan lainnya dan

sebagainya.

d. Suaka alam.

e. Pusat-pusat pengetahuan dan planetarium. (Matitaputy, p. 41-42)

Museum, baik yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan sosial, maupun

yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi merupakan Unit

Pelaksana Teknis dalam kerangka administrasi perlindungan dan pengawetan

peninggalan sejarah dan alam. Dengan bekerja di museum, orang akan memahami

dan menghayati bahwa:

a. History is continuity: sejarah berarti kesinambungan,

b. Museum itu bukan saja pencatat sejarah dengan merawat bahan-bahan

pembuktiannya, tetapi profesi permuseuman juga akan memahami makna yang

paling manusiawi: setiap orang pada hakekatnya juga membuat sejarah baik

secara makro maupun secara mikro,

c. Secara professional dibidang permuseuman yang cerdas dan peka terhadap

pemikiran-pemikiran falsafi justru bisa sampai bersikap prediktif dan

futuristik. (Matitaputy, p. 42)

2.3.2. Fungsi Museum

Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-11 (11th General

Assembley) International Council of Museum (ICOM) pada tanggal 14 Juni 1974

di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya,

b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah,

c. Konservasi dan preservasi,

d. Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum,

e. Pengenalan dan penghayatan kesenian,

f. Pengenalan dan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa,

g. Visualisasi warisan alam dan budaya,

h. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia,

Page 15: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

22 Universitas Kristen Petra

i. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(“Pengelola Koleksi Museum”, p. 2 par. 3)

2.3.3. Klasifikasi Museum Berdasarkan Jenis Koleksi Museum

Menurut International Council of Museum (ICOM), klasifikasi museum

berdasarkan jenis koleksi museumnya adalah:

a. Museums of art and archaeology

Beberapa koleksi dalam kategori decorative art seperti metal, glass, ceramics,

textiles dapat disimpan di dalam sebuah showcase agar aman. Sedangkan untuk

koleksi dengan kategori silver, jewelry, dan benda-benda berharga lainnya

sebaiknya diletakkan di area showcase yang melekat dengan dinding disertai

dengan pengaman seperti kunci. Untuk koleksi dengan kategori drawings,

engravings, watercolors, dan textile, disarankan untuk diletakkan di ruangan yang

panjang dan sempit daripada ruangan yang berbentuk kotak – hal ini akan

memudahkan pengunjung untuk melihat koleksi dari jarak jauh tanpa harus

mengatur jarak sendiri.

b. Historical or archival museums

Museum ini membutuhkan ruang showcase yang tidak terlalu luas, tetapi

membutuhkan ruang yang luas bagi penyimpanan dokumen-dokumen penting.

Relief dan berkas-berkas disimpan di ruangan khusus yang mempunyai sistem

keamanan khusus dan didukung dengan penggunaan sistem pencahayaan buatan,

ada juga yang memanfaatkan sistem pencahayaan alami.

c. Ethnographic and folk museums

Koleksi-koleksi pada museum ini biasanya di display di dalam showcase.

Secara umum, ukuran koleksi cenderung besar dan membutuhkan space yang cukup

luas. Sistem pencahayaan pada museum ini menggunakan sistem pencahayaan

buatan yang sangat kuat karena dianggap jauh lebih efektif daripada menggunakan

sistem pencahayaan alami.

d. Museums of physical and natural sciences, technological or educational

museums

Museum ini membutuhkan berbagai macam jenis ruangan dan fasilitas yang

memiliki kebutuhan ruang yang berbeda. Keberagaraman jenis ruangan tersebut

Page 16: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

23 Universitas Kristen Petra

mempengaruhi besaran pada ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap

ruangnya. Biasanya museum ini membutuhkan ruang laboratorium yang berfungsi

sebagai ruang penanganan khusus bagi koleksi-koleksi museum (stuffing, drying,

disinfecting, dan lain-lain). (Matitaputy, p. 52)

2.3.4. Standar Kebutuhan Bangunan Museum

a. Standar Kebutuhan Site

Pada umumnya sebuah museum membutuhkan dua area parkir yang

berbeda, yaitu area bagi pengunjung dan area bagi karyawan. Area parkir dapat

ditempatkan pada lokasi yang sama dengan bangunan museum atau disekitar

lokasi yang berdekatan. Untuk area diluar bangunan dapat dirancang untuk

bermacam kegunaan dan aktivitas, seperti acara penggalangan sosial, even dan

perayaan, serta untuk pertunjukan dan pameran temporal. (Tedjo, p. 125)

b. Standar Organisasi Ruang

Secara umum organisasi ruang pada bangunan museum Terbagi menjadi lima

zona/area berdasarkan kehadiran publik dan keberadaan koleksi/pajangan. Zona-

zona tersebut antara lain:

Zona Publik - Tanpa Koleksi

Zona Publik - Dengan Koleksi

Zona Non Publik – Tanpa Koleksi

Zona Non Publik – Dengan Koleksi

Zona Penyimpanan Koleksi (Neufert, p. 516)

Diagram organisasi ruang bangunan museum berdasarkan kelima zona tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 17: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

24 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.1. Diagram organisasi ruang museum

Sumber: Neufert, (p.516)

c. Standar Ruang Pamer

Didalam perancangan sebuah museum perlu beberapa pertimbangan yang

berkaitan dengan penataan ruang dan bentuk museumnya sendiri, antara lain:

Ditemukan tema pameran untuk membatasi benda-benda yang termasuk dalam

kategori yang dipamerkan

Merencanakan sistematika penyajian sesuai dengan tema yang terpilih, jenis

penyajian tersebut terdiri dari:

o Sistem Menurut Kronologis

o Sistem Menurut Fungsi

o Sistem Menurut Jenis Koleksi

o Sistem Menurut Bahan Koleksi

o Sistem Menurut Asal Daerah

Memilih metoda penyajian agar dapat tercapai maksud penyajian berdasarkan

tema yang dipilih, yaitu:

- Metoda Pendekatan Esteis

Page 18: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

25 Universitas Kristen Petra

- Metoda Pendekatan Romantik/Tematik

- Metoda Pendekatan Intelektual (Tedjo, p. 125)

d. Standar Luas Ruang Objek Pamer

Dalam hal luas objek pamer akan memerlukan ruang dinding yang lebih

banyak (dalam kaitannya dengan luas lantai) dibandingkan dengan penyediaan

ruang yang besar, hal ini sangat diperlukan untuk lukisan-lukisan besar dimana

ukuran ruang tergantung pada ukuran lukisan. Sudut pandang manusia

biasanya(54° atau 27° dari ketinggian) dapat disesuaikan terhadap lukisan yang

diberi cahaya pada jarak 10m, artinya tinggi gantungan lukisan 4900 diatas

ketinggian mata dan kira – kira 700 di bawahnya.

Tabel 2.1. Standar luas objek pamer

Ruang yang Dibutuhkan Objek Pamer

Lukisan 3 – 5 m² luas dinding

Patung 6 – 10 m² luas lantai

Benda-benda kecil / 400 keping 1 m² ruang lemari kabinet

Sumber: Neufert, (1997, p.135)

e. Standar Visual Objek Pamer

Galeri dan ruang pameran harus merupakan sebuah lingkungan visual yang

murni, tanpa kekacauan visual (termostat, alat pengukur suhu/ kelembaban, alat

pemadam kebakaran, akses panel, signage, dll). Bahan permukaan display tidak

boleh dapat teridentifikasi (secara pola atau tekstur). Permukaannya harus dapat

dengan mudah di cat, sehingga warna dapat diatur menyesuaikan setiap pameran.

Dinding display dengan tinggi minimal 12 kaki diperlukan bagi sebagian besar

galeri museum seni baru, namun museum yang didedikasikan untuk seni

kontemporer harus memiliki langit-langit lebih tinggi, 20 kaki adalah ketinggian

yang cukup fleksibel.

f. Pengorganisasian Ruang

Organisasi ruang di dalam sebuah bangunan atau area akan secara langsung

mempengaruhi pola sirkulasi di dalam area tersebut. Pola sirkulasi yang baik adalah

pola sirkulasi yang memberikan kelancaran dan kemudahan bagi pengguna yang

beraktivitas didalamnya. Menurut Francis D.K. Ching di bukunya yang berjudul

Page 19: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

26 Universitas Kristen Petra

“Bentuk, Ruang, dan Tatanan” pada tahun 2000, pengorganisasian ruang terbagi

menjadi 5, yaitu:

Gambar 2.2. Jenis organisasi ruang Sumber: Ching (2000, p. 147)

Organisasi yang terpusat

Sejumlah ruang sekunder, dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat dan

dominan. Ruang-ruang yang ada dapat memilik bentuk, fungsi, dan ukuran

yang sama ataupun berbeda dengan ruang lain. Pola sirkulasi yang tercipta dari

organisasi terpusat dapat berbentuk radial, lup, atau spiral.

Organisasi yang linier

Terdiri dari sederetan ruang yang menunjukkan suatu arah, menggambarkan

pergerakan, perluasan dan pertumbuhan. Memiliki sifat yang memanjang dan

masing-masing ruang berhubungan secara langsung. Pola sirkulasi yang

dihasilkan dari organisasi linier ini dapat berupa pola linear dan juga pola linear

bercabang. Bentuknya bersifat fleksibel, dapat lurus, bersegmen, atau

melengkung. Dapat berhubungan dengan bentuk lain dalam lingkupnya

dengan:

o Menghubungkan dan mengorganisir bentuk-bentuk di sepanjang

bentangnya

o Sebagai dinding untuk memisahkan ruang menjadi daerah yang berbeda

o Melingkupi bentuk-bentuk ke dalam sebuah ruang

Organisasi ruang secara radial

Merupakan sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang keluar lingupnya.

Bentuk ini dapat menggabungkan diri pada unsur-unsur atau benda-benda

tertentu pada tapaknya. Kombinasi dari organisasi ruang yang terpusat dan

linier. Organisasi terpusat mengarah ke dalam sedangkan organisasi radial

Page 20: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

27 Universitas Kristen Petra

mengarah keluar. Lengan radial dapat berbeda satu sama lain, tergantung pada

kebutuhan dan fungsi ruang.

Organisasi ruang mengelompok

Ruang-ruang dikelompokkan berdasarkan adanya hubungan ciri atau visual

dengan mempertimbangkan pendekatan fisik. Bersifat fleksibel dan dapat

menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi

karakternya. Biasanya komposisi dari ruang-ruang berbeda bentuk, ukuran dan

fungsi.

Organisasi ruang secara grid

Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid structural dan tiga dimensi lain.

Terdiri dari bentuk-bentuk atau ruang-ruang diatur oleh pola atau bidang grid

tiga dimensi.

g. Persyaratan Ruang

Ruang untuk memperagakan hasil karya seni, benda-benda budaya dan ilmu

pengetahuan harus memenuhi persyaratan berikut:

Benar – benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban,

kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.

Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik (untuk kedua bidang

tersebut) ; biasanya dengan membagi ruang sesuai dengan koleksi yang ada

menurut :

o Benda koleksi untuk studi (mis: mengukir, menggambar) diletakkan dalam

kantong – kantongnya dan disimpan di dalam lemari (dilengkapi laci-laci)

kira-kira berukuran dalam 800 dan tinggi 1600.

o Benda koleksi untuik pajangan mis: lukisan, lukisan dinding, patung,

keramik, furniture. (Ernst Neufert, hlm. 135)

2.3.5. Penyajian dan Penyimpanan Koleksi Museum

Terdapat beberapa poin penting yang haris diperhatikan dalam pengaturan

penyajian dan penyimpanan koleksi museum, antara lain:

a. Tata pameran, meliputi segala penataan yang dimulai dengan menempatkan

koleksi di dalam gedung. Untuk pameran terdapat beberapa sistematika, di

Page 21: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

28 Universitas Kristen Petra

antaranya sistem periode, sistem disiplin ilmu, sistem regional, dan sistem

benda sejenis;

b. Cahaya (lighting), baik cahaya alam ataupun buatan harus memenuhi

persyaratan ideal dari segi koleksi, keindahan, dan penerangan;

c. Label, harus padat, ringkas dan dapat dimengerti. Dilihat dari bentuk atau

tempatnya harus indah dan jelas bagi seluruh kalangan masyarakat;

d. Kondisi udara, sirkulasi udara di dalam ruangan pameran harus memenuhi

persyaratan yang baik, baik bagi koleksi maupun bagi pengunjung;

e. Peralatan audiovisual, untuk memperjelas dapat digunakan sound system dan

film;

f. Lukisan dan diorama, digunakan untuk menerangkan peristiwa sejarah;

g. Keamanan, keamanan museum harus mendapatkan perhatian yang serius,

diupayakan koleksi yang peka dihindarkan dari sentuhan pengunjung, dan

bantuan dari bagian keamanan sangat diperlukan. Bila dalam keadaan perang,

keamanan museum harus diatur dalam tingkat nasional;

h. Lalu lintas pengunjung, sangat diperlukan kedisiplinan dan pengaturan

sirkulasi pengunjung. Perhatian pengunjung akan berkurang bila suasananya

berdesak-desakan, selain itu bahaya pencurian dalam kondisi seperti itu sangat

besar. Penataan dalam pameran di ruang terbuka diprioritaskan untuk benda-

benda yang tahan terhadap iklim dan juga karena bentuknya yang besar,

sehingga menyulitkan untuk diletakkan di dalam ruangan. Selain itu, dengan

pertimbangan yang berdasarkan sejarah maka benda-benda tersebut

dipamerkan di tempat peristiwa itu terjadi. (“Pengelolaan Koleksi Museum”,

p. 15-16)

2.3.6. Persyaratan Elemen Pendukung Museum

a. Sistem Pencahayaan

Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan lebih baik dari pada pencahayaan alami supaya tidak

merusak, cahaya buatan harus tetap dimodifikasi pada iluminasi (tingkat

keterangan cahaya) tertentu, untuk mengurangi radiasi sinar ultraviolet. Pada

sebagian besar museum, perlengkapan pencahayaan di semua daerah pameran

dan daerah koleksi lain harus berpelindung UV hingga kurang dari 75

Page 22: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

29 Universitas Kristen Petra

microwatts per lumen dan tertutup untuk mencegah kerusakan terhadap objek

jika terjadi kerusakan lampu.

Secara umum, berdasarkan ketentuan nilai iluminasi yang dikeluarkan

Illumination Engineers Society Of North Amerika (Lighthing Handbook For

General Use). Pada area pameran, tingkat pencahayaan paling dominan di

permukaan barang koleksi itu sendiri. Diatas permukaan benda paling senditif,

termasuk benda dari bahan kertas (seperti hasil print dan foto), tingkat

pancahayaan tidak boleh lebih dari 5 Footcandles (Fc).

Kebutuhan pencahayaan eksibisi akan berbeda sesuai jenis pameran, ukuran

karya, dan tata letak setiap pameran. Tujuannya mungkin untuk menerangi

objek individu, bukan seluruh ruang.

Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami dapat mengakibatkan kerusakan pada berbagai bahan

koleksi, batu, logam, keramik pada umumnya tidak peka terhadap cahaya,

tetapi bahan organik lainnya, seperti tekstil, kertas, koleksi ilmu hayati adalah

bahan yang peka terhadap cahaya.

Perancang museum harus memahami dan menerima bahwa museum yang

paling professional lebih menghargai penyajian dan pelestarian koleksi mereka

diatas segala manfaat arsitektural pencahayaan alami yang melimpah pada area

koleksi. Terlalu banyak cahaya dan panjang gelombang tertentu mampu

menyebabkan kerusakan yang nyata pada koleksi-koleksi yang tidak dapat

tergantikan.

b. Sistem Penghawaan

Museum yang baik sebaiknya tetap menerapkan penghawaan alami.

Perwujudannya bias melalui perletakkan jendela yang tinggi pada satu sisi dan

rendah pada sisi lainnya (Cross Ventilation). Sedangkan untuk tujuan pemeliharaan

objek benda pameran, sebaiknya menggunakan AC karena dapat mengatur

temperatur dan kelembaban yang diinginkan. Hal ini tentunya tergantung oleh

bahan objek pameran tersebut, apakah peka terhadap kelembaban atau tidak. (Smita

J. Baxi Vinod p. Dwivedi, modern museum, Organizationand partice in india, New

Delhi, Abinar publications, hal 34.)

Page 23: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

30 Universitas Kristen Petra

c. Temperatur atau Kelembapan

Kondisi tempat yang terlalu kering atau terlalu lembab dapat berpengaruh

buruk dan merusak benda koleksi. Oleh karena itu, beberapa benda koleksi harus

diperhitungkan dan dijaga kelembabannya, bahkan perlu juga diperhitungkan

intensitas panas yang ditimbulkan dari pencahayaan buatan (lighting). Suhu dan

kelembaban yang optimum tidak hanya diterapkan pada ruang pamer saja,

melainkan juga pada ruang Storage (penyimpanan koleksi) dan ruang konservasi

(New Metric Hand Book, Museum and Galleries).

d. Sistem Akustik

Akustik bervariasi pada setiap museum. Akustik pada tiap ruang haruslah

nyaman bagi perorangan maupun kelompok. Sangat penting bagi pembimbing tur

agar dapat didengar oleh kelompoknya tanpa menggangu pengunjung lainnya.

Beberapa ruangan untuk fungsi tertentu seperti ruang pertemuan, orientasi,

auditorium (atau teater) harus dirancang oleh ahlinya.

Ruang lainnya, seperti area sirkulasi utama dan ruang pameran memerlukan

penataan akustik tertentu untuk mencegahnya menjadi telalu “hidup“sehingga

merusak pengalaman yang ingin diciptakan museum.

e. Sistem Keamanan

Operasi museum harus dibuat aman seluruhnya, bukan hanya oleh sistem para

penjaga aktif dan sistem elektronik, tetapi juga oleh rancangan dan tata letak yang

sesuai. Semua aspek dari museum harus di rancang untuk menjaga keamanan

koleksi. Koleksi harus dilindungi dari kerusakan, pencurian, dan penyalahgunaan.

Ini berlaku bagi pengunjung, staf penanganan, dan staf keamanan.

Museum hanya boleh memiliki satu pintu masuk umum dan biasanya pintu

masuk staf yang terpisah (meskipun hal ini tergantung pada ukuran museum).

Prioritasnya adalah koleksi keamanan, yang berbeda dari standar keamanan

gedung-gedung pada umumnya.

Lima zona keamanan yang harus dipikirkan:

Zona 1: Keamanan Tertinggi Penyimpanan Koleksi

Zona 2: Keamanan Tinggi Koleksi tanpa akses publik

Zona 3: Keamanan Tinggi Koleksi dengan akses publik

Zona 4: Aman Tanpa koleksi /akses publik

Page 24: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

31 Universitas Kristen Petra

Zona 5: Aman Akses publik tanpa koleksi

Rancangan arsitektur harus menyediakan sebuah organisasi yang

mengabungkan zona-zona keamanan ini dan operasi yang efisien. Berbagai aspek

dari desain bangunan dan konstruksi juga terlibat dalam memuaskan kebutuhan

keamanan. Ini termasuk desain HVAC, pintu, dan perangkat keras, konstruksi

dinding, dan konstruksi atap dan skylight.

f. Fire Protection

Pelestarian dan pengelolaan koleksi museum dari bahaya api memerlukan

sistem deteksi kebakaran dan sistem penekanan yang memanfaatkan alat deteksi

peringatan dini untuk perlindungan yang maksimal. Perlindungan dan pelestarian

tersebut sangat penting untuk misi museum.

Sistem ini harus diintegrasikan dengan sistem keamanan untuk melaporan

alarm serta kondisi yang dapat menyebabkan alarm pada waktunya untuk tindakan

korektif oleh staf terlatih. Perlindungan paling efektif adalah proteksi kebakaran

otomatis (sprinkler) di seluruh sistem. Namun, banyak profesional museum yang

tidak menggunakan sistem seperti itu, karena takut kerusakan akibat air yang

disebabkan oleh mesin digerakkan, kebocoran, dan alarm palsu.

g. Plumbing atau Perpipaan

Sistem plumbing/perpipaan, termasuk letak arsitektural toilet, harus

menghindari kerusakan koleksi yang disebabkan oleh kebocoran dan penguapan.

Semua sistem perpipaan harus diarahkan naik dan mengalir melalui dan di atas

koridor layanan atau daerah non-koleksi saja. Tidak boleh ada pipa saluran air

apapun, dan drainase atap harus dialihkan melalui atau di atas area yang

mengandung koleksi atau area pameran. Tidak boleh ada pipa saluran air atau

drainase perpipaan di setiap tempat penyimpanan koleksi.

2.4. Tinjauan Fasilitas Pendukung Museum

2.4.1. Lobby

Lobby merupakan satu ruang yang pertama kali dijumpai oleh pengunjung

setelah melewati main entrance. Biasanya lobby juga digunakan sebagai ruang

penghubung antar ruang atau ruang transisi.

Persyaratan ruang lobby:

Page 25: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

32 Universitas Kristen Petra

a. Main Entrance

Sebaiknya menggunakan pintu otomatis dengan sistem sensor guna

mempermudah pengunjung yang ingin masuk serta praktis.

Material pintu masuk harus terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama, dan

mudah untuk dibersihkan sehingga aman dan nyaman bagi pengunjung.

Jalan menuju pintu masuk sebaiknya lebih tinggi seperempat inci untuk

memperjelas area.

b. Perabot

Meja resepsionis sebaiknya diletakkan dekat dengan main entrance agar

penglihatan pengunjung dapat lebih terpusat dan lebih baik.

Area tempat duduk sebaiknya diletakkan di area yang tidak terlalu dekat

dengan meja resepsionis dan main entrance agar privasi tetap terjaga.

c. Sistem Keamanan

Adanya sistem siap siaga berupa lampu darurat atau emergency light yang

diletakkan di daerah yang penting seperti di meja resepsionis.

Pemasangan kamera CCTV di tiap sudut ruangan sehingga dapat memonitor

pengunjung yang keluar dan masuk ke dalam museum.

2.4.2. Ruang Audio Visual atau Ruang Multimedia

Ruang audio visual atau ruang multimedia digunakan sebagai ruang

edukasi pengunjung dengan memanfaatkan teknologi masa kini. Ruangan ini dapat

dijadikan sebagai ruang presentasi atau ruang pertunjukan yang membutuhkan layar

dan peralatan audio visual sebagai komponen utama. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan antara lain:

a. Jarak layar dengan area pandang pengamat

Ukuran layar ditentukan oleh media presentasi dan jarak terjauh dengan

pengamat. Perbandingan yang paling tepat adalah 1:6, contohnya jika jarak

terjauh pengamat adalah 12 m maka tinggi layar harus 2 m, sedangkan lebar

layar tergantung dari ketinggian layar dan format gambar yang ditampilkan.

Pada kebanyakan ruang min layar adalah 60x80 inch. Dengan resolusi tampilan

gambar yang besar maka pengamat terdekat tidak boleh berjarak kurang dari

2x tinggi layar (Watch, p. 50).

Page 26: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

33 Universitas Kristen Petra

b. Tata Akustik

Ruang audio visual merupakan ruangan yang membutuhkan ketenangan agar

suara yang terpancar dari peralatan audio dapat terdengar dengan baik. Oleh

karena itu, dibutuhkan konstruksi material yang menyerap suara seperti karpet

dan fiberglass pada dinding. Peletakan tempat duduk sebaiknya dibuat

bertingkat agar sudut pandang dan pendengaran penonton tidak terganggu.

Panggung pertunjukan idealnya mempunyai ketinggian antara 0,6 hingga 1,2

meter (Watch, p. 92).

c. Tata Pencahayaan

Tata pencahayaan yang digunakan di dalam ruang audio visual harus

menyediakan pengaturan (dimmer) sehingga pengelola dapat mengatur

intensitas cahaya sesuai dengan suasana yang diinginkan. Fitur-fitur lampu

lampu sebaiknya diberi jalur listrik masing-masing agar pengaturannya lebih

mudah untuk dikontrol secara terpisah (Watch, p. 52)

2.4.3. Souvenir Shop

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam merencanakan tata

letak pada ruang penjualan menurut Mun (1981, p. 239), yaitu:

a. Calon pembeli diusahakan agar mengunjungi atau melewati seluruh bagian

toko yang menyediakan barang-barang dagangannya.

b. Pada bagian display yang paling belakang atau pojok dibutuhkan pencahayaan

khusus dengan tingkat penerangan yang lebih tinggi untuk dapat menarik

perhatian pengunjung.

c. Peletakkan satu pintu masuk dan pintu keluar yang sama dalam perencanaan

harus dihindarkan.

d. Barang-barang display atau yang dijual harus diklasifikasikan menurut

jenisnya, sehingga lebih jelas dalam penempatannya.

e. Barang-barang yang dianggap penting atau mahal seharusnya diletakkan dekat

dengan kasir, karena barang-barang tersebut harus diawasi secara terus

menerus.

f. Pelayanan dan tata letak ruang yang fleksibel dapat mempermudah pergantian

dan perubahan secara bervariasi.

Page 27: 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art · berkaitan dengan rencana Perancangan Musem Aliran Kepercayaan di Yogyakarta antara lain: 1. Penerapan Gaya Desain Modern Natural Pada

34 Universitas Kristen Petra

g. Penjual tidak perlu menjelaskan semua model atau jenis barang-barang yang

sudah terdapat pada papan gambar.

h. Mengetahui dengan jelas apa saja yang dijual oleh toko.

i. Toko harus dapat menarik perhatian pengunjung untuk masuk.

j. Tata layout dapat membuat pengunjung merasa nyaman dan betah dengan cara

mengelompojjan barang yang dijual sesuai dengan karakteristiknya sehingga

pengunjung dapat dengan mudah dijangkau oleh pembeli.