2. landasan teori 2.1. perdagangan luar negeri 2.1.1 ... · dalam bahasa, mata uang, takaran dan...
TRANSCRIPT
8
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Perdagangan Luar Negeri
2.1.1. Pengertian Perdagangan Luar Negeri
Amir (2004) mendefinisikan perdagangan luar negeri adalah suatu
aktivitas menjual yang disebut ekspor dan aktivitas membeli yang sering disebut
“impor”. Kegiatan ekspor dan impor dalam pengertian ini dibatasi pada ekspor
dan impor barang-barang (visible goods). Ada dua faktor khusus yang harus
diperhatikan dalam perdagangan luar negeri yaitu faktor hasil (proceeds) dan
biaya (cost). Barang yang dijual keluar negeri adalah barang yang biaya
produksinya relatif rendah dibandingkan dengan biaya pembuatannya di luar
negeri, yang artinya apabila di ekspor akan dapat dijual dengan harga yang tinggi.
Sebaliknya barang-barang yang akan di impor adalah barang yang biaya
produksinya di dalam negeri terlalu tinggi atau tidak dapat diproduksi sendiri.
Kedua aktivitas ini hanya dapat dilakukan dalam batas tertentu sesuai dengan
kebijakan pemerintah. Adakalanya suatu jenis barang harus di ekspor sekalipun
akan menderita rugi apabila dihitung dalam mata uang sendiri ketika pemerintah
memerlukan penghasilan dalam bentuk valuta asing. Sebaliknya apabila
pemerintah memandang sesuatu jenis barang tidak begitu diperlukan demi
melindungi produsen dalam negeri, maka pemerintah dapat membatasi jenis-jenis
barang yang dapat di impor. Dalam melakukan aktivitas perdagangan luar negeri
harus diperhatikan ketentuan dan peraturan yang diatur oleh pemerintah
mengenai ekspor dan impor.
Amir (2004) mengungkapkan pada umumnya tata cara perdagangan luar
negeri lebih sulit dan lebih rumit daripada perdagangan dalam negeri yang
disebabkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan (geopolitik).
b. Barang harus dikirim dari suatu negara ke negara lainnya melalui bermacam
peraturan seperti peraturan pabean dan pembatasan yang dikeluarkan oleh
masing-masing pemerintah.
9
Universitas Kristen Petra
c. Antara satu negara dengan negara lainnya tidak jarang terdapat perbedaan
dalam bahasa, mata uang, takaran dan timbangan hukum dalam perdagangan.
Meskipun perdagangan internasional telah dilakukan selama ribuan tahun
seperti jalur sutra tetapi dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan
politik baru dirasakan abad ini. Perdagangan internasional juga turut mendorong
industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi dan perusahaan multinasional.
Amir (2004) mengungkapkan latar belakang suatu negara perlu melakukan
perdagangan internasional antara lain:
a. Kemajuan Teknologi dalam Bidang Komunikasi dan Transportasi
Kemajuan teknologi komunikasi memudahkan suatu bangsa dalam
mengetahui di mana terdapat kebutuhan konsumsi negaranya dan ke mana
memasarkan komoditi unggulannya. Perkembangan dalam bidang
transportasi (kontainerisasi) telah mengubah strategi dan struktur armada
kapal tradisional menjadi lebih besar serta meningkatkan kapasitas muat dan
bertambahnya frekuensi pelayaran.
b. Interdepedensi Kebutuhan
Negara satu dengan negara yang lain saling membutuhkan karena tidak ada
negara yang sanggup memenuhi semua kebutuhannya sendiri, sehingga
tercipta perdagangan antar negara.
c. Asas Keunggulan Komparatif
Keunikan komoditi yang diproduksi oleh negara tersebut dan tidak diproduksi
oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan mutlak
atau keunggulan komparatif yang dapat diandalkan sebagai sumber
pendapatan.
d. Selera Konsumen
Komoditi yang mutu, desain, ketepatan waktu penyerahan, pengaturan
pengemasan dan standarisasi produk tersebut sesuai dan memenuhi selera
konsumen pada suatu negara maka barang tersebut akan mempunyai potensi
yang besar untuk di ekspor.
10
Universitas Kristen Petra
e. Adanya Kepentingan Tertentu
Suatu negara memiliki kepentingan tertentu untuk menjaga stabilitas ekonomi
dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah membuat beberapa kebijakan
untuk menjaga kebutuhan dalam negeri bisa terpenuhi.
2.2. Transportasi Internasional
2.2.1. Penjelasan Transportasi Internasional
Brian (2006) mendefinisikan transportasi adalah memudahkan
perpindahan penumpang, kargo atau informasi yang berhubungan dengan biaya
transportasi bersama dengan atribut yang dipindahkan (misal barang pecah belah,
barang berharga, barang mudah rusak) dari satu tempat ke tempat lain, di mana
terdapat unsur pergerakan dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang
dengan atau tanpa alat angkut. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Miro
(2005) yang mengartikan transportasi sebagai “kegiatan memindahkan,
menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke
tempat lain, di mana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat untuk tujuan
tertentu” (p. 4). Dengan pertumbuhan perdagangan luar negeri dan globalisasi
produk, sistem transportasi internasional berada di bawah tekanan yang tinggi
untuk mendukung permintaan arus perpindahan barang. Tanpa perbaikan dan
peningkatan sistem transportasi maka pengangkutan barang dan penumpang
dalam jumlah yang besar tidak dapat diangkut secara lebih cepat dan efisien.
Sejak peti kemas dan kegiatan transportasi intermoda meningkatkan efisiensi
pada sistem distribusi global, pangsa pasar muatan kargo dengan menggunakan
peti kemas menjadi sangat banyak digunakan secara internasional.
Transportasi internasional lebih mengacu kepada skala geografis di mana
arus perpindahan barang melibatkan beberapa moda transportasi, terutama pada
kegiatan pengiriman ketika asal barang dan tujuan pengiriman terpisah jauh. Oleh
karena itu dibutuhkan rantai transportasi untuk melayani arus tersebut dengan
cara memperkuat moda transportasi internasional baik melewati darat, laut dan
udara serta menempatkan terminal-terminal di lokasi yang strategis. Menurut
Rodrigue (2013) ada tiga komponen transportasi internasional untuk
memfasilitasi perdagangan yaitu (p. 164):
11
Universitas Kristen Petra
a. Infrastruktur Transportasi.
Kekhawatiran pengirim barang terhadap infrastruktur fisik seperti terminal,
bandara maupun pelabuhan, alat transportasi yang tersedia dan jaringan.
Efisiensi atau ketidak-efisiensian dalam infrastruktur transportasi akan
menaikkan tingkat perpindahan barang atau menghambat perdagangan
internasional.
b. Jasa transportasi.
Kekhawatiran pengirim barang pada ketersediaan penyedia jasa yang terlibat
dalam pergerakan barang pada kegiatan perdagangan internasional serta
orang-orang yang terlibat di dalamnya seperti kegiatan logistik pergudangan,
keuangan, pemasaran dan asuransi barang.
c. Lingkungan transaksional.
Menyangkut hukum yang berlaku di suatu negara, pengaturan politik dan
budaya di mana sistem transportasi internasional dapat beroperasi. Ini
mencakup aspek-aspek seperti peraturan, tarif pajak serta kuota barang masuk
dan keluar sebagai preferensi konsumen dalam mengembangkan usahanya.
2.2.2. Tujuan Transportasi Internasional
Joetata (1997) berpendapat transportasi dibuat dengan tujuan agar proses
transportasi penumpang dan barang dapat dicapai secara optimum dalam skala
ruang dan waktu, dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan, dan
kelancaran serta efisiensi atas waktu dan biaya. Objek yang diangkut setiap
harinya selalu bertambah yang disebabkan oleh pertambahan penduduk suatu
negara, produksi barang, pendapatan, kesejahteraan penduduk, perkembangan
wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Dengan pertambahan tersebut maka dengan
sendirinya menuntut pertambahan alat pendukung berupa sarana transportasi.
Apabila tidak diantisipasi akan terjadi masalah yakni terjadi ketidakseimbangan
antara kebutuhan transportasi dengan pengguna jasa transportasi. Beberapa
persoalan yang akan terjadi apabila tidak adanya transportasi adalah sulitnya
suatu kawasan berkembang dan tingginya biaya ekonomi yang terjadi apabila
mengirimkan barang.
12
Universitas Kristen Petra
Untuk mengantisipasinya, dilakukan tindakan-tindakan berupa
perencanaan dan pengembangan alat pendukung proses pindah untuk mencapai
kondisi yang seimbang. Tujuan dari perencanaan transportasi dapat
diformulasikan sebagai berikut (Miro, 2005):
a. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang akan terjadi pada masa akan
datang (tindakan preventif).
b. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving).
c. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) semaksimal mungkin.
d. Mempersiapkan tindakan untuk tanggap pada keadaan di masa depan.
e. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang untuk mencapai tujuan.
Transportasi dalam kegiatannya memindahkan barang tidak dapat lepas
dari keperluan alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan
sesuai dengan waktu yang diinginkan. Alat pendukung dalam proses pindah
bervariasi, tergantung pada bentuk objek, jarak tempat dan maksud dari objek
yang akan dipindahkan. Joetata (1997) berpendapat bahwa transportasi sekarang
ini merupakan bagian dari aktivitas masyarakat, di mana terdapat hubungan yang
erat dengan gaya hidup, jangkauan, lokasi kegiatan produksi dan pemenuhan
kebutuhan. Untuk mengetahui keseimbangan antara objek yang diangkut dengan
alat pendukung dapat dilihat melalui ukuran standar kuantitas dan kualitas dari
alat pendukung. Standar kuantitas dan kualitas alat pendukung dapat
diidentifikasikan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut (Miro, 2005):
a. Aman: Apakah objek yang diangkut aman selama proses perpindahan dan
mencapai tujuan dalam keadaan utuh, tidak rusak?
b. Cepat: Apakah objek yang diangkut mencapai tujuan sesuai dengan batasan
waktu yang telah ditentukan?
c. Lancar: Apakah selama proses perpindahan objek yang diangkut tidak
mengalami hambatan?
d. Nyaman: Apakah selama proses perpindahan objek yang diangkut terjaga
keutuhannya?
e. Ekonomis: Apakah proses perpindahan memakan biaya yang tinggi dan
merugikan objek yang diangkut?
13
Universitas Kristen Petra
f. Terjamin ketersediaannya: Apakah alat pendukung selalu tersedia kapan saja
ketika objek yang diangkut membutuhkannya tanpa mempedulikan waktu dan
tempat?
Di dalam sistem ini terdapat beragam unsur seperti ruang untuk bergerak
(jalan), tempat awal/akhir pergerakan (terminal), yang bergerak (alat
angkut/kendaraan dalam bentuk apapun dan pengelolaan yang
mengkoordinasikan ketiga unsur sebelumnya. Masing-masing unsur tidak dapat
beroperasi sendiri-sendiri, kesemuanya harus terintegrasi secara bersamaan.
2.2.3. Permintaan Transportasi Internasional
Sasaran utama dari analisis permintaan transportasi internasional adalah
terdapatnya kebutuhan akan jasa transportasi dari penduduk suatu negara yang
berawal dari interaksi diantara aktivitas sosial dan ekonomi. Analisa permintaan
transportasi merupakan proses yang berusaha menghubungkan antara kebutuhan
akan jasa transportasi dengan aktivitas sosial ekonomi yang menimbulkan
kebutuhan transportasi tersebut (Kanafi, 1983, p. 3). Penyebab permintaan
transportasi muncul karena beberapa faktor seperti yang disajikan pada gambar
2.1 (Miro, 2005).
Gambar 2.1: Skema Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Permintaan
Transportasi.
Sumber : Perencanaan Transportasi (2005)
Aktivitas-aktivitas tersebut menimbulkan suatu kebutuhan perjalanan
sehingga terbentuk semacam klasifikasi profil perjalanan yang sesuai dengan
aktivitas masyarakat yang dapat dihitung jumlah perjalanannya dan dijadikan
sebagai jumlah kebutuhan akan jasa transportasi untuk tiap profil perjalanan.
Aktivitas ekonomi memiliki jumlah perjalanan terbanyak apabila dibandingkan
AKTIVITAS
Ekonomi
Sosial Budaya
Pendidikan Rekreasi
Kegiatan lain-lain
14
Universitas Kristen Petra
dengan aktivitas-aktivitas lainnya terutama di wilayah perkotaan dan juga pada
negara-negara modern yang setiap harinya melakukan perdagangan baik dalam
maupun luar negeri. Untuk menunjang aktivitas ekonomi serta memenuhi
permintaan transportasi maka dibutuhkan jasa pengangkut. Dalam kegiatan
transportasi terdapat dua jenis angkutan yaitu (Miro, 2005):
a. Angkutan Penumpang/Orang
Dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan
atau tanpa kendaraan. Tujuannya sarana ini adalah membantu
orang/kelompok menjangkau tempat yang dihendaki, dari segi kepemilikan
kendaraan dapat dikategorikan menjadi angkutan pribadi dan angkutan
umum.
b. Angkutan Barang
Barang umumnya diangkut untuk jarak yang lebih jauh dan lebih bervariasi
dikarenakan kebutuhan orang di berbagai wilayah berbeda-beda serta setiap
jenis barang memiliki perbandingan volume dan berat yang beragam yang
menuntut sistem pengangkutan yang khusus. Secara umum barang dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu barang kering (dry bulk), cair dan
umum (general cargo). Masing-masing memerlukan jenis moda yang berbeda
karena sifatnya yang berbeda dan menghendaki penanganan tertentu selama
proses pengangkutan.
● Barang kering
Merupakan barang belum jadi atau bahan baku, pada umumnya tidak
dikemas, dapat langsung dibongkar muat ke kendaraan atau tempat
barang. Pengangkutan jenis barang ini biasanya dalam volume besar,
namun nilainya rendah dibanding dengan beratnya. Untuk mengangkutnya
dibutuhkan kendaraan besar dan terbuka, contohnya: pasir, besi dan batu.
● Barang Cairan
Dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu cairan dalam kemasan
dan cairan curah. Mengangkut cairan dalam kemasan dapat menggunakan
kendaraan yang terbuka, sedangkan cairan curah dibutuhkan kendaraan
tangki, selain perlu penanganan khusus dibutuhkan pula perhatian
15
Universitas Kristen Petra
terhadap tumpahan. Salah satu cara terbaik/termudah untuk mengangkut
cairan curah dengan menggunakan pipa khusus.
● Barang Umum
Merupakan kiriman berupa barang jadi atau setengah jadi, ataupun barang
konsumsi. Moda angkut yang digunakan mengangkut barang ini beragam
tetapi memiliki perbedaan tegas yang harus dilakukan yaitu pemisahan
atas muatan unit dan muatan biasa. Muatan biasa mudah ditangani
perpindahannya, sedangkan muatan unit adalah berupa penggunaan peti
kemas atau kereta gandeng yang diisi dengan muatan dengan memiliki
sifat yang sama.
2.2.4. Moda Transportasi Internasional
Menurut sebagian ahli, perencanaan transportasi merupakan bagian
terpenting dan tersulit karena pada tahap ini ditemui berbagai kendala/hambatan
memodelkan realita yang terjadi di dunia nyata sebagai akibat dari sulitnya
membaca perilaku orang banyak, terutama masyarakat pengguna jasa transportasi
dan dipihak lain juga banyak bentuk-bentuk transportasi dari segi jarak
georgrafis, teknis, kecepatan dan ekonomis yang menawarkan karakteristik
layanan yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Joetata (1997)
mengungkapkan dasar pemilihan penggunaan transportasi intermoda yaitu ciri
perjalanan yang dilakukan berdasarkan waktu dan tujuan, status pengguna jasa
dilihat dari tingkat penghasilan, sistem pengangkutannya, dari sisi lama
perjalanan dan efisiensi ketika mengirimkan barang dari segi waktu dan biaya.
Secara tidak langsung pilihan moda merupakan proses perencanaan yang
bertugas untuk menentukan pembebanan (biaya) perjalanan yang harus
dibayarkan. Adapun hasil analisis tahap pilihan moda ini bermanfaat sebagai
masukan bagi pihak-pihak penyedia jasa (transport supplier) seperti perusahaan
mobil (truck dan bus), kereta api, kapal laut dan pesawat untuk melihat pangsa
pasar sebagai dasar pertimbangan untuk memperkirakan jumlah armada yang
harus disediakan untuk melayani transportasi.
Dalam melayani jumlah perjalanan yang terjadi, maka dibutuhkan fasilitas
transportasi berupa alat pengangkut (sarana) dengan mempertimbangkan
16
Universitas Kristen Petra
perbedaan kondisi geografis pada setiap negara. Dalam keadaan seperti ini
pengirim barang dihadapkan pada beberapa alternatif penggunaan alat angkut
untuk mencapai tingkat efektifitas pengiriman dan agar dapat sampai ke tujuan.
Rustian Kamaruddin (2006) mengelompokkan moda transportasi menurut sudut
teknis dan alat angkutannya yaitu sebagai berikut :
a. Angkutan jalan raya atau highway transportation (road transportation)
seperti pengangkutan dengan menggunakan truk, bus, dan sedan.
b. Pengangkutan rel (rail transportation) yaitu angkutan kereta api.
c. Pengangkutan melalui air di pedalaman (inland transportation) seperti
pengangkutan sungai, danau dan sebagainya.
d. Alat pengangkutan pipa (pipe line transportation), seperti transportasi untuk
mengangkut atau mengalirkan minyak tanah, bensin dan air minum.
e. Pengangkutan laut atau samudera (ocean transportation), yaitu angkutan
dengan menggunakan kapal laut yang mengarungi samudera.
f. Pengangkutan udara yaitu pengangkutan dengan menggunakan pesawat
terbang yang melalui udara.
Brian (2006) berpendapat bahwa moda jalan dan kereta api cenderung
menempati porsi yang kecil pada transportasi internasional karena alat
transportasi ini berada di atas semua moda untuk layanan transportasi wilayah
nasional atau regional. Namun sebagian besar dari perdagangan luar negeri yang
dilakukan NAFTA (North American Free Trade Agreement) antara Kanada,
Amerika Serikat dan Meksiko serta sebagian besar dari perdagangan Eropa Barat
didukung oleh transportasi darat seperti truk maupun kereta api.
Rodrigue (2013) mengemukakan diantara berbagai moda transportasi
terdapat dua moda transportasi yang secara khusus berkaitan dengan perdagangan
internasional yaitu transportasi udara dan transportasi laut. Hal ini diakibatkan
oleh kemampuan kedua moda transportasi tersebut dalam menempuh jarak yang
jauh yang mengakibatkan pada meningkatnya permintaan kepada perusahaan
industri tersebut untuk mengembangkan usahanya. Transportasi udara memiliki
kemampuan mengangkut barang yang lebih sedikit daripada pengangkutan laut
tetapi jika dilihat dari nilai barang, transportasi udara memiliki nilai yang lebih
tinggi di mana barang yang diangkut berupa alat-alat elektronik dan berbagai baju
17
Universitas Kristen Petra
untuk dijual. Transportasi laut memiliki tingkat kepentingan yang tinggi di mana
moda ini kurang lebih menangani 90% perdagangan luar negeri diseluruh dunia
dan hampir semua kegiatan transportasi laut menggunakan peti kemas untuk
pengirimannya, yang kebanyakan dilakukan menuju negara dengan sistem
produksi dan tingkat konsumsi yang tinggi.
2.2.5. Transportasi Laut
Menurut Shopna (2009) transportasi laut adalah “proses pemindahan
barang dan manusia melalui laut, sungai, kanal, danau dan samudera
menggunakan perahu atau kapal” (p. 90). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,
kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai dan
sebagainya). Brian (2006) berpendapat keuntungan dalam menggunakan
transportasi laut adalah biaya operasional kapal yang murah dan memiliki
kemampuan membawa barang dalam jumlah yang besar dengan konsumsi energi
yang rendah dan sumber daya manusia yang dibutuhkan sedikit.
2.2.5.1. Manfaat industri Jasa Pelayaran
Usaha pelayaran merupakan usaha industri bidang jasa transportasi laut
atau shipping industry yang memberi manfaat sebagai berikut (Kosasih, 2007):
a. Place utility
Barang yang di suatu tempat kurang bermanfaat dipindahkan ke tempat yang
manfaatnya lebih besar.
b. Time utility
Barang dari satu tempat yang saat tertentu sudah diproduksi dan berlebihan
dipindahkan ke tempat pada waktu yang sama belum diproduksi dan
membutuhkan pengangkutan dengan kapal dapat dilakukan melalui laut,
danau, maupun sungai.
2.2.5.2. Kegiatan Pelayaran
Menurut Kosasih (2007) kegiatan pelayaran dilihat dari bidang
kegiatannya ada dua jenis bidang yaitu (p. 7):
18
Universitas Kristen Petra
a. Pelayaran Niaga (shipping business)
Usaha pengangkutan barang (khususnya barang dagangan) atau penumpang
melalui laut, baik yang dilakukan antar pelabuhan-pelabuhan dalam wilayah
sendiri atau antarnegara.
b. Bukan Pelayaran Niaga
Meliputi pelayaran angkatan perang, dinas pos, dinas peambuan, penjagaan
pantai hidrografi dan sebagainya.
Dalam pelayaran niaga dibedakan antara pelayaran niaga nasional dengan
pelayaran internasional. Dalam pelayaran niaga nasional, kegiatan pelayaran
berlangsung dalam batas-batas wilayah teritorial negara. Sementara itu, dalam
pelayaran niaga internasional kegiatan pelayaran berlangsung dalam perairan
internasional yang menghubungkan dua negara atau lebih. Pada pelayaran
internasional timbul masalah hubungan hukum internasional dan timbul berbagai
konvensi internasional yang mengatur aspek-aspek pelayaran, baik yang
berkaitan dengan masalah teknis maupun yang berkenaan dengan
penyelanggaraan atau pengusahaan pelayaran.
2.2.5.3. Pihak-pihak yang Terkait dalam Kegiatan Pelayaran Niaga
Kegiatan pelayaran niaga timbul karena adanya kebutuhan untuk
mengangkut barang-barang niaga yang dihasilkan di suatu tempat dan akan dijual
di tempat lain sehingga timbul semboyan the flag follows the trade (bendera atau
kapal mengikuti perdagangan) (Kosasih, 2007). Oleh karena itu, dalam suatu
pengiriman atau pengapalan barang dengan kapal laut terkait pihak yang saling
berhubungan hukum satu sama lain.
a. Pengirim barang (shipper)
Badan hukum atau orang yang mempunyai muatan kapal untuk dikirim dari
suatu pelabuhan tertentu (pelabuhan muatan) untuk diangkut ke pelabuhan
tujuan.
b. Pengangkut barang (carrier)
Perusahaan pelayaran yang melaksanakan pengangkutan barang dari
pelabuhan muat untuk diangkut ke pelabuhan tujuan dengan kapal.
19
Universitas Kristen Petra
c. Penerima barang (consignee)
Badan hukum atau orang kepada siapa barang kiriman ditujukan.
Disamping itu, pihak lain yang tidak saling berhubungan hukum/tidak
diatur oleh undang-undang adalah sebagai berikut:
a. Ekspeditur (perusahaan ekspedisi muatan kapal laut, forwarding, dan lain-
lain)
Perusahaan yang menyelenggarakan usaha mengurus dokumen-dokumen dan
formalitas yang diperlukan untuk mengirim/mengeluarkan barang ke/dari
kapal atau ke/dari gudang/lapangan penumpukan kontainer di pelabuhan.
Ekspeditur menjadi wakil dari pengirim/penerima barang muatan kapal laut
b. Perusahaan pergudangan (warehousing)
Usaha penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan, menunggu pemuatan
ke atas kapal atau pengeluaran dari gudang.
c. Container Freight Situation (CFS)
Gudang tempat menyimpan barang/muatan umum dari beberapa shipper lalu
untuk pelabuhan tujuannya sama, perlu digabungkan ke dalam kontainer
(stuffing) dan siap dimuat ke kapal. Sebaliknya, barang/muatan dari kontainer
dikeluarkan (stripping) dan disimpan dalam gudang sebelum diambil oleh
beberapa consignee.
d. Container Yard (CY)
Tempat menyusun/menumpuk kontainer (stacking) sebelum dimuat ke atas
kapal (ekspor) atau sebelum diambil oleh consignee (impor).
e. Perusahaan stevedoring atau perusahaan bongkar muat (PBM)
Usaha pemuatan atau pembongkaran barang-barang muatan kapal.
f. Freight forwarding
Lembaga jasa pengurusan transportasi yang mengkoordinasikan angkutan
multimoda sehingga terselenggara angkutan terpadu sejak dari door ship
sampai dengan door consignee. Pelaksananya adalah EMKL, PBM dan
pelayaran.
20
Universitas Kristen Petra
2.2.5.4. Dokumen Perdagangan Pelayaran
Beberapa dokumen yang dibutuhkan jika kegiatan ekspor impor
menggunakan kapal antara lain (Suyono, 2005):
a. Bill of Lading
Bill of Lading (B/L) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran dan mempunyai fungsi sebagai:
● Bukti bahwa barang telah dimuat kapal.
● Dokumen hak milik dari pemilik barang (document of title).
● Kontrak angkutan (contract of affreightment).
b. Sea Waybills
Sea Waybills adalah pengganti ocean B/L yang saat ini sudah dianggap tidak
memadai lagi. Waybill adalah dokumen yang tidak dapat diperdagangkan atau
non-negotiable dan dibuat untuk consignee yang disebut di dalamnya.
Penerima barang dapat mengambil barang dengan menggunakan waybill ini.
Meskipun demikian, tanpa waybill, asal dapat menunjukkan identitasnya
penerima barang bisa mengambil barangnya.
c. Manifest
Cargo Manifest merupakan dokumen yang berisi informasi tentang muatan di
atas kapal. Freight manifest memberikan keterangan mengenai freight dan
surcharges. Manifest disiapkan oleh agen/perwakilan pengangkut. Namun
dapat juga dikerjakan oleh freight forwarding bila harus berhubungan dengan
pelayaran.
d. Shipping Note
Shipping note merupakan dokumen yang dibuat oleh shipper dan dialamatkan
kepada carrier untuk meminta ruangan muatannya. Shipping note merupakan
tanda komitmen untuk mengapalkan muatannya dan juga digunakan untuk
mempersiapkan Bill of Lading (B/L) muatan keluar.
e. Delivery order
Delivery order (DO) adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh pihak yang
berkuasa menyimpan barang. Untuk mengeluarkan barang itu dari tempat
penyimpanannya harus mempunyai delivery order, artinya pemilik barang
sudah menyelesaikan kewajibannya terhadap yang dikuasakan oleh barang.
21
Universitas Kristen Petra
Dalam delivery order, perusahaan pelayaran telah memilih freight, bea
masuk, biaya storage dan lain-lain.
2.2.5.5. Arus Barang dengan Menggunakan Transportasi Laut
Mekanisme arus barang dari shipper atau pengirim barang hingga siap
untuk diangkut menggunakan kapal dapat digambarkan sebagai berikut
(Soewodo, 2007):
Gambar 2.2: Arus Perpindahan Barang Pada Angkutan Laut
Sumber: Manajemen Perusahaan Pelayaran (2007)
Keterangan gambar :
1. Gudang pengiriman (shipper consignee).
2. EMKL/pengangkutan (freight forwarding).
3. Kantor perusahaan pelayaran (shipping company).
4. Gudang (warehouse).
5. Pabean (customs).
6. Jasa bongkar/muat (stevedoring company).
7. Kapal laut pengangkutan (carrier).
2.2.5.6. Kelebihan Pelayaran Niaga
Menurut Kosasih (2007) bagi dunia perdagangan luar negeri, pelayaran
niaga memegang peranan yang sangat penting dan hampir semua barang ekspor
22
Universitas Kristen Petra
dan impor diangkut dengan kapal laut yang memiliki kelebihan daripada alat
transportasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut (p. 7):
a. Unit capacity kapal jauh lebih besar untuk pengangkutan dalam jumlah besar
sekaligus.
b. Biaya bongkar muatnya lebih efisien dibanding melalui darat.
c. Biaya angkut (freight) per-unit lebih murah karena pengangkutan dalam
jumlah banyak.
2.3. Freight Forwarding
2.3.1. Pengertian Freight Forwarding
Menurut Suyono (2005) pengertian freight forwarding adalah “badan
usaha yang bertujuan memberikan jasa pelayanan/pengurusan atau seluruh
kegiatan diperlukan bagi terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan
penerimaan barang dengan menggunakan multimodal transport baik melalui
darat, laut atau udara” (p. 239). Menurut Kosasih (2007) adalah “lembaga jasa
pengurusan yang mengkoordinasikan angkutan multimoda sehingga terselenggara
angkutan terpadu sejak dari door ship sampai door consignee” (p. 12). Hal ini
juga merujuk pada definisi jasa freight forwarding pada PER 70/PJ/2007 yang
mengacu pada keputusan Menteri Perhubungan No. KM/10 Tahun 1988 tentang
jasa pengurusan transportasi di mana jasa freight forwarding adalah “usaha yang
ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang, untuk mengurus semua
kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang
melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup kegiatan
penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan pengukuran,
penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan,
klaim asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya
lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan
diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya”. Dapat disimpulkan bahwa
bisnis utama dari freight forwarding adalah membeli jasa transportasi dari
bermacam-macam pelayaran (shipping line atau airline) dan memuat pengiriman
(shipment) dari pengirim barang (shipper) yang ditujukan ke beberapa penerima
barang (buyer) dalam jumlah kecil ataupun besar, ke tujuan tertentu dengan harga
23
Universitas Kristen Petra
yang diharapkan dapat lebih murah dan tepat waktu dalam pengirimannya. Dari
pengertian tersebut terlihat jelas bahwa freight forwarding menjadi pemeran
utama dalam arus laju perekonomian dunia untuk pengiriman barang ekspor
maupun impor.
2.3.2. Dasar Hukum Penyelenggaraan
Dasar hukum freight forwarding yang diatur dalam negara adalah sebagai
berikut:
a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 10 Tahun 1988 Tentang Jasa
Pengurusan Transportasi (“Kepmenhub No.10/1988”)
b. Permendag Nomor 16/M-DAG/PER/2006 tentang Penataan dan Pembinaan
Pergudangan (“Permendag No.16/2006”)
c. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009 tentang
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (“Perka BPS No.57/2009”)
d. Kegiatan usaha yang ditentukan dalam Pasal 1 angka 3 Kepmenhub
No.10/1988, yaitu meliputi: kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi,
pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian
dokumen dan penerbitan dokumen angkutan.
Selain dasar hukum yang ditetapkan oleh negara, dasar hukum freight
forwarding juga diatur dalam standard trading condition (STC). STC adalah
dasar aturan perdagangan yang mengatur hubungan antara perusahaan freight
forwarding dengan pengguna jasa, yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban
masing-masing pihak (Indonesian Forwarders Association). Pengguna harus
memperhatikan pasal-pasal yang membatasi tanggung jawab perusahaan dan
sekaligus pasal-pasal yang mengharuskan hal tertentu jika ada ganti rugi. Selain
itu, freight forwarding bertanggung jawab untuk:
a. Menjaga barang yang dipercayakan kepadanya.
b. Mematuhi instruksi pelanggan yang berkaitan dengan transportasi mereka
(shipping instruction).
24
Universitas Kristen Petra
2.3.3. Hak kewajiban dan tanggung jawab freight forwarding
Status hukum dari freight forwarding sangatlah beragam. Status hukum
yang sangat umum digunakan adalah menggunakan Standard Trading Conditions
(STC) sebagai dasar dalam menetapkan hak, kewajiban dan tanggung jawab
freight forwarding terhadap pelanggannya. Persyaratan-persyaratan
diformulasikan sesuai dengan praktek dagang atau sistem hukum yang berlaku di
masing-masing negara. Beberapa negara yang menggunakan standard trading
conditions adalah negara Indonesia, Jerman, dan Inggris. Di tempat yang berbeda
banyak juga yang menggunakan formulasi dari FIATA (The Federation of
International Freight Forwaders Associations) yang didirikan tahun 1928.
(R.P.Suyono, 2005, p. 241-242).
2.3.4. Peran Freight Forwarding
Menurut Manual on Freight Forwarding UNESCAP (1990), peran freight
forwarding secara khusus dibagi menjadi dua yaitu freight forwarding sebagai
agent dan freight forwarding sebagai principal:
a. Sebagai agent
● Memiliki tanggung jawab terbatas, dalam melaksanakan fungsinya atas
dasar aturan tradisional keagenan. Bertanggung jawab atas kesalahan
yang dilakukan oleh karyawannya sendiri.
● Tidak menerima tanggung jawab atas kesalahan maupun kelalaian pihak
ketiga seperti carrier, reforwarder, dan lain-lain, dengan catatan bahwa
telah memilih pihak ketiganya dengan sungguh-sungguh.
● Tidak melakukan konsolidasi muatan kargo.
● Tidak melakukan integrasi muatan dan pelayanan door to door.
● Dokumen pengapalan antara lain menerbitkan master air waybill untuk
angkutan udara dan master bill of lading untuk angkutan laut tetapi tidak
menerbitkan FIATA bill of lading.
b. Sebagai principal
● Status sebagai principal dari carrier dan badan usaha lainnya seperti
pemilik kapal/pesawat, angkutan darat, kereta api, pengelola gudang,
packing dan lain-lain.
25
Universitas Kristen Petra
● Dalam mengatur pengangkutan barang atas dasar sales contract dan
condition of contract mengenai carriers limitation of liability.
● Memiliki tanggung jawab yang lebih luas, tidak hanya sebatas kesalahan
yang dilakukan oleh karyawannya sendiri tetapi juga terhadap kesalahan
pihak-pihak yang terkait.
● Bertanggung jawab atas segala kerusakan maupun kehilangan barang
selama dalam masa pengangkutan, kecuali bila diakibatkan oleh keadaan
barang itu sendiri, act of god, atau kejadian diluar kekuasaannya.
● Menerima tanggung jawab atas kesalahan maupun kelalaian pihak ketiga
seperti carrier, reforwarder.
● Melakukan konsolidasi muatan kargo
● Berada dalam mata rantai kegiatan bisnis angkutan yang terintegrasi atau
melakukan pelayanan door to door.
● Dokumen pengapalan antara lain menerbitkan master & house air waybill
untuk angkutan udara dan master & house bill of lading untuk angkutan
laut dan FIATA bill of lading.
Freight forwarding dalam menjalankan usahanya memiliki beberapa
peran yaitu (Suyono, 2005 p. 289):
a. Peran freight forwarding dalam muatan konsolidasi muatan (cargo
consolidation)
Disebut juga groupage, adalah pengumpulan beberapa kiriman barang dari
beberapa eksportir/shipper di tempat asal yang akan dikirimkan untuk
beberapa consingnee di tempat tujuan yang dikemas dalam satu unit paket
muatan, kemudian muatan terkonsolidasi tersebut dikapalkan dan ditujukan
keagen konsolidasi kemudian diantarkan ke tempat tujuan. Agen kemudian
melaksanakan penyerahan barang ke pihak consingnee masing-masing.
b. Peran freight forwarding sebagai pengangkut
Banyak freight forwarding bertindak sebagai operator dan bertanggung jawab
penuh dalam melaksanakan pengangkutan meskipun tidak memiliki kapal
sendiri. Operator tang dimaksud adalah BHI (Badan Hukum Indonesia) yang
melaksanakan kegiatan usaha pelayanan jasa terhadap kapal dan barang di
26
Universitas Kristen Petra
pelabuhan dalam rangka menunjang kegiatan angkutan laut. Selain itu,
freight forwarding juga bertindak sebagai :
● Vessel-operating Multimodal Transport Operator secara penuh yang
melaksanakan berbagai jenis pengangkutan dengan cara door-to-door
dengan satu dokumen intermodal yang biasanya berbentuk FBL.
● Non-Vessel Operator (NVO) yaitu operator muatan yang mengurus
pengangkutan lewat laut dari pelabuhan ke pelabuhan dengan
menggunakan satu house bill of lading.
● Non-Vessel-Operating Common Carrier (NVOCC) yang mempunyai
jadwal pelayaran yang tetap dan melaksanakan konsolidasi muatan atau
melayani multimodal transport dengan house bill of lading (HBL) atau bill
of lading dari FIATA.
c. Peran freight forwarding dalam dokumentasi.
Dengan belum adanya kekuatan konvensi internasional, maka operator
multimodal transport bebas untuk membuat kontrak maupun syarat kondisi
yang dapat diterima oleh para pelanggannya. Sebagian besar operator
mengikuti ketentuan yang disusun oleh gabungan International Chambere of
Commerce (ICC) yang dikenal uniform rules for combined transport
document. Berdasarkan ketentuan tersebut, dokumen-dokumen multimodal
transport telah dikembangkan oleh BIMCO (Baltic International Maritime
Conference) dan FIATA (The International Federation of Freight Forwarder
Association). Dokumen yang dikenal sebagai multimodal transport
documents dapat diberikan kekuatan hukum sesuai dengan kontrak yang
dibuat. Jenis dokumen yang dipakai adalah FIATA Combined Transport Bill
of Lading (FBL) yang dimasukkan dalam golongan freight forwarding
documents. FBL adalah dokumen pengangkutan antar moda yang dipakai
oleh freight forwarding yang bertindak sebagai badan jasa angkutan
bersambung atau intermodal transport operator.
d. Peran freight forwarding dalam pembungkusan (packing).
Pengiriman maupun penerima barang selalu mengharapkan agar barang
sampai kepada pihak yang dituju dengan memenuhi syarat 3K, yaitu:
keamanan, keaslian, kepuasan.
27
Universitas Kristen Petra
Syarat ini mengandung tuntutan bahwa barang yang dikirim dan diterima
tidak mengalami perubahan bentuk, sifat maupun rupa dan tidak ada
kekurangan dalam jumlahnya, tidak basah, dan lain-lain. Pada umumnya yang
bertanggung jawab langsung terhadap keadaan barang adalah pengirim.
Dengan demikian pengirim akan berusaha agar bungkusan/packing barang
dapat memenuhi tuntutan 3K. Menurut Suyono (2005), jenis packing yang
diperlukan untuk membungkus suatu barang dapat dikemas menjadi satu
kesatuan atau dikemas secara terpisah akan tergantung dari sifat dan jenis
barang, volume, berat, jumlah dan jenis barang, cara pengiriman dan tujuan
pengiriman. Dalam bungkus juga harus diperhatikan letak dari merek barang
dan segala keterangan yang sesuai dengan shipping mark yang akan dicatat
dalam dokumen. Tujuan dari shipping mark adalah agar barang bisa lebih
mudah dikenal.
2.3.5. Lingkup Kerja Jasa Freight Forwarding
Dalam melakukan pekerjaannya freight forwarding memiliki dua lingkup
kerja yaitu dari sisi pengirim barang (eksportir) dan penerima barang (importir)
(Manual On Freight Forwarding UNESCAP, 1990, p. 3-4):
a. Forwarding sesuai dengan instruksi pengirimannya (shipping instructions),
akan:
● Memilih rute, moda transportasi dan pengangkutan yang sesuai.
● Melakukan booking tempat untuk muatan dengan operator yang dipilih.
● Mengambil barang yang hendak dikirim dan mengeluarkan dokumen
yang relevan seperti surat penerimaan barang, surat jalan dan lain-lain.
● Mempelajari ketentuan LC (letter of credit) dan semua peraturan
Pemerintah berlaku untuk pengiriman barang di negara ekspor, negara
impor, serta negara transit apapun. Freight forwarding juga akan
menyiapkan semua dokumen yang diperlukan.
● Mengemas barang (kecuali hal ini dilakukan oleh pengirim sebelum
diserahkan kepada freight forwarding) dengan mempertimbangkan rute,
moda transportasi, sifat barang dan peraturan yang berlaku di negara
ekspor, negara transit dan negara tujuan.
28
Universitas Kristen Petra
● Mengatur pergudangan untuk barang, apabila dibutuhkan.
● Mengatur asuransi barang, apabila diperlukan oleh pengirim.
● Transportasi barang ke pelabuhan, mengatur segala kegiatan yang
berurusan dengan Bea Cukai dan terkait formalitas dokumentasi dan
mengantarkan barang ke carrier.
● Membayarkan biaya dan biaya lainnya termasuk biaya pengiriman.
● Mendapatkan tagihan dari operator dan mengatur pengiriman tagihan ke
pengirim barang mengatur transhipment perjalanan jika diperlukan.
● Memantau pergerakan barang sampai ke penerima barang melalui kontak
dengan operator dan agen forwarding di luar negeri.
● Mencatat segala kerusakan atau kerugian, jika ada.
● Membantu pengirim dalam mengejar klaim, jika ada, terhadap carrier
untuk hilangnya barang atau kerusakan kepada mereka.
b. Atas nama penerima barang (importir)
Forwarding sesuai dengan instruksi pengirimannya (shipping instructions),
akan:
● Memantau pergerakan barang atas nama penerima barang.
● Menerima dan memeriksa semua dokumen yang relevan yang berkaitan
dengan pergerakan barang.
● Mengambil pengiriman barang dari carrier jika perlu, dan membayarkan
biaya freight barang tersebut.
● Mengatur/menyelesaikan urusan dengan Bea Cukai dan membayar bea
dan biaya lainnya untuk Bea Cukai dan otoritas publik lainnya.
● Mengatur angkutan menuju gudang, jika diperlukan. Membantu penerima
barang, jika perlu, dalam mengejar klaim, jika ada, terhadap carrier untuk
kehilangan barang atau kerusakan kepada mereka.
● Membantu penerima barang dalam meminta klaim, jika ada, terhadap
carrier untuk hilangnya barang atau kerusakan kepada mereka.
● Membantu penerima barang, jika perlu, dalam kegiatan pergudangan dan
distribusi barang.
29
Universitas Kristen Petra
2.4. Hubungan antara Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengguna
Jasa dengan Pemilihan Freight Forwarding
Secara umum freight forwarding adalah penyedia jasa transportasi yang
mampu mengkoordinasikan beberapa alat transportasi beserta pengurusan
dokumen, pabean, asuransi dan freight kapal yang di mana fungsi-fungsi tersebut
dapat mempermudah seseorang dalam melakukan kegiatan perdagangan luar
negeri. Dengan banyaknya jumlah freight forwarding pengguna jasa harus
mempertimbangkan berbagai pilihan yang ada. Ketika mempertimbangkan,
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pengguna dalam mengambil
keputusan. Menurut Stoner (2006) keputusan adalah “pemilihan diantara berbagai
alternatif mengenai adanya pilihan atas dasar pertimbangan, ada beberapa
alternatif, ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan mendekatkan pada tujuan
tersebut” (p. 32).
Di dalam sebuah keputusan pemilihan freight forwarding terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pengguna jasa antara lain expertise, personal
treatment, customization, additional logistic services, reliability, quality
certification, experience, company size, information availability, taxation, total
cost dan specialisation of transport. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor
penentu penggunaan jasa freight forwarding:
a. Expertise
Untuk dapat berkompetisi dalam skala global setiap perusahaan dituntut
memiliki keahlian yang berbeda dengan perusahaan freight forwarding
lainnya yang ditawarkan kepada pengguna jasa. Dalam hal ini, freight
forwarding dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menyediakan jasa-
jasa yang relevan.
b. Personal Treatment
Pada perusahaan freight forwarding, personal treatment ditunjukkan dari
hubungan pribadi yang dekat dengan perusahaan sebagai langkah awal untuk
membuat suatu hubungan jangka panjang yang kedepannya akan memberikan
pelayanan yang lebih baik, memberikan informasi yang sebenarnya dan
memberikan saran kepada pengguna jasa.
30
Universitas Kristen Petra
c. Customization
Bagi freight forwarding, customization sangat penting di mana perusahaan
harus dapat memenuhi keinginan pengguna jasa yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya, ada yang hanya menggunakan jasa EMKL saja dan
ada juga yang hanya melakukan booking space kapal saja sehingga
diperlukan kemampuan freight forwarding untuk memenuhi permintaan dan
harapan dari pengguna jasa.
d. Additional Logistic Services
Penyedia jasa logistik mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi
integrasi rantai pasok, bahkan dalam beberapa kasus mampu mengelola rantai
pasok. Tujuan jangka panjang adalah untuk menciptakan kinerja bisnis
perusahaan yang unggul dalam pelayanan. Beberapa jasa logistik untuk
memfasilitasi integrasi rantai pasok seperti jasa packing, warehousing,
trucking dan labelling.
e. Reliability
Pada perusahaan freight forwarding kehandalan dilihat dari ketepatan waktu
dalam penerimaan serta pengiriman barang. Dengan kata lain, kehandalan
adalah pengukuran mengenai stabilitas dan konsistensi dari konsep dan
membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran.
f. Quality Certification
Keamanan transportasi adalah terwujud dari penyelenggaraan transportasi
yang bebas dari gangguan dan tindakan yang melawan hukum sesuai dengan
prosedur operasi dan persyaratan kelayakan teknis terhadap sarana dan
prasarana beserta penunjangnya yang berhubungan dengan International
Organization for Standardization (ISO) 9002, IATA dan FIATA.
g. Experience
Pengalaman/lamanya beroperasi merupakan hal yang penting bagi sebuah
freight forwarding. Manajer yang berpengalaman akan menjamin realisasi
terbaik dalam transportasi, perlindungan barang dan kemampuan untuk
menghadapi masalah yang tidak terduga.
31
Universitas Kristen Petra
h. Company Size
Ukuran perusahaan freight forwarding merupakan hal yang menjadi
pertimbangan pengguna dalam memilih freight forwarding. Besar ukuran
dapat dilihat dari banyaknya cabang kantor yang dimiliki freight forwarding
di berbagai wilayah yang akan menimbulkan rasa percaya terhadap
perusahaan.
i. Information Availibility
Di dalam information availibility terdapat beberapa kategori informasi yaitu
freight rates, reliability, transit time, over-supply, short-supply dan carrier
consideration. Selain itu, freight forwarding dapat memberikan informasi
kepada pelanggan mereka tentang peraturan yang berlaku untuk negara-
negara yang berbeda.
j. Taxation
Freight forwarding perlu memliki pengetahuan dalam mengenai jenis pajak
yang akan dibayarkan pengguna, ketika ekspor barang-barang tertentu harus
membayarkan sejumlah pajak dan untuk meringankan biaya dibutuhkan COO
(Certificate of Origin) khususnya untuk daerah ASEAN.
k. Total Cost
Dalam persaingan harga, freight forwarding perlu memiliki kemampuan
untuk menawarkan harga jasa yang terbaik agar dapat bersaing dengan
perusahaan freight forwarding lainnya.
l. Specialisation of Transport
Spesialisasi dalam sarana transportasi mencakup spesialsasi wilayah
geografis dan spesialisasi jenis kargo. Spesialisasi freight forwarding
berperan penting karena dapat menghasilkan layanan handal dan berkualitas
tinggi dengan biaya yang lebih rendah. Freight forwarding yang khusus dapat
menawarkan pengiriman langsung untuk tujuan yang kurang popular dan
jaminan perlakuan yang adil terhadap kargo yang rapuh serta berbahaya dan
menawarkan harga yang bersaing dengan memanfaatkan skala ekonomi yang
mereka capai.
32
Universitas Kristen Petra
2.5. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
1. Key Factors in Selecting an Internasional Freight Forwarding Company.
Oleh Yael Perlman, Tzvi Raz and Livnat Moshka (2009)
Penelitian dilakukan di Israel, dengan responden pengguna jasa freight
forwarding khususnya eksportir dan importir. Penelitian ini mencari faktor
terpenting yang digunakan oleh pebisnis eksekutif ketika memilih perusahaan
freight forwarding. Memilih freight forwarding adalah elemen terpenting
dalam mengembangkan keberhasilan perusahaan di luar negeri. Ada beberapa
faktor penentunya yaitu expertise personal attention, customization,
flexibility, additional logisitc services reliability, meeting deadlines, reliable
information, experience, company size internasional deployment, information
availability, online pricing, taxation dan quality certification. Dalam
penelitian ditemukan faktor reliability merupakan faktor yang terpenting
dalam pemilihan freight forwarding, yang diikuti dengan faktor price dan
business enviroment.
2. Freight Forwarding in Greece: Services Provided and Choice Criteria
Oleh George Kokkinis Athanassios Mihiotis Costas P. Pappis (2006)
Penelitian dilakukan di Yunani dengan responden perusahaan freight
forwarding. Dalam jurnal berisi evaluasi kriteria yang didapatkan dari
penelitian terdahulu. Ada beberapa faktor penentunya yakni personal
treatment, flexibility to possible changes of requirements, financial stability of
freight forwarder, reliability, safety of transport, experience/time of
operation, size of freight forwarder, total cost dan specialisation of transport.
Setelah dievaluasi didapatkan faktor reliability sebagai faktor terpenting
dalam pemilihan perusahaan freight forwarding diikuti dengan personal
treatment dan safety of transport.
3. Investigating Critical Factors That Influence Shippers and Freight
Forwarders preferences in Carrier Selection Using Integrated Hierarchical
Information Integration Approach.
Oleh Jin Long Lu (2013)
Penelitian ini dilakukan di Taiwan dengan responden perusahaan freight
forwarding dan pengguna jasa freight forwarding. Dalam jurnal penelitian
33
Universitas Kristen Petra
peneliti membandingkan faktor pemilihan yang dilakukan freight forwarding
dengan pemilihan yang dilakukan oleh pengguna jasa freight forwarding.
Ada beberapa faktor penentunya shipping order and operation,
communication, service capability, reliaibility, general reputation dan rates.
Pada hasil analisa faktor, faktor reliability menjadi hal tepenting, diikuti
dengan faktor general reputation, transport rates, service capability dan
shipping documentation.
34
Universitas Kristen Petra
2.6. Kerangka Berpikir
Gambar 2.3: Kerangka berpikir faktor yang mempengaruhi keputusan pengguna
jasa dalam memilih freight forwarding.
•Expertise (1)
•Shipping order and operation (3)
Expertise
•Personal Attention(1)
•Personal treatment(2)
•Communication(3)
Personal treatment
•Customization, Flexibility (1)
•Flexibility to possible changes of requirements, Financial stability of freight forwarder (2)
•Service Capability (3)
Customization
•Additional Logisitc Services(1)
Additional Logisitc Services
•Reliability, Meeting Deadlines, Reliable Information(1)
•Reliability(2)
•Reliability(3)
Reliability
•Experience(1)
•Experience/time of operation, Safety of transport (2)
•General Reputation(3)
Experience
•Company Size, International Deployment (1)
•Size of freight forwarder(2) Company size
• Information availability, Online Pricing (1)
Information availability
•Taxation(1) Taxation
•Quality Certification(1) Quality
certification
•Total cost (2)
•Rates(3) Total cost
•Specialisation of transport(2) Specialisation of transport
Pemilihan
Freight
Forwarding
35
Universitas Kristen Petra
Dalam bagan kerangka berpikir terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pengguna jasa dalam memilih freight forwarding. Faktor-faktor
tersebut antara lain expertise, personal treatment, customization, additional
logistic services, reliability, experience, company size, information availibility,
taxation, quality sertification, total cost dan specialisation of transport.